You are on page 1of 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang dibuat secara kempa-cetak
berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu
jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 2000). Obat
tunggal atau campuran beberapa jenis obat diramu dengan zat tambahan yang
cocok, digranulasi, jika perlu digunakan zat pembasah, kemudian dikempa
cetak (Fornas, 1978).
Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang hampir sebagian
besar bentuk sediaan farmasi terdapat dalam bentuk tablet (hampir 60%). Hal
ini didukung oleh beberapa keunggulan yang dimiliki oleh tablet
(Sulaiman,2007), yaitu:
1) Tablet dapat diproduksi dalam skala besar dan dengan kecepatan produksi
yang sangat tinggi sehingga lebih murah
2) Memiliki ketepatan dosis tiap tablet/tiap unit pemakaian
3) Lebih stabil dan tidak mudah ditumbuhi mikroba karena dalam bentuk
kering dengan kadar air yang rendah
4) Dapat dibuat produk untuk berbagai profil pelepasan
5) Tablet bukan produk steril (kecuali implan/hipodermik tablet) sehingga
penanganan selama produksi, distribusi dan pemakaian lebih mudah
6) Mudah dalam pengepakan (blister atau strip) dan transportasi
7) Pasien dapat membawa kemanapun dengan mudah
8) Bau, rasa dan warna yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan
penyalutan
9) Produk dengan mudah dapat diidentifikasi, dengan memberi tanda/logo di
punch atau dengan printing
10) Tablet tersedia dalam berbagai tipe yaitu: buccal, effervescent, dispersible
dan lain-lain
11) Dapat dengan mudah digunakan sendiri oleh pasien tanpa bantuan tenaga
medis

3
ISOLASI SENYAWA KIMIA ..., KINANTI ARUM RAMADHANTI, FARMASI , UMP 2017
12) Dibandingkan dengan kapsul, tablet lebih tamperproof (sulit dipalsukan).

Selain berbagai keuntungan, tablet juga memiliki berbagai kelemahan, di


antaranya (Sulaiman,2007):
1) Bahan aktif dengan dosis yang besar dan tidak kompresibel sulit dibuat
tablet karena tablet yang dihasilkan akan besar sehingga tidak acceptable
2) Terdapat kendala dalam memformulasikan zat aktif yang sulit terbasahi
dan tidak larut, serta disolusinya rendah
3) Onsetnya lebih lambat dibandingkan sediaan parenteral, larutan oral, dan
kapsul
4) Jumlah zat aktif dalam bentuk cairan yang dapat dijerat/trap ke dalam
tablet sangat kecil
5) Kesulitan menelan pada anak-anak, orang sakit parah, dan pasien lanjut
usia
6) Pasien yang menjalani radioterapi tidak dapat menelan tablet

B. Sibutramin Hidroklorida
Sibutramin hidroklorida (derivat-siklobutan) adalah suatu serotonin-NA
re-uptake blocker, berperan pada terjadinya perasaan kenyang sesudah
makan, selain itu meningkatkan penggunaan energi akibat kerja adrenergis
perifer (Tjay dan Rahardja, 2007).

Gambar 1. Rumus Bangun Sibutramin HCl (Maluf et al., 2007)

Nama IUPAC :[(±)-dimethyl-1-[1-(4-chlorophenyl)cyclobutyl]-N,N,3-


trimethylbutan-1-amine hydrochloride monohydrate]
Rumus Empiris : O
Bobot Molekul : 334,33
Kelarutan : 2,9 mg/mL di pH 5,2 air

4
ISOLASI SENYAWA KIMIA ..., KINANTI ARUM RAMADHANTI, FARMASI , UMP 2017
Sibutramin hidroklorida digunakan sebagai terapi tambahan dalam
program penurunan berat badan pada nutritional obesity patient dengan
indeks massa tubuh (Body Mass Index, BMI) lebih dari atau sama dengan 30
kg/ , atau pada nutritional excess weight patients dengan indeks massa
tubuh lebih dari atau sama dengan 27 kg/ , yang memiliki faktor resiko
yang terkait dengan obesitas seperti diabetes tipe 2 atau dislipidemia.
Penggunaanya dalam pendekatan terintegrasi penurunan berat badan dibawah
pengawasan dokter yang berpengalaman (BPOM, 2006). Aturan
pemakaiannya dengan dosis oral 1 dd 10 mg mane, setelah 4 minggu bila
berat badan menurun <2 kg maka dapat dinaikkan sampai 15 mg, dan
maksimal penggunaannya selama 1 tahun (Tjay dan Rahardja, 2007).
Efek samping yang dapat timbul dari penggunaan sibutramin hidroklorida
meliputi peningkatan denyut jantung, palpitasi (jantung berdebar),
peningkatan tekanan darah, sakit kepala, kegelisahan, kehilangan nafsu
makan, konstipasi, mulut kering, gangguan pada alat perasa, vasodilatasi,
insomnia, pusing, paraaesthesia, berkeringat dan lain-lain (BPOM, 2006).
Efek samping yang tersering akibat penggunaan sibutramin hidroklorida
adalah obstipasi, mulut kering, sukar tidur, juga debar jantung dan hipertensi
(Tjay dan Rahardja, 2007).

C. Kromatografi Kolom
Prosedur kromatografi merupakan metode pemisahan. Dibandingkan
dengan metode pemisahan klasik seperti distilasi, kristalisasi, pengendapan
ekstraksi dan lain-lain, mempunyai keuntungan dalam pelaksanaan yang lebih
sederhana, penggunaan waktu yang singkat dan terutama karena mempunyai
kepekaan yang tinggi serta kemampuan memisahkan yang tinggi (Roth dan
Blaschke, 1998).
Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung dari
pengelompoknya. Berdasarkan mekanisme pemisahannya, kromatografi
dibedakan menjadi (Gandjar dan Rohman, 2007):
a. Kromatografi adsorbsi,
b. Kromatografi partisi,

5
ISOLASI SENYAWA KIMIA ..., KINANTI ARUM RAMADHANTI, FARMASI , UMP 2017
c. Kromatografi pasangan ion,
d. Kromatografi penukar ion,
e. Kromatografi eksklusi ukuran, dan
f. Kromatografi afinitas
Bentuk kromatografi yang paling awal adalah kromatografi kolom yang
digunakan untuk pemisahan sampel dalam jumlah yang besar (Gandjar dan
Rohman, 2007). Kromatografi kolom prinsipnya adalah suatu teknik
pemisahan yang didasarkan pada peristiwa adsorpsi. Pengemasan kolom dapat
dilakukan dengan cara basah atau cara kering. Cara basah lebih mudah untuk
memperoleh kemasan yang memberikan pemisahan yang baik sedangkan cara
kering umumnya dilakukan untuk alumina.

Gambar 2. Kromatografi kolom

Cara pembuatan ada dua macam (Gandjar, 2008), yakni:


1. Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah
diberi kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi.
2. Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan
pengelusi yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom
melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga
masuk semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika

6
ISOLASI SENYAWA KIMIA ..., KINANTI ARUM RAMADHANTI, FARMASI , UMP 2017
gel mampat, setelah silika gel mampat eluen dibiarkan mengalir
sampai batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan
yang terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen sampai diperoleh
kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke
dalam kolom melalui dinding kolom sedikit demi sedikit hingga masuk
semua, dan kran dibuka dan diatur tetesannya, serta cairan pengelusi
ditambahkan. Tetesan yang keluar kemudian ditampung.
Kromatografi kolom pertama-tama digunakan untuk mendapatkan hasil
zat murni secara preparatif dari campuran, tetapi kemudian juga digunakan
untuk pemisahan zat pada penentuan kuantitatif, untuk pemurnian pelarut
organik dari senyawa yang dapat mengadsorpsi lemak (air, alkohol, asam,
hidroperoksida), bahkan juga untuk pemisahan diastereomer dan rasemat
(Roth dan Blaschke, 1998).

D. Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi lapis tipis merupakan suatu metode pemisahan komponen-
komponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam di bawah
gerakan pelarut pengembang atau pelarut pengembang campuran (Mulja dan
Suharman, 1995). Metode ini hanya memerlukan investasi yang kecil untuk
perlengkapan, menggunakan waktu yang singkat untuk menyelesaikan
analisis (15-60 menit), dan memerlukan jumlah cuplikan yang sangat sedikit
(kira-kira 0,1 g) (Stahl, 1985). Alasan keunggulannya dalam hal ini
dikarenakan fleksibilitasnya untuk dapat mendeteksi hampir semua senyawa,
bahkan beberapa senyawa anorganik (Watson, 2005)
Fase diam (lapisan penjerap) yang umum ialah silika gel, aluminium
oksida, kieselgur, selulosa dan turunannya, poliamida, dan lain-lain. Dapat
dipastikan silika gel paling banyak digunakan (Stahl, 1985). Laju migrasi
senyawa pada pelat gel silika tergantung pada polaritasnya. Pada lama waktu
tertentu, senyawa-senyawa yang paling polar bergerak naik dengan jarak
paling pendek pada pelat tersebut, sedangkan senyawa yang polaritasnya
paling kecil bergerak paling jauh (Watson, 2005). Dua sifat yang penting dari
fase diam adalah besar partikel dan homogenitasnya, karena adhesi terhadap

7
ISOLASI SENYAWA KIMIA ..., KINANTI ARUM RAMADHANTI, FARMASI , UMP 2017
penyokong sangat tergantung pada keduanya. Besar partikel yang biasa
digunakan adalah 1-25 mikron. Partikel yang butirannya sangat kasar tidak
akan memberikan hasil yang memuaskan. Pada lapisan tipis butiran yang
halus memberikan aliran pelarut yang lebih cepat (Sastrohamidjojo, 2005).
Beberapa macam silika gel antara lain silika gel G yakni silika gel yang
dicampur perekat Ca lebih kurang 13%, serta silika gel GF yakni silika
gel yang dicampur perekat Ca dan indikator fluoresensi. Disamping tanda
G (Gypsum) yang menyertai nama silika gel, dikenal pula silika gel H yang
berarti tanpa pengikat (Mulja and Suharman, 1995).
Fase gerak adalah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa
pelarut. Fase gerak bergerak dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori,
karena ada daya kapiler. Pelarut yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat
mutu analitik dan bila diperlukan sistem pelarut multikomponen, harus
berupa suatu campuran sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum
tiga komponen (Stahl, 1985). Jika komponen-komponen yang mempunyai
sifat polar yang tinggi (terutama air) cukup akan merubah sistem menjadi
sistem partisi. Kemurnian dari pelarut lebih penting dalam lapisan tipis dari
kromatografi lainnya, karena menggunakan materi yang sedikit
(Sastrohamidjojo, 2005).
Pada kromatogram KLT dikenal istilah atau pengertian faktor retardasi
( ) untuk tiap-tiap noda kromatogram yang didefinisikan sebagai (Mulja
dan Suharman, 1995):

Sedangkan untuk maksud analisis kualitatif dilakukan dengan cara


membandingkan noda kromatogram sampel dengan noda kromatogram
“reference standart” yang dikenal sebagai faktor retensi relatif ( ):

8
ISOLASI SENYAWA KIMIA ..., KINANTI ARUM RAMADHANTI, FARMASI , UMP 2017
E. Liquid Chromatography Mass Spectrometry (LC-MS)
Liquid chromatography Mass Spectrometry (LC-MS) merupakan satu-
satunya teknik kromatografi cair dengan detektor spektrometer massa.
Pengaplikasian untuk LC-MS beragam, mencakup penentuan kualitatif dan
kuantitatif dari bahan bermutu tinggi dan rendah molekul, termasuk polimer
sintetis, biopolimer, polutan lingkungan, senyawa farmasi (obat-obatan dan
metabolitnya) dan produk alami (Ardrey, 2003).
Penggunaan LC-MS untuk penelitian bio-analisis dimulai pada akhir 1980.
Kelebihan dari teknologi LC-MS (Ardrey, 2003) meliputi:
1. Spesifitas. Hasil analisis yang khas dan spesifik diperoleh dari
penggunaan spektrometer massa sebagai detektor.
2. Aplikasi yang luas dengan sistem yang praktis. Berbeda dengan GC-
MS sebagai spektrometer masa “klasik”, penerapan LC-MS/MS tidak
terbatas untuk molekul volatil (biasanya dengan berat molekul
dibawah 500 Da). Mampu mengukur analit yang sangat polar, selain
itu persiapan sampel cukup sederhana tanpa adanya teknik derivatisasi.
3. Fleksibilitas. Pengujian yang berbeda dapat dikembangkan dengan
tingkat fleksibilitas yang tinggi dan waktu yang singkat.
4. Kaya informasi. Sejumlah data kuantitatif maupun kualitatif dapat
diperoleh. Hal ini disebabkan seleksi ion yang sangat cepat dengan
banyak parameter.
Sebuah spektrofotometer massa harus selalu melakukan proses berikut
(Hoffman dan Stroobant, 2007):
1. Menghasilkan ion dari sampel dari sumber ionisasi.
2. Pemisahan ion berdasarkan muatan massanya pada penganalisis massa.
3. Fragmen yang terbentuk dari pemisahan ion tersebut akan dianalisis di
second analyser.
4. Mendeteksi ion yang muncul dari penganalisis terakhir dan mengukur
kelimpahannya dengan detektor yang mengubah ion menjadi sinyal
listrik.
5. Proses penghantaran sinyal dari detektor ke komputer dan
pengontrolan instrumen dilakukan secara umpan balik.

9
ISOLASI SENYAWA KIMIA ..., KINANTI ARUM RAMADHANTI, FARMASI , UMP 2017
Gambar 3. Diagram dasar untuk spektrometer massa dengan dua analisis dan
kontrol umpan balik dengan sistem data (Hoffman dan Stroobant, 2007).

Dua komponen kunci dalam proses ini adalah sumber ion (ion source)
yang akan menghasilkan ion, dan analisis massa (mass analyzer) yang
menseleksi ion. Sistem LC-MS/MS umumnya menggunakan beberapa jenis
ion source dan mass analyzer yang dapat disesuaikan dengan kepolaran
senyawa yang akan dianalisis. Dimana masing-masing ion source dan mass
analyzer memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga harus disesuaikan
dengan informasi yang dibutuhkan.
Sumber ionisasi yang dapat digunakan dalam LC-MS antara lain (Ardrey,
2003) :
1. Ionisasi Elektron (Electron Ionization/ EI)
2. Ionisasi Kimia (Chemical Ionization/ CI)
3. Pemboman Atom Cepat (Fast-Atom Bombardment/ FAB)
4. Matrik dibantu laser desorpsi/ionisasi (Matrix-Assisted Laser
Desorption Ionization/ MALDI)
5. Ionisasi Negatif (Negative Ionization)

10
ISOLASI SENYAWA KIMIA ..., KINANTI ARUM RAMADHANTI, FARMASI , UMP 2017
Penggunaan MS yang dikombinasikan dengan detektor LC memberikan
informasi yang lebih banyak. Informasi ini berguna untuk mengidentifikasi
puncak yang belum diketahui dan untuk menentukan kemurnian puncak atau
untuk keduanya. MS mengakuisi informasi massal dengan mendeteksi ion,
dimana berupa berat molekul dan informasi sruktural. LC/MS dapat
digunakan oleh analit yang tidak memiliki kromofor. Selain itu, LC/MS dapat
digunakan karena memiliki selektifitas yang tinggi dan detektor yang sensitif.

11
ISOLASI SENYAWA KIMIA ..., KINANTI ARUM RAMADHANTI, FARMASI , UMP 2017

You might also like