You are on page 1of 24

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Prenatal Yoga
a. Definisi
Yoga diartikan sebagai sistem kuno yang berasal dari India yakni dengan praktik
pikiran-tubuh dikenal sebagai praktik kesehatan dengan berbagai kondisi
imunologis, neuromuskular, nyeri, dan psikologis. Yoga adalah kata yang berasal
dari akar bahasa Sansekerta yuj yang berarti memasangkan, menggabungkan, dan
mengarahkan serta memusatkan perhatian seseorang. Praktik dan filosofi ini
pertama kali dijelaskan oleh Patanjali dalam teks klasik Yoga Sutras. Diperkirakan
mengubah regulasi sistem saraf dan fungsi sistem fisiologis (misalnya, kekebalan,
endokrin, neurotransmitter, dan kardiovaskular) dan meningkatkan kesejahteraan
psikologis (misalnya, frekuensi keadaan suasana hati yang positif dan optimisme)
dan kebugaran fisik (misalnya, kekuatan, fleksibilitas, dan daya tahan)
(Bolanthakodi et al., 2018). Yoga prenatal adalah gerakan senam diperuntukkan ibu
hamil dengan tujuan sebagai persiapan mental, fisik, dan spiritual bagi ibu hamil
(Riawati, Budihastuti dan Prasetya, 2021).
Dalam pengaruhnya, pula hipotalamus dapat dipengaruhi oleh yoga untuk
menekan sekresi CRH yang nantinya dapat berpengaruh terhadap kelenjar hipofisis
lobus anterior dalam penekanan untuk mengeluarkan hormon ACTH sehingga hasil
produksi hormon kortisol dan adrenal dapat turun dan hormon endorpin akan
diperintah keluar oleh kelenjar hipofisis lobus anterior. Hormon penyebab
disregulasi tubuh pada peningkatan saraf simpatis dapat berkurang jumlahnya
dengan menerapkan yoga ini. Sistem pada saraf parasimpatis pun memberikan
sinyal yang bisa memengaruhi keluarnya katekolamin. Akibatnya, irama nafas,
detak jantung, tekanan darah, tingkat metabolisme, ketegangan otot, dan produksi
hormon yang menjadi penyebab stress dan kecemasan pun dapat berkurang
(Maharani dan Hayati, 2020).
b. Gerakan prenatal yoga

6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

Gerakan-gerakan yang terdapat pada prenatal yoga adalah sebagai berikut


(Suananda, 2018):
1) Berlatih dengan memusatkan perhatian (centering)
Memusatkan perhatian atau yang bisa disebut centering penting digunakan dalam
latihan awal. Saat senam akan dimulai, mungkin banyakhal yang masih dipikirkan
oleh ibu sehingga perlu adanya bantuan pemusatan perhatian kepada sang ibu,
tenangkan pikiran, kemudian fokus terhadap latihan dan yang ada dipikiran ibu
hanyalah ibu serta janin yang dikandungnya. Kata kata positif harus selalu
digunakan agar rasa nyaman, percaya diri, semangat dan tenang bangkit kembali.

Gambar 2.1 Centering (Suananda, 2018)


2) Pernafasan (pranayama)
Latihan pada pernafasan atau pranayama butuh pelatihan karena napas merupakan
bagian dari unsur yang penting didalam berhasilnya mengejan ketika proses
persalinan dan menenangkan pikiran. Bernafas senyaman mungkin dapat membuat
oksigen masuk ke tubuh sehingga menciptkakan kesegeran diri untuk sang ibu. Tiap
gerakan pada senam hamil diikuti pernafasan akan dilaksanakan dengan cara mulut
posisi menutup sembari menarik nafas lalu keluarkan secara perlahan dan lembut.
Dinding pada perut akan naik ketika kita menarik nafas lalu turun ketika kita
mengeluarkan nafas melalui mulut. Ibu harus mengatur posisi duduknya, bersila
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

sembari mengeluarkan nafas lewat mulut. Nadi Sodhana adalah salah satu metode
pernapasan yang bisa Anda praktikkan. Nandy Sodana bernapas secara bergantian
melalui lubang hidung kiri dan kanan. Ibu dapat menggunakan ibu jarinya untuk
menutup lubang hidung sebelah kanan dan jari kelingking untuk menutup lubang
hidung sebelah kiri.

Gambar 2.2 Nadi Sodhana (Pernafasan) (Suananda, 2018)


3) Gerakan pada pemanasan (warming up)
Pemanasan yaitu ketika tubuh butuh persiapan untuk melaksanakan gerakan yang
nantinya akan dipraktikan. Sebaliknya, gerakan berat harus dihindari, karena tubuh
mungkin belum siap untuk menerima aktivitas tersebut. Pemanasan adalah saat
yang tepat untuk menampilkan setiap bagian tubuh Anda, seperti letak kaki, tulang
pinggul, dan bagian tubuh lainnya.
4) Gerakan inti
a. Stabilisasi
Perubahan pada beban yang berada di tubuh kita bisa membuat kestabilan pada
badan berubah. Hormon relaksin mengendurkan persendian, menyebabkan pusat
gravitasi bergerak maju. Fungsi dari gerakan ini adalah untuk menstabilkan postur
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

tubuh, rongga panggul dan memperkuat otot kaki dan punggung. Gerakan
stabilisasi dapat dilihat berikut ini:

1) Mountain pose (tadasana)


Posisikan berdiri secara nyaman dan stabil saat hamil, adanya jarak kedua kaki
menyesuaikan kenyamanan. Posisi berdiri yakni berat badan dibagi dengan rata
yang sama.

Gambar 2.3 Mountain (Suananda, 2018)


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

2) Tree Pose (Vrksasana)


Memindahkan berat badan ke kaki kanan, tekuk lutut kiri, dan letakkan telapak
kaki kiri di belakang kaki kanan, betis kanan, dan paha kanan. Kedua tangan
dirapatkan di depan dada. Kemudian jaga keseimbangan tubuh Anda untuk
sementara waktu.

Gambar 2.4 Tree Pose (Vrksasana) (Suananda, 2018).

3) Cow pose-cat pose (bitilasana marjarisana)


Melakukan posisi merangkak. Tarik napas, angkat kepala sedikit, pisahkan telinga
dan bahu, lalu putar tulang ekor sedikit ke atas. Kemudian Anda menghembuskan
napas, kepala Anda turun, dan tulang ekor Anda bergerak ke dalam. Gerakan ini
bisa membuat tulang belakang lebih stabil.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Gambar 2.5 Cow Pose-Cat Pose (Bitilasana Marjarisana) (Suananda, 2018).


b. Peregangan
Bagian ini penting untuk dilakukan dalam merelaksasi otot terutama pada erector
spina, quadrus lumborum, otot oblique interna dan eksterna. Kelenturan pada sendi
tulang belakang dijaga dan rongga dada diberikan ruang. Gerakan pada peregangan
sebagai berikut:
1) Peregangan Otot Leher
Anda bisa melakukannya dengan berdiri atau duduk. Angkat tangan kanan Anda
dan letakkan di telinga kiri Anda. Peregangan terjadi ke kanan dan sebaliknya.
Fungsi dari peregangan ini adalah untuk meregangkan otot-otot di area leher.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

Gambar 2.6 Peregangan Otot Leher (Suananda, 2018).


2) Standing lateral stretch (ardhakati chakrasana)
Memposisikan badan berdiri kemudian bukalah kedua kaki selebar panggul.
Kemudian tarik nafas, rekatkan jari jari lalu angkat ke atas. Napas dikeluarkan dan
arahkan kedua tangan pada bagian sisi kanan lalu tahanlah beberapa saat.

Gambar 2.7 Standing Lateral Stretch (Ardhakati Chakrasana) (Suananda,


2018).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

3) Triangle pose (trikonasana)


Rentangkan kaki Anda lebar-lebar, bentuk kaki Anda secara paralel, dan lihat ke
depan. Kaki kanan berputar ke luar dan perut serta panggul tidak perlu diputar.
Kemudian tarik napas dan buka tangan Anda ke samping.

Gambar 2.8 Triangle Pose (Trikonasana) (Suananda, 2018).


4) Revolved head to knee pose (parivrtta janu sirsasana)
Meregangkan kaki sambil duduk. Buka lutut Anda ke arah lantai, tekuk tumit kanan
Anda dan bawa ke dalam paha kiri Anda. Letakkan tangan kiri Anda di lantai.
Kemudian tarik napas dan angkat tangan kanan, lalu buang napas dan bawa tangan
kanan ke kiri.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

Gambar 2.9 Revolved Head to Knee Pose (Parivrtta Janu Sirsasana)


(Suananda, 2018).
5) Twisting variation (janu sirsasana)
Sambil duduk, buka lutut kiri ke arah lantai. Letakkan tangan kanan di depan lutut
kanan dan tangan kiri di belakang lutut kiri. Kemudian tarik napas tulang belakang
dan luruskan. Buang napas dan perlahan putar tubuh Anda dari sisi ke sisi.

Gambar 2.10 Twisting Variation (Janu Sirsasana) (Suananda, 2018).


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

6) Peregangan otot pinggang


Tekuklah lutut dan tidur secara telentang, telapak tangan diletakkan di pinggang.
Secara perlahan angkatlah pinggang kita. Lakukan gerakan sejumlah 8 kali.
7) Peregangan lutut
Memposisikan tidur telentang, tekuk lutut kanan Anda. Kemudian gerakkan lutut
kanan ke kanan dan kembali lagi. Dimainkan 8 kali dengan kedua lutut.
8) Peregangan otot kaki
Duduk di depan Anda dengan kaki lurus dan tubuh lurus (santai). Tarik perlahan
jari Anda ke arah tubuh Anda, lalu miringkan ke depan. Saya melakukannya 10
kali. Kemudian perlahan-lahan tarik telapak kaki Anda ke arah tubuh Anda dan
kemudian dorong ke depan. Dilakukan sebanyak 10 kali.
c. Persiapan proses persalinan
Ketika proses persalinan, area yang perlu diperhatikan ialah panggul dan sekitarnya.
Pada saat persalinan dan proses mengejan tubuh butuh proses kelenturan dan
kekuatan otot dasar panggul. Hal ini bertujuan untuk memberi melenturkan otot
area panggul dan paha antara lain hamstring, peregangan pada otot dasar panggul,
quadriceps femoris, gluteus group, dan adductor group. Memberikan ruang pada
janin supaya masuk ke panggul pada trimester III supaya meringankan nyeri pada
panggul dan punggung. Gerakannya sebagai berikut:
1) Bound angle pose (baddha konasana)
Tekuk lutut Anda ke lantai pada posisi duduk Anda. Letakkan kaki Anda bersama-
sama dan pegang dengan tangan Anda. Tarik napas tulang belakang dan luruskan.
Jaga agar tulang belakang Anda lurus dan tubuh Anda sedikit ke depan untuk
menghindari tekanan pada perut Anda. Gerakan ini dapat dikombinasikan dengan
latihan Kegel.
2) Garland pose (malasana)
Dalam posisi jongkok, rentangkan sedikit kaki Anda. Kemudian letakkan kedua
kaki di lantai. Pastikan lutut Anda terbuka lebar (cukup) untuk mengakomodasi
janin. Bawa siku kanan di depan lutut kanan dan siku kiri di depan lutut kiri. Tekan
telapak tangan dan rapatkan di depan dada.
3) Latihan mengedan dan posisi persalinan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

Ibu hamil latihan gerakan ini pada usia kehamilan sama dengan atau lebih dari 37
minggu. Yang dilakukan pada gerakan ini yakni bagaimana cara mengatur napas
ketika mengedan selama prosesdan persalinan posisi persalinan.
d. Restorative (gerakan relaksasi)
Pada gerakan ini mampu membantu pikiran dan tubuh kita menjadi relaks. Tujuan
dari gerakan ini untuk meregangkan otot yang kaku, mengembalikan stamina,
menenangkan tubuh, dan memberikan posisi yang nyaman.
1) Melting heart pose (anahatasana)
Letakkan tubuh Anda di pangkuan Anda, letakkan tangan Anda di lantai, dan jaga
agar tangan Anda tetap lurus di depan kepala Anda. Letakkan dada Anda ke bawah,
pipi kanan Anda di atas bantal, dan tutup mata Anda. Angkat kedua panggul lalu
nikmati peregangan pinggul Anda. Gerakan ini bisa dilakukan untuk ibu hamil yang
janinnya terbalik dan meletakkan kepalanya pada posisi yang benar.

Gambar 2.11 Melting heart pose (anahatasana) (Suananda, 2018).


2) Posisi tidur yang nyaman (Savasana)
Posisi tidur adalah salah satu posisi yang dapat membuat hubungan antara ibu-janin
menjadi lebih dekat karena ibu bisa merasakan setiap gerakan janin yang berbicara
dari hati ke hati. Pastikan tubuh Anda condong ke kiri saat tidur untuk menghindari
tekanan pada vena cava inferior. Selanjutnya, putar musik sambil menopang
punggung ibu dengan bantal.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

Gambar 2.12 Posisi tidur yang nyaman (Savasana) (Suananda, 2018).

2. Stres
a. Definisi
Stres adalah fenomena yang sangat personal yang bervariasi antara orang-orang
tergantung pada kerentanan dan ketahanan individu, dan antara berbagai jenis tugas.
Tingkat keparahan stres kerja tergantung pada besarnya tuntutan yang dibuat dan
rasa kontrol individu atau kebebasan pengambilan keputusan untuk menghadapi
stres. Stress merupakan sebuah persepsi ancaman, dengan akibat kecemasan,
ketidaknyamanan, ketegangan emosional, dan kesulitan dalam penyesuaian. Stres
terjadi ketika tuntutan lingkungan melebihi persepsi seseorang tentang kemampuan
untuk mengatasinya. Dalam situasi kelompok, kurangnya struktur atau hilangnya
motivasi membuat sulit atau tidak mungkin bagi kelompok untuk mengatasi
persyaratan situasi. Kepemimpinan tidak ada dan dibutuhkan untuk mengatasi
tuntutan situasi (Fink, 2016).
Secara biologis, stres adalah setiap stimulus yang akan mengaktifkan (i)
sistem HPA, sehingga memicu pelepasan hipofisis adrenokortikotropin (ACTH)
dan glukokortikoid adrenal dan (ii) sistem SAM dengan konsekuensi pelepasan
adrenalin dan noradrenalin (Fink, 2016).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

Depresi dapat menyebabkan kecemasan, perasaan tidak efisien dalam


merawat bayi, ketidakmampuan beradaptasi dengan situasi baru, kehilangan
kendali, pikiran obsesif, ketakutan irasional hingga perasaan kecewa (Mahandaru
et al., 2021)
b. Tingkat stress
Menurut (Priyoto, 2014) gejala stres dibagi menjadi tiga yakni:
1. Stres Ringan
Stres ringan dapat dialami tiap orang, seperti arahkan, kemacetan, dan banyak
tidur. Kondisi stres ringan hanya dialami dalam hitungan menit atau jam. Ciri-ciri
yang akan dialami yakni penglihatan tajam, kemampuan menyelesaikan pelajaran
meningkat, energy meningkat namun cadangan energi menurun, perasaan tidak
santai, dan terkadang memiliki gangguan pada sistem seperti pencernaannya. Stres
ringan ternyata berguna karena mampu memicu seseorang untuk berusaha dan
berpikir secara cermat serta memiliki ketangguhan dalam menghadapi tantangan
yang ada di hidupnya.
2. Stres Sedang
Stres ini memakan waktu lebih dibanding stress ringan. Stres yang dapat
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya, permasalahan dengan keluarga, teman
ataupun anak yang sedang sakit. Beberapa ciri-ciri yang dapat diketahui ialah
badan terasa ringan, otot terasa menegang, sakit perut, perasaan tegang, dan
gangguan pada tidur.
3. Stres Berat
Stres berat merupakan suatu kondisi yang mungkin akan lama dirasakan seseorang,
bisa terjadi selama beberapa minggu hingga bulan seperti, kesulitan financial,
perseteruan perkawinan, berpisah dengan keluarga, psikologis sosial pada lansia,
perubahan fisik, dan memiliki penyakit kronis. Ciri dari stres ini yakni sulit
beraktivitas, sulit tidur, gangguan pada hubungan sosial, negatifistic, takut tidak
jelas, penurunan konsentrasi, kelelahan yang berlebihan, ketidakmampuan
menangani pekerjaan sederhana, meningkatnya rasa takut.
c. Alat Ukur Stress
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

Perceptual Stress Scale (PSS) adalah alat psikologis yang paling banyak digunakan
untuk mengukur persepsi stres. Ini termasuk serangkaian pertanyaan tentang
tingkat stres Anda saat ini dengan menanyakan tentang perasaan dan pikiran Anda
selama sebulan terakhir. PSS dirancang untuk digunakan dengan sampel orang
yang tidak berpendidikan SMP. Elemen pertanyaan mudah dipahami, dan pilihan
jawaban mudah dipahami dan secara inheren umum. Ini juga dapat digunakan
untuk kelompok populasi yang berbeda (Purnami dan Sawitri, 2019).
Skor ditentukan berdasarkan jawaban, dan skor kebalikan dari penilaian skor
jawaban. Misalnya, 0 = 4, 1 = 3, 2 = 2, 3 = 1, 4 = 0. Hasil dari skor tersebut
kemudian dijumlahkan. Kisaran skor PSS adalah 0-40. Semakin tinggi skor,
semakin tinggi tingkat stres (Purnami dan Sawitri, 2019).

3. Kecemasan
a. Definisi
Kecemasan didefinisikan sebagai perasaan yang dirasakan oleh wanita selama
kehamilan, yang mencerminkan ketakutan akan kesehatan, kesejahteraan bayi,
pengalaman pelayanan kesehatan, kemampuan untuk melakukan kehamilan dan
persalinan dan dampaknya, dan perawatan atau peran sebagai seorang ibu
(Ningrum et al., 2019).
b. Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan bisa dikelompokkan didalam empat kategori, sebagai berikut
(Townsend, 1996 dalam (Syafitri, 2015)).
1. Kecemasan Ringan: dimana kecemasan yang berhubungan dengan rasa tegang
pada aktivitas sehari-hari juga dapat menjadikan pribadi yang waspada serta
meningkatnya presepsi yang dimiliki. Gejala yang terjadi pada tingkat ini adalah
hipersensitivitas, malaise, peningkatan kesadaran, peningkatan persepsi,
kemampuan belajar, perilaku situasional, dan peningkatan motivasi.
2. Kecemasan Sedang: salah satu tingkat kecemasan yang memungkinan orang
mengesampingkan masalah lain untuk fokus pada masalah penting. Sehingga
dapat membuat sesorang memberikan perhatian secara selektif, namun bisa
melakukan sesuatu secara terarah. Gejala yang terjadi pada tingkat ini ialah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

persepsi menyempit, mudah lelah, pernapasan meningkat, kecepatan denyut


jantung, bicara cepat dengan volume tinggi, terfokusnya pada sesuatu yang tidak
meningkatkan kecemasan, kemampuan konsentrasi menurun, sering menangis,
dan ketegangan otot meningkat.
3. Kecemasan berat: seseorang cenderung akan lebiih fokus pada hal secara
spesifik, terinci, dan tidak mampu memikirkan hal lainnya. Pada tingkat ini,
sesorang perlu memberi arahan pada penderita. Gejala pada tingkat ini antara
lain sering kencing, diare, sakit kepala, insomnia, mengeluh pusing, presepsi
menyempit, dan perasaan ingin menyingkirkan kecemasan tinggi, palpitasi,
disorientasi, serta mudah bingung.
4. Panik: berkaitan dengan terperangah, ketakutan, dan teror lantaran mengalami
kendali akan sesuatu. Orang yang sedang panik tidak dapat melakukan sesuatu
meskipun sudah diberi arahan. Gejala dan tandanya adalah mengalami
halusinasi, dilatasi pupil, susah bernapas, palpitasi, menjerit, diaphoresis,
pembicaraan inkoheren, berteriak, pucat, ketidakmampuan merespon perintah
sederhana, dan delusi.
c. Alat Ukur
Pertama kali dikembangkan oleh Max Hamilton pada tahun 1956, Hamilton
Anxiety Scale (HARS) mengukur semua tanda kecemasan psikologis dan fisik.
HARS terdiri dari 14 pertanyaan untuk mengukur tanda-tanda kecemasan pada
anak-anak dan orang dewasa. Skala Peringkat Kecemasan HARS terdiri dari 14
item, termasuk: Kecemasan, perasaan buruk, ketakutan akan pikiran seseorang,
hipersensitivitas. b. Ketegangan: Ketegangan, gelisah, menggigil, mudah menangis,
lesu, ketidakmampuan untuk tetap tenang dan mudah terkejut. c. Takut gelap: Takut
gelap, orang asing, sendirian, binatang besar, lalu lintas, dan kerumunan besar. Jadi
gangguan tidur : susah tidur, terbangun di malam hari, kurang tidur, bangun lesu,
banyak mimpi, mimpi buruk, dan mimpi yang mengerikan. e. Cacat intelektual:
Memori buruk, konsentrasi buruk. f. Emosi yang tertekan: Kehilangan minat,
kesenangan hobi yang berkurang, kesedihan, bangun pagi, emosi yang berfluktuasi
sepanjang hari. G. Gejala Fisik : Mialgia, kaku, kram, bruxism, suara tidak stabil.
H. Gejala sensorik: tinitus, penglihatan kabur, wajah merah atau pucat, lemah dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

kesemutan. Saya. Gejala kardiovaskular: Palpitasi, nyeri dada, pengerasan nadi,


pingsan dan kusam seperti detak jantung tiba-tiba. j. Gejala pernapasan: dada sesak,
sensasi tersedak, sering bernapas, sesak napas/sesak napas. k. Gangguan
gastrointestinal: Kesulitan menelan, kejang lambung, dispepsia, nyeri sebelum dan
sesudah makan, sensasi terbakar di perut, gas, mual, muntah, diare, penurunan berat
badan, kesulitan buang air besar. l. Gejala urogenital: sering buang air kecil,
ketidakmampuan menahan kencing, amenore, menoragia, dingin, ejakulasi,
disfungsi ereksi, impotensi. m. Gejala otonom: mulut kering, muka memerah,
sedikit berkeringat, pusing, rambut berdiri. n. Perilaku selama wawancara: gelisah,
gelisah, jari gemetar, cemberut, wajah tegang, tonus otot meningkat, sesak napas
cepat, wajah merah (Chrisnawati dan Tutuk, 2019).
Metode penilaian kecemasan terdiri dari pemberian skor dengan
menggunakan kategori: 0 = tidak ada gejala, 1 = 1 gejala yang ada, 2 =
sedang/setengah gejala yang ada, 3 = Parah/lebih dari setengah gejala yang ada, 4
= sangat parah semua gejala yang ada Skor 1 -14 untuk menentukan derajat
kecemasan dengan menjumlahkan hasil: kurang dari 14 = tidak ada rasa takut, skor
14-20 = kecemasan ringan, skor 21-27 = kecemasan sedang, skor 28-41 =
kecemasan berat, skor 42-52 = kecemasan parah (Chrisnawati dan Tutuk, 2019).

4. Depresi
a. Definisi
Depresi adalah penyebab utama kedua dari tahun kehidupan yang dihabiskan
dengan kecacatan, dan penyebab utama ketiga dari tahun hidup yang disesuaikan
dengan kecacatan. Depresi berat dikaitkan dengan penurunan kualitas hidup,
hilangnya produktivitas dan biaya tinggi untuk pasien dan masyarakat. Prevalensi
depresi selama 12 bulan adalah 4,7%, dengan prevalensi seumur hidup hingga
16,6% pada orang dewasa di atas 18 tahun (Fiest et al., 2014).
Depresi dapat dikatakan masalah kesehatan pada jiwa yang merupakan
sesuatu sangat penting dikarenakan orang yang memiliki depresi, produktifitasnya
dapat menurun dan bisa berdampak buruk bagi masyarakat tertentu, bangsa hingga
negara. Orang yang mempunyai depresi dalam hidupnya merupakan orang yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

menderita. Karena depresi adalah sebab utama dari tindak bunuh diri. Dibuktikan
kasus ini menduduki urutan ke-6 penyebab kematian utama yang ada di Amerika
Serikat. Depresi lebih dari rasa sedih atau hari yang sangat buruk bagi penderita.
Depresi dapat menimpa siapa saja, dan bila tidak di tangani, depresi dapat
mengarakan seseorang untuk membunuh dirinya sendiri. Orang yang terkena
depresi dapat beberapa gejala seperti merasa tidak berguna, suasana hati amat
tertekan, tidak mampu berfikir jernih dan berfikiran tentang kematian atau bunuh
diri (Herawati dan Deharnita, 2019).
b. Gejala
Umumnya orang yang menderita depresi bisa dikenal melalui beberapa gejala,
seperti (Yuliza, 2015):
1. Mengalami gangguan pada fisiknya seperti : nafsu makan jadi menurun atau
bahkan meningkat, gerakan jadi lamban, tidur tidak nyenyak, dan sebagainya.
Kemudian pusing, mulut terasa kering, dan detak jantung yang lebih cepat.
2. Kehilangan perspektif pada hidupnya, keluarga, pekerjaan yang semuanya
menjadi tidak jelas. Seperti yang digambarkan oleh Aaron Beck yakni ”tiga
kognisi”, pertama, pada dunia yang lebih melihat penghinaan, kekalahan serta
kerugian. Kedua, terhadap dirinya sendiri yaitu merasa dirinya kurang baik, tak
berharga, tak layak, cacat berada didalam dirinya, menolak diri, dan tak
diingini. Ketiga, pada masa depan yakni frustrasi, dipenuhi kerugian, dan
kesusahan.
3. Perasaan mudah berubah serta sulit untuk dikendalikan. Banyak perasaan yang
dirasakan yakni keputusasaan. Sedih, cemas, apatis, rasa bersalah, kehilangan
harapan, dan marah.
4. Ada beberapa gejala psikologis yakni, menjauhkan diri dari orang lain,
kehilangan harga diri, takut ditolak orang lain, rasa ingin melarikan diri dari
masalah, hingga peka secara berlebihan. Hal ini sering dialami oleh penderita
depresi.
c. Jenis-jenis Depresi
Adapun jenis depresi yang dikelompokkan menjadi tiga, yakni (Yuliza, 2015):
1. Normal grief reaction
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

Atau biasa disebutkan dengan depresi exogenous (depresi reaktif). Factor


terjadinya depresi ini berasal dari luar diri yang umumnya sebagai respon atas
“kehilangan” seseorang atau sesuatu. Contohnya: kematian dari orang terkasih,
trauma atas kejadian yang terjadi di masa lampau, dan lain-lain.
2. Endogenous depression
Hal ini datang kare disebabkan dari dalam diri, namun belum jelas. Dapat
dikarenakan susunan saraf atau gangguan kimia dalam otak, gangguan hormon
yang biasanya datang.
3. Neurotic depression (depresi yang neurotik)
Terjadi apabila depresi reaktif belum terselesaikan sepenuhnya. Depresi yang
terjadi atas respon pada kecemasan serta stress yang tertimbun dalam waktu
lama.
d. Alat Ukur
Contoh skala depresi adalah Beck Depression Inventory (BDI). Indikator yang
paling banyak digunakan saat ini adalah Beck Depression Inventory-II (BDI-II),
versi revisi dari BDI Beck, Steer & Brown pada tahun 1996. Langkah-langkah
BDI-II dilaksanakan di Indonesia. Alat ukur Indonesia BDI-II menunjukkan
validitas dan reliabilitas yang sangat baik. BDI-II terdiri dari 21 item dan terbagi
menjadi dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi fisik. Pilihan jawaban
berkisar dari 0 hingga 3. Setiap item memiliki pilihan jawaban yang berbeda
tergantung pada aspek yang Anda ukur. Definisi operasional BDI-II adalah
semakin tinggi skor suatu pengukuran maka semakin tinggi pula tingkat depresi
yang akan dialami seseorang. Interpretasi skor BDI-II adalah sebagai berikut: (A)
Depresi minimal dengan skor 0 sampai 13, (b) Depresi ringan dengan skor 14
sampai 19, dan (c) Depresi ringan dengan skor 20 sampai 28. , Dan (d) depresi
berat dengan skor 29-63 (Dharma, 2019).

5. Proses Persalinan
Proses keluarnya bayi bersamaan dengan placenta dari rahim ibu yang memiliki
masa gestasi yang cukup yakni 38 sampai 42 minggu disebut dengan persalinan.
Persalinan dengan cara normal adalah proses pengeluaran plasenta, fetus yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

dapat hidup (viable), dan selaput membrane melalui jalan lahir ke dunia luar.
Persalinan yang normal itu ketika lahirnya fetus tunggal yang aterm, persalinan
langsung yang tidak disertai induksi serta adanya alat bantu pada kurun waktu 4 –
24 jam, serta tidak terjadinya komplikasi. Persalinan dapat diuraikan menjadi
proses mengeluarkan janin, plasenta serta selaput janin dari rahim ibu. Pada proses
persalinan dapat ditandai adanya kontraksi yang menyebabkan rasa nyeri dari
rahim yang terjadi secara fisiologis (Rejeki et al., 2020). Selain itu, dapat
dideskripsikan juga bahwa persalinan merupakan proses dengan perubahan
fisiologis, biologis, sosiologis, dan emosional yang penting dalam transisi untuk
menjadi ibu (Yildirim, Alan dan Gokyildiz, 2018)
Dalam persalinan prosesnya berawal dari kontraksi rahim yang menyebabkan
rasa nyeri serta ibu merasakan ketidaknyamanan yang akhirnya ditandai akan
bersalin. Mayoritas wanita akan merasakan rasa nyeri saat persalinan berlangsung.
Rasa nyeri yang ditimbulkan berbeda setiap individu, sesuai dengan ambang nyeri
yang dimiliki sang ibu. Nyeri adalah rasa tak disenangi yang disebabkan saraf
sesnorik. Saraf sensorik terdiri atas dua faktor, psikologis dan fisiologis. Faktor
psikologis seperti interpretasi nyeri, rekognisi sensasi, serta respons terhadap
konsekuensi interpretasi nyeri. Sedangkan, faktor fisiologis adalah proses
penerimaan impuls oleh saraf sensorik dan mengirimkannya ke sistem saraf pusat.
(Rejeki et al., 2020).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

Gambar 2.13 Mekanisme His Normal (Rejeki et al., 2020).


Impuls nyeri pada persalinan (Kala I) ditransmisikan melalui segmen saraf
tulang belakang T11-12 dan saraf asesori toraks bawah dan saraf simpatis lumbal
atas. Korpus uterus dan serviks adalah asal dari saraf ini. Nyeri viseral adalah rasa
tak nyaman yang diakibatkan perubahan pada iskemia rahim dan serviks. Penyebab
nyeri ini ada di perut bagian bawah dari punggung bawah hingga ke tulang paha.
Corpus uteri dan serviks yang menyebabkan impuls nyeri ditransmisikan oleh
sertabut saraf aferan melalui pleksus pelvis, uterus, midle, posterior, pleksus
hipogastrik inferior, kemudian ke spinal melalui L1, T12, T10, dan T11. Biasanya,
selama persalinan sang ibu akan merasakan rasa sakit tersebut dan bebas dari rasa
sakit pada interval antar kontraksi (Rejeki et al., 2020).
Persalinan Kala II atau tahap kedua yaitu tahap pengeluaran pada bayi, sang
ibu akan merasakan nyeri somatik atau nyeri pada perineum. Rasa yang tak nyaman
pada perineum dapat muncul diakibatkan peregangan jaringan perineu disebabkan
tekanan bagian terendah janin, kandung kemih, usus atau strukstur sensitif panggul
yang lain. Pada tahap kala II, impuls nyeri dihantarkan dari saraf pudendal lalu ke
S1-4 dan sistem parasimpatis jaringan pada perineum. Nyeri akan dirasakan pada
bagian pinggang, terutama daerah bagian vulva dan sekitarnya (Rejeki et al., 2020).
Nyeri kala III atau tahap ketiga adalah nyeri lokal disertai kram akibat
robekan dari distensi dan laserasi serviks, vagina hingga jaringan perineum (Rejeki
et al., 2020).

6. Meta-Analisis dan Kajian Sistematis


a. Definisi
Meta-analisis adalah alat statistik untuk memperkirakan rata-rata dan varians yang
mendasari efek populasi dari kumpulan studi yang memiliki masalah penelitian
yang sama (Field dan Gillett, 2010). Alat ini penting digunakan mensisntesis pada
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

keperluan bukti dalam informasi pengambilan keputusan serta kebijakan klinis.


Pada fungsi kajian sistematis digunakan metode untuk merangkum literatur yang
sudah disediakan menggunakan parameter serta beberapa studi primer.
Meta-analisis adalah metode untuk mendapatkan rata-rata hasil dari berbagai
penelitian. Selain effect size, meta-analisis juga dapat digunakan untuk
memperkirakan frekuensi penyakit, sepeti insiden dan prevalensi (Barendregt et al.,
2013). Meta-analisis merupakan desain dari epidemiologi kuantitatif dan formal
yang akan digunakan untuk menilai penelitian sebelumnya dengan cara sistematis
untuk memperoleh kesimpulan melalui studi-studi yang di kaji. Hasil dari meta-
analisis mencakup perkiraan efek pengobatan atau faktor risiko penyakit dengan
lebih tepat.
b. Kelebihan Meta-Analisis
Menurut (Murti, 2018) penelitian meta-analisis memiliki kelebihan yakni:
1. Menghsilkan respon yang logis serta persoalan eksplorasi pada informasi.
2. Memberikan hasil akurasi yang lebih baik daripada kajian tradisional.
3. Mengatasi dengan menggunakan beberapa temuan penelitian yang
kontroversial.
4. Teknik ilmiah yang efisien.
5. Mampu meningkatkan generalisasi temuan.
6. Menggabungkannya sampel dari beberapa penelitian, sehingga memberikan
kausa statistik yang cukup tinggi.
c. Langkah-langkah Meta-Analisis
Meta-analisis menurut (Murti, 2018) memiliki langkah dalam
mengikuti prinsip pada penelitian, yakni sebagai berikut :
1. Menentukan masalah-masalah yang akan di teliti.
2. Mengumpulkan dan menganalisis data.
3. Melaporkan hasilnya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

B. Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh Jatnika et al., (2016) dengan judul
Pengaruh Prenatal Yoga Terhadap Tingkat Stres Pada Ibu Primigravida
Trimester III
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah prenatal yoga dapat
mempengaruhi tingkat stres ibu pada trimester ketiga persalinan pertama. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu dengan pre-test-post-
test untuk kelompok tidak terkontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tingkat stres yoga prenatal lebih rendah daripada tingkat stres yoga prenatal, dan
yoga prenatal secara signifikan dapat mengurangi tingkat stres pada ibu hamil
akhir, hal ini menunjukkan bahwa (p-value = 0,0001 <= 0,05). Adanya perbedaan
dengan penelitian Jatnika et al., (2016) dijabarkan dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1. Perbedaan penelitian Jatnika et al., (2016) dan Wulandari (2022)
No Jatnika et al., (2016) Wulandari (2022)
1 Desain penelitian adalah studi Desain penelitian adalah studi
kohor kajian sistematis dan meta-analisis.
2. Lokasi penelitian yang dipilih Lokasi penelitian yang dipilih
adalah Puskesmas Cimahi Utara adalah seluruh dunia.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Arlym dan Pangarsi (2019) dengan judul
Pengaruh Prenatal Yoga Terhadap Kecemasan Menghadapi Persalinan
Pada Ibu Hamil Trimester II Dan III Di Klinik Bidan Jeanne Depok
Penelitian ini bertujuan untuk mengkonfirmasi pengaruh yoga prenatal terhadap
kecemasan ibu selama persalinan semester kedua dan ketiga di Klinik Kebidanan
Jeanne di Depoch. Sifat dari eksperimen semu yang unik adalah pre-test pre-test
design group untuk ibu hamil yang memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi. Hasil
uji statistik menunjukkan bahwa prenatal yoga berpengaruh signifikan terhadap
skor kecemasan ibu hamil. nilai p 0,000 (p < 0,05). Perbedaan penelitian Arlym dan
Pangarsi (2019) dengan penelitian ini dijabarkan dalam tabel 2.2.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

Tabel 2.2. Perbedaan penelitian Arlym dan Pangarsi (2019) dan Wulandari
(2022)
No Arlym dan Pangarsi (2019) Wulandari (2022)
1 Desain penelitian adalah quasy- Desain penelitian adalah studi
experiment kajian sistematis dan meta-analisis.
2. Lokasi penelitian yang dipilih Lokasi penelitian yang dipilih
adalah Klinik Bidan Jeanne Depok adalah seluruh dunia.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Jannah dan Ningsih (2021) dengan judul
Pengaruh Prenatal Yoga Terhadap Tingkat Kecamasan Pada Ibu Hamil:
Literature Review
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh prenatal yoga terhadap
tingkat kecemasan yang dialami ibu mengandung. Metode yang digunakan ialah
literatur internasional maupun nasional menggunakan media elektronik. Dari
penelitian ini, menghasilkan efektifitas prenetal yoga dalam meminimalisir tingkat
kecemasan yang dirasakan ibu yang mengandung. Perbedaan penelitian Jannah dan
Ningsih (2021) dengan penelitian ini dijabarkan dalam tabel 2.2.
Tabel 2.3. Perbedaan penelitian Jannah dan Ningsih (2021) dan Wulandari
(2022)
No Jannah dan Ningsih (2021) Wulandari (2022)
1 Variabel penelitian adalah tingkat Variabel penelitian adalah stres,
kecemasan kecemasan, dan depresi
2. Metode penelitian adalah literature Metode penelitian adalah literature
review review dan meta-analisis

C. Kebaruan Penelitian
Meta-analisis digunakan pada kebaruan penelitian ini. Pada metode ini dirangkum
dan digabungkan dari beberapa penelitian relevan mengenai pengaruh prenatal
yoga pada ibu hamil terhadap kecemasan, depresi, dan stress dalam menghadapi
proses persalinan sehingga hasil dari analisis mampu memberi ringkasan
berdasarkan bukti yang diberikan. Penelitian dilakukan oleh negara di seluruh
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

dunia. Variabel yang dikaji sebagai outcome stres, kecemasan, dan depresi. Pada
systematic review dan meta-analisis kali ini, studi-studi primer kohor dan cross
sectional dilibatkan oleh peneliti.
D. Kerangka Berpikir

Gambar 2.14 Kerangka Berpikir

E. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian hipotesis ini adalah prenatal yoga pada ibu hamil dapat
berpengaruh terhadap stres, kecemasan, dan depresi dalam menghadapi proses
persalinan.

You might also like