You are on page 1of 11

Rangkuman Modul

SKOM4312 / Public Speaking


1. Pengantar Public Speaking
Public speaking adalah keterampilan yang bisa dipelajari. Keterampilan ini sangat diperlukan oleh setiap
orang khususnya di kalangan bisnis. Public speaking adalah kemampuan berbicara di depan banyak
orang, menyampaikan pesan yang dapat dimengerti dan dipercaya oleh publik pendengarya.
Keterampilan ini memiliki kekuatan untuk mengubah dunia kita dengan cara tanpa kekerasan,
Keterampilan public speaking kita akan semakin baik bila kita semakin sering mengasahnya.
Persamaan public speaking dengan percakapan adalah sama-sama disusun mengikuti logika, sistematis,
dan tahap demi tahap agar pesan dapat dimengerti. Persamaan lain adalah kita perlu menyesuaikan isi
dan cara penyampaian pesan kita dengan rekan bicara atau publik kita. Dalam percakapan dan public
speaking, pesan disampaikan dengan tujuan mendapatkan dampak positif dan maksimal, serta pembicara
harus dapat menyesuaikan apa yang disampaikan dengan reaksi dari lawan bicara atau publiknya.
Perbedaan utama antara percakapan dengan public speaking, yaitu pesan yang disampaikan melalui
public speaking lebih terstruktur, public speaking menggunakan tata bahasa yang lebih formal
dibandingkan percakapan dan public speaking, serta memerlukan metode yang berbeda dalam
penyampaian dengan sikap tubuh yang lebih sopan supaya enak dilihat oleh publik.
Banyak orang yang merasa cemas pada waktu bicara di muka mum atau dikenal dengan istilah demam
panggung. Perlu disadari demam panggung adalah hal yang wajar dan bisa diatasi. Demam panggung
memang dapat memunculkan reaksi fisik, namun kita dapat menggunakan rasa cemas ini untuk
memunculkan presentasi yang luar biasa. Misalnya dengan berpikir positif, mempersiapkan diri dengan
formula 5W+ 1H, berlatih sebelumnya, dan menggunakan kekuatan visualisasi. Kita juga perlu menyadari
bahwa demam panggung biasanya tidak terlihat oleh publik atau menyamakan diri dengan pembicara
yang sudah ahli. Publik tidak pernah menuntut kita melakukan public speaking yang sempurna.
Ada beberapa aktivitas mental dan fisik yang dapat kita lakukan untuk membuat diri lebih santai sebelum
public speaking, misalnya dengan menggunakan alat bantu visual, tidur cukup, atau melakukan gerakan-
gerakan peregangan otot. Semakin sering kita berlatih public speaking dengan menggunakan setiap
kesempatan yang ada, maka semakin percaya diri kita saat berbicara di muka umum.

Diskusi 1
Terima kasih atas pertanyaannya. Saat ini selain sebagai mahasiswa UT saya juga berkarier sebagai
seorang humas di suatu organisasi pemerintahan. Belajar dan mempraktikan public speaking memiliki
manfaat yang besar bagi karir sebagai humas. Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh:
- Meningkatkan kemampuan berkomunikasi: Public speaking memungkinkan seorang humas untuk
berbicara dengan jelas, lugas, dan efektif dalam situasi publik, termasuk saat memberikan presentasi,
pidato, atau wawancara media. Dengan menguasai keterampilan ini, seorang humas dapat lebih
mudah memahami dan memenuhi kebutuhan audiens dan memastikan bahwa pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan baik.
- Meningkatkan kepercayaan diri: Dalam situasi publik, seorang humas yang dapat berbicara dengan
percaya diri dan mengesankan dapat meningkatkan citra diri dan organisasi yang diwakilinya.
Seorang humas yang memiliki keterampilan public speaking yang baik akan mampu menghadapi
situasi publik dengan lebih tenang dan percaya diri.
- Meningkatkan kemampuan mempengaruhi dan memotivasi: Seorang humas yang mahir dalam public
speaking dapat mempengaruhi dan memotivasi audiens dengan lebih efektif. Keterampilan public
speaking memungkinkan seorang humas untuk membawa pesan organisasi dengan lebih kuat dan
meyakinkan sehingga audiens akan lebih termotivasi untuk mengambil tindakan.
- Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi: Dalam situasi publik, terkadang terjadi perubahan
atau tantangan yang tidak terduga. Seorang humas yang mahir dalam public speaking akan lebih
mudah beradaptasi dengan situasi yang berubah atau tantangan yang baru.

Sumber referensi:
J. G. DeVito, Essentials of Public Speaking, Pearson Education, Inc., 2020.
D. J. Canary and L. K. Dillow, "Public Speaking in the Workplace," in The Handbook of Communication and
Corporate Reputation, ed. C. Carroll, Wiley-Blackwell, 2013.
M. T. Motley and K. M. Camden, "Public Speaking as a Core Communication Competency," Communication
Education, vol. 63, no. 3, pp. 237-244, 2014.

2. Sejarah Public Speaking


Sejarah public speaking dalam bentuk retorika dapat ditelusuri sampai 2285 SM pada masa Mesopotamia
Kuno, Mesir Kuno, hingga China Kuno yang peradabannya menghargai kemampuan berbicara secara
efektif. Namun dokumentasi sejarah retorika terlengkap di dapat pada masa Yunani Kuno. Di masa
demokrasi awal di Yunani Kuno, retorika sangat dirasakan manfaatnya dalam pertemuan politik untuk
mempengaruhi kebijakan, dalam pengadilan untuk mempengaruhi keputusan hakim, bahkan di tempat
umum demi kemasyhuran pribadi.
Munculnya kelompok Sofis, guru retorika yang berkelana dari satu kota ke kota lain, menyebabkan
retorika dipelajari secara lebih luas di masyarakat. Bila sebelumnya hanya kaum bangsawan yang dapat
menguasai retorika, setelah adanya guru retorika siapa pun yang bisa membayar dapat belajar retorika.
Guru Sofis yang terkenal, Gorgias, yakin bahwa pembicara yang sungguh ahli dapat berbicara tentang
topik apa pun secara meyakinkan, terutama melalui pemilihan kata-kata dan cara penyampaian yang
memesona. Isocrates, guru Sofis yang lain, percaya bahwa praktik retorika dapat membawa perubahan
politik yang meningkatkan kualitas masyarakat.
Plato mengecam para Sofis karena tidak memedulikan isi retorika yang mereka sampaikan. Bagi Plato,
retorika hanyalah kata-kata memesona yang hampa. Aristoteles juga tidak setuju dengan retorika yang
tidak mengandung kebenaran, tapi ia dapat melihat bahwa retorika sebenarya sebuah cara persuasi yang
sangat kuat yang bisa membawa kemaslahatan pada masyarakat. Syaratnya, harus ada etika yang kuat
dari pembicara. Bagi Aristoteles persuasi harus dilakukan dengan retorika, bukan dengan suap, ancaman,
atau siksaan seperti praktik yang lazim pada masa itu. Aristoteles bahkan menyusun tulisan tentang
retorika yang diterbitkan menjadi tiga buku: tentang Pembicara, tentang Publik, dan tentang kehadiran
dalam retorika. Dari ketiganya, publik adalah elemen terpenting.
Aristoteles merumuskan tiga cara pembuktian yang harus dipakai pembicara retorika, yaitu logos/logika
yang menyangkut argument factual, ethos/etika yang menyangkut kredibilitas pembicara (dapat
bersumber dari kecerdasan, karakter simpatik, dan niat baik), serta pathos/emosi menyangkut
kemampuan menggugah emosi publik. Aristoteles bahkan mengidentifikasi beberapa emosi dasar yang
dapat dimanfaatkan dalam retorika: marah, cinta, takut, malu, jengkel, dan kagum. Kita dapat melihat
bahwa pemikiran Aristoteles masih relevan sampai sekarang.
Ajaran Aristoteles juga berpengaruh terhadap Cicero, seorang orator terkenal pada masa Yunani Kuno.
Cicero percaya bahwa seorang orator harus memiliki pengetahuan yang komprehensif, tidak hanya
menyangkut topik retorikanya tapi juga situasi publik yang dihadapinya. Cicero merumuskan lima hukum
retorika (the five canons of rhetoric) yang masih dipelajari hingga kini. Hukum pertama adalah
Inventio/penemuan yaitu tahap merumuskan tujuan sesuai kebutuhan publik dan merumuskan
argumen-argumen. Hukum kedua disposition/penyusunan adalah tahap mengatur argumen agar
dipahami oleh publik dalam tiga bagian: introduksi, isi, dan kesimpulan. Hukum ketiga adalah
elucutio/gaya menyangkut cara menyampaikan retorika, seperti pilihan bahasa sesuai dengan publik.
Hukum keempat memoria/ingatan mengacu pada pendapat Aristoteles bahwa pembicara harus
menghafal isi retorikanya. Pada masa sekarang hukum ini dikembangkan menjadi keharusan bagi
pembicara memiliki pengetahuan cukup tentang topik yang ia bawakan. Hukum terakhir adalah
pronuntiatio/penyampaian mengacu pada presentasi materi secara nonverbal seperti nada suara, raut
wajah, dan sebagainya.
Setelah kejayaan masa Yunani Kuno berakhir, retorika tetap berkembang melalui imperialisme Romawi,
terutama ke Eropa. Saat agama memegang peranan penting dalam negara dan berkembangnya sistem
monarki, retorika lebih banyak dipakai dalam upacara dan penyebaran agama. Setelah kebangkitan ilmu
pengetahuan, retorika banyak dipakai untuk menyebarluaskan ilmu walau dengan cara yang lebih lugas,
tidak sebergaya retorika klasik Yunani.
Retorika kembali dipelajari oleh masyarakat awam setelah sistem demokrasi di banyak negara tumbuh,
terutama di Eropa dan di Amerika. Retorika dan public speaking menjadi pelajaran di banyak sekolah
menengah dan universitas, terutama setelah munculnya Ilmu Komunikasi. Perkembangan publik di abad
21 ini mash berlangsung hingga tidak lagi terbatas pada retorika dengan kata-kata, tapi juga retorika
visual melalui simbol-simbol lain seperti foto, film, atau arsitektur bangunan. Kemampuan persuasi
public speaking membuatnya tetap dipelajari orang hingga sekarang. Sampai abad 21 kita mash bisa
menemukan banyak tokoh yang berhasil mengubah dunia berkat kemampuan retorika mereka seperti
Winston Churchill, John F. Kennedy, Charles de Gaulle, Martin Luther King. Junior, Mahatma Gandhi, dan
Sukarno.

3. Elemen-Elemen dalam Public Speaking


Elemen utama public speaking serupa dengan elemen-elemen dalam proses komunikasi, yang selalu
melihatkan manusia dan interaksi antarmanusia. Dengan menggunakan model komunikasi transaksional
kita dapat melihat bahwa proses pengiriman dan penerimaan pesan berlangsung secara bersamaan dan
terus-menerus. Elemen komunikasi dalam model transaksional ini adalah: komunikator 1 (sender),
komunikator 2 (receiver), pesan, umpan balik, gangguan, dan konteks; yang juga menjadi elemen-elemen
public speaking, di mana komunikator 1 adalah Pembicara dan komunikator 2 adalah Publik.
Beberapa hal penting yang harus dimiliki Pembicara public speaking adalah kredibilitas pribadi,
pengetahuan akan subyek yang dibawakan, dan antusiasme. Antusiasme adalah hal terpenting yang
harus dimiliki Pembicara untuk membuat publik tertarik dengan apa yang kita sampaikan. Kredibilitas
pribadi Pembicara akan mempengaruhi apakah publik mempercayai apa yang disampaikan Pembicara
atau tidak. Sedang pengetahuan akan mempengaruhi kedalaman pembicaraan serta sangat membantu
dalam sei tanya jawab dengan publik.
Publik adalah elemen terpenting dalam public speaking. Setiap individu publik nemiliki kerangka acuan,
misalnya bahasa, yang akan mempengaruhi pemaknaan pesan yang ia terima. Pembicara perlu
menghubungkan pesan yang disampaikan dengan kerangka acuan publik agar pesan dapat diterima
publik sebagaimana yang Pembicara inginkan.
Pesan sebagai isi public speaking disampaikan dengan cara verbal dan nonverbal.
Porsi terbesar dari pesan justru disampaikan secara nonverbal. Pesan verbal adalah pilihan kata tau
bahasa yang kita pakai, sedang pesan nonverbal dapat berupa intonasi kata, volume suara, mimik wajah,
kontak mata, dan sikap tubuh.
Umpan balik publik juga dapat disampaikan secara verbal, seperti tawa sat mendengar lelucon, dan
secara nonverbal, berupa anggukan kepala atau tubuh mencondong ke depan. Pembicara perlu mengasah
sensitivitas dalam "membaca" umpan balik nonverbal publiknya.
Gangguan akan menghalangi atau mengubah pengiriman dan penerimaan pesan dalam public speaking.
Gangguan dapat berasal dalam diri Pembicara, seperti rasa berduka karena ada keluarga dekat yang
meninggal, atau publik seperti rasa lelah atau kantuk.
Gangguan dari luar misalaya lampu yang redup atau bunyi telepon seluler di tengah-tengah pembicaran.
Gangguan semantik terjadi karena pemilihan kata oleh Pembicara yang tidak dipahami atau dimaknai
berbeda oleh publik.
Konteks adalah waktu dan tempat public speaking dilakukan. Konteks dapat mengganggu proses public
speaking namun juga dapat mendukung proses. Konteks dapat berupa situasi fisik, historis, psikologis,
dan budaya. Konteks fisik misalnya luas ruangan atau udara panas. Konteks historis menyangkut
peristiwa yang terjadi sebelum public speaking dilakukan. Konteks psikologis menyangkut perasaan,
sikap atau kepercayaan Pembicara dan publik sebagai individu. Sedang konteks budaya menyangkut
kepercayaan dan nilai kelompok pada publik.
Keterampilan lain yang akan sangat mendukung keberhasilan public speaking adalah keterampilan
mendengarkan (listening), untuk memperhatikan dan memahami apa yang Kita dengar. Namun Kegiatan
mendengarkan membutuhkan usaha dan kemauan keras.
Untuk mempermudah publik mendengarkan isi public speaking, kita dapat melakukan beberapa hal ini:
menceritakan pengalaman pribadi supaya publik merasa dekat dengan Pembicara, mengatur kecepatan
berbicara, berusaha menarik perhatian di awal presentasi, dan menggunakan alat bantu visual secara
efektif.

4. Etika dalam Public Speaking


Etika berhubungan dengan hal-hal benar dan salah dalam hubungan antar manusia, berhubungan dengan
nilai moral. Untuk itu seorang pembicara yang bertanggung jawab adalah seorang yang memperhatikan
hal etika pada waktu berbicara. Seorang pembicara yang beretika akan mempersiapkan materi dan
menyampaikannya dengan sangat baik.
Selain itu bila ia memperoleh atau menggunakan data yang berasal dari sumber tertentu, maka seorang
pembicara yang jujur akan mencantumkan sumber datanya untuk menghindari terjadinya plagiat.
Selain itu seorang pembicara juga harus memperhatikan etika dalam berinteraksi dengan pihak
pengundang dan dengan publik. Pembicara yang profesional tidak cukup hanya memiliki keterampilan
public speaking, tapi juga perlu memiliki etika kepribadian. Di mana kita harus memiliki kepribadian,
sikap dan prilaku yang positif, selain itu juga mampu menampilkan diri secara profesional disesuaikan
dengan acara dan siapa yang dihadapi.

5. Eksplorasi Ide/Gagasan
Kita dapat membayangkan diri kita sedang bercerita pada scorang teman saat memulai melakukan public
speaking. Pilih beberapa ide atau pokok pikiran yang ingin kita sampaikan, jangan terlalu banyak, agar
apa yang ingin kita sampaikan cukup fokus.
Sebuah public speaking akan terdiri dari tiga bagian: pembukaan, isi, dan kesimpulan. Tugas kita pada
bagian pembukaan adalah menarik perhatian dan minat publik. Hal tersebut dapat dicapai dengan
mengajukan pertanyaan yang menarik, pernyataan mister, melakukan pertunjukan, atau hanya dengan
salam sederhana. Pada bagian isi kita menyampaikan pokok pikiran sesuai dengan judul atau tema
pembicaraan kita. Jangan lupakan fokus pembicaraan kita. Pada bagian penutup, kita dapat
menyimpulkan isi public speaking, menjawab mister yang dilontarkan di Pembukaan, atau cukup dengan
salam penutup sederhana.
Kita dapat berlatih menyampaikan public speaking dengan beberapa cara sederhana. Misalnya, dengan
berlatih dengan suara keras hingga kita dapat mendengar suara kita sendiri dengan jelas. Dengan
demikian kita dapat mengasah cara kita men- 'suara'-kan public speaking kita: jelas, ekspresif, cepat,
lambat, dan sebagainya. Cara lain adalah berlatih di depan cermin sehingga kita dapat melihat bahasa
tubuh kita saat menyampaikan public speaking. Berlatih di hadapan teman dan meminta komentarnya,
atau merekam latihan kita melalui kamera video agar dapat kita analisis, juga menjadi cara untuk melatih
cara menyampaikan public speaking.
Agar dapat menyusun kalimat dengan baik, kita dapat memulai dari satu ide utama lalu menggali ide-ide
lain yang berkaitan dengan ide utama tersebut. Lalu kita merangkai berbagai ide tersebut. Perlu diingat
bahwa kita jangan melompat-lompat saat menyampaikan ide, melainkan mengalir hingga mudah
dipahami. Membuat sebuah peta pikiran, yaitu peta tentang bagaimana ide-ide di kepala kita saling
berhubungan, dapat membantu proses menyusun public speaking.

6. Memilih Topik
Mengetahui topik apa yang ingin disampaikan merupakan langkah awal bagi seorang pembicara untuk
membuat materi pidato atau presentasinya. Memilih topik tidak harus selalu topik yang kita ketahui atau
sudah kita kuasai. Bila topik yang ingin disampaikan kurang kita kuasai, kita dapat mencari informasi
melalui beragam media: internet, kamus atau ensiklopedia, melakukan brainstorming dengan
mengelompokkan berbagai kategori topik, atau bertanya pada ahlinya.
Setelah memilih topik, kita perlu menetapkan tujuan umum berbicara. Biasanya tujuan umum dibagi dua,
yaitu tujuan untuk menginformasikan dan mempersuasi. Bila tujuan untuk menginformasikan, pembicara
lebih banyak memaparkan data . Untuk tujuan mempersuasi cara penyampaian untuk memenangkan
publik melakukan apa yang kita sampaikan.
Selanjutnya kita menetapkan tujuan spesifik dari PS agar dapat disampaikan secara lebih fokus. Pada
waktu menetapkan tujuan spesifik ini pertimbangkan hal-hal yang berhubungan dengan publik, seperti:
apakah topik spesifik yang disampaikan menarik bagi publik? Apakah sesuai dengan kebutuhannya?
Apakah diperlukan? Apakah bermanfaat? Apakah dapat mudah dimengerti? Bila jawabannya 'tidak',
sementara materi perlu disampaikan, pembicara harus membuat publik merasa tertarik, membutuhkan,
atau menganggap bahwa materi kita bermanfaat bagi mereka.

Diskusi 3:

Terima kasih atas pertanyaan pemantiknya, Tutor. 😊


Dari pengalaman saya, topik yang menarik untuk dijadikan materi public speaking adalah topik yang
aktual, kontroversial, dan berdampak besar bagi masyarakat. Contoh topik yang menarik seperti
teknologi terbaru, isu sosial ekonomi, dan masalah lingkungan.
Saya percaya bahwa topik-topik ini menarik karena mereka menarik perhatian banyak orang dan
menimbulkan rasa ingin tahu di antara audiens. Selain itu, topik-topik ini juga memiliki dampak yang
besar bagi masyarakat sehingga sangat penting untuk dibahas dan dipahami.
Salah satu topik yang menurut saya menarik dalam konteks kegiatan public speaking (berkaitan dengan
tugas kehumasan di institusi tempat saya bekerja) adalah topik pengelolaan keuangan negara. Topik ini
sangat relevan dan penting untuk dibahas sebab mencakup banyak aspek yang sangat penting untuk
masyarakat, seperti penggunaan anggaran, perencanaan keuangan, pengelolaan utang negara, dan
banyak lagi.
Bagi saya, yang membuat topik pengelolaan keuangan negara menarik adalah karena ini adalah topik
yang kompleks namun sangat penting. Pembahasan tentang topik ini bisa memberikan wawasan baru
bagi orang-orang dan juga membantu dalam pemahaman mereka tentang bagaimana negara mengelola
keuangannya. Selain itu, topik ini sangat relevan untuk semua orang, karena setiap orang memiliki
kepentingan dan hubungan (baik langsung maupun tak langsung) terhadap keberlangsungan
pengelolaan keuangan negara.
Dalam kesimpulan, topik-topik yang menarik dalam public speaking adalah topik-topik yang aktual,
kontroversial, dan berdampak besar bagi masyarakat. Topik-topik pengelolaan keuangan negara adalah
salah satu topik yang sangat relevan dan penting untuk dibahas.
Demikian, mohon tanggapan Tutor dan Rekan-rekan. 😊

7. Analisis Publik
Seorang pembicara yang baik adalah yang audience-centered. Mereka mengetahui bahwa tujuannya
berbicara adalah untuk mendapat respons positif dari pendengar. Pada waktu mempersiapkan dan
melakukan public speaking, yang harus tetap ada di pikiran kita adalah: untuk siapa kita berbicara; apa
yang harus publik ketahui, percaya dan lakukan sebagai hasil presentasi atau pidato ini; seta bagaimana
cara yang paling efektif untuk menyampaikannya.
Banyak hal yang perlu dilakukan, yang cukup memakan waktu, untuk mempersiapkan sebuah mater yang
baik. Namun itulah tanggung jawab seorang pembicara. Dengan mengetahui siapa publik, kita dapat
menghindari kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan rasa malu, sekaligus meningkatkan kepercayaan
diri waktu bicara karena mendapat respons positif dari publik hingga akhirnya dapat memantapkan
kredibilitas diri di mata publik.
Latihan adalah cara terbaik untuk membuat kita lebih baik dan percaya diri dalam melakukan PS,
termasuk antisipasi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan dan bagaimana cara menjawabnya.
Perhatikan respons publik pada waktu kita bicara untuk mengetahui bagaimana reaksi mereka terhadap
kita. Pada awalnya mungkin sulit tapi, dengan banyak latihan dan persiapan yang baik, kita akan melihat
hasilnya yang memuaskan.

8. Menjawab Pertanyaan Publik


Sesi tanya jawab merupakan bagian dari rangkaian public speaking. Dalam presentasi bisnis, ceramah,
seminar, workshop, belajar di kelas, rapat, diskusi dan kegiatan public speaking lainnya biasanya
disediakan sesi khusus untuk tanya-jawab atau diberi kesempatan setiap saat publik boleh melakukan
interupsi untuk bertanya. Cara publik bertanya berbeda-beda demikian juga dengan tujuannya bertanya.
Persiapan yang baik, pemahaman dan penguasaan atas materi yang disampaikan membuat kita dapat
menjawab setiap pertanyaan yang ditanyakan dengan sangat baik.
Persiapan yang baik mencakup mater dan segala hal yang berhubungan dengan presentasi, dan hal-hal
yang berhubungan dengan diri kita, seperti sikap, mental, dan penampilan. Menjaga emosi dan
mengontrol suara serta tata bahasa kita pada waktu menjawab pertanyaan sangat diperlukan. Karena itu,
lakukan konsentrasi terbuka. Bila ada sikap publik maupun pertanyaan yang membuat kita tidak
nyaman, tetap tenang dan jawablah setiap pertanyaan dengan baik.

Diskusi 4:
Terima kasih atas pertanyaannya, Tutor.
Sebagai pembicara dalam suatu forum publik, menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menguji
kemampuan pembicara dapat menjadi tantangan tersendiri dan beberapa kali saya sendiri pernah
mengalaminya. Dalam menghadapi pertanyaan seperti demikian, sebagai pembicara saya akan berusaha
memahami maksud dan tujuan dari pertanyaan tersebut, mengambil waktu sejenak untuk berpikir
sebelum memberikan jawaban, menjawab dengan jujur dan langsung pada pokok persoalan, serta
bersikap sopan dan tidak defensif dalam memberikan jawaban. Respon seperti demikian saya pelajari
dari Dee Clayton, seorang ahli public speaking.
Selain itu, John Zimmer, seorang pelatih public speaking, juga menyarankan agar pembicara meminta
klarifikasi terlebih dahulu jika tidak memahami pertanyaan yang diajukan, dan berlatih untuk merespons
pertanyaan dengan percaya diri dan tenang, bahkan jika pertanyaan tersebut terlihat sulit atau menjebak.
Stephen E. Lucas dalam bukunya "The Art of Public Speaking" menyatakan bahwa sebagai pembicara, kita
harus siap menghadapi pertanyaan yang menantang atau menguji kemampuan. Kita harus
mendengarkan pertanyaan dengan cermat, mencari tahu apa yang sebenarnya dimaksudkan, dan
mempersiapkan jawaban yang tepat. Selain itu, penting juga untuk menjaga etika dan sikap yang baik
dalam merespons pertanyaan.
Scott Berkun dalam bukunya "Confessions of a Public Speaker" menyatakan bahwa pertanyaan yang sulit
dan menantang sebenarnya merupakan kesempatan untuk meningkatkan kredibilitas seorang
pembicara. Jika kita tidak tahu jawabannya, lebih baik jujur dan berjanji untuk mencari tahu kemudian
daripada memberikan jawaban yang salah atau menghindari pertanyaan. Selain itu, jangan takut untuk
mengajukan pertanyaan balik pada penanya untuk lebih memahami tujuan dan konteks dari
pertanyaannya.
Demikian. Mohon tanggapan Tutor dan Rekan-rekan. 😊

Sumber referensi:
Hendriyani, & Dharmawan, Y. P. (2015). Public Speaking (edisi 2). Jatinangor: Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Lucas, S. E. (2015). The art of public speaking (12th ed.). McGraw-Hill Education.
Berkun, S. (2010). Confessions of a Public Speaker. O'Reilly Media, Inc.

9. Mencari Data
Beragam jalan dapat ditempuh untuk mengumpulkan data yang kita perlukan dalam PS. Cara termudah
dan tercepat adalah dengan mengandalkan pengetahuan dan pengalaman yang telah kita miliki. Kita
dapat menggali banyak cerita dari diri kita sendiri. Sumber data yang satu in terutama sangat bermanfaat
bila materi PS yang kita pilih memang telah kita kuasai. Seperti saat atlet diminta berbicara tentang
olahraga yang ia tekuni, seorang seniman menjelaskan tentang karya-karya yang telah ia ciptakan, atau
saat kita bercerita tentang orang-orang yang telah kita kenal.
Mencari data dari jalur "konvensional" dan jalur internet juga dapat menjadi pilihan bila materi PS yang
kita pilih belum kita kuasai. Perpustakaan, buku teks, surat kabar;, majalah, dan jurnal ilmiah dapat
menjadi tempat yang kita tuju untuk mencari lebih lanjut materi PS kita. Perkembangan teknologi juga
member akses ke internet yang memungkinkan kita mencari materi PS ke berbagai belahan dunia
melaluikeyboard komputer kita. Tetap jaga sikap kritis saat mencari data melalui internet: perhatikan
kredibilitas penulis, aktualitas data, serta objektivitas penyajian data.
Mewawancarai ahli juga dapat menjadi alternatif memperdalam materi PS kita. Seorang ahli dapat
memberikan informasi yang lebih dalam dan aktual tentang topik yang dikuasainya, termasuk juga
analisis-analisis terhadap informasi tersebut. Dalam melakukan wawancara terdapat hal-hal yang harus
kita lakukan dalam tahap persiapan, pelaksanaan, dan setelah wawancara.
Berilah waktu yang cukup bagi diri kita untuk mencari data dari beragam sumber tersebut hingga kita
bisa memperoleh kedalaman data yang cukup dengan ritme kerja yang nyaman bagi diri kita sendiri.
Jangan lupa untuk selalu mencantumkan dan menyebutkan referensi yang kita pakai dalam materi PS
tersebut supaya terbebas dari tuduhan plagiarisme sekaligus meningkatkan kredibilitas kita sebagai
pembicara. Mencari data bagi materi PS dari beragam sumber seperti melakukan penelitian kecil yang
terus berkembang setiap kali ada temuan bar. Bukalah terus pikiran kita hingga dapat membuat alur PS
yang terbaik sesuai dengan temuan-temuan yang telah kita dapatkan.

Diskusi 5:
Terima kasih atas pertanyaannya, Tutor.
Internet memang memiliki kelebihan luar biasa sebagai sumber data untuk mengembangkan materi
public speaking. Namun, kita juga harus memperhatikan beberapa hal berikut ini:
 Keaslian informasi: Kita harus selalu memastikan bahwa informasi yang kita dapatkan dari internet
adalah benar dan terpercaya. Kita bisa melakukan verifikasi dengan mencari sumber-sumber lain yang
dapat dipercaya atau melihat referensi yang ada di artikel tersebut.
 Kualitas informasi: Internet juga banyak sekali memuat informasi yang tidak terverifikasi atau bahkan
tidak benar. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan kualitas informasi yang kita gunakan. Kita bisa
memilih sumber yang terpercaya dan memiliki reputasi yang baik.
 Keterbukaan sumber: Kita juga perlu memperhatikan keterbukaan sumber yang kita gunakan. Beberapa
sumber mungkin memiliki kepentingan tertentu dan cenderung memihak pada satu sudut pandang
tertentu. Oleh karena itu, kita harus memilih sumber yang netral dan tidak memihak pada satu sudut
pandang tertentu.
 Kredibilitas penulis: Kita harus memeriksa kredibilitas penulis atau pembuat konten di internet. Kita
bisa mencari tahu tentang latar belakang, pengalaman, dan reputasi penulis atau pembuat konten
tersebut.
 Hak cipta: Kita harus selalu menghormati hak cipta dan mencantumkan sumber referensi yang
digunakan. Kita harus menghindari plagiasi dan segala bentuk kecurangan dalam menggunakan
informasi dari internet.

Demikian, mohon tanggapan Tutor dan Rekan-rekan. 😊

Sumber referensi:
Hendriyani, & Dharmawan, Y. P. (2015). Public Speaking (edisi 2). Jatinangor: Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Saefullah, A. (2015). Media Sosial Sebagai Sumber Informasi: Kelebihan dan Kelemahan. Jurnal Ilmiah
Teknologi Informasi Asia, 9(2), 36-41.

10. Data Pendukung Public Speaking


Dalam PS yang bertujuan memberi informasi atau persuasi, pemanfaatan data berupa contoh, statistik,
atau kesaksian akan sangat bermanfaat. Ketiga hal tersebur dapat dipakai bersamaan atau satu per satu
dalam PS kita.
Pemberian contoh dapat dipakai untuk mencapai tiga tujuan: menjelaskan ide kita, menegaskan ide kita,
dan mendekatkan ide kita dengan pengalaman atau perasaan publik kita. Yang penting dalam member
contoh kita perlu menceritakannya dengan jelas dan rinci, serta kita perlu berlatih hingga dapat
menyampaikan seperti kita sedang bercerita pada scorang teman.
Penggunaan statistik yang tepat juga dapat memperkuat PS kita. Untuk it, kita perlu memastikan apakah
statistik yang kita pakai mewakili populasi atau dapat digeneralisasi, diperoleh dengan cara yang tepat ,
dan berasal dari sumber yang dapat diandalkan. Statistik dapat kita pakai untuk menguantifikasi ide kita
namun gunakan secukupnya, jangan berlebihan mengutip beragam angka, yang justru dapat membuat
publik kita pulas. Kita juga perlu menyebutkan dengan jelas sumber statistik tersebut.
Penggunaan alat bantu visual juga bisa membantu. Jangan lupa menjelaskan cara menginterpretasikan
statistik yang kita pakai. Kita dapat membantu publik dengan menyederhanakan statistik yang rumit
hingga lebih mudah dipahami.
Data juga dapat diperoleh dari kesaksian orang lain, bisa seorang yang ahli dalam topik PS kita, atau
justru orang awam yang memiliki pengalaman yang dapat dibagi ke publik kita. Kesaksian dapat kita
pakai dalam PS dalam bentuk kutipan langsung atau parafrase, tergantung kebutuhan kita. Perlu dingat
bahwa dalam menggunakan kesaksian kita harus mengutip atau memparafrase secara akurat, mengambil
kesaksian dari sumber yang dapat dipercaya, serta mengidentifikasi orang yang member kesaksian
tersebut, dengan menyebutkan nama dan relevansinya dengan topik yang kita angkat.
Cara menyebutkan sumber data dalam PS berbeda dengan cara menulis referensi dalam tulisan, kita
hanya perlu menyebutkan nama orang buku/organisasi/sumber data lainnya, tapa detail halaman, tahun,
atau penerbit seperti pada bentuk tulisan.

Diskusi 6
Terima kasih atas pertanyaanya, Tutor.
Pada dasarnya kalimat pembuka yang baik adalah kalimat yang efektif untuk menarik perhatian audiens
dan membuka jalan menuju isi presentasi yang lebih mendalam dan terstruktur. Dari pengamatan pada
beberapa referensi terdapat sejumlah kalimat pembuka yang digunakan oleh public speaker dengan
tujuan dan topik yang berbeda, di antaranya:
 "Selamat pagi/siang/malam, para hadirin yang terhormat." - Kalimat pembuka yang sederhana namun
efektif untuk memperoleh perhatian audiens dan menunjukkan penghargaan pada mereka. Kalimat ini
sering digunakan pada konferensi, acara formal, dan presentasi bisnis.
 "Bayangkan sebuah dunia di mana..." - Kalimat pembuka ini mengajak audiens untuk membayangkan
sesuatu yang berbeda dari kondisi saat ini, dan dapat digunakan untuk membuka presentasi tentang
topik apapun, dari masalah sosial hingga inovasi teknologi.
 "Hari ini, saya ingin berbagi dengan Anda..." - Kalimat pembuka yang jelas dan langsung pada
tujuannya, yang memberitahu audiens apa yang akan mereka pelajari dalam presentasi tersebut.
Kalimat ini sering digunakan pada presentasi yang lebih pendek seperti pidato penghargaan atau
presentasi penjualan.
 "Dahulu kala..." - Kalimat pembuka ini mengajak audiens untuk berimajinasi dan terlibat dalam cerita
yang akan disampaikan. Kalimat ini sering digunakan pada presentasi yang membutuhkan
pengalaman naratif, seperti presentasi motivasi atau ceramah inspiratif.
 "Tahukah Anda bahwa..." - Kalimat pembuka ini memulai presentasi dengan fakta atau informasi
menarik yang mungkin belum diketahui audiens. Kalimat ini sering digunakan pada presentasi yang
ingin menarik perhatian audiens dengan fakta-fakta yang menarik dan unik.
Semua kalimat pembuka di atas dapat diadaptasi dan disesuaikan dengan topik presentasi yang akan
disampaikan.

Demikan, mohon tanggapan Tutor dan rekan-rekan. 😊

Referensi:
Hendriyani, & Dharmawan, Y. P. (2015). Public Speaking (edisi 2). Jatinangor: Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

11. Struktur dan Isi Public Speaking


Penyusunan materi yang baik sangat membantu pembicara untuk dapat menyampaikan materi dengan
baik. Publik pun dapat mendengarkan dengan nyaman dan lebih mudah mengerti sehingga tujuan PS
dapat tercapai. Persiapan penyusunan materi yang baik tentunya membutuhkan waktu yang tidak
sedikit.
Setelah mengorganisasikan dan membuat materi, pembicara
harus
mempelajarinya dengan seksama karena pengetahuan dan pemahaman tentang materi yang disampaikan
sangat mempengaruhi kepercayaan diri. Langkah yang harus dilakukan sebelum presentasi adalah:
menentukan topik, menentukan inti atau pokok-pokok penting yang ingin disampaikan pada publik, pilih
ilustrasi atau contoh yang akan digunakan untuk menjelaskan pokok-pokok penting tersebut, rencanakan
konklusi atau kesimpulan yang ingin disampaikan, dan yang terakhir, tentukan dan tuliskan kata
pembuka.
Struktur public speaking terdiri dari tiga bagian besar: pembukaan, isi, dan penutup. Pada pembukaan
kita memberikan salam pembukaan, menyampaikan judul atau topik PS, seta memberikan agenda PS kita.
Lalu pada bagian isi kita menyampaikan pokok utama disertai ilustrasi atau contoh. Jumlah pokok utama
sebaiknya maksimal empat pokok supaya mudah dingat oleh publik kita. Lalu PS diakhiri dengan
penutup, saat kita memberikan ringkasan PS, menyampaikan harapan kita, serta memberikan salam
penutup.

Diskusi 7
Terima kasih atas pertanyaannya, Tutor.
Menurut saya penggunaan alat bantu visual dalam presentasi dalam public speaking bukanlah suatu
keharusan. Meskipun alat bantu visual seperti slide PowerPoint, grafik, atau video dapat membantu
memperjelas dan memperkuat pesan yang disampaikan, terkadang gaya presentasi yang efektif dapat
dilakukan tanpa bergantung pada alat bantu visual tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa tidak selalu perlu menggunakan alat bantu visual dalam presentasi public
speaking. Pertama, tergantung pada konteks dan audiens, beberapa topik atau gaya presentasi mungkin
lebih cocok disampaikan secara lisan tanpa menggunakan alat bantu visual. Misalnya, jika presentasi
lebih berfokus pada pengalaman pribadi atau narasi yang kuat, kehadiran alat bantu visual mungkin tidak
diperlukan dan bahkan dapat mengalihkan perhatian dari pesan yang disampaikan.
Kedua, penggunaan alat bantu visual dapat menjadi penghalang jika tidak digunakan dengan baik. Jika
slide atau grafik yang disajikan tidak terstruktur dengan baik, terlalu banyak informasi yang ditampilkan,
atau tidak mendukung pesan yang ingin disampaikan, maka alat bantu visual tersebut bisa menyebabkan
kebingungan dan kehilangan fokus pada audiens. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan alat bantu
visual dengan hati-hati dan memastikan bahwa mereka benar-benar memperkuat pesan yang ingin
disampaikan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa penggunaan alat bantu visual dapat sangat berguna dalam banyak
situasi presentasi. Mereka dapat membantu memvisualisasikan data, menyajikan diagram atau grafik
yang sulit dipahami secara lisan, atau memberikan dukungan visual yang memperkuat argumen yang
disampaikan. Oleh karena itu, keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan alat bantu visual
dalam presentasi harus didasarkan pada konteks, tujuan presentasi, dan audiens yang dituju.

Demikian, mohon tanggapan Tutor dan Rekan-rekan. 😊

Referensi:
Hendriyani, & Dharmawan, Y. P. (2015). Public Speaking (edisi 2). Jatinangor: Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Anderson, P., & Anderson, L. (2013). Presenting without PowerPoint: Alternatives to Bullet-Point Slide
Shows. Journal of Management Education, 37(6), 793-827.

12. Pembukaan Public Speaking


Bagian pembuka PS menjadi bagian yang perlu disiapkan karena bagian ini menjadi penarik bagi publik
untuk mengikuti PS kita lebih lanjut. Kesan pertama yang 'menggoda' akan membuat publik antusias
mengikuti keseluruhan PS yang kita sampaikan. Bagian pembuka terdiri dari: salam pembuka (bisa
dilengkapi dengan memperkenalkan diri), menyampaikan topik dan/atau judul yang ingin disampaikan,
serta menyampaikan agenda. Salam pembuka dapat dilakukan dengan mengucapkan selamat
pagi/siang/sore/malam sesuai waktu dilaksanakannya PS serta perkenalan diri kita bila panitia atau
pembawa acara belum memperkenalkan kita.
Kita juga dapat menggunakan pendekatan untuk mencairkan suasana atau ice breaking di bagian
pembuka. Tujuan ice breaking adalah untuk membuat suasana tidak terlalu kaku, mendekatkan
hubungan pembicara dengan publik, menarik perhatian, menyegarkan suasana, dan lainnya. Ice breaking
dapat berbentuk penyataan yang mencengangkan atau dramatis, humor, cerita, pemutaran film,
menyanyikan lagu bersama, bahkan memberikan misteri yang dijawab di akhir PS.

Diskusi 8

Terima kasih atas pertanyaannya, Tutor. 😊


Dalam memilih metode menyampaikan materi public speaking, terdapat berbagai pilihan yang dapat
dipertimbangkan. Namun, menurut pendapat saya, metode yang paling menarik dipilih adalah metode
cerita atau storytelling. Metode ini melibatkan penggunaan cerita atau narasi yang kuat untuk
menyampaikan pesan dan mempengaruhi audiens.
Ada beberapa alasan mengapa metode cerita menjadi menarik dalam public speaking. Pertama, cerita
memiliki daya tarik emosional yang kuat. Dalam menyampaikan pesan atau informasi, emosi dapat
memainkan peran penting dalam mempengaruhi audiens. Dengan menggunakan cerita yang relevan dan
menggugah emosi, pembicara dapat menciptakan ikatan yang lebih dalam dengan audiens dan membuat
pesan mereka lebih melekat.
Selain itu, cerita juga membantu menciptakan gambaran yang jelas dan memperjelas konsep yang
kompleks. Dalam public speaking, seringkali kita perlu menyampaikan ide-ide yang rumit atau abstrak
kepada audiens. Dengan menggunakan cerita, kita dapat mengilustrasikan konsep-konsep tersebut dalam
konteks yang lebih konkrit dan mudah dipahami. Cerita dapat membantu audiens untuk lebih terlibat
dan memahami materi yang disampaikan.
Lebih jauh, cerita memiliki kemampuan untuk membuat materi lebih mudah diingat. Manusia secara
alami cenderung lebih baik mengingat cerita dibandingkan dengan daftar fakta atau data yang kering.
Dengan menggunakan cerita yang menggugah emosi dan memiliki narasi yang kuat, kita dapat
meningkatkan daya ingat audiens terhadap pesan yang disampaikan.

Demikian, mohon tanggapan Tutor dan Rekan-rekan. 😊

Sumber Referensi:
Hendriyani, & Dharmawan, Y. P. (2015). Public Speaking (edisi 2). Jatinangor: Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Denning, S. (2005). The leader's guide to storytelling: Mastering the art and discipline of business
narrative. Jossey-Bass.
13. Menyiapkan Alat Bantu Visual
Alat bantu visual yang baik akan sangat membantu pembicara untuk menyampaikan pesan kepada publik
dengan lebih mudah dan menarik, juga agar pesan lebih mudah dimengerti oleh publik. Untuk itu, alat
bantu visual harus dibuat dan digunakan secara efektif. Berbagai bentuk alat bantu visual yang dapat
digunakan, mulai dari materi cetak, flipchart, whiteboard, televisi, laptop, LCD, panaboard, dan alat bantu
multimedia lainnya, harus disesuaikan dengan jumlah publik yang hadir dan besar kecilnya ruangan.
Pembuatan slides untuk alat bantu visual yang efektif juga perlu memperhatikan berbagai aspek, seperti
bentuk huruf yang dipakai, kepadatan isi, warna, gambar, film, animasi, dan tata letak.

14. Mempresentasikan Alat Bantu Visual


Banyak bentuk alat bantu visual yang dapat digunakan. Pilihlah yang terbaik dan paling sesuai untuk
materi yang akan disampaikan. Tia alat bantu visual mempunyai ciri, kelebihan dan kelemahannya
sendiri. Gambar lebih mudah dingat oleh publik, termasuk juga grafik atau pie chart yang dapat
mengilustrasikan angka-angka dengan jelas dan mudah dimengerti. Demikian juga dengan film dan video
klip.
Mengombinasikan berbagai alat bantu visual dalam satu presentasi tau menggunakan multimedia, dapat
membuat presentasi menjadi lebih menarik dan profesional.
Saat membuat alat bantu visual dengan program di komputer, seperti powerpoint dan sejenisnya, batasi
pemakaian tulisan. Bila dibutuhkan, tulislah dengan huruf yang mudah dibaca dan ukuran yang cukup
besar sehingga mudah dibaca oleh publik. Apapun alat bantu visual yang dipakai, gunakanlah seefektif
mungkin.
Persiapkan dengan baik, tidak ada hasil yang baik bila dikerjakan dengan seadanya saja. Pelajari materi
yang akan disampaikan, kuasai isi materi, dan latihan bagaimana cara mempresentasikannya dengan baik
agar dapat menyampaikan presentasi dengan lancar. Bagaimanapun, kunci dari setiap public speaking
adalah latihan.

15. Bahasa Verbal dan Nonverbal


Dalam komunikasi ada yang disebut bahasa verbal dan bahasa nonverbal, demikian juga halya dalam
public speaking. Bahasa verbal yaitu tata bahasa yang digunakan untuk mengomunikasikan de dan pesan
yang akan disampaikan. Bagian verbal ini mengambil hanya 7% dari total aspek komunikasi. Sementara
bahasa nonverbal mengambil sisa dari total aspek komunikasi, yaitu 93%. Bahasa nonverbal terdiri dari
apa yang dapat terlihat oleh publik, biasa disebut faktor visual dan yang terdengar melalui suara kita,
disebut vokal atau voice.
Bahasa verbal, sekalipun hanya mengambil 7% dari total aspek komunikasi, bukan berarti tidak penting
untuk kita perhatikan. Kita tetap harus memperhatikan tata bahasa yang digunakan pada waktu bicara
agar publik mudah mengerti apa yang kita sampaikan dan pesan dapat diterima sesuai dengan pesannya,
sehingga tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi.
Selain itu, tata bahasa yang baik mencerminkan profesionalisme dan pemahaman kita mengenai etiket
dan sopan-santun.
Bahasa nonverbal visual mengambil perhatian paling banyak dari semua aspek dalam komunikasi,
khususnya public speaking. Bahasa nonverbal dalam kegiatan belajar ini terbagi dari dua bagian, yaitu
bahasa tubuh (body language) dan penampilan.

16. Menyampaikan Materi di Hadapan Publik


Dalam komunikasi terdapat bahasa verbal dan bahasa nonverbal, demikian juga halnya dalam public
speaking. Bahasa verbal yaitu tata bahasa yang digunakan untuk mengomunikasikan ide dan pesan yang
akan disampaikan; bagian verbal ini mengambil 7% dari total aspek komunikasi. Sementara bahasa
nonverbal mengambil sisa dari total aspek komunikasi, yaitu 93%. Bahasa nonverbal terdiri dari apa
yang dapat terlihat oleh publik, biasa disebut faktor visual dan yang terdengar melalui suara kita, disebut
vocal atau voice.
Tata bahasa yang digunakan atau verbal saat bicara harus baik agar publik mudah mengerti apa yang
disampaikan. Selain itu, tata bahasa yang baik mencerminkan profesionalisme dan pemahaman kita
mengenai etiket dan sopan santun. Tata bahasa yang digunakan menunjukkan tingkat penghargaan kita
pada publik.
Seorang pembicara publik harus memiliki kualitas suara (faktor nonverbal) yang baik a dapat
menyampaikan pesan dengan tepat sesuai dengan isi dan makna dari kata-kata yang ampaikan. Faktor
nonverbal lainnya adalah penampilan. Saat melakukan public speaking, 1ampilan disesuaikan dengan
siapa publik yang hadir, tempat dan acaranya. Penampilan a mencerminkan profesionalisme dan
penghargaan kita pada publik.

17. Public Speaking untuk Menginformasikan


PS yang bertujuan menginformasikan publik pada intinya adalah membuat publik ri posisi tidak tahu
menjadi tahu. Informasi yang kita sampaikan dapat menambah ngetahuan publik akan sesuatu hal yang
baru atau memperdalam pengetahuan yang dah dimiliki. Informasi yang diberikan dapat bersifat
sederhana atau kompleks.
Berbicara untuk menyampaikan informasi dapat dikelompokkan dalam empat ategori, yaitu: berbicara
tentang objek, tentang proses, tentang peristiwa, dan berbicara ntang konsep. Objek mengacu pada
sesuatu yang berbentuk atau tidak berbentuk. roses mengacu pada serangkaian kegiatan untuk
menghasilkan sesuatu. Peristiwa tengacu pada hal yang sedang atau telah terjadi, termasuk juga kegiatan.
Sedang konsep rengacu pada ide, prinsip, kepercayaan dan lainnya, konsep bersifat lebih abstrak dari
bjek, proses dan peristiwa. Keempat kategori ini tidak bersifat mutlak, tetapi dapat nembantu kita
mengorganisasikan informasi yang akan disampaikan.
Apapun informasi yang akan disampaikan, pastikan data yang disampaikan kurat. Kenali siapa publik
yang hadir dan sesuaikan cara bicara dan bahasa yang ligunakan dengan latar belakang pendidikan,
profesi dan pengetahuan publik agar nformasi yang disampaikan mudah dimengerti. Contoh-contoh yang
disesuaikan dengan publik juga akan membuat publik lebih mudah mengerti dan tertarik dengan
informasi yang disampaikan. Hindari hal-hal yang bersifat terlalu teknis kecuali kita berbicara dengan
publik yang memiliki pengetahuan tinggi tentang hal yang sedang dibicarakan. Menyampaikan informasi
dengan cara yang sederhana menjadi cara yang paling dianjurkan supaya publik mudah memahami
informasi tersebut.
18. Berbicara untuk Mempersuasi
Persuasi adalah proses mendorong seseorang untuk mengubah kepercayaan atau tindakannya menjadi
seperti yang kita sarankan. Berbicara untuk mempersuasi berarti bertindak sebagai penasihat; tugas kita
adalah membuat publik mau mendengarkan dan bertindak sesuai dengan apa yang kita katakan. Untuk
melakukan persuasi, pembicara harus memiliki kredibilitas, dapat memberikan bukti seta memberikan
alasan yang tepat hingga dapat diterima publik. Selain itu, kemampuan untuk mengomunikasikan ide
hingga menyentuh emosi publik dapat menyebabkan persuasi lebih mudah dilakukan.

19. Berbicara dalam Peristiwa Khusus


Berbicara di muka mum untuk berbagai peristiwa khusus mengacu pada peristiwa-peristiwa di luar
rutinitas kerja sehari-hari. Dalam peristiwa-peristiwa ini biasanya ada waktu yang disediakan untuk
member pidato singkat. Seberapa pun singkatya durasi pidato, persiapan yang baik saat akan bicara di
muka umum adalah kunci sukses seorang public speaker.
Pidato terdiri dari: pembukaan, isi dan penutup. Berbicara di bagian pembuka yang menarik akan
membuat publik ingin mendengar lebih jauh ke bagian isi.
Bagian penutup yang baik akan membuat publik terkesan dan mengingat pidato yang kita sampaikan.
Menjadi pembawa acara berarti bertanggung jawab atas kelancaran acara. Untuk itu, persiapkan dengan
cermat dan perhatikan hal-hal detil. Mungkin orang datang untuk berpesta dan makan malam ke acara,
tapi ketika kita menjadi pembawa cara, kita datang untuk bekerja, bukan untuk makan atau pesta.
Apapun bentuk bicara di muka umum yang kita lakukan perhatikan 5W + H, yaitu: siapa publik yang
hadir (who), kapan saya bicara (when), mengapa saya harus bicara atau tujuan saya bicara untuk apa
(why), di mana saya bicara (where), topik yang saya bicarakan (what), dan hal-hal apa saja yang dapat
meningkatkan kualitas saya pada waktu bicara di depan umum (how). Formula itu adalah kunci sukses
bagi seorang pembicara.

You might also like