Professional Documents
Culture Documents
Rangkuman Modul SKOM4312 Public Speaking
Rangkuman Modul SKOM4312 Public Speaking
Diskusi 1
Terima kasih atas pertanyaannya. Saat ini selain sebagai mahasiswa UT saya juga berkarier sebagai
seorang humas di suatu organisasi pemerintahan. Belajar dan mempraktikan public speaking memiliki
manfaat yang besar bagi karir sebagai humas. Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh:
- Meningkatkan kemampuan berkomunikasi: Public speaking memungkinkan seorang humas untuk
berbicara dengan jelas, lugas, dan efektif dalam situasi publik, termasuk saat memberikan presentasi,
pidato, atau wawancara media. Dengan menguasai keterampilan ini, seorang humas dapat lebih
mudah memahami dan memenuhi kebutuhan audiens dan memastikan bahwa pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan baik.
- Meningkatkan kepercayaan diri: Dalam situasi publik, seorang humas yang dapat berbicara dengan
percaya diri dan mengesankan dapat meningkatkan citra diri dan organisasi yang diwakilinya.
Seorang humas yang memiliki keterampilan public speaking yang baik akan mampu menghadapi
situasi publik dengan lebih tenang dan percaya diri.
- Meningkatkan kemampuan mempengaruhi dan memotivasi: Seorang humas yang mahir dalam public
speaking dapat mempengaruhi dan memotivasi audiens dengan lebih efektif. Keterampilan public
speaking memungkinkan seorang humas untuk membawa pesan organisasi dengan lebih kuat dan
meyakinkan sehingga audiens akan lebih termotivasi untuk mengambil tindakan.
- Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi: Dalam situasi publik, terkadang terjadi perubahan
atau tantangan yang tidak terduga. Seorang humas yang mahir dalam public speaking akan lebih
mudah beradaptasi dengan situasi yang berubah atau tantangan yang baru.
Sumber referensi:
J. G. DeVito, Essentials of Public Speaking, Pearson Education, Inc., 2020.
D. J. Canary and L. K. Dillow, "Public Speaking in the Workplace," in The Handbook of Communication and
Corporate Reputation, ed. C. Carroll, Wiley-Blackwell, 2013.
M. T. Motley and K. M. Camden, "Public Speaking as a Core Communication Competency," Communication
Education, vol. 63, no. 3, pp. 237-244, 2014.
5. Eksplorasi Ide/Gagasan
Kita dapat membayangkan diri kita sedang bercerita pada scorang teman saat memulai melakukan public
speaking. Pilih beberapa ide atau pokok pikiran yang ingin kita sampaikan, jangan terlalu banyak, agar
apa yang ingin kita sampaikan cukup fokus.
Sebuah public speaking akan terdiri dari tiga bagian: pembukaan, isi, dan kesimpulan. Tugas kita pada
bagian pembukaan adalah menarik perhatian dan minat publik. Hal tersebut dapat dicapai dengan
mengajukan pertanyaan yang menarik, pernyataan mister, melakukan pertunjukan, atau hanya dengan
salam sederhana. Pada bagian isi kita menyampaikan pokok pikiran sesuai dengan judul atau tema
pembicaraan kita. Jangan lupakan fokus pembicaraan kita. Pada bagian penutup, kita dapat
menyimpulkan isi public speaking, menjawab mister yang dilontarkan di Pembukaan, atau cukup dengan
salam penutup sederhana.
Kita dapat berlatih menyampaikan public speaking dengan beberapa cara sederhana. Misalnya, dengan
berlatih dengan suara keras hingga kita dapat mendengar suara kita sendiri dengan jelas. Dengan
demikian kita dapat mengasah cara kita men- 'suara'-kan public speaking kita: jelas, ekspresif, cepat,
lambat, dan sebagainya. Cara lain adalah berlatih di depan cermin sehingga kita dapat melihat bahasa
tubuh kita saat menyampaikan public speaking. Berlatih di hadapan teman dan meminta komentarnya,
atau merekam latihan kita melalui kamera video agar dapat kita analisis, juga menjadi cara untuk melatih
cara menyampaikan public speaking.
Agar dapat menyusun kalimat dengan baik, kita dapat memulai dari satu ide utama lalu menggali ide-ide
lain yang berkaitan dengan ide utama tersebut. Lalu kita merangkai berbagai ide tersebut. Perlu diingat
bahwa kita jangan melompat-lompat saat menyampaikan ide, melainkan mengalir hingga mudah
dipahami. Membuat sebuah peta pikiran, yaitu peta tentang bagaimana ide-ide di kepala kita saling
berhubungan, dapat membantu proses menyusun public speaking.
6. Memilih Topik
Mengetahui topik apa yang ingin disampaikan merupakan langkah awal bagi seorang pembicara untuk
membuat materi pidato atau presentasinya. Memilih topik tidak harus selalu topik yang kita ketahui atau
sudah kita kuasai. Bila topik yang ingin disampaikan kurang kita kuasai, kita dapat mencari informasi
melalui beragam media: internet, kamus atau ensiklopedia, melakukan brainstorming dengan
mengelompokkan berbagai kategori topik, atau bertanya pada ahlinya.
Setelah memilih topik, kita perlu menetapkan tujuan umum berbicara. Biasanya tujuan umum dibagi dua,
yaitu tujuan untuk menginformasikan dan mempersuasi. Bila tujuan untuk menginformasikan, pembicara
lebih banyak memaparkan data . Untuk tujuan mempersuasi cara penyampaian untuk memenangkan
publik melakukan apa yang kita sampaikan.
Selanjutnya kita menetapkan tujuan spesifik dari PS agar dapat disampaikan secara lebih fokus. Pada
waktu menetapkan tujuan spesifik ini pertimbangkan hal-hal yang berhubungan dengan publik, seperti:
apakah topik spesifik yang disampaikan menarik bagi publik? Apakah sesuai dengan kebutuhannya?
Apakah diperlukan? Apakah bermanfaat? Apakah dapat mudah dimengerti? Bila jawabannya 'tidak',
sementara materi perlu disampaikan, pembicara harus membuat publik merasa tertarik, membutuhkan,
atau menganggap bahwa materi kita bermanfaat bagi mereka.
Diskusi 3:
7. Analisis Publik
Seorang pembicara yang baik adalah yang audience-centered. Mereka mengetahui bahwa tujuannya
berbicara adalah untuk mendapat respons positif dari pendengar. Pada waktu mempersiapkan dan
melakukan public speaking, yang harus tetap ada di pikiran kita adalah: untuk siapa kita berbicara; apa
yang harus publik ketahui, percaya dan lakukan sebagai hasil presentasi atau pidato ini; seta bagaimana
cara yang paling efektif untuk menyampaikannya.
Banyak hal yang perlu dilakukan, yang cukup memakan waktu, untuk mempersiapkan sebuah mater yang
baik. Namun itulah tanggung jawab seorang pembicara. Dengan mengetahui siapa publik, kita dapat
menghindari kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan rasa malu, sekaligus meningkatkan kepercayaan
diri waktu bicara karena mendapat respons positif dari publik hingga akhirnya dapat memantapkan
kredibilitas diri di mata publik.
Latihan adalah cara terbaik untuk membuat kita lebih baik dan percaya diri dalam melakukan PS,
termasuk antisipasi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan dan bagaimana cara menjawabnya.
Perhatikan respons publik pada waktu kita bicara untuk mengetahui bagaimana reaksi mereka terhadap
kita. Pada awalnya mungkin sulit tapi, dengan banyak latihan dan persiapan yang baik, kita akan melihat
hasilnya yang memuaskan.
Diskusi 4:
Terima kasih atas pertanyaannya, Tutor.
Sebagai pembicara dalam suatu forum publik, menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menguji
kemampuan pembicara dapat menjadi tantangan tersendiri dan beberapa kali saya sendiri pernah
mengalaminya. Dalam menghadapi pertanyaan seperti demikian, sebagai pembicara saya akan berusaha
memahami maksud dan tujuan dari pertanyaan tersebut, mengambil waktu sejenak untuk berpikir
sebelum memberikan jawaban, menjawab dengan jujur dan langsung pada pokok persoalan, serta
bersikap sopan dan tidak defensif dalam memberikan jawaban. Respon seperti demikian saya pelajari
dari Dee Clayton, seorang ahli public speaking.
Selain itu, John Zimmer, seorang pelatih public speaking, juga menyarankan agar pembicara meminta
klarifikasi terlebih dahulu jika tidak memahami pertanyaan yang diajukan, dan berlatih untuk merespons
pertanyaan dengan percaya diri dan tenang, bahkan jika pertanyaan tersebut terlihat sulit atau menjebak.
Stephen E. Lucas dalam bukunya "The Art of Public Speaking" menyatakan bahwa sebagai pembicara, kita
harus siap menghadapi pertanyaan yang menantang atau menguji kemampuan. Kita harus
mendengarkan pertanyaan dengan cermat, mencari tahu apa yang sebenarnya dimaksudkan, dan
mempersiapkan jawaban yang tepat. Selain itu, penting juga untuk menjaga etika dan sikap yang baik
dalam merespons pertanyaan.
Scott Berkun dalam bukunya "Confessions of a Public Speaker" menyatakan bahwa pertanyaan yang sulit
dan menantang sebenarnya merupakan kesempatan untuk meningkatkan kredibilitas seorang
pembicara. Jika kita tidak tahu jawabannya, lebih baik jujur dan berjanji untuk mencari tahu kemudian
daripada memberikan jawaban yang salah atau menghindari pertanyaan. Selain itu, jangan takut untuk
mengajukan pertanyaan balik pada penanya untuk lebih memahami tujuan dan konteks dari
pertanyaannya.
Demikian. Mohon tanggapan Tutor dan Rekan-rekan. 😊
Sumber referensi:
Hendriyani, & Dharmawan, Y. P. (2015). Public Speaking (edisi 2). Jatinangor: Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Lucas, S. E. (2015). The art of public speaking (12th ed.). McGraw-Hill Education.
Berkun, S. (2010). Confessions of a Public Speaker. O'Reilly Media, Inc.
9. Mencari Data
Beragam jalan dapat ditempuh untuk mengumpulkan data yang kita perlukan dalam PS. Cara termudah
dan tercepat adalah dengan mengandalkan pengetahuan dan pengalaman yang telah kita miliki. Kita
dapat menggali banyak cerita dari diri kita sendiri. Sumber data yang satu in terutama sangat bermanfaat
bila materi PS yang kita pilih memang telah kita kuasai. Seperti saat atlet diminta berbicara tentang
olahraga yang ia tekuni, seorang seniman menjelaskan tentang karya-karya yang telah ia ciptakan, atau
saat kita bercerita tentang orang-orang yang telah kita kenal.
Mencari data dari jalur "konvensional" dan jalur internet juga dapat menjadi pilihan bila materi PS yang
kita pilih belum kita kuasai. Perpustakaan, buku teks, surat kabar;, majalah, dan jurnal ilmiah dapat
menjadi tempat yang kita tuju untuk mencari lebih lanjut materi PS kita. Perkembangan teknologi juga
member akses ke internet yang memungkinkan kita mencari materi PS ke berbagai belahan dunia
melaluikeyboard komputer kita. Tetap jaga sikap kritis saat mencari data melalui internet: perhatikan
kredibilitas penulis, aktualitas data, serta objektivitas penyajian data.
Mewawancarai ahli juga dapat menjadi alternatif memperdalam materi PS kita. Seorang ahli dapat
memberikan informasi yang lebih dalam dan aktual tentang topik yang dikuasainya, termasuk juga
analisis-analisis terhadap informasi tersebut. Dalam melakukan wawancara terdapat hal-hal yang harus
kita lakukan dalam tahap persiapan, pelaksanaan, dan setelah wawancara.
Berilah waktu yang cukup bagi diri kita untuk mencari data dari beragam sumber tersebut hingga kita
bisa memperoleh kedalaman data yang cukup dengan ritme kerja yang nyaman bagi diri kita sendiri.
Jangan lupa untuk selalu mencantumkan dan menyebutkan referensi yang kita pakai dalam materi PS
tersebut supaya terbebas dari tuduhan plagiarisme sekaligus meningkatkan kredibilitas kita sebagai
pembicara. Mencari data bagi materi PS dari beragam sumber seperti melakukan penelitian kecil yang
terus berkembang setiap kali ada temuan bar. Bukalah terus pikiran kita hingga dapat membuat alur PS
yang terbaik sesuai dengan temuan-temuan yang telah kita dapatkan.
Diskusi 5:
Terima kasih atas pertanyaannya, Tutor.
Internet memang memiliki kelebihan luar biasa sebagai sumber data untuk mengembangkan materi
public speaking. Namun, kita juga harus memperhatikan beberapa hal berikut ini:
Keaslian informasi: Kita harus selalu memastikan bahwa informasi yang kita dapatkan dari internet
adalah benar dan terpercaya. Kita bisa melakukan verifikasi dengan mencari sumber-sumber lain yang
dapat dipercaya atau melihat referensi yang ada di artikel tersebut.
Kualitas informasi: Internet juga banyak sekali memuat informasi yang tidak terverifikasi atau bahkan
tidak benar. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan kualitas informasi yang kita gunakan. Kita bisa
memilih sumber yang terpercaya dan memiliki reputasi yang baik.
Keterbukaan sumber: Kita juga perlu memperhatikan keterbukaan sumber yang kita gunakan. Beberapa
sumber mungkin memiliki kepentingan tertentu dan cenderung memihak pada satu sudut pandang
tertentu. Oleh karena itu, kita harus memilih sumber yang netral dan tidak memihak pada satu sudut
pandang tertentu.
Kredibilitas penulis: Kita harus memeriksa kredibilitas penulis atau pembuat konten di internet. Kita
bisa mencari tahu tentang latar belakang, pengalaman, dan reputasi penulis atau pembuat konten
tersebut.
Hak cipta: Kita harus selalu menghormati hak cipta dan mencantumkan sumber referensi yang
digunakan. Kita harus menghindari plagiasi dan segala bentuk kecurangan dalam menggunakan
informasi dari internet.
Sumber referensi:
Hendriyani, & Dharmawan, Y. P. (2015). Public Speaking (edisi 2). Jatinangor: Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Saefullah, A. (2015). Media Sosial Sebagai Sumber Informasi: Kelebihan dan Kelemahan. Jurnal Ilmiah
Teknologi Informasi Asia, 9(2), 36-41.
Diskusi 6
Terima kasih atas pertanyaanya, Tutor.
Pada dasarnya kalimat pembuka yang baik adalah kalimat yang efektif untuk menarik perhatian audiens
dan membuka jalan menuju isi presentasi yang lebih mendalam dan terstruktur. Dari pengamatan pada
beberapa referensi terdapat sejumlah kalimat pembuka yang digunakan oleh public speaker dengan
tujuan dan topik yang berbeda, di antaranya:
"Selamat pagi/siang/malam, para hadirin yang terhormat." - Kalimat pembuka yang sederhana namun
efektif untuk memperoleh perhatian audiens dan menunjukkan penghargaan pada mereka. Kalimat ini
sering digunakan pada konferensi, acara formal, dan presentasi bisnis.
"Bayangkan sebuah dunia di mana..." - Kalimat pembuka ini mengajak audiens untuk membayangkan
sesuatu yang berbeda dari kondisi saat ini, dan dapat digunakan untuk membuka presentasi tentang
topik apapun, dari masalah sosial hingga inovasi teknologi.
"Hari ini, saya ingin berbagi dengan Anda..." - Kalimat pembuka yang jelas dan langsung pada
tujuannya, yang memberitahu audiens apa yang akan mereka pelajari dalam presentasi tersebut.
Kalimat ini sering digunakan pada presentasi yang lebih pendek seperti pidato penghargaan atau
presentasi penjualan.
"Dahulu kala..." - Kalimat pembuka ini mengajak audiens untuk berimajinasi dan terlibat dalam cerita
yang akan disampaikan. Kalimat ini sering digunakan pada presentasi yang membutuhkan
pengalaman naratif, seperti presentasi motivasi atau ceramah inspiratif.
"Tahukah Anda bahwa..." - Kalimat pembuka ini memulai presentasi dengan fakta atau informasi
menarik yang mungkin belum diketahui audiens. Kalimat ini sering digunakan pada presentasi yang
ingin menarik perhatian audiens dengan fakta-fakta yang menarik dan unik.
Semua kalimat pembuka di atas dapat diadaptasi dan disesuaikan dengan topik presentasi yang akan
disampaikan.
Referensi:
Hendriyani, & Dharmawan, Y. P. (2015). Public Speaking (edisi 2). Jatinangor: Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Diskusi 7
Terima kasih atas pertanyaannya, Tutor.
Menurut saya penggunaan alat bantu visual dalam presentasi dalam public speaking bukanlah suatu
keharusan. Meskipun alat bantu visual seperti slide PowerPoint, grafik, atau video dapat membantu
memperjelas dan memperkuat pesan yang disampaikan, terkadang gaya presentasi yang efektif dapat
dilakukan tanpa bergantung pada alat bantu visual tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa tidak selalu perlu menggunakan alat bantu visual dalam presentasi public
speaking. Pertama, tergantung pada konteks dan audiens, beberapa topik atau gaya presentasi mungkin
lebih cocok disampaikan secara lisan tanpa menggunakan alat bantu visual. Misalnya, jika presentasi
lebih berfokus pada pengalaman pribadi atau narasi yang kuat, kehadiran alat bantu visual mungkin tidak
diperlukan dan bahkan dapat mengalihkan perhatian dari pesan yang disampaikan.
Kedua, penggunaan alat bantu visual dapat menjadi penghalang jika tidak digunakan dengan baik. Jika
slide atau grafik yang disajikan tidak terstruktur dengan baik, terlalu banyak informasi yang ditampilkan,
atau tidak mendukung pesan yang ingin disampaikan, maka alat bantu visual tersebut bisa menyebabkan
kebingungan dan kehilangan fokus pada audiens. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan alat bantu
visual dengan hati-hati dan memastikan bahwa mereka benar-benar memperkuat pesan yang ingin
disampaikan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa penggunaan alat bantu visual dapat sangat berguna dalam banyak
situasi presentasi. Mereka dapat membantu memvisualisasikan data, menyajikan diagram atau grafik
yang sulit dipahami secara lisan, atau memberikan dukungan visual yang memperkuat argumen yang
disampaikan. Oleh karena itu, keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan alat bantu visual
dalam presentasi harus didasarkan pada konteks, tujuan presentasi, dan audiens yang dituju.
Referensi:
Hendriyani, & Dharmawan, Y. P. (2015). Public Speaking (edisi 2). Jatinangor: Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Anderson, P., & Anderson, L. (2013). Presenting without PowerPoint: Alternatives to Bullet-Point Slide
Shows. Journal of Management Education, 37(6), 793-827.
Diskusi 8
Sumber Referensi:
Hendriyani, & Dharmawan, Y. P. (2015). Public Speaking (edisi 2). Jatinangor: Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Denning, S. (2005). The leader's guide to storytelling: Mastering the art and discipline of business
narrative. Jossey-Bass.
13. Menyiapkan Alat Bantu Visual
Alat bantu visual yang baik akan sangat membantu pembicara untuk menyampaikan pesan kepada publik
dengan lebih mudah dan menarik, juga agar pesan lebih mudah dimengerti oleh publik. Untuk itu, alat
bantu visual harus dibuat dan digunakan secara efektif. Berbagai bentuk alat bantu visual yang dapat
digunakan, mulai dari materi cetak, flipchart, whiteboard, televisi, laptop, LCD, panaboard, dan alat bantu
multimedia lainnya, harus disesuaikan dengan jumlah publik yang hadir dan besar kecilnya ruangan.
Pembuatan slides untuk alat bantu visual yang efektif juga perlu memperhatikan berbagai aspek, seperti
bentuk huruf yang dipakai, kepadatan isi, warna, gambar, film, animasi, dan tata letak.