You are on page 1of 4

Perbedaan Nafs, Al-Fuad dan Al-Lubb

Hati merupakan sebuah tempat diantara kesatuan (ruh) dan


keanekaragaman (nafs). Jika hati mampu melepaskan selubung nafsu, maka ia
akan berada di bawah paying ruh (kesatuan) dan itulah makna hati yang
sebenarnya (Arafat, 2015). Dalam Al-Qur’an nafs sebagai salah satu instrumen
psikis manusia yang memiliki makna bervariasi sesuai objek dan konteks ayat,
antara lain memiliki makna nyawa, nafsu, hakikat diri manusia dan jiwa.
Secara umum nafs dalam konteks membicaraan tentang manusia menunjuk
kepada sisi dalam manuisa yang berpotensi baik dan buruk. Dalam pandangan Al-
Qur’an nafs diciptakan Allah SWT dalam keadaan sempurna untuk berfungsi
menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan atau keburukan, oleh
karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh alQur’an dianjurkan untuk diberi
pendidikan yang lebih besar. Nafs secara fungsional merupakan tempat yang telah
dipersiapkan, agar dapat menampung gagasan serta kemauan manusia dalam
melakukakan perbuatan baik ataupun buruk (Lusyati, 2014). Diantara ciri nafs
adalah tergesa-gesa, lemah, dapat membedakan antara yang baik dan buruk.
Sedangkan sifat nafs di antaranya adalah tawadu, makan, minum, berbohong
(Rofi’i, 2020).
Dalam hati bagian dalam manusia memiliki qalb yang sifatnya berubah-ubah,
qalb berpotensi untuk memerintah manusia sehingga kemudian berkesadaran
dalam bentuk nafs dan kesadaran itu yang terwujud dalam perbuatan manusia
berupa fisik atau jasad manusia. Jadi Nafs yang ada dalam diri manusia digerakkan
oleh hati bagian dalam yang disebut dengan qalb, sehingga dalam perbuatannya
manusia sering berubah-ubah terkadang melakukan perbuatan baik ataupun
melakukan perbuatan buruk karena qalb (hati bagaian dalam) memiliki sifat yang
tidak konsisten (berbolak balik kadang baik dan buruk).
Dalam hati bagian dalam manusia ada yang disebut dengan Al-fuad, sifatnya
tidak pernah berbohong ataupun berdusta meskipun memiliki kebimbangan. Al-
fuad merupakan tempat batin sanubari, disebabkan karena ia tempat terbitnya
cahaya ma’rifat dan sumber pengetahuan yang tertanam dari penyaksian langsung
(musyahadah). Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S An-Najm (53) ayat 11:

‫ب ْٱلفُ َؤادُ َما َرأَى‬


َ َ‫َما َكذ‬
Artinya: Hatinya tidak mendustakan apa yang telah diihatnya. (Qs. An-Najm
(53): 11)
Fuad juga bermakna nalar manusia yang bisa bersifat dan mengarahkan
untuk tunduk kepada sudur (perasaan), nalar insting, nalar reflektif, nalar intuitif
(bisa berfikir) serta nalar yang bisa menangkap suara ataupun bentuk. Lafadz
fuadaun – Af’idatun memiliki makna hati, akal pikiran (bersifat nalar Intuatif)
sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-Isra (17) ayat 36:

َ َ‫ص َر َو ْٱلفُ َؤادَ ُكل أ ُ ۟ولَئِكَ َكان‬


ً ُٔ‫ع ْنهُ َمسْـ‬
‫ول‬ َ َ‫ْس لَكَ ِبِۦه ِع ْلم ۚ ِإن ٱلس ْم َع َو ْٱلب‬ ُ ‫َو َل تَ ْق‬
َ ‫ف َما لَي‬
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya. (Q.S Al-Isra (17): 36)
Dalam Al-Qur’an, Al-fuad selalu digandengkan dengan kata pendengaran dan
penglihatan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S An-Nahl (16) ayat 78:

َ‫ص َر َو ْٱْل َ ْفـِدَة‬ َ َ‫ون أُم َهتِ ُك ْم َل تَ ْعلَ ُمون‬


َ ‫شيْـًٔا َو َجعَ َل لَ ُك ُم ٱلس ْم َع َو ْٱْل َ ْب‬ ِ ‫ط‬ُ ُ‫َوٱّللُ أَ ْخ َر َج ُكم ِمن ب‬
َ‫لَ َعل ُك ْم تَ ْش ُك ُرون‬
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur. (Qs. An-Nahl (16): 78)
Fuad ialah hati bagian dalam yang tugasnya memerintah dan yang membuat
keputusan di dalam Qalb. Meskipun fuad memiliki kebimbangan, fuad bisa
membuat keputusan karena memiliki otaknya qalb yang disebut Lubbun (Inti hati).
Al-Lubb merupakan (inti) hati yang paling dalam. Kata Al-Lubb yaitu jamak
dari kata albab, kata ini hanya dimiliki oleh seseorang yang Allah SWT kehendaki
dengan sebutan ulul albab (orang yang memiliki otak yang berlapis-lapis/ memiliki
otak yang tajam) dengan karakteristik yang senantiasa ingat kepada Allah SWT
dimanapun ia berada. AL-Lubb merupakan merupakan tingkatan utama dan
tertinggi dalam hati manusia, yaitu tempat terbitnya “Tauhid” atau cahaya fana’
pada Allah SWT (Arafat, 2015).
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Az-Zumar (39) ayat 21:

ً ‫ض ث ُ َّم ي ُْخ ِر ُج بِِۦه زَ ْر‬


‫عا م ْختَ ِلفًا‬ ِ ‫سلَ َكهۥُ يَ َٰنَبِي َع فِى ْٱْل َ ْر‬ َّ ‫ٱَّللَ أَنزَ َل ِمنَ ٱل‬
َ َ‫س َما ٓ ِء َما ٓ ًء ف‬ َّ ‫أَلَ ْم ت ََر أَ َّن‬
ِ َ‫ط ًما ۚ ِإ َّن فِى َٰذَلِكَ لَ ِذ ْك َر َٰى ِْل ُ ۟و ِلى ْٱْل َ ْل َٰب‬
‫ب‬ َ َٰ ‫صف ًَّرا ث ُ َّم يَجْ َعلُ ۥهُ ُح‬
ْ ‫أَ ْل َٰ َونُ ۥهُ ث ُ َّم يَ ِهي ُج فَت ََر َٰىهُ ُم‬
Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah“
menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi
kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-
,macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan
kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal." (Q.S Az-Zumar: 21)
Kesimpulannya bahwa nafs merujuk kepada arti manusia dengan susunan
ruh dan jasad sebagai sesuatu yang hidup dan sempurna pada semua strukturnya,
baik itu raga, akal pikir, dan akhlaq. Nafs dikendalikan oleh hati (al-qalb), dengan
potensi dapat melakukan perbuatan baik atau perbuatan buruk, al-qalb dimiliki
oleh setiap umat manusia. Sedangkan al-fuad dan al-lubb sama-sama merupakan
sebutan dari kata hati (al-qalb). Perbedaannya ada pada tingakatan dan letak yang
terdapat dalam hati (al-qalb). Al-fuad ialah hati yang paling dalam dengan sumber
sebagai cahaya ma’rifat dan pengetahuan. Al-fuad dimiliki oleh orang-orang yang
beriman kepada Allah SWT. Sedangakan Al-lubb ialah hati yang paling terdalam,
yaitu tingakatan hati yang paling utama dan paling tinggi. Al-lubbI merupakan
tempat terbitnya “Tauhid” atau cahaya fana’ pada Allah SWT yang hanya dimiliki
oleh orang-orang yang beriman dan Ulul albab (orang-orang yeng berakal).
References:
Arafat, A. T. (2015). HAKIKAT HATI MENURUT AL-HAKIM AL-TIRMIZI Philosophy of Heart
According to Al-Hakim Al-Tirmizi. Jurnal SMaRT, 83-95.

Lusyati, M. S. (2014). NAFS (JIWA) DALAM AL-QUR’AN. Jurnal al-Fath, 177 - 212.

Rofi’i, M. A. (2020). AL-NAFS DALAM AL-QUR’AN: MAKNA, MACAM DAN


KARAKTERISTIKNYA. Al-I’jaz, 73 - 86.

https://tafsirweb.com/4640-surat-al-isra-ayat-36.html
https://tafsirweb.com/4426-surat-an-nahl-ayat-78.html
https://tafsirweb.com/10125-surat-an-najm-ayat-11.html
https://tafsirweb.com/8683-surat-az-zumar-ayat-21.html

You might also like