You are on page 1of 47

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Ibu dan Anak

1. Pengertian

Menurut WHO (World Health Organization), Kesehatan

merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang

komplet dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit. Kesehatan

juga dinilai dari angka mortalitas (kematian) dan morbiditas

(kesakitan) selama periode tertentu. Oleh karena itu, keseimbangan

antara kesejahteraan fisik, mental, dan sosial serta keberadaan

penyakit menjadi indikator utama kesehatan3.

2. Progam Kesehatan Ibu dan Anak

Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan

yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin,

ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak prasekolah21.

a. Tujuan Progam KIA

1) Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan

prilaku) dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya

dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya

pembinaan kesehatan keluarga.

2) Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak

1
prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga.

3) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak

balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu meneteki.

4) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu

bersalin, nifas, ibu meneteki, bayi dan anak balita.

5) .Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat,

keluarga seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah

kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui

peningkatan peran ibu dan keluarganya21.

b. Prinsip Progam KIA

Pengelolaan progam KIA pada prinsipnya bertujuan

memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu

pelayanan KIA, secara efektif dan efesien. Penetapan

pelayanan KIA di utamakan kegiatan pokok sebagai berikut:

1) Meningkatkan pelayanan antenatal di semua fasilitas

pelayanan dengan mutu yang baik serta jangkauan yang

setinggi tingginya.

2) Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditunjukan

kepada peningkatan persalinan oleh tenaga profesional

secara berangsur21.

c. Pelayanan dan jenis Indikator KIA

1) Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang

2
diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya

sesuai dengan standar pelayanan antenatal.

2) Pertolongan persalinan, jenis tenaga yang memberikan

pertolongan persalinan kepada masyarakat; tenaga

profesional, dukun bayi yang terlatih atau yang belum

terlatih.

3) Deteksi dini ibu hamil beresiko.

4) Indikator pelayanan kesehatan ibu dan bayi3.

B. Pelayanan keesehatan ibu hamil (Antenatal care )

1. Pengertian

Antenatal Care (ANC) yaitu pelayanan kesehatan oleh tenaga

profesional untuk ibu hamil selama masa kehamilannya yang

dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang di

tetapkan. Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan

kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu

hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan

pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara

wajar17.

Pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan ibu hamil baik

fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,

persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat

dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental. Kunjungan Antenatal

3
Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini

mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care

(ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai

kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk

mendapatkan diagnosis kehamilan intra uterine serta ada tidaknya

masalah atau komplikasi22.

2. Tujuan Antenatal Care

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pelayanan kesehatan ibu hamil

(Antenatal Care) adalah :

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang janin.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal

dan sosial ibu dan bayi.

3) Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal

mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

4
pemberian ASI Eksklusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

7) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal

Tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk menjaga

agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan

dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi

yang sehat.

b. Tujuan Khusus

1) Mengenali dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin

diderita sedini mungkin.

2) Menurunkan angka morbilitas ibu dan anak.

3) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari

hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan,

nifas dan laktasi.

Tujuan Antenatal Care (ANC) adalah menyiapkan

wanita hamil sebaik-baiknya fisik dan mental serta

menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan

masa nifas, sehingga keadaan mereka pada post partum sehat

dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.

5
C. Anemi Pada Kehamilan

1. Pengertian

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar

hemoglobin di bawah 11 gr/dl pada trimester 1 dan 3, dengan kadar

hemoglobin < 10,5 gr/dl pada trimester ke 2 21.

Anemia yang sering dijumpai dalam kehamilan adalah

anemia akibat kekurangan zat besi karena kekurangan asupan

unsur besi dalam makanan, gangguan penyerapan peningkatan

kebutuhan zat besi atau karena terlampau banyaknya zat besi yang

keluar dari tubuh misalnya pada perdarahan. Wanita hamil butuh

zat besi sekitar 40 mg perhari atau 2 kali lipat kondisi tidak hamil.

2. Faktor faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil

Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurang

memadainya asupan makanan sumber Fe, meningkatnya kebutuhan

Fe saat hamil dan kehilangan banyak darah. Wanita Usia Subur

(WUS) adalah salah satu kelompok resiko tinggi terpapar anemia

karena mereka tidak memiliki asupan atau cadangan Fe yang cukup

terhadap kebutuhan dan kehilangan Fe23.

Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab anemia:

a. Asupan Fe yang tidak memadai

Hanya sekitar 25% WUS memenuhi kebutuhan Fe

sesuaiAngka Kecukupan Gizi (AKG) Adalah 26μg/hari.Secara

rata-rata, wanita mengkonsumsi 6,5 μg Fe perhari melalui diet

6
makanan.Ketidakcukupan Fe tidak hanya dipenuhi dari

konsumsi makanan sumber Fe seperti daging sapi, ayam, ikan,

telur, dan lain-lain, tetapi dipengaruhi oleh variasi penyerapan

Fe.Variasi ini disebabkan oleh perubahan fisiologis tubuh ibu

hamil, menyusui sehingga meningkatkan kebutuhan Fe bagi

tubuh, tipe Fe yang dikonsumsi,dan faktor diet yang

mempercepat (enhancer) dan menghambat (inhibitor)

penyerapan Fe, jenis yang dimakan. Heme iron dari Hb dan

mioglobin hewan lebih mudah dicerna dan tidak dipengaruhi

oleh inhibitor Fe. Non-heme iron yang membentuk 90% Fe dari

makanan non-daging seperti biji-bijian, sayuran, buah dan

telur23.

Bioavabilitas non-heme iron dipengaruhi oleh beberapa

faktor inhibitor dan enhancer. Inhibitor utama penyerapan Fe

adalah fitat dan polifenol. Fitat terutama ditemukan pada biji-

bijian sereal,kacang dan beberapa sayuran seperti bayam.

Polifenol dijumpai dalam minuman kopi, teh, sayuran dan

kacang-kacangan. Enhancer penyerapan Fe antara lain asam

askorbat atau vitamin C dan protein hewani dalam daging sapi,

ayam, ikan karena mengandung asam amino pengikat Fe untuk

meningkatkan absorpsi Fe. Alkohol danasam laktat kurang

mampu meningkatkan penyerapan Fe23.

7
b. Peningkatan kebutuhan fisiologi

Kebutuhan Fe meningkat selama kehamilan untuk

memenuhi kebutuhan Fe akibat peningkatan volume darah,

untuk menyediakan Fe bagi janin dan plasenta, dan untuk

menggantikan kehilangan darah saat persalinan. Peningkatan

absorpsi Fe selama trimester II kehamilan membantu

peningkatan kebutuhan. Beberapa studi menggambarkan

pengaruh antara suplementasi Fe selama kehamilan dan

peningkatan konsentrasi Hb pada trimester III kehamilan dapat

meningkatkan berat lahir bayi dan usia kehamilan23.

c. Malabsorpsi

Episode diare yang berulang akibat kebiasaan yang tidak

higienis dapat mengakibatkan malabsorpsi. Insiden diare yang

cukup tinggi,terjadi terutama pada kebanyakan negara

berkembang. Infestasi cacing, khusunya cacing tambang dan

askaris menyebabkan kehilangan besi dan malabsorpsi besi. Di

daerah endemik malaria, serangan malaria yang berulang dapat

menimbulkan anemia karena defisiensi zat besi24.

d. Simpanan Zat Besi yang buruk

Simpanan zat besi dalam tubuh orang-orang Asia

memiliki jumlah yang tidak besar, terbukti dari rendahnya

hemosiderin dalam sumsum tulang dan rendahnya simpanan zat

besi di dalam hati. Jika bayi dilahirkan dengan simpanan zat besi

8
yang buruk, maka defisiensi ini akan semakin parah pada bayi

yang hanya mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) saja dalam periode

waktu yang lama24.

e. Kehilangan banyak darah

Kehilangan darah terjadi melalui operasi, penyakit dan

donor darah. Pada wanita, kehilangan darah terjadi melalui

menstruasi. Wanita hamil juga mengalami pendarahan saat dan

setelah melahirkan. Efek samping atau akibat kehilangan darah

ini tergantung pada jumlah darah yang keluar dan cadangan Fe

dalam tubuh. Rata-rata seorang wanita mengeluarkan darah 27

ml setiap siklus menstruasi 28 hari. Diduga 10% wanita

kehilangan darah lebih dari 80 ml per bulan. Banyaknya darah

yang keluar berperan pada kejadian anemia karena wanita tidak

mempunyai persedian Fe yang cukup dan absorpsi Fe ke dalam

tubuh tidak dapat menggantikan hilangnya Fe saat menstruasi23 .

Jumlah Fe yang hilang/keluar saat menstruasi juga

bervariasi dengan tipe alat kontrasepsi yang dipakai. Intra

uterine Device (IUD)dan spiral dapat meningkatkan pengeluaran

darah 2 kali saat menstruasi dan pil mengurangi kehilangan

darah sebesar 1,5 kali ketika menstruasi berlangsung23 .

Komplikasi kehamilan yang mengarah pada pendarahan

saat dan pasca persalinan dihubungkan juga dengan peningkatan

risiko anemia. Plasenta previa dan plasenta abrupsi beresiko

9
terhadap timbulnya anemia setelah melahirkan. Dalam

persalinan normal seorang wanita hamil akan mengeluarkan

darah rata-rata 500 ml atau setara dengan 200 mg Fe.

Pendarahan juga meningkat saat proses melahirkan secara

caesar/operasi 23

f. Tidak cukupan gizi

Penyebab utama anemia karena defisiensi zat besi,

khususnya negara berkembang, adalah konsumsi gizi yang tidak

memadai. Banyak orang bergantung hanya pada makanan nabati

yang memiliki absorpsi zat besi yang buruk dan terdapat

beberapa zat dalam makanan tersebut yang mempengaruhi

absorpsi besi24.

g. Hemoglobinopati

Pembentukan hemoglobin yang abnormal, seperti pada

thalasemia dan anemia sel sabit merupakan faktor non gizi yang

penting.

h. Obat dan faktor lainnya

Diantara orang-orang dewasa, anemia defisiensi besi

berkaitan dengan keadaan inflamasi yang kronis seperti arthritis,

kehilangan darah melalui saluran pencernaan akibat pemakaian

obat, seperti aspirin, dalam jangka waktu lama, dan tumor 24 .

3. Tanda dan gejala anemia pada ibu hamil

gejala awal anemia berupa badan lemah, kurang nafsu makan,

10
kurang nergi, kosentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi

penyakit, mata berkunang kunang, selain itu kelopak mata, bibir

dan kuku pucat. Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat

dilakukan dengan cara pemberian tablet besi serta peningkatan

kualitas makanan sehari-hari. Ibu hamil biasanya tidak hanya

mendapatkan preparat besi tetapi juga asam folat 25.

Anemia pada kehamilan akan ditemukan tanda – tanda seperti

cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, mual muntah

yang sangat hebat terutama saat usia kehamilan masih muda1.

4. Patofisiologi anemia pada kehamilan

Darah akan bertambah dalam kehamilan, yang lazim disebut

hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah

kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi

pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah plasma 30 %, sel

darah merah 18% dan hemoglobin 19%. Bertambahnya darah

dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan

mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 minggu dan 36

minggu, secara fisiologis pengenceran darah ini untuk membantu

meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya

kehamilan. Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan

adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat

terhadap placenta dan pertumbuhan payudarah. Volume plasma

meningkat 45% dimulai dari trimester 2 kehamilan dan maksimum

11
terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1.000 ml,

menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan

partus21.

5. Jenis jenis anemia

Anemia dapat digolongkan menjadi:

a. Anemia defisieni besi (Fe)

Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi

dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk

wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan

adalah pemberian tablet besi.

Terapi oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu

ferosulfat, feroglukonat atau Natrium ferobisitrat. Pemberian

preparat besi 60mg/ hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1

gr% tiap bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi

60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia 21.

b. Anemia megaloblastik

Adalah anemia disebabkan kekurangan asam folat.

Pengobatannya:

1) Asam folat 15 –30 mg per hari

2) Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari

3) Sulfat ferosus 3X1 tablet per hari

4) Pada kasus berat dan pengobatan per oral sehingga dapat

diberikan tranfusi darah

12
c. Anemia hipoplastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum

tulang, Membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik

diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi

lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan

retikulosit21.

d. Anemia hemolitik

Adalah anemia disebabkan karena penghancuran sel darah

merah yang lebih cepat dari pada pembuatanya21

Hemoglobin (Hb) yaitu komponen sel darah merah yang

berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb

berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan

tubuh untuk bahan bakar proses metabolisme. Zat besi merupakan

bahan baku pembuat sel darah merah. Ibu hamil mempunyai

tingkat metabolisme yang tinggi misalnya untuk membuat jaringan

tubuh janin, membentuknya menjadi organ dan juga untuk

memproduksi energi agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal

sehari – hari21. Fungsi Hb merupakan komponen utama eritrosit

yang berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida. Warna

merah pada darah disebabkan oleh kandungan Hb yang merupakan

susunan protein yang komplek yang terdiri dari protein, globulin

dan satu senyawa yang bukan protein yang disebut heme. Heme

tersusun dari suatu senyawa lingkar yang bernama porfirin yang

13
bagian pusatnya ditempati oleh logam besi (Fe). Jadi heme adalah

senyawa-senyawa porfirin-besi, sedangkan hemoglobin adalah

senyawa komplek antara globin dengan heme26.

6. Bahaya dan dampak anemia pada kehamilan

a. Bahaya selama kehamilan

1) Dapat terjadi abortus

2) Persalinan prematuritas

3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim

4) Mudah terjadi infeksi

5) Ancaman decompensasi cordis atau payah jantung (<6 gr%)

6) Mola hidatidosa (hamil anggur)

7) Hiperemisis gravidarum (mual muntah saat hamil muda)

8) Perdarahan antepartum (sebelum melahirkan)

9) Ketuban pecah dini (KPD)

b. Bahaya saat persalinan

1) Gangguan his- kekuatan mengejan

2) Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus

terlantar.

3) Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan

sering memerlukan tindakan oprasi kebidanan

4) Kala uri dapat di ikuti retensio placenta (placenta tidak lepas

demgan spontan) dan perdarahan postpartum karena atonia

uteri

14
5) Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan

atonia uteri.

c. Bahaya pada saat nifas

1) Terjadi sub involusi uteri menimbulkan perdarahan post

partum

2) Memudahkan infeksi puerperium (daerah dibawah genetalia)

3) Pengeluaran ASI berkurang

4) Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan.

5) Anemia kala nifas (masa setelah melahirkan hingga 42 hari)

6) Mudah terjadi infeksi mame.

d. Bahaya pada janin

Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai

kebutuhan daro ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi

kemampuan metabolisme tubuh sehingga menganggu pertumbuhan

dan perkembangan janin dalam rahim. Misalnya:

1) Abortus

2) Terjadi kematian intra uterine

3) Persalinan prematuritas

4) Berat badan lahir rendah

5) Dapat terjadi cacat bawaan

6) Bayi mudah mendapatkan infeksi sampai kematian perinatal

7) Intelengensia rendah1

15
7. Pencegahan anemia

Pencegahan anemia pada ibu hamil antara lain :

a. Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran

warna hijau, kacang-kacangan, protein hewani, terutama hati.

b. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin c seperti jeruk,

tomat, mangga dan lain-lain yang dapat meningkatkan zat besi.

Suplemen zat besi memang diperlukan untuk kondisi

tertentu, wanita hamil dan anemia berat misalnya. Manfaat zat besi

selama kehamilan bukan untuk meningkatkan atau menjaga

kosentrasi hemoglobin ibu, atau untuk mencegah kekurangan zat

besi pada ibu. Ibu yang mengalami kekurangan zat besi pada awal

kehamilan dan tidak mendaptkan suplemen memerlukan sekitar 2

tahun untuk mengisi kembali simpanan zat besi dari sumber sumber

makanan sehingga suplemen zat besi sirekomendasi sebagai dasar

yang rutin5. Penderita anemia ringan sebaiknya tidak menggunakan

suplemen zat besi. Lebih cepat bila mengupayakan perbaikan menu

makanan. Mislanya dengan mengkonsumsi makanan yang banyak

mengandung zat besi27.

8. Penanganan anemia dalam kehamilan menurut tingkat pelayanan :

a. Polindes :

1) Membuat diagnosis klinik dan rujukan pemeriksaan

laboratorium

2) Memberikan terapi oral : tablet besi 90 mg/hari

16
3) Penyuluhan gizi ibu hamil dan menyusui.

b. Puskesmas

1) Membuat diagnosis dan terapi

2) Menentukan penyakit kronik (malaria,TBC) dan

penangannya.

c. Rumah Sakit

1) Membuat Diagnosis dan terapi.

2) Diagnosis thalasemia dengan elektroforesis Hb, bila ibu

ternyata pembawa sifat, perlu tes pada suami untuk

menentukan risiko pada bayi21.

9. Standar Asuhan Kebidanan pada ibu hamil anemia

Dalam standar pelayanan antenatal untuk pengelolaan

anemia pada kehamilan terdapat pada standar enam dengan tujuan

untuk menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan

melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia

sebelum persalinan berlangsung. Pada standar ini dilakukan

pernyataan bahwa, bidan melakukan tindakan pencegahan,

penemuan, penanganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada

kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, prasyarat dalam

standar ini yaitu, adanya pedoman pengelolaan anemia pada

kehamilan, bidan mampu mengenali dan mengelola anemia pada

kehamilan, memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia,

alat untuk mengukur kadar Hb yang berfungsi baik, tersedia tablet

17
zat besi dan asam folat, menggunakan KMS Ibu hamil/ buku KIA,

Kartu ibu. Adapun proses yang harus dilakukan untuk pengelolaan

anemia pada kehamilan diantaranya bidan harus:

a. Memeriksa kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama,

dan pada minggu ke-28. Hb dibawah 11 gr% pada kehamilan

termasuk anemia dibawah 7 gr% adalah anemia berat. Bila alat

pemeriksaan tidak tersedia, periksa kelopak mata dan perkirakan

ada/tidaknya anemia.

b. Bila Hb kurang dari 11 gr%

1) Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal,

tentang perlunya minum tablet zat besi, makanan yang

mengandung zat besi sebelum /sesudah makan (teh/ kopi atau

susu mengganggu penyerapan zat besi).

2) tablet zat besi pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet (60

mg) selama 90 hari berturut-turut21.

3) Fe dan Ekstrak bayam sebanyak 1 gram selama 7 hari28.

4) Pemberian multipel micro nutrien dan daun umbi jalar

sebanyak 100 gram dan tablet fe selama 15 hari29.

5) Pemberian telur ayam ras rebus Sebanyak 1 butir telur sehari

selama 14 hari30.

c. Jika prevalensi malaria tinggi, selalu ingatkan ibu untuk berhati-

hati agar tidak tertular penyakit malaria. Beri tablet klorokuin 10

mg/kg BB per oral, sehari satu kali selama 2 hari. Kemudian

18
anjurkan dengan 5 mg/kg BB pada hari ke-3. Klorokuin aman

dalam 3 trimester kehamilan).

d. Jika ditemukan/diduga anemia (bagian dalam kelopak mata

pucat), berikan 2-3 kali 1 tablet zat besi perhari.

e. Rujuk ibu hamil dengan anemia untuk pemeriksaan terhadap

penyakit cacing/ parasit atau penyakit lainnya, dan sekaligus

untuk pengobatannya.

f. Jika diduga ada anemia berat Hb < 7 gr % (misalnya: wajah

pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan, kelopak mata sangat

pucat), segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan

selanjutnya. Ibu hamil dengan anemia pada triester ketiga perlu

diberi zat besi dan asam folat secara IM.

g. Rujuk ibu hamil dengan anemia berat dan rencanakan untuk

bersalin di rumah sakit.

h. Sarankan ibu hamil dengan anemia untuk minum tablet zat besi

sampai 4-6 bulan setelah persalinan21.

19
Tabel 2.1 Efektivitas Asuhan Kebidanan dalam peningkatan kadar
hemoglobin
Peneliti Intervensi Output Hasil P ES
Andi St Pemberian HB Meter P=0,002
kacang M1=9,7
merah SD=0,9
terhadap N=30
pengobatan M2=12,5
anemia ibu SD2=1,1
hamil N=30
sebanyak
10 gram
(50 mg zat
besi)
selama 14
hari
Wiwik S Pemberian HB Meter P= 0,005
jus kacang N= 10
panjang
terhadap
kadar
hemoglobin
ibu hamil
anemia
sebanyak
200 gram
(12,4 mg
zat besi)
selama 14
hari
Sugita Pemberian HB Meter P= 0.001 0,2
telur ayam M1=12.013 (Sedang)
ras rebus SD1=1.0322
terhadap N=15
ibu hamil M2=13.740
anemia SD2=1.0176
Sebanyak 1 N=15
butir telur
(1,04 mg
zat besi)
sehari
selama 14
hari

20
Penelitian yang dilakukan Sugita tentang pemberian telur ayam

ras rebus terhadap penigkatan kada hemoglobin ibu hamil dengan dosis 1

butir rebus selama 14 hari mampu meningkatkan kadar hemoglobin

dengan nilai p 0,001. Penelitian lain dilakukan oleh Rona L Peberian

hati ayam kampung sebanyak 75 gram (18,7 mg) per minggu secara rutin

selama 4 minggu hasil penelitian keduanya menunjukkan kadar

hemoglobin ibu hamil mengalami peningkatan namun waktu yang terapi

yang diperlukan cukup lama.

D. Hemoglobin

1. Definisi Hemoglobin

Hemoglobin (Hb) yaitu protein pembawa oksigen di dalam sel

darah merah, yang memberi warna merah pada sel darah merah.

Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen.

Kadar hemoglobin yang tinggi abnormal terjadi karena nkeadaan

hemokonsentrasi akibat dari dehidrasi (kehilangan cairan). Kadar

hemoglobin darah yang rendah berkaitan dengan berbagai masalah klinis

Jumlah sel darah merah (SDM) dan kadar hemoglobin tidak selalu

meningkat atau menurun bersamaan. Sebagai contoh, penurunan jumlah

sel darah merah disertai kadar hemoglobin yang sedikit meningkat atau

normal terjadi pada kasus anemi pernisiosa, serta kadar sel darah merah

yang sedikit meningkat atau normal disertai dengan kadar hemoglobin

yang menurun, terjadi pada anemia defisiensi zat besi31.

21
Hemoglobin (Hb) merupakan bagian utama dari sel darah merah

dan mengikat oksigen, bila seseorang memiliki jumlah sel darah merah di

bawah batas normal atau kadar Hb rendah sel–sel tubuh tidak akan

mendapatkan oksigen yang cukup, sehingga timbul gejala anemia berupa

kelelahan. Pemeriksaan hematologi rutin sangat penting 32.

Hb berperan sebagai pembawa oksigen pada sel darah merah.

Pengukuran kadar hb dalam darah dapat dilakukan dilakukan dengan

dengan dua cara yaitu : dengan metode sahli yang sederhana dan cara yang

canggih yaitu metode cyanmethemoglobin. Hb adalah senyawa yang

membawa oksigen pada sel darah merah. Kadar Hb yang rendah

mengidikasikan anemia. Metode pemeriksaan Hb yang pertama kali

ditemukan yang menggunakan teknik kimia adalah metode sahli dengan

membandingkan senyawa ahir secara visual terhadap standar gelas warna.

Cara ini memungkinkan 2-3 kali terjadi kesalahan rata-rata dibandingkan

dengan metode yang menggunakan spektrofotometer. Hasil pemeriksaan

kadar Hb dalam darah dengan metode sahli memiliki subjektifitas yang

tinggi karena hasil pemeriksaan sangat tergantung kepada subjektifitas

pemeriksa, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : faktor

penglihatan tenaga pemeriksa, penyinaran, gelas yang digunakan sebagai

standar warna dan ketajaman33.

Metode cyanmethemoglobin adalah cara yang lebih canggih dalam

menentukan kadar Hb. Pemeriksaan kadar Hb dilakukan dengan cara Hb

dioksidasi oleh kalium ferrosinida menjadi methemoglobin yang kemudian

22
bereaksi dengan ion sianida (CN2-) membentuk sian-methemoglobin yang

berwarna merah. Pembacaan intensitas warna dilakukan dengan

menggunakan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang

dibandingkan adalah alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif, tetapi

fotometer ini hargannya cukup mahal sehingga belum semua laboratorium

memilikinya33.

2. Kadar hemoglobin

Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram

setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen”4. Batas

normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar

hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah

menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis

kelamin3.

Tabel 2.2 Batas Nilai Hemoglobin


Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl)
Anak 6 bulan – 6 tahun 11,0
Anak 6 tahun – 12 tahun 12,0
Pria dewasa 13,0
Ibu hamil 11,0
Wanita Dewasa 12,0
Sumber : WHO dalam Arisman 2002

3. Proses Pembentukan homoglobin

Sintesis hemoglobin dimulai dalam eritrosit dan terus berlangsung

sampai tingkat normoblast dan retukulosit. Dari penyelidikan dari isotop

diketahui bahwa bagian hem dari hemoglobin terutama sintesis dari asam

asetat dan glisin, dan sebagian besar sintesis ini terjadi dalam mitokondria.

Langka awal sintesis adalah pembentukan senyawa pirol. Selanjutnya,

23
empat senyawa pirol bersatu membentuk senyawa protoporfirin yang

kemudian berikatan dengan besi membentuk molekul hem. Ahirnya empat

molekul hem berikatan dengan satu molekul, satu globin yang diseintesis

dalam ribrosom recticulum endoplasma membentuk hemoglobin 34.

Proses pembentukan atau sintesis hemoglobin ini membutuhkan waktu

lebih kurang 7-10 hingga menjadi matang dan siap di edarkan keseluruh

tubuh bersama sel darah merah, maka masa hidupnya pun sama halnya

dengan masa hidup sel darah merah, yaitu sekitar 120 hari34.

Transferin plasma
(yang sudah terikat
besi)

Terikat dengan reseptor transferrin


dipermukaan RBC yang sedang
berkembang (Erythoblast dlm
susumtulang)

Masuk dalam RBC dengan


endositosis

Disosiasi dari complex transferrin-besi

Besi dilepas dalam Transferrin meninggalkan


mitokondria sel untuk berikatan melokul
besi lain
Bergabung dengan rantai
= yang Heme
polipeptida (globin
disintesis oleh riblosom
Proto proferin IX

Rantai hemoglobin

4 pirol (gabungam
Empat Rantai hb pirol-pirol lain)
berikatan
Suksinil-KOA yang
pirol Berikatan
dib4entuk dalam
Molekul Hb dengan glisin
siklus krebs

24
4. Fungsi Hemoglobin

Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke

seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh

sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai

reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam

sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam

hemoglobin35.

Menurut Depkes RI adapun manfaathemoglobin antara lain:

a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam

jaringan-jaringan tubuh.

b. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh

jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

c. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil

metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah

seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan

pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari

normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia4.

E. Feritin

Untuk menilai status besi dalam hati perlu dilakukan pengukuran

kadar feretin. Banyaknya simpanan zat besi dalam hati dapat dilihat dari

jumlah feretin yang dikeluarkan ke dalam darah. Apabila ditemukan serum

feretin sebesar 30 mg/dl RBC (eritrosit) berarti didalam hati terdapat 30 x

10 mg = 300 feritin33.

25
Ferritin adalah sebuah protein yang dapat ditemukan didalam sel

dimana digunaka untuk menyimpan Fe sehingga suatu saat dapat

digunakan oleh tubuh. Jumlah ferritin darah secara langsung dihubungkan

dengan jumlah Fe yang disimpan dalam tubuh.

Kadar ferritin serum merukan gambaran keadaan simpanan total

zat besi didalam tubuh dan merupakan indikator cadangan besi yang bisa

dilihat kadarnya melalui pemeriksaan laborattorium36.

Pemeriksaan kadar serum ferritin dapat digunakan untuk

mengetahui cadangan Fe tubuh. Pemeriksaan serum ferritin dapat

dilakukan sebagai pemeriksaan rutin dan sangat bermanfaat untuk deteksi

awal anemia defisiensi Fe pada individu yang sehat. Serum ferritin

biasanya dipriksa dengan menggunakan metode ELISA.

Ferritin serum merupakan tolak ukur kadar simpanan besi dalam

retikuloendotelial ferritin serum sama seperti pewarnaan besi dalam

sumsum tulang yaitu memberi informasi klinis yang sama setiap 1 µg/L

ferritin serum menggambarkan simpanan besi sebanyak 8-10 mg. Kadar

feritin berkorelasi langsung dengan total cadangan besi di tubuh. Bila

cadangan besi berkurang maka kadar feritin akan menurun sehingga feritin

merupakan penanda yang paling awal dari kondisi defisiensi besi. Menurut

WHO, nilai cut off feritin untuk mendiagnosis ADB digunakan angka 15

μg/L tetapi untuk daerah tropik dimana angka infeksi dan inflamasi masih

tinggi maka nilai cut off yang diajukan di knegeri barat tampaknya perlu

dikoreksi. Daerah tropik digunakan batas nilai serum feritin sebesar

26
<20μg/L. Kadar feritin <20μg/l dikombinasi dengan anemia hipokromik

mikrositer secara klinis paling sensitif dan spesifik dalam mendiagnosis

ADB36.

Kadar serum ferritin akan rendah pada keadaan perdarahan

lama,anemia defisiensi Fe dan Status gizi kurang sedangkan keadaan

inflansi akan meningkatkan kadar ferritin. Kadar ferritin serum selama

kehamilan akan menurun akibat hemodilusi minggu ke-12 sampai minggu

ke-15 kosentrasi ferritin serum mengalami penurunan37. Ferritin serum

dapat dipengaruhi kadarnya pada beberapa keadaan klinis misalnya

penyakit hati akut,sirosis, penyakit hodgkin, leukimia akut, infeksi gagal

ginjal kronis, dan tumor yang solid. Keadaan klinis tersebut dapat

mempengaruhi kadar ferritin serum palsu atau bahkan pada penderita

anemia defisiensi besi yang seharusnya memiliki kadar serum feritin

rendah, akan tetapi karna mengalami keadaan diatas mungkin kadar

ferritin serumnya menjadi normal atau bahkan meningkat 31.

Menurut parakkasi besi dibutuhkan untuk produksi Hb, sehingga

anemia akan kekurangan besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah

merah yang lebih kecil dan kandungan hb yang rendah. Besi juga

merupakan mikronutrien essensial dalam memproduksi Hb yang berfungsi

mengantar oksigen dari paru-paru kejaringan tubuh untuk disekresikan ke

dalam udara pernafasan sitokrom dan komponen lain pada sistem emzim

pernafasan, sitokrom dan komponen lain. Pada sistem enzim pernafasan

seperti sitokrom oksidase, katalase dan proksidase. Besi berperan dalam

27
sintesis Hb dan sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ±

0,004% berat tubuh (60-70%) terdapat Hb yang tersimpan sebagai Ferritin38.

D. Zat Besi (Fe) pada ibu hamil

1. Pengertian

Zat besi adalah mineral mikron yang paling banyak terdapat

dalam tubuh manusia. Zat besi merupakan komponen dari hemoglobin,

sinkran enzim katalase, serta peroksidase. Besi merupakan mineral

mikron yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia yaitu sebanyak

3-5 gram dalam tubuh manusia dewasa35.

2. Sumber zat besi

Faktor yang mempengaruhi kehamilan dian taranya adalah asupan

gizi ibu yang diperoleh dari konsumsi makanan. Asupan disesuaikan

dengan kebutuhan asupan gizi. Asupan gizi ibu hamil meliputi berbagai

jenis zat gizi yang terkandung dalam makanan seperti energi, protein, zat

besi, dan asam folatSumber zat besi adalah makan hewani, seperti daging,

ayam dan ikan.Sumber zat besi lainnya adalah telur, serealia tumbuk,

kacang-kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan. Disamping jumlah besi,

perlu diperhatikan kualitas besi di dalam makanan,dinamakan juga

ketersediaan biologic (bioavability)4.

3. Kebutuhan Zat besi menurut umur

Kebutuhan zat besi wanita lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi

menstruasi dengan pendarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan,dan

kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40mg. Disamping itu kehamilan

28
memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah

merah Serta membentuk sel darah merah janin dan plasenta.

Jika pada saat persalinan cadangan zat besi minimal, maka setiap

kehamilan akan menguras persediaan zat besi dalam tubuh dan akhirnya

menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya1.

Angka kecukupan ini dihitung berdasarkan ketersediaan

hayati(bioavailability) sebesar 15%. Zat besi dalam makanan dapat berasal

dari sumber nabati dengan ketersediaan hayati 2-3% dan sumber hewani

dengan ketersediaan hayati 20-23%. Untuk meningkatkan ketersediaan

hayati, zat besi yag berasal dari tumbuh-tumbuhan dapat ditambahkan

dengan vitamin C dan asam organik lainnya.

Tabel. 2.3 Angka kecukupan Besi Berdasarkan Golongan Umur


Golongan Umur Angka Kecukupan Besi
(Mg)
Wanita
10–12 th 20

13–15 th 26

16–18 th 26

19–29 th 26

30–49 th 12

50–64 th 12

Wanita hamil
Trimester I +0
Trimester II +9
Trimester III +13

29
Angka kecukupan ini dihitung berdasarkan ketersediaan hayati

(bioavailability) sebesar 15% .Zat besi dalam makanan dapat berasal dari

sumber nabati dengan ketersediaan hayati 2-3% dan sumber hewani

dengan ketersediaan hayati 20-23%. Untuk meningkatkan ketersediaan

hayati, zat esi yag berasal dari tumbuh - tumbuhan dapat ditambahkan

dengan vitamin C dan asam organik lainnya.

4. Absorpsi, Transportasi dan penyimpanan zat besi

Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi. Sebelum diabsorpsi,

di dalam lambung besi dibebaskan dari ikatan organik, seperti protein.

Sebagian besar besi dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk fero. Hal

ini terjadi dalam suasana asam didalam lambung dengan adanya Hcl dan

Vitamin C yang terdapat dalam makanan35.

Absorpsi terutama terjadi dibagian atas usus halum (duodenum)

dengan bantuan alat angkut protein khusus. Ada dua jenis alat angkut

protein didalam sel mukosa usus halus yang membantu penyerapan besi,

yaitu transferrin dan ferritin. Transferrin, protein yang disintesis didalam

hati, terdapat dalam dua bentuk. Transferrin mukosa mengangkut besi dari

saluran cerna kedalam sel mukosa dan memindahkannya ke transferrin

reseptor yang ada didalam sel mukosa. Transferrin mukosa kemudian

kembali ke rongga saluran cerna untuk mengikat besi lain, sedangkan

transferrin reseptor mengangkut besi melalui darah ke semua jaringan

tubuh. Dua ion feri di ikatkan pada transferrin untuk di bawa ke jaringan-

jaringan tubuh. Banyaknya reseptor transferrin yang mendapat pada

30
membran pada sel tergantung pada kebutuhan tiap sel. Kekurangan besi

pertama dapat dilihat pada tinggkat kejenuhan transferrin35.

Proses absorbsi besi dibagai menjadi tiga fase yaitu :

a. Fase Luminal

Besi dalam makanan terdapat dalam dua bentuk, yaitu besi

heme dan besi non-heme. Besi heme terdapat dalam daging ikan,

tingkat absorbsi dan bioavailabilitanya tinggi. Besi non-heme berasal

dari sumber nabati, tingkat absorpsi dan bioavailabilitasnya rendah.

Besi dalam makanan diolah di lambung (dilepaskan dengan ikata

dengan senyawa lain) karena pengaruh asam lambung. Kemudian jadi

reduksi dari besi bentuk feri (Fe3+) ke Fero (Fe2+) yang diserap di

duodenum31.

b. Fase Mukosal

Penyerapan besi terjadi terutama melalui mukosa duodenum

dan jejenum proksimal. Penyerapan terjadi secara aktif melalui proses

yang sangat komplek dan terkendali. Besi heme dipertahankan terlarut

oleh pengaruh asam lambung. Pada brush border dari sel absosptif

(terletak pada puncak vili usus, disebut sebagai apical cell), besi feri

direduksi menjadi besi fero oleh enzim ferireduktase, dimediasi oleh

protein duodenal cytochrome b-like (DCYTB). Transpor melalui

membran difasilitasi oleh divalent metal transpoter (DMT 1). Setelah

besi masuk dalam sitoplasma sebagian disimpan dalam bentuk ferritin

sebagian diloloskan melai basolateral transpoter kedalam kapiler

31
usus. Pada proses ini terjadi konsfersi dari feri ke fero oleh enzim

ferooksidase (anatara lain oleh hephaestin). Kemudian besi bentuk feri

diikat oleh apotransferin membetuk kompleks transferin besi yang

kemudian akan masuk kedalam ke dalam sel mukosa dibantu oleh

DMT 1. Besi non-heme akan dilepaskan dan apotransferin akan

kembali ke dalam lumen usus39.

c. Fase korpereal

Besi setelah diserap melewati bagian basal epitel usus,

memasuki kapiler usus. Kemudian dalam darah diikat oleh

apotransferin menjadi transferin. Satu molekul transferin (Fe2-Tf)

akan berikatan dengan reseptor transferin (transferin reseptor =Tfr)

yang terdapat pada permukaan sel, terutama sel normoblas. Kompleks

Fe2-Tf-Tfr akan terlokalisis pada suatu cekungan yang dilapisi oleh

klatrin (clathrin-coated pit). Cekungan ini mengalami invaginasi

sehingga membentuk endosom. Suatu pompa proton menurunkan Ph

dalam endosom sehingga terjadi pelepasan besi dengan transferin.

Besi dalam endosom akan dikeluarkan ke sitoplasma dengan bantuan

DMT 1, sedangkan ikatan apotransferin dan reseptor transferin

mengalami siklus kembali kepermukaan sel dan dapat dipergunakan

kembali.

Besi yang berada dalam sitoplasma sebagai disimpan dalam

bentuk feritin dan sebagaian masuk mitokondria dan bersama sama

dengan protopoferin untuk pembentukan heme. Protoporfirin adalah

32
suatu tetrapirol dimana keempat cicin pirol ini diikat oleh 4 gugusan

metan hingga terbentuk suatu rantai protoporferin. Empat dari enam

posisi ordinal fero menjadi chealating kepada protopoferin oleh enzim

heme sintetase ferrocelatase. Sehingga terbentuk heme, yaitu suatu

kompleks persenyawaan protoporferin yang mengandung suatu atom

besi fero ditengahnya40 .

5. Metabolisme Besi dalam tubuh

Besi yang terdapat didalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah

lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada didalam sel sel darah merah atau

hemoglobin (lebih dari 2,5g), myoglobin (150 mg), phorphyrin

cytocchrome, hati, limpa sumsum tulang (>200-1500 mg). Ada 2

bagian besi dalam tubuh yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk

keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan.

Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim heme dan non heme

adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat

badan. Feritin dan hemosinderin adalah bentuk besi cadangan yang

biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme

besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan,

pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran35.

Zat besi diserap didalam tubuh di duodenum dan jejunum bagian

atas melaui proses yang kompleks. Proses ini tahap tahap utama sebagai

berikut :

33
a. Besi yang terdapat didalam bahan pangan, baik dalam bentuk Fe₃₊

(Ferri) atau Fe²₊ (Ferro) mula mula mengalami proses pencernaan.

b. Didalam lambung Fe₃₊ (Ferri) larut dalam asam lambung kemudian

di ikat gastroferin dan direduksi menjadi Fe²₊ (Ferro) dengan

adanya asam askrobat (Vitamin C)

c. Didalm usus Fe²₊ (Ferro) dioksidasi menjadi Fe₃₊ (Ferri). Fe₃₊

selanjutnya berikatan dengan apoferitin yang kemudian

ditransformasi menjadi feritin, membebaskan Fe²₊ kedalam plasma

darah.

d. Di dalam plasma, Fe²₊ dioksidasi menjadi Fe₃₊ dan berikatan

dengan transferin. Transferin mengangkut Fe²₊ kedalam sumsum

tulang untuk bergabung membentuk hemoglobin.

e. Transferin mengangkut Fe²₊ kedalam tempat penyimpanan besi

didalam tubuh (hati,sumsum tulang,limpa, simtem

retikuloendotelial) kemudian di oksidasi menjadi Fe₃₊. Fe₃₊ ini

bergabung dengan apoferritin membentuk feritin yang kemudian di

simpan41.

34
proses metabolisme zat besi dapat dilihat dalam gambar di bawah

ini :

Besi dalam
makanan

Usus

Epitel
Usus(Fe²₊)

Plasma darah(Fe²₊ + Jika besi darah rendah Sel Retikulo Endotelia


Apotransferin) (Fe2₊ + Apoferitin)
Transferin Feritin

Kelebihan Fe2₊

Beredar ke sumsum Eritrosit hancur


Besi digunakan Oleh
tulang (Fe2₊) (Fe2+)
eritrosit

Gambar 2.2 Proses Metabolisme Besi

Dalam tubuh kita, terdapat suatu mekanisme yang disebut

Hunger Mechanisme atau Mekanisme Kelaparan. Ketika tubuh dalam

keadaan kekurangan (kekurangan Fe atau kekurangan berat badan)

dan mendapatkan asupan dalam jumlah yang cukup, maka dengan

sesegera mungkin tubuh akan memberikan respon dengan menyerap

sebanyak mungkin29.

35
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi besi

Dalam keadaan defisiensi besi, absorpsi dapat mencapai 50%.

Beberapa faktor yang mempengaruhi absorpsi besi, yaitu :

a. Bentuk besi

Di dalam makanan berpengaruh terhadap penyerapannya.

Besi-hem, yang merupakan bagian dari hemoglobin dan

myoglobin yang terdapat di dalam daging hewan dapat diserap

dua kali lipat daripada besi-nonhem.

b. Asam organik

Asam organik seperti vitamin C sangat membantu penyerapan

besi non hem dengan merubah bentuk feri menjadi bentuk fero.

Bentuk fero lebih mudah diserap. Asam organik lain adalah asam

sitrat.

c. Asam fitat

Asam fitat dan factor lain didalam serat serealia dan asam

oksalat didalam sayuran dapat menghambat penyerapan besi.

Dengan mengikat besi, sehingga mempersulit penyerapannya.

Vitamin dengan jumlah yang cukup dapat melawan sebagian

pengaruh faktor-faktor yang menghambat penyerapan besi ini.

d. Tanin

Tannin merupakan polifenol dan terdapat di dalam teh,

kopi, dan beberpa jenis sayuran dan buah juga menghambat

asbsorbsi besi dengan cara mengikatnya. Kalisum dosis tinggi

36
berupa suplemen menghambat absorpsi besi, namun

mekanismenya belum diketahui dengan pasti.

e. Tingkat keasaman lambung

Keasaman lambung dapat meningkatkan daya larut besi.

Kekurangan asam klorida di dalam lambung atau penggunaan obat-

obat yang bersifat basa seperti antacid menghalangi absorpsi besi.

f. Faktor intrinsik

Faktor intrinsik di dalam lambung membantu penyerapan besi

diduga karena hem mempunyai struktur yang sama dengan vitamin

B12.

g. Kebutuhan tubuh

Kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh besar terhadap

absorpsi besi. Bila tubuh kekurangan besi atau kebutuhan

meningkat pada masa pertumbuhan, absorpsi besi non-hem dapat

meningkat sampai sepuluh kali, sedangkan besi-hem dua kali 35.

7. Makanan yang mengandung zat besi

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap

saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat

bagi tubuh. Menurut WHO, yang dimaksud makanan adalah : “Food

include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or

preparedform, wich are part of human diet.” Batasan makanan tersebut

tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi yang diperlukan

untuk tujuan pengobatan42.

37
Zat besi adalah zat yang mengikat oksigen dalam darah sehingga

apabila zat besi ini berkurang akan membuat darah kita tidak menyebar

dengan baik atau disebut juga anemia. Untuk kita kita harus mengenal apa

yang pentingnya zat besi, dan berikut ini pilihan makanan yang penuh

dengan zat besi. Zat besi adalah suatu zat dalam tubuh manusia yang erat

dengan ketersediaan jumlah darah yang diperlukan.

Sumber makanan yang mengandung zat besi:

a. Zat besi yang berasal dari hewani yaitu daging, ayam, ikan, telur.

b. Zat besi yang berasal dari nabati yaitu kacang-kacangan, sayuran hijau,

dan pisang ambon.

Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam

membantu meningkatkan penyerapan Fe didalam tubuh. Kehadiran protein

hewani, vitmin C, Vitamin A, Asam folat zat gizi mikro lain dapat

meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain dari

mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan

vitamin A, karena makanan sumber zat besi biasanya juga merupakan

sumber vitamin A43.

8. Jenis makanan yang mengandung sumber zat besi

Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) DKBM adalah daftar

yang memuat susunan kandungan zat-zat gizi berbagai jenis bahan

makanan atau makanan. Zat gizi tersebut meliputi energi, protein, lemak,

karbohidrat, beberapa mineral penting (kalsium, besi), dan vitamin,

(Vitamin A, Vitamin B, Niasin dan Vitamin C).

38
Tabel 2.4 Daftar kandungan zat besi dalam makanan
Bahan Makanan Fe (Mg) Bahan makanan Fe (Mg)
Beras giling 0,8 Sawi 1,0
Jagung kuning 2,1 Bengkoang 0,6
Gaplek 1,9 Buncis 1,1
Kentang 0,7 Kacang panjang 6,2
Ketela pohon 0,7 Daun ubi rambat 10,0
Ubi jalar merah 0,7 Daun kecipir 6,2
Tempe kedelai 10,0 Daun lobak 3,7
murni
Ayam 1,5 Daun pepaya 0,8
Daging kambing 1,0 Daun singkong 2,0
Daging sapi 2,8 Jantung pisang 0,1
Telor ayam 2,7 Gambas 0,9
Udang rebon 21,4 Kangkung 2,5
Ikan segar 1,0 Kacang buncis 1,1
Udang segar 8,0 Kacang kapri 1,9
Bayam 3,9 Katuk 2,7
Daun mlinjo 4,2 Kemangi 2,0
Beras ketan hitam 0,8 Ketimun 0,3
Macaroni 0,3 Kecipir buah muda 0,3
Mie basah 0,8 Kol kembang 1,1
Mie kering 2,8 Kol 0,5
Roti putih 1,5 Krokot 3,6
Tepung beras 0,8 Labu air 0,6
Ubi rambat 0,7 Labu siam 0,5
Uwi 1,8 Lobak 0,6
Kornet 4,0 Pare 1,4
Hati sapi 66 Rebong 0,5
Babat 1,0 Taoge 2,5
Otak 3,6 Terong 2,0
Usus 4,0 Tomat masak 0,5
Bandeng 2,0 Wortel 0,8
Bawal 2,0 Apel 0,3
Ikan gabus 0,9 Alpukat 0,9
Ikan asin 2,5 Blimbing 1,1
Ikan segar 1,0 Jambu biji 1,1
Kakap 1,0 Jambu air 0,2
Kembung 1,0 Jeruk 0,2
Keong 1,0 Duku 0,9
Kepiting 1,7 Durian 1,3

39
Lanjutan Tabel 2.4 Daftar kandungan zat besi dalam makanan

Bahan Makanan Fe (Mg) Bahan makanan Fe (Mg)


Kerang 3,1 Kedondong 2,8
Belut 1,0 Mangga muda 0,8
Pindnag 1,0 Nanas 0,3
Susu sapi 1,7 Pepaya 1,7
Yoghurt 0,1 Pisang ambon 0,5
Keju 1,6 Rambutan 0,5
Sirkaya 0,8 Salak 4,2
Wijen 9,5 Sawo 1,0
Sirsat 0,6 Semangka 0,2

F. Protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupaka

bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima dari bagian tubuh

adalah protein, separuhnya ada di dalam otot, seperlima di dalam

tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan

selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim,

berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, metriks

intraseluler, dan sebagainya adalah protein. Protein terdiri atas rantai-

rantai panjang asam amino, yang terikat satu sama lain dalam

ikatan peptida. Asam amino terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen,

oksigen, dan nitrogen; beberapa asam amino disamping itu

mengandung unsur-unsur fosfor, besi, iodium, dan kobalt. Unsur

nitrogen adalah unsur utama protein, karena terdapat di dalam

semua protein akan tetapi tidak terdapat di dalam karbohidrat dan

lemak43.

Protein merupakan faktor penting untuk menjalankan

fungsi-fungsi tubuh. Selain sebagai sumber energi, protein

40
berfungsi sebagai zat pembangun tubuh dan zat pengatur di dalam

tubuh. Selain zat pembangun, fungsi utamanya bagi tubuh adalah

membentuk jaringan baru, disamping untuk memelihara jaringan

yang telah ada44.

Unit pembangunan dalam semua jenis protein adalah asam

amino (AA). Berbagai jenis asam amino membangun sel dan jaringan

tubuh yang sangat spesifik diantaranya adalah hemoglobin dalam

sel darah merah45.

G. Karbohidrat

Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Melalui

fotosintesis,klorofil tanaman dengan bantuan matahari

membentuk karbohidrat dari karbon dioksida (CO2) yang berasal

dari udara dan air (H2O) dari tanah. Karbohidrat merupakan

sumber utama bagi manusia. Rakyat Indonesia mengkonsumsi

karbohidrat dalam jumlah besar. Hal ini dibuktikan dengan hasil

perhitungan oleh Biro Pusat Statistik dalam Neraca Bahan Makanan

1990 yang menyatakan bahwa di Indonesia energi berasal dari

karbohidrat merupakan 72% jumlah energi rata-rata sehari yang

dikonsumsi oleh penduduk. Sedangkan dinegara-negara maju seperti

Amerika Serikat dan Eropa Barat, angka konsumsi karbohidrat lebih

rendah yaitu rata-rata 50%43.

Karbohidrat dalam ilmu gizi dibagi dalam dua golongan, yaitu:

41
1) Karbohidrat sederhana. Terdiri atas monosakarida, disakarida, gula

alkohol, dan oligosakarida.

2) Karbohidrat kompleks. Terdiri atas polisakarida dan serat.

Fungsi dari karbohidrat yaitu sebagai sumber energi, pemberi

rasa manis pada manusia, penghemat protein, pengatur metabolisme

lemak, dan membantu pengeluaran feses. Adapun sumber karbohidrat

adalah padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacang kering, dan gula.

Hasil olahan bahan-bahan ini seperti nasi, mie, bihun, roti, tepung,

selai, sirup, dan sebagainya.

H. Udang Rebon

1. Pengertian

Udang rebon adalah salah satu hasil laut dari jenis udang-

udangan namun dengan ukuran yang sangat kecil dibandingkan

dengan jenis udang-udangan lainnya.Karena ukurannya yang kecil

inilah, udang ini disebut dengan udang “rebon”. Dimancanegara,

udang ini lebih dikenal dengan terasi shrimp karena memang udang

ini merupakan bahan baku utama pembuatan terasi. Dipasaranpun,

udang ini lebih mudah ditemukan sebagai bahan seperti terasi, atau

telah dikeringkan dan sangat jarang dijual dalam keadaan segar 15.

Udang rebon merupakan Zooplankton dengan ukuran

panjang 1-1,5 cm yang terdiri dari kelompok Crustacea yaitu

Mysidocea acetes dan larva peraedae yang ditemukan disekitar

muara. Ciri-ciri udang rebon adalah mempunyai tiga pasang kaki

42
yang sempurna, restum dan telsonnya pendek, mempunyai kaki

renang yang sempurna dan tampak berbulu dan panjang antena

sekitar 2-3 kali panjang tubuhnya.

2. Kandungan Udang Rebon

Selain kaya akan sumber zat gizi protein, kalsium dan zat

besi ternyata terdapat satu manfaat unik dari udang rebon yang bisa

jadi sulit didapatkan dari jenis udang-udangan lain, yaitu kulit nya

yang berbeda.Berbeda dengan jenis udang-udangan lain yang

biasanya hanya dimakan dagingnya saja tanpa kulitnya, seluruh

bagian udang rebon dapat dimakan. Hal ini terutama karena

ukurannya yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan untuk

membuang kulit atau kepalanya seperti ketika akan memakan udang-

udangan lain. Hasilnya, justru inilah yang menjadi salah satu

keunggulan udang rebon dibandingkan udang-udangan lain,maupun

makanan sumber protein lainnya15.

Tabel 2.5 Kandungan gizi Rebon udang per 100 gram


Komposisi Rebon udang kering Rebon udang
segar
Kalori (Kal) 299 81
Lemak (gr) 3,6 1,2
Protein (gr) 59,4 16,2
Karbohidrat (gr) 3,2 0,7
Kalsium (gr) 2,306 757
Fosfor (mg) 265 292
Besi (mg) 21,4 2,2
Vitamin B1 0,06 0,04
Air (gr) 21,6 79,0

43
Selain kandungan proteinnya yang tinggi, ke unggulan lain

dari udang rebon adalah kandungan kalsium dalam 100gram udang

rebon kering adalah 2.306mg, atau setara 16 kali kandungan

kalsium pada 100 gram susu sapi. Kandungan kalsium udang rebon

yang tinggi ini juga di dukung tingginya kandungan fosfor yaitu

sebanyak 625 gram, sehingga penyerapan kalsium udang rebon

pun bisa berjalan dengan baik. Sedangkan untuk zat besi udang

rebon kering mengandung zat besi sebanyak 21,4 gram atau setara

dengan 8 kali kandungan zat besi 100 gram daging sapi15.

Sedangkan dalam 1,67gram udang rebon memiliki

kandungan zat gizi : kalori 5,46 kal, protein 1,41 gr, karbohidrat

0,07 gr, kalsium 0,05 gr, fosfor 6,3 mg, besi 0,35 mg, air 0,51 gr.

3. Manfaat Rebon Udang

Selain kaya akan sumber zat gizi protein, kalsium dan zat

besi, ternyata terdapat suatu manfaat unik dari udang rebon yang

bisa jadi sulit didapatkan dari jenis udang-udangan lain, yaitu dari

kulitnya. Berbeda dengan jenis udangudangan lain yang biasanya

hanya dimakan dagingya saja tanpa kulitnya, seluruh bagian dari

udang rebon dapat dimakan. Hal ini terutama karena ukurannya

yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan untuk membuang

kulit atau kepalanya seperti ketika akan memakan udang-udanagn

lain. Hasilnya, justru inilah yang menjadi salah satu keunggulan

44
udang rebon dibandingkan udang-udangan lain, maupun makanan

sumber protein lainnya.

kalsium yang terdapat dalam kulit udang merupakan unsur

penting pada udang, dan sering kali dibuang sebelum udang

dimakan. Hal ini tentunya berakibat pada terbuangnya kalsium

yang terdapat udang rebon, karena seluruh bagian udang rebon

dimakan, seluruh kalsium yang terdapat udang pun dapat diperoleh.

Kulit udang juga kaya akan kitosan, yang sangat bermanfaat untuk

menghambat penyerapan lemak dan kolestrol dalam tubuh. Jika

kitosan terkena asam lambung senyawa tersebut akan berubah

menjadi semacam gel yang dapat mengikat kolestrol dan lemak

yang berasal dari makanan15.

45
I. Kerangka Teori

Tablet tambah Janin


darah
Inhibotor : kopi
teh susu Hemoglobin < 11
gr% Kebutuhan zat
Zat Besi Asam Menstimulasi
absorpsi mereduksi besi meningkat
(Anemia kehamilan)
Feri-fero
Inhancer : vit c

Perubahan volume
Molekul
Karbohidrat darah/hemodilusi
Zat besi diabsoprsi di hemoglobin
Udang rebon Membantu
usus halus
metabolisme

Heme
Ibu hamil
Energi bergambung
Protein Transferin dalam rantai
globin

Protein mengikat besi


Dilepas dalam darah Transferrin
zat besi Besi transferrin
bersama transferin meninggalkan sel
ke susmsum untuk berikatan besi
tulang lain

Ferri di ubah
Sisa besi
menjadi ferro
Disimpan dalam
hati (ferritin)

46
47

You might also like