You are on page 1of 6

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No.

1, (2020) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F72

Evaluasi Kualitas Layanan pada Unit Pengembangan


UMKM: Studi Kasus Community Development
Center Telkom Witel Surabaya Selatan
Rizal Satria Wahyudin, Imam Baihaqi, dan Dewie Saktia Ardiantono
Departemen Manajemen Bisnis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS)
e-mail: ibaihaqi@mb.its.ac.id

Abstrak—Peran Business Development Service Provider (BDS-P) kecil yaitu sebesar 20% pada tahun pertama, dan 10% pada
dalam membantu mengembangkan dan meningkatkan daya saing tahun kedua [4].
UMKM telah banyak dirasakan oleh UMKM. Namun demikian, Untuk mengantisipasi adanya risiko kegagalan dan
BDS-P sering kali gagal dalam menyediakan program atau
rendahnya daya saing dari UMKM, pemerintah Indonesia
layanan sesuai dengan kebutuhan dari UMKM ditengah kondisi
lingkungan yang sangat dinamis. Community Development Center mengeluarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
(CDC) Telkom Witel Surabaya Selatan merupakan BDS-P yang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pasal 15 dan 16. Pasal
dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang dibentuk tersebut menjelaskan tentang lembaga pengembangan bisnis
dengan tujuan untuk melaksanakan pembinaan UMKM di daerah yang tujuan utamanya untuk membantu UMKM dan para
Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode Importance pelaku usaha di Indonesia. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
Performance Analysis (IPA). Data pada penelitian ini diperoleh
2008 menjelaskan terkait lembaga pengembangan bisnis.
dari 60 UMKM binaan pada periode Januari – September 2019.
Hasil Importance Performance Analysis diketahui bahwa terdapat Terdapat dua jenis lembaga pengembangan bisnis yaitu,
lima atribut yang berada dalam kuadran I. Atribut tersebut Business Development Service Provider (BDS-P) dan
terdiri dari: 1) akses untuk memasarkan produk secara online, 2) inkubator.
akses untuk mempertemukan UMKM dengan potensial buyer Penelitian terkait lembaga pengembangan bisnis telah
(pembeli), 3) edukasi untuk mengelola social media, 4) edukasi banyak dilakukan di berbagai negara. Lembaga pengembangan
untuk menggunakan aplikasi penunjang kegiatan usaha, 5)
bisnis salah satunya BDS-P telah terbukti memiliki peran dalam
bantuan dalam pembuatan logo, desain kemasan, dan foto
produk. meningkatkan perkembangan usaha. BDS-P mampu
memberikan kemudahan akses keuangan dalam memperoleh
Kata Kunci—Business Development Service Provider, Importance modal tambahan untuk mengembangkan usahanya (studi kasus
Performance Analysis, Kualitas Layanan. UMKM di Afrika Selatan) [5]. Hal ini diperkuat dengan
penelitian lain yang menemukan bahwa BDS-P juga mampu
I. PENDAHULUAN meningkatkan akses keuangan kepada UMKM di Yamen
(islamic microfinance) [6].
U MKM memiliki peran yang sangat penting terhadap
pergerakan ekonomi di Indonesia [1]. Berdasarkan hasil
sensus ekonomi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik
Peran dan juga manfaat dari BDS-P di Indonesia sudah
cukup banyak dirasakan oleh UMKM. UMKM yang mengikuti
program atau pembinaan oleh BDS-P akan mendapatkan skill
(BPS) pada tahun 2016, iklim usaha di Indonesia didominasi baru dengan adanya program pelatihan serta mendapatkan
oleh UMK (usaha mikro kecil) dengan total 26,07 juta usaha bimbingan usaha supaya UMKM tersebut dapat terus
atau 98,68% dari total usaha non-pertanian di Indonesia dan berkembang dan bersaing secara global [7] selain itu, BDS-P
mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 59 juta orang [2]. yang menyediakan program gratis dapat membantu UMKM
UMKM juga mampu menyumbang 60% dari produk domestik untuk tidak perlu memikirkan pengeluaran diluar kegiatan
bruto di Indonesia [1]. Walaupun memiliki peran yang sangat ataupun aktivitas operasional mereka [8].
penting terhadap pergerakan ekonomi di Indonesia. UMKM Walau demikian, BDS-P itu sendiri juga dihadapkan dengan
sering kali dihadapkan oleh banyak permasalahan dan berbagai permasalahan, salah satunya adalah mengenai
keterbatasan yang membuat mereka sulit untuk berkembang penyediaan layanan sesuai dengan kebutuhan UMKM yang
dan sangat rentan terhadap kegagalan [3]. sangat dinamis dan mengikuti perkembangan terkini [9]. Hal ini
Beberapa permasalahan umum yang sering dihadapi oleh dikarenakan tidak sedikit BDS-P yang gagal akibat mereka
UMKM di Indonesia antara lain: 1) terbatasnya pendanaan tidak mampu menyediakan layanan yang diperlukan dan sesuai
untuk pengembangan usaha, 2) kurangnya informasi dan akses dengan kebutuhan UMKM akibat keterbatasan biaya dan juga
bahan baku dan pasar, 3) rendahnya kualitas sumber daya sumber daya yang mereka miliki [8]. Untuk menjawab
manusia, 4) rendahnya kemampuan untuk menghasilkan tantangan dan permasalahan tersebut BDS-P harus melakukan
produk yang inovatif, 5) kurangnya pendampingan. Hal ini pengukuran atau pemeriksaan terkait kapabilitas mereka untuk
menyebabkan tingkat keberhasilan UMKM yang masih relatif mengetahui kemampuan mereka sehingga BDS-P dapat
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No. 1, (2020) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F73

Tabel 1. kompetensi dan kemampuan untuk melakukan kegiatan


List prioritas layanan layanan pengembangan bisnis K-UKM [16]. Fungsi utama dari
No Kategori Layanan
BDS-P adalah melakukan aktivitas untuk mengatasi kegagalan
1 Pendampingan Oleh Pakar
bisnis dari UMKM dengan menyediakan atau memfasilitasi
2 Akses Jaringan Usaha layanan konsultasi, menyediakan aktivitas untuk meningkatkan
3 Layanan Pendukung
skill atau keahlian dari para pelaku bisnis serta transfer
4 Akses Pendanaan
5 Bantuan Riset
informasi, teknologi ataupun akses permodalan kepada pelaku
6 Pelatihan dan Seminar bisnis untuk bisa berkembang [17].
7 Dukungan Pengadaan Peralatan
B. Service Quality
8 Dukungan Legalitas Usaha
9 Ruangan dan Fasilitas Service quality atau kualitas layanan merupakan gabungan
dari dua kata “service” dan “quality” [18]. Kata kualitas
mengetahui apakah program atau layanan yang mereka miliki (quality) dalam kualitas layanan memiliki lima kategori yaitu:
saat ini sesuai dengan kebutuhan UMKM [10]. BDS-P yang 1) transenden, yaitu layanan atau produk yang diberikan tidak
tidak mampu memberikan program atau layanan yang sesuai memiliki perbandingan (melampaui dari apa yang kita
dengan kebutuhan dan harapan dari UMKM, tentunya akan pikirkan), memiliki keunggulan bawaan “innate excellence”, 2)
menyebabkan ketidakpercayaan UMKM terhadap BDS-P itu product led, yang artinya kualitas didefinisikan sebagai suatu
sendiri [10]. barang atau layanan yang dikemas dengan baik dan terlihat
Berdasarkan penjabaran di atas, penulis tertarik melakukan memiliki mutu yang tinggi, 3) process or supply led, dalam
penelitian ini untuk mengevaluasi kualitas layanan dari CDC pendekatan ini kualitas didefinisiakan sebagai kesesuaian
Telkom Witel Surabaya Selatan sehingga dapat diketahui dengan kebutuhan (conformance to requirements) yang
layanan atau program apa saja yang perlu ditingkatkan serta menekankan pada pentingnya manajemen dan pengendalian
memberikan rekomendasi terkait layanan atau program yang kualitas dari sisi supply 4) customer led, yang menjadi fokus
seharusnya diprioritaskan dan dimiliki oleh CDC Telkom Witel adalah pihak eksternal. Kualitas didefinisikan sebagai segala
Surabaya Selatan karena keberhasilan sebuah inkubator dapat sesuatu yang mampu memuaskan kebutuhan konsumen atau
dilihat dari sejauh mana fasilitas ataupun layanan yang menyesuaikan dengan tujuan yang diinginkan oleh konsumen,
diberikan memenuhi tujuan dari tenant yang dibina [11] 5) value led, kualitas didefinisikan sebagai biaya yang
begitupula dengan business development service provider [12]. dikeluarkan oleh produsen dan harga yang dibebankan kepada
Penelitian ini akan merujuk pada daftar prioritas kebutuhan konsumen atau mempertemukan antara kebutuhan konsumen
layanan UMKM dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan dalam hal kualitas, harga dan ketersediaan produk atau layanan.
oleh Putri et al (2019). Penelitian ini akan menggunakan Sedangkan layanan “service” merupakan sesuatu yang tidak
importance performance analysis (IPA) untuk mengetahui berwujud (intangible) dan merujuk pada aktivitas dalam
tingkat kepentingan atau harapan dari UMKM terhadap kinerja pemenuhan kebutuhan. Sehingga definisi dari service quality
dari CDC Telkom Witel Surabaya Selatan. adalah aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus
(konsisten) dalam pemenuhan harapan dari konsumen [18].
II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini akan mengukur kualitas layanan berdasarkan
kategori customer led. Pada kategori tersebut, kualitas
A. Lembaga Pengembangan Bisnis
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang mampu memuaskan
Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008, dukungan kebutuhan konsumen atau menyesuaikan dengan tujuan yang
kelembagaan untuk membantu memberdayakaan dan diinginkan oleh konsumen. Oleh karena itu, penelitian ini akan
mengembangkan bisnis K-UKM dibedakan menjadi dua yaitu menyesuaikan program dari CDC Telkom Witel Surabaya
inkubator dan lembaga pengembangan usaha atau business Selatan yang sudah berjalan dengan list prioritas layanan dari
development service provider. penelitian terdahulu untuk dijadikan sebagai dimensi
1) Inkubator Bisnis pengukuran kualitas layanan dapat dilihat pada Tabel 1.
Inkubator bisnis adalah lembaga yang membantu perusahaan
kepada penyedia sumber daya yang diperlukan untuk C. Importance Performance Analysis (IPA)
membantu aktivitas usaha dalam mengembangkan usaha, Merupakan kerangka kerja untuk menganalisis atribut
menambah jaringan, memacu inovasi, dan merangsang produk untuk mengidentifikasi atribut kinerja yang penting
kewirausahaan [13] serta diutamakan bagi perseorangan untuk produk dan atau layanan [19]. Importance Performance
dan/atau badan usaha yang baru memulai usaha [14]. Analysis (IPA) dapat digunakan dalam mengukur tingkat
2) Business Development Service Provider kepentingan dan kepuasan pelayanan jasa yang diawali dengan
Lembaga Pengembangan Usaha atau Business Development melakukan pengembangan daftar atribut dari evaluasi yang
Service Provider (BDS-P) dibentuk untuk memberikan layanan akan dilakukan [20]. Berikutnya, melakukan perumusan
berupa jasa konsultasi dan pendampingan untuk kuesioner dengan menggunakan skala likert untuk mengetahui
mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah [15] nilai kinerja atau penerimaan dan harapan atau kepentingan dari
selain itu, BDS-P merupakan lembaga yang memiliki setiap atribut yang ada dalam daftar [21].
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No. 1, (2020) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F74

Tabel 2.
Instrumen penelitian
No Dimensi Atribut Kode
Mentor yang membantu UMKM
1 dalam menghadapi permasalahan PP1
Pendampinga manajemen dan operasional
n oleh Pakar Mentor yang membantu UMKM
2 dalam melakukan standarisasi PP2
produk
3 Akses untuk memasarkan produk
J1
secara offline
4 Akses untuk memasarkan produk
J2
Akses secara online
5 Jaringan Akses untuk mempertemukan
Usaha UMKM dengan potensial buyer J3
(pembeli)
6 Akses kerjasama dengan pihak lain
J4
yang menunjang kegiatan UMKM
7 Bantuan dalam pembuatan logo,
LP1
desain kemasan, dan foto produk
8 Layanan Bantuan dalam pembuatan profil
LP2
Pendukung usaha
9 Bantuan dalam pembuatan
LP3
business plan
10 Akses untuk memperoleh pinjaman
A1
Akses modal
11 Pendanaan Proses memperoleh pinjaman
A2 Gambar 1. Alur penelitian
modal tidak menyulitkan UMKM

Bantuan untuk menganalisis menyelidiki fenomena yang ada pada kehidupan nyata saat ini,
12 Bantuan Riset R1
keadaan manajemen UMKM melalui analisis kontekstual terperinci dari sejumlah peristiwa
Edukasi untuk mengelola sosial atau kondisi dan memilih area tertentu yang sangat spesifik
13 P1 sebagai objek penelitian [22]. Gambar 1 merupakan alur
media
penelitian ini.
Edukasi untuk meningkatkan
14 Pelatihan dan P2
produktivitas dan efektivitas usaha B. Penyebaran Kuesioner
Seminar
Edukasi untuk menggunakan
aplikasi penunjang kegiatan usaha Melakukan penyebaran kuesioner dengan menggunakan
15 P3 layanan Google Form untuk mendapatkan data dari responden.
(contoh: aplikasi pembayaran,
marketplace/e-commerce) Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah
Kemudahan akses dalam
non-probabilitas sampling dimana sampel yang akan dipilih,
16 Dukungan memperoleh informasi teknologi D1
baru dilakukan atas dasar peneliti sendiri (judgement) tanpa melihat
Pengadaan
Peralatan Kemudahan akses dalam ataupun mempertimbangkan dengan peluang yang ada [23].
17 D2
memperoleh peralatan produksi Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Legalitas Kemudahan akses dalam mengurus
purposive sampling. Purposive sampling adalah pemilihan
18 L1 sampel yang didasarkan dengan maksud, tujuan, kualitas dan
Usaha perizinan
pertimbangan tertentu yang peneliti tentukan untuk menjawab
Memiliki fasilitas untuk
19 RF1 permasalahan tertentu [24].
memasarkan produk UMKM
Purposive sampling pada penelitian ini adalah UMKM yang
Ruangan dan Memiliki fasilitas internet yang
20
cepat dan gratis
RF2 menerima pembinaan oleh CDC Telkom Witel Surabaya
Fasilitias
Selatan pada periode Januari – September 2019 dari hasil
Memiliki fasilitas ruangan untuk
21 berdiskusi dengan sesama UMKM RF3 observasi dan data yang dimiliki oleh CDC Telkom Witel
dan mentor Surabaya, terdapat 111 UMKM yang menerima pembinaan
oleh CDC Telkom Witel Surabaya pada periode tersebut, maka
111 UMKM merupakan populasi dari penelitian ini.
III. METODE PENELITIAN Sedangkan, untuk penarikan sampel, penelitian ini akan
menggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin dapat digunakan
A. Alur Penelitian jika ukuran populasi atau jumlah populasi diketahui. Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus. ini menggunakan toleransi error sebesar 10% dan didapatkan
Penelitian studi kasus adalah melakukan eksplorasi dan hasil sampel minimal sebesar 53 UMKM. Penelitian ini
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No. 1, (2020) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F75

Tabel 3. Tabel 4.
Importance performance analysis Letak kuadran importance performance matrix
Kepentingan Kinerja Gap Arti Arti
Atribut Importance Performance
(A) (B) (B-A) Atribut Nilai Nilai Kuadran
(Y) (X)
PP1 4.10 3.92 -0.18 (Y) (X)
PP2 4.08 3.88 -0.20 PP1 0.12 T 0.26 T II
J1 3.87 3.57 -0.30 PP2 0.10 T 0.22 T II
J2 4.07 3.62 -0.45 J1 -0.11 R -0.09 R III
J3 4.15 3.60 -0.55 J2 0.09 T -0.04 R I
J4 4.03 3.77 -0.26 J3 0.17 T -0.06 R I
LP1 4.00 3.50 -0.50 J4 0.05 T 0.11 T II
LP2 3.83 3.45 -0.38 LP1 0.02 T -0.16 R I
LP3 3.88 3.47 -0.41 LP2 -0.15 R -0.21 R III
A1 4.27 3.98 -0.29 LP3 -0.10 R -0.19 R III
A2 4.23 3.97 -0.26 A1 0.29 T 0.32 T II
R1 3.98 3.68 -0.30 A2 0.25 T 0.31 T II
P1 4.05 3.52 -0.53 R1 0.00 T 0.02 T II
P2 3.78 3.55 -0.23 P1 0.07 T -0.14 R I
P3 4.02 3.53 -0.49 P2 -0.20 R -0.11 R III
D1 3.75 3.38 -0.37 P3 0.04 T -0.13 R I
D2 3.82 3.40 -0.42 D1 -0.23 R -0.28 R III
L1 3.85 3.72 -0.13 D2 -0.16 R -0.26 R III
RF1 4.00 3.75 -0.25 L1 -0.13 R 0.06 T IV
RF2 3.73 3.67 -0.06 RF1 0.02 T 0.09 T II
RF3 4.05 3.93 -0.12 RF2 -0.25 R 0.01 T IV
Mean 3.98 3.66 -0.32 RF3 0.07 T 0.27 T II

menggunakan sampel sebanyak 60 UMKM.


C. Analisis Deskriptif
Berdasarkan hasil pengumpulan responden sebanyak 60 pada
IV. ANALISIS DAN DISKUSI penelitian ini, didapatkan hasil jenis kelamin responden yang
A. Validasi Instrumen merupakan UMKM binaan CDC Telkom Witel Surabaya
Berdasarkan hasil observasi langsung, wawancara dan juga Selatan didominasi oleh perempuan dengan jumlah sebanyak
penyebaran kuesioner yang telah diberikan kepada ahli di CDC 49 orang atau 82 persen sedangkan, untuk jenis kelamin laki-
Telkom Witel Surabaya Selatan, didapatkan hasil 21 Atribut laki berjumlah sebanyak 11 orang atau 18 persen dari total
dari total 28 Atribut yang telah dirumuskan sebelumnya. Tabel populasi. Hasil jenis kelamin penelitian ini menandakan bahwa
2 merupakan instrumen penelitian yang sudah divalidasi. UMKM binaan periode Januari – September 2019 didominasi
oleh UMKM yang dikelola oleh perempuan.
B. Pengumpulan Data Berdasarkan hasil pengumpulan responden sebanyak 60 pada
Sebelum melakukan penyebaran kuesioner, peneliti penelitian ini didapatkan hasil sektor usaha responden yang
mendapatkan data UMKM binaan pada periode Januari – merupakan UMKM binaan CDC Telkom Witel Surabaya
September 2019 yang diberikan oleh pihak CDC Telkom Witel Selatan didominasi oleh industri atau memproduksi sendiri
Surabaya Selatan. Selanjutnya, peneliti meminta surat untuk sebanyak 42 UMKM kemudian diikuti oleh sektor perdagangan
melakukan direct survey kepada beberapa UMKM binaan. berjumlah 11 UMKM, disektor jasa sebanyak 6 UMKM dan
Surat tersebut berisi waktu untuk melakukan pengumpulan data sektor lainnya (merupakan gabungan dari beberapa sektor
atau penyebaran kuesioner yaitu pada tanggal 15 November – seperti sektor jasa dan industri contohnya usaha kos-kosan dan
30 November 2019. Surat tersebut dibuat untuk mengantisipasi tempat makan) berjumlah 1 UMKM.
adanya ketidakpercayaan UMKM binaan terhadap pihak asing
D. Importance Performance Analysis
yang melakukan survei langsung dan penyebaran kuesioner
melalui personal chat. Berdasarkan hasil penyebaran Importance Performance Analysis dimulai dengan
kuesioner, diperoleh 60 responden yang merupakan perwakilan menentukan nilai kepentingan dan kinerja menurut penerima
atau sampel dari populasi UMKM binaan pada periode Januari layanan dapat dilihat pada Tabel 3.
– September 2019. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa setiap atribut
Penelitian ini juga melakukan wawancara terstruktur dengan pada penelitian ini dikelompokkan menjadi empat kuadran.
pihak CDC Telkom Witel Surabaya Selatan yaitu Kepala Kolom gap berisi tentang selisih antara kinerja dengan
Bagian dari CDC Telkom Witel Surabaya Selatan. Pemilihan kepentingan. Nilai gap terbesar terdapat pada atribut J3 dengan
Kepala Bagian dari CDC Telkom Witel Surabaya Selatan nilai -0.55 dan nilai gap terendah terdapat pada atribut RF2
didasari atas pemahaman beliau terkait masalah dalam dengan nilai -0.06 semakin besar nilai gap menandakan bahwa
penelitian karena telah memiliki pengalaman dalam pembinaan atribut tersebut memiliki perbedaan yang tinggi antara harapan
UMKM dan beliau juga ikut terlibat langsung dengan UMKM dari penerima layanan dengan kinerja atau tingkat kepuasan
binaan CDC Telkom Witel Surabaya Selatan. dari penerima layanan sehingga penyedia layanan perlu
melakukan perbaikan pada atribut tersebut.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No. 1, (2020) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F76

Berikutnya, adalah menentukan letak kuadran dari atribut fasilitas untuk berdiskusi dengan sesama UMKM dan
penelitian. Nilai positif yang terdapat pada kolom importance mentor.
ataupun performance menandakan bahwa atribut tersebut 3) Kemudian, terdapat enam atribut layanan yang berada pada
memiliki nilai diatas rata – rata sedangkan untuk nilai negatif kuadran III yang menandakan atribut – atribut tersebut
menandakan bahwa atribut tersebut memiliki nilai dibawah rata memiliki tingkat kepentingan yang rendah menurut penerima
– rata. layanan dan juga memiliki kinerja yang masih kurang
Nilai tertinggi pada kolom importance adalah 0.29 yaitu pada menurut penerima layanan sehingga peningkatan pelayanan
atribut A1 dan nilai terendah adalah -0.25 pada atribut RF2 pada kuadran ini tidak perlu dijadikan fokus utama. Keenam
sedangkan nilai tertinggi pada kolom performance adalah 0.32 atribut pada kuadran III adalah sebagai berikut: 1)
yaitu pada atribut A1 dan nilai terendah adalah -0.28 pada kemudahaan akses dalam memperoleh informasi teknologi
atribut D1. Nilai positif dan negatif pada kolom importance dan baru, 2) kemudahan akses dalam memperoleh peralatan
performance akan menentukan letak atribut pada importance- produksi, 3) akses untuk memasarkan produk secara offline,
performance matrix. 4) edukasi untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas,
5) bantuan dalam pembuatan profil usaha, 6) bantuan dalam
pembuatan business plan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
4) Terakhir, terdapat dua atribut layanan yang berada pada
A. Kesimpulan kuadran IV yang menandakan atribut – atribut tersebut
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dianggap kurang penting namun, memiliki kinerja yang
dilakukan terdapat beberapa kesimpulan untuk menjawab dirasa cukup tinggi oleh penerima layanan. Penyedia layanan
rumusan masalah dan tujuan penelitian, berikut adalah dapat memilih untuk mempertahankan kondisi yang sudah
beberapa hal yang dapat disimpulkan, yaitu: ada atau mengurangi kinerja dari atribut yang terdapat pada
1) Berdasarkan analisis data dengan menggunakan importance kuadran ini untuk lebih memprioritaskan atribut yang
performance analysis didapatkan bahwa tingkat kesesuaian memiliki kinerja yang kurang baik dengan
antara kepentingan dan juga kinerja dari layanan yang mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki. Kedua
diberikan oleh CDC Telkom Witel Surabaya Selatan yaitu atribut tersebut terdiri dari: 1) kemudahaan akses dalam
sebesar 0,92 nilai tersebut sudah baik namun, masih terdapat mengurus perizinan dan 2) fasilitas internet yang cepat dan
beberapa atribut layanan yang memiliki kinerja yang rendah gratis.
tetapi memiliki tingkat kepentingan atau harapan yang tinggi
B. Keterbatasan Penelitian
sehingga menandakan bahwa UMKM masih belum merasa
puas. Berdasarkan 21 atribut layanan yang diukur pada Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Berikut
penelitian ini. Terdapat lima atribut layanan yang perlu merupakan keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini: 1)
diprioritaskan atau berada pada kuadran I yang artinya atribut Penelitian ini hanya berfokus pada satu lembaga penyedia
layanan tersebut dianggap penting namun memiliki kinerja layanan pengembangan bisnis atau business development
yang kurang baik. Kelima atribut pada kuadran I adalah service provider sehingga hasil yang didapat terbatas pada
sebagai berikut: 1) akses untuk memasarkan produk secara kasus yang ada pada objek penelitian, 2) Penelitian ini tidak
online, 2) akses untuk mempertemukan UMKM dengan membedakan kebutuhan apa saja yang diprioritaskan oleh
potensial buyer (pembeli), 3) edukasi untuk mengelola social setiap jenis usaha sehingga rekomendasinya tidak dibedakan
media, 4) edukasi untuk menggunakan aplikasi penunjang berdasarkan jenis usaha.
kegiatan usaha, 5) bantuan dalam pembuatan logo, desain C. Saran
kemasan, dan foto produk
Berikut adalah saran yang dapat diimplementasikan oleh
2) Berikutnya, terdapat delapan atribut layanan yang sudah baik
CDC Telkom Witel Surabaya Selatan dan juga untuk penelitian
atau berada pada kuadran II yang artinya atribut pada kuadran
selanjutnya: 1) CDC Telkom Witel Surabaya Selatan dapat
ini perlu dipertahankan oleh CDC Telkom Witel Surabaya
melakukan evaluasi secara berkala terkait kualitas layanan yang
Selatan karena memiliki tingkat kepentingan dan kinerja
diberikan kepada UMKM binaan sehingga CDC Telkom Witel
yang tinggi sehingga penyedia layanan perlu
Surabaya dapat memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan
mempertahankan kondisi tersebut. Kedelapan atribut pada
yang diperlukan dan juga salah satu cara untuk meningkatkan
kuadran II adalah sebagai berikut: 1) akses untuk
kepuasan UMKM binaan, 2) Penelitian selanjutnya dapat
memperoleh pinjaman modal, 2) kemudahan akses dalam
meneliti objek yang sama atau dengan objek business
memperoleh pinjaman modal, 3) akses kerjasama dengan
development service provider atau lembaga pengembangan
pihak lain yang menunjang kegiatan UMKM, 4) bantuan
bisnis lain dengan fokus penelitian yang berbeda yaitu untuk
untuk menganalisis keadaan manajemen UMKM, 5) mentor
mengetahui kebutuhan ataupun prioritas layanan yang
yang membantu UMKM dalam menghadapi permasalahaan
dibedakan berdasarkan sektor usaha atau lama berdirinya usaha
manajemen dan operasional, 6) mentor yang membantu
UMKM binaan, 3) Penelitian selanjutnya dapat meneliti objek
UMKM dalam melakukan standarisasi produk, 7) memiliki
lain khususnya lembaga pengembangan bisnis atau business
fasilitas untuk memasarkan produk UMKM, 8) memiliki
development service provider yang dimiliki oleh pemerintah
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No. 1, (2020) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F77

atau pihak swasta untuk kemudian dibandingkan kualitas [11] A. Bergek and C. Norrman, “Incubator best practice: A framework,”
Technovation, vol. 28, no. 1–2, pp. 20–28, 2008.
layanan antara kedua objek tersebut. [12] B. M. R. Putri, I. Baihaqi, and S. F. Persada, “Identifikasi Dan Penentuan
Prioritas Layanan Pengembangan Ukm Pada Lembaga Pengembangan
Bisnis,” Surabaya, 2019.
DAFTAR PUSTAKA [13] B. Mrkajic, “Business incubation models and institutionally void
[1] Kompas.com, “UMKM Mampu Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi,” environments,” Technovation, vol. 68, pp. 44–55, 2017.
2018. [14] Pemerintah Indonesia, “Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27
[2] Badan Pusat Statistik, Analisis Hasil SE2016 Lanjutan Potensi Tahun 2013 Tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha,” 2013.
Peningkatan Kinerja Usaha Mikro Kecil. Jakarta: Badan Pusat Statistik, [15] Pemerintah Indonesia, “Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang
2019. Usaha,Mikro,Kecil dan Menengah,” 2008.
[3] Y. Honjo, “Business failure of new firms: An empirical analysis using a [16] Menteri KUKM Republik Indonesia, “Peraturan Menteri Koperasi dan
multiplicative hazards model,” Int. J. Ind. Organ., vol. 18, no. 4, pp. 557– Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor
574, 2000. 02/Per/M.KUKM/I/2008 Tentang Pemberdayaan Business Development
[4] R. Hasbullah, M. Surahman, A. Yani, D. P. Almada, and E. N. Faizaty, Service-Provider (BDS-P) Untuk Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro,
“Model Pendampingan UMKM Pangan Melalui Inkubator Bisnis Kecil dan Menengah,” 2008.
Perguruan Tinggi ( Mentoring Model for Food Sector of SMEs through [17] P. Brijlal, “Business Development Service: Addressing The Gap In The
Business Incubator of University ),” J. Ilmu Pertan. Indones., vol. 19, no. Western Cape, South Africa,” Int. Bus. Econ. Res. J., vol. 7, no. 9, pp. 49–
1, pp. 43–49, 2014. 56, 2008.
[5] M. Mazanai and O. Fatoki, “The Effectiveness of Business Development [18] A. Ghobadian, S. Speller, and M. Jones, “Service Quality Concepts and
Services Providers (BDS) in Improving Access to Debt Finance by Start- Models,” Int. J. Qual. Reliab. Manag., vol. 11, no. 9, pp. 43–66, 1994.
Up SMEs in South Africa,” Int. J. Econ. Financ., 2011. [19] A. Parasuraman, V. A. Zeithaml, and L. L. Berry, “A Conceptual Model
[6] F. S. Fararah, A. K. A.- Swidi, and W. S. B. W. Yusoff, “Business of Service Quality and Its Implications for Future Research,” J. Mark.,
Development Services Provided by Islamic Microfinance Institutions and vol. 49, no. 4, pp. 41–50, 1985.
Customer Satisfaction: The Mediation Role of Perceived Benefits. A [20] N. Slack, “The Importance‐Performance Matrix as a Determinant of
Study on SMEs in Yemen,” J. Entrep. Bus. Innov., vol. 1, no. 1, pp. 60– Improvement Priority,” Int. J. Oper. Prod. Manag., vol. 14, no. 5, pp. 59–
78, 2014. 75, 1994.
[7] D. Juniyanto, “‘Business Development Service’, Solusi UMKM Sukses [21] S. E. Sampson and M. J. Showalter, “The performance-importance
dan Taat Pajak,” Kompas, 2019. response function: Observations and implications,” Serv. Ind. J., vol. 19,
[8] R. K. Hadi, “Kondisi dan Peran Business Development Service Provider,” no. 3, pp. 1–25, 1999.
2019. [22] Z. Zaidah and Z. Zainal, “Case study as a research method,” J. Kemanus.,
[9] S. Goyal, B. S. Sergi, and A. Kapoor, “Evaluating the BDS Providers and vol. 5, no. 1, pp. 1–6, 2007.
MSMEs: Challenges and Strategic Actions,” Eur. J. Dev. Res., vol. 29, [23] N. K. Malhotra, D. F. Birks, and P. Wills, Marketing research: An applied
no. 4, pp. 725–744, 2017. orientation. 2012.
[10] S. Goyal, B. S. Sergi, and M. Esposito, “Business development services [24] Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis Pendekatan: Kuantitatif, Kualitatif,
for micro, small and medium enterprises - literature review of past trends Kombinasi dan R&D. Alfabeta, CV Bandung, 2017.
and future directions,” World Rev. Entrep. Manag. Sustain. Dev., vol. 14,
no. 3, pp. 312–332, 2018.

You might also like