Professional Documents
Culture Documents
Laporan Kestabilan Emulsi-2
Laporan Kestabilan Emulsi-2
“KESTABILAN EMULSI”
KELOMPOK 3 :
“KESTABILAN EMULSI”
DISUSUN OLEH :
Emulsi, Emulsiones, adalah sistem dispersi kasar dari dua atau lebih cairan
yang tidak larut satu sama lain. Penandaan emulsi diantaranya dari bahasa latin
(Emulgere = memerah) dan berpedoman pada susu sebagai jenis suatu emulsi
alam.
Ahli fisika kimia menentukan emulsi sebagai suatu campuran yang tidak
stabil secara termodinamis, dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling
bercampur.
Pada percobaan ini kita akan mempelajari cara pembuatan emulsi dengan
menggunakan emulgator dari golongan surfaktan yaitu Tween 80 dan Span 80.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang
penting untuk diperlihatkan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak
dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Dalam bidang farmasi, emulsi
biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fasa terdispersinya dikenal dua
jenis emulsi, yaitu :
a. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak, terdispersi di dalam fasa air
b. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam fasa minyak.
TINJAUAN PUSTAKA
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase
terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi
minyak dalam air. Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase
terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa,
sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. (Hardani, 2022)
Emulsi merupakan sistem heterogen yang terdiri atas cairan yang tidak
tercampurkan yang terdispersi dengan baik sekali dalam cairan lain, kemudian
dapat diperkuat dengan senyawa aktif permukaan dan beberapa senyawa lain.
Pada suatu sistem emulsi terdapat tiga bagian utama; yaitu bagian yang terdispersi
yang terdiri dari butir-butir yang biasnya terdiri dari lemak/minyak, bagian kedua
disebut media pendispersi yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah
emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di
dalam air. (Setiawan, 2015)
Emulsi adalah dua cairan yang pada kondisi alamiahnya tidak saling
bercampur namun pada suatu kondisi menyatu menjadi satu fasa. Emulsi juga
didefinisikan sebagai disperse koloid dimana droplet (titik kecil) dari salah satu
fasa terdispersi pada fasa lainnya. Maka dapat didefinisikan bahwa emulsi adalah
merupakan campuran dari macam cairan yang dalam kondisi normal dapat
bercampur, dimana dalam emulsi ini salah satu cairan dihamburkan dalam cairan
yang lain dalam bentuk butiranbutiran yang sangat kecil. Pengertian emulsi, yaitu
air dalam minyak berada dalam dua bentuk yaitu free water (air yang langsung
memisah dari fluida dalam waktu beberapa menit) dan emulsion water (air yang
teremulsi dan baru terpisah setelah beberapa jam hingga beberapa minggu).
(Mahdi Rana Manggala, 2017)
1. Agitasi atau pengadukan adalah salah satu faktor utama penyebab kestabilan
emulsi. Semakin kuat dan semakin banyak agitasi yang terjadi emulsi akan
semakin stabil. Tempat-tempat di mana banyak terjadi agitasi terjadi di
Wellbore/Perforation, Gas Lift, Valve, Choke, Pompa dan tempat pengambilan
sampel.
2. Ukuran Butir (Droplet), secara kuantitatif hubungan antara ukuran butir dan
kecepatan pemisahan dinyatakan berdasarkan Hukum Stoke (Mahdi Rana
Manggala, 2017)
Emulsi merupakan sistem yang tidak stabil. Oleh karena itu, penggunaan
alat mekanis dibutuhkan untuk mendispersikan sistem dan penambahan bahan
penstabil/ pengemulsi (emulsifier) dilakukan untuk mempertahankan sistem untuk
tetap terdispersi. Emulsifier berfungsi mengurangi tegangan antar muka antara
minyak dan air, meminimalkan energi permukaan dari droplet yang terbentuk.
Emulsifier adalah bahan tambahan pangan untuk membantu terbentuknya
campuran yang homogen dari dua atau lebih fase yang tidak tercampur seperti
minyak dan air. Emulsifier biasanya adalah molekul ampifilik yang memiliki
gugus hidrofobik dan hidrofilik pada molekul yang sama, seperti surfaktan dengan
molekul kecil, fosfolipid, protein, polisakarida, dan polimer aktif permukaan
lainnya. Dalam beberapa aplikasi, emulsi dapat diformulasikan menggunakan satu
jenis emulsifier. Namun dalam banyak aplikasi, pembentukan stabilitas dan
atribut fungsional emulsi dapat ditingkatkan dengan menggunakan kombinasi
penge-mulsi. (Mandei, 2019)
3.2 Bahan
NO NAMA BAHAN
1. Aquades
2. Minyak
3. Tween 80
4. Span 80
B. Prosedur Kerja
R/ Minyak 20
Twen 80 5
Span 80 40
Air Ad 100
Buatlah satu seri emulsi dengan nilai HLB butuh masing-masing:
a. 6
b. 8
c. 10
d. 12
Prosedur Kerja
1. Hitung jumlah Tween dan Span yang diperlukan untuk setiap nilai HLB
butuh.
2. Timbang masing-masing minyak, air, Tween dan Span sejumlah yang
diperlukan.
3. Campurkan Span dengan minyak, Tween dengan air, panaskan masing-
masing campuran pada penangas air hingga bersuhu 70 °C. Gabungkan
kedua campuran dalam lumping sambal digerus cepat sampai terbentuk
emulsi
4. Masukkan emulsi ke dalam tabung sedimentasi dan beri tanda sesuai nilai
HLB masing-masing. Usahakan tinggi emulsi yang dimasukkan ke dalam
tabung sama satu dengan yang lainnya dan catat waktu saat mulai
memasukkan emulsi ke dalam tabung.
5. Amati ketidakstabilan emulsi yang terjadi pada 30 menit, 1 jam, 2 jam, dan
24 jam setelah pembuatan. Bila terjadi creaming, ukur dan catat tinggi
emulsi yang membentuk cream.
6. Tentukan pada nilai HLB berapa emulsi tampak relatif paling stabil.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Perhitungan bahan
Minyak 20/100 x 20 = 20
Emulsifice (span dan tween) 5/100 x 100 = 5
Misal :
Tween = ( a gram)
Span = ( 5- a gram)
Air ad 100
2. Perhitungan HLB
⮚ HLB 6
⮚ HLB 8
⮚ HLB 10
⮚ HLB 12
B. PEMBAHASAN
Emulsi adalah suatu zat dispersi dimana fase terdiri dari bulatan-bulatan
kecil zat cair yang distribusikan keseluruh pembawa yang tidak saling bercampur,
atau dengan kata lain emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak
stabil terdiri dari paling sedikit dua fase sebagai globul-globul dalam fase cair
yang lainnya, sistem ini dapat distabilkan dengan menggunakan emulgator.
3). Pengocokan yang keras, apabila emulsi dikocok keras-keras maka partikel-
partikel kecil akan mengadakan kontak menjadi partikel yang lebih besar sehingga
emusi akan pecah
4). Penyimpanan
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya praktikan lebih aktif lagi dalam
melakukan praktikum dan hati – hati dalam menggunakan alat laboratorium agar
tidak terjadi kesalahan yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hardani, dkk. (2022). Buku Ajar Farmasi Fisika. Yogyakarta: Samudra Biru.
Mahdi Rana Manggala, dkk. (2017). Studi Pengembangan Demulsifier Pada Skala
Laboratorium Untuk Mengatasi Masalah Emulsi Minyak Di Lapangan"
Z", Sumatera Selatan. In Prosiding Seminar Nasional Cendekiawan ke 3
Tahun 2017, 145-151.