You are on page 1of 17

LAPORAN PRATIKUM FARMASI FISIKA

“KESTABILAN EMULSI”

KELOMPOK 3 :

1. Fitri ayu anggraini F0I022002


2. Ghina Nabila Ambarwaty F0I022006
3. Letri Agu Maya Sari F0I022008
4. Finkan Wulandari F0I022010
5. Tri Yulia Nur Aisah F0I022014
6. Indrika Angelina F0I022022
7. Putri Annisa Rulloh F0I022023
8. Adinda Putri F0I022026
9. Della Juliana F0I022035
10. Delya Tiara Dita F0I022043

Dosen Pengampu : Apt.Rose Intan Perma Sari, S.Farm., M.Farm.

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
LAPORAN PRATIKUM FARMASI FISIKA

“KESTABILAN EMULSI”

DISUSUN OLEH :

1. Fitri ayu anggraini F0I022002


2. Ghina Nabila Ambarwaty F0I022006
3. Letri Agu Maya Sari F0I022008
4. Tri Yulia Nur Aisah F0I022014
5. Della Juliana F0I022035

Dosen Pengampu : Apt.Rose Intan Perma Sari, S.Farm., M.Farm.

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Emulsi, Emulsiones, adalah sistem dispersi kasar dari dua atau lebih cairan
yang tidak larut satu sama lain. Penandaan emulsi diantaranya dari bahasa latin
(Emulgere = memerah) dan berpedoman pada susu sebagai jenis suatu emulsi
alam.

Sistem emulsi dijumpai banyak penggunaannnya dalam farmasi.


Dibedakan antara emulsi cairan , yang ditentukan untuk kebutuhan dalam (emulsi
minyak ikn, emulsi parafin)dan emulsi untuk penggunaan luar. Yang terakhir
dinyatakan sebagai linimenta (latin linire = menggosok). Dia adalah emulsi kental
(dalam peraturannya dari jenis M/A), juga sediaan obat seperti salap dan
suppositoria dapat menggambarkan emulsi dalam pengertian fisika.

Ahli fisika kimia menentukan emulsi sebagai suatu campuran yang tidak
stabil secara termodinamis, dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling
bercampur.

Pada percobaan ini kita akan mempelajari cara pembuatan emulsi dengan
menggunakan emulgator dari golongan surfaktan yaitu Tween 80 dan Span 80.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang
penting untuk diperlihatkan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak
dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Dalam bidang farmasi, emulsi
biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fasa terdispersinya dikenal dua
jenis emulsi, yaitu :

a. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak, terdispersi di dalam fasa air

b. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam fasa minyak.

Emulsi sangat bermanfaat dalam bidang farmasi karena memiliki beberapa


keuntungan, satu diantaranya yaitu dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak
dari minyak. Selain itu, dapat digunakan sebagai obat luar misalnya untuk kulit
atau bahan kosmetik maupun untuk penggunaan oral.
B. Tujuan Praktikum

1). Mampu menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan


dalam pembuatan emulsi

2). Mampu mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi

3). Dapat menentukan tipe emulsi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase
terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi
minyak dalam air. Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase
terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa,
sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. (Hardani, 2022)

Emulsi merupakan sistem heterogen yang terdiri atas cairan yang tidak
tercampurkan yang terdispersi dengan baik sekali dalam cairan lain, kemudian
dapat diperkuat dengan senyawa aktif permukaan dan beberapa senyawa lain.
Pada suatu sistem emulsi terdapat tiga bagian utama; yaitu bagian yang terdispersi
yang terdiri dari butir-butir yang biasnya terdiri dari lemak/minyak, bagian kedua
disebut media pendispersi yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah
emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di
dalam air. (Setiawan, 2015)

Emulsi adalah dua cairan yang pada kondisi alamiahnya tidak saling
bercampur namun pada suatu kondisi menyatu menjadi satu fasa. Emulsi juga
didefinisikan sebagai disperse koloid dimana droplet (titik kecil) dari salah satu
fasa terdispersi pada fasa lainnya. Maka dapat didefinisikan bahwa emulsi adalah
merupakan campuran dari macam cairan yang dalam kondisi normal dapat
bercampur, dimana dalam emulsi ini salah satu cairan dihamburkan dalam cairan
yang lain dalam bentuk butiranbutiran yang sangat kecil. Pengertian emulsi, yaitu
air dalam minyak berada dalam dua bentuk yaitu free water (air yang langsung
memisah dari fluida dalam waktu beberapa menit) dan emulsion water (air yang
teremulsi dan baru terpisah setelah beberapa jam hingga beberapa minggu).
(Mahdi Rana Manggala, 2017)

Faktor Penyebab Kestabilan Emulsi. Emulsi yang terbentuk sebenarnya


secara alamiah akan cenderung untuk memisah kembali menjadi air dan minyak,
namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan emulsi menjadi stabil sehingga
lambat untuk memisah. Stabilitas emulsi adalah suatu ketahanan emulsi untuk
menahan tenaga yang akan memecahkan emulsi tersebut. Beberapa faktor
penyebab kestabilan emulsi diantaranya dijelaskan sebagai berikut:

1. Agitasi atau pengadukan adalah salah satu faktor utama penyebab kestabilan
emulsi. Semakin kuat dan semakin banyak agitasi yang terjadi emulsi akan
semakin stabil. Tempat-tempat di mana banyak terjadi agitasi terjadi di
Wellbore/Perforation, Gas Lift, Valve, Choke, Pompa dan tempat pengambilan
sampel.

2. Ukuran Butir (Droplet), secara kuantitatif hubungan antara ukuran butir dan
kecepatan pemisahan dinyatakan berdasarkan Hukum Stoke (Mahdi Rana
Manggala, 2017)

Emulsi merupakan sistem yang tidak stabil. Oleh karena itu, penggunaan
alat mekanis dibutuhkan untuk mendispersikan sistem dan penambahan bahan
penstabil/ pengemulsi (emulsifier) dilakukan untuk mempertahankan sistem untuk
tetap terdispersi. Emulsifier berfungsi mengurangi tegangan antar muka antara
minyak dan air, meminimalkan energi permukaan dari droplet yang terbentuk.
Emulsifier adalah bahan tambahan pangan untuk membantu terbentuknya
campuran yang homogen dari dua atau lebih fase yang tidak tercampur seperti
minyak dan air. Emulsifier biasanya adalah molekul ampifilik yang memiliki
gugus hidrofobik dan hidrofilik pada molekul yang sama, seperti surfaktan dengan
molekul kecil, fosfolipid, protein, polisakarida, dan polimer aktif permukaan
lainnya. Dalam beberapa aplikasi, emulsi dapat diformulasikan menggunakan satu
jenis emulsifier. Namun dalam banyak aplikasi, pembentukan stabilitas dan
atribut fungsional emulsi dapat ditingkatkan dengan menggunakan kombinasi
penge-mulsi. (Mandei, 2019)

Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara


termodinamika, yang terdiri dari paling sedikit 2 cairan yang tidak bercampur,
dimana salah satunya fase terdispersi (fase internal) terdispersi secara seragam
dalam bentuk tetesan – tetesan kecil pada medium pendispersi (fase eksternal)
yang distabilkan dengan emulgator yang cocok. (Sinala, 2016)
BAB III
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
3.1 Alat
NO NAMA ALAT
1. Lumpang dan stamper
2. Penangas air
3. Cawan penguap
4. Botol
5. Gelas Ukur
6 Corong

3.2 Bahan
NO NAMA BAHAN
1. Aquades
2. Minyak
3. Tween 80
4. Span 80

B. Prosedur Kerja
R/ Minyak 20
Twen 80 5
Span 80 40
Air Ad 100
Buatlah satu seri emulsi dengan nilai HLB butuh masing-masing:
a. 6
b. 8
c. 10
d. 12
Prosedur Kerja
1. Hitung jumlah Tween dan Span yang diperlukan untuk setiap nilai HLB
butuh.
2. Timbang masing-masing minyak, air, Tween dan Span sejumlah yang
diperlukan.
3. Campurkan Span dengan minyak, Tween dengan air, panaskan masing-
masing campuran pada penangas air hingga bersuhu 70 °C. Gabungkan
kedua campuran dalam lumping sambal digerus cepat sampai terbentuk
emulsi
4. Masukkan emulsi ke dalam tabung sedimentasi dan beri tanda sesuai nilai
HLB masing-masing. Usahakan tinggi emulsi yang dimasukkan ke dalam
tabung sama satu dengan yang lainnya dan catat waktu saat mulai
memasukkan emulsi ke dalam tabung.
5. Amati ketidakstabilan emulsi yang terjadi pada 30 menit, 1 jam, 2 jam, dan
24 jam setelah pembuatan. Bila terjadi creaming, ukur dan catat tinggi
emulsi yang membentuk cream.
6. Tentukan pada nilai HLB berapa emulsi tampak relatif paling stabil.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Perhitungan bahan
Minyak 20/100 x 20 = 20
Emulsifice (span dan tween) 5/100 x 100 = 5
Misal :
Tween = ( a gram)
Span = ( 5- a gram)
Air ad 100
2. Perhitungan HLB

⮚ HLB 6

HLB campuran x W total = (HLB1 x W1 ) + ( HLB2 + W2 )


6 x 5gram = (15 x a ) + ( 4,3 (5 – a ))
30 gram = 15 a + ( 21,5 – 4,3 a )
30 - 21,5 = 15 a – 4,3 a
a = 0,79 ( tween )
span = ( 5 – 0,79 ) = 4,21
Air 100-( 20 + 4,21 + 0,79 ) = 75 ml

⮚ HLB 8

HLB campuran x W total = ( HLB 1 x W 1 ) + ( HLB 2 x W 2 )


8 x 5 gram = ( 15 x a ) + ( 4,3 x ( 5 – a ))
40 gram = 15 a + ( 21,5 – 4,3 a)
40 – 21,5 = 15 a – 4,3 a
a = 1,7 ( tween)
span = 5- 1,7 = 3,3
Air 100 – ( 20 + 1,7 + 3,3 ) = 75 ml

⮚ HLB 10

HLB campuran x W total = ( HLB 1 x W 1 ) + ( HLB 2 x W 2 )


10 x 5 gram = ( 15 x a ) + ( 4,3 x ( 5 – a ))
50 gram = 15 a + ( 21,5 – 4,3 a)
50 – 21,5 = 15 a – 4,3 a
a = 2,66 ( tween)
span = 5- 2,66 = 2,34
Air 100 – ( 20 + 2,66 + 2,34 ) = 75 ml

⮚ HLB 12

HLB campuran x W total = ( HLB 1 x W 1 ) + ( HLB 2 x W 2 )


12 x 5 gram = ( 15 x a ) + ( 4,3 x ( 5 – a ))
60 gram = 15 a + ( 21,5 – 4,3 a)
60 – 21,5 = 15 a – 4,3 a
a = 3,6 ( tween)
span = 5- 3,6 = 1,4
Air 100 – ( 20 + 3,6 + 1,4 ) = 75 ml

HLB Volume Tinggi creaming ( h)


campuran total(ml)
30 menit 1 jam 2 jam 24 jam Rata rata
(Ah)

6 100 4,3 cm 4,1 cm 3,9 cm 3,5 cm 3,95 cm

8 100 3 cm 2,9 cm 2,7 cm 2,5 cm 2,15 cm

10 100 2,8 cm 2,6 cm 2,2 cm 2 cm 1,92 cm

12 100 2,1 cm 2 cm 1,8 cm 1,6 cm 1,875 cm


Tinggi Creaming Emulsi
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
30 1 2 24

HLB 1 HLB 2 HLB 3 HLB 4

B. PEMBAHASAN

Emulsi adalah suatu zat dispersi dimana fase terdiri dari bulatan-bulatan
kecil zat cair yang distribusikan keseluruh pembawa yang tidak saling bercampur,
atau dengan kata lain emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak
stabil terdiri dari paling sedikit dua fase sebagai globul-globul dalam fase cair
yang lainnya, sistem ini dapat distabilkan dengan menggunakan emulgator.

Berdasarkan fase terdispersinya dikenal dua macam emusli, yaitu Emulsi


minyak dalam air dan juga emulsi air dalam minyak. Dimana emulsi minyak
dalam air yaitu bila fasa minyak terdispersi di dalam fase air. Emulsi air dalam
minyak sedangkan emulsi air dalam yaitu bila fasa air terdispersi di dalam fasa
minyak.

Mekanisme kerja emulgator surfaktan yaitu membentuk lapisan


monomolekuler surfaktan yang dapat menstabilkan emulsi bekerja dengan
membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi molekul atau ion pada
permukaan antara minyak/air. Menurut hukum Gibbs kehadiran kelebihan
pertemuan penting mengurangi tegangan permukaan. Ini menghasilkan emulsi
yang lebih stabil karena pengurangan sejumlah energi bebas permukaan secara
nyata adalah fakta bahwa tetesan dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren
yang mencegah penggabungan tetesan yang mendekat.

Dalam suatu pembuatan emulsi, pemilihan emulgator adalah hal yang


paling penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi
banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang
aktif dipermukaan adalah menurunkan tegangan permukaan air dan minyak serta
membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdispersinya.

Kestubilan suatu emulsi adalah kemampuan suatu emulsi untuk


mempertahankan distribusi yang teratur dari fase terdispersi dalam jangka waktu
yang lama. Penurunun stabilitas dapat dilihat jika terjadi campuran (Bj fase
terdispersi lebih kecil dari Bj fase pendispersi). Hal ini menyebabkan pemisahan
dari kedua fase emudsi. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kestabilan
yaitu:

1). Teknik pembuatan

2). Penambahan garam atan elektrolit lemah dalam konsentrasi besar


mempengaruhi kestabilan emulsi

3). Pengocokan yang keras, apabila emulsi dikocok keras-keras maka partikel-
partikel kecil akan mengadakan kontak menjadi partikel yang lebih besar sehingga
emusi akan pecah

4). Penyimpanan

Aplikasi percobaan kestabilan emulsi ini dalam bidang farmasi yaitu


emulsi yang digunakan sebagai obat yang dapat digunakan sebagai oral, topical,
atau pariental. Emulsi yang bias digunakan sebagai oral biasanya emulsi yang
bertipe air dalam minyak (A/M). Emulsi semi solid biasa digunakan secara topical
dan emulsi yang biasanya digunakan secara pariental adalah loho-loho krim, salep
dan sebagainya.

Alasan kenapa digunakan tween dan span, karena tween mempunyai


gugus polar yang lebih besar dari pada gugus non polar sehingga tween ini lebih
mengarah ke air. Sedangkan span mempunyai gugus non polar lebih besar dari
pada gugus polarnya sehingga itu span lebih cenderung ke minyak.

Cara kerja percobaan ini pertama, dicampurkan tween-80 dengan aquadest


75 mL (fase air), dan span-80 dengan minyak goreng (fase minyak) dengan wadah
yang berbeda. Dipanaskan kedua sampel yang telah dicampurkan tadi diatas
penangas air. Dicampur kedua sampel antara fase minyak dan fase air, dibiarkan
hingga dingin kemudian didiamkan selama 5 menit lalu dikocok kembali. Dilihat
hasilnya, apakah emulsi yang dibuat antara minyak dan air pecah.

Pada HLB 6, 8, 10 dan 12 terjadi pemisahan fasa pada 30 menit pertama


begitu juga seterusnya. Hal ini membuktikan bahwa pada HLB tersebut, terjadi
ketidakstabilan antara dua fase. Masing-masing terbentuk creaming dengan
volume yang berbeda-beda. Dikenal beberapa ketidakstabilan emulsi yaitu
flokulasi, creaming, koalefen, dan demulsifikasi. Flokulasi adalah terjadinya
kelompok-kelompok globul yang letaknya tidak beraturan dalam suatu emulsi,
creaming adalah terbentuknya lapisan-lapisan yang berbeda konsentrasi dalam
suatu emulsi. Koalesen adalah terbentuknya globul-globul besar dan globul-globul
kecil, dan demulsifikasi adalah proses lanjutan dari koalegen dimana kedua fase
terpisah menjadi dua cairan yang tidak bercampur.’

Didalam suatu percobaan biasanya dikenal yang namanya kesalahan,


adapun faktor-faktor kesalahan yang mungkin terjadi dalam percobaan kestabilan
emulsi yaitu kesalahan dalam menghitung jumlah tween-80 dan span-80 dengan
HLB butuhnya. Kesalahan dalam penimbangan bahan, kesalahan dalam
pencampuran bahan, kesalahan dalam memanaskan ataupun kesalahan dalam
mengaduk campuran.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1) Pada percobaan ini untuk fase air digunakan tween 80 dan aquadest.
Sedangkan, untuk fase minyak yaitu span 80 dan minyak.
2) Pada percobaan emulsi terjadi fenomena ketidakstabilan dalam emulsi
yaitu fenomena demulsifikasi
3) Tipe emulsi ada 2 macam yaitu tipe M/A (minyak dalam air), tipe A/M
(air dalam minyak).

B. SARAN

Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya praktikan lebih aktif lagi dalam
melakukan praktikum dan hati – hati dalam menggunakan alat laboratorium agar
tidak terjadi kesalahan yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Hardani, dkk. (2022). Buku Ajar Farmasi Fisika. Yogyakarta: Samudra Biru.

Mahdi Rana Manggala, dkk. (2017). Studi Pengembangan Demulsifier Pada Skala
Laboratorium Untuk Mengatasi Masalah Emulsi Minyak Di Lapangan"
Z", Sumatera Selatan. In Prosiding Seminar Nasional Cendekiawan ke 3
Tahun 2017, 145-151.

Mandei, J. H. (2019). Formulasi Minuman Emulsi Vco Menggunakan Variasi


Emulsifier (Gum Arabik, Tween 80) Dan Air. . Jurnal Industri Hasil
Perkebunan, 14(1),, 11-20.

Setiawan, A. B. (2015). Pengaruh penggunaan berbagai jenis kuning telur


terhadap kestabilan emulsi, viskositas, dan pH mayonnaise. Students e-
Journal, 4(2).

Sinala, S. (2016). Farmasi Fisik. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.


LAMPIRAN

You might also like