Professional Documents
Culture Documents
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Tn. M Jenis kelamin : Laki - laki
Umur : 54 tahun Suku bangsa : Betawi
Status perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : tukang ojek Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Gudang Baru RT/RW 04/04 Tanggal masuk RS : 13 Juni 2013
Kel Ciganjur, kec Jagakarsa
Asuransi : KJS No. Rekam Medis : 859675
A. ANAMNESIS
Diambil secara autoanamnesis dan alloanamnesis, pada hari tanggal 15 juni 2013, hari perawatan
ke-1, pada pukul 08.00 WIB di bangsal ruang 603 Barat RSUD Budhi Asih
Keluhan Tambahan : nyeri saat dan setelah berkemih dan mengedan saat berkemih
sejak lama
1
hal ini dirasakan sejak tahun 1984. Pasien mengaku pinggang kiri tak terlalu nyeri, nyeri
pinggangnya muncul mendadak dan hilang timbul, muncul jika pasien hanya minum sedikit dan
hilang setelah minum obat anti nyeri dan minum air yang banyak. Lokasi nyeri diakui pasien di
daerah pinggang kiri menjalar ke sebelah kanan dan kemaluan disertai rasa panas di perut tengah
bawah.
Pasien mengaku frekuensi BAK makin sering, tetapi airnya sedikit dan malam hari
frekuensi BAK bertambah. ketika BAK, air kencing tersendat ditengah-tengah BAK lalu jika
berubah posisi maka air kencing dapat keluar lagi, tetapi di akhir kencing diakui pasien tidak ada
air kencing yang menetes, pasien tak puas setelah BAK dan ingin BAK lagi., pancaran BAK nya
lemah, warna BAK kadang putih atau sangat kuning atau merah. Pasien mengalami keringat
dingin sampai menggigil saat nyeri timbul, tidak ada mual muntah, pola BAB lancar dengan
konsistensi lunak. Pasien mengaku tidak ada penurunan berat badan dan nafsu makan Pasien
disarankan untuk dirawat dan direncanakan untuk operasi batu saluran kencing 14 Juni 2013.
Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku seorang perokok aktif sejak usia 10 tahun, sebanyak 1 bungkus merk
samsu perhari dan sudah berhenti pada bulan april lalu dan peminum sejak usia 20 tahun
sebanyak 1-2 gelas kecil anggur merah cap Orang Tua tiga kali seminggu. Pasien jarang
2
berolahraga dan minum air putih sebanyak dua gelas aqua berukuran sedang perhari. Pasien
sedang menjalankan diet untuk hipertensinya yaitu tidak memakan makanan yang asin, gorengan
dan daging tetelan. Pasien mengaku sering duduk lama sehari-hari.
Riwayat Alergi dan obat
Pasien mengaku keluhannya sudah diobati secara tradisional dengan herbal cuka apel dan
habatussauda dan minum obat warung asam mefenamat. Setelah minum obat, keluhan dirasa
berkurang tetapi masih terasa sakit. Riwayat minum jamu dan alergi obat disangkal.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesan sakit : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Kesan gizi : gizi cukup
Postur tubuh : piknikus
Cara berjalan : normal
cara duduk dan berbaring : normal
Sianosis : Tidak ada
Mobilitas ( aktif / pasif ) : Aktif
Umur menurut taksiran : Sesuai
Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80mmHg
Nadi : 98 x/menit
irama reguler, volume cukup, ekualitas sama kanan dan kiri
Suhu : 36,50C
tipe pernapasan abdominotorakal, irama expirasi inspirasi ireguler
Frekuensi napas : 18 x /menit
Berat Badan : 64 kg
Tinggi badan :-
BMI :-
3
Status Generalis
Kepala :
ukuran normocephali, bentuk bulat/oval, deformitas (-), myeri pada perabaan (-),
warna rambut hitam, distribusi merata, tak mudah dicabut.
Wajah :
Ekspresi sakit sedang dan khawatir, pucat (-), kemerahan (-) sianosis (+), wajah
simetris, warna kulit coklat, tidak tampak facies yang menunjukan suatu penyakit.
Mata dan alis mata :
Alis madarosis (-), alis hitam lebat simetris. Xantelasma (-), ptosis (-),
lagophtalmos (-), udem palpebra (-), Pupil bulat reguler isokor (+/+), Konjungtiva
anemis (-/-) , Sklera Ikterik (-/-), RCL (+/+ ), R ( +/+ ), warna iris hitam jernih, gerak
bola mata tak ada yang tertinggal, LP normal.
Hidung :
bentuk normal, liang hidung lapang sama besar, Simetris , septum deviasi (-),
deformitas (-), sekret (-/-), hiperemis (-/-), darah (-/-), deviasi septum (-/-)
Telinga :
telinga Normotia, liang telinga lapang, refleks cahaya membran timpani (+/+),
sekret/serumen/darah (-/-), benjolan dan nyeri tekan sekitar liang telinga (-/-).
Mulut :
- bentuk normal, agak kering, kulit sekitar bibir normal, bibir simetris, sianosis (-)
Kering (-), sianosis (-), anemis (-), tonsil dan faring dalam batas normal
- gigi dan gusi : oral higiene cukup baik, flek/bolong/karies gigi (-), gusi warna pink,
tanda inflamasi dan perdarahan gusi (-), lidah normoglossi, tak kering
- mukosa faring dan tonsil : warna pink normal tanpa bercak. Ulkus palatum (-), bau
napas (-), detritus dan kriptus tonsil (-)
- uvula : ditengah, warna pink, hiperemis (-), tonsil ukuran T1/T1
Leher :
bentuk dan ukuran normal, Trakea ditengah, deviasi trakea (-), KGB dan kelenjar
thyroid tidak teraba membesar dan nyeri tekan (-), kaku kuduk (-). A. Carotis tak tampak
berdenyut, denyut teraba normal, JVP 5 +2 cmH2O,
4
Thoraks
Paru
Inspeksi : bentuk normal, lordosis (-), kifosis (-), skoliosis (-), gibus (-), warna kulit sawo
matang, ikterik (-), pucat (-), sinosis (-), spider navy(-), roseola spot (-),
efloresensi bermakna (-), dilatasi vena (-), sternum normal datar, tulang iga
normal, sela iga normal, normal, Hemithoraks simetris saat statis dan dinamis tipe
abdominotorakal dan simetris, retraksi sela iga (-), deformitas (-), pulsasi
abnormal (-).
Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris saat inspirasi dan expirasi,
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru. Batas paru-hepar, paru kanan -jantung kanan, paru
kiri-lambung, paru kiri-jantung kiri normal.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V , 1 cm medial linea midclavicularis sinistra, thrill (-)
Perkusi : sonor di kedua lapang paru, paru kanan -jantung kanan, paru kiri-jantung kiri,
batas atas jantung normal.
Auskultasi : BJ I-II regular , murmur (-), gallop (-), BJ III (-). BJ IV (-), ES (-), SC (-), OS (-)
Abdomen
Inspeksi : Normal, datar, simetris, buncit (-), skafoid (-), warna kulit sawo matang, pucat (-),
ikterik (-), sianosis (-), kemerahan (-), spider navy(-), roseola spot (-), keriput (-),
dilatasi vena (-),gerak dinding perut simetris, tipe pernapasan abdominotorakal
Palpasi : Supel, tidak teraba massa, turgor normal, retraksi (-), defence muskular (-), rigiditas
(-), turgir kulit baik., NT (-), NL (-), hepar, lien, vesica vellea normal, undulasi (-),
ginjal ballotement (-)
Perkusi : 4 kuadran abdomen suara timpani, batas atas dan bawah hepar normal, shifting
dullnes (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
5
Atas
Inspeksi : Bentuk, Kulit, Bulu rambut, Jari, Kuku, Telapak tangan, Punggung tangan
Normal
Palpasi : Suhu, Kelembaban, nyeri, rigiditas & atrofi otot (-), kekuatan otot baik,
Flapping tremor (-), tremor (-) hangat (+/+), oedem (-/-), CRT <2”
Pemeriksaan reflex fisiologis : Biceps dan triceps (+)
Bawah
Inspeksi : bentuk, kulit, bulu rambut, jari, kuku, telapak kaki normal, kelemahan otot (-),
Palpasi : Suhu, Kelembaban, nyeri normal, rigiditas & atrofi otot (-), kekuatan otot baik,
Reflex patologis : Babinski (-), Oppenheim (-), Gordon (-), schaeffer (-), chaddok (-)
Rangsang meningeal : Kaku kuduk, Brudzinsky 1 & II, Laseq, Kernig (-),
Status Lokalis
Ginjal pada region costovertebral
- Inspeksi : dalam batas normal
- Palpasi : ballottement (-); nyeri tekan (-)
- Perkusi : nyeri ketuk (-)
Ureter pada region suprapubik
- Palpasi : nyeri tekan (-)
Vesica urinaria pada region suprapubik
- Inspeksi : membesar
- Palpasi : teraba buli penuh (2jari dibawah umbilicus); nyeri tekan (+)
- Perkusi : redup; nyeri ketuk CVA (+)
Uretra/OUE pada region genitalia eksterna
- Inspeksi : tanda radang (-); nanah/darah/ektropion pada OUE (-)
6
Pemeriksaan Rectal Toucher:
- Tonus sfingter ani baik
- Mukosa rektum licin
- Feses (-), lendir (-), darah (-), massa (-), nyeri (-)
- Prostat teraba kenyal, simetris (+), batas atas teraba, tak teraba membesar, permukaan
regular, mobilitas (+), tidak teraba nodul, nyeri tekan (-)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : 27/03/2013
Urinalisis Hasil Nilai normal
Warna Kuning tua kuning
Kejernihan Keruh * Jernih
Glukosa Negative Negative
Bilirubin Negative Negative
Keton Negative Negative
pH 7.0 4.6 – 8
Berat jenis ≥ 1030 1005 – 1030
Albumin urine 2+ * Negative
Urobilinogen 1.0 E U. /dL 0.1 – 1
Nitrit Negative Negative
Darah 3+ * Negative
Esterase Leukosit 1+ * Negatif
Sedimen urin
Leukosit 15 – 17 / LPB * <5
Eritrosit Banyak * / LPB <2
Epitel + /LPB Positif
Silinder Negative /LPK Negative
Kristal Oxalate + * Negative
Bakteri Negative Negative
Jamur Negative /LPB negatif
7
03/06/2013
Hematologi Hasil Satuan Nilai normal
Leukosit 6,9 ribu/µl 3,8 - 10,6
Hemoglobin 14,9 g/dl 13,2 - 17,3
Hematokrit 45 % 40 – 52
Trombosit 178 ribu/µl 150 – 440
Eritrosit 4.8 Juta/ µl 4,4 – 5,9
LED 20 Mm/jam 0 - 20
Hitung Jenis
Basofil 1 % 0–1
Eosinofil 2* % 2–4
Netrofil batang 0* % 3–5
Netrofil segmen 65 % 50 – 70
Limfosit 25 * % 25 - 40
Monosit 7 % 2-8
Faal hemostasis
Waktu perdarahan 1.30 Menit 1–6
Waktu pembekuan 12.00 Menit 5 -15
Kimia Klinik
SGOT 29 mu/dl <33
SGPT 36 mu/dl <50
Metabolisme karbohidrat
GDS 119 * mg/dL <110
Ginjal
Ureum 33 mg/dL 13 – 43
Kreatinin 0,94 mg/dL <1,2
Asam urat 4,2 mg/dL <7
Urinalisis
8
Warna Kuning kuning
Kejernihan Keruh * Jernih
Glukosa Negative Negative
Bilirubin Negative Negative
Keton Negative Negative
pH 5,5 4.6 – 8
Berat jenis 1030 1005 – 1030
Albumin urine 3+ * Negative
Urobilinogen 0,2 E U. /dL 0.1 – 1
Nitrit Negative Negative
Darah 3+ * Negative
Esterase Leukosit 1+ * Negatif
Sedimen urin
Leukosit 15 – 20 / LPB * <5
Eritrosit Banyak * / LPB <2
Epitel + /LPB Positif
Silinder Negative /LPK Negative
Kristal negatif Negative
Bakteri Negative Negative
Jamur Negative /LPB negatif
13/06/2013
Hematologi Hasil Satuan Nilai normal
Leukosit 7,5 ribu/µl 3,8 - 10,6
Hemoglobin 15,0 g/dl 13,2 - 17,3
Hematokrit 45 % 40 – 52
Trombosit 219 ribu/µl 150 – 440
Faal hemostasis
Waktu perdarahan 2.00 Menit 1–6
Waktu pembekuan 13.30 Menit 5 -15
9
Metabolisme karbohidrat
Glukosa darah jam 16.00 102 mg/dL <110
USG
11/04/2013
Buli-buli : besar dan bentuk normal, dinding tebal ireguler ukuran 0,46 cm. tampak lesi
hyperechoik dengan posterior aucoustic
shadow ukuran 2.85 x 3.11 cm
Kesan : vesicolithiasis et sistitis kronik
D. RESUME
Seorang
laki-laki usia 54
tahun datang ke
IGD RSUD Budi Asih dengan keluhan nyeri pinggang kiri sejak 1 hari SMRS disertai nyeri saat,
setelah berkemih dan mengedan saat berkemih sejak tahunan lalu. nyeri muncul mendadak dan
hilang timbul, muncul jika minum sedikit dan hilang setelah minum obat anti nyeri dan minum
air yang banyak. Lokasi di pinggang kiri menjalar ke kanan dan kemaluan disertai rasa panas di
perut tengah bawah.
Os mengaku frekuensi BAK makin sering, volume sedikit dan frekuensi BAK malam
bertambah, BAK tersendat ditengah-tengah, berubah posisi maka air kencing dapat keluar lagi.
os tak puas setelah BAK, pancaran BAK lemah, warna BAK kadang putih atau sangat kuning
atau merah. Os mengaku mengalami keringat dingin sampai menggigil saat nyeri timbul.
10
os mengaku pernah mengalami hal seperti ini tahun 1894, nyeri hilang sendiri tanpa
pengobatan. April 2013 pernah didiagnosis batu buli dan ISK, tetapi ISK sudah diobati dan
sembuh. os mempunyai riwayat darah tinggi sejak 2007 dan berobat serta riwayat asma waktu
kecil. Juni 2013, pasien datang ke poli urologi RSUD Budhi Asih karena terasa nyeri pada
daerah pinggang kirinya.
os mengaku keluhannya sudah diobati secara tradisional dengan herbal dan minum asam
mefenamat. Setelah minum obat, keluhan dirasa berkurang.
Os disarankan untuk dirawat, dan direncanakan untuk operasi batu saluran kencing
E. DIAGNOSIS KERJA
Vesicolithiasis
F. DIAGNOSIS BANDING
- Batu ureter
- Striktur uretra
G. PENATALAKSANAAN
UGD
Ketorolac suppositoria
Ruang perawatan
Persiapan puasa 24 jam
Cefoperazone 1 G pre op
Catheter 2 way I no.24
NGT no. 16 no. I
Alprazolam 0,5 mg m/p
Operatif
- Dilakukan operasi sectio alta tanggal 14 Juni 2013
Laporan operasi
Operator : dr. Tri Endah, Sp.U
11
Diagnosis pra bedah : vesicolithiasis
Diagnosis pasca Bedah : vesicolithiasi
Jenis Operasi : sectio alta, explorasi buli
Laporan Operasi:
1. Pasien supine dalam spinal anestesi
2. Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis
3. Pasang FC 20F, buli diisi 250cc
4. Insisi 1 jari di atas suprasimfisis kea rah umbilicus, diperdalam lapis demi lapis
5. Fascia dibuka tajam, otot dipisahkan secara tumpul
6. Peritoneum disisihkan ke atas, identifikasi buli, pasal tegel pada buli
7. Buli dibuka, batu dikeluarkan satu buah sesuai BNO
8. Explorasi, kedua muara ureter normal
9. Buli dijahit 2 lapis, tes kebocoran (-)
10. Luka operasi dicuci bersih
11. Luka ditutup lapis demi lapis dengan meninggalkan 1 drain di cavum retzii
12. Operasi selesai
12
Follow up
Tanggal Subjektif Objektif Analisis Perencanaan
13/06/2013 Keluhan (-) KU : TSR/CM Batu buli Persiapan puasa 24 jam
TD: 150/80 mmHg
Cefoperazone 1 G pre op
N:80x/menit
Catheter 2 way I no.24
RR: 26x/menit
S:35,9oC
NGT 16 I
Alprazolam 0,5 mg m/p
14/06/2013 Keluhan (-) Kes : CM Batu buli Rencana operasi section
TD: 140/80mmHg
alta
N:70x/menit
RR: 16x/menit
S:35,3oC
13
Drain minimal urologi rabu 26/06/13
OUE : FC + urin jernih
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Anatomi Prostat
Etiologi BPH
14
Patofisiologi BPH
Gambaran Klinis
1. Gejala pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruktif dan
gejala iritatif. Gejala obstruktif disebabkan oleh karena penyempitan uretara pars prostatika
karena didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi
cukup kuat dan atau cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus. Gejalanya ialah :
1. Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistancy)
2. Pancaran miksi yang lemah (weak stream)
3. Miksi terputus (Intermittency)
4. Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling)
5. Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying).
Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaria yang tidak sempurna
pada saat miksi atau disebabkan oleh hipersensitifitas otot detrusor karena pembesaran prostat
menyebabkan rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum
penuh. Gejalanya ialah :
1. Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency)
2. Nokturia
3. Miksi sulit ditahan (Urgency)
4. Disuria (Nyeri pada waktu miksi)
Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus. Secara klinis derajat
berat gejala prostatismus itu dibagi menjadi :
Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing <>
Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml
Grade III: Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian atas + sisa urin > 150
ml.
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah, WHO
menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut Skor
15
Internasional Gejala Prostat atau I-PSS (International Prostatic Symptom Score). Sistem skoring
I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS) dan satu
pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap pertanyaan yang
berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai dengan 5, sedangkan keluhan yang
menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga 7.
Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu: - Ringan :
skor 0-7
- Sedang : skor 8-19
- Berat : skor 20-35
Timbulnya gejala LUTS merupakan menifestasi kompensasi otot vesica urinaria untuk
mengeluarkan urin. Pada suatu saat otot-otot vesica urinaria akan mengalami kepayahan (fatique)
sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut.
16
untuk berkemih
Jumlah nilai :
0 = baik sekali 3 = kurang
1 = baik 4 = buruk
2 = kurang baik 5 = buruk sekali
17
Keluhan akibat penyulit hiperplasi prostat pada saluran kemih bagian atas berupa gejala
obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari
hidronefrosis)., atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter
ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan di dalam
rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan :
1. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
2. Adakah asimetris
3. Adakah nodul pada prostate
4. Apakah batas atas dapat diraba
5. Sulcus medianus prostate
6. Adakah krepitasi
Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar, konsistensi
prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan dan kiri simetris, tidak
didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum. Semakin berat derajat hiperplasia prostat,
batas atas semakin sulit untuk diraba. Sedangkan pada carcinoma prostat, konsistensi prostat
keras dan atau teraba nodul dan diantara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu
prostat akan teraba krepitasi.
Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian atas kadang-
kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi pielonefritis akan disertai sakit pinggang dan
nyeri ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah
inguinal harus mulai diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus pula
18
diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan
gangguan miksi seperti batu di fossa navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretra,
fimosis, condiloma di daerah meatus.
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh dan teraba
masa kistus di daerah supra simfisis akibat retensio urin dan kadang terdapat nyeri tekan supra
simfisis.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi.
1. Darah : - Ureum dan Kreatinin
Elektrolit
Blood urea nitrogen
Prostate Specific Antigen (PSA)
Gula darah
2. Urin : - Kultur urin + sensitifitas test
Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik
Sedimen
Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada
saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang
menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa
antimikroba yang diujikan.
Faal ginjal diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran
kemih bagian atas. Sedangkan gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya
penyakit diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada vesica urinaria.
d. Pemeriksaan pencitraan
1. Foto polos abdomen (BNO)
BNO berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya batu/kalkulosa
prostat dan kadangkala dapat menunjukkan bayangan vesica urinaria yang penuh terisi
urin, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine. Selain itu juga bisa menunjukkan
19
adanya hidronefrosis, divertikel kandung kemih atau adanya metastasis ke tulang dari
carsinoma prostat.
3. Sistogram retrograd
Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka sistogram
retrograd dapat pula memberi gambaran indentasi.
20
Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam – macam potongan.
e. Pemeriksaan Lain
1. Uroflowmetri
Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh : - daya
kontraksi otot detrusor
tekanan intravesica
resistensi uretra
Angka normal laju pancaran urin ialah 10-12 ml/detik dengan puncak laju pancaran
mendekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah menjadi 6 – 8
ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 – 15 ml/detik. Semakin berat derajat obstruksi
semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan.
2. Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies)
Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri tidak
dapat membedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya kontraksi otot
detrusor yang melemah. Untuk membedakan kedua hal tersebut dilakukan pemeriksaan
tekanan pancaran dengan menggunakan Abrams-Griffiths Nomogram. Dengan cara ini
maka sekaligus tekanan intravesica dan laju pancaran urin dapat diukur.
21
3. pasca bedah radikal di pelvis
4. farmakologik
b. Kandung kemih neuropati, disebabkan oleh :
1. kelainan neurologik
2. neuropati perifer
3. diabetes mellitus
4. alkoholisme
5. farmakologik (obat penenang, penghambat alfa dan parasimpatolitik)
c. Obstruksi fungsional :
1. dis-sinergi detrusor-sfingter terganggunya koordinasi antara kontraksi detrusor dengan
relaksasi sfingter
2. ketidakstabilan detrusor
d. Kekakuan leher kandung kemih : Fibrosis
e. Resistensi uretra yang meningkat disebabkan oleh :
1. hiperplasia prostat jinak atau ganas
2. kelainan yang menyumbatkan uretra
3. uretralitiasis
4. uretritis akut atau kronik
5. striktur uretra
6. Prostatitis akut atau kronis
DAFTAR PUSTAKA
1. Sabiston, David C. Hipertrofi Prostat Benigna, Buku Ajar Bedah bagian 2, Jakarta : EGC,
1994.
2. Rahardja K, Tan Hoan Tjay. Obat - Obat Penting; Khasiat, Penggunaan, dan Efek – Efek
Sampingnya edisi V, Jakarta : Gramedia, 2002.
3. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi revisi, Jakarta : EGC, 1997.
4. Majalah Illmu Bedah Indonesia: ROPANASURI Vol XXV, No. 1, Januari-Maret 1997; 37
5. Anonim. Kumpilan Kuliah Ilmu Bedah Khusus, Jakarta : Aksara Medisina, 1997.
6. Priyanto J.E. Benigna Prostat Hiperplasi, Semarang : Sub Bagian Bedah Urologi FK UNDIP.
7. Purnomo B.P. Buku Kuliah Dasar – Dasar Urologi, Jakarta : CV.Sagung Seto, 2000.
22
8. Rahardjo D. Pembesaran Prostat Jinak; Beberapa Perkembangan Cara Pengobatan, Jakarta :
Kuliah Staf Subbagian Urologi Bagian Bedah FK UI R.S. Dr. Cipto Mangunkusumo, 1993.
9. Cockett A.T.K, Koshiba K : Manual of Urologic Surgery, New York, Springer Verlag, 5,
1979, 125-4
10. Reksoprodjo S. Prostat Hipertrofi, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah cetakan pertama, Jakarta :
Binarupa Aksara, 1995.
11. Tenggara T. Gambaran Klinis dan Penatalaksanaan Hipertrofi Prostat, Majalah Kedokteran
Indonesia volume: 48, Jakarta : IDI, 1998.
12. Mansjoer, A., dkk, Kapita Selekta Indonesia, Penerbit Media Asculapius, FK UI 2000; 320-3
23