You are on page 1of 29

Pemilihan umum (disingkat Pemilu) adalah proses memilih seseorang untuk mengisi

jabatan politik di Indonesia tertentu.[1] Jabatan tersebut beraneka ragam, mulai dari
jabatan presiden/eksekutif, wakil rakyat/Lembaga legislatif di berbagai tingkat pemerintahan,
sampai kepala desa. Pada konteks yang lebih luas, Pemilu dapat juga berarti proses mengisi
jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau ketua kelas, walaupun untuk ini kata 'pemilihan' lebih
sering digunakan.[2]

Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa)
dengan melakukan kegiatan retorika, hubungan publik, komunikasi massa, lobi dan lain-lain
kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam
kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakai oleh para
kandidat atau politikus selalu komunikator politik.[3]

Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para
peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye[4].
Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara[5].

Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai[6]. Pemenang Pemilu


ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan
dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih[7].

Pemilih[sunting | sunting sumber]


Menurut UU No.7 pasal 348-350 tahun 2017, pemilih adalah WNI yang sudah genap berusia 17
tahun atau lebih, baik sudah kawin atau belum dan pernah kawin.[8]

Dalam pemilu, pemilih biasanya dibedakan menjadi tiga kategori pemilih. Kategori pemilih
tersebut ialah pemilih tetap, pemilih tambahan dan pemilih khusus. Pada tahun 2019 ketiga
kategori ini digunakan sebagai standar pemilu.

Pemilih tetap adalah pemilih yang sudah terdata di KPU dan terdata di DPT (daftar pemilih
tetap). Pemilih kategori ini sudah di coklit dan dimutakhirkan oleh KPU dengan tanda bukti
memiliki undangan memilih atau C6.

Pemilih tambahan adalah kategori pemilih yang pindah memilih ke TPS lain dari TPS yang
sudah ditentukan. Menurut UU NO.7 pasal 210 Tahun 2017, pemilih tambahan wajib melapor
paling lambat 30 hari sebelum pemungutan. Pada saat pemungutan suara pemilih tambahan
membawa surat pindah memilih (A5), KTP dan surat identitas lain (KK, paspor atau SIM)

Pemilih khusus adalah kategori pemilih yang tidak terdaftar di DPT(Daftar Pemilih Tetap) dan
DPTb (Daftar Pemilih Tambahan). Pemilih khusus dapat ikut memilih dengan membawa KTP
atau identitas lain ke TPS. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) akan
memberikan hak suara dengan pertimbangan ketersediaan surat suara di TPS.[9]

Penentuan untuk jumlah kursi dalam partai politik[sunting | sunting sumber]


Daftar partai (party-list) dalam sistem proporsional terbagi 4 yaitu:[10]
 Rata-rata tertinggi/Divisor (Highest avarage)

Metode Penjelasan rumus Rumus

suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan angka


D'Hondt
serial: 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan seterusnya. .

suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan angka


Sainte Laguë (asli)
serial: 1, 3, 5, 7, 9, dan seterusnya. .

Sainte Laguë suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan angka
(modifikasi) serial: 1.4, 3, 5, 7, 9, dan seterusnya. kecu
ali s=0.

suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan angka


Danish
serial: 1, 4, 7, 10, 13, dan seterusnya. .

suara yang diraih setiap partai dibagi berdasarkan akar angka


Huntington–Hill dim
serial: 2, 6, 12, 20, 30 dan seterusnya.
ana s≠0.

Keterangan:

 V adalah jumlah suara sah partai politik/individual.


 s adalah jumlah kursi berdasarkan bilangan cacah kecuali keterangan tersebut.

1. Jika jumlah pembagian pada posisi pertama dari partai bawah dengan kedua dari
partai atas maka terambil dari jumlah suara teratas. semua metode hitungan
pembulatan bawah.
2. Dalam tersisa satu kursi dimana dua atau lebih partai yang mempunyai jumlah suara
yang sama maka:
1. Jika berada pembagian di posisi yang sama, terambil partai yang memiliki
jumlah suara terbanyak.
2. Jika berada pembagian di posisi yang beda, terambil partai yang berada
perhitungan pembagian yang sebelumnya.
 Suara sisa terbanyak/Kuota (Largest remainder)

Metode Rumus

Hare

Droop

Imperiali

Hagenbach-
Bischoff

1. Jika jumlah sisa suara yang memiliki sama maka terambil dari jumlah suara teratas.
semua metode hitungan pembulatan bawah.
2. Dalam tersisa satu kursi dimana dua atau lebih partai yang mempunyai jumlah suara
yang sama maka:
1. Jika berada suara sisa di posisi yang sama, terambil partai yang memiliki
jumlah suara terbanyak.
2. Jika berada suara sisa di posisi yang beda, terambil partai yang berada
perhitungan suara sisa yang sebelumnya.

 Metode lainnya

Metode Rumus

Hare-
Niemeyer

Jika jumlah suara yang memiliki sama maka terambil dari jumlah suara teratas. semua
metode hitungan pembulatan atas.
Contoh pemilihan umum sebagai berikut:

Tanpa batas ambang parlemen (Parliamentary Threshold)[sunting sumber]


Pembagi (Divisor)[sunting sumber]
Misalnya cukup terbagi 2 yaitu bagian 1 dan 2 saja.

Hare-
Sainte Laguë Sainte Laguë Huntington–
D'Hondt Danish Nieme
J (asli) (modifikasi) Hill
yer
u
m J J
B
l u u
a
a m B m
g
h B l a l
P % i
a a g a
s g h i h
J % B % J % B % a J % J %
u i
k
a k 1 k
a
r 2 u . u
r
a r 4 r
s s
2
i i
P
2
ar 5 2 5 1 3 1 5 1 2. 3
5 7. 2 2 2 2 5 2
1 ta 0 5 2 0 6 2 5 6 2 0 2 2 8 2 3 7.
0 0 5 5 5 5 * 5
i * * * * * * * * * 5
3
A
P
2
ar 3 1 3 1 2 1 3 4. 2.
3 0. 2 2 2 9 2 2 2
2 ta 8 9 2 8 2 2 7 2 2 8 2 3 4 2 2
8 5 5 5 5 * 5 5 5
i * * * * * * * * *
4
B
P
1
ar 2 1 2 2 2 1 3. 1 1
2 5. 2 9 2 9 2
3 ta 9 4 2 9 2 0 2 9 7 1 2. 7 2 1 2. 1 2.
9 6 5 * 5 * 5
i * * * * * 5 * 5 5
8
C
P
1
ar 2 1 2 1 1 1 2 1 3. 1 1
2 2. 1
4 ta 4 1 2. 4 8 1 2. 7 8 1 2. 4 6 1 2. 4 2 1 2. 1 2.
4 9 2
i * 5 * 5 * 5 * 5 * 5 5
7
D
5 P 1 7. 1 6 1 1 1 4 1 1 9 4 1 1 1 3 1 1 2. 1. 1 1 1 1
ar 3 0 3 2. 3 2. * 2. 3 2. 4 4 2. 2.
Hare-
Sainte Laguë Sainte Laguë Huntington–
D'Hondt Danish Nieme
J (asli) (modifikasi) Hill
yer
u
m J J
B
l u u
a
a m B m
g
h B l a l
P % i
a a g a
s g h i h
J % B % J % B % a J % J %
u i
k
a k 1 k
a
r 2 u . u
r
a r 4 r
s s
2
i i
ta
i 3 * 5 * 5 5 * 5 * 5 5
E
P
ar 4. 1 1
8 2
6 ta 8 3 8 4 0 0 8 2 0 0 5 2 0 0 2 1 2. 1 1 2. 0 0
* *
i 2 5 5
F
P
ar 2.
1.
7 ta 5 7 5 2 0 0 5 1 0 0 3 1 0 0 5 1 0 0 0 0 0 0 0
4
i 1
G
P
ar 1.
1.
8 ta 3 6 3 1 0 0 3 1 0 0 2 1 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0
4
i 2
H
P
1.
ar 1.
9 3 6 3 1 0 0 3 1 0 0 2 1 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0
ta 4
2
iI
P
ar 1.
1
ta 2 0 2 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0
i 8
J
Juml 1 9
Hare-
Sainte Laguë Sainte Laguë Huntington–
D'Hondt Danish Nieme
J (asli) (modifikasi) Hill
yer
u
m J J
B
l u u
a
a m B m
g
h B l a l
P % i
a a g a
s g h i h
J % B % J % B % a J % J %
u i
k
a k 1 k
a
r 2 u . u
r
a r 4 r
s s
2
i i
ah
7 4.
suara
5 6
sah
Juml
ah
2.
suara 5
7
tidak
sah
Juml
ah
suara 2.
5
tidak 7
memi
lih
Juml
ah 1 1
suara 8 0
memi 5 0
lih
Keterangan:

 Jumlah kursi yang ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 8.


 * = Sesuai dengan peringkat jumlah suara dari terbesar sampai terkecil.
Kuota (Quota)[sunting sumber]
Hare Droop Imperiali Hagenbach-Bischoff
T
a
h
a
p P S
e i
I m s
b a
# % ( u
P 1 T % s
l
0 a u
0 t a
% a r
n a
B
P
P
)
P
2
ar 2. 3 3 2. 3 2. 3
5 7. 2 2. 3 3 3
1 ta 3 2 1 3 7. 2 1 3 7. 9 2 1 3 7. 6 2 1 3 7.
0 0 9 5 0 3 1
i 8 5 5 4 5 3 5
3
A
P
2
ar 2. 3 3
3 0. 1. 1 2 1. 1 2 2 1
2 ta 1 1 2 1 1 2 2 2 1 3 7. 2 2 1 3 7.
8 5 8 7 5 9 8 5 1 9
i 3 5 5
4
B
P
1
ar 1. 1 1. 1 1 1. 1
2 5. 1. 1 1
3 ta 3 1 8 0 1 2. 4 1 9 0 1 2. 1 0 1 2. 5 1 0 1 2.
9 6 7 2 0
i 8 5 5 5 5 2 5
8
C
P
1
ar 1. 1 1 1. 1 1. 1
2 2. 1.
4 ta 1 1 5 0 1 2. 1 4 0 1 2. 4 1 7 0 1 2. 2 1 5 0 1 2.
4 9 2
i 4 5 5 1 5 6 5
7
D
P
ar 7. 0. 1 0. 1 0. 0.
1 1 1 1 1
5 ta 0 6 0 1 1 2. 6 0 1 1 2. 7 0 0 0 0 6 0 0 0 0
3 3 3 3 3
i 3 1 5 5 5 6 8
E
Hare Droop Imperiali Hagenbach-Bischoff
T
a
h
a
p P S
e i
I m s
b a
# % ( u
P 1 T % s
l
0 a u
0 t a
% a r
n a
B
P
P
)
P
ar 4. 0. 0. 0.
0.
6 ta 8 3 3 0 8 0 0 0 0 8 0 0 0 4 0 8 0 0 0 4 0 8 0 0 0
4
i 2 8 7 2
F
P
ar 2. 0. 0. 0. 0.
7 ta 5 7 2 0 5 0 0 0 2 0 5 0 0 0 2 0 5 0 0 0 2 0 5 0 0 0
i 1 3 5 9 6
G
P
ar 1. 0. 0. 0. 0.
8 ta 3 6 1 0 3 0 0 0 1 0 3 0 0 0 1 0 3 0 0 0 1 0 3 0 0 0
i 2 4 5 7 5
H
P
1. 0. 0. 0. 0.
ar
9 3 6 1 0 3 0 0 0 1 0 3 0 0 0 1 0 3 0 0 0 1 0 3 0 0 0
ta
2 4 5 7 5
iI
P
ar 1. 0. 0.
1 0. 0.
ta 2 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0
0 1 1
i 8 9 1
J
Hare Droop Imperiali Hagenbach-Bischoff
T
a
h
a
p P S
e i
I m s
b a
# % ( u
P 1 T % s
l
0 a u
0 t a
% a r
n a
B
P
P
)
Juml
1 9 1 1 1 1
ah
7 4. 5 3 8 0 5 3 8 0 6 2 8 0 6 2 8 0
suara
5 6 0 0 0 0
sah
Juml
ah
2.
suara 5
7
tidak
sah
Juml
ah
suara 2.
5
tidak 7
memi
lih
Juml
ah 1 1
suara 8 0
memi 5 0
lih
Keterangan:

 Jumlah kursi yang ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 8.


 BPP (Hare): 175/8 = 21.
 BPP (Droop): (175/9) + 1 = 20.
 BPP (Imperiali): 175/10 = 17.
 BPP (Hagenbach-Bischoff): 175/9 = 19.
Dengan ambang batas parlemen (Parliamentary Threshold)[sunting sumber]
Pembagi (Divisor)[sunting sumber]
Misalnya cukup terbagi 2 yaitu bagian 1 dan 2 saja.

Hare-
Sainte Laguë Sainte Laguë Huntington–
D'Hondt Danish Nieme
J (asli) (modifikasi) Hill
yer
u
m J J
B
l u u
a
a m B m
g
h B l a l
P % i
a a g a
s g h i h
J % B % J % B % a J % J %
u i
k
a k 1 k
a
r 2 u . u
r
a r 4 r
s s
2
i i
P
2
ar 5 2 3 5 1 3 3 1 3 5 1 3 2. 3 3
5 7. 5
1 ta 0 5 2 3. 0 6 2 3. 5 6 2 3. 0 2 2 3. 8 2 3. 2 3.
0 0 *
i * * 3 * * 3 * * 3 * * 3 * 3 3
3
A
P
2
ar 3 1 3 3 1 2 1 3 3 1 4. 1 1
3 0. 1 2.
2 ta 8 9 2 3. 8 1 6. 7 2 2 3. 8 9 1 6. 3 1 6. 1 6.
8 5 2 4
i * * 3 * 7 * * 3 * 7 * 7 7
4
B
P
1
ar 2 1 2 1 2 1 2 1 3. 1 1
2 5. 1
3 ta 9 1 6. 9 9 1 6. 0 9 1 6. 9 7 1 6. 7 2 1 6. 1 6.
9 6 4
i * 7 * 7 * 7 * 7 * 7 7
8
C
P
1
ar 2 1 2 1 1 1 2 1 3. 1 1
2 2. 1
4 ta 4 1 6. 4 8 1 6. 7 8 1 6. 4 6 1 6. 4 2 1 6. 1 6.
4 9 2
i * 7 * 7 * 7 * 7 * 7 7
7
D
5 P 1 7. 1 6 0 0 1 4 1 1 9 4 0 0 1 3 1 1 2. 1. 1 1 1 1
Hare-
Sainte Laguë Sainte Laguë Huntington–
D'Hondt Danish Nieme
J (asli) (modifikasi) Hill
yer
u
m J J
B
l u u
a
a m B m
g
h B l a l
P % i
a a g a
s g h i h
J % B % J % B % a J % J %
u i
k
a k 1 k
a
r 2 u . u
r
a r 4 r
s s
2
i i
ar
ta 0 3 6. 3 6. 4 6. 6.
3 3 4
i 3 * 7 * 7 * 7 7
E
P
ar 4.
6 ta 8 3
i 2
F
P
ar 2.
7 ta 5 7
i 1
G
P
ar 1.
8 ta 3 6
i 2
H
P
1.
ar
9 3 6
ta
2
iI
P
ar 1.
1
ta 2 0
0
i 8
J
Hare-
Sainte Laguë Sainte Laguë Huntington–
D'Hondt Danish Nieme
J (asli) (modifikasi) Hill
yer
u
m J J
B
l u u
a
a m B m
g
h B l a l
P % i
a a g a
s g h i h
J % B % J % B % a J % J %
u i
k
a k 1 k
a
r 2 u . u
r
a r 4 r
s s
2
i i
Juml
1 9
ah
7 4.
suara
5 6
sah
Juml
ah
2.
suara 5
7
tidak
sah
Juml
ah
suara 2.
5
tidak 7
memi
lih
Juml
ah 1 1
suara 8 0
memi 5 0
lih
Keterangan:

 Ambang batas parlemen ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 5%.


 Jumlah kursi yang ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 6.
 * = Sesuai dengan peringkat jumlah suara dari terbesar sampai terkecil.
Kuota (Quota)[sunting sumber]
Hanya 1 tahap
Hare Droop Imperiali Hagenbach-Bischoff
T
a
h
a
p P S
e i
I m s
b a
# % ( u
P 1 T % s
l
0 a u
0 t a
% a r
n a
B
P
P
)
P
2
ar 2. 2. 3 2.
5 7. 2 5 2 5 3 2 5
1 ta 2 2 1 3 1 2 1 3 6 2 0 2 3. 2 2 1 3
0 0 5 0 7 0 1 8 0
i 7 3 3 7
3
A
P
2
ar 1. 1 1. 1 3 1. 1
3 0. 1 1 1 1
2 ta 5 1 0 1 6. 6 1 0 1 6. 2 2 0 2 3. 7 1 0 1 6.
8 5 3 5 9 6
i 2 7 5 7 3 2 7
4
B
P
1
ar 1. 1 1. 1 1. 1 1. 1
2 5. 1
3 ta 1 1 4 0 1 6. 2 1 6 0 1 6. 5 1 0 1 6. 3 1 7 0 1 6.
9 6 0
i 6 7 6 7 2 7 1 7
8
C
P
1
ar 0. 1 1. 1 1. 1 1. 1
2 2. 2
4 ta 9 0 1 1 6. 0 1 1 0 1 6. 2 1 5 0 1 6. 0 1 2 0 1 6.
4 9 4
i 6 7 4 7 6 7 9 7
7
D
P
ar 7. 0. 0. 0. 0.
1 1 1 1 1
5 ta 0 5 0 0 0 0 5 0 0 0 0 6 0 0 0 0 5 0 0 0 0
3 3 3 3 3
i 3 2 6 8 9
E
Hare Droop Imperiali Hagenbach-Bischoff
T
a
h
a
p P S
e i
I m s
b a
# % ( u
P 1 T % s
l
0 a u
0 t a
% a r
n a
B
P
P
)
P
ar 4.
6 ta 8 3
i 2
F
P
ar 2.
7 ta 5 7
i 1
G
P
ar 1.
8 ta 3 6
i 2
H
P
1.
ar
9 3 6
ta
2
iI
P
ar 1.
1
ta 2 0
0
i 8
J
Hare Droop Imperiali Hagenbach-Bischoff
T
a
h
a
p P S
e i
I m s
b a
# % ( u
P 1 T % s
l
0 a u
0 t a
% a r
n a
B
P
P
)
Juml
1 9 1 1 1 1
ah
7 4. 4 2 6 0 5 1 6 0 5 1 6 0 5 1 6 0
suara
5 6 0 0 0 0
sah
Juml
ah
2.
suara 5
7
tidak
sah
Juml
ah
suara 2.
5
tidak 7
memi
lih
Juml
ah 1 1
suara 8 0
memi 5 0
lih
Keterangan:

 Ambang batas parlemen ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 5%.


 Jumlah kursi yang ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 6.
 Jumlah suara sah yang diperoleh batas ambang parlemen adalah 154.
 BPP (Hare): 154/6 = 25.
 BPP (Droop): (154/7) + 1 = 23.
 BPP (Imperiali): 154/8 = 19.
 BPP (Hagenbach-Bischoff): 154/7 = 22.
Hanya 2 tahap (hanya Hare saja)
Hare

T T
J a a
P
u h h
er
m a a T
P S S in
l p p o
a i i g
a I Pe I Pe t
r s s k
# h % ( m I m a
t a a at
s 1 b ( b l
a s s si %
u 0 ul 5 ul k
i u u sa
a 0 at 0 at u
a a s
r % an % an r
r r u
a s
a a a
B B i
r
P P
a
P P
) )
Par 31
1.8 1.7
1 tai 45 .0 1 21 1 9 0 2 40
7 5
A 3
Par 17
1.0 0.0
2 tai 25 .2 1 1 0 1 0 1 20
4 8
B 4
Par 15
0.9 1.8
3 tai 22 .1 0 22 1 10 0 1 20
1 3
C 7
Par
7. 0.4 0.9
4 tai 11 0 11 0 11 1 1 20
58 5 1
D
Par
6. 0.4 0.8
5 tai 10 0 10 0 10 0 0 0
89 1 3
E
Par
6. 0.3 0.7
6 tai 9 0 9 0 9 0 0 0
2 7 5
F
Hare

T T
J a a
P
u h h
er
m a a T
P S S in
l p p o
a i i g
a I Pe I Pe t
r s s k
# h % ( m I m a
t a a at
s 1 b ( b l
a s s si %
u 0 ul 5 ul k
i u u sa
a 0 at 0 at u
a a s
r % an % an r
r r u
a s
a a a
B B i
r
P P
a
P P
) )
Par
3.
7 tai 5
44
G
Par
2.
8 tai 3
06
H
Par
2.
9 tai 3
06
I
Par
1.
10 tai 2
37
J
Jumlah
93 10
suara 135 2 2 1 5
.1 0
sah
Jumlah
suara 3.
5
tidak 44
sah
Jumlah
suara
3.
tidak 5
44
memili
h
Jumlah 145 10
Hare

T T
J a a
P
u h h
er
m a a T
P S S in
l p p o
a i i g
a I Pe I Pe t
r s s k
# h % ( m I m a
t a a at
s 1 b ( b l
a s s si %
u 0 ul 5 ul k
i u u sa
a 0 at 0 at u
a a s
r % an % an r
r r u
a s
a a a
B B i
r
P P
a
P P
) )
suara
memili 0
h
Keterangan:

 Ambang batas parlemen ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 5%.


 Jumlah kursi yang ditetapkan (menurut aturan KPU) adalah 5.
 Jumlah suara sah yang diperoleh batas ambang parlemen adalah 122.
 100% BPP (Hare): 122/5 = 24.
 50% BPP (Hare): 24/2 = 12.

Nilai Mayoritas dan Minoritas[sunting | sunting sumber]

Jumlah kursi
Jumlah kursi DPR untuk
DPR untuk duduk Status
hak mengubah UUD
parlemen

Mayoritas
x > 50% x ≥ 67%
multak

Mayoritas
x > 50% 50% < x ≥ 67%
biasa
Jumlah kursi
Jumlah kursi DPR untuk
DPR untuk duduk Status
hak mengubah UUD
parlemen

x ≤ 50% Mayoritas
x ≤ 50%
dgn posisi 1 koalisi

x ≤ 50% x ≤ 50% Minoritas

Keterangan: x adalah jumlah kursi DPR yang diraih oleh setiap partai.

Mayoritas multak[sunting | sunting sumber]


Mayoritas mutlak adalah setiap partai politik memenangi sebanyak dua
per tiga dari seluruh jumlah kursi DPR dan dapat mengubah aturan
UUD.

# Partai Jumlah kursi DPR

1 Partai C 70%

2 Partai B 25%

3 Partai A 5%

Mayoritas biasa[sunting | sunting sumber]


Mayoritas biasa adalah setiap partai politik memenangi antara setengah
sampai dengan dua per tiga dari seluruh jumlah kursi DPR tetapi tidak
dapat mengubah aturan UUD.

# Partai Jumlah kursi DPR

1 Partai C 60%

2 Partai B 25%
# Partai Jumlah kursi DPR

3 Partai A 15%

Mayoritas koalisi[sunting | sunting sumber]


Mayoritas koalisi adalah setiap partai politik memenangi hanya kurang
dari setengah dari seluruh jumlah kursi DPR tetapi berada posisi pertama
sehingga harus berkoalisi untuk mencapai sebanyak minimal setengah
dari seluruh jumlah kursi DPR.

Pemenang & Juara 2 &


Hak Mayoritas
koalisi koalisi

Pemenang & koalisi (Mayoritas


x > 50% x < 50%
koalisi)

Juara 2 & koalisi (Minoritas


x < 50% x > 50%
koalisi)

Keterangan: x adalah jumlah kursi DPR yang diraih oleh pembentukan


koalisi.

Contoh[sunting | sunting sumber]


# Partai Jumlah kursi DPR
1 partai F 31.3
2 partai N 19.8
3 partai J 8.3
4 partai A 7.3
5 partai C 7.3
6 partai K 5.2
7 partai E 5.2
8 partai M 4.2
9 partai B 3.2
# Partai Jumlah kursi DPR
10 partai I 2.1
11 partai O 2.1
12 partai G 1
13 partai H 1
14 partai L 1
15 partai D 1
Jika jumlah yang diberikan warna biru adalah 51% sedangkan tanpa
diberi warna biru adalah 49% maka posisi pemenang&koalisi sebagai
mayoritas koalisi.

# Partai Jumlah kursi DPR


1 partai F 31.3
2 partai N 19.8
3 partai J 8.3
4 partai A 7.3
5 partai C 7.3
6 partai K 5.2
7 partai E 5.2
8 partai M 4.2
9 partai B 3.2
10 partai I 2.1
11 partai O 2.1
12 partai G 1
13 partai H 1
14 partai L 1
15 partai D 1
Jika jumlah yang diberikan warna biru adalah 49% sedangkan tanpa
diberi warna biru adalah 51% maka posisi pemenang&koalisi sebagai
minoritas koalisi.

Minoritas[sunting | sunting sumber]


Minoritas adalah setiap partai politik memenangi hanya kurang dari
setengah dari seluruh jumlah kursi DPR.

Sistem pemilihan umum[sunting | sunting sumber]


Berdasarkan daftar peserta partai politik[sunting | sunting sumber]
Sistem pemilihan umum terbagi 2 jenis yaitu

1. sistem terbuka, yaitu pemilih mencoblos/mencontreng nama dan


foto peserta partai politik.
2. sistem tertutup, yaitu pemilih mencoblos/mencontreng nama
partai politik tertentu.
Berdasarkan perhitungan [11][12][sunting | sunting sumber]
Sistem pemilihan umum terbagi 3 jenis yaitu

1. sistem distrik (plurality system), yaitu perhitungan sederhana


yaitu calon peserta politik mengumpulkan dalam jumlah suara
terbanyak. Jenis sistemnya:
1. Mayoritas multak (First Past The Post/FPTP)
2. Suara alternatif (Alternative Vote/AV)
3. Suara blok (Block Vote/BV)
4. Sistem dua putaran (Two Round System/TRS)
2. sistem semi proporsional (semi proportional system), yaitu
perhitungan sistem distrik yang menjembatani proporsional.
Jenis sistemnya:
1. Suara non dipindahtangankan tunggal (Single Non
Transferable Vote/SNTV)
2. Sistem paralel (Parallel system)
3. Suara terbatas (Limited vote)
4. Suara kumulatif (Cumulative vote)
3. sistem proporsional (proportional system), yaitu perhitungan
rumit yaitu calon peserta politik mengumpulkan dengan
menggunakan bilangan pembagi pemilih. Jenis sistemnya:
1. Suara dipindahtangankan tunggal (Single Transferable
Vote/STV)
2. Perwakilan proporsional (Proportional
Representative/PR)
1. Rata-rata tertinggi/Divisor (Highest avarage)
2. Suara sisa terbanyak/Kuota (Largeset remainder)
3. Daftar partai (Party-list)
1. Daftar terbuka (Open-list)
2. Daftar tertutup (Close-list)
3. Daftar lokal (Local-list)
4. Anggota proporsional campuran (Mixed Member
Proportional/MMP)
Perbedaan sebagai berikut:
Keterangan Distrik Proporsional

Peranan politik lemah kuat

Distribusi tinggi rendah

Kedekatan dengan
tinggi rendah
calon pemilih

Akuntabilitas tinggi rendah

Politik uang tinggi rendah

Kualitas parlemen sama dengan SD sama dengan SP

Calon parlemen harus daerah tidak harus daerah

Daerah basis
ya tidak
pemilihan

Jumlah wakil tiap


hanya satu dua atau lebih
daerah

Partai kecil/partai
rugi untung
gurem

Keloyalan wakil desentralisasi (loyal pada sentralisasi (loyal


rakyat konstituensi) pada pusat)

Batas ambang
tidak tergantung
parlemen
Keterangan Distrik Proporsional

Calon independen tidak ya

Ukuran daerah
sedikit banyak
pemilihan

Jumlah daerah
banyak sedikit
pemilihan

Membentuk koalisi tidak ya

Pemilu di Indonesia[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Pemilihan umum di Indonesia

Kegiatan para
anggota, kader, relawan dan simpatisan partai politik Indonesia.
Beberapa dari mereka berusaha melalui pengajaran pengkaderan dan
pelatihan untuk keberhasilan partainya. Partai politik diseleksi untuk
mengikutii dan penyelenggaraan Pemilihan Umum, lalu Pemilihan
presiden dan Pemilihan kepala daerah di Indonesia.
Pengamat asing (Rusia) di sebuah
TPS di Jakarta pada hari Pemilu Presiden 2014
Sejak proklamasi kemerdekaan hingga tahun 2004 di Indonesia telah
dilaksanakan pemilihan umum sebanyak sebelas kali, yaitu dimulai
tahun 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009, dan 2014,2019. Jumlah
kontestan partai partai politik dalam pemilihan disetiap tahunya tidak
selalu sama, kecuali pada pemilu tahun 1977 sampai 1997.[butuh rujukan]

Pemilu pada tahun 1955 dilangsungkan pada dua tahap sebagai berikut.
[butuh rujukan]
Pertama, pemilu diselenggarakan pada tanggal 29 September
1955 untuk memilih anggota DPR.[butuh rujukan] Kedua, pemilu
diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih
anggota konstituante.[13]

DASAR HUKUM

UU Nomor 7 tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum

SISTEM PEMILU

1. Ada 3 macam Pemilu, yaitu Pemilu DPR, DPD dan DPRD, Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden.
2. Pemilu DPR dan DPRD menggunakan sistem proporsional terbuka (suara terbanyak)
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD) menggunakan sistem distrik berwakil banyak.
4. Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden.

BADAN PENYELENGGARA PEMILU

Organisasi penyelenggara mulai dari pusat Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU
RI), KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan), PPS (Panitia
Pemungutan Suara), KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara), PPLN (Panitia Pemilihan Luar
Negeri), PPSLN (Panitia Pemungutan Suara Luar Negeri), KPPSLN (Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara) yang keanggotaannya terdiri dari perwakilan akademisi dan tokoh-tokoh
masyarakat. Pengawasan dilakukan oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan kode etik
dilakukan oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).

Selain itu ada yang namanya PPDP/Pantarlih (Petugas Pemutakhiran Data Pemilih) adalah petugas yang
dibentuk oleh PPS atau PPLN untuk melakukan pendaftaran dan pemutakhiran data pemilih.

PELAKSANAAN PEMILU

Penyelenggaraan pemilu legislatif dengan pemilu presiden secara serempak, atau lebih lazim
dikenal dengan istilah “pemilu serentak” atau “pemilu lima kotak”, membuat skala
penyelenggaraan pemilu Indonesia menjadi luar biasa besar. Pemilu 2019, adalah pesta
demokrasi terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Pemilu 2019 juga merupakan pemilu satu hari
terbesar di dunia.

Tapi, predikat itu masih bertambah, karena Pemilu 2019 juga merupakan pemilu paling
kompleks di dunia. Betapa tidak, ada tiga sistem pemilu yang digunakan pada satu hari
pemungutan suara. Yaitu, sistem proporsional daftar calon terbuka untuk memlih calon anggota
DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota; sistem distrik berwakil banyak untuk
memilih anggota DPD; dan sistem mayoritas dua putaran untuk memilih calon presiden dan
wakil presiden.

Pemilu serentak lima kotak diselenggarakan setelah Mahkamah Konstitusi mengeluarkan


putusan uji materi (judicial review) UU Nomor 42/2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden. Dalam Putusan Nomor 14/PUU-XI/2013 yang dbacakan pada 23 Januari 2014 tersebut,
MK menyatakan penyelenggaraan pemilihan umum presiden dan wakil presiden (pemilu
presiden) setelah pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD (pemilu legislatif)
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

TAHAPAN PEMILU
 PENDAFTARAN, VERIFIKASI DAN PENETAPAN PARTAI POLITK.
 PENETAPAN JUMLAH KURSI DAN DAPIL.
 PENCALONAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN.
 LAPORAN KAMPANYE DAN DANA KAMPANYE.
 PENCALONAN DPD.
 PENCALONAN DPR RI.
 PENCALONAN DPRD PROVINSI.
 PENCALONAN DPRD KABUPATEN/KOTA.
JADWAL TAHAPAN

14 Juni 2022 - 14 Juni 2024 Perencanaan Program dan Anggaran


T
14 Juni 2022 - 14 Desember 2023 Penyusunan Peraturan KPU AH
AP
Pemutakhiran data Pemilih dan penyusunan daftar AN
14 Oktober 2022 - 21 Juni 2023
Pemilih

29 Juli 2022 - 13 Desember 2022 Pendafatran dan Verifikasi Peserta Pemilu

14 Desember 2022 - 14 Februari 2022 Penetapan Peserta Pemilu

Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah


14 Oktober 2022 - 9 Februari 2023
pemilihan

6 Desember 2022 - 25 November 2023 Pencalonan DPD

Pencalonan anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD


24 April 2023 - 25 November 2023
kabupaten/kota

19 Oktober 2023 - 25 November 2023 Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden

28 November 2023 - 10 Februari 2024 masa Kampanye Pemilu

11 Februari 2024 - 13 Februari 2024 Masa Tenang

14 Februari 2024 - 15 Februari 2024 Pemungutan dan Penghitungan Suara

15 Februari 2024 - 20 Maret 2024 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara

disesuaikan dengan akhir masa jabatan


masing-masing anggota DPRD Pengucapan Sumpah/Janji DPRD kabupaten/kota
kabupaten/kota

disesuaikan dengan akhir masa jabatan


Pengucapan Sumpah/Janji DPRD provinsi
masing-masing anggota DPRD provinsi

1 Oktober 2024 Pengucapan Sumpah/Janji DPR dan DPD

Pengucapan Sumpah/Janji Presiden dan Wakil


20 Oktober 2024
Presiden

DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILU TAHUN 2024


UPDATE PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2024

Jumlah Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2024 telah disahkan oleh Komisi Pemilihan Umum
(KPU). Jumlah Partai Politik yang ditetapkan sebelumnya berjumlah 17 Partai Politik yang lolos
verifikasi administrasi dan faktual sebagai peseerta Pemilu 2024, kini ada pembaruan data Partai
Politik Peserta Pemilu 2024 dari yang sebelumnya berjumlah 17 Partai Nasional dan 6 Partai
Lokal Aceh, kini bertambah menjadi 18 Partai Nasional dan 6 Partai Lokal Aceh.

Pengundian nomor urut Partai Politik (Parpol) peserta Pemilu 2024 dilaksanakan di Gedung
KPU, Jalan Imam Bonjol Menteng Jakarta Pusat , Rabu (14/12/2022). Kegiatan pengundian
nomor urut dipimpin secara langsung oleh Ketua KPU Hasyim Asy'ari.

Berikut nomor urut dan nama-nama Partai Politik Peserta pemilu 2024:

1. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)


2. Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA)
3. Paratia Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
4. Partai Golkar
5. Partai Nasdem
6. Partai Buruh
7. Partai Gelombang Rakyat Indonesia (GELORA)
8. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
9. Partai Kebangkitan Nusantara (PKN)
10. Partai Hati NUrani Rakyat (HANURA)
11. Partai Garda Perubahan Indonesia (GARUDA)
12. Partai Amanat Nasional (PAN)
13. Partai Bulan Bintang (PBB)
14. Partai Demokrat
15. Partai Solidaritas Indonesia (PSI)
16. Partai Persatuan Indonesia (PERINDO)
17. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
18. Partai Nanggroe Aceh (Partai Lokal Aceh)
19. Partai Generasi Atjeh Beusaboh Tha'at dan Taqwa (Partai Lokal Aceh)
20. Partai Darul Aceh (Partai Lokal Aceh)
21. Partai Adil Sejahtera Aceh (Partai Lokal Aceh)
22. Partai Soliditas Independen Rakyat Indonesia (Partai Lokal Aceh)
23. Partai Soliditas Independen Rakyat Indonesia (Partai Lokal Aceh)
24. Partai Ummat

You might also like