Professional Documents
Culture Documents
Laporan Psikologi Pendidikan Observasi T
Laporan Psikologi Pendidikan Observasi T
Disusun Oleh :
201210230311181
FAKULTAS PSIKOLOGI
2013
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang……………………………………………………… 1
b. Tujuan………………………………………………………………. 1
BAB II ISI
a. Landasan Teori…………………………………………………….
b. Hasil Observasi…………………………………………………….
c. Pembahasan………………………………………………………..
a. Kesimpulan…………………………………………………………
b. Saran………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN DOKUMENTASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di dalam dunia pendidikan, banyak sekali hal hal yang sangat berpengaruh dalam
kondisi pengajaran dan pembelajaran. Seperti halnya motivasi, motivasi tidak pernah lepas
dari ruang lingkup pendidikan. Motivasi sangat penting demi tercapainya kondisi
pembelajaran yang diinginkan. Motivasi belajar sangat diperlukan ketika seorang siswa
mulai mengalami penurunan semangat belajar.Motivasi juga diharapkan dapat mendorong
semangat belajar siswa sehingga siswa mampu untuk belajar dengan baik dan lebih serius.
Peran tenaga pendidik sebagai motivator juga menentukan motivasi seorang siswa
dalam pencapaian tujuannya. Seorang siswa yang memiliki motivasi yang besar dan
berkeinginan kuat untuk mendapatkannya akan memiliki antusias lebih besar dalam belajar
di bandingkan dengan siswa yang cenderung tidak memiliki motivasi. Seperti contoh,
seorang siswa motivasi belajarnya tinggi akan cenderung datang ke sekolah lebih awal
disbanding seorang siswa yang motivasi belajarnya rendah. Oleh karena itu, di dalam
makalah ini saya akan membahas bagaimana motivasi dalam dunia pendidikan sangatlah
penting bagi siswa taman kanak – kanak.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui motivasi belajar pada siswa TK Permata Iman 1
2. Untuk mengetahui bagaimana pendidik memberikan motivasi pada siswa TK Permata
Iman 1
3. Untuk mengetahui hasil observasi di lembaga pendidikan TK Permata Iman 1
4|Psikologi Pendidikan
BAB II
ISI
A. LANDASAN TEORI
Motivasi adalah proses yang member semangat, arah, dan kegigihan perilaku.
Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energy, terarah, dan
bertahan lama.
a. Perspektif tentang motivasi
1. Perspektif Behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal
sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah
peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku
murid. Penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah
minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada
perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat
(Emmer dkk.,2000).
2. Perspektif Humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk
mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka.
Dan kualitas positif ( seperti peka terhadap orang lain). Perspektif ini
berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan
dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan
yang lebih tinggi.
3. Perspektif Kognitif menekankan bahwa pemikiran murid akan memandu
motivasi mereka. Belakangan ini muncul minat besar pada motivasi
menurut perspektif kognitif (Pintrich & Schunk, 2000). Minat ini berfokus
pad aide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu,
atribusi mereka, dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol
keyakinan secara efektif. Perspektif kognitif juga menekankan arti
penting dari penentuan tujuan , perencanaan dan monitoring kemajuan
menuju suatu tujuan (Schunk & Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk,
2001).
4. Perspektif Sosial menekankan pada kebutuhan afiliasi atau
keterhubungan yaitu motif untuk berhubungan dengan orang lain secara
aman. Kebutuhan afiliasi murid tecermin dalam motivasi mereka untuk
menghasbiskan waktu bersama teman, kawan dekat, ketertarikan mereka
dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan
guru. Murid sekolah yang punya hubungan yang penuh perhatian dan
suportif biasanya memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang
bersekolah (Baker, 1999; Stipek, 2002). Dalam studi berskala luas, salah
satu faktor terpenting dalam motivasi dan prestasi murid adalah persepsi
mereka mengenai apakah hubungan mereka dengan guru bersifat positif
atau tidak (McCombs, 2001; McCombs & Quiat, 2001). Dalam studi lain,
nilai matematika meningkat di kalangan murid sekolah menengah apabila
mereka punya guru yang mereka anggap sangat suportif (Eccles, 1993).
b. Motivasi Untuk Meraih Sesuatu
Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan
sesuatu yang lain ( cara untuk mencapai tujuan). Motivasi Eskstrinsik sering
dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Motivasi
Instrinsik adalah motivasi internal u ntuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu
sendiri (tujuan itu sendiri). Bukti terbaru pembentukan iklim kelas di mana
murid bisa termotivasi secara intrinsic untuk belajar (Wigflied & Eccles,
2002; Hennesey & Amabile, 1998). Murid termotivasi untuk belajar saat
mereka diberikan pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan
kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai
informasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol.
1. Determinasi Diri dan Pilihan Personal adalah salah satu pandangan
tentang motivasi intrinsic menekankan pada determinasi diri
(deCharms, 1984; Deci, Koestner, & Ryan, 2001; Deci & Ryan, 1994;
Ryan & Deci, 2000). Pandangan ni menyatakan bahwa murid ingin
percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri,
bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal.
2. Pengalaman Optimal dikembangkan oleh Mihaly Csikszentmihalyi
(1990, 1993, 2000; Nakamura & Csikzentmihalyi, 2002).
Mempelajari bahwa pengalaman optimal berupa perasaan senang dan
bahagia yang besar.Pengalaman optimal terjadi ketika individu terlibat
dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tak
terlalu mudah.
Penggeseran Developmental
Dalam Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik, banyak para psikolog serta
pendidik yang percaya bahwa hal yang paling penting untuk seorang murid adalah
untuk mengembangkan internalisasi dan motivasi intrisik yang besar saat mereka
tumbah dan berkembang. Akan tetapi, priset menemukan bahwa saat seorang
murid pindah dari SD kesekolah menengah maka motivasi mereka intrinsic
mereka akan menurun.jadi bisa disimpulkan bahwamurid yang sudah memasuki
jenjang SMP atau SMA akan lebih banyk mendapatkan manfaat apabila seorang
guru dapat membuat setting sekolah mereka lebih personal, kurang formal, dan
lebih matang secar intrinsic, dimana menurut bebrapa para ahli mengatakan
bahwa murid yang bermotivasi secara intrinsic akan jauh lebih berprestasi
dibandingkan anak yang termotivasi secara ekstrinsik.
1. Atribusi
Strategi saat ini adalah bukan menghadapkan murid pada seorang yang
menangani tugas dengan mudah dan menunjukan kesuksesan, tetapi
menghadapkan mereka pada seseorang yang berjuang kera mengatasi kesalahan
sebelum mencapai kesuksesan, dengan cara ini murid belajar cara mengatasi
frustasi, gigih menghadapi kesulitan, dan menghadapi kegagalan secara
konstruktif.
Yang berhubungan erat dengan ide tentang motivasi intrinsic dan atribusi
adalah konsep motivasi penguasaan (mastery motivation). Para periset menyatkan
bahwa ini dalah salah satu dari tiga tipe orientasi peretasi. Yaitu, penguasaan, tag
berdaya dan kinerja. Menurut Carol Dweck dan rekannya mengatakan bahwa
anak menunjukan dua respons berbeda terhadap tantangan atau situasi yang
sangat sulit, yaitu orentasi untuk menguasai (mastery orientation) atau orientasi
tak berdaya (helpless). Anak dengan orientasi untuk menguasai akan berfokus
pada tugas ketimbang dengan kemampuan mereka, punya sikap positif
(menikmati tantangan ), dan menciptakan strategi berorientasi penguasaan ini
sering kali menyuruh diri mereka sendiri untuk memperhatikan, berfikir cermat
dan mengingat strategi yang sukses dimasa lalu. Sedangkan anak dengan orientasi
tak berdaya (helpless orientation) berfokus pada ketidakmampuan personal
mereka, sering kali mereka mengatributkan kesulitan mereka pada kurangnya
kemampuan, dan menunjukan sikap negative (termasuk kejemuan dan
kecemasan).
3. Self Efficacy
Ekspektasi Guru
1. Motif Sosial
2. Hubungan Sosial
a. Orang Tua
b. Teman Sebaya (Peer)
c. Guru
Banyak anak yang tidak bagus belajarnya disekolah punya hubungan yang
negatif dengan guru mereka (Stipek,2002). Mereka seringkali mengalami masalah
karena, misalnya, tidak mengerjakan tugas, tidak memerhatikan, atau karena bikin
onar. Dalam banyak kasus, mereka pantas ditegur atau dihukum, akan tetapi
seringkali situasi kelas menjadi sangat tidak meyenangkan bagi mereka. Nel
Noddings (1992, 1998,m 2001) percaya bahwa murid kemungkinan besar akan
berkembang menjadi manusia yang kompeten apabila mereka merasa
diperhatikan. Karenanya guru harus mengenali murid dengan baik. Dia percaya
bahwa keadaan sulit terwujud disekolah besar denga murid yang banyak disetiap
kelasnya. Dia menganjurkan agar guru mengajar murid yang sama selama dua
atau tiga tahun (diamana kedua belah pihak sama-sama setuju) sehingga guru
akan lebih mengenali kapasitas masing-masing murid (Thornton, 2001).
3. Konteks Sosiokultural
a. Status Sosioekonomi dan Etnisitas
Diversitas dalam kelompok minoritas etnis juga mempengaruhin prestasi.
Misalnya banyak murid asia punya orientasi prestasi akademik yang kuat, tetapi
sebagian tidak. Selain penting untuk mengenali diversitas prestasi yang ada di
dalam setiap kelompok kultural, juga penting untuk membedakan antara
perbedaan dan defesiensi (kekurangan.
b. Gender
Diskusi tentang gender dan motrivasi difokuskan pada bagaimana pria dan
wanita berbeda dalam keyakinan dan nilai yang mereka anut. Keyakinan yang
berkaitan dengan soal kompetensi yang dianut murid pria dan wanita berbeda
menurut konteks prestasi. Misalnya murid lelaki lebih punya keyakinan
kompetensi yang lebih tinggi ketimbang murid wanita untuk pelajaran
matematika dan olahraga, sedangkan murid keyakinan perempuan lebih tinggi
ketimbang murid laki-laki untuk pelajaran bahasa inggris, membaca, dan aktivitas
sosial. Murid wanita berbakat seringkali mengalami konflik antara peran gender
dan prestasi. Sebuah studi terhadap gadis berbakat menunjukkan perasaan mereka
terjebak dianatara prestasi dan penampilan feminimitas (Bell, 1989).
Salah satu aspek yang sulit dalam mengajar adalah bagaimana membantu murid
yang berprestasi rendah dan susah didekati. Jere brophy (1998) mendeskripsikan strategi
untuk meningkatkan motivasi dua jenis murid yang susah didekati dan berprestasi rendah
ini: (1) murid yang tidak semangat dan kurang percaya diri dan kurang bermotivasi untuk
belajar, dan (2) murid yang tidak tertarik atau terasing
o Beri murid ini tugas yang menarik dan memicu rasa ingin tahu mereka.
Setelah keahlian mereka meningkat, naikkan tingkat kesulitan
tugasnya.
o Buat sistem imbalan/hadiah sehingga semua murid—bukan hanya
murid yang cerdas dan berprestasi saja—dapat memperoleh hadiah itu
jika mereka mau berusaha keras.
o Bantu murid menentukan tujuan yang menantang namun realistis, dan
beri mereka dukungan akademik dan emosional dalam rangka
mencapai tujuan itu.
o Perkuat asosiasi antara usaha dan harga diri. Usahakan murid untuk
berbangga atas usaha yang mereka lakukan dan minimalkan
perbandingan sosial.
o Dorong murid untuk memegang keyakinan positif terhadap
kemampuan mereka sendiri.
o Tingkatkan hubungan guru-murid dengan menekankan peran Anda
yang akan membimbing dan mendukung usaha pembelajaran murid,
bukan berperan sebagai figur otoriter yang mengontrol perilaku murid.
Hari
Tanggal Sumber Metode Informasi
Jam Informasi Observasi
C. PEMBAHASAN
Determinasi Diri dan Pilihan Personal adalah salah satu pandangan tentang
motivasi intrinsic menekankan pada determinasi diri (deCharms, 1984; Deci, Koestner, &
Ryan, 2001; Deci & Ryan, 1994; Ryan & Deci, 2000). Pandangan ni menyatakan bahwa
murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan
karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Seperti mereka latihan untuk persiapan
perpisahan, mereka melakukan segala sesuatunya seperti menyanyi dan menari
berdasarkan kemauan dan minat mereka, tanpa adanya imbalan apapun.
Pengalaman Optimal
Penggeseran Developmental
Dalam Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik, banyak para psikolog serta pendidik
yang percaya bahwa hal yang paling penting untuk seorang murid adalah untuk
mengembangkan internalisasi dan motivasi intrisik yang besar saat mereka tumbah dan
berkembang. Dalam teori ini belum dapat diamati karena responden atau objek observasi
saya adalah murid taman kanak – kanak.
Atribusi
Teori atribusi menyatakan bahwa dalam usaha mereka memahami perilaku atau
kinerjanya sendiri, orang orang termotivasi untuk menemukan sebab-sebab yang
mendasarinya. Murid adalah ilmuwan intuitif, berusaha menjelaskan sebab – sebab
dibalik apa yang terjadi (Weary, 2000; Weiner, 2000).
Anak dengan orientasi untuk menguasai akan berfokus pada tugas ketimbang
dengan kemampuan mereka, punya sikap positif (menikmati tantangan ), dan
menciptakan strategi berorientasi penguasaan ini sering kali menyuruh diri mereka
sendiri untuk memperhatikan, berfikir cermat dan mengingat strategi yang sukses dimasa
lalu. Seperti murid – murid A1 yang aktif dikelas dan banyak teman cenderung akan
lebih paham dan berprestasi di kelas. Sedangkan anak dengan orientasi tak berdaya
(helpless orientation) berfokus pada ketidakmampuan personal mereka, sering kali
mereka mengatributkan kesulitan mereka pada kurangnya kemampuan, dan menunjukan
sikap negative (termasuk kejemuan dan kecemasan). Di kelas A1 ini, tidak terlihat cirri –
ciri murid yang berorientasi tak berdaya.
Self Efficacy
Kecemasan (anxiety) adalah perasaan takut dan kegundahan yang tidak jelas dan
tidak menyenangkan. Banyak murid sukses punya kecemasan yang tinggi dan konstan,
sehingga bisa menganggu kemampuan mereka untuk meraih prestasi.Kecemasan
menghadapi ujian diperkirakan akan menurunkan prestasi sekitar 10 juta anak dan remaja
(Wigfield & Eccles. 1989). Menurut saya murid – murid kelas A1 ini tidak menunjukkan
tanda – tanda kecemasan meskipun sebentar lagi menghadapi acara perpisahan, dan
mereka justru sangat senang meskipun diberikan tugas mendadak oleh pendidik mereka.
Ekspektasi Guru
Motivasi dan kinerja murid mungkin dipengaruhi oleh ekspektasi guru. Guru
sering kali punya ekspektasi lebih positif untuk murid berkemampuan tinggi ketimbang
murid berkemampuan rendah. Ekspektasi ini kemungkinan akan mempengaruhi sikap
dan perilaku murid terhadap guru. Salah satu strategi pengajaran yang penting adalah
memantau ekspektasi anda dan pastikan anda punya ekspektasi positif terhadap semua
murid termasuk yang berkemampuan rendah. Pak Is atau pendidik A1 terlihat tidak
memiliki ekspektif positif untuk murid yang berkemampuan tinggi, Pak Is melakukan
ekspektasi positif ke semua murid, meskipun dengan kemampuan yang rendah.
Motif Sosial
Motif sosial dalah kebutuhan dan keinginan yang di kenal melalui pengalaman
dengan dunia sosial. Kebutuhan ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan
pemulihan hubungan yang akrab, hangat, dan personal. Kebutuhan sosial murid
direfleksikan dalam keinginan mereka untuk populer dimata teman sebayanya dan
kebutuhan punya satu kawan akrab atau lebih, dan keinginan untuk menarik dimata orang
yang mereka sukai. Meskipun setiap murid punya kebutuhan afiliasi, beberapa murid
punya kebutuhan yangb lebih kuat ketimbang murid lain (O’Conner &nRosenbloo,
1996). Dalam pengamatan ini saya melihat murid – murid ini memiliki motif sosial yang
tinggi, tidak ada dari mereka yang menyendiri atau tidak bergaul bersama teman –
temannya yang lain. Namun nampak sekali beberapa murid terlihat menonjol, dalam
artian semua orang ingin bermain dengan dia.
Hubungan Sosial
a. Orang Tua
b. Teman Sebaya (Peer)
Guru
Banyak anak yang tidak bagus belajarnya disekolah punya hubungan yang negatif
dengan guru mereka (Stipek,2002). Mereka seringkali mengalami masalah karena,
misalnya, tidak mengerjakan tugas, tidak memerhatikan, atau karena bikin onar. Dalam
banyak kasus, mereka pantas ditegur atau dihukum, akan tetapi seringkali situasi kelas
menjadi sangat tidak meyenangkan bagi mereka. Karenanya guru harus mengenali murid
dengan baik. Pak Is sebagai pendidik terlihat memiliki semua hubungan positif dengan
muridnya, semua murid terlihat sangat dekat dengan beliau. Begitu juga Pak Is, terlihat
sabar menghadapi murid – muridnya dan tetatp terlihat tenang meskipun sempat terjadi
konflik.
Peran penting orangtua dalam perkembangan murid dan strategi yang dapat
digunakan guru untuk meningkatkan keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak
mereka. Ketika guru secara sistematis dan kerap memberi informasi kepada orangtua
tentang kemajuan anak mereka dan membantu mereka terlibat dalam aktivitas
pemebalajran anak, maka anak mereka sering kali dapat meningkatkan prestasi
akademiknya (Epstein, 1996). Seperti saat saya bertanya terhadap beberapa murid di A1
ini, saya menanyakan apakah mereka bisa membaca, lalu beberapa dari mereka
menjawab bisa, dan mengaku bahwa yang mengajarkan adalah guru dan ibunya dirumah.
Konteks Sosiokultural
b. Gender
Diskusi tentang gender dan motrivasi difokuskan pada bagaimana pria dan wanita
berbeda dalam keyakinan dan nilai yang mereka anut. Keyakinan yang berkaitan dengan
soal kompetensi yang dianut murid pria dan wanita berbeda menurut konteks prestasi.
Saya memperhatikan saat mewarnai, murid perempuan lebih terlihat ketertarikannya yang
tinggi di banding murid laki – laki. Murid perempuan lebih teliti dan hati – hati dalam
mengerjakan, sedangkan murid laki – laki lebih cenderung cepat – cepat supaya tugas
mereka cepat terselesaikan.
Salah satu aspek yang sulit dalam mengajar adalah bagaimana membantu murid
yang berprestasi rendah dan susah didekati. Jere brophy (1998) mendeskripsikan strategi
untuk meningkatkan motivasi dua jenis murid yang susah didekati dan berprestasi rendah
ini: (1) murid yang tidak semangat dan kurang percaya diri dan kurang bermotivasi untuk
belajar, dan (2) murid yang tidak tertarik atau terasing
Berikut ini beberapa strategi untuk melindungi harga diri dan menghindari
kegagalan mereka
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi saya selama dua hari di TK Permata Iman dalam
pengamatan mengenai motivasi pembelajaran dan pengajaran di kelas A1 dapat disimpulkan
bahwa motivasi belajar murid – murid A1 sangat tinggi. Baik kegiatan akademis maupun non
akademis. Dapat dilihat dari bagaimana respon mereka jika mendapat tugas dan bagaimana
mereka menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. Tidak tampak dari mereka motivasi
belajar yang rendah, hingga tidak mengikuti pelajaran, tidak mengerjakan tugas ataupun
menunda – nunda atau menolak tugas yang diberikan. Mereka selalu tampak bersemangat
meskipun diberikan tugas padahal mereka dalam jadwal latihan perpisahan juga.
Mereka sama sekali tidak mengeluh jika diberikan tugas, mereka juga bersemangat
untuk menjawab pertanyaan, sangat mudah diarahkan, memiliki kebiasaan – kebiasaan
yangdiajarkan oleh pendidik dengan baik. Begitu juga peran pendidik dalam motivasi belajar
siswa. Peran pendidik sangat dibutuhkan jika motivasi belajar siswa dalam penurunan, akan
tetapi disini tidak terlihat adanya penurunan motivasi belajar dari hari selasa ke hari rabu,
baik dari pagi hingga siang. Dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi pembeljaran dan
pengajaran di TK Permata Iman khususnya kelas A1 adalah sangat baik.
B. SARAN