Professional Documents
Culture Documents
Laporan PKPA Di Apotek 7 Menit Bandung Diana Anggraeni Putri 202FF05006
Laporan PKPA Di Apotek 7 Menit Bandung Diana Anggraeni Putri 202FF05006
Disusun oleh:
Diana Anggraeni Putri (202FF05006)
PENDIDIKAN PROFESI
APOTEKER UNIVERSITAS
BHAKTI KENCANA JULI 2021
1
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang senantiasa
mencurahkan nikmat dan karunia kepada setiap hamba-Nya, karena atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
yang dilaksanakan pada tanggal 05 Juli – 29 Juli 2021 di Apotek 7 Menit Group.
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan ujian Pendidikan Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Bhakti Kencana.
Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu baik secara moral maupun
material, saran, bimbingan dan dukungan dalam Praktik Kerja Profesi Apoteker. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. apt. Entris Sutrisno, MH.Kes., selaku Rektor Universitas Bhakti
Kencana Bandung.
2. Ibu Dr. apt. Patonah, M.Si., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Bhakti
Kencana.
3. Bapak Drs. apt. Rahmat Santoso. M.Si., MH. Kes. selaku Ketua Program Studi
Profesi Apoteker Universitas Bhakti Kencana Bandung.
4. Ibu Dr. apt. Patonah, M.Si., selaku pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker.
5. Bapak apt. Ganjar Nugraha, S.Farm selaku pembimbing di Apotek 7 Menit Group
atas bimbingan selama melaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker dan proses
penulisan Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker.
6. Seluruh karyawan Apotek 7 Menit Group atas kerjasama dan informasi yang telah
diberikan.
7. Kedua orang tua dan keluarga yang lelah memberikan doa dan dukungannya
secara moral maupun material.
8. Serta semua pihak yang telah memberi dukungan pada penulis dalam
penyelesaian Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini.
i
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Praktik Kerja Profesi
Apoteker ini belum sempurna karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan
laporan ini. Akhir kata, semoga laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini bermanfaat
bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 TUJUAN.......................................................................................................................3
1.2 WAKTU DAN TEMPAT.............................................................................................3
BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK..................................................................................4
2.1 Sejarah Apotek.............................................................................................................4
2.2 Pengertian Apotek........................................................................................................6
2.3 Persyaratan Apotek.......................................................................................................6
2.4 Tugas dan Fungsi Apotek............................................................................................9
2.5 Pengelolaan Apotek.....................................................................................................10
2.6 Peranan Apoteker........................................................................................................13
2.7 Susunan Organisasi Apotek........................................................................................15
2.8 Tata Cara Pendirian Apotek........................................................................................15
2.9 Laporan di Apotek…..................................................................................................17
BAB III TINJAUAN KHUSUS.............................................................................................20
3.1 Profil Apotek 7 Menit Group......................................................................................20
3.2 Lokasi Dan Bangunan.................................................................................................21
3.3 Struktur Orginasasi Data Personalia Apotek Mama....................................................23
3.4 Pengelolaan Persediaan Farmasi di Apotek................................................................26
3.4.1 Perencanaan.......................................................................................................26
3.4.2 Pengadaan..........................................................................................................26
3.4.3 Penerimaan.........................................................................................................28
3.4.4 Penyimpanan......................................................................................................28
3.4.5 Pemusnahan........................................................................................................29
3.4.6 Pengendalian......................................................................................................30
iii
3.4.7 Pencatatan dan Pelaporan...................................................................................31
3.5 Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek Mama..........................................................32
3.5.1 Pelayanan Resep................................................................................................32
3.5.2 Dispensing.........................................................................................................41
3.5.3 Pelayanan Informasi Obat (PIO)........................................................................42
3.5.4 Konseling...........................................................................................................42
3.5.5 Pengantaran obat (delivery service)...................................................................43
3.5.6 Pembukuan dan Pengelolaan Keuangan Apotek........................................44
BAB IV TUGAS KHUSUS...................................................................................................46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................69
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................53
iv
v
DAFTAR GAMBAR
i
DAFTAR LAMPIRAN
ii
SUMPAH APOTEKER
iii
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
MUKADIMAH
Pasal 1
iv
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan
kepentingan masyarakat, menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk
hidup insani.
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan kode Etik.
Pasal 12
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan
kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluruhan martabat
jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam
menunaikan tugasnya.
v
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN
LAIN
Pasal 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan
meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati
sejawat petugas kesehatan lain.
Pasal 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang
dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat kepada
sejawat petugas kesehatan lain.
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik
Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari.
Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima
sanksi dari pemerintahan, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya (IAI)
dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
vi
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
vii
BAB II
KETENTUAN UMUM
3. Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia yang disingkat MEDAI, adalah
organ organisasi profesi Ikatan Apoteker Indonesia yang bertugas membina,
mengawasi dan menilai pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia oleh
Anggota maupun oleh Pengurus, dan menjaga, meningkatkan dan menegakkan
disiplin apoteker Indonesia.
4. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
viii
Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker;
9. Kode Etik adalah Kode Etik Apoteker Indonesia yang menjadi landasan etik
Apoteker Indonesia.
12. Sertifikat kompetensi profesi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi
seorang Apoteker untuk dapat menjalankan pekerjaan/praktik profesinya di
seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.
13. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kefarmasian yang telah
memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu serta
diakui secara hukum untuk menjalankan pekerjaan/praktik profesinya.
14. Surat Tanda Registrasi Apoteker, yang selanjutnya disingkat STRA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi.
16. Standar Praktik Apoteker adalah pedoman bagi Apoteker dalam menjalankan
praktiknya yang berisi prosedur-prosedur yang dilaksanakan apoteker dalam
ix
upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.
17. Surat Izin Praktik Apoteker, yang selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin
yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan praktik kefarmasian
pada fasilitas pelayanan kefarmasian.
19. Surat Izin Kerja Apoteker, yang selanjutnya disebut SIKA adalah surat izin
praktik yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan
kefarmasian pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau penyaluran.
20. Organisasi profesi adalah organisasi tempat berhimpun para Apoteker di
Indonesia.
x
BAB III
LANDASAN FORMAL
xi
BAB IV
BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN APOTEKER
xii
menimbulkan penurunan kualitas obat.
11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun
mental yang sedang terganggu sehingga merugikan kualitas pelayanan profesi.
12. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang seharusnya tidak
dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan
tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga dapat
membahayakan pasien.
13. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam pelaksanaan praktik swa -
medikasi (self medication) yang tidak sesuai dengan kaidah pelayanan
kefarmasian.
14. Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/atau tidak etis, dan/atau tidak
objektif kepada yang membutuhkan.
15. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian terhadap pasien tanpa alasan
yang layak dan sah.
16. Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak.
17. Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya.
18. Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan tidak
benar.
19. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) atau
Surat Izin Praktik Apoteker/Surat Izin Kerja Apoteker (SIPA/SIKA) dan/atau
sertifikat kompetensi yang tidak sah.
20. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan
MEDAI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.
21. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan
yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.
22. Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada hasil pekerjaan yang
diketahuinya secara benar dan patut.
xiii
BAB V
SANKSI DISIPLIN
Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan Peraturan per-
Undang- Undangan yang berlaku adalah:
1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan Surat Tanda Registrasi
Apoteker, atau Surat Izin Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker;
dan/atau
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
apoteker.
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik yang
dimaksud dapat berupa:
1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik
sementara selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap
atau selamanya;
Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker yang
dimaksud dapat berupa:
a. Pendidikan formal; atau
b. Pelatihan dalam pengetahuan dan atau ketrampilan, magang di institusi
pendidikan atau sarana pelayanan kesehatan jejaringnya atau sarana pelayanan
kesehatan yang ditunjuk, sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan paling lama 1
(satu) tahun.
xiv
BAB VI
PENUTUP
xv
STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA
TUJUAN
STRUKTUR
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia terdiri dari 10 (sepuluh) standar kompetensi.
Kompetensi dalam sepuluh standar tersebut merupakan persyaratan untuk memasuki
dunia kerja dan menjalani praktik profesi.
STANDAR KOMPETENSI
8. Komunikasi efektif;
xvi
Diri.
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1
meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dan pelayanan farmasi klinis. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan. Pelayanan farmasi klinis
meliputi pengkajian resep, dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling,
pelayanan kefarmasian di rumah (homepharmacy care), Pemantauan Terapi Obat
(PTO), dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical Care) adalah bentuk pelayanan dan
tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian menggambarkan adanya
interaksi antara apoteker dengan pasien dan rekan sejawat lainnya seperti dokter dan
perawat. Bentuk interaksi antara apoteker dengan pasien tersebut antara lain adalah
melaksanakan pemberian informasi obat, monitoring penggunaan obat untuk
memastikan tujuan akhir terapi dapat dicapai dan proses terapi yang terdokumentasi
dengan baik. Adanya interaksi yang baik ini dapat menghindari terjadinya kesalahan
dalam pengobatan (medication error).
Apoteker sebagai penanggung jawab sebuah apotek memiliki peranan yangbesar
dalam menjalankan fungsi apotek berdasarkan nilai bisnis maupun fungsi sosial,
terutama perannya dalam menunjang upaya kesehatan dan sebagai penyalur
perbekalan farmasi kepada masyarakat. Apoteker dituntut untuk dapat menyelaraskan
kedua fungsi tersebut. Kondisi masyarakat yang semakin kritis terhadap kesehatan
mereka dan kemudahan mengakses informasi menjadi tantangan tersendiri bagi
apoteker di masa depan. Kunjungan masyarakat ke apotek kini tak sekedar membeli
obat, namun untuk mendapatkan informasi lengkap tentang obat yang diterimanya.
Besarnya tugas, peran dan tanggung jawab seorang apoteker di apotek, maka
setiap calon apoteker wajib menjalani praktek langsung di apotek atau Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA). PKPA di apotek bertujuan untuk calon apoteker dapat
mengetahui dan memahami seluruh aktivitas yang dilakukan di apotek secara
langsung serta dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat dari kegiatan
2
perkuliahan sehingga menghasilkan apoteker yang kompeten dan profesional. Untuk
itu program profesi apoteker Universitas Bhakti Kencana bekerjasama dengan Apotek
7 Menit Group.
1.2. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker
1) Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2) Memberikan kesempatan kepada calon Apoteker untuk melihat dan
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan prakterk farmasi komunitas di apotek.
3) Mempelajari dan memahami praktek pelayanan kefarmasian terhadap pasien
secara profesional sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di apotek.
4) Memberikan gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
apotek.
1.3. Waktu Dan Tempat Praktek Kerja Profesi Apoteker
Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di 2 tempat
yaitu Apotek MAMA yang beralamat di jalan Sukamaju no.44, Pasteur, Kec.
Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat 40161. Praktik kerja dimulai pada tanggal 05
Juli - 29 Juli 2021, dengan jadwal kerja pada hari Senin sampai Jumat yang terbagi 3
yaitu shift pertama adalah pada jam 07.00 – 12.00 dan shift kedua pada jam 11.00 –
16.00 dan shift ketiga pada jam 14.00-19.00 dan untuk jadwal kerja di Apotek
Sukamenak yang beralamat di jalan Sukamenak no.11, Sukamenak, kec. Margahayu,
Kota Bandung. Terbagi menjadi 2 yaitu shift pertama adalah pada jam 07.00 -13.30
dan shift kedua jam 13.30 – 19.00.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
4
Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal 8 Juni
1962, antara lain ditetapkan: Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan
apotek-dokter dan semua izin apotek-dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak
tanggal 1 Januar1963.
5
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 280/Menkes/SK/V/1981 tentang
ketentuan dan tata cara pengelolaan apotek.
Adanya paket deregulasi 28 Mei 1990, petunjuk pelaksanaan peraturan
tersebut dicabut dan diganti dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.244/Menkes/SK/V/1990 tentang Tata Cara Pemberian Izin Apotek kemudian
dicabut lagi dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek. Pada tahun 2002 karena adanya otonomi daerah maka dibuat Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang perubahan atas
Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang mempercayakan kepada
profesi apoteker untuk mengelola perbekalan farmasi di apotek, kemudian
dikeluarkan PERMENKES No.9 tahun 2017 tentang Apotek, peratutan ini dibuat dan
dalamnya dijelaskan tentang tata cara pemberian izin apotek.
6
pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan.
2. Dalam hal apoteker yang mendirikan apotek bekerjasama dengan pemilik modal
maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh apoteker
yang bersangkutan
Pada pasal 4 disebutkan bahwa Pendirian Apotek harus memenuhi syarat, meliputi :
A. Lokasi
1) Penerimaan Resep
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas
meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan
7
sekurang-kurangnya disediakan peralatan peracikan, timbangan obat, air
minum (air mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat,
lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label
obat. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang
cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan (air conditioner).
3) Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
2) Instalasi listrik
8
3) Sistem tata udara
4) Sistem proteksi kebakaran
D. Ketenagaan
Tugas dan fungsi apotek menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009
Tentang Pekerjaan Kefarmasian adalah sebagai berikut :
1. Sebagai tempat pengabdian profesi Apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan Apoteker.
2. Sebagai sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
3. Sebagai sarana pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
4. Sebagai sarana pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai.
9
5. Sebagai sarana pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas.
2.5. Pengelolaan Apotek
Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai
pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Standar Pelayanan kefarmasian di Apotek bertujuan untuk :
a. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
1. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya
dan kemampuan masyarakat.
2. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan
Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima.
10
4. Penyimpanan
a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan
tanggal kadaluarsa.
b. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
c. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
d. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan
kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
e. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO
(First In First Out).
5. Pemusnahan
a. Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksiskan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki Surat
Izin Praktik atau Surat Izin Kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan.
b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan resep dan
selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
c. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
11
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan
perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi
sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan
laporan kepada Kepala BPOM.
e. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
6. Pengendalian
12
2.6. Peranan Apoteker di Apotek
5. Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SPO dan program kerja pada
setiap fungsi kegiatan di apotek.
Dalam melaksanakan perannya sebagai pengelola apotek, apoteker memiliki
beberapa wewenang dan tanggung jawab yaitu :
1. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan.
Apoteker sebagai pemberi layanan harus berinteraksi dengan pasein. Apoteker harus
mengintegrasikan pelayanannya pada sistem pelayanan kesehatan secara
berkesinambungan.
13
b. Pengambil Keputusan
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran dan
informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti kemajuan teknologi informasi dan
bersedia berbagi informasi tentang obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan
obat.
f. Pembelajar seumur hidup
g. Peneliti
14
2.7. Susunan Organisasi Apotek
Dalam pengelolaan apotek yang baik, organisasi merupakan salah satu faktor
yang dapat mendukung keberhasilan suatu apotek. Oleh karena itu, dibutuhkan
adanya garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas, saling membantu disertai
dengan job description (pembagian tugas) yang jelas pada masing-masing bagian di
dalam struktur organisasi tersebut.
Adapun tata cara pemberian izin apotek yang tercantum pada Bab III Pasal 13 adalah
sebagai berikut:
15
2. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditandatangani oleh
apoteker disertai dengan kelengkapan dokumen administratif meliputi:
a. Fotokopi STRA dengan menunjukkan STRA asli
3. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dan
dinyatakan telah memenuhi persyaratan administrasi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan
kesiapan apotek .
4. Tim pemeriksa yang ditugaskan selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja sejak
dilakukan pemeriksaan, melakukan pelaporan hasil pemeriksaan setempat yang
dilengkapi dengan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
5. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud poin (3), atau pernyataan dimaksud poin (4),
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin
Apotek.
6. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala
Balai POM dimaksud poin (3) masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja
mengeluarkan surat penundaan.
7. Terhadap surat penundaan sebagaimana dimaksud dalam poin (6), apoteker
diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-
lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat penundaan.
8. Bila permohonan izin apotek tidak memenuhi persyaratan, atau lokasi apotek
16
tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib
mngeluarkan surat penolakan disertai dengan alasan- alasannya.
2.9. Laporan-laporan di Apotek
Laporan keuangan atau laporan akuntansi keuangan berfungsi sebagai pemberi
informasi kepada pengelola atau Pemilik Apotek mengenai perubahan-perubahan
yang terjadi pada unsur-unsur kekayaan (neraca) yang dimiliki Apotek pada awal dan
akhir kegiatan Apotek, karena adanya transaksi jual beli. Berdasarkan analisis laporan
keuangan, Apoteker dapat mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya di masa
yang akan datang. Bentuk-bentuk laporan akuntansi keuangan:
• Aktiva (harta) terdiri dari: aktiva lancar seperti uang (kas), surat berharga (cek,
giro, saham), piutang, dan persediaan. Aktiva tetap seperti gedung, tanah.
• Passiva (hutang) terdiri dari: hutang jangka pendek, yaitu kurang dari 1 tahun
seperti hutang ke supplier. Hutang jangka panjang, lebih dari 1 tahun seperti
pinjaman dari bank.
• Modal sendiri: berasal dari pemilik modal sendiri, sebagai hutang Apotek.
B. Laporan Laba Rugi
Merupakan laporan akuntansi keuangan yang mengggambarkan tentang jumlah
penjualan, biaya variabel, biaya tetap dan laba dalam satu periode tertentu. Unsur-
unsur yang terdapat dalam laporan Laba-Rugi meliputi:
1. Penjualan (sales)
2. Biaya pembelian barang = biaya variabel (variable cost)
17
3. Biaya operasional = biaya tetap (fix cost)
4. Laba-rugi sebelum bunga dan pajak
5. Bunga, pajak, laba bersih
C. Laporan Aliran Kas (Cash Flow)
Laporan ini dibuat untuk menggambarkan perkiraan jumlah penerimaan dan
pengeluaran uang kas Apotek selama periode waktu tertentu. Dalam laporan kas
terdapat saldo awal, penerimaan (penjualan tunai/kredit), pengeluaran, dan saldo akhir
kas. Unsur-unsur yang terdapat dalam laporan aliran kas:
1. Saldo awal
2. Penerimaan kas dari hasil operasional: penjualan tunai, piutang,
bunga, deviden.
3. Pengeluaran kas dari kegiatan operasi dan investasi: hutang dagang,
biaya operasional, bunga, pajak.
1. Pengadaan berupa surat pesanan dan faktur yang di catat dalam bentuk
manual dan elektronik (nama PBF, nomor faktur, tanggal faktur, nama barang,
jumlah, diskon dan HPP)
3. Penyimpanan: barang yang datang dicatat pada kartu stok (tanggal, jumlah
barang datang, exp date, nomor batch dan HPP dalam satuan terkecil) dan sistem
elektronik.
4. Pencatatan resep regular pada buku resep regular meliputi: nomor resep, nama
pasien, nama dokter, nama dan jumlah obat beserta signa nya dan harga
keseluruhan obat dalam resep.
18
5. Keuangan: Pencatatan pembelian dan penjualan setiap hari pada buku
pembelian, buku penjualan dan buku kas. Pelaporan terdiri dari pelaporan
internal dan eksternal.
19
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
Apotek Mama merupakan salah satu apotek yang berada dibawah pengelolaan
Apotek 7 Menit Group yang merupakan milik dari PT. Karya Mas Persada. Apotek 7
menit group berdiri pada tahun 2011 dan mulai bekerja sama dengan ASKES pada
tahun 2013, yang kemudian berganti nama menjadi BPJS Kesehatan pada tahun
2014. Berikut ini daftar apotek di perusahaan PT. Karya Mas Persada :
1. Apotek 7 Menit Margacinta
Apotek 7 Menit didirikan pada tanggal 11 Oktober Tahun 2011
Alamat : Jl.Margacinta Kec.Buah Batu Kota
Bandung. No.telp: 022 - 7507586
Email : apotek7menit@gmail.com
Apoteker : apt. Ganjar Nugraha,
S.Farm
Pelayanan dilakukan selama 10 jam, yang terdiri dari dua shift yaitu:
Shift pagi : Jam 07.00 – 13.30
wib shift siang : Jam 13.30 – 19.00
wib
2. Apotek Mama
Apotek Mama merupakan Apotek Akuisisi oleh PT.Karya Mas Persada pada
tahun 2011
Alamat : Jl.Sukamaju No.44 Kel.Pasteur, Kec.Sukajadi, Kota
Bandung Telp : 022 - 2035461
Email : apotik_mama@yahoo.com
Apoteker : apt.Isma Tegawati,
S.Farm.
20
Pelayanan dilakukan selama 10 jam, yang terdiri dari tiga shift yaitu:
Shift pertama : Jam 07.00 – 12.00 wib
Shift kedua : Jam 11.00 – 16.00 wib
Shift ketiga : Jam 14.00 – 19.00
wib
3. Apotek 7 Menit Sukamenak
Apotek 7 Menit Sukamenak berdiri tanggal 15 Oktober tahun 2013
Alamat : Jl. Sukamenak Ruko Emerald
No.11,Kab.Bandung Telp : 022-8778260
Email : apotek7menitsukamenak@gmail.com
Apoteker : apt.Triastuti Ratna Andriyani,S.Farm
Pelayanan dilakukan selama 10 jam, yang terdiri dari dua shift yaitu:
Shift pagi : Jam 07.00 – 13.30 wib
Shift siang : Jam 13.30 – 19.00 wib
Sesuai dengan namanya apotek 7 menit group menawarkan pelayanan cepat, yaitu
tidak lebih dari 7 menit dari penyerahan resep hingga pengambilan obat. Apotek 7
menit group melayani obat resep BPJS prolanis, pelayanan resep obat regular, resep
online delivery, retail management solution, dan OTC online delivery.
Apotek Mama berlokasi di Jl. Sukamaju No. 44, Pasteur, Kec. Sukajadi, Kota
Bandung, Jawa Barat.
Apotek Mama terdiri atas bangunan Apotek dan tempat parkir. Bangunan apotek
meliputi ruang tunggu (kursi panjang), etalase depan (perbekalan kesehatan yang
dapat dibeli secara bebas tanpa resep dokter), ruang racik (meja racik, alat tulis,
etiket, kemasan plastik, copy resep, serta rak penyimpanan obat ethical), ruang
apoteker, gudang obat, dapur dan toilet. Dibawah ini merupakan gambar denah dari
Apotek Mama.
21
Gambar 1. Denah Apotek Mama
22
3.3 Struktur Orginasasi Data Personalia Apotek Mama
Pengelolaan Apotek dalam rencana kerja dan struktur organisasi sangat di
perlukan untuk mencapai suatu tujuan yang optimal, berikut struktur organisasi yang
terdapat di Apotek Mama.
Demi efisiensi dan efektivitas kerja, diterapkan pembagian tugas dan tanggung
jawab di setiap bagian, yakni sebagai berikut:
23
Tugas dan kewajiban apoteker pengelola apotek:
5. Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SPO dan program kerja pada
setiap fungsi kegiatan di apotek
B. Manajer Area
Manajer Area adalah seorang asisten apoteker senior yang bertanggung jawab
langsung kepada pemimpin apotek dan Apoteker Pengelola Apotek. Tugas manajer
area pada Apotek 7 Menit Margacinta sebagai berikut :
3. Mengatur jadwal masuk kerja serta pergantian jadwal masuk kerja para petugas
apotek.
24
4. Mengatur administrasi kas/bank dengan input data berupa bukti kas masuk, bukti
kas keluar, dan output-nya berupa laporan kas/bank.
C. Asisten Apoteker
Tugas asisten apoteker adalah sebagai berikut: Mengatur, mengontrol dan menyusun
penyimpanan obat dan perbekalan farmasi lainnya sesuai dengan bentuk dan jenis
barang yang disusun secara alfabetis.
1. Memberikan etiket dan perhitungan dosis.
2. Memeriksa ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya berdasarkan resep
yang diterima.
3. Memberikan harga pada setiap resep dokter yang masuk.
4. Melayani dan meracik obat sesuai dengan resep dokter antara lain menghitung
dosis obat untuk racikan, menimbang bahan, meracik, mengemas obat dan
memberikan etiket.
5. Membuat kwitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya diambil sebagian
atau bila diperlukan oleh pasien.
6. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk
sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep dan cara pemakaian.
7. Melakukan pemeriksaan akhir terhadap hasil penyiapan obat.
8. Menyerahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien dan
memberikan penjelasan tentang penggunaan obat atau informasi lain yang
dibutuhkan.
25
3.4 Pengelolaan Perbekalan Kefarmasian
3.4.1 Perencanaan
3.4.2 Pengadaan
26
A. Pembelian Rutin
Pengadaan dapat dilakukan ke Pedagang Besar Farmai (PBF) yang resmi dan
sudah terdaftar untuk menjamin mutu barang. Pemilihan PBF berdasarkan harga
(lebih murah), kelengkapan barang dan terdapat diskon yang lebih besar dari lainnya
Pemesanan dilakukan dengan menuliskan Surat Pesanan (SP). Untuk obat- obat biasa
pesanan boleh dilakukan via telepon atau whatsapp kepada sales. SP akan diambil
oleh ekpeditur ketika mengantar barang. Sedangkan untuk obat- obatan yang
mengandung precursor, obat-obat tertentu dan psikotropik surat pesanan apotek harus
diambil terlebih dahulu oleh sales kemudian obat bisa dikirimkan oleh pihak PBF. SP
tersebut harus ditanda tangani oleh apoteker dan terdapat stempel basah nama dan
SIPA apoteker.
B. BPJS
27
atau jumlah nya tinggal sedikit, maka sales akan menawarkan untuk ditambah atau
tidak. Barang konsinyasi ini apabila tidak laku, maka dapat diretur dan yang
difakturkan untuk dibayar adalah barang yang terjual saja.
3.4.3 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima. Pengecekan barang datang dilakukan dengan mengecek
keseuaian alamat apotek dengan faktur, kemudian kesesuai fisik barang meliputi
nama, jenis dan bentuk, jumlah, nomor batch, dan tannggal expired date dengan
informasi yang tertera pada faktur dan surat pesanan. Jika semua telah sesuai maka
faktur ditanda tangani, diberi tanggal penerimaan serta cap apotek. Untuk faktur asli
dikembalikan lagi ke PBF dan apotek hanya mendapat copy nya.
3.4.4 Penyimpanan
28
penggunaan. Kunci lemari dipegang langsung oleh Apoteker Penanggungjawab,
berdasarkan Permenkes No. 28 Tahun 1978 tentang tata cara penyimpanan narkotika,
syarat ukuran lemari khusus penyimpanan narkotik adalah minimal 40x80x100 cm.
Apabila lemari tersebut kecil dari persyaratan yang ada, maka lemari harus menempel
di dinding
e. untuk obat yang termolabil seperti suppositoria dan insulin disimpan di dalam
lemari pendingin.
f. Sistem penyimpanan yang dilakukan oleh Apotek 7 Menit adalah sistem First
Expire First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO). Sistem FIFO merupakan cara
penyimpanan barang dimana barang yang datang terlebih dahulu akan disimpan
didepan sehingga akan dikeluarkan terlebih dahulu dari yang lainnya, sedangkan
barang yang datang terakhir akan disimpan dibelakang, demikian seterusnya. Sistem
FEFO adalah penyimpanan barang yang memiliki tanggal kadaluarsa masih lama
diletakkan dibelakang, sedangkan barang yang sudah mendekati tanggal kadaluarsa
disimpan di depan. Sistem ini digunakan agar perputaran barang di Apotek dapat
dipantau dengan baik sehingga meminimalkan banyaknya obat - obat di apotek yang
mendekati tanggal kadaluarsa.
3.4.5 Pemusnahan
Sediaan farmasi dan komoditi non farmasi yang rusak dan telah lewat masa
kedaluarsanya harus dimusnahkan. Pemusnahan sediaan farmasi dengan cara dikubur,
dibakar, dilarutkan atau cara lain yang telah ditetapkan dan dilaporkan dalam bentuk
berita acara pemusnahan. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar POM setempat. Pemusnahan Obat
selain psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian
lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja dengan cara dilarutkan,
dibakar ataupun dikubur. Setelah dilakukan pemusnahan lalu didokumentasi dan
29
dilaporkan ke Dinas Kesehatan. Pemusnahan obat dilakukan setiap 5 tahun sekali
sedangkan resep dimusnahkan setelah disimpan selama 5 tahun sesuai dengan
PERMENKES Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-
kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain
yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep.
3.4.6 Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan
penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kedaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok
baik dengan cara manual maupun dengan komputerisasi. Kartu stok sekurang-
kurangnya memuat tanggal, nama obat, tanggal kedaluwarsa, jumlah pemasukan,
jumlah pengeluaran, dan sisa persediaan. Pengendalian barang yang dilakukan di
Apotek MAMA antara lain :
a. Kartu Stok : Prinsip kartu stock adalah pencatatan pergerakan transaksi keluar
masuk barang. Fungsi kartu stok adalah untuk melihat pergerakan stok sebagai dasar
untuk melakukan pembelian dan melacak jika menemukan kejanggalan karena
kesalahan sistem atau kelalaian karyawan.
b. Stok opname : Stok opname adalah pemeriksaan jumlah barang dan perhitungan
nilai stok barang yang ada di Apotek Mama yang dilakukan setiap 3 bulan sekali
dengan tujuan memeriksa ketersediaan barang, kontrol barang kadaluarsa,
menentukan Harga Pokok Penjualan (HPP), membuat laporan laba rugi dan untuk
menentukan barang kategori fast moving atau slow moving. Sedangkan untuk obat
BPJS stok opname dilakukan setiap bulan.
30
c. Defekta : Buku defekta memuat informasi tentang nama obat dan jumlah nya.
Pencatatan barang yang kosong atau stok mencapai minimal di buku defekta
dilakukan pada malam hari menjelang apotek tutup dan ketika menemukan
kekosongan pada stok ketika penjualan berlangsung. Fungsi pencatatan pada buku
defekta adalah untuk menghindari kekosongan stok di apotek sehingga dapat
meningkatkan kemajuan apotek dan kepercayaan pasien.
1. Pengadaan berupa surat pesanan dan faktur yang di catat dalam bentuk manual dan
elektronik (nama PBF, nomor faktur, tanggal faktur, nama barang, jumlah, diskon dan
HPP).
2. Penerimaan: barang datang dicatat pada buku penerimaan barang yang formatnya
disesuaikan berdasarkan anjuran dari Dinas Kesehatan.
3. Penyimpanan: barang yang datang dicatat pada kartu stok (tanggal, jumlah barang
datang, exp date, nomor batch dan HPP dalam satuan terkecil) dan sistem elektronik.
4. Pencatatan resep regular pada buku resep regular meliputi: nomor resep, nama
pasien, nama dokter, nama dan jumlah obat beserta signa nya dan harga keseluruhan
obat dalam resep.
5. Keuangan: Pencatatan pembelian dan penjualan setiap hari pada buku pembelian,
buku penjualan dan buku kas. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.
31
Laporan Internal apotek dibuat oleh manager apotek yaitu berupa laporan rugi laba
dan cash flow yang dibuat tiap satu bulan sekali dan setiap 3 bulan sekali. Laporan
Barang regular dan BPJS dipisahkan. Hal ini untuk mempermudah perhitungan rugi
laba apotek dikarenakan penjualan dan pembelian kedua barang tersebut berbeda
pendapatannya.
Ketika pasien datang menyerahkan resep atau salinan resep kepada bagian
pelayanan, kemudian resep atau salinan resep diperiksa keabsahannya oleh asisten
apoteker terlebih dahulu untuk kelengkapan resepnya. Pemeriksaan kelengkapan
resep meliputi aspek :
3. Aspek Klinis Ketepatan indikasi, ketepatan dosis aturan, cara pakai, lama
penggunaan, duplikasi atau polifarmasi, adanya alergi atau efek samping,
kontraindikasi dan interaksi obat.
Jika resep telah dinyatakan lengkap berdasarkan ketiga aspek tersebut, maka
langkah selanjutnya adalah mengecek ketersediaan obat di apotek. Ada atau
tidaknya obat di apotek diberitahukan kepada pasien. Jika pasien menyetujui
pengambilan obat yang ada di apotek, maka secara langsung asisten apoteker
32
memberikan informasi tentang biaya yang perlu dibayarkan oleh pasien.Jika
pasien menyetujui, maka resep akan dilayani dan dilanjutkan dengan penyiapan
obat.
Obat diserahkan ke pasien dengan disertai pemberian informasi obat kepada
pasien dilakukan baik dalam pelayanan resep maupun non-resep. Hal ini
bertujuan agar tujuan terapi dapat tercapai dengan baik dan untuk menghindari
kesalahan pada terapi. Pemberian informasi obat di Apotek Mama terdiri dari
nama obat, fungsi, cara penggunaan, efek samping, cara penyimpanan obat dan
informasi lainnya mengenai obat tersebut. Setelah selesai, resep di berikan nomor
urut dan di dokumentasikan pada buku resep regular. Pendokumentasian
meliputi: nomor resep, nama obat dan signanya, jumlah obat, nama dokter, nama
pasien dan harga resep.
B. Non Resep (Swamedikasi)
Pelayanan farmasi tanpa resep terdiri dari swamedikasi dan pembelian produk
farmasi lainnya. Swamedikasi dilakukan jika pasien berupaya melakukan pengobatan
dan perawatan terhadap penyakitnya secara mandiri. Biasanya swamedikasi dilakukan
untuk pengobatan pertama sebelum ke dokter, penyakit-penyakit yang dapat dicegah
dengan menggunakan obat non resep. Produk obat yang digunakan dalam
swamedikasi biasanya adalah golongan obat bebas, obat bebas terbatas dan suplemen.
Untuk obat- obat keras yang boleh diberikan terhadap pasien yang ingin melakukan
pengobatan sendiri hanya mencakup obat-obat yang ada dalam Daftar Obat Wajib
Apotek (DOWA) dan SK Menkes No. 919 tentang kriteria obat keras tanpa resep.
Penggalian data dan keluhan pasien dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui
apakah pasien telah terbiasa menggunakan obat tersebut atau tidak. Bila pasien telah
terbiasa menggunakan obat tersebut, pasien diberikan informasi tentang obat keras
yang terdapat dalam DOWA yang dapat digunakan.
C. Pelayanan Obat Resep BPJS
Apotek Mama merupakan salah satu apotek yang bekerjasama dengan Badan
33
penyelenggara jaminan sosial kesehatan. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah
jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran/ iurannya
dibayar oleh Pemerintah.
Pada awal berdiri, Apotek Mama hanya melayani pembelian obat-obatan umum
yang banyak digunakan oleh masyarakat. Pada tahun 2013, Apotek Mama mulai
bekerja sama dengan ASKES dan juga resep dokter, hingga pada bulan Januari 2014,
ASKES merubah namanya menjadi BPJS dan kini Apotek Mama mulai bekerja sama
dengan berbagai Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik. Apotek Mama menyediakan
fasilitas obat BPJS dari Rumah Sakit Apotek, beberapa Puskesmas di daerah bandung
Serta klinik yang termasuk dalam daftar pemetaan dengan Apotek Mama. Berikut
Rumah Sakit yang bekerja sama dengan BPJS yaitu :
1. Rumah Sakit Hasan Sadikin 15. Rumah Sakit Melinda 2
34
13. Klinik Utama Medika Antapani 27. RS Khusus Ginjal R.A
35
10.Klinik Pratama Sukasari 23. Klinik BIOFARMA
Fasilitas Kesehatan RJTP meliputi Puskesmas, Klinik dan Dokter Praktek Mandiri
Pasien yang masih dikategorikan dalam RJTP (Rawat Jalan Tingkat Pertama)
meliputi Program Rujuk Balik (PRB). PRB adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih
memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan
di Faskes Tingkat Pertama atas rekomendasi/rujukan dari dokter spesialis/sub
spesialis yang merawat. Jenis penyakit yang termasuk PRB yaitu :
1. Diabetes Mellitus 5. Epilepsi 9. PPOK
2. Hipertensi 6. Schizoprenia
3. Jantung 7. Stroke
a. Obat PRB diberikan untuk kebutuhan maksimal tiga puluh hari setiap kali
peresepan dan harus sesuai dengan Daftar Obat Formularium Nasional untuk Obat
Program Rujuk Balik serta ketentuan lain yang berlaku
36
melanjutkan resep yang ditulis oleh dokter spesialis/subspesialis dan tidak berhak
merubah resep obat PRB. Dalam kondisi tertentu, dokter di Faskes Tingkat Pertama
dapat melakukan penyesuaian dosis obat sesuai dengan batas kewenangannya.
c. Obat PRB dapat diperoleh di apotek/depo farmasi yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan untuk memberikan pelayanan obat PRB. Jika peserta masih memiliki obat
PRB, maka peserta tersebut tidak boleh dirujuk ke Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan
kecuali terdapat keadaan kegawatdaruratan yang mengharuskan pasien berkonsultasi
ke Faskes Tingkat Lanjutan. Ketika pasien datang menyerahkan resep (dari
Puskesmas, Klinis Pratama dan Dokter Praktek Mandiri) atau salinan resep (Rumah
Sakit dan Klinik Utama), maka asisten apoteker memeriksa terlebih dahulu
kelengkapan resepnya. Aspek yang di periksa dalam pemeriksaan kelengkapan resep
BPJS sama dengan aspek kelengkapan resep pada resep umum atau regular yaitu
meliputi aspek administrasi, aspek farmasetika dan aspek klinis. Setelah dinyatakan
lengkap, langkah selanjutnya adalah memeriksa kelengkapan persyaratan resep.
Persyaratan untuk Pasien Rujuk Balik (Puskesmas, Klinik Pratama, Dokter Praktek
Mandiri) :
a. Resep asli dari faskes tingkat pertama (Puskesmas, Klinik, Dokter Keluarga)
b. Surat Kunjungan Peserta (SKP) ke FKTP
c. Foto copy resep dari faskes tingkat lanjutan (RS, Klinik Utama)
d. Foto copy kartu peserta BPJS /Askes/ KIS dan foto copy KTP
e. Foto copy Surat Rujuk Balik (SRB)
f. Foto copy Surat Eligibilitas Peserta (SEP)
g. Mengisi dan menandatangani inform concern
h. Melampirkan pesyaratan penunjang untuk oba-obat tertentu
i. Melampirkan persaratan penunjang (pemeriksaan LDL Kolesterol, EKG,dll)
j. Obat diberikan untuk 30 hari.
2. Fasilitas Kesehatan RJTL (Rawat Jalan Tingkat Lanjut)
Pasien penyakit kronis yang masih dalam perawatan di rumah sakit dengan kondisi
37
belum stabil. Jenis penyakit kronis non stabil yaitu :
1) Diabetes Mellitus 6) Schizoprenia
2) Hipertensi 7) Stroke
3) Jantung 8) Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
4) Asthma 9) PPOK
5) Epilepsi 10) Penyakit lain yang di tentukan oleh RS
(Prostat, Asam Urat, Tyroid, dll)
Persyaratan untuk pengambilan obat kronis diantaranya :
1. Resep/salinan resep dari RS (tgl resep & bulan, diagnosa penyakit)
2. Foto copy kartu peserta BPJS/Askes.
3. Surat Elegibilitas Peserta (SEP) yang telah di cap dan di ACC BPJS center di
Rumah sakit
4. Melampirkan persaratan penunjang (pemeriksaan LDL Kolesterol, EKG, dll)
5. Obat mengacu pada daftar obat Fornas Obat Kronis dan E-Katalog
6. Obat diberikan maksimal 23 hari
Setelah persyaratan resep lengkap, langkah selanjutnya adalah dilakukan
pemeriksaan terhadap obat-obat yang memerlukan persyaratan khusus, diantaranya :
1. Clopidogrel, melampirkan hasil :
a) EKG dengan diagnosa AMI / OMI / CAD (max 6 bulan )
b) PCI/KATETERISASI (max 12
bulan)
c) Echo (max 12 bulan dengan keterangan stenosis)
d) CT SCAN kepala disertai infrak untuk diagnose Stroke (max 12 bulan)
2. Simvastatin, melampirkan hasil Laboratorium Kolesterol LDL dengan
ketentuan nilai :
38
3. Atorvastatin, melampirkan hasil Laboratorium Kolesterol LDL dengan
ketentuan seperti Simvastatin dan melampirkan riwayat penggunaan Simvastatin.
12. Gabapentin, harus ada diagnosa nyeri neuropati DM atau pasca Herpes.
13. Recansa, harus ada riwayat pemakaian Simvastatin yang dituliskan di resep
dan ditanda tangani pasien.
15. Insulin mix tidak boleh digabung dengan Insulin Long Acting. Penggunaan
boleh langsung diberikan.
39
yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan
biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Tujuannya untuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai
kualitas hidup optimal dengan indikator 75 % peserta terdaftar yang berkunjung ke
Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik
terhadap penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga
dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit. Program yang diselenggarakan oleh
BPJS Kesehatan ini bertujuan untuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis
mencapai kualitas hidup optimal. Penyakit kronis yang dimaksud adalah diabetes
melitus tipe 2 dan hipertensi. Prolanis merupakan kelanjutan dari skrining kesehatan.
Jika hasil skrining riwayat kesehatan mengindikasikan peserta memiliki faktor resiko
diabetes melitus tipe 2 atau hipertensi, peserta dapat turut serta dalam Prolanis. Saat
ini Prolanis sementara mengatur penyakit DM dan Hipertensi.
Kegiatan Prolanis meliputi:
a. Dibentuk klub risti (resiko tinggi)
b. Senam
c. Edukasi (penyuluhan : dokter, petugas bpjs, petugas apotek)
d. Pemeriksaan kesehatan : Pemeriksaan : tensi, gula darah (GDP, GDPP)
e. Pembagian obat
Persyaratan untuk pengambilan obat kronis diantaranya :
a. Resep/salinan resep dari RS (tgl resep & bulan, diagnosa penyakit)
b. Foto copy kartu peserta BPJS/Askes.
c. Surat Elegibilitas Peserta (SEP) yang telah di cap dan di ACC BPJS center di
d. Melampirkan persaratan penunjang (pemeriksaan LDL Kolesterol, EKG,
e. Obat mengacu pada daftar obat Fornas Obat Kronis dan E-Katalog
f. Obat diberikan maksimal 30 hari.
Prosedur Pelayanan atau Pembagian obat Prolanis di Puskesmas
a. Resep pasien prolanis diberikan kepada apotek yang selanjutnya diperiksa oleh
40
b. Apotek kemudian menyiapkan obat untuk kebutuhan pasien prolanis dari
c. Tim Apotek melakukan penyerahan obat kepuskesmas serta konseling dan
3.5.2 Dispensing
41
7. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
3.5.4 Konseling
42
3. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin,
teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk indikasi
penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu
Obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis Obat.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Tahap kegiatan konseling:
1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
Layanan ini hadir karena keresahan pasien untuk durasi tunggu yang terlampau
43
lama saat menebus resep dokter. Lamanya durasi tersebut tentunya mengganggu
rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang prima. Hal ini diklaim juga
berdampak pada penuhnya ruang tunggu yang kapasitasnya terbatas, sampai lahan
parkir yang tidak produktif karena pasien yang terlampau lama di apotek. Untuk
menikmati layanan tersebut, saat pasien mendapat resep obat dari dokter rumah sakit,
puskemas atau klinik dapat mendaftarkan resepnya pada loket yang ada di halaman
apotek lalu pasie menyantumkan form yang berisi nama penrima alamat dan nomer
telefon yang dapat di hubungi untuk konfirmasi obat dan konfirmasi jika obat sudah
diantarkan.
• Aktiva (harta) terdiri dari: aktiva lancar seperti uang (kas), surat berharga (cek,
giro, saham), piutang, dan persediaan. Aktiva tetap seperti gedung, tanah.
• Passiva (hutang) terdiri dari: hutang jangka pendek, yaitu kurang dari 1 tahun
seperti hutang ke supplier. Hutang jangka panjang, lebih dari 1 tahun seperti
pinjaman dari bank.
• Modal sendiri: berasal dari pemilik modal sendiri, sebagai hutang Apotek.
B. Laporan Laba Rugi
Merupakan laporan akuntansi keuangan yang mengggambarkan tentang jumlah
44
penjualan, biaya variabel, biaya tetap dan laba dalam satu periode tertentu. Unsur-
unsur yang terdapat dalam laporan Laba-Rugi meliputi:
1. Penjualan (sales)
45
BAB IV
TUGAS KHUSUS
Obat yang mendukung penanganan terapi COVID-19, yaitu obat yang mengandung :
a. Remdesivir
b. Favipiravir
46
RNA dengan menghambat RNA dependent RNA polymerase (RdRp) dari virus. Obat
ini dianggap sebagai salah satu kandidat antivirus yang efektif untuk menghambat
COVID-19. Uji klinis untuk menguji efikasi dan efek toksisitas favipiravir pada kasus
COVID-19 dikembangkan di Shenzhen dengan melibatkan 80 pasien dan hasilnya 35
pasien memperlihatkan viral clearance time yang lebih cepat dibanding dengan 45
pasien lainnya.
c. Osetlamivir
d. Immunoglobulin
Mekanisme kerja : IVIG merupakan produk darah yang dimurnikan dari plasma
campuran orang sehat dimana protein merupakan komponen utamanya dan kaya akan
antibodi bakteri dan IgG virus. Infus berkelanjutan IVIG dapat meningkatkan kadar
IgG dalam serum, secara efektif dapat menetralkan patogen di saluran pernafasan
pasien sehingga dapat menyembuhkan penyakit dan memperpendek perjalanan
penyakit. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wei Cao et al, 3 orang pasien
yang didiagnosis COVID-19 tipe parah setelah diberikan IVIG dosis tinggi
mengalami perbaikan. Hasil serupa juga dilaporkan oleh Tzilas et al, bahwa
47
pemberian IVIG pada pasien COVID-19 memberikan hasil perbaikan yang cepat
dalam hal gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, dan pencitraan. Laporan kasus
Lanza et al, dimana pasien dengan persistence of respiratory failure, setelah
diberikan infus IVIG mengalami perbaikan gejala klinis, penurunan marker inflamasi,
normalisasi fungsi hati, dan pemulihan fungsi paru. Selain itu uji korelasi yang
dilakukan oleh Tabarsi et al, diperoleh hubungan yang signifikan antara waktu
memulai pengobatan IVIG dengan durasi perawatan di ICU.
e. Ivermectin
Mekanisme kerja : Ivermectin telah digunakan selama beberapa tahun sebagai terapi
untuk berbagai penyakit infeksius pada mamalia. Obat ini memiliki profil keamanan
yang baik dengan efek samping yang rendah ketika diberikan melalui mulut.
Ivermectin diidentifikasi pada akhir tahun 1970an dan pertama kali disetujui untuk
penggunaannya pada hewan di tahun 1981. Potensi kegunaannya pada manusia
disetujui beberapa tahun kemudian. Selanjutnya, William C. Campbell dan Satoshi
Omura yang menemukan dan mengembangkan obat ini mendapatkan penghargaan
nobel di bidang fisiologi atau kedokteran pada tahun 2015.Penelitian-penelitian telah
menunjukkan bahwa ivermectin adalah obat spektrum luas dengan kelarutan lipid
yang tinggi dan memiliki beberapa efek terhadap parasit, nematoda, arthropod,
flavivirus, mycobacteria, dan mamalia melalui beberapa mekanisme. Selain memiliki
efek anti-parasit dan anti-virus, obat ini juga memiliki efek imunomodulasi pada host.
Penelitian-penelitian telah menunjukkan efeknya dalam menghambat proliferasi sel-
sel kanker, dna juga meregulasi glukosa dan kolesterol pada hewan. Terlepas dari
banyaknya efek dari obat-obatan ini, banyak dari mekanisme-mekanisme dasar ini
masih belum diketahui. Perlu diingat, bahwa efek-efek tersebut mungkin disebabkan
karena efek toksik terhadap sel (Heidary & Gharebaghi, 2020).
48
f. Tocilizumab
Mekanisme kerja : Pada penderita COVID-19 berat, badai sitokin (cytokine storm)
merupakan keadaan yang sering dan dikaitkan dengan peningkatan resiko kematian.
Cytokine storm yang juga dikenal sebagai cytokine release syndrome (CRS) adalah
respon inflamasi sistemik yang ditandai dengan peningkatan berbagai sitokin pro-
inflamasi yang dapat menyebabkan kegagalan organ dan mengancam nyawa.
Interleukin-6 (IL-6) merupakan sitokin pro-inflamasi yang berperan penting dalam
patogeneis CRS. Beberapa penelitian menunjukkan kadar IL-6 yang tinggi pada
pasien COVID-19 yang kritis atau meninggal. Oleh karena itu, penghambatan IL-6
dianggap mampu mencegah perburukan kondisi klinis dan kematin akibat badai
sitokin pada COVID-19.
g. Azitromycin
49
h. Dexamethasone (tunggal)
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah dilaksanakan di
Apotek 7 Menit Group, maka dapat disimpulkan bahwa:
3. Melalui kegiatan PKPA ini calon Apoteker dapat melihat dan mempelajari
strategi dan kegiatan – kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan
praktek farmasi komunitas di apotek.
4. Melalui kegiatan PKPA ini calon Apoteker dapat mempersiapkan diri untuk
memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional.
5. Melalui kegiatan PKPA ini calon Apoteker dapat mengetahui gambaran nyata
tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di apotek.
51
5.3 Saran
52
LAMPIRAN
53
Lampiran 2. Denah Apotek Mama
54
Lampiran 3. Ruang Tunggu Pasien
55
Lampiran 4. Rak Obat OTC
56
Lampiran 5. Rak Obat Generik
57
Lampiran 6. Rak Obat Paten
58
Lampiran 7. Rak Obat BPJS
59
Lampiran 8. Rak Obat Salep dan Tetes Mata
60
Lampiran 9. Gudang Obat
61
Lampiran 10. Kartu stok
62
Lampiran 11. Faktur Barang
63
Lampiran 12. Surat Pesanan Barang
64
Lampiran 13. Buku Penerimaan Barang
65
Lampiran 14. Etiket
66
Lampiran 15. Rak Pengarsipan Resep
67
Lampiran 16. Bukti Kas
68
DAFTAR PUSTAKA
Adi PS, Yosi IW, Steven VH, et al. Tatalaksana Terapi Pasien Covid-19. Jurnal
Farmasi Klinik Indonesia. Vol:9, hal 70-99. 2020
Departemen Kesehatan RI. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Femi, O., Alam, S., & Hibroto, I. (2006). Seluk Beluk Food Suplement Cetakan
kedua.
Metlay JP, Waterer GW, Long AC, Anzueto A, Brozek J, Crothers K, et al. Diagnosis
and Treatment of Adults with Communityacquired Pneumonia: An Official
69
Clinical Practice Guideline of the American Thoracic Society and Infectious
Diseases Society of America. Am J Respir Crit Care Med.Vol: 200 Iss 7;2019.
pp e45– e67
Sukmadani Mega. Farmakologi pada Corona Virus Disease. Jurnal Ilmu Farmasi.
Vol: 2, No 1. Universitas Andalas. 2021
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
31
31
32
32
33
33