Professional Documents
Culture Documents
10 - DK 8 - Doni Rizki Saragih
10 - DK 8 - Doni Rizki Saragih
Hari dan Tanggal : Jumat, 24 November 2023, Pukul 12.30 – 15.30 WIB
Bahan Studi : Perawakan Pendek terkait endokrin
Penyakit : Yodium Defisien Hipotiroid
Narasumber : Elly Noer R, dr., SpA
Terkait : 1. Kontributor Indarti, dr, Mkes 2. Dr. Henny J,dr.,
MKes
3. Anita LS, dr., MKes, SpPK
4. Apen Afgani, dr, SpPD,Mkes
Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa oleh orang tuanya ke poliklinik rumah sakit
dengan keluhan bahwa anak itu terlihat lebih pendek daripada teman-temannya pada usianya.
Keluhan disertai dengan frekuensi buang air besar yang rendah. dia buang air besar setiap
lima hari sekali. Anak itu tampaknya tidak terlalu aktif bermain, lebih nyaman di ruangan yang
hangat, dan tidak suka tinggal lama di ruangan ber-AC. Pada saat ini, anak dapat berbicara
dalam kalimat lengkap, bermain bola tetapi tidak aktif, dan membuat lingkaran tetapi terputus.
Sejarah keluarga yang serupa ditolak. Riwayat makan: 3x sehari 3/4, dari porsinya, sudah
selesai, lauk pauk tahu, tempe, tidak suka telur atau makanan yang mengandung protein
hewani, tidak suka makanan asin (memiliki cukup garam), tidak diketahui penggunaan garam
beryodium, ibu memasak menggunakan garam tanpa merek.
Pemeriksaan fisik:
berat: 15 kg, Tinggi: 80 cm.
Kesadaran: waspada, denyut nadi 80 x / menit, laju pernapasan 24x / menit, suhu 36,5 °C
Lingkar kepala : 49 cm, dismorfik (-)
Leher: kelenjar tiroid: hanya teraba
Abdomen: hernia umbilikalis (-)
Ekstremitas: hipotonia (-), palmar pucat (-), kulit kering (+)
Pemeriksaan laboratorium:
Pemeriksaan darah rutin: Hb: 11 g/dl, leukosit 7000/mm3, Jumlah leukosit diferensial:
0/2/3/70/20/5, trombosit 340.000/mm3
Tugas:
Pada saat ini, anak dapat berbicara dalam kalimat Gejala hipotiroid (decreased energy)
lengkap, bermain bola tetapi tidak aktif, dan membuat
(cold intolerance)
lingkaran tetapi terputus.
Pemeriksaan laboratorium:
Pemeriksaan darah rutin:
• Hb: 11 g/dl,
• leukosit 7000/mm3,
• Jumlah leukosit diferensial: 0/2/3/70/20/5,
• trombosit 340.000/mm3
PENYEBAB HIPOTIROID
Terapi ini bertujuan untuk menghancurkan sel kelenjar tiroid. Beberapa penyakit yang
menggunakan terapi radioiodine yaitu penyakit graves, goiter noduler, kanker sekitar kepala dan
leher .4,5,6
c. Tiroidektomi
Merupakan tindakan pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid. d. Kelebihan asupan
iodium
Asupan iodium yang melebihi kebutuhan dapat meningkatkan angka kejadian hipotiroid
subklini7s dan autoimun tiroiditis
e. Kekurangan asupan iodium
Iodium adalah komponen penting dari sintesis hormone tiroid.
2. Hipotiroid sekunder = disebabkan oleh gangguan atau keruskan pada kelenjar pituitary otak
yang mengawasi kerja kelenjar tiroid.
3. Hipotiroid tersier = disebabkan oleh adaanya gangguan atau kerusakan di hypothalamus
sehingga akan mempengaruhi produksi TRH.
4. Hipotiroid perifer = muncul karena adanya resistensi jaringan perifer terhadap aksi hormone
tiroid.
• Iodium merupakan bahan baku esensial sintesis hormon tiroid yang berperan dalam
stabilitas metabolisme dan fungsi organ tubuh. Hormon tiroid yang dihasilkan oleh kelenjar
tiroid tersebut memiliki pengaruh sangat besar pada pertumbuhan dan perkembangan
manusia (Mullur R,2013). Kekurangan iodium merupakan penyebab utama munculnya
masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI).
SUMBER :
• Miftahul Adnan.ASUHAN GIZI PADA HIPOTIROID.Universitas Muhammadiyah
Semarang :2021
• Mohamad Samsudin .SURVEILANS.UNTUK MENGATASI MASALAH
GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM. Lembaga Penerbit Badan
Litbangkes
2. Jelaskan ilmu kedokteran dasar yang terkait dengan kasus ini!
Anatomi
Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan fasia prevertebralis. Di
dalam ruang yang sama terdapat trakea, esofagus, pembuluh darah besar dan saraf.
Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia pretrakealis dan melingkari trakea dua
pertiga bahkan sampai tiga perempat lingkaran.
Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid, tetapi
letak dan jumlah kelenjar ini dapat bervariasi. Arteri karotis komunis, vena jugularis interna
dan nervus vagus terletak bersama dalam suatu sarung tertutup di latero dorsal tiroid. Nervus
rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus frenikus dan trunkus simpatikus
tidak masuk ke dalam ruang antara fasia media dan prevertebralis (De Jong & Sjamsuhidajat,
2005).
• arteri karotis superior kanan dan kiri, cabang arteri karotis eksterna kanan dan kiri dan
• kedua arteri tiroidea inferior kanan dan kiri, cabang arteri brakhialis.
• Kadang kala dijumpai arteri tiroidea ima, cabang dari trunkus brakiosefalika.
Sistem vena terdiri atas vena tiroidea superior yang berjalan bersama arteri,
Terdapat dua macam saraf yang mensarafi laring dengan pita suara (plica vocalis
• nervus rekurens
• cabang dari nervus laringeus superior (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Fisiologi
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang kemudian berubah
menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). Iodium nonorganik yang diserap dari saluran cerna
merupakan bahan baku hormon tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali sehingga
mempunyai afinitas yang sangat tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan T4 yang dihasilkan ini kemudian
akan disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid. Sebagian besar T4 kemudian akan dilepaskan ke
sirkulasi sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar yang kemudian mengalami daur ulang. Di sirkulasi,
hormon tiroid akan terikat oleh protein yaitu globulin pengikat tiroid Thyroid Binding Globulin (TBG) atau
prealbumin pengikat albumin Thyroxine Binding Prealbumine (TBPA). Hormon stimulator tiroid Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid.
TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai umpan balik negatif
sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat
adanya sel parafolikular yang menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur metabolisme
kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum terhadap tulang (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid yaitu Thyroid Stimulating
Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi
dan diatur aktifitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik
negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin yaitu Thyrotropin
Releasing Hormone (TRH) dari hipotalamus (Guyton & Hall, 2006).
Sebenarnya hampir semua sel di tubuh dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh hormon
tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu : (Sherwood, 2011)
• Efek pada laju metabolism Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal tubuh secara
keseluruhan. Hormon ini adalah regulator terpenting bagi tingkat konsumsi O2 dan pengeluaran
energi tubuh pada keadaan istirahat.
• Efek kalorigenik
Peningkatan laju metabolisme menyebabkan peningkatan produksi panas.
• Efek pada metabolisme perantara
Hormon tiroid memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang terlibat dalam metabolisme
bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar metabolik bersifat multifaset, hormon ini tidak
saja mempengaruhi sintesis dan penguraian karbohidrat, lemak dan protein, tetapi banyak
sedikitnya jumlah hormon juga dapat menginduksi efek yang bertentangan.
• Efek simpatomimetik
Hormon tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap katekolamin (epinefrin dan
norepinefrin), zat perantara kimiawi yang digunakan oleh sistem saraf simpatis dan hormon dari
medula adrenal.
• Efek pada sistem kardiovaskuler Hormon tiroid meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan
kontraksi jantung sehingga curah jantung meningkat.
• Efek pada pertumbuhan
Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi hormon pertumbuhan, tetapi juga mendorong efek
hormon pertumbuhan (somatomedin) pada sintesis protein struktural baru dan pertumbuhan
rangka.
• Efek pada sistem saraf
Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf terutama Sistem Saraf
Pusat (SSP). Hormon tiroid juga sangat penting untuk aktivitas normal SSP pada orang dewasa.
Histologi
Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus. Jaringan tiroid terdiri atas folikel
yang berisi koloid. Kelenjar dibungkus oleh simpai jaringan ikat longgar yang menjulurkan septa ke
dalam parenkim (Jonqueira, 2007).
Koloid terdiri atas tiroglobulin yaitu suatu glikoprotein yang mengandung suatu asam amino
teriodinisasi. Hormon kelenjar tiroid disimpan dalam folikel sebagai koloid. Selain sel folikel, sel-sel
parafolikel yang lebih besar juga terdapat di kelenjar tiroid. Sel-sel ini terdapat di dalam epitel folikel atau
diantara folikel. Adanya banyak pembuluh darah di sekitar folikel, memudahkan mencurahkan hormon ke
dalam aliran darah (Jonqueira, 2007).
Metabolisme
SINTESIS DAN SEKRESI HORMON TIROID
Sintesis dari T4 dan T3 oleh kelenjar tiroid dimulai dari hipotalamus
Sumber :
• DEFISIENSI YODIUM
• Hipotalamus akan mensekresi TRH
• TRH menuju Hipofisis anterior yang akan melepaskan TSH
• TSH menuju sel target yaitu kelenjar tiroid
• Kelenjar tiroid akan menghasilkan hormon tiroid membutuhkan 2 komponen yaitu
o iodium dari luar tubuh /makanan
o tiroglobulin yang di sintesis dalam tubuh
• salah satu mengalami defisiensi Jika terjadi penurunan kadar tiroksin dalam darah dengan
waktu yang lama akan menyebabkan kelenjar tiroid bekerja lebih keras untuk memenuhi
kebutuhan tiroksin secara normal.
• Sehingga terjadi hipertropi & hiperplasi pd kelenjar tiroid yang membuat tampak
membesar atau disebut dengan struma simpleks.
Sumber :
• kuliah Pagi ChannelPatofisiologi Hipotiroid (Akibat Kekurangan Yodium):2021
https://www.youtube.com/watch?v=Q1Zae1pbitA
• calgary
Apabila kadar TSH tinggi dan nilai fT4 kurang dari normal maka orang tersebut menderita
3
hipotiroid.
SUMBER :
• Miftahul Adnan.ASUHAN GIZI PADA HIPOTIROID.Universitas Muhammadiyah
Semarang :2021
5. Jelaskan manajemen kasus dalam konteks pertumbuhan dan perkembangan anak, dan
jelaskan bagaimana pemantauan dan evaluasi dilakukan dalam masalah ini!
Tatalaksana pasien hipotiroid harus didasarkan pada beberapa prinsip terapi, antara
lain:5,7,8
Terapi dengan preparat tiroksin dapat diberikan dalam dua bentuk L-thyroxin (T4), dan L-
triodothyronin (T3). Terapi substitusi dapat diberikan dengan dosis kecil pada awal
pengobatan dan kemudian dinaikan secara bertahap sesuai dengan kadar TSH. Dosis yang
direkomendasikan untuk L-T4: 1.6 ug/kgBB atau setara dengan 100-125 mg/hari,
sedangkan dosis L-T3 diberikan pada rentang 25 ” 50 ug/hari.
a. Hipotiroid overt :
• Jika serum TSH diatas batas atas nilai normal namun < 10 mU/L lakukan monitoring
fungsi tiroid tiap 6 bulan. Pertimbangkan terapi LT4 apabila gejala hipotiroid muncul daN
anti-TPO positif.
• Jika serum TSH > 10 mU/L ulang pemeriksaan fungsi tiroid, obati dengan LT4 apabila
terus meningkat TSH > 10 mU/L.
b. Hipotiroid subklinis :
• Jika serum TSH diatas batas atas nilai normal namun < 10 mU/L lakukan monitoring
fungsi tiroid tiap 6 bulan. Pertimbangkan terapi LT4 apabila nilai TSH meningkat
progresif > 10 mU/L.
Jika serum TSH > 10 mU/L ulang pemeriksaan fungsi tiroid. Pertimbangkan pemberian
dengan LT4 apabila terus meningkat TSH > 10 mU/L, dan jika terdapat gejala hipotiroid
atau faktor resiko tinggi kardiovaskuler.
Dosis terapi substitusi tiroksin pada pasien hipotiroid disesuaikan berdasarkan beberapa
keadaan berikut:
Tujuan Diet :
1. Memberikan asupan energi yang cukup sesuai kebutuhan untuk memperbaiki status gizi
2. Memenuhi kebutuhan zat gizi mikro terutama mineral iodium dan selenium untuk
meningkatkan produksi hormone tiroid
c. Membantu menurunkan berat badan, melancarkan BAB dan menurunkan kolesterol
1. Energi cukup
2. Protein tinggi 2 – 2,5 gr/kgBB
3. Lemak cukup 10 – 25% dari total energi
4. Karbohidrat cukup, sisa dari kebutuhan energi total
5. Kebutuhan normal iodium berdasarkan AKG 2019 :
6. Anak – anak 120 mcg, dewasa 120 mcg dan Ibu hamil +70 mcg
7. Tinggi mineral iodium, selenium, seng dan kalsium \
8. Tinggi serat
Penanggulangan GAKI secara intensif dilaksanakan pada awal tahun 1980-an menindaklanjuti hasil
temuan kretinisme/gondok oleh Djokomoeljanto di Sengi tahun 1974 dan hasil pemetaan gondok
secara kasar pada tahun 1980-1983. Pemberian suntikan lipiodol secara crash program dilakukan
sejak tahun 1974 – 1991. Lebih dari 14 juta penduduk dari 26 provinsi telah diberi suntikan lipiodol
secara intramuscular. Oleh karena harganya mahal, memerlukan tenaga terampil untuk menyuntik
dan adanya efek samping berupa reaksi alergi, abses pada tempat suntikan dan risiko penularan
penyakit akibat penggunaan jarum suntik berulang- ulang, maka setelah beberapa tahun diganti
dengan kapsul Yodiol. Pemerintah menetapkan tiga strategi penanggulangan GAKI pada tahun 1990
yaitu penggunaan garam beriodium untuk semua sebagai strategi jangka panjang; kapsul iodium
sebagai strategi jangka pendek di daerah endemik GAKI; fortifikasi iodium dalam air minum di
daerah endemik GAKI. Kapsul minyak iodium ini didistribusikan secara luas di daerah endemik GAKI
berat dan sedang dengan sasaran kelompok risiko tinggi yaitu anak sekolah, ibu hamil, dan wanita
usia subur. Kapsul minyak beriodium berisi iodium yang dilarutkan dalam minyak dengan dosis 200
mg iodium. Dosis pemberian kapsul minyak beriodium untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan anak
sekolah diberikan 1 kapsul per tahun, sedangkan wanita usia subur diberikan 2 kapsul per tahun.
Berbagai program yang dijalankan berhasil menurunkan prevalensi GAKI pada anak sekolah dari
27,7 persen pada tahun 1990 menjadi 9,8 persen pada tahun 1998. Walaupun demikian GAKI masih
dianggap sebagai masalah karena prevalensi masih di atas 5 persen akan menimbulkan spektrum
GAKI. Kantung-kantung daerah endemik GAKI masih tetap ada karena tidak semua daerah di
Indonesia berhasil menurunkan prevalensi GAKI. Tahun 1997-2003 dilaksanakan program
Intensifikasi Penanggulangan GAKI (IP-GAKI) untuk percepatan penurunan prevalensi GAKI
menitikberatkan pada pencapaian pemakaian garam beriodium lebih dari 90 persen penduduk.
Strategi yang dilaksanakan dengan pemantauan status iodium masyarakat, peningkatan konsumsi
garam beriodium, peningkatan pasokan garam beriodium, distribusi kapsul iodium pada sasaran
yang tepat serta pemantapan koordinasi lintas sektor dan penguatan kelembagaan penanggulangan
GAKI. Berakhirnya proyek IP-GAKI tidak menjadikan upaya penanggulangan GAKI berhenti di
tempat. Pada tahun 2004 dicanangkan Rencana Aksi Nasional Kesinambungan Program
Penanggulangan GAKI (RAN KPP GAKI) yang bertujuan mencapai garam beriodium untuk semua
pada tahun 2005 dan menjaga kelestariannya pada tahun 2010. Untuk itu ditetapkan tujuan
program jangka pendek yaitu peningkatan proporsi rumah tangga yang mengonsumsi garam
beriodium dan peningkatan cakupan distribusi kapsul iodium di daerah endemis sedang dan berat.
Tujuan jangka panjang adalah pelestarian proporsi rumah tangga yang mengonsumsi garam
beriodium dan pelestarian cakupan kapsul iodium di daerah endemik sedang dan berat. Program
penanggulangan GAKI jangka pendek telah membuahkan hasil yang signifikan, tetapi muncul
masalah baru tentang kelebihan iodium (hipertiroid). Departemen Kesehatan melalui Direktur
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat mengeluarkan surat edaran No. JM 03.03 B V/2195/95 yang
secara resmi melarang penggunaan kapsul iodium di seluruh Indonesia untuk menanggulangi GAKI.
Penggunaan kapsul minyak beriodium dibatasi untuk tidak digunakan secara massal, hanya dapat
digunakan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
b. Garam beriodium
Saat ini program penanggulangan GAKI di Indonesia yang utama adalah distribusi garam beriodium
di daerah endemik. Penanganan gondok endemik di Indonesia pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1927 oleh pemerintah kolonial Belanda. Pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan
peraturan yang mengharuskan iodisasi garam rakyat. Waktu itu garam hanya dihasilkan oleh satu-
satunya pabrik P.N. Garam di Madura. Garam difortifikasi iodium dengan kadar 5 ppm,
didistribusikan secara terbatas di daerah Dieng Jawa Tengah dan daerah Tengger di Jawa Timur.
Distribusi garam beriodium tersebut tidak bertahan lama karena adanya Perang Dunia II dan
lemahnya pengelolaan sehingga dihentikan awal tahun 1950-an.
Pemerintah mengatur tentang garam beriodium pertama kali pada tahun 1975 melalui peraturan
menteri yang menyatakan semua garam yang dikonsumsi masyarakat harus mengandung iodium.
Gagasan iodisasi garam rakyat secara nasional mulai dibicarakan kembali untuk mengatasi masalah
kurang iodium, dengan koordinasi Bappenas dan Kementerian Kesehatan (dulu Departemen
Kesehatan) tahun 1982. Pembicaraan lintas sektor dengan Departemen Perindustrian Perdagangan
dan Departemen Dalam Negeri menghasilkan Surat Keputusan Bersama (SKM) 3 Menteri tentang
dimulainya upaya idoisasi garam rakyat. Tahun 1985 ditingkatkan menjadi SKB 4-Menteri dengan
ditambah Menteri Pertanian. Peraturan menteri akhirnya di tingkatkan lagi menjadi Keputusan
Presiden No.69 tahun 1994 tentang wajib Iodisasi Garam. Peraturan ini mengatur tingkat iodisasi
garam pada 40 persen ± 25 persen ppm KIO3. Keputusan Presiden tahun 1994 memperkuat
pelaksanaan program pengendalian GAKI nasional di Indonesia.
d. Surveilans GAKI
Survailans merupakan salah satu dari indikator kesinambungan program GAKI. Surveilans GAKI
berisi kegiatan pemantauan yang dilakukan secara terus-menerus terhadap indikator GAKI di
masyarakat untuk dapat dilakukan langkah-langkah penanggulangan yang tepat.
SUMBER :
menghambat pelepasannya melalui mekanisme umpan balik. Hal ini terjadi melalui beberapa
jalur yang diperankan oleh GH maupun Insulin like growth factor (IGF-1). Sel somatotrof
dapat dihambat
secara langsung melalui rangsangan produksi IGF- 1 lokal maupun melalui hambatan pada
GHRH dan stimulasi somatostatin oleh GH. Mekanisme lainnya adalah melalui IGF-1 yang
sebagian besar diproduksi di hati akibat rangsangan GH. Insulin like growth factor tersebut
dapat menghambat sintesis GHRH dan merangsang sintesis somatostatin.4,7 Mekanisme
kontrol sekresi GH dapat dilihat pada Gambar 1.
Pengaruh GH terhadap proses fisiologi tubuh sangat kompleks. Growth hormone adalah
komponen pokok yang mengontrol sebagian dari proses fisiologis kompleks yaitu
pertumbuhan dan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.1 Ada dua mekanisme GH
dalam bekerja, yaitu secara langsung dan tidak langsung:
1. Secara langsung
2. Secara tidak langsung Secara tidak langsung GH bekerja melalui IGF-1 yang dihasilkan
oleh berbagai jaringan sebagai respon terhadap GH. IGF-1 dalam sirkulasi terikat pada 6
spesific binding potein dalam beberapa kombinasi. IGF- binding protein (IGFBP) yang utama
adalah IGFBP- 3 yang merupakan 95 % dari semua binding protein. Jaringan yang
memproduksi IGF-1 antara lain hati, otot, tulang, tulang rawan, ginjal dan kulit. Sebagian
besar IGF- 1 yang dilepas disirkulasi berasal dari hati.2
Sumber :
• I Gusti Ayu Dewi Ratnayanti .PERAN GROWTH HORMONE TERHADAP
METABOLISME LIPID.Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana : VOL 43 NO 3:2012
Epidemiologi
• Data epidemiologi hipotiroid menunjukkan bahwa prevalensi dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin, ras, dan lokasi geografis. Prevalensi hipotiroid meningkat pada orang berusia
lanjut, pada , dan area-area yang mengalami defisiensi iodin. Selain itu, hipotiroid juga
sering ditemukan pada pasien dengan gangguan autoimun seperti diabetes mellitus tipe 1,
atrofi gaster autoimun, dancoeliac disease karena berkaitan dengan endokrinopati
autoimun.
• Di negara-negara dengan asupan iodin cukup, prevalensi hipotiroid bervariasi antara 1‒
2% dan meningkat hingga 7% pada orang berusia 85‒89 tahun. Data menunjukkan bahwa
prevalensi hipotiroid meningkat seiring bertambahnya usia dan meningkat pada area
dengan defisiensi iodin (negara berkembang). Prevalensi hipotiroid juga dilaporkan 10 kali
lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria.
PBHL
Beneficence
Menerapkan GRP : anamnesis, pemfis, mengusulkan pemeriksaan penunjang, sehingga
didapatkan diagnosis perawakan pendek ec hipotiroid ec defisiensi iodium
Non-Maleficence
Level kompetensi Hipotiroid menurut SKDI adalah 2, sehingga sebagai dokter umum dapat
menegakkan diagnosis kemudian merujuk
Autonomi
Melakukan informed consent pada orang tua pasien sebagai wali.
Justice
Tidak membeda-bedakan pelayanan terhadap pasien
Referensi:
1. Lafranchi S. Gangguan tiroid galn. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB,
Stanton BF. Editor. Nelson: buku teks pediatri. Edisi ke-18. Filadelfia:
Sounders;2007.h.2319-25 2. IDAI Kolegium Endokrinologi 2009