You are on page 1of 20

1

MAKALAH
KONSEP HALAL DAN HARAM DALAM
AGAMA

Dosen Pengampu: Penti Fiska Nanda,M.Pd

Disusun Oleh: Kelompok 12

1. RIZAANGGUN .N (2326010065)
2. SEPTERA NUR .A(2326010066)
3. LORENZANADIA .L(2326010067)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES TRI MANDIRI SAKTI
2023
2

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Konsep Halal Dan Haram Dalam Agama"ini
dengan tepat waktu.Tanpa pertolongan-Nya kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah
inidengan baik .Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaituMuhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa`atnya diakhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
ini berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu menyelesaikan pembuatan
laporanini .
Kami menyadari bahwa makalahini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya .Untuk itu, kami mengharapkan segala bentuk
saran dan masukan serta kritik yang membangun dari berbagai pihak kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat.

Bengkulu, 23 September2023

penyusun
3

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Halal dan Haram .................................................................................... 6
B. Pandangan masyarakat ............................................................................................ 7
C. Hubungan dengan Agama....................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................ 10
B. Saran ...................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I
PENDAHULU
AN
A. Latar Belakang
Agama Islam sangat memperhatikan bagi pemeluknya untuk mengkosumsi makanan

yang baik dan halal. Secara etimologi makanan adalah memasukkan sesuatu melalui mulut 1 .

Dalam bahasa arab makanan berasal dari kata at-ta’am ( ‫ ( الطعام‬dan jamaknya Al - atimah (

‫ (االطیمھ‬yang artinya makan- makanan 2 . Dalam hal makanan sebenarnya ada dua

pengertian yang bisa kita kategorikan kehalalannya yaitu halal dalam mendapatkannya dan

halal dzat atau subtansi barangnya. Halal dalam mendapatkannya maksudnya adalah benar

dalam mencari dan memperolehnya. Tidak dengan cara yang haram dan tidak pula dengan

cara yang batil. Jadi, makanan yang pada dasar dzatnya halal namun cara memperolehnya

dengan jalan haram seperti mencuri, hasil korupsi dan perbuatan haram lainnya, maka secara

otomatis berubah status hukumnya menjadi makanan haram. Namun penelitian ini hanya

akan membahas tentang makanan halal dari segi dzatnya atau subtansi barangnya Makanan

halal secara dzatiyah (subtansi barangnya), menurut sayyid sabiq dibagi dalam dua kategori,

yaitu jamad (benda mati)dan hayawan (binatang).

Manusia dalam menjaga kelangsungan hidupnya memerlukan makanan dan minuman

yang terdiri dari binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda lain yang dianugerahkan Allah SWT

kepadanya. Tetapi tidak semua binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda yang terdapat

di bumi ini halal dimakan manusia. Ada yang halal dan ada pula yang haram dimakan.

Makanan dan minuman yang diharamkan manusia memakan atau meminumnya itu ada yang

ditetapkan dengan Al-Quran, ada yang diterangkan dengan hadist dan ada pula yang

ditetapkan berdasarkan ijtihad para ulama.

Dalam hal makanan, ada dua pengertian yang bisa kita kategorikan kehalalannya yaitu

halal dalam mendapatkannya dan halal dzat atau subtansi barangnya. Halal dalam

mendapatkannya maksudnya adalah benar dalam mencari dan memperolehnya. Tidak dengan

cara yang haram dan tidak pula dengan cara yang batil 26 . Jadi, makanan yang pada

dasarnya dzatnya halal namun cara memperolehnya dengan jalan haram seperti: hasil riba,
5

mencuri, menipu, hasil judi, hasil korupsi dan perbuatan haram lainnya, maka secara otomatis

berubah status hukumnya menjadi makanan haram.

Jadi pada intinya makanan halal adalah makanan yang baik yang dibolehkan

memakannya menurut ajaran Islam , yaitu sesuai dalam Al - Qur’an dan Al - hadits.

Sedangkan pengertian makanan yang baik yaitu segala makanan yang dapat membawa

kesehatan bagi tubuh, dapat menimbulkan nafsu makan dan tidak ada larangan dalam Al -

Qur’an maupun hadits. Tetapi dalam hal yang lain diperlukan keterangan yang lebih jelas

berdasarkan ijma’dan Qiyas (ra’yi/ijtihad) terhadap sesuatu nash yang sifatnya umum yang

harus digali oleh ulama agar kemudian tidak menimbulkan hukum yang syub-had

(menimbulkan keraguraguan). Para ulama telah ijma’ tentang halalnya binatang - binatang

ternak seperti unta, sapi, dan kambing serta diharamkannya segala sesuatu yang bisa

menimbulkan bahaya baik dalam bentuk keracunan, timbulnya penyakit atau adanya efek

sampingan (side - effect).

Dengan demikian sebagia ulama’ memberikan keterangan tentang hukum - hukum

makanan dan minuman .Masyarakat muslim mempercayai bahwa agama yang diakui oleh

Allah swt adalah Islam yang secara bahasa berarti keselamatan. Penerapan keislaman

menginginkan agama ini memiliki arahan atau petunjuk bagi seluruh aspek kehidupan

manusia.
6

keseluruhan, terutama yang beragama Islamakan memiliki kehidupan yang tentram, damai, dan

selamat di dunia serta di akhirat. Pedoman itu diharapkan menjadi acuan manusia dalam

menjalani kehidupannya di dunia yang dinamis sekaligus kompleks.

Konsumsi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia yang melibatkan

pemenuhan kebutuhan dan keinginan. Dalam konteks agama, Islam sebagai panduan hidup

menyediakan pedoman yang komprehensif termasuk dalam hal konsumsi. Perspektif Islam

menekankan pentingnya menjalani konsumsi yang bermoral, bertanggung jawab, dan sesuai

dengan ajaran agama.

Konsumsi dalam perspektif Islam melibatkan konsep kehalalan, kebaikan, dan mendapatkan

ridho' serta barakah Allah SWT. Pendahuluan ini akan memberikan gambaran umum tentang

pentingnya konsumsi dalam perspektif Islam. Kami akan menggambarkan prinsip-prinsip utama

yang terkait dengan konsumsi yang diterima dan dilarang dalam Islam, serta menguraikan

manfaat dan tujuan di balik konsumsi yang sesuai dengan ajaran agama. Penelitian ini dapat

memberikan panduan praktis bagi umat Muslim dalam menjalani konsumsi yang sesuai dengan

nilai-nilai agama, mencapai keberkahan dan ridho' Allah SWT, serta mempromosikan keadilan,

kesejahteraan, dan keharmonisan dalam kehidupan individu dan masyarakat. Al-Qur'an adalah

pedoman untuk umat manusia yang mencakup banyak aspek, termasuk didalamnya yaitu tentang

makanan halal dan haram. Makanan halal merupakan jenis makanan yang diperbolehkan

berdasarkan ajaran Islam, yang kita ketahui sebagai halalan thayyiban (halal serta baik).

Sedangkan makanan haram merupakan makanan yang dilarang dalam ajaran Islam, dan biasanya

Allah menjadikan suatu yang diharamkan mempunyai kekurangan serta bahaya, baik yang telah

kita ketahui ataupun yang belum kita ketahui. Setiap larangan yang diresmikan oleh Allah tentu

mempunyai hikmah di baliknya.

Uraian tentang makanan halal juga mencakup metode memperolehnya. Selaku contoh, mangga

merupakan buah yang jelas-jelas halal serta boleh dimakan. Namun bila mangga tersebut

diperoleh lewat pencurian, hingga makanan yang lebih dahulu halal bisa jadi haram karena

metode perolehannya yang tidak sesuai dengan prinsip dalam Islam. Makanan minuman, serta

mata uang yang diperoleh lewat cara-cara yang diharamkan pula mempunyai akibat yang besar

dalam kehidupan seseorang muslim. Dalam hadis, disebutkan kalau makanan haram merupakan

salah satu aspek yang bisa membatasi terkabulnya doa seorang. Kebalikannya makanan halal

membawa dampak baik dalam kehidupan seorang muslim. Makanan halal mempermudah

seseorang untuk melaksanakan amal ibadah, dan berfungsi sebagai pencegah serta penangkal

bermacam penyakit.
7

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka Penelitian ini penulis

rumuskan dalam perumusan masalahdengan pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana penjelasan halal dan Haram dalam Agama ?

2. Seperti apa pandangan masyarakat muslim Terhadap produk halal?


3. Bagaimana konsep halal dan Haram Menurut Perspektif agama sejalan dengan pandangan
masyarakat muslim ?
C. Tujuan makalah

Dalam penulisan tujuan makalah disarankan menggunakan kata menjelaskan,

memaparkan, atau mendeskripsikan untuk menampilkan jawaban terbuka. Selanjutnya, jawaban

secara rinci akan dipaparkan pada bagian isi atau pembahasan makalah.
8

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Halal dan Haram dalam Agama Islam

Halal artinya dibenarkan. Lawannya haram artinya dilarang, atau tidak dibenarkan menurut

syariat Islam. Sedangkan thoyyib artinya bermutu dan tidak membahayakan kesehatan. Kita

diharuskan makan makanan yang halal dan thoyyib, artinya kita harus makan makanan yang

sesuai dengan tuntunan agama dan bermutu, tidak merusak kesehatan. Dalam ajaran Islam,

semua jenis makanan dan minuman pada dasarnya adalah halal, kecuali hanya beberapa saja

yang diharamkan. Yang haram itupun menjadi halal bila dalam keadaan darurat. Sebaliknya,

yang halal pun bisa menjadi haram bila dikonsumsi melampaui batas. Pengertian halal dan haram

ini sesungguhnya bukan hanya menyangkut kepada masalah makanan dan minuman saja, tetapi

juga menyangkut perbuatan. Jadi ada perbuatan yang dihalalkan, ada pula perbuatan yang

diharamkan. Dalam agama Islam, sebenarnya bukan agama Islam saja, saya kira agama Kristen

agama Yahudi juga punya konsep halal/haram. Tetapi sejauh yang saya ketahui dari Al-Qur'an

yang kemudian disimpulkan oleh ulama-ulama, bahwa halal dan haram itu ditentukan oleh

Tuhan untuk manusia. Pertama, untuk kemashalatan manusia. Jadi hal-hal atau benda-benda,

makanan-makanan yang dilarang, atau perbuatan-perbuatan yang diharamkan itu memang pada

dasarnya perbuatan itu kalau tetap dilakukan akan membahayakan manusia itu sendiri. Karena

itu dilarang.Yang kedua, untuk menguji.

Dalam pandangan Islam menguji kesalehan, kepatuhan sang manusia terhadap perintah

Tuhan. Apakah dengan Tuhan menurunkan perintah ini, larangan ini, manusia taat atau tidak.

Nah, dari situ 'kan nanti terlihat siapa yang benar-benar beriman dan patuh pada perintah Tuhan.

Dan siapa yang tidak beriman, siapa yang tidak patuh. Jadi itu konsep dasarnya.Kemudian dari

sisi lain, yang menghalalkan yang mengharamkan sesuatu itu sebetulnya semata-mata hanya

Tuhan, hanya Allah dalam pandangan Islam. Jadi manusia tidak bisa, bahkan seorang nabi pun.

Nabi Muhammad dalam hal ini nabi terakhir yang membawa ajaran Islam, itu pun Beliau tidak

punya wewenang untuk menghalalkan atau mengharamkan sesuatu, kecuali berdasarkan wahyu

dari Allah. Setelah wafatnya rasul, nabi sudah wafat. Sekarang persoalan yang timbul di

masyarakat 'kan banyak. Dulu zaman rasul mungkin tidak ada, zaman nabi tidak ada, sekarang

ada. Nah itu ulama-ulama yang bertugas menyimpulkan untuk menentukan apakah barang baru

ini atau perkembangan yang seperti ini halal atau haram.

Konsumsi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia yang melibatkan

pemenuhan kebutuhan dan keinginan. Dalam konteks agama, Islam sebagai panduan hidup

menyediakan pedoman yang komprehensif termasuk dalam hal konsumsi. Perspektif Islam
9

menekankan pentingnya menjalani konsumsi yang bermoral, bertanggung jawab, dan sesuai

dengan ajaran agama. Konsumsi dalam perspektif Islam melibatkan konsep kehalalan, kebaikan,

dan mendapatkan ridho' serta barakah Allah SWT.

Menurut definisi KBBI, syubhat merujuk pada keragu-raguan atau ketidakjelasan tentang

sesuatu, seperti status halal atau haram, karena kurangnya kejelasan dalam hukumnya. Tidak ada

kejelasan antara halal dan haram, atau antara benar dan salah. Dalam istilah yang lebih khusus,

syubhat mengacu pada ketidakjelasan atau kesamaran yang menyebabkan sulit untuk

menentukan apakah sesuatu halal atau haram dengan jelas. Syubhat dapat muncul karena

ketidakjelasan dalam status hukumnya atau ketidakjelasan dalam sifat atau fakta tersebut.

Kategori Makanan Halal;

1. Halal secara zat Maksudnya yaitu makanan yang pada dasarnya halal untuk dimakan

serta sudah diatur kehalalannya dalam Al-Qur'an dan Hadis.

2. Halal secara memperolehnya

Maksudnya yaitu makanan halal bisa jadi haram bila cara perolehannya dilakukan

secara tidak halal yang bisa merugikan orang lain, serta hal ini sudah diatur dalam Al-

Qur'an dan Hadis.

3. Halal cara pengolahannya Maksudnya yaitu makanan yang awalnya halal tetapi bisa

jadi haram bila pengolahannya tidak cocok dengan syariat agama. Berbagai makanan

yang pada awalnya halal, namun pengolahannya yang tidak benar menimbulkan

makanan tersebut jadi haram.

4. Halal secara prosesnya Makanan halal wajib cocok dengan memperoleh prosesnya

cocok dengan syarat syariat Islam, misalnya tidak lewat pencurian ataupun

perampokan. Bila prosesnya tidak cocok dengan syarat syariat Islam, maka makanan

tersebut akan jadi haram buat disantap.

5. Halal secara penyajiannya Makanan halal serta tayyib buat disantap wajib disajikan

cocok dengan metode yang benar. Sebagian penjelasannya yaitu :

a. Tidak terdapat barang atau makanan yang dikira najis berdasarkan ketentuan dalam

Al-Qur'an dan Hadis.

b. Tidak menggabungkan makanan yang sudah jelas halal dengan makanan yang

status kehalalannya belum jelas (syubhat).

Menjalankan ajaran Islam dengan benar, termasuk dalam hal mematuhi aturan

makanan halal dalam Islam memiliki dampak positif pada aspek spiritual, kesehatan,

dan sosial individu Muslim.


10

B. Produk halal dalam pandangan masyarakat muslim

Seperti yang kita ketahui bahwa banyak sekali makanan yang ada disekitar kita, namun

belum tentu makanan tersebut halal dalam islam. Allah SWT melarang umatnya untuk memakan

apapun yang haram dan memabukkan. Hal tersebut wajib di ketahui terlebih dahulu halal atau

tidak sebelum dikonsumsi. Sebelum itu kita harus mengenal terlebih dahulu mengenai makanan

halal. Dalam islam makanan halal adalah barang yang diperuntukkan untuk dimakan atau

diminum manusia dan serta bahan yang di kelolanya. Seperti yang disebutkan pada surah Al-

Baqarah ayat 168 yang menjelaskan bahwa Allah SWT. Menyuruh manusia untuk memakan

makanan yang halal secara agama dari segi hukum baik segi zatnya maupun hakikatnya.1 Dan

Allah SWT juga mengingatkan kepada kita agar tidak megikuti langkah-langkah syaitan. Selain

itu, makanan haram di bagi mejadi 2 yaitu lizathi atau zatnya dan lighairihi atau

hakikatnya.Makanan yang disebut haram mempunyai ciri-ciri yaitu: Makanan itu

membahayakan, Melemahkan atau merusak akal, Mendatangkan mudharat,

Memabukkan,Menjijikan.

Adapun beberapa akibat jika mengkonsumsi makanan dan minuman haram yaitu sebagai

berikut: Mendapatkan murka dan azab dari Allah SWT. Baik di dunia maupun diakhirat, Tidak

ada keberkahan dalam dirinya, Akan membentuk sifat-sifat syaithoniyah, suka marah,berbohong,

dan berkhianat, Susah menerima ilmu kebenaran, Badan tidak sehat dan mudah terkena penyakit.

Berdasarkan pandangan konsumen produk halal bahwa mereka dapat menerapkan hadis-

hadis yang diturunkan yaitu ditunjukkan dengan dengan sikap, niat, dan perilaku mereka.

Dalam hadis, seorang muslim diperintahkan agar memakan makanan yang halal dan

dilarang mengkonsumsi alkohol, daging babi, bangkai dan lain-lain. Sebagaimana sabda

Rasulullah SAW halal, haram, dan syubhat ini memberitahukan kepada manusia bahwa ia

mempunyai rambu-rambu kehidupan yang harus dipatuhi. Rambu-rambu ini sangat

penting agar manusia dapat istiqamah atau kembali kepada asal di mana dulu ia diturunkan

ke bumi.

Dalam hal untuk kepentingan penetapan fatwa halal, MUI hanya memperhatikan apakah

suatu produk mengandung unsur-unsur benda haram li-zatih atau haram li-ghairih yang karena

cara penanganannya tidak sejalan dengan syari’at Islam atau tidak.


11

Dengan arti kata, MUI tidak sampai mempersoalkan dan meneliti keharamannya dari

sudut haram lighairih, sebab masalah ini sulit dideteksi dan bukan merupakan kewenangan MUI,

karena itu persoalannya diserahkan kepada pihak- pihak yang berkepentingan. Kriteria makanan

halal menurut para ahli di LP POM MUI didasarkan pada bahan baku yang digunakan, bahan

tambahan, bahan penolong, proses produksi dan jenis pengemas produk makanan

Makanan Halal Dalam Islam

Makanan yang halal lagi baik adalah makanan yang harus dikonsumsi oleh setiap

muslim, sebab makanan yang halal lagi baik disamping secara rohani akan menjadikan sehatnya

rohani, juga akan terpenuhinya nutrisi pada tubuh serta menyehatkan.

Berikut adalah beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi agar makanan dianggap halal;

1. Bahan

Makanan halal harus terbuat dari bahan utama yang diperbolehkan dalam Islam. Misalnya,

daging yang diambil dari hewan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi (seperti sapi,

kambing, unta, atau ayam) dianggap halal, sedangkan daging babi dan produk yang terbuat

darinya dianggap haram (tidak halal).

2. Pemotongan

Dalam Islam, pemotongan hewan untuk memperoleh daging halal harus dilakukan dengan

metode yang sesuai. Metode ini melibatkan pemotongan yang cepat dan humanistik pada

bagian tertentu di leher hewan dengan pisau tajam untuk memastikan dagingnya halal.

3. Kandungan

Makanan halal tidak boleh mengandung bahan-bahan yang diharamkan dalam Islam,

seperti daging babi, alkohol, darah, atau bahan tambahan yang berasal dari sumber haram.

4. Pengolahan

Makanan halal harus diproses, disiapkan, dan diolah dengan memperhatikan kebersihan

dan kehigienisan. Hal ini termasuk pemenuhan persyaratan sanitasi, penanganan yang

tepat, dan pencegahan kontaminasi yang dapat membahayakan kesehatan.

5. Penyajian

Makanan halal harus disajikan dan dipersiapkan dengan peralatan yang tidak

terkontaminasi oleh bahan-bahan haram atau bahan yang tidak halal. Misalnya, peralatan

memasak dan penyimpanan yang digunakan untuk daging halal harus dipisahkan dari

peralatan yang digunakan untuk daging haram.


12

Makanan yang diperbolehkan serta baik buat dimakan oleh tiap muslim yaitu makanan

halal. Makanan halal tidak cuma memberikan khasiat raga, namun juga menyehatkan secara

rohani serta memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Allah telah menetapkan standar halal dan tayyib

(baik) untuk makanan yang boleh dikonsumsi. Istilah "halal" merujuk pada jenis makanan yang

diizinkan dan tidak diharamkan, sedangkan "tayyib" merujuk pada makanan yang memberikan

manfaat bagi manusia karena memenuhi persyaratan kesehatan seperti gizi, protein, kebersihan,

dan sebagainya. Produk halal yang dimaksud adalah :

a. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi.

b. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan

c. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih

d. transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi.

e. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar .

Makanan halal juga harus bebas dari najis, tidak memabukkan, tidak berdampak negatif

pada kesehatan fisik dan mental, serta diperoleh melalui cara yang halal. Makanan halal dapat

dikategorikan sebagai berikut :

1) Makanan yang baik secara umum

2) Makanan yang tidak diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya

3) Makanan yang tidak membawa bahaya

4) Binatang-binatang yang dihalalkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Berikut Manfaat Memakan Makanan Halal;

1. Ketaatan Agama,Konsumsi makanan halal merupakan bagian penting dalam menjalankan

perintah Allah dan mengikuti ajaran agama Islam. Ini memberikan rasa ketaatan dan

kepatuhan kepada ajaran agama, yang dapat meningkatkan spiritualitas individu.

2. Kesehatan Fisik, Makanan halal sering kali dihasilkan dengan cara yang lebih terjaga

kebersihan dan kehigienisannya. Dalam proses pemotongan hewan halal, misalnya, ada

prinsip-prinsip yang mengatur kebersihan dan keamanan pangan. Hal ini dapat membantu

mencegah penyebaran penyakit dan kontaminasi pada makanan.


13

3. Kehalalan dan Keharusan, Konsumsi makanan halal memberikan kepastian bahwa

makanan tersebut diproduksi, dipersiapkan, dan diolah sesuai dengan aturan agama Islam.

Makanan halal juga memastikan adanya ketenangan dan keyakinan dalam pikiran individu

yang mengonsumsinya.

4. Kesadaran Etis, Makanan halal juga mendorong kesadaran etis terhadap perlindungan dan

kesejahteraan hewan. Prinsip-prinsip dalam pemotongan hewan halal, seperti metode

pemotongan yang cepat dan humanistik, bertujuan untuk memastikan kesejahteraan

hewan. Ini mempromosikan sikap bertanggung jawab dan perhatian terhadap makhluk lain

dalam aspek pangan.

5. Hubungan Sosial dan Solidaritas, Konsumsi makanan halal dapat memperkuat hubungan

sosial dan solidaritas antar umat Muslim. Mengonsumsi makanan halal bersama-sama

dengan keluarga, teman, atau dalam acara-acara sosial seperti pernikahan atau festival,

dapat memperkuat ikatan dan rasa persatuan di antara komunitas Muslim.

6. Pilihan Pangan yang Lebih Luas, Meskipun ada batasan terhadap makanan yang dianggap

haram (tidak halal), makanan halal menawarkan pilihan pangan yang luas dan beragam.

Ada berbagai jenis makanan halal dari berbagai budaya, negara, dan masakan. Hal ini

memungkinkan individu untuk menikmati variasi kuliner dan mengeksplorasi makanan

dari berbagai daerah.

C. Halal dan Haram Menurut Perspektif agama

Makanan yang halal secara zatnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Pengasih.

Terlalu banyak bahkan hampir semua jenis makanan adalah halal dan dapat dikonsumsi.

Sebaliknya terlalu sedikit jenis makanan yang diharamkan yang tidak boleh dikonsumsi. Hikmah

pelarangan tersebut jelas Allah yang Maha Mengetahui. Adapun kebaikan dari adanya larangan

tersebut jelas untuk kepentingan dan kebaikan bagi manusia itu sendiri. Di antaranya, sebagai

penguji ketaatannya secara rohaniah melalui makanan dan minumannya dan agar manusia

tahu/mau bersyukur.

Bangkai, darah dan babi secara tegas diharamkan oleh Allah, sesuai dengan ayat diatas.

Selanjutnya semua binatang yang mati tidak melalui proses penyembelihan hukumnya haram,

disamakan dengan bangkai. Termasuk binatang yang mati dalam pengangkutan sekalipun baru

sebentar, tidka boleh ikut disembelih dan dikonsumsi oleh manusia. Makanan yang halal
14

menurut cara prosesnya Makanan yang halal tetapi bila diproses dengan cara yang tidak halal,

maka menjadi haram. Memproses secara tidak halal itu bila dilakukan:

1. Penyembelihan hewan yang tidak dilakukan oleh seorang muslim, dengan tidak

menyebut atas nama Allah dan menggunakan pisau yang tajam.

2. Penyembelihan hewan yang jelas-jelas diperuntukkan atau dipersembahkan kepada

berhala (sesaji).

3. Karena darah itu diharamkan, maka dalam penyembelihan, darah hewan yang disembelih

harus keluar secara tuntas, dan urat nadi lehar dan saluran nafasnya harus putus dan harus

dilakukan secara santun, menggunakan pisau yang tajam.

4. Daging hewan yang halal tercemar oleh zat haram atau tidak halal menjadi tidak halal.

Pengertian tercemar disini bisa melalui tercampurnya dengan bahan tidak halal, berupa

bahan baku, bumbu atau bahan penolong lainnya. Bisa juga karena tidak terpisahnya

tempat dan alat yang digunakan memproses bahan tidak halal.

5. Adapun ikan baik yang hidup di air tawar maupun yang hidup di air laut semuanya halal,

walaupun tanpa disembelih, termasuk semua jenis hewan yang hidup di dalam air.2

Selain yang tersebut diatas, ada beberapa jenis binatang yang diharamkan oleh sementara

pendapat ulama namun dasarnya masih mengundang perbedaan pendapat. Halal cara

memperolehnya Seorang muslim yang taat sangat memperhatikan makanan yang dikonsumsinya.

Islam memberikan tuntunan agar orang Islam hanya makan dan minum yang halal dan thoyyib,

artinya makanan yang sehat secara spiritual dan higienis.


15

diperoleh dengan cara yang tidak halal berarti tidak halal secara spiritual akan sangat

berpengaruh negatif terhadap kehidupan spiritual seseorang. Darah yang mengalir dalam

tubuhnya menjadi sangar, sulit memperoleh ketenangan, hidupnya menjadi beringas, tidak

pernah mengenal puas, tidak pernah tahu bersyukur, ibadah dan doanya sulit diterima oleh

Tuhan.

Minuman yang tidak halal Semua jenis minuman yang memabukkan adalah haram.

Termasuk minuman yang tercemar oleh zat yang memabukkan atau bahan yang tidak halal.

Yang banyak beredar sekarang berupa minuman beralkohol. Kebiasaan mabuk dengan minum

minuman keras itu rupanya sudah ada sejak lama dan menjadi kebiasaan oleh hampir semua

bangsa didunia. Pada jaman nabi Muhammad SAW, masyarakat Arab juga mempunyai

kebiasaan ini. Nabi memberantas kebiasaan jelek ini secara bertahap. Pertama, melarang orang

melakukan sholat selagi masih Berikutnya menyatakan bahwa khamar atau minuman keras itu

dosanya atau kejelekannya lebih besar dari manfaatnya atau kebaikannya Terakhir baru larangan

secara tegas, menyatakan bahwa minuman keras itu adalah perbuatan keji, sebagai perbuatan

setan, karena itu supaya benar-benar dijauhi .

Pembagian Hukum Haram

Hukum haram dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Haram Lidzatihi (makanan yang haram karena zatnya)

Haram lidzatihi merujuk pada makanan yang pada dasarnya telah diharamkan oleh

AlQur'an dan Hadis. Contohnya adalah daging babi, darah, binatang yang memiliki

taring, dan sejenisnya. Ini termasuk dalam hal-hal seperti pembunuhan yang

melibatkan nyawa, minum minuman keras yang merusak akal, murtad yang

melibatkan agama, pencurian yang melibatkan harta, serta berzina yang melibatkan

keturunan atau harga diri.

2. Haram Lighairihi (makanan yang haram karena faktor eksternal)

Haram lighairihi merujuk pada makanan yang pada awalnya halal, tetapi menjadi

haram karena adanya sebab yang tidak berkaitan langsung dengan makanan itu

sendiri. Contohnya adalah makanan yang diperoleh melalui pencurian, hasil riba, dan

sejenisnya. Misalnya, hewan yang disembelih tanpa menyebut nama Allah.

Makanan Haram Dalam Islam

Dalam perspektif Islam, terdapat beberapa jenis makanan yang dianggap haram (dilarang)

untuk dikonsumsi oleh umat Muslim. Makanan-makanan ini diatur berdasarkan hukum syariah

yang ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Hadis. Berikut adalah penjelasan tentang makanan haram
16

dalam perspektif Islam dan dampaknya:

1. Daging babi

Konsumsi daging babi diharamkan dalam Islam karena daging babi dianggap sebagai

makanan yang najis (kotor) dan mengandung risiko kesehatan yang tinggi. Daging

babi dapat menjadi sumber penyakit seperti trichinosis, cacing pita, dan infeksi

lainnya.

2. Daging hewan yang tidak disembelih dengan cara yang benar

Dalam Islam, hewan yang hendak dikonsumsi harus disembelih dengan cara yang

benar, yaitu dengan menyebut nama Allah (tasybih) saat proses penyembelihan.

Tujuan dari proses ini adalah untuk memastikan kehalalan daging, memperhatikan

kesejahteraan hewan, dan menjaga kebersihan serta kehalalan produk yang

dikonsumsi.

3. Alkohol

Minuman beralkohol diharamkan dalam Islam karena dapat mempengaruhi kesehatan,

akal, dan perilaku individu. Alkohol juga diketahui sebagai zat adiktif yang dapat

menyebabkan kerugian sosial dan kesehatan, serta dapat mengganggu kesadaran

seseorang dan menyebabkan perilaku yang tidak terpuji.

4. Binatang yang dilarang dikonsumsi

Beberapa jenis binatang, seperti anjing, kucing, burung pemangsa, ular, dan serangga

kecuali belalang dan lebah, diharamkan untuk dikonsumsi dalam Islam. Penyebabnya

bisa bervariasi, seperti alasan kesehatan, kebersihan, dan penghormatan terhadap

makhluk-makhluk tersebut.

5. Darah

Konsumsi darah hewan diharamkan dalam Islam karena darah dianggap sebagai

simbol kehidupan dan dihormati sebagai milik Allah. Selain itu, mengonsumsi darah

juga memiliki risiko kesehatan tertentu.

Orang yang mengkonsumsi makanan haram amal ibadahnya tidak diterima oleh

Allah SWT. Bisa Anda bayangkan, bagaimana kalau amal ibadah seseorang ditolak

oleh-Nya? Semua ibadahnya akan percuma. Sedekah yang ia keluarkan bernilai sia-sia.

Shalatnya pun hanya tinggal gerakannya saja, tanpa ada pahalanya.

Ketika Saad bin Abi Waggash meminta nasihat Rasulullah Saw, supaya doa-

doanya dikabulkan, Rasulullah Saw. bersabda, "Wahai Saad, perbaikilah makananmu

(makan-lah makanan yang halal), niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu

dikabulkan doanya. Dan, demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, sungguh jika ada
17

seseorang yang memasukkan selama 40 hari. Dan, seorang hamba yang dagingnya

tumbuh dari hasil menipu dan riba maka neraka lebih layak untuknya." (HR.

Thabrani).

Dampak dari mengonsumsi makanan haram dalam Islam dapat meliputi :

Dampak dari mengonsumsi makanan haram dalam Islam dapat meliputi :

- Pelanggaran terhadap perintah Allah:

Mengonsumsi makanan haram dianggap sebagai pelanggaran terhadap perintah Allah

SWT, dan hal ini bisa berdampak negatif terhadap keimanan dan ketakwaan seseorang.

- Dampak kesehatan :

Beberapa makanan haram memiliki risiko kesehatan yang tinggi. Misalnya, daging

babi dapat menyebabkan berbagai penyakit dan infeksi. 2788 Mengonsumsi alkohol

juga dapat menyebabkan kerusakan organ, gangguan kesehatan mental, serta

ketergantungan dan masalah sosial.

- Gangguan spiritual:

Mengonsumsi makanan haram dapat mengganggu keseimbangan spiritual seseorang.

- Dicampakkan ke Neraka:

Memakan makanan haram akan mengakibatkan pelakunya dicampakkan ke neraka

yang penuh kehinaan dan penyiksaan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Saw.,

"Tidaklah tumbuh daging dari makanan haram, kecuali neraka lebih utama

untuknya." (HR. Tirmidzi).

Neraka adalah tempat terburuk yang diciptakan oleh Allah Swt. untuk

membalas hamba-Nya yang ingkar dan lalai menjalankan perintah-Nya. Bahkan,

makanan bagi para penghuninya pun terbuat dari makanan terburuk. Ada beberapa

jenis makanan yang khusus disediakan bagi para penghuni neraka.

Pertama, duri. Para penghuni neraka telah disediakan makanan berupa duri.

Menurut Ibnu Abbas, duri atau dhari' adalah makanan khusus untuk binatang dan

bukan untuk manusia. Unta yang memakannya tidak akan pernah kenyang, dan

sedikit demi sedikit akan mati karena telah memakannya. Allah Swt. berfirman:

"Banyak wajah pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan,

memasuki api yang sangat panas (neraka), diberi minum (dengan air) dari sumber

yang sangat panas. Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang

berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar." (OS. al-
18

Ghasyiyah ayat 2-7). Kedua, pohon zaqqum. Selain duri, para penghuni neraka

juga diberi makan berupa pohon zaqqum. Konon, buah pohon zaqqum ini rasanya

seperti kuningan yang dicairkan bahkan lebih buruk lagi. Apabila dimakan, maka

akan membakar wajah dan organ dalam tubuhnya.

Mengenai pohon zaqqum ini, Allah Swt. menjelaskan dalam firman-Nya:

“(Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum.

Sesungguhnya, Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-

orang yang zalim. Sesungguhnya, pohon zaqqum merupakan sebatang pohon yang

keluar dan dasar neraka yang menyala. Mayangnya seperti kepala setan-setan.

Maka, sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu,

sehingga mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu.?" (OS. ash-Shaffat

ayat 62-66).
19

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Masalah halal dan haram ini sangat penting di bahas bagi keberlangsungan hidup

karena berkaitan dengan keselamatan, tetapi masih banyak masyarakat muslim yang tidak

mempedulikannya. Sehingga perlu suatu tindakan untuk melihat sejauh mana masyarakat

menerapkan hadis tentang produk halal yang ditunjukkan dengan prilakunya. Penelitian ini

termasuk penelitian kepustakaan (library research) dan statistik deskriptip. Hasil

penelitian menunjukkan halal dan haram dalam kehidupan umat Islam sudah jelas karena

diuraikan dengan jelas dalam dalil naqli. Halal dari segi pemaknaan mengandung makna

kewajiban atau keharusan, sehingga sesuatu yang diketahui sebagai halal menjadikan

seseorang harus memilihnya baik untuk dikonsumsi, dipergunakan, maupun dilakukan.

Haram bermakna melarang, mencabut, dan mencegah, sehingga sesuatu yang diketahui

jelas keharamannya menjadikan seorang muslim untuk menghindarinya atau mencegah

dirinya untuk menkonsumsi, mempergunakan, atau melakukannya.

B. KRITIK DAN SARAN

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih

banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera

melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber

dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.


20

DAFTAR PUSTAKA

https://jurnalbimasislam.kemenag.go.id/jbi/article/download/171/118

Hukumonline.com, UU Jaminan Produk Halal Memberikan Kepastian Hukum Kepada Kosumen,

sebagaimana dalam http://www.

You might also like