You are on page 1of 55

PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS KAPUR DAN NPK 16:16:16 PADA

TANAMAN BAWANG MERAH ( ALLIUM CEPA L.)

OLEH :

ZULFIQIH ERAWADI

214110104

LAPORAN PRATIKUM LAHAN MARGINAL DAN TEKNOLOGI


PENGELOLAANNYA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKAN BARU

2023
LRMBARAN PENGESAHAN

PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS KAPUR DAN NPK 16:16:16 PADA


TANAMAN BAWANG MERAH ( ALLIUM CEPA L.)

LAPORAN PRATIKUM

NAMA : ZULFIQIH ERWANDI


NPM : 214110104
JURUSAN : AGROTEKNOLOGI D

MENYETUJUI

DOSEN PENGAMPU I DOSEN PENGAMPU II

Dr.Ir. T. EDY SABLI, M.Si Dr. Ir. Hj. Siti Zahrah, MP

ASISTEN DOSEN

NOER ARIF HARDI, SP, MP

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas ridho-Nya lah

laporan pratikum lahan marginal dan teknologi pengelolaanya yang berjudul

“pemberian berbagai dosis kapur dan npk 16:16:16 pada tanaman bawang merah

(allium cepa l)” ini dapat terselesaikan.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah

Muhammad SAW. Serta para pihak yang telah membantu penyusunan laporan

pratikum ini. tujuan dalam penyusunan laporan ini agar dapat menjadi rujukan

untuk pembelajaran dan pengetahuan bagi para pembaca tentang budidaya

tanaman bawang merah dengan berbagai dosisi kapur dan pupuk npk 16:16:16,

sekaligus sebagai pelengkap tugas matakuliah lahan marginal dan teknologi

pengelolaanya.

Di dalam laporan ini, penulis mencoba semaksimal mungkin dalam

penyusunannya. Namun tidak ada gading yang tak retak, begitupun denga

makalah ini, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca guna memperbaiki makalah sederhana ini.

ii
DAFTAR ISI

LRMBARAN PENGESAHAN...........................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar belakang........................................................................................................1
B. Tujuan Pratikum.....................................................................................................6
C. Manfaat Pratikum...................................................................................................6
II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................7
A. Bawang Merah.......................................................................................................7
B. Klasifikasi Bawang merah....................................................................................12
C. Morfologi Bawang Merah....................................................................................13
1. Akar..................................................................................................................13
2. Batang..............................................................................................................14
3. Daun.................................................................................................................15
4. Bunga...............................................................................................................16
5. Buah.................................................................................................................17
6. Umbi Lapis.......................................................................................................18
D. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang........................................................................19
E. Kandungan Kimia Bawang Merah.......................................................................20
F. Manfaat Bawang Merah.......................................................................................26
III. PELAKSANAAN PRATIKUM...........................................................................29
A. Tempat dan Waktu...............................................................................................29
B. Alat dan Bahan.....................................................................................................29
C. Metode Penelitian.................................................................................................29
D. Pelaksanaan Pratikum...........................................................................................31
E. Parameter Pengamatan.........................................................................................35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................40

iii
A. Hasil Uji lanjut.....................................................................................................40
V. PENUTUP................................................................................................................42
A. KESIMPULAN....................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................44
LAMPIRAN 1 JADWAL KEGIATAN...........................................................................46
LAMPIRAN 2 DESKRIPSI TANAMAN BAWANG MERAH......................................47
LAMPIRAN 3 DOKUMENTASI KEGIATAN...............................................................48
LAMPIRAN 4 BIODATA PENULIS..............................................................................49

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk ke dalam suku Liliaceae.

Tanaman ini berasal dari Asia Selatan, yaitu daerah sekitar India, Pakistan sampai

Palestina (Rahayu, Berlian, dan Sundaya, 2005). Bawang merah merupakan salah

satu komoditas hortikultura yang dibudidayakan di Indonesia, terutama di daerah

Brebes yang merupakan sentra terbesar bawang merah.

Bawang merah merupakan tanaman semusim dan memilik umbi yang

berlapis. Tanaman ini mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder

berongga, umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang

yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi

bawang merah terbentuk dari lapisan daun yang membesar dan bersatu. Pada

bagian umbi bawang merah berisi cadangan makanan untuk persediaan makanan

bagi tunas yang akan menjadi tanaman baru sejak mulai bertunas sampai

keluarnya akar (Wibowo, 2009).

Sebagian besar peneliti sepakat bahwa bawang merah telah dibudidayakan

selama 5000 tahun atau lebih. Karena bawang bombay tumbuh liar di berbagai

daerah, bawang bombay mungkin telah dikonsumsi selama ribuan tahun dan

didomestikasi secara bersamaan di seluruh dunia. Bawang mungkin merupakan

salah satu tanaman budidaya yang paling awal karena tidak mudah rusak

dibandingkan makanan lain pada masa itu, mudah diangkut, mudah tumbuh, dan

dapat ditanam di berbagai jenis tanah dan iklim. Selain itu, bawang merah

1
ternyata bermanfaat untuk menunjang kehidupan manusia. Bawang mencegah

rasa haus dan dapat dikeringkan serta diawetkan untuk dikonsumsi nanti ketika

makanan mungkin langka. Meskipun tempat dan waktu asal muasal bawang

merah masih menjadi misteri, banyak dokumen dari masa awal menggambarkan

pentingnya bawang merah sebagai makanan dan kegunaannya dalam seni,

pengobatan, dan mumifikasi.

Bawang merah diduga berasal dari Asia. Sebagian literatus menyebutkan

bahwa tanaman ini dari Asia Tengah, terutama Palestina dan India, tetapi sebagian

besar lagi memperkirakan asalnya dari Asia Tenggara dan Mediterranenan.

Narasumber lain menduga asal-usul bawang merah dari Iran dan pegunungan

sebelah Utara pakistan, namun ada juga ada juga yang menyebutkan asal

tanamanini dari Asia Barat dan Mediterranean, yang kemudian berkembang ke

Mesir danTurki.

Menurut sejarah, bawang merah merupakan tanaman tertua dalam silsilah

budidaya tanaman. Menurut catatan dari peninggalan Yunani Kuno, terbukti

bahwa sejak 4.000 tahun silam bawang merah telah disebut sebut. Pada era I danII

Dynasti (3.200-2.700 SM), bangsa Mesir melukiskan bawang merah pada patung

dan tugu-tugu. Selain itu, pada 1.500 SM bangsa Israel telah mengenal bawang

merah. Di Jepang, budidaya bawang merah dikenal pada ahir abad yang sama

dengan saat kenal di Eropa Barat, Eropa Timur dan Amerika Serikat sekitar abad

XIX. Pada tahun 1975, di Jepang memproduksi bawang sebanyak 1 juta ton dari

30 ribu hektar, sehingga menjadi produsen nomor dua di dunia. Pada

perkembangan selanjutnya bawang merah merambah ke kawasan Eropa Barat,

2
Eropa Timur, Spanyol, Amerika Serikat, kemudian ke Timur Jauh dan Asia

Selatan, dan akhirnya sampai ke bumi Nusantara.

Bawang merah menjadi salah satu tanaman komersial diberbagai negara

didunia. Negara-negara produsen bawang merah antara lain Jepang, USA,

Rumania, Meksiko, dan Texas. Daerah penyebaran tanaman bawang merah

diantaranya adalah Eropa Barat, Eropa Timur, Spanyol, Amerika Serikat, Jepang,

Mesir, dan Turki yang merupakan negara penghasil bawang merah dan bawang

bombay terpenting di dunia.

Di Indonesia, sentra (pusat) pertanaman dan diduga pula sebagai

daerah penyebaran bawang merah adalah Tegal, Cirebon, Pekalongan, Wates(Yog

yakarta), Brebes dan Solo. Dalam perkembangan selanjutnya tanaman ini meluas

cukup pesat, hampir diusahakan diseluruh propinsi di Indonesia, kecuali Riau,

DKI Jakarta, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Berdasarkan survei pertanian produksi tanaman sayuran di Indonesia tahun

1991, luas penen bawang merah mencapai 70.989 hektar dengan produksi

509.013 ton. Pada tahun tersebut, luas panen bawang merah menempati urutan

ketiga dari 18 jenis sayuran komersial di Indonesia, yakni setelah cabai dan

kacang panjang. Hampir setiap daerah mengenal bawang merah. Beberapa nama

daerah untuk bawang merah diantaranya, pia (Batak), bawang sirah atau dasun

merah (Minagkabau), bawang sulung (Lampung), bawang merah (Aceh dan

Palembang), bawang beureum (Jawa Barat), brambang satau bawang abang (Jawa

Tengah dan Jawa Timur), bhabang mera (Madura), jasum bang atau jasum merah

3
(Bali), bawangi (Gorontalo), lasuna eja (Makasar), lasuna cela (Bugis), kalpeo

miha (Timor), bawa (Halmahera), bawa rorika (Ternate), dann bawa khori

(Tidore).

Sungkono et al. (2009) menyatakan bahwa tantangan pengembangan bawang

merah di Indonesia adalah ketersediaan lahan masam yang luas dengan kesuburan

rendah yang dapat menurunkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Status tanah

masam dengan indikator utama pH tanah kurang dari 5.0 mengakibatkan kelarutan

Aluminium (Al) tinggi dalam tanah sehingga menjadi racun bagi tanaman.

Marschner (2012) menyatakan bahwa cekaman Al menyebabkan gangguan

pertumbuhan akar sehingga penyerapan hara dan air menjadi terhambat yang

berdampak pada penurunan pertumbuhan tanaman. Pengapuran merupakan salah

satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan kesuburan tanah masam.

Penambahan kapur yang optimal menjadikan status pH tanah lebih baik, KTK

meningkat, dan ketersediaan unsur hara menjadi lebih baik bagi tanaman sehingga

produktivitas tanaman meningkat. Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk

pengapuran adalah dolomit.

Dolomit merupakan mineral kapur yang lazim digunakan di lahan pertanian

yang berasal dari endapan mineral sekunder dan banyak mengandung unsur Ca

dan Mg dengan rumus kimia CaMg (CO3)2. Pemberian dolomit di samping

menambah unsur hara Ca dan Mg juga dapat meningkatkan ketersediaan hara-

hara lain, seperti fosfor, nitrogen, kalium, kalsium, dan magnesium, serta

memperbaiki sifat fisik tanah (Sudianto et al. 2018). Menurut Holland et al.

4
(2018) bahwa pengapuran efektif meningkatkan kesuburan lahan, meningkatkan

ketersediaan dan serapan unsur nitrogen, fosfor, dan menurunkan serapan logam

berat beracun bagi tanaman. Lebih lanjut, pengapuran efektif meningkatkan

produktivitas tanaman.

Daya adaptasi bawang merah termasuk luas karena dapat tumbuh dan

menghasilkan umbi di dataran rendah hingga dataran tinggi. Keragaman tanah dan

lingkungan yang cukup tinggi di Indonesia menyebabkan kebutuhan hara berbeda

dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Untuk menentukan kebutuhan hara spesifik

lokasi secara tepat pada bawang merah maka perlu diuji lebih lanjut untuk

mendapatkan hasil yang optimum dengan cara pemupukan.

Pemupukan merupakan pemberian hara diantaranya ke dalam tanah untuk

mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah. Pupuk

berperan penting dalam meningkatkan hasil tanaman dengan syarat harus disertai

dengan manajemen pemupukan yang tepat agar hasil tanaman meningkat. Hara

makro yang berperan penting dalam proses pertumbuhan dan peningkatan hasil

dan kualitas bawang merah adalah N, P, dan K.

Adanya keragaman tanah dan lingkungan di berbagai wilayah mengakibatkan

kebutuhan hara N, P, dan K menjadi berbeda di berbagai lokasi karena bersifat

spesifik lokasi. Hasil penelitian Sumarni et al. (2012) melaporkan bahwa

umumnya (71%) bawang merah ditanam di tanah Alluvial pada dataran rendah,

sebanyak 16% di Latosol (dataran medium) , dan 13% di Andisol atau asosiasi

Andisol-Latosol (dataran tinggi). Efendi et al. (2017) menyatakan bahwa aplikasi

5
pupuk NPK Mutiara 16-16-16 berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan

dan produktivitas bawang merah. Hasil penelitian Sumarni et al. (2012)

menyatakan dosis unsur hara N, P, dan K paling tepat untuk bawang merah

varietas ‘Bima Curut’ adalah 180 kg N ha , 120 kg P2O5 ha , dan 60 kg K2O ha.

B. Tujuan Pratikum

1. Untuk mengetahui pengaruh beberapa dosisi kapur dan pupuk anorganik

pada pertumbuhan bawang merah

2. Untuk mengetahui dosis pemupukan anorganik yang dibutuhkan oleh

tanaman bawang merah

3. Untuk mengetahui pengaruh tanah masam yang diaplikasi kan dengan

pengapuran

C. Manfaat Pratikum

1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan beberapa pengaruh pupuk yang

dibutuhkan oleh tanaman bawang merah

2. Mahasiswa dapat mengetahui unsur yang diperlukan oleh tanah yang ada

pada dalam kandungan pupuk NPK dan pengapuran dolomit

3. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh hasil pada pengaplikasian

beberapa dosis pupuk NPK dan pengapuran

6
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bawang Merah

Bawang merah termasuk salah satu diantara beberapa komoditas hortikultura

penting dan strategis bagi perekonomian di Indonesia khususnya dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat. Bawang merah menjadi salah satu sayuran unggulan yang

bernilai tinggi (high value commodity) (Wiguna et al., 2013; Theresia et al., 2016;

Awami et al., 2019)

Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang memiliki nilai

ekonomis yang cukup tinggi. Komoditas ini banyak dibutuhkan terutama sebagai

pelengkap bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan masakan,

selain itu dapat digunakan sebagai bahan baku obat-obatan, memiliki banyak

vitamin dan berperan sebagai aktivator enzim di dalam tubuh. (Napitupulu et al,

2010; Jurgiel dan Janina, 2008; Sufyati et al, 2006).

Menurut Sunarjono (1989), bawang merah merupakan salah satu sayuran yang

hanya digunakan sbagai bumbu dapur untuk melezatkan masakan, hingga lebih

dikenal dengan sebutan “sayuran rempah”. Tanaman bawang merah ini banyak

ditanam di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 10-250 meter di atas

permukaan air laut. Walaupun demikian tanaman ini dapat pula diusahakan di

daerah pegunungan dengan ketinggian sampai 1200 meter di atas permukaan laut,

hanya umbinya menjadi lebih kecil dan warnanya kurang mengkilat dan umurnya

lebih panjang tidak seperti halnya bila ditanam di daerah dataran rendah. Menurut

7
Rahayu (1995), bawang merah dikenal hampir setiap negara dan daerah di

wilayah tanah air. Kalangan internasional menyebutnya shallot. Bawang merah

memiliki nama ilmiah Allium cepa var. ascalonicum atau disebut Allium

ascalonicum. Bawang merah semarga dengan bawang daun, bawang putih, dan

bawang bombay ini termasuk famili Liliaceae.

Bawang merah tergolong tanaman semusim atau setahun. Tanamannya

berbentuk rumpun, akarnya serabut, batangnya pendek sekali yang hampir tidak

tampak, daunnya memanjang dan berbetuk silindris, pangkala daun berubah

bentuk dan fungsinya yakni membengkak membentuk umbi lapis. Umbi tersebut

dapat membentuk tunas baru yang kemudian tumbuh membesar dan dewasa

membentuk umbi kembali. Karena sifat pertumbuhannya yang demikian maka

dari satu umbi dapat membentuk rumpun tanaman yang berasal dari hasil

peranakan umbi.

Menurut Kuttner (2002) dalam Marliah, dkk. (2012) bawang merah sangat

banyak manfaatnya, baik digunakan sebagai sayuran rempah, juga dimanfaatkan

sebagai obat tradisional karena mengandung asam amino allin yang berfungsi

sebagai antibiotik. Selain itu bawang merah dapat digunakan sebagai bumbu

masakan, sayuran dan penyedap masakan. Bawang merah sebagai obat tradisional

banyak digunakan untuk membantu mengatasi penyakit batuk (dahak),

menurunkan suhu tubuh, obat nyeri perut dan penyembuhan luka atau infeksi,

demam dan kencing manis (Rachmad, 2010).

8
Walaupun bawang merah ini hanya merupakan sayuran rempah, yang berarti

hanya diperlukan dalam jumlah kecil, namun karena setiap orang menggemarinya

dan hampir setiap masakan memerlukannya, maka tidak mengherankan apabila

bawang merah ini dapat memegang peranan penting dalam perdagangan

(Sunarjono, 1989).

Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu

komoditas sayuran dataran rendah, berasal dari Syria dan telah dibudidayakan

semenjak 5.000 tahun yang lalu. Bawang merah merupakan tanaman semusim

yang memiliki umbi yang berlapis, berakar serabut, dengan daun berbentuk

silinder berongga. Umbi bawang merah terbentuk dari pangkal daun yang bersatu

dan membentuk batang yang berubah bentuk membesar dan membentuk umbi.

Umbi terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Tanaman

ini dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi yang tidak lebih dari

1200 m dpl. Di dataran tinggi umbinya lebih kecil dibanding dataran rendah

(Tjitrosoepomo, 2010).

Bawang merah merupakan tanaman semusim berbentuk rumput yang tumbuh

tegak dengan tinggi mencapai 15-50 cm dan membentuk rumpun. Akarnya

berbentuk serabut yang tidak panjang. Karena sifat perakaran inilah, bawang

merah tidak tahan kering. Bentuk daun bawang merah bulat kecil dan memanjang

seperti pipa, tetapi ada juga yang membentuk setengah lingkaran pada penampang

melintang daun. Bagian ujung meruncing, sedang bagian bawahnya melebar dan

membengkak. Daun berwarna hijau. Bunga bawang merah termasuk bunga

sempurna, terdiri dari 5-6 benang sari dan sebuah putik. Daun bunga berwarna

9
agak hijau bergaris keputih-putihan atau putih. Bakal buah duduk diatas

membentuk bangunan segitiga hingga tampak jelas seperti kubah (Estu Rahayu

dan Nur Berlian VA, 2004).

Syarat tumbuh bawang merah di mulai dari radiasi matahari, bawang merah

memerlukan radiasi matahari secara penuh, sehingga cocok ditanam di areal

terbuka dan memerlukan penyinaran matahari selama lebih dari 12 jam. Suhu

ideal bagi pertanaman bawang merah yaitu 25-30 derajat celcius dengan curah

hujan berkisar antara 300 - 2500 mm/tahun. Kelembaban nisbi atmosfer pun

berpengaruh terhadap kelangsungan pertumbuhan bawang merah, yaitu berkisar

antara 80 - 90% dan kecepatan angin tidak terlalu kencang, sebab angin yang

kencang dapat mempercepat proses penguapan dan pengeringan permukaan tanah.

Kriteria tanah yang mendukung bagi kelangsungan tumbuh bawang merah yaitu

tanah pada ketinggian 0 – 1200 meter diatas permukaan laut, dengan struktur yang

gembur dan remah serta memiliki aerasi udara yang baik dan memiliki derajat

keasaman (pH) berkisar antara 5,5 – 7 (Setijo Pitojo, 2007).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bercocok tanam bawang merah

antara lain: penggunaan bibit yang baik dan sehat, pengaturan jarak tanam tidak

terlalu rapat sehingga kondisi sekitar lahan tidak terlalu lembab, pengairan

dilakukan secara tepat untuk memperkuat tanaman terhadap penyakit, pemupukan

unsur P, N dan K serta unsur – unsur mikro harus diberikan seimbang.

Begitu pula untuk pemanenan tanaman bawang merah, agar menghasilkan

produksi bawang merah dalam jumlah dan kualitas yang baik, maka panen harus

10
dilakukan sesuai dengan syarat berikut: umur panen adalah antara 60 sampai 90

hari dicirikan dengan 60-90% leher batang tampak lemas dan daun-daun

menguning. Lalu cabut lah dibantu dengan alat penugal agar umbi tidak putus,

lakukan secara hati-hati agar tidak melukai umbi bawang. Kemudian bersihkan

dari kotoran – kotoran yang menempel, pembersihan juga dilakukan dengan

menghilangkan bagian-bagian yang tidak berguna seperti daun busuk, daun tua,

umbi samping yang jelek dan bagian lain yang tidak mungkin dikonsumsi.

Terakhir dilakukan sortasi atau pengelompokkan dan packaging jika diperlukan

(Suparman, 2010)

Bawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput,

berbatang pendek dan berakar serabut. Daunnya panjang serta berongga seperti

pipa. Pangkal daunnya dapat berubah fungsi seperti menjadi umbi lapis. Oleh

karena itu, bawang merah disebut umbi lapis. Tanaman bawang merah

mempunyai aroma yang spesifik yang marangsang keluarnya air mata karena

kandungan minyak Eteris alliin. Batangnya berbentuk cakram dan di cakram

inilah tumbuh tunas dan akar serabut. Bunga bawang merah berbentuk bongkol

pada ujung tangkai panjang yang berlubang di dalamnya. Bawang merah

berbunga sempurna dengan ukuran buah yang kecil berbentuk kubah dengan tiga

ruangan dan tidak berdaging. Tiap ruangan terdapat dua biji yang agak lunak dan

tidak tahan terhadap sinar matahari (Sunarjono, 2004)

Tanaman bawang merah mampu berkembang biak secara generatif maupun

vegetatif. Perkembangbiakan generatif adalah dengan menggunakan bunga

tanaman bawang merah untuk menghasilkan biji, sedangkan perkembangbiakan

11
secara vegetatif yaitu melalui umbi bibit. Adanya berbagai macam varietas yang

dimiliki oleh tanaman bawang merah sehingga pertumbuhan dan hasil yang

didapatkan juga berbeda.

Pada umumnya penanaman umbi dilakukan dengan menanam umbi bawang

merah secara utuh atau dengan memotong sepertiga bagian atas umbi agar

pertumbuhan umbi lebih seragam. Pembiakan vegetatif lebih mudah dan lebih

cepat dibandingkan dengan pembiakan generatif pada pertumbuhan dan

perkambangan tanaman berhubungan dengan 3 proses penting yaitu pembelahan

sel, pemanjangan sel, serta deferensiasi sel. Pembelahan sel terjadi pada proses

pembuatan sel-sel baru yang terdapat didalam jaringan maristematik yaitu pada

titik tumbuh tanaman dan ujung akar (Suprapto, 2007).

Pertumbuhan pada fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar,

daun dan batang baru. Pertumbuhan tanaman didukung oleh peran hasil

fotosintesis yang berupa karbohidrat, protein dan lemak. Fotosintesis merupakan

proses biokimia untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi), dimana

karbondioksida (CO2) dan air (H2O) dibawah pengaruh cahaya diubah kedalam

persenyawaan organik yang berisi karbon dan kaya energi (Pertamawati, 2010).

B. Klasifikasi Bawang merah

Tumbuhan adalah organisme eukariota multiseluler yang tergolong ke dalam

kerajaan Plantae. Di dalamnya terdiri atas beberapa klad yakni, tanaman

berbunga, Gymnospermae atau Tumbuhan berbiji terbuka, Lycopodiopsida, paku-

pakuan, lumut, serta sejumlah alga hijau.

12
Menurut Tjitrosoepomo (2010), bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Tabel 2.1 klasifikasi


Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivsio : Angiospermae

Classis : Monocptyledonae

Ordo : Liliales

Familia : Liliaceae

Genus : Allium

Species. : Allium ascalonicum L

C. Morfologi Bawang Merah

Morfologi bawang merah bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu akar,

batang, daun, bunga, buah dan biji.

1. Akar

Bawang merah memiliki akar serabut dengan sistem perakaran dangkal

dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15 – 20 cm. Menurut

Sahrani (2008). Akar tanaman bawang merah terdiri dari akar pokok

(primary root) yang berfungsi sebagai tempat tumbuh akar adventif

(adventitiouns root) dan bulu akar yang berfungsi untuk menopang

berdirinya tanaman serta menyerap air dan zat-zat hara dari dalam tanah.

Pada kedalaman antara 15-20 cm, jumlah perakaran tanaman bawang

13
merah dapat mencapai 20- 200 akar. Diameter bervariasi antara 5-2 mm.

Akar cabang tumbuh dan terbentuk anatara 3-5 akar (AAK, 2004).

Gambar 2.1 akar

2. Batang

Tanaman bawang merah memiliki batang sejati atau disebut diskus yang

berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat

perakaran dan akar tunas. Di bagian atas dickus terbentuk batang semu

yang tersusun dari pelepah – pelepah daun. Di antara lapisan kelopak

bulbus terdapat mata tunas yang dapat membentuk tanaman baru atau

anakan, terutama pada spesies bawang merah (Rukmana,1994). Batang

tanaman merupakan batang semu yang berasal dari modifikasi pangkal

daun bawang merah, dibawah batang semu tersebut terdapat tangkai daun

yang menebal, lunak, dan berdaging yang berfungsi sebagai tempat

penyimpanan cadangan maka daun bawang merah bertangkai relatif

pendek, berbentuk bulat mirip pipa, berlubang, memiliki panjang 15-40

cm, dan meruncing pada bagian ujung.

14
Gambar 2.2 batang

3. Daun

Menurut Sudirja (2007), daun bawang merah berbentuk silindris kecil

memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing

berwana hijau muda sampai tua, letak daun melekat pada tangkai yang

ukurannya relatif pendek. Secara umum tanaman bawang merah

mempunyai daun berbentuk bulat kecil dan memanjang antara 50-70

cm, berwarna hijau muda sampai hijau tua, berlubang seperti pipa,

tetapi ada juga yang membentuk setengah lingkaran pada penampang

melintang daun. Bagian ujung daun meruncing, sedangkan bagian

bawahnya melebar dan membengkak (Rahayu dan Nur, 2007).

Daun berwarna hijau tua atau hijau muda. Setelah tua, daun

menguning, tidak lagi setegak daun yang masih muda dan akhirnya

mengering dimulai dari bagian ujung tanaman (Sumarni, 2005).

15
Gambar 2.3 daun

4. Bunga

Tangkai daun keluar dari ujung tanaman yang panjang antara 30 – 90

cm, dan di ujungnya terdapat 50 – 200 jumlah kuntum bunga yang

tersusun melingkar (bulat) seolah – olah berbentuk payung (Umbrella).

Tiap kuntum bunga terdiri atas 5 - 6 helai daun bunga yang berwarna

putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning – kuningan, 1 putik

dan bakal buah berbentuk hampir segitiga (Wibowo, 2009).

Menurut Nawangsari et al. (2010) tangkai bunga keluar dari ujung

tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30 – 90 cm, dan di

ujungnya terdapat 50 – 2000 kuntum bunga yang tersusun melingkar

(bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5 – 6

helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau

atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir

seperti segitiga. Bunga bawang merupakan bunga sempurna

(hermaprodit) dan dapat menyerbuk sediri atau silang.

16
Gambar 2.4 bunga

5. Buah

Buah berbentuk bulat, bagian pangkal umbi membentuk cakram

dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2 - 3 butir.

Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih,

tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji - biji berwarna merah dapat

dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tenaman secara generatif

(Rukmana, 1995)

Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih,

tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat

dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tenaman secara generatif

(Rukmana, 1994). bentuk biji agak pipih saat muda berwarnabening

atau putih setelah tua berwarna hitam. Biji bawang merah dapat

digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif.

17
Gambar 2.5 buah

6. Umbi Lapis
Umbi lapis bawang merah sangat bervariasi. Bentuknya ada yang

bulat, bundar sampai pipih, jika dipotong bahagian lapisan - lapisan

umbi terlihat berbentuk cincin. Kelopak daun tipis dan mengering

tetapi cukup liat. Kelopak yang menipis dan kering ini membungkus

lapisan kelopak daun yang ada di dalamnya (yang juga saling

membungkus) dan membengkak. Karena kelopak daunnya

membengkak, bagian iniakan terlihat mengembung. sedangkan ukuran

umbi meliputi besar sedang dan kecil. (Wibowo, 2006).

Jumlah umbi ditentukan oleh jumlah tunas lateral yang terdapat pada

umbi, tunas-tunas ini yang nantinya membentuk umbi. Menurut

Putrasamedja (2007) Semakin besar umbi semakin banyak tunas di

dalam umbi yang akan berpengaruh pada pembentukan jumlah umbi.

Rukmana (2003) setiap umbi bawang merah dapat dijumpai banyak

tunas lateral yaitu mencapai 3-20 tunas. Tunas lateral ini berkembang

dan tumbuh menjadi tanaman baru kemudian membentuk umbi. Umbi

18
berukuran besar akan menghasilkan daun lebih panjang, luas daun

lebih besar, sehingga dihasilkan jumlah umbi per tanaman yang tinggi

Gambar 2.5 umbi

D. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang

Bawang merah cocok di daerah yang beriklim kering dan mendapatkan sinar

matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh baik didataran rendah

maupun dataran tinggi dengan curah hujan 300 – 2.500 mm/thn dan suhu 25-

320C. jenis tanah yang dianjurkan untuk budidaya bawang merah adalah regosol,

grumosol, latosol, dan alluvial, dengan Ph 5,5 – 7 (Wibowo, 2007).

Bawang merah dapat tumbuh dengan baik dengan ketinggian 10 – 250 m dpl.

Pada ketinggian 800 – 900 m dpl juga dapat tumbuh, namun pada ketinggian itu

berarti suhunya rendah yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan

umbinya kurang baik (Sugito, 1993).

Bawang merah sebaiknya ditanam di daerah beriklim kering dengan suhu

yang agak panas, yaitu sekitar 25-320C . dan ketinggian tempat pada Bawang

merah dapat tumbuh cukup baik Pada ketinggian 800 – 900 m dpl.(Singgih

Wibowo, 2009).

19
Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L) dapat ditanam sepanjang

tahun (sepanjang musim) dengan curah hujan 300 – 2500 mm/ tahun. Curah hujan

yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan hidup tanaman

karena ketersediaan air yang mencukupi (Rahayu dan Berlian, 2007).

Sinar matahari memiliki peran besar bagi kehidupan tanaman bawang,

terutama dalam proses berlangsungnya fotosintesis. Bawang merah akan

membentuk umbi lebih besar bilamana ditanam di daerah dengan penyinaran lebih

dari 12 jam. Oleh karena itu,tanaman bawang merah lebih menyukai tumbuh di

dataran rendah dengan iklim yang cerah (Rismunandar, 1986).

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah tanah

yang memiliki aerase dan drainase yang baik. Di samping itu hendaknya dipilih

tanah yang subur dan banyak mengandung bahan organis atau humus. Jenis tanah

yang paling baik adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu karena sifat

tanah yang demikian ini mempunyai aerase dan draenase yang baik. Tanah yang

demikian ini mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir dan

debu.

E. Kandungan Kimia Bawang Merah

Bawang merah (A.cepaL) baik pada umbi buah maupun kulit buah memiliki

berbagai macam metabolit sekunder. Kandungan metabolit sekunder ini yang

memiliki fungsi sebagai bahan baku obat. Kandungan senyawa kimia yang

terdapat dalam bawang merah adalah minyak atsiri, sikloaliin, metilaliin,

dihidroaliin, flavonglikosida, kuersetin, saponin, peptida, fitohormon, vitamin dan

20
pati, vitamin C, kalium, serat dan asam folat. Selain itu bawang merah juga

mengandung kalsium dan zat besi.

Bawang merah dapat menurunkan kadar gula darah, menurunkan kadar

kolesterol, dan tekanan darah tinggi, mencegah pembentukan plak di pembuluh

darah, mencegah penyakit jantung, diabetes, serta mengurangi resiko penyakit

jantung, stroke, mengatasi batuk dan kembung Saat pengolahan bawang merah,

kulit biasanya dipisahkan dari umbi, dan dibuang sehingga menjadi limbah.

Menurut penelitian umbi bawang merah dapat disimpan lama dalam keadaan

kering tanpa dikupas, hal ini memperlihatkan bahwa kulit bawang merah memiliki

senyawa aktif yang dapat melindungi umbinya.

Penelitian-penelitian tentang bawang merah telah banyak dilakukan dan

menunjukkan bahwa umbi bawang merah memiliki potensi sebagai bahan obat

atau berkhasiat sebagai bahan obat. Pada penelitian sebelumnya telah diketahui

bahwa ekstrak umbi bawang merah dengan menggunakan pelarut etanol 70%

mengandung senyawa kimia yang berpotensi sebagai antioksidan yaitu flavonoid

yang dapat mencegah berkembangnya radikal bebas di dalam tubuh sekaligus

memperbaiki selsel tubuh yang rusak.

Bawang merah termasuk umbi multiguna sebagai bahan bumbu dapur,

penyedap berbagai masakan, sebagai obat tradisional dan sebagai obat nyeri perut

karena masuk angin serta penyembuhan luka atau infeksi.

Bawang merah terdiri dari beberapa jenis, contohnya bawang merah biasa atau

shallot (Allium ascalonicum L.) dan bawang bombay (Allium cepa L). Perbedaan

21
dua jenis bawang ini tidak jelas, namun terletak pada bentuk dan aroma minyak

atsirinya, yakni pada bawang bombay (Allium cepa L) memiliki umbi yang lebih

besar dan aroma minyak atsirinya kurang dibandingkan bawang merah biasa atau

shallot (Allium ascalonicum L.).

Bawang merah mengandung senyawa aktif flavonoid bersifat antiinflamasi

atau antiradang sangat berguna membantu penyembuhan radang akibat luka

memar, luka bakar, atau radang pada organ tubuh dalam. Bawang merah berfungsi

sebagai antioksidan alami yang dapat menekan efek karsinogenik dari senyawa

radikal bebas. Kandungan senyawa dalam bawang merah juga turut berperan

dalam menetralkan zat-zat toksin berbahaya dan membantu membuangnya dari

dalam tubuh.

Senyawa aktif dalam Bawang Merah yaitu :

1. Allisin dan Alliin. Alliin merupakan senyawa hemihidrat yang

tidak berwarna(C6H11NO2S.½ H2O), larut dalam air, tidak larut

dalam etanol mutlak, kloroform, aseton, eter dan benzena. Allisin

berupa cairan dengan bau khas, dapat bercampur dengan alkohol,

eter dan benzena, bersifat mengiritasi kulit, akan terdekomposisi

jika direbus atau disuling. Allisin dan Aliin memiliki potensi

sebagai antibakteri, antijamur, antivirus, antiprotozoa, dan bersifat

hipolipidemik yaitu dapat menurunkan kadar kolesterol. Senyawa

ini merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri bawang merah

maupun bawang putih (Selama dkk, 2014).

22
2. Flavonoid Bahan aktif ini dikenal sebagai antiinflamasi atau anti

radang. Jadi bawang merah dapat digunakan untuk menyembuhkan

radang hati (hepatitis), radang sendi (arthritis), radang tonsil

(tonsilitis), radang tenggorokan (bronchitis), dan radang anak

telinga (atitis media). Flavonoid juga berguna sebagai bahan

antioksidan alamiah, sebagai bakterisida, dan menurunkan

kolesterol jahat (LDL) dalam darah.

3. Alipropil disulfide Senyawa ini juga bersifat hipolipidemik dan

sebagai anti radang. Kandungan sulfur dalam bawang merah sangat

baik untuk mengatasi reaksi radang.

4. Fitosterol Fitosterol adalah golongan lemak yang hanya bisa

diperoleh dari minyak nabati yang aman dikonsumsi oleh penderita

kardiovaskuler.

5. Flavonol Flavonol, kuersetin dan glikosida memiliki efek

farmakologis, sebagai bahan antibiotik alami karena

kemampuannya untuk menghambat pertumbuhan virus, bakteri,

cendawan, antikoagulan dan anti kanker.

6. Pektin Bahan ini merupakan golongan polisakarida yang sukar

dicerna. Pektin bersifat menurunkan kadar kolesterol dan mampu

mengendalikan pertumbuhan bakteri.

23
7. Saponin Senyawa ini berperan sebagai antikoagulan yang berguna

untuk mencegah penggumpalan darah dan juga sebagai

ekspektoran yaitu mengencerkan dahak.

8. Tripropanal sulfoksida Ketika umbi bawang merah diiris akan

keluar gas tripropanal sulfoksida. Gas ini menyebabkan keluarnya

air mata (lakrimator) bersama dengan keluarnya tripropanal

sulfoksida akan muncul juga bau menyengat aroma khas bawang

merah, dari senyawa propil disulfida dan propil metildisulfida.

Ketika bawang merah ditumis atau digoreng, senyawa tripropanal

sulfoksida, propil disulfida, dan propilmetil disulfida akan

menebarkan bau harum. Ketiga senyawa ini dapat berfungsi

sebagai stimulansia yaitu perangsang aktivitas fungsi organ-organ

tubuh. Jadi dapat merangsang fungsi kepekaan saraf maupun kerja

enzim pencernaan.(Samadi dan Cahyono, 2005)

Bawang merah memiliki kandungan mineral kalium yang cukup tinggi.

Kalium berperan penting dalam proses metabolisme. Mineral inijuga penting

dalam menjaga keseimbangan tekanan darah, mencegah pengerasan pembuluh

darah, dan membersihkan pembuluh darah dari endapan kolesterol jahat, serta

membantu mengatur kontraksi otot rangka dan otot halus, dan berperan penting

dalam fungsi kerja saraf dan otak.Mineral kalsium dan fosfor yang terkandung

dalam bawang merah penting untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi.

24
Kandungan Gizi yang Terdapat pada Bawang Merah Tiap 100 g

(Departemen Pertanian, 1996).

Tabel 2.2 kandungan gizi

Kandungan gizi Nilai gizi per 100 g

Energi : 72 kkal

Air : 79,80 g

Karbohidrat : 16,80 g

Gula total : 7,87 g

Serat total : 3,2 g

Protein : 2,5 g

Lemak total : 0,1 g

Asam lemak jenuh : 0,089g

Asam lemak tak jenuh : 0,011 g

Asam lemak tak jenuh majemuk : 0,249 g

Vitamin C : 31,2 mg

Vitamin B1 (thiamin) : 0,20 mg

Vitamin B2 (riboflavin) : 0,11 mg

Vitamin B3 (niasin) : 0,7mg

Vitamin B6 (piridoksin) : 1,235mg

Vitamin B9 (asam folat) : 3 ug

Vitamin A : 9 IU

Vitamin E : 0,08mg

Vitamin K : 1,7 ug

Kalsium : 181 mg

25
Zat besi : 1,7 mg

Magnesium : 25 mg

Fosfor : 153 mg

Kalium : 401 mg

Natrium/sodium : 17 mg

Seng : 1,16 mg

Selenium : 14,2 ug

F. Manfaat Bawang Merah

Bawang diperkaya dengan banyak kandungan nutrisi seperti serat, zat besi,

protein, kalsium dan lainnya. Menurut Usada Bali, bawang merah

digunakan secara tradisional untuk mengobati berbagai penyakit seperti : pusing

(vertigo, pengeng), bisul, batuk, batuk kering (cekehan), batuk sesak (dekah),

disentri (mejen), sembelit, susah tidur (insomnia), dan pilek (untuk anak- anak dan

bayi). Berikut ini adalah beberapa manfaat bawang merah:

1) Meningkatkan kesehatan jantung: Bawang mengandung flavonoid

yang melawan peradangan, menurunkan kadar kolesterol dan

trigliserida, sehingga berkontribusi terhadap kesehatan jantung.

Quercetin, antioksidan yang ditemukan dalam bawang, menurunkan

risiko penyakit jantung dan menurunkan tekanan darah tinggi. Menurut

26
Pusat Medis Universitas Maryland, Quercetin dalam bawang

mencegah penumpukan plak di arteri.

2) Menurunkan kadar gula darah: Bawang diketahui menurunkan kadar

gula darah karena senyawa belerang dan quercetin. Sebuah studi tahun

2014 menunjukkan bahwa pasien dengan diabetes tipe 2 memiliki

enzim hati normal dan kadar glikemik rendah ketika mereka makan

bawang irisan.

3) Menyehatkan pencernaan: Bawang mengandung sejenis serat larut

yang disebut oligofructose, yang bertindak sebagai sumber makanan

bagi bakteri menguntungkan di usus. Serat ini ketika dikonsumsi

membantu tubuh Anda mempertahankan tingkat bakteri sehat yang

baik. Bawang mencegah diare dan sembelit sehingga meningkatkan

pencernaan yang sehat.

4) Mencegah kanker: Bawang merah adalah yang paling umum dan

efektif dalam menghancurkan sel-sel kanker payudara dan usus besar.

Mereka mengandung tingkat quercetin dan anthocyanin yang tinggi -

dua senyawa yang memicu sel kanker untuk bunuh diri. Senyawa ini

membuat lingkungan tidak menguntungkan untuk sel kanker dan ini

akan mengakibatkan menghentikan pertumbuhannya.

5) Meningkatkan sistem kekebalan tubuh: Bawang mengandung vitamin

C yang memperkuat sistem kekebalan tubuh dan merangsang fungsi

kekebalan tubuh. Selain itu, polifenol dalam bawang bekerja sebagai

antioksidan, yang membantu melindungi tubuh terhadap radikal bebas.

27
6) Mempertahankan kepadatan tulang: Sebuah studi penelitian

menunjukkan bahwa bawang meningkatkan kepadatan tulang pada

perempuan yang sedang mengalami atau telah menyelesaikan

menopause. Perempuan yang makan bawang lebih sering memiliki

risiko patah tulang pinggul 20 persen lebih rendah daripada mereka

yang tidak pernah makan bawang.

7) Mencegah sakit maag: Quercetin dalam bawang memiliki potensi

untuk memerangi bakteri berbahaya seperti Escherichia coli (E. coli),

Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus (S. aureus) dan

Bacillus cereus. Jenis-jenis bakteri ini terkait dengan borok lambung

dan kanker pencernaan tertentu.

8) Lindungi mata: Bawang mengandung belerang yang baik untuk mata.

Ini meningkatkan kesehatan mata dengan merangsang produksi protein

bernama glutathione, yang bertindak sebagai antioksidan. Hal ini dapat

mengurangi risiko penyakit mata seperti glaukoma, katarak, dan

degenerasi makula. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa jus bawang

menyembuhkan konjungtivitis dan blepharitis.

28
III. PELAKSANAAN PRATIKUM

A. Tempat dan Waktu

Pratikum dilakukan dilahan percobaan fakultas Pertanian Universitas

Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution Km 11, Kelurahan Air Dingin,

Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Dimulai dari 25 September 2023

hingga 11 desember 2023.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam pratikum ini, yaitu: cangkul, garu,

angkong, kep elektrik, timbangan, mesin rumput, pisau karter, gunting, plang

nama, kayu, gembor, meteran, kamera dan alat tulis.

Sedangkan Bahan-bahan yang digunakan dalam pratikum ini yaitu bibit

bawang merah yang berasal dari Sumatra utara (medan), pupuk kandang

kotoran ayam , pupuk npk, kapur dolomit, fungisida antracol.

C. Metode Penelitian

Praktikum ini menggunakan Rancang Acak Lengkap (RAL) Faktorial

terdiri dari 2 faktor, dimana faktor pertama yaitu pupuk organik Pupuk

dolomit (K) yang terdiri dari 4 taraf dan faktor kedua yaitu pupuk Urea (U)

terdiri dari 3 taraf sehingga didapat 12 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi

perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total keseluruhan 36 satuan

percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 16 tanaman per plot dimana 5

29
tanaman dijadikan sampel, sehingga total keseluruhan tanaman berjumlah 576

tanaman.

Adapun faktor perlakuannya adalah:

1. Faktor Pupuk Dolomit (K) terdiri dari 4 taraf yaitu:

K1 = 30 g/plot (300 kg/ha)

K2 = 60 g/plot (600 kg/ha)

K3 = 80 g/plot (800 kg/ha)

K4 = 100 g/plot (1000 kg/ha)

2. Faktor Pupuk Urea (U) terdiri dari 3 taraf yaitu:

U1 = 25 g/plot (250 kg/ha)

U2 = 35 g/plot (350 kg/ha)

U3 = 45 g/plot (450 kg/ha)

Kombinasi perlakuan pemberian Mineral Zeolit dan pupuk Urea dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kombinasi perlakuan pemberian Pupuk dolomit dan pupuk Urea

Pupuk Dolomit Pupuk Urea (U)


(K) U1 U2 U3
K1 K1U1 K1U2 K1U3
K2 K2U1 K2U2 K2U3
K3 K3U1 K3U2 K3U3

30
K4 K4U1 K4U2 K4U3
Data hasil pengamatan masing-masing perlakuan dianalisis secara statistik

dengan menggunakan analaisis sidik ragam (ANOVA). Jika F hitung yang

diperoleh lebih besar dari F tabel, maka dilakukan dengan uji lanjut Beda

Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%

D. Pelaksanaan Pratikum

1. Persiapan Lahan Praktikum

Sebelum melaksanakan penelitian ini, terlebih dahulu lahan yang dijadikan

sebagai tempat penelitian dibersihkan dari rumput dan sampah agar

perlakuan terhadap tanaman kedelai tersusun rapi dan lahan yang

digunakan datar untuk memudahkan dalam penanaman, dan perawatan

tanaman. Kemudian dilakukan pengukuran, dimana pengukuran lahan

yang dibuat plot dengan ukuran 1 x 1 m, jarak antar plot 50 cm, dan jarak

tanam 20 x 20 cm.

2. Persiapan Bahan Praktikum

a. Pupuk Kandang

Pupuk Kandang ayam yang diperoleh dari Kebun Percobaan Fakultas

Pertanian Universitas Islam Riau, dimana pupuk kandang ini sebagai

pupuk dasar untuk membantu tanah dalam memberikan hara bagi tanaman

bawang merah, pupuk kandang ayam dosis nya 3 kg/plot (30 ton/ha).

b. Pupuk Dolomit Urea

31
Pupuk Dolomit dan Urea di peroleh dari Kebun Percobaan Kompos

Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau. Pupuk dolomit yang

diaplikasikan sebanyak 1 kali dengan jumlah 1 karung per plot dengan

masing-masing taraf yang berbeda, Urea sebanyak 1 kali dengan jumlah 4

bungkus plastik per plot dengan masing-masing taraf yang berbeda

c. Bawang Merah

Persiapan Umbi Bawang Merah varietas Medan yang di gunakan dalam

praktikum merupakan umbi yang didapat dari dari Balai Benih Indonesia

(BBI) dibudidayakan terelebih dahulu di Sumatera Barat yang telah

diseleksi. Umbi yang digunakan untuk dijadikan bibit memiliki kriteria

yaitu umbi berukuran besar karena vairetas bawang medan ini memiliki

ketahanan terhadap hama kutu kebul, umbi yang di gunakan sebanyak 16

umbi per plot.

3. Pemasangan plat name (seng plat)

Pemasangan plat name dilakukan setelah pemupukan dasar kandang

menggunakan seng, cat warna (merah), dan spidol hitam.

4. Penanaman

Umbi Bawang Merah varietas Medan yang dipakai sebaiknya kualitas

yang terbaik. Sebelum dilakukan penanaman dibuat jarak tanam 20 x 20

cm. Penanaman dilakukan dengan memasukkan umbi ke dalam lobang

tanah ± 2cm pada sore hari dan dilakukannya penyiraman. Memotong

32
seperempat ujung umbi lalu setiap ujung umbi di beri fungisida Dithanae

M 4-5 sebanyak 5 g dan diamkan selama 5 menit agar tidak timbul jamur.

Setiap lubang tanam diisi satu umbi, setiap plot ditanam dengan 16 umbi

bawang merah.

5. Pemberian Perlakuan

a. Pupuk Dolomit

Pemberian perlakuan tergantung pada jenis perlakuan dengan perlakuan

N0: Tanpa Perlakuan, K1: 30 gram, K2: 60 gram, K3: 80 Gram dan N4:

100 gram per plot. Untuk masing-masing plot itu dibedakan tarafnya dan

plot saya mendapatkan perlakuan K3: 80 g

b. Pupuk Urea

Pemberian perlakuan Urea ini khusus untuk plot yang mendapatkan taraf

perlakuan U1: 25 g U2: 35 g U3: 45 g, yang dimana pada plot praktikum

saya pada taraf yang digunakan yaitu U1 = 25 g/plot

6. Pemeliharaan

Pemeliharaan pada praktikum budidaya bawang merah berupa

penyiraman, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit dengan

upaya memberikan hasil produksi yang signifkan.

a. Penyiraman

33
Penyiraman dilakukan selama praktikum 2 kali dalam satu hari yaitu pagi

dan sore hari sampai pertumbuhan vegetative bawang merah selesai.

Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Jika intesitas hujan

tinggi dan tanah dalam kondisi yang cukup air maka penyiraman tidak lagi

diperlukan.

b. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk menekan pertumbuhan gulma disekitar

tanaman secara manual dengan mencabut gulma atau membersihkan

dengan cangkul. Penyiangan ini bertujuan agar tanaman tidak bersaing

dengan gulma dalam penyerapan unsur hara dan air. Penyiangan dilakukan

pada saat jadwal praktikum.

c. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan dua tindakan, yaitu

preventif dan kuratif. Pengendalian preventif dilakukan dengan cara kultur

teknis, sedangkan pengendalian kuratif dilakukan dengan cara mekanis

dan kimia. Pada praktikum pengendalian hama dan penyakit secara curatif

yang menggunakan menggunakan pestisida nabati dan fungisida antracol

dengan dosis 2 ml/l. Untuk mengendalikan tanaman bawang merah yang

terserang penyakit layu fusarium, tanaman bawang merah mulai terserang

penyakit layu fusarium yaitu pada umur 14 hari setelah tanam.

7. Panen

34
Pemanenan bawang merah dilakukan pada sore hari dengan kriteria

bawang merah memiliki jumlah umbi yang banyak dan jumlah daun yang

telah lebat/panjang. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut bawang

merah dari dalam tanah secara perlahan.

E. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati yaitu, Tinggi tanaman, jumlah helai daun, persentase

tumbuh, berat basah, waktu muncul tunas, hama dan penyakit. yang dimana

menggunakan 5 sampel tanaman bawang merah. Kemudian data yang diperoleh

disajikan dalam bentuk tabel.

1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan terhadap tinggi tanaman bawang merah dilakukan setelah

tanaman berumur 2 MST dengan interval 1 minggu sekali sampai tanaman

berumur 8 MST. Tinggi tanman diukur dengan menggunakan penggaris.

Pengamatan terhadap tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur pangkal batang

(false stem) sampai daun tertinggi. Data hasil pengamatan dianalisis secara

statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

2. Jumlah Daun Per Rumpun (helai)

Pengamatan jumlah daun tanaman bawang merah dilakukan setelah tanaman

berumur 2 MST dengan interval 1 minggu sekali sampai tanaman berumur 8

MST. Jumlah daun yang diamati dengan menghitung jumlah daun tanaman

bawang merah yang muncul. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dan

disajikan dalam bentuk tabel.

35
3. Jumlah Umbi Per Rumpun (umbi)

Pengamatan jumlah umbi dilakukan setelah panen dengan cara menghitung

secara manual jumlah umbi per rumpun sampel. Data hasil pengamatan dianalisis

secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

4. Berat Basah Umbi Per Rumpun (g)

Pengamatan terhadap berat basah umbi bawang merah per rumpun dilakukan

setelah tanaman dipanen dengan menimbang berat umbi pada setiap rumpun,

terlebih dahulu memotong daun serta akar dan membersihkan tanah yang melekat

pada umbi. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dan disajikan dalam

bentuk tabel.

5. Berat Kering Umbi Per Rumpun (g)

Pengamatan terhadap berat kering umbi bawang merah per rumpun dilakukan

setelah tanaman ditimbang berat basah lalu dikeringkan/dijemur hingga 5 hari,

dengan menimbang berat umbi pada setiap rumpun. Data hasil pengamatan

dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

6. Seleksi Tanaman/Plot

7. Tanaman Terserang Hama/Mati

36
A. Lampiran Olahan Data

Tabel ANOVA

Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value

U 3 573658 191219 21.99 0.000

K 3 16350 5450 0.63 0.603

N*K 9 177323 19703 2.27 0.043

Error 32 278209 8694

Total 47 1045540

Jika nilai P-Value > 0.05 maka tidak ada perbedaan nyata diantara

perlakuan dan jika nilai p-value < 0.05 maka ada perbedaan nyata antara

perlakuan terhadap tanaman.

Hasil factor perlakuan :

1. Faktor U memiliki perbedaan nyata diantara perlakuan terhadap

pertumbuhan tanaman.

2. Faktor K tidak memiliki perbedaan nyata diantara perlakuan terhadap

pertumbuhan tanaman.

3. Interaksi factor K dan U memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan

tanaman.

37
B. Koefisien

Term Coef SE Coef T-Value P-Value VIF

Constant 241.8 13.5 17.96 0.000

U1 75.8 23.3 3.25 0.003 1.50

U2 55.5 23.3 2.38 0.023 1.50

U3 57.6 23.3 2.47 0.019 1.50

K1 6.7 23.3 0.29 0.775 1.50

K2 -30.9 23.3 -1.33 0.194 1.50

K3 6.3 23.3 0.27 0.788 1.50

U*K

U1 K1 0.4 40.4 0.01 0.993 2.25

U1 K2 19.4 40.4 0.48 0.635 2.25

U1 K3 43.1 40.4 1.07 0.294 2.25

U2 K1 87.4 40.4 2.16 0.038 2.25

U2 K2 -80.3 40.4 -1.99 0.055 2.25

38
U2 K3 23.4 40.4 0.58 0.566 2.25

U3 K1 -28.1 40.4 -0.70 0.492 2.25

U3 K2 82.9 40.4 2.05 0.048 2.25

U3 K3 -7.3 40.4 -0.18 0.857 2.25

39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji lanjut

1. Tabel uji lanjut U

N N Mean Grouping

U1 12 317.583 A

U3 12 299.333 A

U2 12 297.250 A

U4 12 52.917 B

Keterangan :

-Perlakuan U1, U2,U3 berbeda nyata dengan U4.

-Menyatakan Hasil perlakuan U1, U2,U3 lebih baik terhadap

perkembangan tanaman

2. Tabel Uji Lanjut K

K N Mean Grouping

K4 12 259.667 A

k1 12 248.500 A

K3 12 248.083 A

k2 12 210.833 A

Keterangan :

40
-Perlakuan K1, K2, K3, K4 tidak memiliki perbedaan nyata diantara

pengaruh terhadap tanaman dengan dosis yang berbeda

3. Tabel uji lanjutan interaksi U*K

N*K N Mean Grouping


U2 K1 3 391.333 A
U1 K3 3 367.000 A
U3 K2 3 351.333 A
U2 K3 3 327.000 A
U1 K1 3 324.667 A
U1 K2 3 306.000 A
U3 K3 3 298.333 A
U2 K4 3 284.667 A
U3 K1 3 278.000 A B
U1 K4 3 272.667 A B
U3 K4 3 269.667 A B
U4 K4 3 211.667 A B
U2 K2 3 186.000 A B
U4 K1 3 0.000 B
U4 K3 3 0.000 B
U4 K2 3 0.000 B
Keterangan :

-U2K1, U1K3, U3K2, U2K3, U1K1, U1K2, U3K3, U2K4 tidak berbeda nyata

dengan U3K1, U1K4,U3K4, U4K4, U2K2

- U3K1, U1K4,U3K4, U4K4, U2K2 berbeda nyata dengan U4K1, U4K3, U4K2

41
Perlakuan Terbaik adalah U2K1 terhadap pertumbuhan berat umbi tanaman

bawang merah

42
V. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bawang merah merupakan sayuran rempah yang berumbi lapis, berakar

serabut daunnya berbentuk silindris, banyak digunakan sebagai bahan pelengkap

bumbu masakan yaitu menambah citra rasa dan kenikmatan makanan. Bawang

merah termasuk tanaman yang mudah dibudidayakan dan berumur pendek. Oleh

karena itu bawang merah dapat dijadikan bahan diversifikasi pangan di Indonesia.

Selain itu bawang merah juga merupakan komoditas hortikultura yang memiliki

banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar

yang baik.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kandungan unsur hara dan kesuburan

tanah untuk meningkatkan produktivitas bawang merah yaitu dengan cara

pemupukan. Pemupukan merupakan pemberian hara diantaranya ke dalam tanah

untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah.

Pupuk berperan penting dalam meningkatkan hasil tanaman dengan syarat harus

disertai dengan manajemen pemupukan yang tepat agar hasil tanaman meningkat.

Hara makro yang berperan penting dalam proses pertumbuhan dan peningkatan

hasil dan kualitas bawang merah adalah N, P, dan K

Untuk pH tanah, tanaman bawang merah bisa tumbuh baik pada pH

5,8-7,0. Namun,pada pH 5,5 tanaman masih toleran. Tanah dengan pH

rendah (asam) tidak baik bagi pertumbuhan bawang karena aluminium

43
dalam tanah bersifat racun menyebabkan tanaman tumbuh kerdil (Novrizan,2002).

Tanaman bawang merah menyukai tanah yang subur, gembur,dan banyak

mengandung bahan organik (Rahayu dan Berlian,2008).

Untuk mengatasi permasalahan ini dapat dilakukan dengan pemberian

pengapuran. Pengapuran adalah suatu teknologi pemberian kapur kedalam tanah,

yang dimasudkan untuk memperbaiki sifat-sifat kimia, fisika dan biologi tanah

(Soepardi, 1986). Menurut Hardjowigeno (1995), umumnya bahan kapur untuk

pertanian adalah berupa kalsiun karbonat (CaCO3), beberapa berupa dolomit

(CaMg(CO3)2), dan hanya sedikit berupa CaO (Kalsium Oksida) atau Ca(OH)2

(Kalsium Hidroksida). Dolomit [CaMg(CO3)2] mengandung Ca2+: 21,73%, Mg

2+: 13,18%, C: 13,03%, O: 52,06%, CaO: 30,40%, MgO: 21,70%, CO2: 47,90%.

Pemberian Dolomit (kapur) sebagai bahan pengendali kemasaman tanah karena

reaksinya sangat cepat dan menunjukkan perubahan kemasaman tanah yang

sangat nyata. Salah satunya dapat meningkatkan pH dan menurunkan Al yang

merupakan sumber masalah pada tanah masam ketingkat yang sesuai bagi

pertumbuhan tanaman (Hakim,2006).

44
DAFTAR PUSTAKA

Aksi Agraris Kanisius. 1998. Pedoman Bertanam Bawang. Kanisius. Yogyakarta.

Andriani, B. A., Syafrinal, S., & Dini, I. R. PENGARUH PEMBERIAN


DOLOMIT DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium
ascalonicum L.) DI LAHAN GAMBUT. Jurnal Online Mahasiswa (JOM)
Bidang Pertanian, 5, 1-13.

Efendi, E., Purba, D. W., & Nasution, N. U. (2017). Respon pemberian pupuk
NPK mutiara dan bokashi jerami padi terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L). Bernas: Jurnal
Penelitian Pertanian, 13(3), 20-29.

Ilham, F., Prasetyo, T. B., & Prima, S. (2019). Pengaruh pemberian dolomit
terhadap beberapa sifat kimia tanah gambut dan pertumbuhan serta hasil
tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L). Jurnal Solum, 16(1), 29-
39.

Jaelani, S.Si.2007. Khasiat Bawang Merah. Yogyakarta. Penerbit Kanisius


(anggota IKAPI)

Manurung, A. I., & Vindo, V. (2020). Pengaruh Dosis Dolomit Dan Pupuk
Kalium Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Bawangmerah (Alium
ascalanicum L) Varietas Vietnam. Jurnal Agrotekda, 3(2), 103-116.

MUCHLISIN, M. (2020). RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI


TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) AKIBAT
PEMBERIAN KAPUR DOLOMIT (Doctoral dissertation, 021008
Universitas Tridinanti Palembang).

Rambe, B. S., Ningsih, S. S., & Gunawan, H. (2019). Pengaruh pemberian pupuk
NPK mutiara dan pupuk organik cair GDM terhadap pertumbuhan dan

45
produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum). Bernas: Jurnal
Penelitian Pertanian, 15(2), 64-73.

Rukmana Rahmat.1994. Bawang Merah Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta:


Penerbit Kanisius (anggota IKAPI)

Setiyowaty, S. Haryanti dan R. B. Hastuti. 2010. Pengaruh perbedaan konsentrasi


pupuk organic terhadap produksi bawang merah (Allium ascolanicum L).
Jurnal Bioma. 12(2): 44 – 48

Sudarmanto. 2009. Bawang Merah. Surakarta : Delta Media.

Sumarni, N dan A. Hidayat. 2005. Budidaya Bawang Merah. Cet. ke 1. Balai


Penelitian Tanaman dan Sayuran. Bandung

Sunarjono. 1989. Budidaya Tomat. hal: 244-269. Dalam Harjadi, S.S. (ed), Dasar-
Dasar Hortikultura. Bogor: Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya
Pertanian, IPB.

Suriani, N. 2012. Bawang Bawa Untung. Budidaya Bawang Merah dan Bawang
Merah. Cahaya Atma Pustaka. Yogjakarta.

Suriani,N.2011.Bawang Merah Untung.Budidaya Bawang Merah.Cahaya Atma


Pustaka.Yogyakarta.

Triharyanto, E. Samanhudi. Pujiasmanto, B. dan Purnomo, D. 2013. Kajian


Pembibitan dan Budidaya Bawang Merah (Allium ascalonicum L) melalui
Biji Botani (True Shallot Seed). Program S3 Ilmu Pertanian Fakultas
Pascasarjana Universitas Negeri Surakarta. Seminar Nasional Fakultas
Pertanian Universitas Negeri Surakarta. Surakarta

46
LAMPIRAN 1 JADWAL KEGIATAN

Bulan/tahun 2023
Kegiatan September Oktober November Desember

Pembersihan

lahan

Pembuatan

plot

Pemberian

pupuk dasar

Pengapuran

Penanaman

Pemberian

pupuk urea

Pemberian

pupuk npk

Pemeliharaan

Pengamatan

Pemanenan

47
LAMPIRAN 2 DESKRIPSI TANAMAN BAWANG MERAH

 Asal : medan

 Tinggi tanaman : 34,5 cm (tertinggi)

 Banayak anakan : 6 – 10 umbi

 Akar: serabut

 Warna daun : hijau

 Bentuk daun: bulat kecil dan memanjang, serta berlubang seperti pipa.

Sementara itu, bagian ujung daunnya meruncing dan bagian bawahnya

melebar seperti kelopak dan membengkak.

 Banyak daun : 22 – 52 helai

 Bentuk bunga : seperti payung

 Warna bunga : putih

 Bentuk biji : pipih saat muda berwarna bening atau putih setalah tua

berwarna hitam.

 Bentuk umbi : umbi lapis karena memperlihatkan susunan berlapis–lapis,

yang terdiri atas daun–daun yang telah menjadi tebal, lunak, dan berdaging

 Warna umbi : merah

 Bentuk batang: seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat

melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh), diatas diskus terdapat

batang semu yang tersusun dari pelepah – pelepah daun dan batang semu

yang berada di dalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis.

 Warna batang: putih kehijau hijauan

48
LAMPIRAN 3 DOKUMENTASI KEGIATAN

49
LAMPIRAN 4 BIODATA PENULIS

Zulfiqih Erawadi lahir pada tanggal 27 Januari

2003 di Kampar. Merupakam anak pertama

dari dua bersaudara. Penulis telah

menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD)

di SDN 021 Indrapuri kecamatan Tapung,

kabupaten Kampar, kemudian melanjutkan

pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

di SMPS Latersia dan melanjutkan pendidikan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMKN 1 Tapung. Kemudian pada tahun 2021

penulis melanjutkan pendidikan di salah satu Perguruan Tinggi Swasta yaitu

Universitas Islam Riau (UIR) dengan mengambil jurusan Agroteknologi pada

Fakultas Pertanian jenjang strata satu dan saat ini penulis sedang duduk di

semester 5.

50

You might also like