You are on page 1of 10

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap prktikum kimia fisik I dengan judul “ penentuan kalor


reaksi” di susun oleh:

Nama : Nunung Triyana

NIM : 081 304 031

Kelas :A

Kelompok : VIII

Telah diperiksa dengan seksama oleh asaisten dan koordinator asisten dan dinyaakan
di terima.

Makassar, April
2010

Coordinator Asisten asisten

Lukman Herawati

Dosen Penanggung Jawab

Jusniar, S.Pd. M.Pd


I. Judul Percobaan
Penentuan Kalor Reaksi
II. Tujuan Percobaan
Menentukan kalor pelarutan integradi Caso4 dan Caso4. 5H2O denagn
menggunakan kalameter sederhana
III. Landasan teori
Kalor adalah suatu bentuk energiyang diterima oleh suatu benda yang
menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau bentuk wujudnya. Kalor
berbeda dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam suatu derajat panas.
Kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas balik yang diserap maupun
dilipaskan oleh suatu benda (Anonim, 2006).
Kalor, g dapat diartikan sebagai energy yang dipindahkan melalui
batas-batas system, sebagian besar akibat dari adanya perbedaan suhu antara
system dan lingkungan. Menurut perjanjian, g dihitung sebagai positif jika kalor
masuk system dan negative jika kalor keluar system (Achmad, 2001; )
Kalor didefenisikan sebagai energy panas yang dimiliki oleh suatu zat.
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda
yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi, maka kalor
yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya
rendah, maka kalor yang dikandung sedikit (Anonim, 2008)
Perubahan kalor yang terjadi pada reaksi kimia maupun proses fisik
dapat diukur dengan suatu alat yang disebut calorimeter. Setiap calorimeter
memilki sifat khas dalam mengukur kalor. Ini terjadi karena komponen-
komponen alat calorimeter sendiri (wdah logam, pengaduk, dan thermometer)
menyerap kalor, sehingga tidak semua kalor yang terjadi terukur. Oleh karena
itu, jumlah kalor yang diserap oleh calorimeter, biasa juga disebut tetapan
(kapasitas, k) perlu diketahui terlebih dahulu ( Tim Dosen Kimia Fisik, 2010: )
Alat paling penting unyuk mengukur ∆u adalah calorimeter
bamodiabatik. Perubahan keadaan yang dapat berupa reaksi kimia berawal di
dalam wadah yang bervolume tetap disebut bom. Bom tersebut direndam dalam
air berpengaduk dan keseluruhan alat itulah yang disebut calorimeter.
Calorimeter itu juga direndam dalam bak air luar. Temperature air dalam
calorimeter dan di dalam bak luar dipantau dan diatur sampai nilanya sama. Hal
ini dilakukan untuk memastikan tidak ada kalor yang hilang sedikitpun dari
calorimeter ke lingkungannya (bak air). Sehingga calorimeter tersebut adiabatic
(Atkins, 1999; )
Penyerapan atau pelepasan kalor yang menyertai suatu reksi dapat
diukur secara eksperimen. Dikenal beberapa macam kalor reaksi, bergantung
pada tipe reaksinya, diantaranya adalah kalor netralisasi, kalor pembentukan,
kalor penguraian dan kalor pembakaran ( Tim Dosen Kimia Fisik, 2010: 1 ).
Suatu proses dapat berlangsung pada volume tetap, kalor yang
menyertai proses tersebut merupakan perubahan energy dalam, sedangkan pada
tekanan tetap adalah perubahan entalpi. Eksperimen di laboratorium lebih
banyak dilakukan pada tekanan tetep sehingga kalor yag dihasilkan merupakan
perubahn entalpi (Rahman, 2004; )
Hubungan kedua bebesaran tersebut pada tekanan tetap dinyatakan
dengan :
∆H = ∆U + P∆V

Dan untuk reksi yang berkaitan dengan perubahan jumlah mol gas dengan
asumsi gas ideal persamaan menjadi :

∆H = ∆µ + ∆ΩRT

Tim Dosen Kimia Fisik, 2010: 1 )


Menurut Anonim (2008), dari hasil percobaan yang sering dilakukan
besar kecilnya kalor yang dibutuhkan untuk benda (zat) bergantung pada 3
faktor, yaitu:

1. Massa zat
2. Jenis zat (kalor jenis)
3. Perubahan suhu
Sehingga secara metamatis dapat di rumuskan :
Q = m . c (t2 – t1)
Dimana
 Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
 M adalah massa benda (kg)
 C adalah kalo jenis (j/kgOC)
 (t1-t2) adalah perubahan suhu (OC)
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu benda sebesar 1 OC sedangkan kalor jenis adalah banyaknya
kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 OC (Anonim,
2008)
Selain kalor reaksi, penyerapan atau pelepasan kalor dapat terjadi pada
proses-proses fisik. Diantaranya adalah pada proses pelarutan suatu zat di dalam
pelarutnya, atau penambahan zat terlarut ke dalam zat pelarut (Tim Dosen
Kimia Fisik, 2010; 1)
Ada dua panas pelarutan yaitu panas pelarutan integral dan panas
pelarutan deferensial. Panas pelarutan integral didefenisikan sebagai perubahan
entalpi jika suatu mol zat dilakukan dalam n mol pelarut. Panas pelarutan
diferensial didefenisikan sebagai perubahan antalpi jika suatu mol zat terlarut
dilarutkan dalam jumlah larutan tak terhingga, sehingga konsentrasinya tidak
berubah dalam penambahan 1 mol zat terlarut. Secara matematik didefenisikan
m∆ H
sebagaimnd , yaitu perubahan panas diplot sebagai jumlah mol zat
dm
terlarut dan panas pelarutan diferensial dapat diperoleh dengan mendapatkan
kemiringan tergantung pada konsenterasi larutan (Dogra, 1984; 336-337)

IV. Alat dan bahan


a) Alat
1) Calorimeter 1 buah
2) Termometer 1 buah
3) Mortar dan Alu 1 buah
4) Gelas kimia 500 ml 1 buah
5) Gelas kimia 100 ml 1 buah
6) Gelas kimia 50 ml 1 buah
7) Gelas ukur 100 ml 1 buah
8) Batang pengaduk 1 buah
9) Lampu spirtus 1 buah
10) Kassa abses dan kaki tiga 1 buah
11) Botol semprot 1 buah
12) Nerasa digital
13) Cawan penguap 1 buah
14) Oven
b) Bahan
1) Aquades
2) Cuso4
3) Cuso4 . 5H2o
4) Tissue
V. Cara Kerja
a) Penentuan tetapan kalorimeter
1) Memasukkan 50 ml air ke dalam kalorimeter dengan gelas ukur.
Mencatat temperaturnya
2) Menyiapkan 50 ml air panas dalam gelas kimia yang suhunya 40 oC
3) Memasukkan 50 ml air panas ke dalam calorimeter yang berisi air
dingin tepat pada waktu menit ke enam.
4) Mencatat suhu air dalam calorimeter setiap 1 menit sambil terus di aduk
5) Mencatat suhu hingga diperoleh suhu relative tetap
6) Membuat kurva hubungan antara waktu dengan suhu untuk memperoleh
suhu campuran yang tepat
b) Penentuan kalor pelarutan Integral Cuso4 dan Cuso4 . 5H2O
1) Menimbang secara kasar ± 10 gram Kristal Cuso4 . 5H2O
2) Menempatkan Kristal tersebut dalam mortar dan Alu
3) Menghancrkan sampai di dapat serbuk halus
4) Menimbang secara teliti 5 gram Kristal tersebut dengan neraca analitik
5) Menyiapkan calorimeter (yang telah ditentukan tetapannya). Kemudian
memasukkan 100 ml aquades
6) Mencatat suhu setiap 1 menit selama 5 kali pembacaan
7) Menambahkan serbuk halus Cuso4 . 5H2O yang telah di ketahui pasti
massanya ke dalam calorimeter dan mengaduknya terus.
8) Mencatat suhu saat Kristal ditambahkan, lalu di lanjutkan dengan
pembacaan suhu setiap 1 menit sampai di peroleh suhu yang relative
tetap
9) Memanaskan ± 5 gram Kristal halus Cuso4 . 5H2O sisa percobaan
sebelumnya.
10) Mengaduk secara perlahan-lahan sampai semua hidratnya menguap
seluruhnya di tandai dengan berubahnya warna serbuk dai biru menjai
putih.
11) Menyimpan serbuk dalam eksikator sampai dingin.
12) Dengan menggunakan Cuso4 anhidrat, mengulangi langkah 4-8

VI. Hasil Pengamatan


a) Penentuan tetapan calorimeter
 Volume air dingin = 50 ml
 Volume air panas = 50 ml
 Suhu air panas = 40 oC

Suhu air dingin (OC) Menit ke - Suhu campuran (OC) Menit ke -


28,5 1 34 6
28,5 2 34 7
28,5 3 33,5 8
28 4 33,5 9
28 5 33 10
33 11
33 12
b) Penentuan kalor pelarutan integral Cuso4 . 5H2O
 Volume air dingin = 100 ml
 Massa Cuso4 . 5H2O = 5 gram

Suhu air dingin (OC) Menit ke - Suhu campuran (OC) Menit ke -


28,5 1 28 OC 1
28 2 28 OC 2
28 3 28 OC 3
28 4 28 OC 4
28 5 28 OC 5
c) Penentuan kalor pelarutan integral Cuso4 anhidrat
 Volume air dingin = 100 ml
 Massa Cuso4 anhidrat = 5 gram

Suhu air dingin (OC) Menit ke - Suhu campuran (OC) Menit ke -


28 1 29 6
28 2 29 7
28 3 28,5 8
28 4 28,5 9
28 5 28,5 10
28,5 11
28,5 12

VII. Analisa Data


a) Penentuan tetapan calorimeter
 Dik = V air dingin = 50 ml
V air panas = 50 ml
T air panas = 40 OC = 313 K
T air dingin = 28 OC = 301 K
T campuran = 33 OC = 306 K
 Dit = K ……?
 Penye :
 M air panas = m air dingin = V x ρ
= 50 ml x 1 9/ml
= 50 gram

VIII. Pembahasan
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kalor
pelarutan integral cuSO4. 5H2O dengan menggunakan kalorimeter
sederhana.sebelum menggunakan kalorimeter terlebih dahulu dihitung
tetapannya. Hal ini disebabkan karena setiap kalorimeter memiliki tetapan yang
berbeda-beda karena adanya komponen-komponen kalorimeter yang terdiri dari
wadah logam ,pengaduk, dan termometer yang dapat menyerap kalor sehingga
tidak semua kalor yang dihasilkan dapat diukur dengan pasti. Untuk
menghitung besarnya tetapan kalorimeter digunakan air dengan cara
mencampur air panas dan air dingin kemudian mengamati perubahan suhu. Dari
analisis data, diperoleh tetapan kalorimeter sebesar 0,07 KJ/K.
Pada penentuan kalor pelarut integral cuSO4. 5H2Okeristal yang
digunakan terlebih dahulu dihancurkan dengan tujuan agar memperluas bidang
sentuh Kristal cuSO4. 5H2O, sehingga mempermudah Kristal kirut dalam air.
Kristal kemudian dimasukkan kedalam kalorimeter. Adapun suhu air sebelum
dimasukkan Kristal adalah 28 OC atau 301 K. setelah pencampuran, diperoleh
suhu campuran konstan sebesar 28 OC atau 301 K. dari hasil analisa data
diperoleh kalor yang diterima oleh kalorimeter dan air yaitu 0 kj sehingga
diperoleh kalor pelarut integral cuSO4.5H2O yaitu o kj/mol yang berarti tidak
ada kalor yang dilepas ataupun diterima ketika 1 mol cuSO4.5H2O dilarutkan
dalam 5,56 mol H2O.
Pada penentuan kalor pelarut integral cuSO4 anhidrat, digunakan
Kristal cuSO4 yang berwarna putih. Ktistal cuSO4 yang digunakan diperoleh
dari pemanasan Kristal cuSO4.5H2O hingga berubah warna kemudian dalam
eksikator agar Kristal tidak mengikat air kembali. Setelah itu Kristal
dimasukkan kedalam kalorimeter. Suhu air dingin yaitu 28 OC (301 K) dan
suhu setelah pencampuran yaitu 28 OC (301,5 K). dari hasil analisa data
diperoleh kalor pelarutan cuSO4 sebesar 8,17 kj/mol yang berarti ada 8,17 kj
kalor yang diterima ketika 1 mol cuSO4 dilarutkan dalam 5,56 mol H2O.
Dari hasil diatas, dapat dapat diperoleh kalor reaksi cuSO4 menjadi
cuSO4.5H2O, yaitu sebesar 8,17 kj/mol yang berarti ada 8,17 kj kalor yang
diterima ketika 1 mol cuSO4 bereaksi dengan 5 mol H2O membentuk
cuSO4.5H2O.

IX. Kesimpulan dan Saran


a) Kesimpulan
1) Tetapan kalorimeter (k) sebesar 0,07 kj/k
2) Kalor pelarut integral cuSO4.5H2O adalah O kj/mol
3) Kalor pelarut integral cuSO4 anhidrat adalah 0,17 kj/mol
4) ∆H = 8,17 kj/mol
b) Saran
Disarankan agar praktikan selanjutnya lebih teliti agar
diperoleh hasil yang maksimal.

You might also like