You are on page 1of 20

Makalah

MUCOCELE

Oleh:

Ivo Ariyena G99161050


Made Ari Siswadi G99162119
Pratiwi Retnaningsih G99161075
Zalafi Kartika Azka G99161110
Lutfy Hersri Rahmady G99162090
Rivan Faetheda Dewanto G99172011

Pembimbing:
DR. Risya Cilmiaty, AR., drg., Msi., Sp.KG

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU GIGI DAN MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Mukokel (oral) adalah lesi kelenjar ludah yang paling umum, disebabkan
karena trauma mekanis pada saluran kelenjar ekskretoris.1 Mukokel sering
dianggap remeh karena gejala yang muncul hanya sebagai benjolan yang
mengganggu saat berbicara maupun saat makan, sedangkan benjolan itu sendiri
tidak nyeri. Secara klinis mukokel ditandai dengan nodul berfluktuasi tunggal atau
multipel, lunak, berfluktuasi, mulai dari warna normal mukosa mulut sampai biru
tua. Mukokel dapat terjadi pada semua kalangan baik laki-laki maupun
perempuan dengan prevalensi tertinggi pada usia decade kedua.2 Secara umum
mukokel digolongkan menjadi 2, mukokel tipe ekstravasasi atau mukokel tipe
1
retensi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Mukokel (mucocele) didefinisikan sebagai kista berisi mukus yang


bias muncul di rongga mulut, usus buntu (appendiks), kandung empedu, sinus
paranasal atau kantung lakrimal.5 Istilah mukokel berasal dari Kata latin,
muco yang artinya lender dan cocele berarti rongga.9 Mukokel menempati
peringkat 17 besar sebagai lesi kelenjar saliva yang umum terjadi di rongga
mulut.8

Secara klinis mukokel dibedakan menjadi duajenis, mukokel tipe

ekstravasasi dan mukokel tipe retensi. Mukokel tipe ekstravasasi disebabkan


oleh bocornya cairan dari Saluran kelenjar saliva dan asini ke sekitar jaringan
lunak. Jenis mukokel ini terlihat pada kelenjar saliva minor. Sedangkan
mukokel tipe retensi disebabkan karena adanya dorongan kelenjar saliva dan
biasanya terlihat pada saluran kelenjar saliva mayor.6 Secara klinis tidak ada
perbedaan antara mukokel tipe ekstravasasi dan tipe retensi. Apabila mukokel
terletak di dasar mulut di mana akan tampak seperti 'pipikodok' maka disebut
sebagai ranula.6

B. EPIDEMIOLOGI
Dalam Studi Prevalensi Oral Minnesota di Amerika Serikat yang
melibatkan 23.616 orang dewasa kulit putih yang berusia lebih dari 35 tahun,
mukokel mewakili lesi mukosa oral menduduki peringkat 17 besar dengan
prevalensi 2,4 kasus per 1000 orang. Data dari Survei Pemeriksaan Kesehatan
dan Gizi Nasional Ketiga (NHANES III) yang mencakup 17.235 orang
dewasa berusia 17 tahun atau lebih mendokumentasikan mukokel menduduki
peringkat 44 besar dengan prevalensi 0,02%. Pada penelitian yang sama, yang
terdiri dari 10.030 anak usia 2-17 tahun, prevalensi mukokel sebesar 0,04%.
Mukokel congenital pada bayi baru lahir jarang terjadi, dengan laporan kasus
sporadic dan rangkaian kasus kecil muncul dalam literature.4
Mukokel pada kelenjar saliva anterior (kelenjar Blandin dan Nuhn)
relative jarang terjadi. Dalam Studi Prevalensi Penyakit Oral Minnesota
(masih dalam penelitian yang sama), mukokel Blandin dan Nuhn memiliki

prevalensi yang lebih rendah daripada mukokel di lokasi lain, atau 0,1 kasus
per 1000 orang. Jenis mukokel ini mewakili sekitar 2-10% dari semua jenis
mukokel. Sedangkan dalam penelitian terhadap 30.000 orang di Swedia
prevalensi mukokel adalah 0,11% pada usia 15 tahun keatas.3

C. ETIOLOGI

Mukokel melibatkan duktus glandula saliva minor dengan etiologi


yang tidak begitu jelas, namun diduga terbagi atas dua, pertama diakibatkan
trauma, baik trauma lokal atau mekanik pada duktus glandula saliva minor,
untuk tipe ini disebut mukus ekstravasasi.Trauma lokal atau mekanik dapat
disebabkan karena trauma pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus
glandula saliva minor akibat pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti
menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang, menggigit-gigit bibir,
kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada permukaan gigi
rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan minum susu
botol atau dot), dan lain-lain.Dapat juga akibat trauma pada proses kelahiran
bayi, misalnya trauma akibat proses kelahiran bayi yang menggunakan alat
bantu forceps, trauma pada saat dilakukan suction untuk membersihkan
saluran nafas sesaat setelah bayi dilahirkan, ataupun trauma yang disebabkan
karena ibu jari bayi yang dilahirkan masih berada dalam posisi sucking
(menghisap) pada saat bayi melewati jalan lahir.Ketiga contoh trauma pada
proses kelahiran bayi akan mengakibatkan mukokel kongenital.Setelah terjadi
trauma yang dikarenakan salah satu atau beberapa hal di atas, duktus
glandula saliva minor rusak, akibatnya saliva keluar menuju lapisan
submukosa kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu
terbentuk inflamasi (adanya penumpukan jaringan granulasi di sekeliling
kista) mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut, terbentuk
pembengkakan
lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada mukosa mulut yang disebut
mukokel.
Kedua diakibatkan adanya genangan mukus dalam duktus ekskresi

yang tersumbat dan melebar, tipe ini disebut mukus retensi. Genangan mukus
dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar dapat disebabkan karena
plug mukus dari sialolith atau inflamasi pada mukosa yang menekan duktus
glandula saliva minor lalu mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada
duktus glandula saliva minor tersebut, terjadi dilatasi akibat cairan mukus
yang menggenang dan menumpuk pada duktus glandula saliva, dan pada
akhirnya ruptur, kemudian lapisan subepitel digenangi oleh cairan mukus dan
menimbulkan pembengkakan pada mukosa mulut yang disebut mukokel.

D. PATOFISIOLOGI

Berasal dari kelenjar saliva minor tipe mucus. Terjadi karena


mucusmengisi ruangan dalam jaringan ikat dengan cara menembus dinding
saluran kelenjar saliva ekstravasasi.
Mucocele terjadi karena pada saat air liur kita dialirkan dari kelenjar air liur
ke dalam mulutmelalui suatu saluran kecil yang disebut duktus. Terkadang
bisa terjadi ujung duktus tersumbatatau karena trauma misalnya bibir sering
tergigit secara tidak sengaja, sehingga air liur menjaditertahan tidak dapat
mengalir keluar dan menyebabkan pembengkakan (mucocele).
Mucocelejuga dapat terjadi jika kelenjar ludahterluka. Manusia memiliki
banyak kelenjar ludah dalam mulut yang menghasilkan ludah. Ludahtesebut
mengandung air, lendir, dan enzim. Ludah dikeluarkan dari kelenjar ludah
melaluisaluran kecil yang disebutduct (pembuluh). Terkadang salah satu
saluran ini terpotong. Ludahkemudian mengumpul pada titik yang terpotong
itu dan menyebabkan pembengkakan, ataumucocele. Pada umumnya
mucoceledidapati di bagian dalam bibir bawah. Namun dapat jugaditemukan
di bagian lain dalam mulut, termasuk langit-langit dan dasar mulut. Akan
tetapi jarang didapati di atas lidah.
Pembengkakan dapat juga terjadi jika saluran ludah (duct )tersumbat
dan ludah mengumpul di dalam saluran. Jika pembengkakan terjadi
karena submandibular duct, mucocele tersebut dinamakan ranula.

Sebuahranulamempunyai ukuranyang cukup besar dan muncul di bawah


lidah.

E. GAMBARAN KLINIS DAN HISTOPATOLOGIS

Mukokel memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau


pembengkakan lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan apabila
massa belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal seperti
warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam, apabila
dipalpasi pasien tidak sakit.Massa iniberdiameter 1 mm hingga beberapa
sentimeter, beberapa literatur menuliskan diameter mukokel umumnya
kurangdari 1 cm.

Gambar 1. Mukokel pada anterior median line permukaan ventral lidah


yang melibatkan blandin-nuhn

Gambar 2. Mukokel padabibir bawah


Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstrsavasasi mukus berbeda
dengan tipe retensi mukus. Tipe ekstravasasi gambaran histopatologinya
memperlihatkan glandula yang dikelilingi oleh jaringan granulasi (Gambar

1). Sedangkan tipe retensi menunjukkan adanya epithelial lining (Gambar 2).

Gambar 3. Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstravasasi mukus yang


terletak di bibir bawah

Gambar 4. Gambaran histopatologi mukokel yang bagian duktusnya


mengalami dilatasi
F. KLASIFIKASI

Berdasarkan etiologi, patogenesis, dan secara umum mukokel dapat


diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mukokel ekstravasasi mukus yang sering
disebut sebagai mukokel superfisial dimana etiologinya trauma lokal atau
mekanik, dan mukokel retensi mukus atau sering disebut kista retensi mukus
dimana etiologinya plug mukus akibat sialolith atau inflamasi pada mukosa
mulut yang menyebabkan duktus glandula saliva tertekan dan tersumbat
secara tidak langsung. Literatur lain mengklasifikasikan mukokel menjadi
tiga, yaitu superficial mucocele yang letaknya tepat di bawah lapisan mukosa
dengan diameter 0,1-0,4 cm, classic mucocele yang letaknya tepat di atas
lapisan submukosa dengan diameter lebih kecil dari 1 cm, dan deep mucocele
yang letaknya lebih dalam dari kedua mukokel sebelumnya. Dikenal pula tipe
mukokel kongenital yang etiologinya trauma pada proses kelahiran bayi.

Gambar 5. Mukokel Ekstravasase Mucus

Gambar 6. Mucocel retensi mucus


G. DIAGNOSIS

Untuk menegakkan diagnosa mukokel dilakukan prosedur-prosedur


yang meliputi beberapa tahap. Pertama melakukan anamnese dan mencatat
riwayat pasien.Pada pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang
diperoleh dari orang terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan
autoanamnese yaitu yang diperoleh dari pasien itu sendiri. Kedua melakukan
pemeriksaan terhadap pasien dan pemeriksaan pendukung. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi pemeriksaan fisik dengan tujuan melihat tanda-tanda yang
terdapat pada pasien, yaitu pemeriksaan keadaan umum mencakup
pengukuran temperatur dan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan ekstra
oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe, pemeriksaan keadaan abnormal
dengan memperhatikan konsistensi, warna, dan jenis keadaan abnormal,
kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat pembengkakan
pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada
massa tersebut. Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat
dilakukan palpasi pada massa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa
sakit pada saat dilakukan palpasi.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan laboratorium sangat
membantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil
secara aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara
mikroskopis untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat.
Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan
secara MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT Scan (Computed
Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi, dan juga radiografi
konfensional.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic
Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi,

sialografi, dan juga radiografi konfensional.


Gambaran Pemeriksaan MRI

MRI T2 MRI T1

MRI T1 C+ Gambar involving ethmoid sinus : T1

involving ethmoid and sphenoid sinus with soft tissue windowing


Gambaran Pemeriksaan CT Scan

Tanda panah menunjukkan mukokel Mukokel di sinus maxilaris


di daerah sinus frontalis dekstra

Gambaran Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Mukokel pada appendiks tipe onion layer appereance

Mukokel pada pankreatitis di pankreas


Mukokel di appendiks

Pemeriksaan Sialografi

Mukokel di kelenjar saliva

Sialografi kelenjar saliva potongan sagittal


H. DIAGNOSA BANDING
1. Adenoma Pleomorfik
Adalah suatu nodul keras berwarna kebiru-biruan.
2. Kista nasolabial
Adalah suatu nodula yang berfluktuasi pada palpasi.
3. Kista Implantasi
I. KOMPLIKASI

Mucocele biasanya tidak menimbulkan keluhan bila kecil, namun jika


besar akan menimbulkan deformitas, penipisan korteks tulang, sehingga
timbul fenomena bola pingpong (pingpong phenomenon). Bila terus
membesar akan menembus tulang, sehingga akan ditutupi jaringan lunak.
Pada perabaan akan juga akan teraba fluktuasi. Bila kista ini terinfeksi akan
terasa sakit dan timbul pus (nanah).
J. TATALAKSANA

Mucocele adalah lesi yang tidak berumur panjang, bervariasi dari


beberapa hari hingga beberapa minggu, dan dapat hilang dengan sendirinya.
Namun banyak juga lesi yang sifatnya kronik dan membutuhkan pembedahan

eksisi. Pada saat di eksisi, dokter gigi sebaiknya mengangkat semua kelenjar
liur minor yang berdekatan, dan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk
menegaskan diagnosa dan menentukan apakah ada kemungkinan tumor
kelenjar liur. Selain dengan pembedahan, mucocele juga dapat diangkat
dengan laser.

Eksisi mucocele : di eksisi dengan memakai modifikasi teknik elips,


menebus mukosa, diluar batas permukaan dari lesi. Batas mucocele dengan
jaringan sehat mudah diidentifikasi, lesi dipotong dengan teknik gunting,
pengambilan gl.mukos asesoris, penutupan dengan jahitan terputus.

Terkadang mucocele dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi,


jika dibiarkan tanpa perawatan akan meninggalkan luka parut. Mucocele
biasanya harus diangkat, bisa dengan bedah maupun laser. Namun ada
kemungkinan pembedahan dapat menyebabkan munculnya mucocele lain.

Beberapa dokter saat ini ada juga yang menggunakan menggunakan


injeksi Kortikosteroid sebelum melakukan pembedahan, ini terkadang dapat
mengempiskan pembengkakan. Jika berhasil, maka tidak perlu dilakukan
pembedahan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Mucocele adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang


diakibatkan oleh pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke
jaringan lunak di sekitarnya. Mucocele bukan kista, karena tidak dibatasi oleh
sel epitel. Paling sering terjadi pada bibir bawah (60% pada seluruh kasus),
dan dapat terjadi juga di mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut.
Mucocele jarang terjadi pada bibir atas, palatum (langit-langit) lunak.
Mucocele paling sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda,
namun dapat terjadi di segala usia termasuk bayi yang baru lahir dan orang
lansia. Mucocele biasanya tidak menimbulkan keluhan bila kecil, namun jika
besar akan menimbulkan deformitas, penipisan korteks tulang, sehingga
timbul fenomena bola pingpong (pingpong phenomenon).

B. SARAN

Banyak penyakit yang dapat terjadi di glandula saliva kita. Tentu saja
untuk mengatasinya perlu bantuan dan supervisi langsung dari dokter
spesialis bedah mulut atau minimal dokter gigi umum. Pada umumnya
pasien
berkunjung ke dokter gigi dan meminta perawatan, memiliki ukuran mukokel
yang relatif besar. Untuk itu perawatan yang dilakukan meliputi
penanggulangan faktor penyebab dan pembedahan massa. Penanggulangan
faktor penyebab yang di maksudkan untuk menghindari terjadinta rekurensi.
Hal tersebut perlu diedukasikan kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Prasanna KR, Divya H, Shishir RS, Laxmikanth C, Prashanth S (2012).


Oral Mucocele – Diagnosis and Management.Journal of Dentistry, Medicine
and Medical Sciences Vol. 2(2) pp. 26-30.
2. Chandramani BM, Khushbu B, SaurabhVarma, Mansi Tailor (2014). Oral
mucocele: A clinical and histopathological study. Journal of Oral &
Maxillofacial Pathology

3. Catherine MF (2017). Mucocele and Ranula. E-medicine Medscape


Dentistry. Available online:
https://emedicine.medscape.com/article/1076717-overview#a6
(Diaksespada 18 Februari 2018 13.00 WIB).
4.
Crean SJ, Connor C (1996). Congenital Mucocele: Report of two cases. Int J
PaediatrDent.Vol. 6(4):271-5.

5. Baurmash H (2002). The etiology of superficial oral mucoceles. J Oral


Maxillofac Surg. 60:237-8.
6. Boneu BF, Vidal HE, Maizcurrana TA, González- LJ (2005). Submaxillary
gland mucocele: presentation of a case. Med Oral Patol Oral Cir Bucal.
10:180-84.
7. Flaitz CM, Hicks JM (2006). Mucocele and ranula.eMedicine. Available
online: http://www.emedicine.com/derm/topic648.htm (Diaksespada 18
Februari 2018 17.00 WIB)
8. Ozturk K, Yaman H, Arbag H, Koroglu D, Toy H (2005). Submandibular
gland mucocele: report of two cases. Oral Surg Oral Med OralPathol Oral
RadiolEndod. 100:732-35.
9. Yagüe GJ, España TAJ, Berini AL, Gay EC (2009). Treatment of oral
mucocele- scalpel versus C02 laser.Med Oral Patol Oral Cir Bucal.14
:e469- 74.
10. Flaitz CM, Hicks J. 2006. Mucocele and Ranula.
http://www.emedicine.com/dem/topics64.
11. Rshid AK, Anwar N, Azizah AM, Narayan KA. 2008. Cases of Mucocele
Treated in The Dental Department of Penang Hospital. Achives of Orofacial
Sciences; 3(1): 7-10

12. Asgari A, Kourtsounis P, Jacobson BL, Zhivago P. 2009.


MucoceleResection : A Comparison of Two Techniques.
13. Al-Tubaikh JA, Reiser MF. 2009. Congenital Disease and Syndromes : The
Head and Neck. Berlin Heidenberg:47-8.
14. Zhi KQ, Wen YM, Zhou H. 2008. Management of The Pediatric Plunging
Ranula : Result of 15 Years Clinical Experience. China Xi’an Jiaotong
University and Sichuan University; 107:499-500.
15. Van de graaff RL. 2007. Ranula and Plunging Ranulas.
<http://emedicine.medscape.com/article/847589-print>

16. Bradley PJ. 2006. Head and Neck : Pathology and Treatment of Salivary
Gland Conditions. Elsevier Ltd :304.
17. Darby H, Leonardi M. 2006. Comprehensive Riview of Dental Hygiene :
Head and Neck Anatomy and Phisiology. 6th ed. Mosby’s Elsevier :163-4.
18. Rosen FS. 2001. Anatomy and Phisiology of The Salivary Glands.
<http://www.otohns.net/default.asp?id=14646>

19. Anonymous. Dictionary : Salivary Gland.


< http://www.answers.com/topic/salivary-
20. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. 2002. Oral &

Maxillofacial Pathology : Salivary Gland Pathology. 2nd ed. W.B.


Saunders Co:389-93.
21. Krol DM, Keels MA. 2007. Pediatric in Riview : Oral Condition. American
Academy of Pediatrics Journal; 28:18.
22. Macdonald AJ, Salzman KL, Harnsberger HR. 2003. Giant Ranula of The
Neck : Differentiation from Cystic Hygroma. AJNR Am J Neuroradiology
;24:757- 8.
23. Anonymous.http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Mocha

mm ad%20(060911)/f26-4a_salivary_glands_c.jpg
24. Yuca K, Bayram I, Cankaya H et al. 2005. Pediatric Intra Oral Ranula : An
Analysys of Nine Case. Tohoku J Exp Med ; 205:151-5.
25. Angelica MS. Mucous cyst.

2003http://www.emedicine.com/derm/topic274.htm
26. Menta MSN, Hee JP, Vanessa SL. 2008. Mucocele in Pediatric Patients :
Analysis of 36 Children. Pediatric Dermatology. Vol 25. Blackwell
Publishing In:308- 11.
27. Cecconi DR, Achilli A, Tarozzi M, Lodi G, Demarosi F, Sardella A,
Carrassi A. Mucocele of The Oral Cavity : A Large Case Series (1994-2008)
and Literature Riview. Med Oral Patol Oral Cir Bucal.
28. Anonymous. PDQ Oral Disease : Salivary Gland Disease. 206-9;212-13.
29. Anonymous.Mucocele.http://www.simplestepsddental.com/ss/ihtSSPrint/r.

WSI H000/st.3221.
30. Anonymous .Mucocele.<http://www.domainhelp.search.com/reference/Muc
ocele
31. Anonymous. Mucous cyst : Medical
Encyclopedia.http://www.nlm.nih.goh/medlineplus/print/ency/article/00163
9.htm
32. Regezi JA, Sciubba JJ. 1989. Oral Pathology : Salivary Gland Diseases.
WB Saunders Co, :225-311.
33. Langlais RP, Miller CS. 1994. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut

Yang Lazim. Alih Bahasa. Budi Susetyo. Jakarta:Hipokrates :40-1.


34. Zieve D. The A.D.A.M. Medical Encyclopedia. A.D.A.M., Inc. 1997-2010
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/encyclopedia.html
35. Jahanshahi G, Mansour AS, Khozeimeh F. 2007. Multiple Mucous
Retention Cyst (Mucocele) of The Oral Mucosa : A Case Report. Dent res J
;4(2):111-3.
36. Hasibuan S. 2007. Penuntun Prosedur Diagnosa Penyakit Mulut : Prosedur-
prosedur untuk Menegakkan Diagnosa Penyakit Jaringan Lunak Mulut.
Bina Teknik Press. Edisi II :30-1.
37. Watanabe K, Tomiyama S, Jinnouchi K, Nakajima H, Yagi T. Local
Injection of OK-432 in The Treatment of Ranula : A Case Report – original
article. http://findarticles.com/p/article/mi_m0BUM

38. Lych, Brightman, Greenberg, Burkets. 1984. Oral Medicine Diagnosis


and Treatment. 8th ed. Philadelphia : JB Lippincott: 235-57.
39. Anonymoushttp://content.answers.com/main/content/img/elsevier/dental/f0

533 -01.jpg
40. Anonymous.http://www.rad-pb.de/e1543/e1546/e1546/e2109/ranula.jpg

You might also like