You are on page 1of 4

Soal Final

Mata Kuliah : Kemalikussalehan


Dosen : Dedi Fariadi, M.Pd
Sifat : Tutup Buku
Waktu : 60 Menit

1. Uraikan sejarah singkat Sultan Malikusaleh ?


2. Jelasakan Samudera Pasai Sebagai Poros Maritim di Asia Tenggara?
3. Bagaimana sentuhan Islam dalam Perubahan Ideologis dan Identitas samudera pasai?
4. Jelasakan Islam Sebagai Identitas Peradaban Kerajaan Pasai?
5. Jelaskan Lima Pilar Kemalikussalehan berikut <
a. Religius
b. Akademis
c. Transformatif
d. Berwawasan Global
e. Cinta Damai

NAMA : AMANDA SAGITA PUTRI


NIM 210609501002
PMM 3
JAWABAN :
1) Sultan Malikussaleh adalah seorang tokoh sejarah yang terkait dengan Kerajaan Samudera
Pasai pada abad ke-13 di wilayah Aceh, Indonesia. Ia memerintah sekitar tahun 1297-1326
Masehi. Kerajaan Samudera Pasai, yang terletak di pesisir barat laut Sumatra, merupakan
pusat perdagangan dan Islamisasi di Nusantara.Peran penting Sultan Malikussaleh adalah
dalam penyebaran agama Islam di wilayahnya. Ia berupaya mengukuhkan Islam sebagai
agama utama di Kerajaan Samudera Pasai dan mendukung penyebaran ajaran Islam ke
daerah sekitarnya. Selain itu, kerajaan ini terkenal sebagai pusat perdagangan yang menjalin
hubungan dengan negara-negara seperti India, Cina, dan Timur Tengah, yang turut
mengangkat ekonomi kerajaan tersebut.

Dalam catatan perjalanan Marco Polo pada tahun 1292, disebutkan bahwa ia mengunjungi
kerajaan ini dan bertemu dengan seorang sultan yang mungkin adalah Malikussaleh.
Peninggalan arsitektur Islam, seperti masjid dan makam, menjadi bukti sejarah dari peran
Sultan Malikussaleh dalam mengukuhkan Islam di Nusantara.Meskipun informasi mengenai
Sultan Malikussaleh terkadang tidak konsisten karena sumber sejarah pada masa itu, ia tetap
menjadi figur penting dalam sejarah Islam di Indonesia, memberikan kontribusi signifikan
dalam Islamisasi wilayah tersebut.
2) Samudera Pasai memiliki peran krusial sebagai poros maritim di Asia Tenggara sepanjang
sejarah. Terletak di pesisir barat laut Sumatra, kerajaan ini mendominasi wilayah strategis
yang menghubungkan Lautan Hindia dan Laut Cina Selatan. Sebagai pusat perdagangan dan
kegiatan maritim, Samudera Pasai menjadi titik sentral yang menghubungkan negeri-negeri
sebelah Timur, seperti Cina dan Jepang, dengan negeri-negeri sebelah Barat, seperti anak
benua India, Parsi, Negara-negara Arab, Afrika, serta Eropa. Keberadaan Samudera Pasai di
poros maritim ini memungkinkan kerajaan ini untuk mengontrol jalur perdagangan penting.
Keterlibatan aktif dalam perdagangan internasional membawa keuntungan ekonomi yang
substansial bagi kerajaan tersebut. Samudera Pasai menjadi destinasi utama bagi pedagang
dari berbagai belahan dunia, menciptakan hubungan perdagangan yang erat dengan berbagai
budaya dan peradaban.

Selain aspek ekonomi, peran Samudera Pasai sebagai poros maritim juga memiliki implikasi
politis dan sosial yang signifikan. Kerajaan ini tidak hanya menjadi pusat penyebaran Islam
di kawasan tersebut tetapi juga menjadi tempat pertemuan berbagai pengaruh dan budaya
dari Timur dan Barat. Interaksi antarbangsa di Samudera Pasai menciptakan lingkungan
multikultural dan membentuk kekayaan budaya yang unik. Dengan demikian, Samudera
Pasai tidak hanya berperan sebagai kerajaan lokal di wilayah Nusantara, tetapi juga sebagai
poros maritim yang memainkan peran penting dalam jaringan perdagangan dan pertukaran
budaya di seluruh Asia Tenggara dan lebih jauh lagi. Keberadaannya mencerminkan
kompleksitas hubungan antarnegara dan keberagaman budaya dalam sejarah maritim
kawasan ini.

3) Kehadiran Islam ke Samudera Pasai, tidak hanya merubah kontruks keimanan tetapi juga
merubah cara pandang dunia (worldview) seorang Meurah Silue. Perubahan pandangan
dunia ini membentuk ideologisasi politik dan identitas pola pemerintahan dari seorang
Meurah Silue. Penabalan dirinya, dengan Malik As-Shalih mengindikasikan kuatnya
pengaruh Islam dalam eksistensi dirinya. Sentuhan Islam memberi warna yang kental pada
perubahan cara pikir, perilaku dan kebijakan- kebijakan kenegaraan yang dijalankan oleh
sang sultan ini. Melalui nilai-nilai keislaman ia membangun peradaban pasai yang “baru”.
Ide-ide turunan al-Qur’an berupa dasar-dasar memerintah, bentuk-bentuk pemerintahan dan
hubungan antara pemimpin dengan rakyatnya ia aplikasikan dalam tata laksana
pemerintahannya di Kerajaan Samudera Pasai.

Empirisnya, ideologi dan Indentitas kesultanan Samudera-Pasai telah dibangun dengan


cukup efektif dari tingkat pusat hingga kepada tingkat geuchik (desa), dan dalam tiap-tiap
tingkatan pemerintahan telah terbentuk tuha peut, yang merupakan suatu struktur
pemerintahan dalam kondisi berjaya. Struktur pemerintahan ini memiliki ciri khusus yaitu
institusi militer yang dibangun secara terpisah dengan institusi sipil, walaupun masih tetap
dalam kendali sultan secara mutlak sebagai kepala kesultanan (kepala negara). Umumnya
suatu pemerintahan Islam, jika masih dalam kondisi tidak stabil secara politik, maka struktur
pemerintahannya adalah struktur gabungan antara sipil dan militer, sehingga bilamana negara
dalam keadaan perang (diserang), maka seluruh rakyat terkena kewajiban perang yang
bersifat wajib ‘ain dan itulah yang biasa disebut dengan perang suci yakni jihad fi sabilillah.
Sedangkan untuk suatu pemerintahan Islam yang telah berjaya, maka kewajiban perang
bersifat wajib kifayah, yakni hanya dibebankan kepada mereka yang secara profesi sebagai
asykariyah (tentara), dengan adanya pelaksanaan perang yang diwakili oleh tentara maka
kewajiban rakyat untuk ikut berperang telah gugur.

Dalam masa pemerintahan Sultan Muhammad Malikul Dzahir yang berkuasa pada tahun
1289-1326, membentuk suatu konfederasi kerajaan-kerajaan Islam yang terdiri dari
Kesultanan Peureulak, Kerajaan Islam Beunua (Tamiang) dan Kesultanan Samudera-Pasai
(Muhammad Said, 1961: 55). Ibnu Batutah pernah berkunjung ke Kerajaan Pasai dan
menuliskan catatan bahwa Kerajaan Samudera-Pasai diperintah oleh seorang raja yang sangat
alim lagi shaleh. Kerajaan ini ramai didatangi oleh para pendatang dari berbagai penjuru
dunia unutk berdagang dan belajar ilmu agama.

4) Kerajaan Pasai merupakan kerajaan Islam yang berdiri di Nusantara pada abad ke-13 hingga
ke-16. Identitas peradaban Kerajaan Pasai secara signifikan dipengaruhi oleh agama Islam.
Islam dijadikan agama resmi di kerajaan tersebut, dengan raja dan elit penguasa yang secara
aktif mengadopsi dan mempromosikan Islam sebagai bagian integral dari pemerintahan.
Sistem hukum dalam kerajaan ini didasarkan pada prinsip-prinsip hukum Islam atau syariah,
yang mempengaruhi struktur hukum, penegakan hukum, dan tatanan sosial masyarakat.
Pendidikan Islam juga berkembang pesat di Kerajaan Pasai, dengan adanya madrasah dan
pusat pendidikan Islam yang mendukung penyebaran ajaran Islam di masyarakat. Selain itu,
Islam turut memainkan peran penting dalam hubungan perdagangan dan diplomasi Kerajaan
Pasai dengan negara-negara Islam lainnya, yang berkontribusi pada perkembangan budaya
Islam di wilayah tersebut. Identitas peradaban Pasai juga tercermin dalam arsitektur dan seni,
seperti masjid dan makam yang mencerminkan nilai-nilai dan estetika Islam. Kesusastraan
Islam, termasuk karya-karya ilmiah dan sastra agama, turut memperkaya identitas intelektual
Kerajaan Pasai. Dengan demikian, agama Islam bukan hanya sebagai aspek keagamaan
semata, melainkan juga sebagai landasan bagi berbagai aspek kehidupan dan budaya dalam
peradaban Kerajaan Pasai. pendatang dari berbagai penjuru dunia untuk berdagang dan
belajar ilmu agama. Rakyat Samudra-Pasai begitu bersemangatnya mempelajari Agama
Islam karena agama ini telah memberikan banyak pengaruh positif terhadap kehidupan
masyarakat dan penyelenggaraan negara

5) Religius: Pilar ini mencerminkan pentingnya aspek keagamaan dalam kepemimpinan dan
karakter. Seorang pemimpin yang memegang nilai religius akan menjunjung tinggi prinsip-
prinsip moral dan etika Islam dalam segala aspek kehidupan pribadi dan publiknya.

Akademis: Pilar ini menekankan pentingnya pengetahuan dan pendidikan. Seorang


pemimpin yang berlandaskan nilai akademis akan mengutamakan pembelajaran,
pengembangan diri, dan edukasi sebagai bagian integral dari kepemimpinannya.
Transformatif: Pilar transformatif menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus mampu
menciptakan perubahan yang positif dalam masyarakat dan organisasinya. Ia tidak hanya
mengelola status quo, tetapi juga memiliki visi untuk membawa perubahan yang membawa
kemajuan dan kesejahteraan.

Berwawasan Global: Pilar ini menandakan pentingnya memiliki pandangan yang luas
terhadap masalah global. Seorang pemimpin yang berwawasan global akan memahami isu-
isu internasional, berpartisipasi dalam kerja sama lintas negara, dan memiliki kepekaan
terhadap dinamika global.

Cinta Damai: Pilar ini menekankan pentingnya perdamaian dalam kepemimpinan. Seorang
pemimpin yang memiliki nilai cinta damai akan mencari solusi damai dalam penyelesaian
konflik, mempromosikan toleransi antar kelompok, dan berupaya membangun masyarakat
yang harmonis.

You might also like