Professional Documents
Culture Documents
Bab 1 Laporan
Bab 1 Laporan
Latar Belakang
Suku Muna memiliki bahasa daerah yakni bahasa Muna. Bahasa Muna
digunakan oleh masyarakat Muna dalam berkomunikasi. Sehubungan dengan itu Pateda
mengatakan “bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai oleh penutur bahasa yang
tinggal di daerah tersebut untuk berkomunikasi antarsesama mereka”. Bahasa Muna
merupakan salah satu wujud identitas masyarakat Muna. Bahasa Muna ini juga memiliki
kekhasan dan variasi seperti bahasa-bahasa yang lain, baik dalam hal pelafalan, intonasi,
kosakata, pola kalimat, maupun tata bahasanya.
Dalam bahasa Muna terdapat banyak kosakata yang bersinonim atau memiliki
kesamaan arti, misalnya: gampi dan sowo . Keduanya bermakna tinggalkan. Akan tetapi
kata sowo akan berubah maknanya jika digunakan pada kalimat yang sama. Misalnya
dalam kalimat, “Wa Ani nogampigho lambuno = Ani meninggalkan rumahnya” berbeda
maknanya dengan “Wa Ani nosowogho lambuno = Ani melarikan rumahnya”. Dalam
bahasa Muna kata sowo seharusnya tidak pantas digunakan dalam kalimat yang
ditujukan kepada sesama manusia, melainkan kepada hewan atau yang bernuansa alam
gaib seperti mengusir roh jahat. Kata bersinonim tersebut jika tidak dipahami maka akan
keliru jika digunakan dalam kalimat, dan sumber terjadinya kesalahpahaman
antarsesama. Oleh sebab itu, diharapkan pada masyarakat Muna dapat membedakan
kata yang memiliki makna yang sama atau mirip dalam penggunaannya.
Sebagai salah satu bentuk tradisi lisan, katoba dipergunakan sebagai salah
satu media komunikasi tradisional dalam masyarakat Muna dari dulu hingga
sekarang. Bahkan, katoba ini masih dipelihara, dan diwariskan secara turuntemurun
oleh sebagian besar masyarakat Muna, bahkan dalam pekembangannya tidak
mengalami benturan dari Islam fanatik di Muna. Bentuk pelaksanaannya pun tidak
berubah dari generasi ke generasi, hanya ada versi-versi tuturan sesuai dengan
pengalaman dan pengetahuan penutur. Akan tetapi, secara hakikat dan substansi
adalah sama, yakni mengajarkan syahadat, penyucian diri, dan nasihat-nasihat
moral dan etika pada anak yang di-katoba. Dilihat dari cara dan proses
penyampaiannya, katoba memiliki kemampuan dalam membawakan pesan
(informasi). Meskipun tidak semua bentuk/jenis kesenian tradisional atau seni
pertunjukan rakyat dapat dikategorikan sebagai media komunikasi tradisional.
Siswayasa). menegaskan tentang hal ini. Argumentasi di atas menggambarkan
bahwa tidak semua kesenian rakyat itu dapat dikelompokkan sebagai media
komunikasi tradisional. Mengenai hal ini, Siswayasa, dkk. (1993, 8-9) mengatakan
bahwa kesenian tradisional hanya dapat digolongkan sebagai media komunikasi
tradisional bila memenuhi unsur-unsur, yaitu: komunikator (sender), pesan yang
disampaikan sehingga terjadi proses komunikasi, dan penerima (receiver). Media
komunikasi tradisional yang
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tradisi, kebiasaan, atau leluri (bahasa latin: traditio, "diteruskan")
adalah sebuah bentuk perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dengan cara
yang sama. Kebiasaan yang diulang-ulang ini dilakukan secara terus menerus
karena dinilai bermanfaat bagi sekelompok orang, sehingga sekelompok
orang tersebut melestarikannya. Kata "Tradisi" diambil dari bahasa latin
''Tradere'' yang bermakna mentransmisikan dari satu tangan ke tangan lain
untuk dilestarikan. Tradisi secara umum dikenal sebagai suatu bentuk
kebiasaan yang memiliki rangkaian peristiwa sejarah kuno. Setiap tradisi
dikembangkan untuk beberapa tujuan, seperti tujuan politis atau tujuan
budaya dalam beberapa masa. Jika kebiasaan sudah diterima oleh
masyarakat dan dilakukan secara berulang, maka segala tindakan yang
bertentangan dengan kebiasaan akan dirasakan sebagai perbuatan yang
melanggar hukum.
Tradisi biasanya dibangun dari falsafah hidup masyarakat setempat
yang diolah berdasarkan pandangan dan nilai-nilai kehidupan yang diakui
kebenaran dan kemanfaatannya. Jauh sebelum agama datang masyarakat
telah memiliki pandangan tentang dirinya. Sebagai sistem budaya, tradisi
menyediakan seperangkat model untuk bertingkah laku yang bersumber dari
sistem nilai dan gagasan utama. Tradisi juga merupakan suatu sistem yang
menyeluruh, yang terdiri dari cara aspek yang pemberian arti perilaku
ajaran, perilaku ritual dan beberapa jenis perilaku lainnya dari manusia atau
sejumlah manusia yang melakukan tindakan satu dengan yang lain.
masyarakat Muna?
C.Tujuan
Tujuan dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Muna memiliki peradaban yang terus mengalami perkembangan dan
perubahan juga mengikuti perkembangan dan perubahan masyarakatnya.
Setiap peradaban memiliki metode untuk menciptakan peradaban
masyarakat yang bermartabat sesuai dengan bingkai kultur masyarakatnya.
Bingkai kultur itu khususnya di Nusantara, agama dijadikan dasar untuk
menanamkan nilai-nilai budaya masyarakanya. Sejak Islam masuk di Muna
(Buton).(Sahidin.o.l ., Amin.h ).
Katoba adalah salah satu bentuk tradisi lisan yang dimiliki suku Muna
di Kabupaten Muna dan Kabupaten Muna Barat di Provinsi Sulawesi
Tenggara. Pada hakikatnya, katoba dipahami sebagai ritual pada anak yang
memasuki usia dewasa (6- 11 tahun). Pelaksanaan ritual ini terdapat
ungkapan adat dan budaya yang dituturkan secara lisan oleh seorang
penutur (iman desa) kepada anak yang diupacarai (dikatoba). Rentetan
upacara dan penyampaian informasi moral dan etika kepada anak yang di-
katoba adalah hal yang harus tercipta dalam tradisi lisan ini.
(Hadirman,2016)
BAB III
PEMBAHASAN
A.Sejarah tradisi katoba di kerajaan muna
Katoba berasal dari kata toba yang berarti penyesalan. Tradisi katoba
dilaksanakan setelah seorang anak melaksanakan tradisi kangkilo (sunatan
secara tradisional). Tradisi katoba merupakan ritual masyarakat Muna yang
mengandung ajaran pendidikan karakter dan tata-cara interaksi sosial untuk
membentuk karakter masyarakat dengan berlandaskan pada nilai-nilai Islam.
Nasihat penting dalam pelaksanaan tradisi katoba yaitu dososo (menyesal),
dobhotuki (memutuskan), dofekakodoho (menjauhkan), dan dofekomiinahi
(menolak untuk mengulangi). Masyarakat Muna mengawali tradisi katoba
melalui serangkain proses islamisasi dan akulturasi nilai-nilai fundamental
suku Muna dengan nilai-nilai Islam
Muna .