You are on page 1of 10

ANALISIS MEMORI KASASI DALAM PERKARA CERAI

TALAK
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keadvokatan)

Dosen Pengampu :
Dr. Fauziah Lubis, S.H., M.Hum

DISUSUN OLEH :

ADE SRI ANTIKA (0201202097)

HKI VII C

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2023

1
ANALISIS MEMORI KASASI

Memori kasasi adalah syarat formal yang bersifat fundamental dari sebuah
permohonan kasasi di Mahkamah Agung. Adapun permohonan kasasi diajukan
sebagai upaya hukum yang dilakukan karena merasa tidak puas terhadap putusan
Banding dari Pengadilan Tinggi yang diberikan padanya. Namun tentunya juga
dalam mengajukan permohonan kasasi pasti ada syarat-syarat yang harus
dipenuhi, salah satu contohnya ialah permohonan kasasi diajukan paling lama 14
hari setelah putusan atau penetapan pengadilan diberitahukan kepada pemohon,
jika melebihi tenggat waktu yang ditentukan maka permohonan kasasi tersebut
ditolak.
Di dalam analisis ini saya akan mengangkat kasasi dalam perkara cerai
talak terhadap putusan dari Pengadilan Tinggi Agama Banten Nomor
:47/Pdt.G/2014/PTA.Btn Tanggal 17 September 2014 dan putusan Mahkamah
Agung Nomor : 229_K/Ag/2015 Tanggal 3 Maret 2015. Nantinya di bagian
lembar akhir dari tugas saya ini akan saya lampirkan putusan kasasi dari
Mahkamah Agung terkait perkara cerai talak. Mahkamah Agung yang memeriksa
dalam memutuskan sebuah perkara pada tingkat kasasi dengan nomor perkara
229-K/Ag/2015, tentunya juga telah memperhatikan segala uraian tentang duduk
perkara yang termaktub di dalam putusan Pengadilan Tinggi Agama Banten
dengan nomor perkara 47/Pdt.G/2014/ PTA.Btn.
Pada saat awal mengajukan perkara ini diketahui bahwasanya bapak Rudi
dan Ibu Irine adalah sepasang suami istri yang telah menikah dengan sah dimata
hukum dan agama pada tanggal 01 April 2000, yang dari pernikahan tersebut
lahirlah dua orang anak laki laki bernama Abyan Ahmedizza Yusrin, lahir tanggal
23 Februari 2001 dan Daryl Ahmadizza Imanni, lahir tanggal 01 Desember 2007.
Mulanya rumah tangga mereka rukun dan damai, namun pada akhir bulan
Desember tahun 2007 mulai ada keretakan rumah tangga yang disebabkan oleh
Ibu Irine yang terlalu pencemburu sehingga memfitnah bapak Rudi mempunyai
hubungan dengan orang lain tanpa alasan yang sah dan juga Ibu Irine kurang
menghargai bapak Rudi sebagai kepala rumah tangga seperti sering membantah
dan tidak menuruti perkataan bapak Rudi.
Perselisihan dan pertengkaran itu berkelanjutan terus-menerus dan Pak
Rudi sudah menjatuhkan talak, sehingga akhirnya sejak tanggal 5 Agustus 2013
hingga sekarang selama kurang lebih hampir 4 bulan Pemohon dan Termohon
telah berpisah ranjang dan karena sejak tanggal 01 November 2013 Pemohon suka
pergi meninggalkan tempat kediaman bersama dan selama itu sudah tidak ada
hubungan lagi; adanya perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus tersebut
mengakibatkan rumah tangga Pemohon dan Termohon tidak ada kebahagiaan
lahir dan batin dan tidak ada harapan untuk kembali membina rumah tangga,
sehingga Pemohon berkeputusan untuk bercerai dengan Termohon dan Pemohon
sudah menjatuhkan talak kepada Termohon di hadapan kedua orangtua Termohon
di Surabaya pada tanggal 13 November 2013; Maka dari itu Pengadilan agama

2
tigaraksa pun mmengabulkan keinginan penggugat. Tetapi dalam salah satu
rekonvensi atau permohonan dari Bu Irine adalah meminta hak nafkah iddah
sebesar Rp. 4.578.000 x 3 bulan yang berarti berjumlah Rp. 13.734.000 dan juga
Mut’ah sebesar 500 juta rupiah, namun pak Rudi tidak mampu dengan jumlah itu
dan hanya mampu dengan jumlah biaya iddah 2juta x 3 bulan yaitu Rp.6.000.000,
dan biaya mut’ah sebesar Rp.5.000.000. Oleh karena ketidaksesuain kemampuan
penggugat dan rekonvensi tergugat maka diputuskanlah oleh Pengadilan Agama
Tigaraksa telah menjatuhkan putusan Nomor 2884/Pdt.G/2013/PA. Tgrs tanggal
13 Mei 2014 M. bertepatan dengan tanggal 13 Rajab 1435 H. yang amarnya
sebagai berikut:
Dalam Konvensi:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon;
2. Menetapkan memberi izin kepada Pemohon (Rudi Yuwanda bin H.
Roesman) untuk menjatuhkan talak satu raj’i terhadap Termohon (Irine
Mayasari binti H. Sardjono) di depan sidang Pengadilan Agama Tigaraksa;
Dalam Rekonvensi:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;
2. Menghukum kepada Tergugat (Rudi Yuwanda bin H. Roesman) untuk
memberikan akibat talak kepada Penggugat (Irine Mayasari binti H.
Sardjono) berupa:
2.1. Nafkah iddah selama masa iddah sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas
juta rupiah)
2.2. Mut’ah berupa uang sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah);
3. Menetapkan 2 (dua) orang anak Penggugat dan Tergugat yang bernama:
3.1. Abyan Ahmedizza Yusrin, laki-laki, lahir di Surabaya tanggal 23
Februari 2001;
3.2. Daryl Ahmadizza Imanni laki-laki, lahir di Surabaya tanggal 1
Desember 2007;
berada dalam pemeliharaan/hak asuh (hadhanah) Penggugat sebagai ibu
kandungnya;
4. Menghukum kepada Tergugat untuk memberikan nafkah 2 (dua) orang
anak yang diasuh Penggugat tersebut sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah) setiap bulan di luar biaya pendidikan dan kesehatan sampai
kedua orang anak tersebut dewasa (21 tahun);
5. Menghukum kepada Tergugat untuk membayar biaya administrasi/masuk
sekolah di SD Islam Al Azhar BSD tersebut sebesar Rp18.030.000,00
(delapan belas juta tiga puluh ribu rupiah) kepada Penggugat;
6. Menolak gugatan Penggugat selebihnya.

Dalam Konvensi dan Rekonvensi


- Membebankan kepada Pemohon Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk
membayar biaya perkara yang hingga kini dihitung sebesar Rp491.000,00
(empat ratus sembilan puluh satu ribu rupiah).

3
Namun pak Rudi merasa tidak puas dengan putusan dari pengadilan agama
Banten, sehingga perkara ini ekmbali diajukan ke tahap banding, yaitu perceraian
antara Bapak Rudi yang sebelumnya termohon maka dalam tingkat ini menjadi
pembanding dan Ibu Irine yang semula menjadi pemohon sekarang terbanding,
menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan Pemohon putusan
Pengadilan Agama Tigaraksa telah dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi Agama
Banten dengan putusan Nomor 47/Pdt.G/2014/PTA.BTN tanggal 17 September
2014 M. bertepatan dengan 22 Zulqa’idah 1435 H. yang amarnya sebagai berikut:
I. Menyatakan permohonan banding Pembanding dapat diterima;
II. Membatalkan putusan Pengadilan Agama Tigaraksa Nomor 2884/ Pdt.G/
2013/PA. Tgrs tanggal 13 Mei 2014.
DAN DENGAN MENGADILI SENDIRI
 Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima (Niet On
Vankelijk verklaard);
 Membebankan kepada Pemohon Konversi/Tergugat Rekonvensi untuk
membayar biaya perkara pada tingkat pertama yang hingga kini dihitung
sebesar Rp491.000,- (empat ratus sembilan puluh satu ribu rupiah).
III. Membebankan kepada Pembanding untuk membayar biaya perkara pada
tingkat banding sebesar Rp150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah);

Karena amar putusan banding tersebut lagi-lagi tak sesuai dengan yang
diinginkan maka pak Rudi sebagai pemohon kembali melanjutkan perkara
perceraiannya ke tingkat kasasi pada tanggal 20 Oktober 2014 sebagaimana
ternyata dari Akta Permohonan Kasasi Nomor 2884/Pdt.G/2013/PA.Tgrs yang
dibuat oleh Panitera Pengadilan Agama Tigaraksa permohonan diikuti dengan
memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Agama Tigaraksa tersebut pada tanggal 28 Oktober 2014; Adapun
beberapa alasan kasasi ini adalah : Pemohon Kasasi/ Pemohon dalam memori
kasasinya tersebut pada pokoknya ialah:
1. Bahwa Pemohon Kasasi telah mengajukan Permohonan Kasasi ke
Mahkamah Agung RI melalui Pengadilan Agama Tigaraksa, karenanya
Permohonan Kasasi tersebut telah diajukan dalam tenggang waktu dan
dengan cara serta dengan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh
Undang-undang;
2. Bahwa atas permohonan Kasasi tersebut diatas, Pemohon Kasasi
mengajukan dan/atau menyerahkan Memori Kasasi melalui Pengadilan
Agama Tigaraksa pada tanggal 28 Oktober 2014, karenanya Memori
Kasasi ini tidak melampaui tenggang waktu yang telah ditetapkan menurut
UndangUndang;
3. Bahwa Majelis Hakim tingkat Banding dalam memeriksa perkara a quo
tidak objektif seandainya Majelis Hakim banding dalam memeriksa,
mengadili dan memutus perkara a quo bertindak objektif sudah pasti
Majelis Hakim tingkat banding menguatkan putusan Pengadilan Agama
Tigaraksa Nomor 2884/ Pdt.G/2013/PA.Tgrs tanggal 13 Mei 2014 Masehi,
yang sudah pertimbangan hukumnya karena telah melalui proses
persidangan sehingga Majelis Hakim tingkat pertama telah menemukan

4
fakta-fakta dalam persidangan yang dijadikan dasar untuk memutus
perkara a quo. Oleh karenanya Pemohon Kasasi berharap agar Majelis
Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo dalam tingkat kasasi
melihat kesalahan fatal yang dilakukan Majelis Hakim tingkat Banding,
dan selanjutnya membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Agama Banten
Nomor 047/Pdt.G/2014/PTA.Btn tanggal 17 September 2014 dan
menguatkan putusan Pengadilan Agama Tigaraksa Nomor
2884/Pdt.G/2013/PA.Tgrs tanggal 13 Mei 2014.
4. Bahwa Majelis Hakim tingkat Banding dalam memeriksa perkara a quo,
sama sekali tidak mempertimbangkan berkas-berkas yang ada dalam
Persidangan (Permohonan Pemohon, Jawaban, Replik, Duplik, bukti-bukti
surat dari Pemohon dan Termohon, serta saksi-saksi yang diajukan
Pemohon Kasasi) yang diajukan Pemohon Kasasi dan Termohon Kasasi
dalam persidangan terdahulu, terlihat Majelis Hakim Tingkat Banding
tidak adil dalam memutus perkara a quo karena dalam pertimbangan
hukumnya sama sekali mengenyampingkan posisi Pemohon Kasasi, yang
seakan-akan pemeriksaan perkara a quo dilakukan secara sepihak, dalam
Majelis tingkat banding hanya mempertimbangkan kesalahan manusiawi
saat pengetikan dalam permohonan Pemohon tanpa mempertimbangkan
fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan;
5. Bahwa selanjutnya Pemohon Kasasi menyatakan menolak dan membantah
secara tegas seluruh dalil-dalil pertimbangan-pertimbangan hukum Majelis
Hakim tingkat banding, karena pertimbangan hukum tersebut tidak tepat,
tidak relevan,, keliru, tidak berdasarkan hukum serta tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga tidak
mencerminkan rasa keadilan, kepastian hukum dan kepatutan,
sebagaimana diuraikan pada alinea ke 4 halaman 3 sampai dengan alinea
ke 2 halaman 4, pertimbangan hukumnya sebagai berikut : “Menimbang
bahwa Majelis Hakim tingkat Banding setelah memeriksa dengan teliti
berkas perkara banding tidak sependapat dengan pertimbangan dan
putusan Majelis Hakim tingkat pertama dalam memutus perkara Nomor
2884/Pdt.G/2013/PA.Tgs tanggal 13 Mei 2014 Masehi bertepatan dengan
tanggal 13 Rajab 1435 H, dimana dalam surat permohonan Pemohon dan
dalam putusan Pengadilan Agama Tigaraksa diatas halaman 4 alinea
keempa”;; “Menyebutkan berdasarkan dalil-dalil diatas Pemohon mohon
agar Ketua Pengadilan Agama Tangerang segera memeriksa dan
mengadili perkara ini.......” terdapat ketidak singkronan antara alamat
Pengadilan yang dituju (dalam hal ini Pengadilan Agama Tigaraksa)
dengan Pengadilan yang dimana atau yang dimohonkan untuk memeriksa
dan mengadili perkara a quo (dalam hal ini Ketua Pengadilan Agama
Tangerang)”;
Menimbang bahwa berdasarkan alasan tersebut diatas Majelis hukum tingkat
Banding berpendapat bahwa surat permohonan Pemohon terdapat cacat formil
yaitu terdapat 2 (dua) Pengadilan Agama untuk memeriksa perkara ini, sedangkan
dalam berita Acara Sidang tanggal 7 Januari 2014 saat dibacakan surat
Permohonan Pemohon, Pemohon menyatakan tetap mempertahankan isi

5
permohonannya, berdasarkan Pasal 118 HIR dan Pasal 99 RV, harus singkron
alamat Pengadilan yang dituju yaitu Pengadilan Agama Tigaraksa dan Pengadilan
yang memeriksa dan mengadili yaitu Pengadilan Agama Tangerang sedangkan
dalam hal ini berbeda yuridiksi antara Pengadilan yang dituju yaitu Pengadilan
Agama Tigaraksa dan Pengadilan yang memeriksa dan mengadili yaitu
Pengadilan Agama Tangerang (Kompetensi Relatif), oleh karenanya permohonan
a quo terdapat cacat formil dan Majelis Hakim Tingkat bawah menyatakan
permohonan Pemohon tidak dapat diterima (Niet on vankelijk verklaard/ NO) “
Menimbang bahwa oleh karena permohonan Pemohon tidak dapat diterima maka
pokok perkara tidak perlu diperiksa dan dipertimbangkan, dan Majelis Hakim
Tingkat Banding menyatakan Putusan Pengadilan Agama Tigaraksa Nomor
2884/Pdt.G/2013/PA.Tgrs tanggal 13 Mei 2014 Masehi harus dibatalkan dengan
mengadili sendiri yang amarnya sebagaimana terdapat dalam putusan ini; Bahwa
pertimbangan hakim Majelis Hakim Tingkat Banding di atas sama sekali tidak
tepat, keliru, dan tidak berdasarkan hukum serta tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, sehingga pertimbangan hukum tersebut tidak
mencantumkan rasa keadilan, kepastian hukum dan kepatutan, dan Pemohon
Kasai menolak pertimbangan tersebut, dengan alasan sebagai berikut :
5.1. Bahwa mengenai ketidak singkronan antara alamat Pengadilan
yang dituju (didalam hal ini Pengadilan Agama Tigaraksa) dengan
Pengadilan yang diminta/yang dimohonkan untuk memeriksa dan
mengadili perkara a quo (dalam hal ini Ketua Pengadilan Agama
Tangerang) seperti pertimbangan hukum Majelis tingkat banding,
permohonan Pemohon tersebut hanyalah kesalahan Manusiawi saat
pengetikan saja bukan berarti/bermaksud Pemohon meminta Ketua
Pengadilan Agama Tangerang yang memeriksa dan mengadili perkara
a quo bahwa Pemohon dalam halaman awal Permohonan Pemohon
Kasasi sudah jelas menuju ke Pengadilan Agama Tigaraksa dan
mendaftarpermohonan tersebut ke Pengadilan Agama Tigaraksa
dengan register Nomor 2884/Pdt.G/ 2013/ PA.Tgrs, oleh karenanya
secara jelas dan tegas Pemohon Kasasi meminta kepada Ketua
Pengadilan Agama Tigaraksa untuk memeriksa dan mengadili perkara
a quo;
5.2. Bahwa Pemohon Kasasi menolak dan membantah pertimbangan
hukum Majelis Tingkat Banding yang menyatakan bahwa permohonan
cerai talak Pemohon cacat formil, karena hal tersebut tidak benar.
Bahwa surat permohonan Pemohon yang telah didaftarkan ke
Pengadilan Agama Tigaraksa sudah disusun secara jelas dan tegas
(duidelijk) bahkan sudah memenuhi syarat-syarat suatu gugatan, baik
sudah memenuhi syarat formil (yang terdiri dari tempat dan tanggal
surat gugatan, serta sudah ditanda tangani oleh kuasa Pemohon Kasasi)
maupun sudah memenuhi syarat formil (yang terdiri dari identitas para
pihak, dasar-dasar gugatan (fundamentum petendi/ posita) dan juga
petitum (petitum primer dan petitum sekunder) bahwa kesemuanya
sudah tercantum dengan jelas dalam permohonan cerai talak Pemohon

6
Kasasi sehingga permohonan cerai talak Pemohon kasasi sudah
berdasarkan hukum;
5.3. Bahwa dasar yang dijadikan Pemohon Kasasi sebagai acara dalam
mengajukan Permohonan cerai talak adalah sudah sesuai dengan yang
diatur dalam ketentuan Pasal 129 Kompilasi Hukum Islam yang
menyatakan bahwa : “seorang suami yang akan menjatuhkan talak
kepada isterinya mengajukan permohonan baik lisan maupun tertulis
kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal isteri
disertai dengan alasan serta meminta agar diadakan sidang untuk
keperluan itu” Maka adalah jelas bahwa yang menjadi patokan
menentukan Kompetensi Relatif adalah tempat tinggal pihak istri
(termohon) saat ini menetap, dan karena alamat tempat tinggal
/kediaman/domisili Termohon Kasasi adalah di Foresta Naturale M6/3
BSD City RT.02, RW. 03, Desa Pagedangan, Kecamatan Pagedangan,
Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. Oleh

6. Bahwa dengan beberapa alasan-alasan tersebut di atas terlihat jelas bahwa


putusan Majelis Hakim tingkat Banding telah salah atau setidak-tidaknya
keliru dalam menerapkan hukum yang berlaku dimana Majelis Hakim
tingkat Banding telah bertindak tidak arif dan tidak bijaksana. Bahwa
semua peristiwa dan keadaan yang konkrit serta fakta-fakta yang
terungkap dalam persidangan tidak dipertimbangkan secara seksama.
Bahwa hal tersebut sangat terlihat sekali didalam pertimbangan
hukumnya, dimana Majelis Hakim tingkat banding terlihat amat tidak
provisional karena hanya mempertimbangkan kesalahan manusiawi saat
pengetikan dalam Permohonan Pemohon Kasasi. Tanpa
mempertimbangkan berkas-berkas yang ada dalam persidangan
(Permohonan Pemohon, Jawaban Replik, Duplik, bukti-bukti surat dari
Pemohon dan Termohon serta saksi-saksi yang diajukan Pemohon Kasasi)
yang diajukan oleh Pemohom Kasasi dan Termohon Kasasi dalam
persidangan terdahulu. Bahwa apabila Majelis Hakim tingkat banding
memutus perkara tersebut secara profesional dengan memperhatikan dasar
hukum secara seksama maka Pemohon Kasasi maupun Masyarakat
pencari Keadilan yakni dan percaya bahwa Pengadilan di Negara Kesatuan
Republik Indonrsia adalah benar-benar tempat yang mencari keadilan;
7. Bahwa seandainya Majelis Hakim tingkat Banding teliti dan cermat dalam
memeriksa dan mengadili perkara a quo serta mempertimbangkannya dari
segi yuridis, sosiologis dan filosofis maka tentunya Majelis Hakim tingkat
banding akan mengetahui bahwa tali perkawinan antara Pemohon kasasi
dan Termohon Kasasi sudah tak dapat lagi dipertahankan karena Pemohon
Kasasi dan Termohon Kasasi selalu saling menyakiti. Oleh sebeb itu
apabila rumah tangga yang sudah demikian keadaannya itu dibiarkan terus
berlangsung maka akan selalu menimbulkan banyak mudhorotnya
daripada manfaatnya karenanya jalan terbaik adalah perceraian.
8. Bahwa Pemohon Kasasi mohon Kepada Majelis Hakim yang memeriksa
dan mengadili perkara a quo pada tingkat kasasi, agar tetap jeli dan jernih

7
dalam memeriksa dan mengadili perkara a quo dan mengutamakan azas
Keadilan, sehingga tidak terkecoh dengan pertimbangan Majelis Hakim
tingkat banding, bahwa terbukti dalam Pertimbangan hukum tersebut.
Majelis Hakim tingkat Banding tidak adil dalam memeriksa dan mengadili
perkara a quo. Majelis Hakim tingkat Banding telah sembrono, keliru dan
salah dalam memutus perkara a quo. Maka sudah seharusnya Majelis
Hakim tingkat Kasasi selanjutnya mengambil alih pertimbangan hukum
Majelis Hakim tingkat pertama yang sudah tepat.
9. Bahwa dari penjelasan-penjelasan yang disampaikan Pemohon kasasi
didalam memori kasasi ini, Pemohon Kasasi berharap dengan hati yang
ikhlas agar Majelis Hakim tingkat kasasi yang memeriksa dan mengadili
perkara a quo dapat mengadili dengan cermat sehingga dapat memutuskan
perkara a quo dengan seadil-adilnya, setidaknya bisa membatalkan putusan
Pengadilan Tinggi Agama Banten Nomor 047/Pdt.G/2014/PTA.Btn
tanggal 17 September 2014 dan selanjutnya menguatkan putusan
Pengadilan Agama Tigaraksa Nomor 2883/Pdt.G/2013/PA.Tgrs tanggal 13
Mei 2014 Masehi.

Adapun yang dimohonkan oleh pemohon alias bapak Rudi dalam kasasi ini
ialah yang pertama mengizinkan ia mengikrarkan talak kepada istrinya. Dan pada
akhirnya berdasarkan keputusan Mahkamah agung diputuskan ;

MENGADILI:
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi RUDI YUWANDA
bin H. ROESMAN tersebut; Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Banten
Nomor 47/Pdt.G/ 2014/ PTA. BTN tanggal 17 September 2014 M. bertepatan
dengan tanggal 22 Zulqa’idah 1423 H. yang membatalkan putusan Pengadilan
Agama Tigaraksa Nomor 2884/Pdt.G/2013/PA.Tgrs tanggal 13 Mei 2014 M.
bertepatan dengan tanggal 13 Rajab 1435 H.;

MENGADILI SENDIRI:
Dalam Konvensi
1. Mengabulkan permohonan Pemohon;
2. Menetapkan memberi izin kepada Pemohon (Rudi Yuwanda bin H.
Roesman) untuk menjatuhkan talak satu raj’i terhadap Termohon (Irine
Mayasari binti H. Sardjono) di depan sidang Pengadilan Agama Tigaraksa;

Dalam Rekonvensi
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;
2. Menghukum kepada Tergugat (Rudi Yuwanda bin H. Roesman) untuk
memberikan akibat talak kepada Penggugat (Irine Mayasari binti H.
Sardjono) berupa:
2.1. Nafkah iddah selama masa iddah sebesar Rp15.000.000,00 (lima
belas juta rupiah);
2.2. Mut’ah berupa uang sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah);

8
3. Menetapkan 2 (dua) orang anak Penggugat dan Tergugat yang bernama:
3.1. Abyan Ahmedizza Yusrin, laki-laki, lahir di Surabaya tanggal 23
Februari 2001;
3.2. Daryl Ahmadizza Imanni laki-laki, lahir di Surabaya tanggal 1
Desember 2007;
berada dalam pemeliharaan/hak asuh (hadhanah) Penggugat sebagai ibu
kandungnya;
4. Menghukum kepada Tergugat untuk memberikan nafkah 2 (dua) orang
anak yang diasuh Penggugat tersebut sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah) setiap bulan di luar biaya pendidikan dan kesehatan sampai
kedua orang anak tersebut dewasa (21 tahun);
5. Menghukum kepada Tergugat untuk membayar biaya administrasi/masuk
sekolah di SD Islam Al Azhar BSD tersebut sebesar Rp18.030.000,00
(delapan belas juta tiga puluh ribu rupiah) kepada Penggugat;
6. Menolak gugatan Penggugat selebihnya.

Dalam Konvensi dan Rekonvensi


- Membebankan kepada Pemohon Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk
membayar biaya perkara yang hingga kini dihitung sebesar Rp491.000,00
(empat ratus sembilan puluh satu ribu rupiah).

Membebankan kepada Pemohon Kasasi/Pemohon untuk membayar biaya


perkara dalam tingkat kasasi ini sejumlah Rp500.000,- (lima ratus ribu
rupiah);

Demikianlah perkara tahap kasasi ini diputuskan pada hari Selasa tanggal
3 Maret 2015. Yang dimana putusan ini sudah memiliki kekuatan hukum yang
tetap. Dan demikianlah analisis memori kasasi ini saya jabarkan, lebih dan
kurangnya saya mohon maaf

9
1

You might also like