You are on page 1of 19

METODOLOGI TAFSIR AL-TAHRIR WA AL-TANWIR KARYA IBN ‘ASYUR

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kajian Tafsir Kontemporer
Dosen Pengampu:

Mamluatun Nafisah M,Ag.

Disusun oleh Kelompok 8:

Fismy Faturrahmi Firmansyah (21211658)

Hanifa Laila Fithriani (21211662)

Inggrit Nurhafilda (21211673)

PROGRAM STUDI ILMU AL- QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN
IIQ JAKARTA
1444 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya guna
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kajian Tafsir Kontemporer yang berjudul
Metodologi Tafsir Al-Tahrir Wa At-Tanwir Karya Ibn ‘Asyur. Makalah ini bertujuan
untuk menambah wawasan mengenai naskah-naskah tafsir salah satunya yang berjudul
Tafsir Al-Tahrir Wa At-Tanwir Karya Ibn ‘Asyur bagi para pembaca dan terutama bagi
kami para penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mamluatun M,Ag. selaku dosen
mata kuliah Kajian Tafsir Kontemporer yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kami, juga kepada semua pihak yang telah bekerja
sama dan saling membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tangerang, 04 November 2023

(Pemateri)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii

BAB I .................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

C. Tujuan Masalah ....................................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3

A. Biografi Mufassir .................................................................................................... 3

1. Nama dan Nasab Keturunan Ibn ‘Asyur ................................................................. 3

2. Perjalanan Intelektual Ibn ‘Asyur ........................................................................... 3

3. Latar Belakang Sosiohistoris Ibn ‘Asyur ................................................................ 5

4. Guru-Guru Ibn ‘Asyur ............................................................................................ 5

5. Karya-Karya Ibn ‘Asur............................................................................................ 7

B. Metodologi Kitab Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir ................................................. 7

1. Identifikasi Fisiologis Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir ........................................... 7

2. Identifikasi Metodologis Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir ...................................... 8

3. Identifikasi Ideologis Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir ......................................... 13

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tafsir Al-Qur'an adalah salah satu bidang kajian paling penting dalam dunia
Islam. Tafsir membantu umat Islam memahami dan mengaplikasikan ajaran Al-Qur'an
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pemahaman tentang metodologi yang
digunakan oleh para mufassir, seperti Ibn Asyur, sangatlah penting.
Al-Qur'an adalah teks yang mendalam dan kompleks, dan ini telah
menghasilkan beragam interpretasi sepanjang sejarah Islam. Para mufassir memiliki
berbagai metodologi dalam menafsirkan suatu naskah tafisr, oleh karena itu penting
untuk memahami metode yang digunakan oleh Ibn 'Asyur dan peran uniknya dalam
konteks pemahaman Al-Qur'an.
Pada saat Ibn 'Asyur hidup, dunia Islam sedang menghadapi tantangan
modernisasi dan perubahan sosial yang signifikan. Metodologi tafsirnya mencoba
menjembatani kesenjangan antara tradisi dan modernitas, dan ini memiliki implikasi
besar dalam memahami bagaimana Al-Qur'an dapat relevan dalam konteks zaman yang
terus berubah. Di Tunisia, tempat kelahiran Ibn 'Asyur, adalah pusat warisan intelektual
Islam yang kaya. Pembahasan tentang metodologi tafsir Ibn 'Asyur juga dapat
membantu menjelaskan peran Tunisia dalam perkembangan pemikiran Islam dan
hubungannya dengan peradaban Islam secara lebih luas.
Metodologi tafsir Ibn 'Asyur tetap relevan dalam memahami Al-Qur'an dalam
konteks zaman sekarang. Pemahaman terhadap kerangka metodologinya dapat
memberikan pandangan yang berharga dalam menghadapi isu-isu kontemporer yang
dihadapi oleh dunia Islam.
Dengan memahami latar belakang masalah ini, pembaca makalah akan dapat
menghargai pentingnya kajian tentang metodologi tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir karya
Ibn 'Asyur, dalam rangka mendalami pemahaman Al-Qur'an dan kontribusi ulama
tersebut terhadap pemikiran Islam dalam berbagai aspek kehidupan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Ibn ‘Asyur?
2. Metodologi Kitab Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui biografi Ibn ‘Asyur.
2. Untuk mengetahui bagaimana metodologi Kitab Tafsir Al-Tahrir Wa Al-
Tanwir.

2
BAB II
PENDAHULUAN

A. Biografi Mufassir
1. Nama dan Nasab Keturunan Ibn ‘Asyur
Nama lengkap Ibn ‘Asyur adalah Muhammad al-Thahir ibn ‘Asyur.
Beliau lahir pada tanggal 1296 H/1878 M di kota Mousha, yang terletak di
sebalah utara Tunisia dan wafat pada tahun 1393 H atau 1973 M1 di Tunisia. Ibnu
Asyur tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga yang mencintai ilmu
pengetahuan. Pendidikanya diperhatikan penuh oleh ayah, ibu dan kakeknya.
Keturunan keluarga Asyur adalah keluarga yang terkenal di Tunis, karena
memiliki posisi ilmiah dan jabatan di pemerintahan.2 Ibunya bernama Fatimah,
anak perempuan dari Perdana Menteri Muhammad al-Aziz bin Attar. Kakek Ibn
‘Asyur, yaitu Muhammad Tahir bin Muhammad bin Muhammad Syazili adalah
seorang ahli nahwu, ahli fiqih, dan pada tahun 1851 menjabat sebagai ketua qadhi
di Tunisia. Bahkan pada tahun 1860 ia dipercaya menjadi Mufti di negaranya.3
Beliau dikenal sebagai mufassir yang memiliki spesialisasi dalam bidang
ilmu kebahasaan dan tatabahasa bahasa Arab, dan beliau juga sastrawan. Seorang
Da‘i yang cukup dikenal dalam persoalan sosial keagamaan, beliau juga seorang
penulis yang sangat produktif, banyak sekali tulisan-tulisan beliau baik berupa
makalah-makalah ilmiah yang bersifat lepas maupun buku-buku yang sudah
dicetak. Bahkan di Tunis, Beliau menjadi Hakim (Qadhi) selama 10 tahun,
kemudian pindah di komisi Fatwa dan menjadi Guru Besar di Universitas
Zaitunah. sebuah Universitas tua setingkat Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir.4

2. Perjalanan Intelektual Ibn ‘Asyur


Pendidikan Ibn 'Asyur diperoleh dari kedua orang tuanya, dan segenap
keluarganya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada usia enam
tahun ia sudah mulai belajar di Masjid Sayyidi al-Mujawar di Tunis. Di sana ia

1
Abd. Halim, “Kitab Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir Karya Ibnu ‘Asyur Dan Kontribusinya Terhadap Keilmuan
Tafsir Kontemporer”, Jurnal Syahadah (Oktober:2014), Vol. II No.II, H.18.
2
Faizah Ali Syibromalisi, “Telaah Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir Karya Ibn ‘Asyur”, Jurnal UIN Jakarta, (t.t)
H.2.
3
Abd Halim, H.19.
4
Husnul Hakim, “Ensiklopedia Kitab-Kitab Tafsir”, elSIQ Tabarakarrahman (Jakarta:2019),H.249-250.

3
mulai menghafal dan mempelajari Al-Qur’an kepada Syeikh Muhammad al-
Khiyariy, dan mempelajari kitab Syarh al-Syeikh Khalid al-Azhariy’Ala al-
Jurmiyah. Selain itu, ia diajarkan juga untuk menghafal kumpulan matan-matan
ilmiah seperti matan ilmiah ibn ‘Asyir, al-Risalah dan al-Qathar. Beliau juga
banyak menyerap ilmu dari kakeknya yakni yang benama Muḥammad al-'Aziz
bin Bu'atur. Ibn 'Asyur mempelajari ilmu Al-Qur'an dan menghafalkannya di
rumah keluarganya. Sekitar awal abad 14 H Ibnu ‘Asyur memulai
petualangannya menuntut ilmu pengetahuan Islam dengan bergabung dalam
lembaga pendidikan Zaitunah, Tunisia.
Zaitunah adalah sebuah masjid yang dalam perjalanan sejarah menjadi
pusat kegiatan keagamaan yang berafiliasi kepada madzhab Maliki dan hanya
sebagian yang menganut madzhab Hanafi. Masjid ini juga merupakan lembaga
pendidikan yang setara dengan Al-Azhar Cairo yang selama berabad-abad
berfungsi sebagai pusat pendidikan, informasi dan penyebaran ilmu
pengetahuan.
Selama delapan tahun mengenyam ilmu pengetahuan di Universitas
Zaitunah, Ibn ‘Asyur diangkat sebagai guru pada tahun 1320 H/ 1903 M di
Zaitunah. Karirnya terus meningkat dalam bidang pengajaran sehingga ia
terpilih menjadi tenaga pengampu di sekolah Al- Şadiqiah pada tahun 1321 H/
1904 M. Berikutnya ia diangkat sebagai anggota di bidang akademis pada
sekolah yang sama pada tahun 1326 H/ 1909 M.
Ibn 'Asyur diangkat menjadi hakim (Qadhi) mazhab Maliki pada tahun
1913 dan diangkat menjadi pemimpin mufti mazhab Maliki di Negara itu pada
tahun 1972. Ia juga seorang mufasir, ahli bahasa, ahli nahwu dan ahli di bidang
sastra. Ia terpilih menjadi anggota Majma ‘al-Lugoh al-‘Arabiyah di Mesir dan
Damaskus pada tahun 1950 dan anggota Majma’ al-Ilmi al-‘Arabi di Damaskus
pada tahun 1955. Ia banyak menulis baik buku maupun artikel di berbagai
majalah dan koran di Tunisia.
Kondisi saat itu, disaat pemerintah dipimpin oleh seorang diktator,
menggiring Ibn ‘Asyur berseteru dengan pemerintah. Ia menentang pemerintah
dengan mengumpulkan kekuatan untuk menyampaikan pesan Agama. Bahkan
akibat dari perbuataannya, ia dicopot dari kedudukannya sebagai Syekh Besar
Islam. Akhirnya, Ibn ‘Asyur memutuskan untuk berdiam diri di rumahnya dan
menikmati Kembali kegiatan rutinnya membaca dan menulis. Dalam masa-
4
masa itu, ia menulis karya tafsir yang kemudian menjadi salah satu karya master
piece-nya yakni kitab Tahrir Wa Al-Tanwir.5

3. Latar Belakang Sosiohistoris Ibn ‘Asyur


Karna Ibn ‘Asyur hidup selama 94 tahun yaitu dari tahun 1878-1973 M.
Jadi dari usia beliau yang 94 tahun ini, secara umum potret kehidupan Ibn
‘Asyur terbagi menjadi dua fragmen besar periode kehidupan. Fase Pertama,
yaitu era penjajahan kolonial Perancis atas negara-negara maghrib ‘arabi
(Maroko, Al-Jazair, dan negerinya Tunisia). Masyarakat Tunisia pada saat
dijajah Perancis melakukan perlawanan terhadap penjajahan Perancis dan
diantara faktor masyarakat Tunis melakukan perlawanan yaitu dimana mereka
terpengaruh dengan pemikiran-pemikiran seorang pembaharu yaitu
Muhammad Abduh (Tokoh Pembaharu dari Mesir) beliau ini memiliki majalah
yakni Al-Urwatul Wutsqa dimana pemikiran-pemikiran yang ada di majalah
tersebut mengajak masyarakat untuk bangkit dalam melakukan perlawanan
terhadap penjajahan. Dimana pada saat itu juga Mesir dijajah oleh Prancis dan
Inggris.
Kemudian juga apa yang mendorong masyarakat Tunis ingin melakukan
perlawanan itu juga karna ada beberapa tokoh pembaharu yang berasal dari
Tunisia sendiri seperti Khoirudin Abdun Ningsih. Dan fase Kedua, yaitu pada
masa kemerdekaan yang diraih rakyat Tunisia pada tahun 1956-1973, dan
dimana pada tahun tersebut beliau meninggal.
Jadi Ibn ‘Asyur ini hidup di dua fase dimana Tunisia masih belum
merdeka dari penjajah Perancis dan fase kedua dimana Ibn ‘Asyur hidup Ketika
Tunisia merdeka dari penjajah Perancis 6

4. Guru-Guru Ibn ‘Asyur


Di antara guru Ibn ‘Asyur adalah:
a. Syeikh Abd Al-Qadir al-Taimimiy, dari gurunya ini Ibn ‘Asyur
mempelajari tentang tajwid Al-Qur’an dan ‘ilmu Al-Qira’at.

5
Widya Oktavia. “Tafsir Maqasidi Mahar Ibn ‘Asyur”, Skripsi UIN Jakarta (2020), H.20-21.
6
Mamluatun Nafisah, Kuliah online “Metodologi Kitab at-Tahrir wa at-Tanwir min at-Tafsir Karya Ibn 'Asyur,”
2020, https://youtu.be/rbj0ZresWGQ?si=bPluzirPLdK4KNwS.

5
b. Muhammad Al-Nakhliy, dari gurunya ini Ibn ‘Asyur mempelajari ‘ilmu
Al-nahwi menggunakan kitab Muqaddimah Al-I’rab, balaghah yang
membahas kitab Mukhtashar Al-Su’ud, Manthiq dengan membahas
kitab Al-Tahdzid, Ushul Al-fiqh dengan mempelajari Al-Hithab ‘Ala Al-
Waraqah, dan Fiqh Malikiy dengan membahas kitab Muyarah ‘ala Al-
Mursyid, dan kitab Kifayah Al-Thalib ‘ala Al-Risalah .
c. Syeikh Muhammad Shalih, dari gurunya ini Ibn ‘Asyur mempelajari
kitab Al-Makwidiy ‘ala Al-Khulashah tentang ‘ilmu Al-nahwi, Manthiq
dengan membahas kitab Al-Sulam, ‘ilmu Maqashid dengan membahas
kitab Mukhtashar Al-Su’ud, dan Fiqh dengan membahas kitab Al-
Tawadiy ‘ala Al-Tuhfah.
d. Amru ibn ‘Asyur dari gurunya ini Ibn ‘Asyur mempelajari kitab Ta’liq
Al-Dimamainiy ‘ala Al-Mughniy karya Ibn Hisyam tentang ilmu nahwu,
kitab Mukhtashar Al-Su’ud tentang Balagah, Fiqh, dan Ilmu Faraidh.
e. Syeikh Muhammad Al-Najar, dari gurunya ini Ibn ‘Asyur mempelajari
kitab Al-Makwidiy ‘ala Al-Khulashah, kitab Mukhtashar Al-Su’ud, Al -
Muwaqif tentang Ilmu Al-Kalam, dan kitab Al-Baiquniyah tentang
Musthalah Al-hadits.
f. Syeikh Muhammad Thahir Ja’far, dari gurunya ini Ibn ‘Asyur
mempelajari kitab Syarh al-Mahalli ‘ala Jam’I al-Jawami’ tentang
Ushul Fiqh, dan kitab Al-Syihab Al-Khafajiy ‘ala al-Syifa’ karya Qhadi
‘Iyadh tentang Sirah Nabawiyah.
g. Syeik Muhammad Al-‘Arabiy Al-Dur’iy, dari gurunya ini Ibn ‘Asyur
mempelari Ilmu Fiqh dengan membahas kitab Kafayah al-Thalib ‘ala
al-Risalah.
Dari nama-nama guru Ibn ‘Asyur di atas, dipahami bahwa Ibn ‘Asyur
memiliki karakter dalam mempelajari suatu materi ilmu tidak pernah puas
dengan satu orang guru saja, tapi ia senantiasa mempelajarinya kepada beberapa
orang guru, sehingga tidak salah Ibn ‘Asyur menjadi seorang yang pintar. Ia
menjadi tempat bertanya bagi teman-temannya. Ia sering unggul dalam ujian-
ujian dan penelitian dalam kehidupan ilmiah dan tugas-tugas yang diembankan
kepadanya. Di antara buktinya ia memperoleh Syahadah Al-thathwi’ pada tahun
1899 M.

6
Ibn ‘Asyur juga memiliki murid yang mengambil ilmu darinya. Di antara
murid-murid Ibn ‘Asyur adalah:
a. Syeikh Abd Al-Hamid, dari Ibn ‘Asyur dia mempelajari tentang sastra,
bahasa Arab, dan lain-lain.
b. Muhammad Al-Fadhil ibn ‘Asyur, dari Ibn ‘Asyur dia mempelajari
berbagai kitab tafsir seperti tafsir Al-Baidhawiy, Al-Muwatha’,dan
lain-lain.7

5. Karya-Karya Ibn ‘Asyur


Beliau dikenal sebagai mufassir yang memiliki spesialisasi dalam bidang
ilmu kebahasaan dan tatabahasa bahasa Arab, dan beliau juga sastrawan.
Seorang Da‘i yang cukup dikenal dalam persoalan sosial keagamaan, beliau
juga seorang penulis yang sangat produktif, banyak sekali tulisan-tulisan beliau
baik berupa makalah-makalah ilmiah yang bersifat lepas maupun buku-buku
yang sudah dicetak. Di antara karya-karyanya :
a. Al-Tahrîr wa Al-Tanwîr
b. Maqashid Al-Syarî‘ah Al-Islamiyyah
c. Ushul Al-Nizham Al-Ijtima‘i Fii Al-Islam
d. Al-Waqf wa Atsaruhu Fii Al-Islam
e. Ushul Al-Insya wa Al-Khithabah8
f. Kasyfu Al-Mugṭa min Al-Ma’ani wa Al-Alfaẓ Al-Waqi‘ah Fii Al-
Muwatta’ ( Mengungkap Hal Tersembunyi dari Makna dan Kata-Kata
dalam Kitab Muwatta’).
g. Alaisa Al-Ṣubḥu bi Qarib (1907 M) (Bukankah Waktu Subuh Sudah
Dekat)9

B. Metodologi Kitab Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir


1. Identifikasi Fisiologis Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir

7
Jani Arni, “Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir Karya Muhammad Al-Thahrir Ibn ‘Asyur”, Jurnal Ushuluddin
(Januari 2011), Vol. XVII No. 1, H.82-83.
8
Husnul Hakim, H. 249-250.
9
Lufiyatun Nikmah, “PENAFSIRAN ṬĀHIR IBN ‘ĀSYŪR TERHADAP AYAT-AYAT TENTANG DEMOKRASI:
KAJIAN ATAS TAFSIR AL-TAḤRĪR WA AL-TANWĪR”, Journal of Islamic Studies and Humanities (2017),
Vol. 2 No. 1, H.84

7
Nama lengkap dari kitab ini adalah Taḥrīr al-Ma’nā al-Sadīd wa Tanwīr
al-‘Aql al-Jadīd min Tafsīr al-Kitāb al-Majīd yang kemudian diringkas menjadi
al- Taḥrīr wa alTanwīr. Kitab Tafsir ini awal mulanya ditulis di majalah yang
diterbitkan oleh Al-Jamiah Al-Zaitunah (Universitas Zaitunah). Penerbitannya
mencapai 90 edisi, kemudian kitab tafsir ini diterbitkan secara lengkap di
Tunisia pada tahun 1969 jadi kitab tafsir ini di catat 4 tahun sebelum beliau
wafat. Kitab tafsir ini terdiri dari 15 jilid yang berisi penafsiran 30 juz dari Al-
Qur’an Al-Karim berarti kitab tafsir ini dari Surah Al-Fatihah sampai Surah An-
Nas.10

2. Identifikasi Metodologis Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir


a. Latar belakang Penulisan dan penamaan Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir
Ibn ‘Asyur sebelum karyanya ini muncul sudah sejak lama bercita-
cita untuk menafsirkan Al-Qur’an. Ibn ‘Asyur ingin menjelaskan kepada
masyarakat apa yang akan membawa mereka kepada kebahagiaan di
dunia dan akhirat, menjelaskan kebenaran, akhlak mulia, kandungan
balaghah yang dimiliki Al-Qur’an itu sendiri, ilmu-ilmu syari’at, serta
pendapat-pendapat-pendapat para mufasir terhadap makna ungkapan
Al-Qur’an.
Ibn ‘Asyur menjadikan kitab tafsirnya ini sebagai tempat untuk
menumpahkan pemikiran yang tidak pernah diungkapkan oleh ulama
sebelumnya. Selain itu juga Ibn ‘Asyur menjadikannya sebagai tempat
untuk menyatakan sikapnya terhadap perbedaan pendapat ulama
terdahulu. Ibn ‘Asyur memandang bahwa karya-karya tafsir terdahulu
umumnya berupa kumpulan dari pendapat ulama terdahulu tanpa
inovasi yang hanya terkadang dengan penjelasan yang pendek atau
dengan penjelasan yang panjang.
Ibn ‘Asyur juga ingin mengungkap dalam kitab tafsirnya ini
pemahaman Al-Qur’an berdasarkan persoalan-persoalan ilmiah yang
tidak diungkapkan oleh ulama terdahulu. Namun, Ibn ‘Asyur juga
menggarisbawahi bahwa pandangan ini tidak mutlak hanya dimiliki

10
Mamluatun Nafisah, Kuliah online “Metodologi Kitab at-Tahrir wa at-Tanwir min at-Tafsir Karya Ibn
'Asyur,” 2020, https://youtu.be/rbj0ZresWGQ?si=bPluzirPLdK4KNwS.

8
olehnya sendiri, dan tidak menutup kemungkinan ulama-ulama lainnya
juga berpandangan yang sama dengannya dan menulis tafsir dengan cara
ia tempuh juga.
Dari uraian di atas, dapat dipahami Ibn ‘Asyur menulis kitab tafsir
dengan latar belakang kecintaan kepada Islam dan umat Islam.
Agaknya, Ibn ‘Asyur menginginkan ajaran Islam itu berkembang,
disebabkan Al-Qur’an merupakan sumber ajaran Islam, maka
mengembangkan ajaran Islam dengan cara menjelaskan kepada
masyarakat apa yang dikandung oleh ajaran Islam itu sendiri (Al-
Qur’an). Ibn ‘Asyur menafsirkan Al-Qur’an dengan harapan kitab
tafsirnya tersebut mampu memberi pengaruh kepada masyarakat, seperti
dari segi akhlak, pemahaman keagamaan serta wawasan mereka.
Ibn ‘Asyur menginginkan umat Islam menyadari bahwa Al-
Qur’an adalah kitab yang agung, kitab yang berbeda dengan kitab-kitab
yang mereka temukan di dunia ini sebagai bukti dapat dilihat dari
keindahan gaya bahasa, serta rahasia-rahasia kebahasaan yang
dikandung oleh Al-Qur’an. Selain itu, Ibn ‘Asyur dengan karyanya
tersebut tidak bermaksud menjadi ulama yang bangga dengan kelebihan
yang dimiliki, tapi tetap menjadi ulama yang ikhlas ingin
mengembangkan ajaran Islam.
Nama lengkap kitab tafsir ini adalah Taḥrīr al-Ma’nā al-Sadīd wa
Tanwīr al-‘Aql al-Jadīd min Tafsīr al-Kitāb al-Majīd yang kemudian
diringkas menjadi al-Taḥrīr wa al-Tanwīr. Penamaan kitab ini
dilatarbelakangi karena beliau memiliki misi untuk mengungkap makna
Al-Qur’an dan ingin mengumakakan ide-ide baru terhadap pemahaman
Al-Qur’an.

b. Metode Penulisan Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir


Ada beberapa metode penulisan tafsir yang selama ini digunakan
yaitu: metode analisis (tahlili), global (ijmali), kompratif (muqaran) dan
tematik (maudhu'i). Jika dilihat dari metode penafsiran Ibn ‘Asyur
secara umum Ibn ‘Asyur bisa dikatakan tafsir ini dituliskan berdasarkan
metode analisis (tahlili), karena penafsiran dimulai dari Al-Fatihah atau

9
berdasarkan susunan surah- surah yang ada di Mushaf, menjelaskan dan
menafsirkan ayat per ayat. 11

c. Sumber dan Referensi Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir


Ibn ‘Asyur biasanya memulai penjelasan dengan menampilkan
ayat yang akan ditafsirkan, kemudian pembahasannya dengan kajian
kebahasaan, dan setelah itu Ibn ‘Asyur menjelaskan tentang persoalan
ilmiah yang dikandung oleh ayat tersebut. Penafsiran Ibn ‘Asyur tidak
selalu diiringi dengan keterangan dari ayat-ayat Al-Qur’an, walau masih
ada tapi hal itu tidak mendominasi. Jadi, melihat kepada cara dan uraian
Ibn ‘Asyur maka dapat dikatakan bahwa manhaj yang digunakan oleh
Ibn ‘Asyur dalam kitab tafsirnya adalah tafsir bi alra’yi, yaitu penafsiran
Al-Qur’an yang sumber penafsirannya didominasi oleh ijtihad mufasir
dan meskipun juga menyertakan keterangan dengan ayat-ayat Al-
Qur’an lainnya ataupun keterangan hadits Nabi Saw.12
Ibnu ‘Asyur dalam menulis karyanya banyak merujuk kitab-kitab
tafsir klasik seperti al-Kasysyaf karya al-Zamakhsyari, al-Muharrar al-
wajiz karya Ibnu ‘Atiyyah, Mafatih al-Gaib karya Fakhruddin al-Razi,
Tafsir al-Baidawi, tafsir al-Alusi, serta komentar at-Tayyi’, al-Qazwini,
al-Qutub, dan at-Taftizani terhadap al-Kasysyaf beserta kitab-kitab
tafsir lainnya. Namun yang paling banyak ia kutip adalah kitab al-
Kasysyaf karya al-Zamakhsyari, meskipun ia tidak sepenuhnya
sependapat dengan apa yang dikemukakan Zamakhsyari dalam
kitabnya. Oleh karenanya, dalam kitab tafsir ini banyak dijumpai
penjelasan-penjelasan tafsir dari sisi linguistiknya dan merujuk tafsir al-
Kasysyaf. Dalam pengantarnya, Ibnu ‘Asyur menyatakan, “Dalam tafsir
yang saya tulis ini, saya fokuskan pada penjelasan tentang berbagai
macam kemukjizatan Al-Qur’an serta mengungkap kelembutan sisi
kebalagahah bahasa Arab dan uslub-uslub penggunaaannya. Dan juga
saya menjelaskan hubungan ketersambungan antara satu ayat dengan
yang lain.

11
Achmad Wakhidul Karim, “INTERPRETASI “KEPEMIMPINAN” BERBASIS QS. AN-NISA‟: 34 STUDI
TAFSIR THAHIR IBN „ASYUR DAN WAHBAH AZ-ZUHAILI” Skripsi UIN Malang (2022), H.35-36.
12
Jani Arni, H.91-92.

10
Selanjutnya, Ibnu ‘Asyur membagi muqaddimah (pengantarnya)-
nya ke dalam sepuluh bagian. Secara keseluruhan pengantarnya berisi
tentang landasan teoritis Ibnu ‘Asyur tentang ilmu Al-Qur’an.
Kesepuluh muqaddimah tersebut antara lain: Muqaddimah pertama
membahas Tafsir dan Ta’wil, Muqaddimah kedua pembahasan tentang
ilmu bantu tafsir, Muqaddimah ketiga mengenai keabsahan sekaligus
makna tafsir bi al-ra’y, Muqaddimah keempat mengenai tujuan tafsir,
muqaddimah kelima tentang asbab al-nuzul, muqaddimah keenam
tentang Qira’at, Muqaddimah ketujuh mengenai kisah-kisah dalam Al-
Qur’an, muqaddimah kedelapan tentang sesuatu yang berhubungan
dengan nama-nama Al-Qur’an beserta ayat-ayatnya, muqaddimah
kesembilan tentang makna global Al-Qur’an, dan Muqaddimah
kesepuluh tentang i’jaz Al-Qur’an.13

d. Corak Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir


Tafsir ini bukan hanya dianggap sebagai kitab tafsir, tetapi juga
bisa dikatakan sebagai kitab kebahasaan. Karena dalam penjelasannya
banyak sekali dipaparkan penafsiran dari sisi nahwu, sharaf dan
balaghah. Bahkan sisi balaghah menjadi fokus tafsir ini. Maka dengan
hal ini, dapat disimpulkan bahwa kitab tafsir ini bercorak lughawi.14
Namun, penulis membaca dari sumber lain bahwa corak
penafsiran tafsir ini merupakan tafsir Adabi Al-Ijtima’i, yakni karya
tafsir yang mengungkap ketinggian bahasa Al-Quran serta
mendialogkannya dengan realitas sosial kemasyarakatan. Selain itu,
secara eksplisit ia mengatakan bahwa dalam menulis tafsirnya, ia ingin
mengungkap sisi balaghah dari Al-Quran.15

13
Abd Halim, H.22-23.
14
Faizah Ali Syibromalisi, “Telaah Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir Karya Ibnu ’Asyur,” UIN Syarif Hidayatullah,
t.t.
15
Abd. Halim, “Kitab Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir Karya Ibnu ’Asyur Dan Kontribusinya Terhadap Keilmuan
Tafsir Kontemporer,” Jurnal Syahadah 2, no. 2 (Oktober 2014): 19–28.

11
e. Karakteristik Penulisan Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir
Hal yang menjadi karakteristik kitab tafsir ini adalah dimulai
dengan menyebutkan nama surah disertai dengan penjelasan sekitar
keutamaannya dan keutamaan membacanya. Lalu menyebutkan urutan
surah dari segi turunnya, munasabah dengan surah sebelum dan
sesudahnya, menjelaskan tujuan umum surah, bilangan ayat, dan
terakhir menjelaskan kandungan surah lalu menafsirkannya.16
Ibn ‘Asyur sangat memperhatikan unsur kebahasaan dan
keterkaitan anyara ayat satu dengan yang lainnya. Dalam muqaddimah
kitabnya akan terlihat bahwa Ibn ‘Asyur termasuk ulama yang
membolehkan menggunakan teori-teori ilmiah untuk memahami ayat,
terutama yang terkait dengan iptek dan alam. Sebab kenyataan ilmiah
merupakan kebenaran hakiki yang bersifat independen, baik yang
melakukan penelitian tersebut ataupun tidak. Dalam tafsir ini juga akan
tampak kebenaran yang bersifat logis dan rasional ketika menjelaskan
sisi kemukjizatan Al-Quran, sehingga kebenaran Al-Quran sebagai
wahyu akan sulit dibantah. Kemukjizatan ini berada di setiap surah
dalam Al-Quran. Sementara berkenaan dengan ayat ayat hukum, beliau
tetap menjelaskan dengan tidak terlalu bertele-tele dan tetap menjaga
eksistensi ijtihad sebagai sesuatu yang independen.17
Karakteristik tafsir ini selalu berpedoman kepada akal untuk
memahami syariat. Karena itu, akan banyak dijumpai penjelasan seputar
teologi, pendapat para mufassir yang disertai dengan kritikan yang
argumentatif dan rasional.18

f. Sistematika Penulisan Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir


Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir ini menggunakan metode tahlili.
Karena Ibnu ‘Asyur menulis tafsirnya menguraikan ayat demi ayat
sesuai dengan urutan yang tertera dalam mushaf. Kemudian ia
menjelaskan makna kata per kata dengan detail, kedudukan, uslub

16
Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir (Kumpulan Kitab-Kitab Tafsir Dari Masa Klasik Sampai
Masa Kontemporer) (Depok: Lingkar Studi Al-Quran, 2019), 252.
17
Hakim IMZI, 252.
18
Hakim IMZI, 253–56.

12
bahasa, serta bahasa Arabnya serta aspek-aspek lainnya yang sangat
luas.
Sistematika atau langkah-langkah penulisan tafsir Al-Tahrir Wa Al-
Tanwir dapat diuraikan sebagai berikut:19
1) Menjelaskan nama, jumlah, serta spesifikasi Makki-Madani surat
2) Menguraikan tujuan-tujuan Al-Quran yang terdapat dalam sebuah
surat
3) Mengemukakan sebab turunnya ayat
4) Menganalisis makna serta kedudukan kata dalam bahasa Arab
5) Menjelaskan tafsir suatu ayat dengan Al-Quran atau hadis
6) Mengungkapkan perbedaan qiraat dan menjelaskan penafsiran
dari masing-masing qiraat serta mengunggulkan salah satu yang
paling kuat
7) Mengutip pendapat para ulama dan terkadang membandingkannya
serta memilih pendapat yang lebih kuat.
8) Menjelaskan munasabah (keterkaitan) ayat dalam Al-Quran.

C. Identifikasi Ideologis Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir


1. Aliran Kalam
Dalam masalah ilmu kalan, Ibn ‘Asyur mengikuti madzhab Ahl Sunnah
Asy’ariyyah. Hanya saja beliau tidak terlalu panjang lebar dalam hal ini. Beliau
berkeyakinan bahwa masalah kalam bukanlah inti dari pembahasan tafsir.20
Dalam muqaddimah kitabnya dijelaskan bahwa terdapat uraian Ibn ‘Asyur
tentang beberapa kecenderungan kaum Syi’ah ekstrim, seperti Syi’ah
Isma’iliyah yang suka menakwilkan Al-Quran yang bahkan sampai keluar dari
makna aslinya. Selain itu, Ibn ‘Asyur juga mengkritik ahli Sufi yang
menafsirkan Al-Quran secara serampangan. Karena baginya mereka tidak
menafsirkan Al-Quran, akan tetapi mengambil landasan Al-Quran untuk
menguatkan tujuan mereka.21

19
Halim, “Kitab Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir Karya Ibnu ’Asyur Dan Kontribusinya Terhadap Keilmuan
Tafsir Kontemporer.”
20
Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir (Kumpulan Kitab-Kitab Tafsir Dari Masa Klasik Sampai Masa
Kontemporer), 255.
21
Jani Arni, “Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir Karya Muhammad Al-Thahir Ibn ’Asyur,” Jurnal Ushuluddin 17,
no. 1 (Januari 2011): 80–95.

13
2. Madzhab Fiqih
Ibnu ‘Asyur dinilai sebagai ulama yang objektif. Meskipun ia menganut
mazhab Maliki, ia tetap menekankan budaya objektivitas dalam karyanya.
Diungkap bahwa salah satu ciri penafsiran kontemporer adalah penafsiran yang
tidak boleh terjebak dalam kungkungan mazhab atau kelompok tertentu (non-
sektarian). Inilah salah satu kontribusi Ibnu ‘Asyur dalam pengembangan tafsir,
bahwa seorang mufassir sah-sah saja menganut suatu mazhab asalkan
mengetahui dalil-dalil suatu hukum dari mazhab yang dianutnya dan melakukan
memeriksa kembali dan memilih pendapat yang paling benar berdasarkan dalil
yang ada. Salah satu sikap objektif yang ditunjukkan oleh Ibnu ‘Asyur adalah
ketika beliau mentarjih (mengunggulkan) mazhab yang bertolak belakang
pendapatnya dengan mazhab yang dianutnya.22

22
Halim, “Kitab Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir Karya Ibnu ’Asyur Dan Kontribusinya Terhadap Keilmuan Tafsir
Kontemporer.”

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir karya Ibn 'Asyur adalah sebuah kitab tafsir yang
dihasilkan oleh seorang ulama yang berkeinginan kuat untuk menjelaskan persoalan-
persoalan yang diungkap oleh Al-Quran, agar masyarakat mampu mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Ibn ‘Asyur dalam menjelaskan makna ayat Al-Quran mengkaji dari berbagai aspek,
seperti penjelasan tentang munasabah, dan penjelasan makna kebahasaan. Dan
sistematika penjelasan ayat mengikut dengan urutan mushaf. Model penafsiran seperti
ini yang disebut dengan metode tahlili.
Adapun Penafsiran-penafsiran yang dikemukakan Ibn ‘Asyur banyak bersumber
dari analisis kebahasaan dan penjelasan ilmiah, dan tidak terlalu sering penjelasan ayat
dengan ayat atau hadis Nabi, sehingga dapat dikatakan bentuk penafsirannya adalah bi
al-ra'yi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Mafli. (2013) “Literatur Tafsir Indonesia”, Madzhab Ciputat : Tangerang Selatan, H.
86-87.
Halim, Abd. (Oktober:2014) “Kitab Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir Karya Ibnu ‘Asyur Dan
Kontribusinya Terhadap Keilmuan Tafsir Kontemporer”, Jurnal Syahadah, Vol. II
No.II.
Ali Syibromalisi, Faizah. (t.t)“Telaah Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir Karya Ibn ‘Asyur”, Jurnal
UIN Jakarta.
Nafisah ,Mamluatun. (2020), Kuliah online “Metodologi Kitab at-Tahrir wa at-Tanwir min at-
Tafsir Karya Ibn 'Asyur,” 2020,
https://youtu.be/rbj0ZresWGQ?si=bPluzirPLdK4KNwS.
Arni. Jani. (Januari 2011), “Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir Karya Muhammad Al-Thahrir Ibn
‘Asyur”, Jurnal Ushuluddin, Vol. XVII No. 1.
Nikmah, Lufiyatun Nikmah. (2017), “PENAFSIRAN ṬĀHIR IBN ‘ĀSYŪR TERHADAP AYAT-
AYAT TENTANG DEMOKRASI: KAJIAN ATAS TAFSIR AL-TAḤRĪR WA AL-
TANWĪR”, Journal of Islamic Studies and Humanities, Vol. 2 No. 1.
Wakhidul Karim, Achmad. (2022), “INTERPRETASI “KEPEMIMPINAN” BERBASIS QS. AN-
NISA‟: 34 STUDI TAFSIR THAHIR IBN „ASYUR DAN WAHBAH AZ-ZUHAILI”
Skripsi UIN Malang ,H.35-36.
Hakim, Husnul. (Jakarta:2019), “Ensiklopedia Kitab-Kitab Tafsir”, elSIQ Tabarakarrahman

Oktavia ,Widya. Jakarta (2020), “Tafsir Maqasidi Mahar Ibn ‘Asyur”, Skripsi UIN,H.20-21.

Ibnu ‘ Asyur. 1984 “at-Tahrir wa at-Tanwir” Tunisia. Daar at-Tunisiyah

16

You might also like