Professional Documents
Culture Documents
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kajian Tafsir Kontemporer
Dosen Pengampu:
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya guna
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kajian Tafsir Kontemporer yang berjudul
Metodologi Tafsir Al-Tahrir Wa At-Tanwir Karya Ibn ‘Asyur. Makalah ini bertujuan
untuk menambah wawasan mengenai naskah-naskah tafsir salah satunya yang berjudul
Tafsir Al-Tahrir Wa At-Tanwir Karya Ibn ‘Asyur bagi para pembaca dan terutama bagi
kami para penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mamluatun M,Ag. selaku dosen
mata kuliah Kajian Tafsir Kontemporer yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kami, juga kepada semua pihak yang telah bekerja
sama dan saling membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
(Pemateri)
i
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Ibn ‘Asyur?
2. Metodologi Kitab Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir?
1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui biografi Ibn ‘Asyur.
2. Untuk mengetahui bagaimana metodologi Kitab Tafsir Al-Tahrir Wa Al-
Tanwir.
2
BAB II
PENDAHULUAN
A. Biografi Mufassir
1. Nama dan Nasab Keturunan Ibn ‘Asyur
Nama lengkap Ibn ‘Asyur adalah Muhammad al-Thahir ibn ‘Asyur.
Beliau lahir pada tanggal 1296 H/1878 M di kota Mousha, yang terletak di
sebalah utara Tunisia dan wafat pada tahun 1393 H atau 1973 M1 di Tunisia. Ibnu
Asyur tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga yang mencintai ilmu
pengetahuan. Pendidikanya diperhatikan penuh oleh ayah, ibu dan kakeknya.
Keturunan keluarga Asyur adalah keluarga yang terkenal di Tunis, karena
memiliki posisi ilmiah dan jabatan di pemerintahan.2 Ibunya bernama Fatimah,
anak perempuan dari Perdana Menteri Muhammad al-Aziz bin Attar. Kakek Ibn
‘Asyur, yaitu Muhammad Tahir bin Muhammad bin Muhammad Syazili adalah
seorang ahli nahwu, ahli fiqih, dan pada tahun 1851 menjabat sebagai ketua qadhi
di Tunisia. Bahkan pada tahun 1860 ia dipercaya menjadi Mufti di negaranya.3
Beliau dikenal sebagai mufassir yang memiliki spesialisasi dalam bidang
ilmu kebahasaan dan tatabahasa bahasa Arab, dan beliau juga sastrawan. Seorang
Da‘i yang cukup dikenal dalam persoalan sosial keagamaan, beliau juga seorang
penulis yang sangat produktif, banyak sekali tulisan-tulisan beliau baik berupa
makalah-makalah ilmiah yang bersifat lepas maupun buku-buku yang sudah
dicetak. Bahkan di Tunis, Beliau menjadi Hakim (Qadhi) selama 10 tahun,
kemudian pindah di komisi Fatwa dan menjadi Guru Besar di Universitas
Zaitunah. sebuah Universitas tua setingkat Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir.4
1
Abd. Halim, “Kitab Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir Karya Ibnu ‘Asyur Dan Kontribusinya Terhadap Keilmuan
Tafsir Kontemporer”, Jurnal Syahadah (Oktober:2014), Vol. II No.II, H.18.
2
Faizah Ali Syibromalisi, “Telaah Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir Karya Ibn ‘Asyur”, Jurnal UIN Jakarta, (t.t)
H.2.
3
Abd Halim, H.19.
4
Husnul Hakim, “Ensiklopedia Kitab-Kitab Tafsir”, elSIQ Tabarakarrahman (Jakarta:2019),H.249-250.
3
mulai menghafal dan mempelajari Al-Qur’an kepada Syeikh Muhammad al-
Khiyariy, dan mempelajari kitab Syarh al-Syeikh Khalid al-Azhariy’Ala al-
Jurmiyah. Selain itu, ia diajarkan juga untuk menghafal kumpulan matan-matan
ilmiah seperti matan ilmiah ibn ‘Asyir, al-Risalah dan al-Qathar. Beliau juga
banyak menyerap ilmu dari kakeknya yakni yang benama Muḥammad al-'Aziz
bin Bu'atur. Ibn 'Asyur mempelajari ilmu Al-Qur'an dan menghafalkannya di
rumah keluarganya. Sekitar awal abad 14 H Ibnu ‘Asyur memulai
petualangannya menuntut ilmu pengetahuan Islam dengan bergabung dalam
lembaga pendidikan Zaitunah, Tunisia.
Zaitunah adalah sebuah masjid yang dalam perjalanan sejarah menjadi
pusat kegiatan keagamaan yang berafiliasi kepada madzhab Maliki dan hanya
sebagian yang menganut madzhab Hanafi. Masjid ini juga merupakan lembaga
pendidikan yang setara dengan Al-Azhar Cairo yang selama berabad-abad
berfungsi sebagai pusat pendidikan, informasi dan penyebaran ilmu
pengetahuan.
Selama delapan tahun mengenyam ilmu pengetahuan di Universitas
Zaitunah, Ibn ‘Asyur diangkat sebagai guru pada tahun 1320 H/ 1903 M di
Zaitunah. Karirnya terus meningkat dalam bidang pengajaran sehingga ia
terpilih menjadi tenaga pengampu di sekolah Al- Şadiqiah pada tahun 1321 H/
1904 M. Berikutnya ia diangkat sebagai anggota di bidang akademis pada
sekolah yang sama pada tahun 1326 H/ 1909 M.
Ibn 'Asyur diangkat menjadi hakim (Qadhi) mazhab Maliki pada tahun
1913 dan diangkat menjadi pemimpin mufti mazhab Maliki di Negara itu pada
tahun 1972. Ia juga seorang mufasir, ahli bahasa, ahli nahwu dan ahli di bidang
sastra. Ia terpilih menjadi anggota Majma ‘al-Lugoh al-‘Arabiyah di Mesir dan
Damaskus pada tahun 1950 dan anggota Majma’ al-Ilmi al-‘Arabi di Damaskus
pada tahun 1955. Ia banyak menulis baik buku maupun artikel di berbagai
majalah dan koran di Tunisia.
Kondisi saat itu, disaat pemerintah dipimpin oleh seorang diktator,
menggiring Ibn ‘Asyur berseteru dengan pemerintah. Ia menentang pemerintah
dengan mengumpulkan kekuatan untuk menyampaikan pesan Agama. Bahkan
akibat dari perbuataannya, ia dicopot dari kedudukannya sebagai Syekh Besar
Islam. Akhirnya, Ibn ‘Asyur memutuskan untuk berdiam diri di rumahnya dan
menikmati Kembali kegiatan rutinnya membaca dan menulis. Dalam masa-
4
masa itu, ia menulis karya tafsir yang kemudian menjadi salah satu karya master
piece-nya yakni kitab Tahrir Wa Al-Tanwir.5
5
Widya Oktavia. “Tafsir Maqasidi Mahar Ibn ‘Asyur”, Skripsi UIN Jakarta (2020), H.20-21.
6
Mamluatun Nafisah, Kuliah online “Metodologi Kitab at-Tahrir wa at-Tanwir min at-Tafsir Karya Ibn 'Asyur,”
2020, https://youtu.be/rbj0ZresWGQ?si=bPluzirPLdK4KNwS.
5
b. Muhammad Al-Nakhliy, dari gurunya ini Ibn ‘Asyur mempelajari ‘ilmu
Al-nahwi menggunakan kitab Muqaddimah Al-I’rab, balaghah yang
membahas kitab Mukhtashar Al-Su’ud, Manthiq dengan membahas
kitab Al-Tahdzid, Ushul Al-fiqh dengan mempelajari Al-Hithab ‘Ala Al-
Waraqah, dan Fiqh Malikiy dengan membahas kitab Muyarah ‘ala Al-
Mursyid, dan kitab Kifayah Al-Thalib ‘ala Al-Risalah .
c. Syeikh Muhammad Shalih, dari gurunya ini Ibn ‘Asyur mempelajari
kitab Al-Makwidiy ‘ala Al-Khulashah tentang ‘ilmu Al-nahwi, Manthiq
dengan membahas kitab Al-Sulam, ‘ilmu Maqashid dengan membahas
kitab Mukhtashar Al-Su’ud, dan Fiqh dengan membahas kitab Al-
Tawadiy ‘ala Al-Tuhfah.
d. Amru ibn ‘Asyur dari gurunya ini Ibn ‘Asyur mempelajari kitab Ta’liq
Al-Dimamainiy ‘ala Al-Mughniy karya Ibn Hisyam tentang ilmu nahwu,
kitab Mukhtashar Al-Su’ud tentang Balagah, Fiqh, dan Ilmu Faraidh.
e. Syeikh Muhammad Al-Najar, dari gurunya ini Ibn ‘Asyur mempelajari
kitab Al-Makwidiy ‘ala Al-Khulashah, kitab Mukhtashar Al-Su’ud, Al -
Muwaqif tentang Ilmu Al-Kalam, dan kitab Al-Baiquniyah tentang
Musthalah Al-hadits.
f. Syeikh Muhammad Thahir Ja’far, dari gurunya ini Ibn ‘Asyur
mempelajari kitab Syarh al-Mahalli ‘ala Jam’I al-Jawami’ tentang
Ushul Fiqh, dan kitab Al-Syihab Al-Khafajiy ‘ala al-Syifa’ karya Qhadi
‘Iyadh tentang Sirah Nabawiyah.
g. Syeik Muhammad Al-‘Arabiy Al-Dur’iy, dari gurunya ini Ibn ‘Asyur
mempelari Ilmu Fiqh dengan membahas kitab Kafayah al-Thalib ‘ala
al-Risalah.
Dari nama-nama guru Ibn ‘Asyur di atas, dipahami bahwa Ibn ‘Asyur
memiliki karakter dalam mempelajari suatu materi ilmu tidak pernah puas
dengan satu orang guru saja, tapi ia senantiasa mempelajarinya kepada beberapa
orang guru, sehingga tidak salah Ibn ‘Asyur menjadi seorang yang pintar. Ia
menjadi tempat bertanya bagi teman-temannya. Ia sering unggul dalam ujian-
ujian dan penelitian dalam kehidupan ilmiah dan tugas-tugas yang diembankan
kepadanya. Di antara buktinya ia memperoleh Syahadah Al-thathwi’ pada tahun
1899 M.
6
Ibn ‘Asyur juga memiliki murid yang mengambil ilmu darinya. Di antara
murid-murid Ibn ‘Asyur adalah:
a. Syeikh Abd Al-Hamid, dari Ibn ‘Asyur dia mempelajari tentang sastra,
bahasa Arab, dan lain-lain.
b. Muhammad Al-Fadhil ibn ‘Asyur, dari Ibn ‘Asyur dia mempelajari
berbagai kitab tafsir seperti tafsir Al-Baidhawiy, Al-Muwatha’,dan
lain-lain.7
7
Jani Arni, “Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir Karya Muhammad Al-Thahrir Ibn ‘Asyur”, Jurnal Ushuluddin
(Januari 2011), Vol. XVII No. 1, H.82-83.
8
Husnul Hakim, H. 249-250.
9
Lufiyatun Nikmah, “PENAFSIRAN ṬĀHIR IBN ‘ĀSYŪR TERHADAP AYAT-AYAT TENTANG DEMOKRASI:
KAJIAN ATAS TAFSIR AL-TAḤRĪR WA AL-TANWĪR”, Journal of Islamic Studies and Humanities (2017),
Vol. 2 No. 1, H.84
7
Nama lengkap dari kitab ini adalah Taḥrīr al-Ma’nā al-Sadīd wa Tanwīr
al-‘Aql al-Jadīd min Tafsīr al-Kitāb al-Majīd yang kemudian diringkas menjadi
al- Taḥrīr wa alTanwīr. Kitab Tafsir ini awal mulanya ditulis di majalah yang
diterbitkan oleh Al-Jamiah Al-Zaitunah (Universitas Zaitunah). Penerbitannya
mencapai 90 edisi, kemudian kitab tafsir ini diterbitkan secara lengkap di
Tunisia pada tahun 1969 jadi kitab tafsir ini di catat 4 tahun sebelum beliau
wafat. Kitab tafsir ini terdiri dari 15 jilid yang berisi penafsiran 30 juz dari Al-
Qur’an Al-Karim berarti kitab tafsir ini dari Surah Al-Fatihah sampai Surah An-
Nas.10
10
Mamluatun Nafisah, Kuliah online “Metodologi Kitab at-Tahrir wa at-Tanwir min at-Tafsir Karya Ibn
'Asyur,” 2020, https://youtu.be/rbj0ZresWGQ?si=bPluzirPLdK4KNwS.
8
olehnya sendiri, dan tidak menutup kemungkinan ulama-ulama lainnya
juga berpandangan yang sama dengannya dan menulis tafsir dengan cara
ia tempuh juga.
Dari uraian di atas, dapat dipahami Ibn ‘Asyur menulis kitab tafsir
dengan latar belakang kecintaan kepada Islam dan umat Islam.
Agaknya, Ibn ‘Asyur menginginkan ajaran Islam itu berkembang,
disebabkan Al-Qur’an merupakan sumber ajaran Islam, maka
mengembangkan ajaran Islam dengan cara menjelaskan kepada
masyarakat apa yang dikandung oleh ajaran Islam itu sendiri (Al-
Qur’an). Ibn ‘Asyur menafsirkan Al-Qur’an dengan harapan kitab
tafsirnya tersebut mampu memberi pengaruh kepada masyarakat, seperti
dari segi akhlak, pemahaman keagamaan serta wawasan mereka.
Ibn ‘Asyur menginginkan umat Islam menyadari bahwa Al-
Qur’an adalah kitab yang agung, kitab yang berbeda dengan kitab-kitab
yang mereka temukan di dunia ini sebagai bukti dapat dilihat dari
keindahan gaya bahasa, serta rahasia-rahasia kebahasaan yang
dikandung oleh Al-Qur’an. Selain itu, Ibn ‘Asyur dengan karyanya
tersebut tidak bermaksud menjadi ulama yang bangga dengan kelebihan
yang dimiliki, tapi tetap menjadi ulama yang ikhlas ingin
mengembangkan ajaran Islam.
Nama lengkap kitab tafsir ini adalah Taḥrīr al-Ma’nā al-Sadīd wa
Tanwīr al-‘Aql al-Jadīd min Tafsīr al-Kitāb al-Majīd yang kemudian
diringkas menjadi al-Taḥrīr wa al-Tanwīr. Penamaan kitab ini
dilatarbelakangi karena beliau memiliki misi untuk mengungkap makna
Al-Qur’an dan ingin mengumakakan ide-ide baru terhadap pemahaman
Al-Qur’an.
9
berdasarkan susunan surah- surah yang ada di Mushaf, menjelaskan dan
menafsirkan ayat per ayat. 11
11
Achmad Wakhidul Karim, “INTERPRETASI “KEPEMIMPINAN” BERBASIS QS. AN-NISA‟: 34 STUDI
TAFSIR THAHIR IBN „ASYUR DAN WAHBAH AZ-ZUHAILI” Skripsi UIN Malang (2022), H.35-36.
12
Jani Arni, H.91-92.
10
Selanjutnya, Ibnu ‘Asyur membagi muqaddimah (pengantarnya)-
nya ke dalam sepuluh bagian. Secara keseluruhan pengantarnya berisi
tentang landasan teoritis Ibnu ‘Asyur tentang ilmu Al-Qur’an.
Kesepuluh muqaddimah tersebut antara lain: Muqaddimah pertama
membahas Tafsir dan Ta’wil, Muqaddimah kedua pembahasan tentang
ilmu bantu tafsir, Muqaddimah ketiga mengenai keabsahan sekaligus
makna tafsir bi al-ra’y, Muqaddimah keempat mengenai tujuan tafsir,
muqaddimah kelima tentang asbab al-nuzul, muqaddimah keenam
tentang Qira’at, Muqaddimah ketujuh mengenai kisah-kisah dalam Al-
Qur’an, muqaddimah kedelapan tentang sesuatu yang berhubungan
dengan nama-nama Al-Qur’an beserta ayat-ayatnya, muqaddimah
kesembilan tentang makna global Al-Qur’an, dan Muqaddimah
kesepuluh tentang i’jaz Al-Qur’an.13
13
Abd Halim, H.22-23.
14
Faizah Ali Syibromalisi, “Telaah Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir Karya Ibnu ’Asyur,” UIN Syarif Hidayatullah,
t.t.
15
Abd. Halim, “Kitab Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir Karya Ibnu ’Asyur Dan Kontribusinya Terhadap Keilmuan
Tafsir Kontemporer,” Jurnal Syahadah 2, no. 2 (Oktober 2014): 19–28.
11
e. Karakteristik Penulisan Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir
Hal yang menjadi karakteristik kitab tafsir ini adalah dimulai
dengan menyebutkan nama surah disertai dengan penjelasan sekitar
keutamaannya dan keutamaan membacanya. Lalu menyebutkan urutan
surah dari segi turunnya, munasabah dengan surah sebelum dan
sesudahnya, menjelaskan tujuan umum surah, bilangan ayat, dan
terakhir menjelaskan kandungan surah lalu menafsirkannya.16
Ibn ‘Asyur sangat memperhatikan unsur kebahasaan dan
keterkaitan anyara ayat satu dengan yang lainnya. Dalam muqaddimah
kitabnya akan terlihat bahwa Ibn ‘Asyur termasuk ulama yang
membolehkan menggunakan teori-teori ilmiah untuk memahami ayat,
terutama yang terkait dengan iptek dan alam. Sebab kenyataan ilmiah
merupakan kebenaran hakiki yang bersifat independen, baik yang
melakukan penelitian tersebut ataupun tidak. Dalam tafsir ini juga akan
tampak kebenaran yang bersifat logis dan rasional ketika menjelaskan
sisi kemukjizatan Al-Quran, sehingga kebenaran Al-Quran sebagai
wahyu akan sulit dibantah. Kemukjizatan ini berada di setiap surah
dalam Al-Quran. Sementara berkenaan dengan ayat ayat hukum, beliau
tetap menjelaskan dengan tidak terlalu bertele-tele dan tetap menjaga
eksistensi ijtihad sebagai sesuatu yang independen.17
Karakteristik tafsir ini selalu berpedoman kepada akal untuk
memahami syariat. Karena itu, akan banyak dijumpai penjelasan seputar
teologi, pendapat para mufassir yang disertai dengan kritikan yang
argumentatif dan rasional.18
16
Husnul Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir (Kumpulan Kitab-Kitab Tafsir Dari Masa Klasik Sampai
Masa Kontemporer) (Depok: Lingkar Studi Al-Quran, 2019), 252.
17
Hakim IMZI, 252.
18
Hakim IMZI, 253–56.
12
bahasa, serta bahasa Arabnya serta aspek-aspek lainnya yang sangat
luas.
Sistematika atau langkah-langkah penulisan tafsir Al-Tahrir Wa Al-
Tanwir dapat diuraikan sebagai berikut:19
1) Menjelaskan nama, jumlah, serta spesifikasi Makki-Madani surat
2) Menguraikan tujuan-tujuan Al-Quran yang terdapat dalam sebuah
surat
3) Mengemukakan sebab turunnya ayat
4) Menganalisis makna serta kedudukan kata dalam bahasa Arab
5) Menjelaskan tafsir suatu ayat dengan Al-Quran atau hadis
6) Mengungkapkan perbedaan qiraat dan menjelaskan penafsiran
dari masing-masing qiraat serta mengunggulkan salah satu yang
paling kuat
7) Mengutip pendapat para ulama dan terkadang membandingkannya
serta memilih pendapat yang lebih kuat.
8) Menjelaskan munasabah (keterkaitan) ayat dalam Al-Quran.
19
Halim, “Kitab Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir Karya Ibnu ’Asyur Dan Kontribusinya Terhadap Keilmuan
Tafsir Kontemporer.”
20
Hakim IMZI, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir (Kumpulan Kitab-Kitab Tafsir Dari Masa Klasik Sampai Masa
Kontemporer), 255.
21
Jani Arni, “Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir Karya Muhammad Al-Thahir Ibn ’Asyur,” Jurnal Ushuluddin 17,
no. 1 (Januari 2011): 80–95.
13
2. Madzhab Fiqih
Ibnu ‘Asyur dinilai sebagai ulama yang objektif. Meskipun ia menganut
mazhab Maliki, ia tetap menekankan budaya objektivitas dalam karyanya.
Diungkap bahwa salah satu ciri penafsiran kontemporer adalah penafsiran yang
tidak boleh terjebak dalam kungkungan mazhab atau kelompok tertentu (non-
sektarian). Inilah salah satu kontribusi Ibnu ‘Asyur dalam pengembangan tafsir,
bahwa seorang mufassir sah-sah saja menganut suatu mazhab asalkan
mengetahui dalil-dalil suatu hukum dari mazhab yang dianutnya dan melakukan
memeriksa kembali dan memilih pendapat yang paling benar berdasarkan dalil
yang ada. Salah satu sikap objektif yang ditunjukkan oleh Ibnu ‘Asyur adalah
ketika beliau mentarjih (mengunggulkan) mazhab yang bertolak belakang
pendapatnya dengan mazhab yang dianutnya.22
22
Halim, “Kitab Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir Karya Ibnu ’Asyur Dan Kontribusinya Terhadap Keilmuan Tafsir
Kontemporer.”
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir karya Ibn 'Asyur adalah sebuah kitab tafsir yang
dihasilkan oleh seorang ulama yang berkeinginan kuat untuk menjelaskan persoalan-
persoalan yang diungkap oleh Al-Quran, agar masyarakat mampu mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Ibn ‘Asyur dalam menjelaskan makna ayat Al-Quran mengkaji dari berbagai aspek,
seperti penjelasan tentang munasabah, dan penjelasan makna kebahasaan. Dan
sistematika penjelasan ayat mengikut dengan urutan mushaf. Model penafsiran seperti
ini yang disebut dengan metode tahlili.
Adapun Penafsiran-penafsiran yang dikemukakan Ibn ‘Asyur banyak bersumber
dari analisis kebahasaan dan penjelasan ilmiah, dan tidak terlalu sering penjelasan ayat
dengan ayat atau hadis Nabi, sehingga dapat dikatakan bentuk penafsirannya adalah bi
al-ra'yi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Mafli. (2013) “Literatur Tafsir Indonesia”, Madzhab Ciputat : Tangerang Selatan, H.
86-87.
Halim, Abd. (Oktober:2014) “Kitab Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir Karya Ibnu ‘Asyur Dan
Kontribusinya Terhadap Keilmuan Tafsir Kontemporer”, Jurnal Syahadah, Vol. II
No.II.
Ali Syibromalisi, Faizah. (t.t)“Telaah Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir Karya Ibn ‘Asyur”, Jurnal
UIN Jakarta.
Nafisah ,Mamluatun. (2020), Kuliah online “Metodologi Kitab at-Tahrir wa at-Tanwir min at-
Tafsir Karya Ibn 'Asyur,” 2020,
https://youtu.be/rbj0ZresWGQ?si=bPluzirPLdK4KNwS.
Arni. Jani. (Januari 2011), “Tafsir Al-Tahrir Wa Al-Tanwir Karya Muhammad Al-Thahrir Ibn
‘Asyur”, Jurnal Ushuluddin, Vol. XVII No. 1.
Nikmah, Lufiyatun Nikmah. (2017), “PENAFSIRAN ṬĀHIR IBN ‘ĀSYŪR TERHADAP AYAT-
AYAT TENTANG DEMOKRASI: KAJIAN ATAS TAFSIR AL-TAḤRĪR WA AL-
TANWĪR”, Journal of Islamic Studies and Humanities, Vol. 2 No. 1.
Wakhidul Karim, Achmad. (2022), “INTERPRETASI “KEPEMIMPINAN” BERBASIS QS. AN-
NISA‟: 34 STUDI TAFSIR THAHIR IBN „ASYUR DAN WAHBAH AZ-ZUHAILI”
Skripsi UIN Malang ,H.35-36.
Hakim, Husnul. (Jakarta:2019), “Ensiklopedia Kitab-Kitab Tafsir”, elSIQ Tabarakarrahman
Oktavia ,Widya. Jakarta (2020), “Tafsir Maqasidi Mahar Ibn ‘Asyur”, Skripsi UIN,H.20-21.
16