Professional Documents
Culture Documents
Saijo No Osewa Takane No Hana Darakena Meimon Kou De, Gakuin Ichi Vol 1
Saijo No Osewa Takane No Hana Darakena Meimon Kou De, Gakuin Ichi Vol 1
Akademi Kekaisaran adalah salah satu dari tiga sekolah paling bergengsi yang
ada di Jepang. Di masa lalu, akademi tersebut berhasil mendidik siswa-siswi
kompeten yang kini menjadi Perdana Menteri, Direkuter perusahaan terkenal,
dan pemimpin bangsa lainnya. Bahkan saat ini, ada begitu banyak anak dari
orang kaya yang menghadiri akademi tersebut.
Namun, bahkan di akademi khusus seperti itu, terdadapt yang namanya kasta
sekolah. Saat ini, ada seorang gadis yang memerintah di puncak Akademi
Kekaisaran. Grup Konohana, konglomerat dengan total aset sekitar 300
triliun yen, merupakan grup yang dikenal oleh semua orang yang tinggal di
negara ini. Dan gadis tersebut, merupakan putri dari grup itu, Hinako
Konohana.
“Apa kabar?”
“Kupikir aku akan bahagia selama sisa tahun ajaran ini hanya karena aku bisa
sekelas dengan dirinya...”
“Nah, kita akan pindah kelas di pelajaran selanjutnya. Aku ingin mampir ke
kamar mandi dulu, jadi aku akan pergi.”
Dan dengan itu, teman sekelasku meninggalkan kelas. Saat ini adalah waktu
jeda antar sesi pelajaran, dan kemudian, aku perlahan mendekati gadis itu.
“Konohana-san, kita harus segera pergi atau kita akan terlambat dalam
pelajaran berikutnya.”
Kini, di ruang kelas itu hanya ada dua orang, aku dan dia.
Gadis itu, yang bahkan disebut Ojou-sama yang sempurna, sedang berbaring
di mejanya dan tidak bergerak sedikit pun.
“Konohana-san?”
“...Cara bicaramu.”
“Ehehe...”
Jauh dari menjadi sosok Ojou-sama yang sempurna, dia tampak penuh
kehidupan. Gadis itu perlahan mengangkat bagian atas tubuhnya dan
mengulurkan tangannya ke arahku.
“Peluk aku.”
“Aku mau pulang. Aku mau tidur. Aku mau makan keripik kentang.”
“Gak mau—...”
Terhadap gadis yang tidak mau beranjak itu, aku hanya bisa menghela nafas.
Apa boleh buat, aku tidak punya pilihan lain sekarang. Aku hanya harus
memaksanya keluar dari kelas. Saat aku memikirkan itu, pintu kelas tiba-tiba
terbuka dengan keras.
“Oh, kalian berdua masih disini? Selanjutnya kalian harus pindah kelas, kan?”
kata wali kelas, menatapku dan gadis yang masih berada di kelas.
“—Maaf. ada sesuatu yang tidak kumengerti di pelajaran sebelumnya, jadi aku
sedang mendiskusikannya dengan Nishinari-kun.”
Aku tidak bisa langsung mencari alasan, jadi gadis yang berdiri sebelum aku
menyadarinya menjelaskan. Ekspresi wajahnya bukanlah ekspresi manja
yang dia tunjukkan sebelumnya, melainkan ekspresi seorang Ojou-sama
sempurna yang dikenal oleh semua orang di akademi.
“Jadi begitu ya. Aku terkesan bahwa kau belajar begitu gias meski selama
jeda,” mengatakan itu, si guru mengangguk.
“...Ya.”
Seperti biasa, saat berdiri di depan publik, ia tampil dengan sempurna. Aku
mengangguk tidak nyaman dan meninggalkan kelas bersamanya.
Aku bukanlah orang yang jenius, aku bukanlah orang yang brilian, dan
keluargaku tidaklah kaya, malah justru kebalikan dari orang kaya.
“Semoga sukses.”
Ayah dan Ibuku mengatakan ini saat mereka meninggalkan apartemen kumuh
yang harga sewanya 20.000 yen.
Mungkin karena pengaruh film atau manga Barat yang kejam dan tanpa
ekspresi, aku merasa tidak menyangka kalau orang tuaku akan mengatakan
itu padaku. Saat itu pukul sepuluh malam. Aku tidak tau apakah mereka pergi
ke bar atau tempat lain? Tapi yah, yang jelas mereka pasti akan pulang saat
matahari terbit,... itulah yang saat itu kupikirkan.
Namun tidak peduli berapa hari telah berlalu, orang tuaku tak kunjung pulang
ke apartemen. Rupanya, aku ditinggalkan oleh mereka.
Kendati aku yang ditinggalkan, ini lebih seperti orang tuaku melarikan diri di
malam hari.
Atau lebih tepatnya, jika kalian akan meninggalkan putra kalian, maka
setidaknya tinggalkan sedikit uang. Kurasa aku memiliki darah orang tua
sampah yang mengalir di pembuluh darahku, karena aku justru lebih khawatir
tentang diriku sendiri daripada orang tuaku.
Aku menyerah pada pemikiran itu. Jarum jam menunjuklan pukul empat
sore. Dan sejak pagi ini, aku belum memasukkan apapun ke dalam mulutku.
Aku mencari ke seluruh penjuruh rumah, tapi tidak ada uang yang tersisa, jadi
yang kumiliki hanyalah dua ratus yen, yang kebetulan kutemukan di dalam
dompetku. Aku bertanya-tanya, berapa hari lagi yang bisa kuhabiskan
dengan... dua ratus yen ini.
Sinar mentari yang cerah membuatku semakin depresi. Saat aku berjalan
menyusuri jalan-jalan yang kukenal, aku bisa mendengar suara-suara yang
berbicara dari suatu tempat.
“Ufufu.”
Itu adalah nada yang sangat sopan. Aku menoleh dan melihat sepasang gadis
berseragam sekolah yang rapi berjalan menuruni lereng yang landai. Dari apa
yang kudengar, tampaknya di puncak lereng yang landai itu adalah salah satu
dari tiga sekolah paling bergengsi di negeri ini. Itu adalah apa yang disebut
“sekolah elit”. Nuansanya benar-benar berbeda dari sekolah kejuruan normal,
dan terus terang saja, ini adalah sekolah untuk orang kaya.
Tampaknya sekolah itu penuh dengan anak-anak orang kaya—yang artinya,
Ojou-sama dan Bocchama. Nilai standarnya sangat tinggi, fasilitasnya bagus-
bagus, dan kurikulum pelajarannya sangat maju sehingga sulit dipercaya
bahwa ini adalah SMA. Dikatakan bahwa mereka menjalani kehidupan yang
canggih dalam banyak hal. Hari pertama masuk untuk SMA-ku adalah besok,
tapi kurasa sekolah gadis-gadis itu sudah mulai masuk. Mungkin sekolah
bergengsi hanya memiliki masa liburan yang lebih pendek.
“Kami hidup di dunia yang berbeda... ini tidak lucu, aku bahkan tidak bisa
tertawa.”
Bahkan cara mereka berjalan pun terlihat berbeda. Baiknya asuhan yang
diberikan pada mereka terpancar dari diri mereka. Aku bahkan tidak bisa lagi
merasa cemburu. Orang-orang tidak bisa melakukan apa-apa menghadapi
keberuntungan yang ditetapkan oleh surga. Fakta bahwa aku dilahirkan dari
orang tua yang sampah, dan fakta bahwa kedua gadis itu dilahirkan dalam
keluarga yang diberkati, adalah takdir yang tidak dapat diubah.
Namun, sangat jarang melihat murid dari sekolah itu berjalan-jalan di tempat
seperti ini. Memang sih sekarang sudah waktunya pulang sekolah, tapi aku
yakin kalau anak-anak yang bersekolah di tempat itu dijemput dengan mobil.
Tidak biasa melihat mereka di kota seperti ini.
“...Hmm?”
Dalam perjalanan ke indomaret, aku melihat ada sesuatu yang jatuh di kakiku.
Itu tampak seperti tempat kartu nama yang terbuat dari kulit hitam.
Orang yang menjatuhkan ini berada tepat di depanku. Tidak perlu repot-repot
memeriksa nama atau alamatnya.
Aku berlari dan segera menyusulnya dengan mudah. Tampaknya teman yang
berjalan bersamanya sudah berpisah dengannya, dan kini dia berjalan
sendirian.
“Um, permisi!”
“—Eh?”
Tiba-tiba, sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di sebelah gadis itu.
Pintu mobil terbuka, dan dua pria yang terlihat kuat keluar dari dalam. Para
pria itu dengan cepat menyeret gadis itu ke dalam mobil.
Sekarang bukan waktunya untuk terkejut. Saat ini, tepat di depan mataku,
terjadi penculikan!
“WOI, tunggu dulu!!” memutuskan bahwa aku tidak bisa berpura-pura tidak
melihatn apa-apa, aku berteriak sekeras mungkin.
Sayangnya, di sekitaran sini tidak ada orang lain lagi selain kami. Karenanya,
teriakanku yang barusan hanya membuat kedua pria itu kesal.
“Sial, kami tidak boleh membiarkan ada saksi yang melarikan diri! Kau juga
ikut dengan kami!”
“Whoa—!?”
Salah satu pria tersebut meraih lenganku dengan kuat dan menarikku
langsung ke dalam mobil.
---
“Yosh, dengan begini kalian tidak akan bisa bergerak. Duduk diam saja di
situ.“ kata salah satu penculik, seorang pria yang bertubuh pendek.
Kini kami berada di kedalaman pabrik yang telah ditinggalkan. Penculikan itu
tampaknya telah direncanakan dengan baik sebelumnya, baik tangan serta
kakiku dan gadis itu diikat dengan borgol yang telah disiapkan sebelumnya.
Selain itu, borgol gadis itu dan borgolku dihubungkan dengan rantai yang
tebal.
“Diam. Kau yang ada di sini itu cuman kebetulan.” kata si penculik sambil
meludah.
Sebuah desahan keluar dari bibirku. Orang tuaku kabur di malam hari, dan
aku terlibat dalam kasus penculikan... Hadeh, sampai mengalami hal seperti
ini, apakah aku telah melakukan sesuatu yang sangat jahat di kehidupanku
sebelumnya?
“Kita sangat beruntung ya, Aniki. Wanita ini adalah putri dari keluarga
Konohana. Bukankah dia ini benar-benar jackpot terbesar dari semua target?”
“Ya,.., keluarga Konohana adalah salah satu keluarga terkaya di antara murid-
murida Akademi Kekaisaran. Kita akan bisa memeras banyak tebusan dari
ini.”
Kedua penculik itu berbicara dengan senyum licik di wajah mereka. Saat aku
mendengarkan mereka, aku melihat gadis di sebelahku, yang juga terikat.
Dia bisa saja diculik untuk sesuatu selain tebusan. Dia memiliki penampilan
yang sempurna. Matanya bulat dan polos, tapi ada sedikit kecerdasan di
belakangnya, itu adalah suatu kombinasi antara keimutan dan kecerdasan.
Pangkal hidungnya yang lurus memberikan rasa keanggunan, dan bibir
lembabnya yang berwarna merah muda memberikan nuansa keindahan.
Rambut kuning mudanya halus dan berkilau, dan kulitnya putih dan halus
layaknya salju. Lengan dan kakinya ramping dan panjang.
Apa yang bisa kukatakan tentang ini, sikapnya tampak sedikit berbeda dari
saat aku melihatnya di jalan. Sebelumnya, dia memancarkan suasana yang
sangat anggun, tapi sekarang, dia terlihat merasa cemas akan sesuatu.
Yah, wajar saja—dia diculik, jadi dia pasti merasa cemas. Tidak heran apabila
dia tidak bisa bertindak seperti dia yang biasanya. Tidak sepertiku, Ojou-sama
yang bersekolah di sekolah bergengsi ini memiliki masa depan yang
menjanjikan di depannya. Mungkin itulah sebabnya, dia merasa jauh lebih
takut dibanding diriku.
Meskipun aku memiliki masa depan yang suram, mungkin setidaknya aku
bisa menghibur gadis di depanku ini. Aku mencoba yang terbaik untuk
memilih kata-kataku dan menghibur gadis itu.
“Toilet.”
“Selain itu, polisi Jepang sangat kompeten, jadi kalau kita hanya menunggu
dan melihat situasinya....., tunggu, apa?”
Apa barusan aku salah dengar? Aku merasa seperti aku baru saja mendengar
kata yang terlontar dengan sangat cepat.
“...Hah?”
Para penculik itu memiringkan kepala mereka. Gadis itu, tanpa rasa takut
seidkitpun, berkata kepada kedua pria itu.
“Toilet.”
“...Hah?”
Mata para penculik itu membelalak, seolah-olah ini adalah reaksi yang tidak
terduga.
“Kalau mau ngompol..., ya ngompol aja. Itu merepotkan kalau kau mulai
bertingkah aneh.” salah satu penculik itu berkata dengan kesal.
Namun gadis itu, tidak segera menanggapi, dan akhirnya menaggapinya.
Dia sama sekali tidak ragu untuk pipis di sini. Bahkan kucing liar pun masih
akan pipis dengan ekspresi menyesal di wajah mereka jika berada dalam
situasi sepertinya.
“K-Kupikir lebih baik kau tidak melakuknnya. Kalau kau bisa menahannya,
mohon tahanlah..., bagaimanapun, ini demi diriku juga.”
Aku menjawabnya mewakili para penculik yang menjadi kaku. Aku dan gadis
itu sama-sama di rantai, jadi kami tidak bisa menjaga jarak kami terlalu jauh.
Jika dia sampai pipis di celananya, aku juga akan ikut mendapat masalah.
“Tapi...”
“Aku tidak tahu berapa hari kita akan bersembunyi di sini. Kau tidak mau
kalau tempat ini kotor ‘kan, aku sih tidak mau.”
Pria yang pendek itu diyakinkan oleh kata-kata pria yang lebih tinggi, dan
kemudian dia mendekati gadis itu sambil menggaruk-garuk bagian belakang
kepalanya.
Aku dan gadis itu, dengan tangan kami yang masih dirantai, pergi ke toilet
bersama-sama. Gadis itu memasuki toilet tanpa adanya rasa malu di depan
kami.
Akhirnya, gadis itu keluar dari toilet, mencuci tangannya, lalu menatapku dan
si penculik.
“Sekarang aku merasa lebih segar.”
“Teh.”
Kau ini sama sekali tidak merasa takut, ya? Lihat, bahkan para penculik juga
merasa tercengang.
“A-Aniki..., apa dia ini benar-benar putri dari keluarga Konohana? Sepertinya
tidak deh...”
“K-Kau ada benarnya..., Apa kita salah orang? Tidak, tapi seharusnya...”
Bahkan para penculik juga terkejut mendengar ini saat mata mereka
membelalak.
“Aku maunya teh. Dan juga, beberapa camilan.” kata gadis itu, dan garis biru
muncul di dahi pria itu.
Dengan tangan dan kakiku yang terikat, tidak banyak yang bisa kulakukan,
tapi..., dengan enggan, aku menganggukkan kepalaku.
“...Begitukah.”
Gadis itu dengan enggan mengambil botol plastik itu. Setelah beberapa saat,
aku mendengar suara sesuatu yang tumpah dari arah gadis itu. Aku menoleh
ke arahnya, dan melihat gadis itu basah kuyup.
“Entahlah?”
Aku ingin tahu, apakah semua Ojou-sama di dunia ini seperti ini. Bukannya
dia terlalu terpaku pada kiprahnya, atau seperti, dia terlalu berani... dia ini
‘kan lagi diculik sekarang, tapi dia terlihat sama sekali tidak takut.
Gawat, sepertinya aku membuat mereka kesal..., itulah yang kupikirkan, tapi
kemudian, aku diberikan tatapan yang penuh simpati. Woi, jangan lihat aku
seperti itu. Sejak awal kalian sendirilah yang membawa sandera ini ke sini.
Pada titik ini, ketertarikanku pada gadis itu benar-benar hilang. Dia memiliki
penampilan yang luar biasa sempurna, tapi sayangnya, ada sesuatu yang
sepertinya hilang dari dirinya.
“Mmh.”
“...Uuh, sakit.”
Dengan mata yang berkaca-kaca, gadis itu kembali berdiri. Dahinya, yang
menghantam lantai, berwarna merah cerah. Astaga, tidak atletis pun ada
batasannya juga tahu.
“A-Aniki... Aku yakin menurut informasi yang kuselidiki sebelumnya, putri
dari keluarga Konohana disebut Ojou-sama yang sempurna, kan? Menurutku
dia bukanlaha orang yang setolol ini...“
“T-tidak, sekalipun kau bilang begitu, rupanya terlihat persis. Aku bahkan
belum pernah mendengar kalau dia memiliki saudara...”
Para penculik itu saling berbisik. Sementara itu, gadis itu sedang mengusap
dahinya yang sempat membentur lantai dengan air mata berlinang di sudut
matanya.
“Sakit...”
Suara gadis itu terdengar sangat sedih sehingga mau tak mau aku memeriksa
lukanya.
“Bisa dibilang, ini lebih merupakan goresan daripada luka. Kau tidak boleh
terlalu sering menyentuhnya karena kau mungkin terkena kuman.’
“...Mmh.”
Oh, begitu ya. Tampaknya gadis tersebut sadar bahwa dirinya dalam situasi
dimana dia diculik. Karenanya, mengesampingkan dia yang diculik, dia
bertanya-tanya kenapa aku ada di sini bersamanya.
Aku mengeluarkan Kartu Pelajar gadis itu dari sakuku. Setelah menerima
kartu pelajarnya, dia memainkan permukaannya dengan gerakan yang
canggung. Jika dilihat dengan lebih jeli, terdapat suatu tonjolan tidak wajar di
sudut kanan bawah kartu tersebut. Tampaknya di sana ada tombol kecil yang
tertanam. Gadis itu kemudian menekan tonjolan itu dengan kukunya.
“Nah, dengan begini, bantuan harusnya akan segera datang.” Mengatakan itu,
gadis itu menghela napas ‘Fuuu’, dan melanjutkan, “Aku mau tidur.”
“Bantal.”
Aku hendak mengatakan, ‘Mana mungkin di sini ada bantal,’ tapi kemudian
gadis itu menepuk lututku dalam diam... Aku penasaran, apa dia ingin aku
memberikannya bantal pangkuan?
Pada dasarnya sangatlah untuk mudah untuk merasa senang saat seorang
gadis cantik bersikap manja seperti ini, tapi karena aku sudah meilihatnya
dalam sosok bebal, aku jadi merasa biasa saja. Sebelumnya para penculik
memerintahkanku untuk mengurusnya, dan setelah menghela nafas, aku
meminjamkan lutuku kepadanya.
Meski begitu, keberaniannya begitu kuat sehingga meniup udara suram yang
menyelimuti tempat ini. Normalnya, ini adalah situasi yang akan membuat
seseorang merasa takut dan menangis, tapi berkat gadis ini, aku jadi mampu
mempertahankan ketenanganku.
Dengan menggunakan ujung bajuku, aku menyeka air liur dari mulut gadis
itu.
“...Mmn.”
“Rambutku, berantakan.”
“Mm.”
Aku kemudian mengikat rambut gadis itu di bagian atas, seperti model
ponytail.
“Hmm.”
Pada saat itu, salah satu penculik menendang kayu yang ada di dekatnya.
Tiba-tiba, terdengar suara yang sangat keras dan membuatku terkejut.
Penculik itu terlihat marah saat dia menempelkan ponsel ke telinganya.
“—Cukup! Kalau kau terus mengulur-ngulur waktu, aku akan memukul wajah
putrimu!” dengan mata yang merah, pria itu berteriak. Sesaat matanya
menatap gadis itu.
Gadis itu memang memiliki nyali yang besar, tapi mungkin itu hanya karena
aku tidak melihat sifat aslinya. Karenanya, aku mengucapkan kalimat
layaknya kepuasan diri.
“Jangan khawatir. Jika ada sesuatu yang gawat tejadi, aku bisa menjadi
perisai untukmu.”
Meskipun aku memiliki masa depan yang gelap, setidaknya, aku dapat
membantu seseorang.
“Entahlah.”
Bukannya itu justru bau kuman-kuman yang mati. Itu bukan ungkapan yang
senang kudengar...
“Kau tahu, aku punya banyak sekali orang yang mengasuhku, tapi..., sikap
mereka semua sangat tegang.”
“....”
“Tapi, kau bersikap begitu santai kepadaku, yang membuatku bisa merasa
nyaman saat bersamamu. Aku senang.”
Gadis itu tersenyum padaku, dan membuatku terpesona untuk sesaat. Tapi,
satu-satunya alasanku merasa nyaman dengan itu adalah karena aku tidak
begitu memahaminya. Atau jika aku memiliki masa depan, aku mungkin akan
lebih terpesona. Tapi sayangnya, aku dalam keadaan di mana aku bahkan
tidak bisa mencari nafkah untuk hari esok. Sekalipun aku dibenci oleh wanita,
tidak akan ada kerugian yang ‘kan kualami. Dia ini adalah tipe orang yang tak
terkalahkan yang menjadi masalah sosial akhir-akhir ini.
“...Itsuki Nishinari.”
“Begitu ya. Namaku Hinako Konohana.” Gadis itu berkata dengan biasa saja.
“Mulai sekarang, kau akan menjadi—”
Tepat saat gadis itu hendak mengatakan sesuatu. Sesuatu yang tampak seperti
kaleng kecil terlempar terlempar melalui jendela pecah dari pabrik yang
dintinggalkan. Kaleng itu mengeluarkan suara dentingan, dan saat berikutnya,
asap putih menyembur keluar.
“Terobos!!”
Aku mendengar suara keras dari lantai pertama pabrik itu. Pada saat yang
sama, dentuman langkah kaki yang tak terhitung jumlahnya bisa terdengar
dari mana-mana.
Entah dari mana, sekelompok pria yang tampak seperti polisi muncul dan
dengan cepat mengamankan kedua penculik itu. Para pria itu kemudian
dengan cepat mendekatiku dan gadis itu,
“Jangan bergerak!!”
“...Eh?”
“Whoa!?”
Kepalaku ditekan dengan keras dan aku terlempar ke lantai. Saat ini, baik
tangan dan kakiku sama-sama terikat. Jadi sekalipun mereka tidak
melakukan kekerasan padaku, aku tidak akan bisa memberikan perlawanan.
Saar tabir asap telah hilang, seorang wanita muncul dengan suara langkah
kaki biasa. Wanita itu memiliki rambut hitam yang dia uraikan hingga ke
pinggangnya. Dia berpakaian hitam dan putih yang berenda, dimana orang-
orang biasa menyebutnya sebagai seragam pelayan.
“Mmh.”
Pelayan itu mendekati gadis itu, dan kemudian melepaskan borgol dan
belenggunya. Terlepas dari semua kebisingan itu, gadis itu tampak tidak
terusik. Dia menguap seolah dia akhirnya terbangun dari tidurnya barusan.
“Dan akibat dari kemalasanmu itu, inilah yang terjadi. Ya ampun...” Pelayan
itu menghela nafas.
“...Begitukah?”
Saat gadis itu menunjuk ke arahku, mata pelayan itu sedikit membelalak.
Kemudian, pengekanganku dilepaskan dengan perlahan.
“Maafkan aku. Kupikir kau juga adalah pelaku dalam kasus ini.”
“Nah sekarang. Ayo serahkan sisanya pada mereka, dan kita akan pulang. Kau
juga, silakan ikut dengan kami.”
Rupanya, mereka akan menunjukkan jalan keluar dari tempat ini. Aku
mengangguk dalam diam. Tapi, gadis itu tidak beranjak dan menatapku
dengan tatapan acuh tak acuh di matanya.
“......Eh?”
“Dimengerti.”
Gadis itu langsung pergi ke kursi belakang, kemudian aku, dan akhirnya si
pelayan yang menutup pintu saat dia masuk.
Aku mengencangkan sabuk pengaman gadis yang tertidur lelap itu, kemudian
mengencangkan sabuk pengamanku juga. Tiba-tiba, aku merasakan tatapan
tertuju kearahku. Saat aku menoleh, aku menemukan pelayan itu menatapku.
Dia kemudian bergumam dengan suara kecil, “Begitu ya, jadi itu sebabnya
anda menyukainya,” dan memasang sabuk pengamannya. Mobil pun mulai
melaju.
Tepat setelah pelayan itu menjawab, aku mendengar suara sesuatu yang
bergetar.
“...Eh?”
“...Eh?”
“Uang SPP-mu masih belum lunas. Dan sepertinya sudah sedari awal orang
tuamu berencana untuk melarikan diri dari rumah. Dan juga, tampaknya
biaya sekolah yang kau peroleh dengan setiap hari bekerja sambilan telah
diambil oleh mereka.”
“T-tidak mungkin...”
“Sepertinya kau juga masih belum membayar biaya sewa apartemen dan
tagihan lain-lain. Ini artinya, rumah itu sebentar lagi tidak akan bisa kau
tinggali.”
“Untuk itu, kami punya saran untukmu,” kata pelayan itu kepadaku yang
tertekan. “Apa kau mau bekerja untuk Ojou-sama itu?”
“....Apa?” Saran itu sangat tidak terduga sampai-sampai aku hanya bisa
memiringkan kepalaku. “Erm, aku tidak yakin kalau aku mengerti apa yang
barusan kau katakan.”
“Yah, wajar saja. Lagipula kau memiliki rekening di Bank Konohana, jadi kau
pasti mengetahuinya.”
Dia benar. Gaji dari pekerjaan sambilanku dikirimkan ke dalam rekening yang
kubuat di Bank Konohana. Penyeldikan mengenai latar belakangku yang
barusan mereka lakukan mungkin didasarkan pada informasi yang terdafatar
di akun tersebut.
“Lalu, orang yang tidur di sampingmu itu adalah putri dari Grup Konohana,
Hinako Konohana. Aku adalah salah satu pelayan yang melayani Ojou-sama
itu.”
Rupanya, gadis yang tidur di sampingku ini adalah wanita muda yang luar
biasa. Yah, aku memang sudah punya gagasan kalau dia bukan orang biasa,
tapi aku tidak menyangkan dia tidak hanya merupakan Ojou-sama yang
dihormati di kota ini, melainkan sampai di seluruh negara ini.
Lantas, bagaimana bisa aku naik mobil dengan orang yang seperti itu?
“Apa yang kusaranakan kepadamu adalah jenis pekerjaan yang mirip dengan
pekerjaanku.”
Oh, ya, dia benar. Aku hanya kebingungan karena aku terlibat dalam
percakapan yang skalanya terlalu besar.
“Secara teknis, kau sebenarnya bukan pelayan, tapi ini pekerjaan yang serupa
dengan itu. Aku ingin kau mengasuh Ojou-sama itu mulai sekarang. Apa kau
setuju dengan ini?”
“Sekalipun kau bertanya setuju atau tidak..., di tempat pertama, apa kau yakin
ini tidak apa-apa? Habisnya, aku ini hanya seorang pelajar...”
Tidak..., aku bahkan bukan lagi seorang pelajar. Jadi sekarang, aku hanyalah
seorang anak kecil yang tidak punya tempat lain untuk di tujui. Aku tidak
yakin apakah ada gunanya keluarga terkenal yang diketahui semua orang di
Jepang untuk menerimaku bekerja pada mereka.
Pelayan itu kemudian melihat gadis yang sedang tidur di sampingku. Dia
meneteskan air liur dengan ekspresi santai.
“Nnn... mm~”
Gadis itu berbalik dan memeluk tubuhku. Aku bisa mencium aroma manis
aneh dari rambut panjang dan lembut gadis itu. Anehnya, aku merasa malu
dan mengalihkan pandanganku dari gadis itu, dan pelayan itu memelototiku
dengan tajam dari sudut matanya.
“...I-Itu?”
“Maksudku adalah bagian yang baru saja kau bayangkan.”
Kau tidak boleh melakukan itu. Aku akan menjadi maid* nantinya.
[Catatan Penerjemah: Seperti yang gua bilang di atas, pelayan laki-laki adalah
Shitsuji. Kalau itu-nya dipotong, maka Itsuki akan menjadi tanpa itu, yang
artinya dia menjadi Maid.]
“Aku akan memintamu mendiskusikan persyaratan mendetail dengan
majikanku.” Kata pelayan itu, sambil melihat pemandangan yang ada di luar.
“......Mmm.”
Gadis yang menempel di sisi kanan tubuhku bangun dengan lesu. Pintu mobil
terbuka secara otomatis dan kami keluar. Di depan kami, berdiri sebuah
rumah besar, yang merupakan yang terbesar yang pernah kulihat.
“Tempat ini...”
“Ini adalah vila keluarga Konohana. Sekarang kau akan bertemu dengan
Ayahnya Ojou-sama.”
Lebih dari bertemu dengan Ayah Ojou-sama itu, aku benar-benar tercengang
melihat bahwa rumah di depanku ini adalah sebuah vila.
Kalau ini adalah vila..., apa itu berarti rumahku adalah rumah anjing atau
toilet?
Bab 5
Selamat Datang di Keluarga Konohana (1)
Saat kami mendekati pintu masuk mansion itu, para pelayan laki-laki dan
perempuan yang berbaris di kedua sisi menundukkan kepala mereka secara
serempak. Di depan, setidaknya ada selusin pelayan, dan Ojou-sama yang
dimaksud menguap ringan, dan kemudian, “Ya.” Menjawab seperti itu.
Gerbang yang begitu khidmat terbuka dan aku melangkah ke dalam mansion.
Bagian dalamnnya, yang terlihat layaknya hotel mewah, memenuhi
penglihatanku. Karpet merahnya terbentang lurus, dan ada banyak sekali
perabotan mewah. Tapi tidak seperti hotel, ini adalah mansion tempat tinggal
orang, jadi suasananya lebih tenang kenadati glamor, tapi meski begitu, ada
begitu banyak emas yang tidak ada di rumah orang biasa.
“Wow...”
“Harap terbiasalah. Saat kau mulai bekerja untuk Ojou-sama, kau akan
melihat pemandangan ini setiap hari, bukan?”
Aku belum memutuskan apakah aku akan bekerja atau tidak, tapi aku sudah
memiliki sedikit kepercayaan diri. Jika aku tinggal di sini terlalu lama, aku
akan kehilangan semua akal sehatku.
Pelayan itu melihat ke pelayan lain yang sedang menunggu di dekat dinding.
Tapi gadis itu mengerutkan keningnya saat mendengar kata-kata pelayan itu,
dan berkata, “Udah ah, aku tidak jadi mau tidur.”
“Ya..., aku ingin bersama dengan Itsuki.” Kata gadis itu, sambil menarik
lengan bajuku.
Entah kenapa, aku merasa seperti aku punya adik perempuan, saat aku
memikirkan itu, mata pelayan di sampingku terbuka lebar.
“Tidak mungkin..., Aku tidak percaya Ojou-sama akan menunda waktu
tidurnya...!?”
Kupikir dia hanya terjaga secara normal karena dia telah tidur saaat masih di
culik dan dalam perjalanan di mobil...
“Permisi.”
Pelayan itu membuka pintu. Di sisi lain pintu, ada sebuah ruangan besar
dengan seorang pria sedang berdiri di tengahnya.
“Pasti kaulah Itsuki Nishinari-kun itu.” kata pria itu saat melihatku.
“Aku Kagen Konohana, Ayahnya Hinako dan ketua dari Grup Konohana.”
Dia memiliki wajah yang terlihat awet muda, tapi dia mengenakan setelan
yang berkualitas tinggi dan penuh keeleganan.
“Meskipun aku adalah ketua, tapi aku hanya bertanggung jawab atas satu
perusahaan di dalam grup. Ini bukanlah posisi yang terlalu tinggi.”
“Haha, jangan terlalu marah gitulah, Shizune. Itu kan cuman candaan biasa.
Kalau kau memasang aura mencekam seperti, Itsuki akan menjadi
terintimidasi.” kata Kagen-san sambil tersenyum.
Memangnya kau ini seorang salaryman yang ada di kereta untuk berangkat
kerja apa?
Ah... dia ngiler lagi.
“Itsuki-kun, kudengar kau baru saja terlibat dalam penculikan putriku..., Apa
ada sesuatu yang terjadi pada kalian selama rentang waktu itu...? Aku belum
pernah melihat putriku begitu menyayangi seseorang yang dia temui untuk
pertama kalinya...”
“Begitu ya. Yah, Hinako itu hidup berdasarkan perasaannya, jadi aku yakin
kalau dia berada di gelombang yang sama denganmu.”
“Gelombang...?”
Aku tidak berpikir kalau ini adalah masalah yang bisa diselesaikan hanya
dengan satu kata: gelombang...
Bahkan aku sendiri tidak tahu mengapa dia sampai begitu terikat padaku
seperti ini.
Begitu ya, kurang lebih aku bisa memhaminya. Bagaimanapun juga, dia
sendiri yang bilang bahwa dia menginginkan pengasuh yang santai karena
semua pengasuhnya sangat tegang.
“Iya.”
Di video itu, aku melihat seorang gadis yang sedang tidur di belakangku—
Hinako-san. Tempat dari video itu..., mungkin adalah lorong akademi.
Sebagai sekolah yang bergengsi, pintu dan jendela ruang kelas didekorasi
dengan sangat apik.
Adegan berubah, dan sekarang kami melihat video yang direkam di ruang
kelas.
[Baiklah, untuk soal ini..., Konohana-san, apa kau bisa menjawabnya?]
[Iya.]
Hinako berdiri dengan tenang saat dia ditunjuk untuk mengerjakan soal.
Mempertahankan postur tubuh yang tegak, dia berjalan ke papan tulis dan
tanpa henti, menuliskan jawaban dari soal tersebut dengan kapur.
Adegan berubah lagi. Itu adalah ruang kelas yang sama, tapi dari cahaya yang
tampak keoranyean, mungkin itu saat sepulang sekolah. Di sana, seorang
siswi sedang berbicara dengan Hinako-san yang sedang duduk di dekat
jendela.
[Jika kalian juga tidak keberatan, dengan senang hati aku akan ikut
bergabung.]
[T-terima kasih banyak! Aku sudah menyiapkan kue yang enak untukmu loh,
Konohana-san!]
“SIAPA DIA...?”
“Mustahil...”
Gadis yang ada di dalam video itu adalah Ojou-sama yang sangat mulia, polos,
cantik, dan anggun. Itu tidak terlihat seperti gadis yang telah tertidur di
belakangku sejak beberapa waktu yang lalu, sambil menganggukkan
kepalanya—tapi, yang di video itu memang persis seperti dia.
“Hinako, dia itu bisa berperan sebagai Ojou-sama yang sempurna sat di depan
umum.”
Adegan itu di ruang kelas. Namun, tidak ada seorang pun di sekitar. Hanya
ada dua orang dalam video itu, yakni Hinako-san dan seorang siswi yang
berseragam sama sepertinya.
[Gantiin.]
[Ojou-sama!? Baru saja, aku menerima panggilan dari kepala keluarga yang
mengatakan kalau kartu kredit anda telah disalahgunakan―!?]
“Inilah Hinako yang asli.” kata Kagen-san, dengan ekspresi rumit di wajahnya.
Bab 6
Selemata Datang di Keluarga Konohana (2)
Meski dari sisi pribadi, aku lebih akrab dengan Hinako yang seperti itu,
karena sejak awal, memang begitulah bagaimana dia bertindak saat di lokasi
penculikan. Tapi meski begitu, aku baru mengenalnya sekitar tiga jam.
“Erm, siswi lain yang ada di dalam video itu, apa dia seorang pelayan atau
semacamnya?”
“Dia adalah mantan pengurusnya Hinako. Baru-aru ini, dia merasakan rasa
sakit yang hebat di perutnya akibat stres, dan setelah dirawat di rumah sakit,
dia mengatakan kalau dia ingin mengundurkan diri menjadi pengurusnya.”
“......Uwa.”
Tapi, barusan dia bilang mantan pengurus, kan? Jadi maksudnya, aku harus
menjadi korban berikutnya gitu?
“Peran pengurus adalah untuk melindungi citra publik Hinako sebagai Ojou-
sama yang sempurna. Dengan kata lain, untuk mendukungnya dari balik layar
sehingga sifat aslinya tidak terungkap. Bagaimana menurutmu..., apa kau
akan menerima pekerjaan ini? Selain itu, ini adalah permintaan dari Hinako
sendiri, aku akan sanga berterima kasih jika kau bisa menjadi orang yang
mengurusnya.”
Aku memikirkan pertanyaan itu sebelum menjawabnya.
“Tentu saja. Kau akan mendapatkan tempat tinggal, dengan tiga kali makan
dalam sehari. Selain itu, aku juga akan membayarmu di atas itu.”
Inilah artinya menjadi kue beras di atas rak. Karena aku hampir tidak memliki
tempat untuk ditinggali, ini adalah kesepatakan yang sungguh baik bagiku.
Sebaliknya, aku yakin kalau dia mempertimbangkan situasiku saat dia
membuat penawaran ini. Aku sangat berterimakasih.
“Mengenai gajimu..., bagaimana dengan dua puluh ribu yen per harinya?”
“Oh, apa segitu masih belum cukup? Yah, kupikir aku tidak dapat memberimu
gaji yang sama dengan pelayan atau pelayan profesional.., Kalau begitu,
bagaimana dengan lima puluh ribu yen per harinya?“
“Kalau begitu, aku akan mempekerjakanmu dengan bayaran yang kau minta.
Berapa banyak yang kau inginkan?”
‘Bayaran yang kumau’. Ini adalah pertama kalinya aku mendengar kalimat itu
di dunia nyata.
“Jika itu gaji harian, Delapan ribu yen saja sudah cukup.”
Bahkan jika kau adalah seorang pekerja sementara, itu saja sudah lebih dari
cukup untuk mendapatkan 8.000 yen. Kupikir aku menyebutkan harga pasar
umum, tapi..., untuk beberapa alasan, Kagen-san mengerutkan alisnya.
“Asal kau tahu, belakangan ini kinerja Grup Konohana semakin lesu. Banyak
di antaranya disebabkan oleh ekonomi, tapi banyak juga karena perselisihan
antar faksi dalam grup dan konflik dengan pesaing. Karenanya, segala
sesuatunya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Tentu saja, itu masih belum
cukup untuk membuat kami bangkrut, tapi bukan berarti itu adalah sesuatu
yang bisa kami abaiakan begitu saja. Untuk itu..., sangatlah penting untuk
mengetahui siapa yang akan dinikahi oleh putriku.”
Saat aku mendengarkan penjelasan itu, aku kembali berpikir. Kami benar-
benar hidup di dunia yang berbeda. Bahkan sampai saat ini, aku tidak pernah
memikirkan perihal pernikahan atau label dalam hidupku.
“Fumu..., bayaran normalnya, ya. Yah, oke. Kalau begitu aku berharap kau
bisa bekerja keras untuk itu.”
“Mulai besok!?”
“Sebelumnya kau sudah melihat video itu, kan? Tanpa seseorang yang
mengurusnya, bahkan di dalam rumah pun Hinako bisa tersesat. Kami
membutuhkan seseorang untuk mendukung Hinako secepat mungkin.”
Bukannya aku akan terkejut jika aku tersesat di rumah ini, apalagi dengan
ukurannya yang sangat besar, tapi...
“Ah, iya..., apa kau juga akan memberikanku pakaian untuk bekerja?“
“Ini lebih seperti seragam kerja. Mulai sekarang, kau akan menghadiri
Akademi Kekaisaran.”
“...Hah!?”
Kupikir itu adalah sesuatu seperti seragam pelayan atau semacamnya, tapi
aku justru menerima jawaban yang sama sekali tidak kubayangkan. Akademi
Kekaisaran. Itu adalah sekolah bergensi yang dihadiri oelh Hinako-san.
“Tidak, tapi ‘kan, Akademi Kekaisaran adalah sekolah yang sangat bergengsi.
Aku tidak berpikir kalau aku akan cocok jika aku bersekolah di sana...”
“Di Akademi Kekaisran, itu adalah hal yang normal,” kata Kagen-san dengan
singkat.
“Hiiii!?”
“...Iya.”
Begitu ya.., jadi dia juga menghadiri akademi itu. Yah, kurasa dia mungkin
tidak mengingatku. Jadi tidak mungkin kontak itu akan terjadi.
Bab 7
Tinggal di Mansion
“Iya.”
Shizune-san mengangguk.
“Sebaliknya, saat di luar mansion, kau akan bersatus sebagai teman sekolah
Ojou-sama, jadi akan lebih baik jika memanggilnya dengan [san].”
Kamar tersebut berukuran sekitar tujuh tikar tatami dan hanya dilengkapi
dengan ranjang serta meja belajar. Mungkin ini adalah kamar pelayan. Aku
dibuat kewalahan dengan ukuran mansion tersebut, jadi aku merasa lega di
dalam hatiku saat mendapatkan ruangan ini. Aku bisa dengan mudah terbiasa
dengan ini.
“Kalau ada perabotan yang kau butuhkan, kita bisa memesannya nanti. Yang
jelas, mulai sekarang kau bisa tinggal di kamar ini.”
“Iya.”
Aku akan memikirkannya ketika setidaknya aku bisa bekerja seperti orang
normal.
“Nuh-uh.”
Pada saat itu, gadis itu mengeluarkan suara aneh dan menyelam ke atas
ranjang di dalam kamar.
“...Apa boeh buat. Ayo biarkan Ojou-sama tidur di sini sebentar.” kata
Shizune-san sambil mendesah. “Itsuki-san. Mulai besok kau akan menghadiri
Akademi Kekaisaran sebagai siswa pindahan. Tapi sebelum itu, ada beberapa
hal yang perlu kau pelajari...”
“Iya. Selain itu, karena mulai kedepannya kau akan bekerja dengan Ojou-
sama, nilaimu harus setara dengan nilainya. Setidaknya, kau harus memiliki
kemampuan akademis yang tidak akan mendapat masalah jika kau ditunjuk
untuk mengerjakan soal di dalam kelas.”
“Asal tahu saja, ini bukan hanya perihal akademis. Tapi juga tentang etiket,
perilaku, dan bela diri.”
“Bela diri?”
“Begitukah. Kalau begitu, mari kita lihat apa yang bisa kau lakukan setelah
kau menyelesaikan persiapanmu.”
Aku akan mencoba untuk mereka yang menjalani kehidupan elegan di rumah
mewah, jadi jangan meremehkan siswa yang kesulitan―
---
“Aku sudah mencapai batasku. Maaf. Rasanya aku akan mati.”
“Aku akan memberimu rundown verbal sebelum makan malam, tapi jika ada
sesuatu yang kau tidak kau mengerti, kau bisa mengandalkan manual itu atau
bertanya padaku,” kata Shizune-san saat aku menerima manual tebal itu.
“Kau bisa tidur di koridor. Nanti aku akan menyiapkan tikar untuk kau pakai.”
“......”
“......Iya.”
“Baiklah, aku permisi dulu. Kalau kau ada membutuhkan sesuatu, telpon saja
aku.”
Kudengar pelajaran dari Shizune-san akan diadakan setiap hari. Kalau aku
memang akan terus melakukannya, mungkin hanya dalam beberapa bulan
aku bisa menjadi orang yang sempurna dalam bidang akademis dan seni bela.
Entah aku menjadi seperti itu..., atau justru aku akan kehilangan akal sehatku.
“Mmm......, ehehehe...”
Rupanya, Hinako-sama ini suka sekali tidur. Saat dia diculik pun dia masih
sempat-sempatnya pergi tidur, dan kalau sudah seperti ini, katanya dia
biasanya akan tidur nyenyak sampai pagi.
Sambil menghela napas, aku duduk di kursi yang disediakan di mejaku. Hari
aku benar-benar lelah, dan aku ingin tidur lebih awal juga. Tapi, dengan
Hinako-sama menempatai ranjangku, aku tidak tahu harus berbuat apa...
“Errm, nah, ini dia. Hal-hal yang harus diperhatikan saat Ojou-sama sedang
tidur, edisi mansion. Saat di mansion, Ojou-sama menghabiskan sebagian
besar waktunya untuk tidur. Kalau kau sampai membangunkan Ojou-sama
yang sedang tidur dengan nyenyak, dia akan menjadi rewel, jadi pastikan
untuk membimbingnya ke kamarnya sebelum menidurkannya....... Lah, sudah
terlambat ini mah...!”
Aku sih tahu dimana letak kamarnya Hinako-sama, tapi apakah tidak apa-apa
jika aku membawanya ke sana tanpa izin? Saat aku mencoba mencari tahu
tentang itu di manual, ponselku tiba-tiba bergetar... Sepertinya aku menerima
pesan.
Ponselku yang lama mengatas namakan nama orang tuaku, jadi aku harus
menyinkronkan dataku ke ponsel baru yang diberikan kepadaku. Karenanya,
pesan dari kenalan sebelumnya juga diterima di ponsel ini.
Itsuki: Karena beberapa situasi, aku tidak bisa lagi bersekolah di SMA itu.
Yuri: Apa?
Aku segera menerima balasan.
Kalau sekarang aku memikirkan hal-hal lain, aku khawatir kalau aku akan
kehilangan semua konten persiapan yang Shizune-san masukkan ke dalam
kepalaku.
Brrt
Ponselku bergetar. Astaga, padahal sudah kubilang lain kali saja, tapi..., tidak.
Aku tidak bisa mengangkatnya.
Setelah membiarkannya terus seperti itu selama beberapa saat, ada pesan
yang dikirim lagi.
“Whoa!?”
“Eh? Ah..., erm, dia adalah teman masa kecilku yang satu SMA denganku...”
“...Hmm.”
“...Ini disita.”
“Eh.”
Cara bicara... Oh, apa yang dia maksud adalah sebutan kehormatan?
“Tidak, tapi...”
“Mm.”
“Itsuki.”
“...Ada apa?”
Untuk sesaat, aku terpesona olehnya yang seperti itu, dan beberapa saat
kemudian, aku menjawabnya.
“...Ya.”
Mungkin dia puas dengan jawabanku, Hinako-sama kembali terjun ke atas
ranjang―
“Oh, hei! Tunggu! Kalau kau mau tidur, setidaknya kembalilah ke kamarmu!”
Sebuah mobil hitam diparkir di depan gerbang, dan didepanya adalah adalah
sosok Hinako-sama.
“Kalau anda mengatakan itu dalam delapan jam dari sekarang, aku akan
setuju.”
“Mu~u...”
Saat aku hendak masuk ke dalam mobil, Shizune-san menanyakan itu padaku.
Mungkin ini adalah ulasan dari..., pelajaran etiket yang kuambil tempo hari.
“...Kursi belakang-depan.”
“Benar. Kalau ada supirnya, orang yang memiliki posisi yang lebih tinggi akan
duduk di kursi paling belakang, kursi belakang-tengah, kursi belakang-depan,
dan kursi depan, intinya dalam urutan seperti itu.”
“Kalau yang mengemudikan mobil adalah orang yang setara, maka kursi
depan akan menjadi kursi tertinggi, kan?”
Yah, lagian aku sudah diberi pendidikan Spartan yang tak terbayangkan...
“Normalnya, itu akan menjadi tugas dari pengurus untuk membimbing Ojou-
sama ke dalam mobil seperti ini, tapi kupikir aku akan membiarkan Itsuki-
sama melakukan pekerjaan itu secara bertahap. Sekarang..., silakan masuk ke
dalam mobil.”
“Ngan~tuk...”
Aku berhasil menahan diri untuk tidak mengucapkan kata-kata kasar seperti
itu dari tenggorokanku. Mobil pun mulai melaju dengan perlahan.
“Karena kalian berdua seharusnya tinggal di rumah yang terpisah, kami akan
mengantar kalian sampai di jarak yang tidak terlalu jauh dari akademi.”
“Jadi hanya kami berdua yang berjalan menuju sekolah? Tapi, jika kami
melakukan itu, kami mungkin akan diculik seperti kemarin—”
“Aku mengerti...”
Ini adalah hari pertama aku bekerja. Sebagai pengurus, aku akan
mengawasinya dengan seksama.
“Ugh.”
“Tapi, Ojou-sama. Itu tidak akan menjadi contoh yang baik bagi yang
lainnya.”
“Bukankah itu bagus, Itsuki..., sekarang kau bisa berbicara secara normal
denganku.”
“Aku mengerti.”
“Itsuki...”
“Apa?”
“Peluk aku.”
“Ojou-sama. Itu, yah, bukankah itu adalah tindakan yang tidak pantas untuk
dilakukan.”
Untuk berjaga-jaga, aku mencoba mengendus diriku sendiri... Tidak, aku tidak
mencium bau apapun. Kalau aku harus mengatakannya, yang kucium adalah
bau deterjen yang digunakan di rumah kelaurga Konohana.
“Um, Hinako-san. Bagaimanapun juga aku adakah laki-laki, jadi kau tidak
bisa begitu terlalu dekat denganku...”
“Cara bicaramu.”
“...Hinako.”
“N~T~A~P~S...”
Hadeeeh..., kayaknya tidak peduli apapun yang kukatakan, itu akan sia-sia.
“...Mm.”
Sekitar tiga puluh menit kemudian, kami sampai di tempat tujuan kami.
Di gang yang sepi dan tidak berpenghuni, aku dan Hinako diturunkan. Tidak
ada orang di sekitar, tapi..., sepertinya ada banyak penjaga dari keluarga
Konohana yang mengintai.
“Apa ini...?”
“Jika Ojou-sama tidak mau dengar-dengaran, tolong gunakan ini.”
Tas itu ringan, dan saat aku mencoba memasukkannya ke dalam tasku, aku
mendengar suara gemerisik dari sesuatu yang berderak.
Shizune-san berterima kasih padaku dengan hormat, dan aku juga berterima
kasih padanya dengan ringan, kemudian, kami mulai berjalan menuju
sekolah.
“Belum ada orang lain yang melihatku..., jadi aku bisa santai.”
Yah, orangnya sendiri sih bilang begitu, tapi sebagai pengurusnya, aku harus
melindungi penampilannya sebagai Ojou-sama. Aku menuju sekolah, sambil
melihat sekeliling dengan hati-hati.
“...Besar sekali.”
Mau tak mau aku bergumam pada diriku sendiri saat aku berdiri di depan
gedung sekolah yang sudah seperti mansion itu.
Seorang gadis yang rambut kuningnya berkibar tertiup angin dengan patuh
menanggapi sapaan para siswa di jalan.
Aku mengintip wajah Hinako yang sudah mulai berakting sebelum aku
menyadarinya. Dia terlihat sangat berbeda dari sebelumnya. Aku tidak
percaya bahwa gadis dengan perilaku cerdas dan sopan di sampingku ini
adalah orang yang sama dengan gadis yang ngiler di kamarku tadi malam.
“Whoa.”
Saat kami memasuki gedung sekolah, kami pergi ke ruang guru terlebih
dahulu.
Untungnya, aku dan Hinako seumuran. Jadi kami bisa berada di kelas yang
sama tanpa harus berbohong tentang umurku. Selanjutnya, Shizune-san akan
membantu kami agar bisa ditempatkan di kelas yang sama.
“Aku sudah menunggumu. Kau yang bernama Itsuki Nishinari itu, kan?”
Saat aku memasuki ruang guru, aku didekati oleh seorang guru perempuan.
“Namaku Misono Fukushima. Aku adalah wali kelas di Kelas 2A, kelas dimana
Itsuki-kun ditempatkan. Senang bertemu denganmu.”
“Senang bertemu denganmu juga.”
“Aah, itu...”
Aku tidak bisa langsung berbohong, jadi aku tergagap. Kemudian Hinako,
yang berdiri di sampingku, membuka mulutnya.
“Keluargaku dan keluarga Nishinari-kun sangat dekat, jadi kami sudah lama
saling kenal. Karena itu, aku memutuskan untuk mengajaknya berkeliling
akademi.”
Guru itu diyakinkan oleh Hinako yang menjelaskan dengan nada sopan.
Gadis ini kemungkinan besar akan tersesat di akademi saat dia sendirian.
Bab 9
Rumor Siswa Pindahan
“Hari ini akan ada siswa pindahan yang bergabung dengan kalian.”
Kemudian aku memasuki kelas, dan menyapa semua orang dari depan papan
tulis.
Tidak ada tepuk tangan atau sapaan balik, namun penampilan dan ekspresi
yang ditunjukkan para siswa sangat ramah. Di SMA-ku sebelumnya, kami
tidak pernah memiliki siswa pindahan, dan jika ada, itu pasti akan terasa
menyenangkan, tapi siswa-siswi di kelas ini tampaknya tidak seperti itu...,
entah bagaimana, suasana yang dewasa dan toleran tercipta di ruang kelas ini.
Aku duduk di belakang, baris kedua dari jendela, dan dengan cepat
mengeluarkan buku teks dari tasku.
“Baiklah, ayo kita mulai pelajarannya. Kali ini, kita akan belajar tentang
integrasi dengan metode substitusi.”
---
“—Itu saja untuk pelajaran kali ini. Anak-anak, jangan lupa untuk kembali
mengulasnya.” ucap Fukushima-sensei begitu bel berdering.
“Kalau kau tidak keberatan, aku akan dengan senang hati membantumu.”
Saar dia berada di depan umum, Hinako mengenakan kulit Ojou-sama yang
sempurna. Sejauh ini, tidak ada tanda-tanda kalau kulit itu terkelupas.
“Padahal kau ini cuman anak baru, tapi sombong sekali kau sampai tidak
memiliki niatan untuk menyapaku. Ayo, beri aku penghormatan.”
“...Eh.”
Pendekatan macam apa itu? Aku bahkan tidak tahu apakah dia lagi bercanda
atau serius..., Saat aku kebingungan, seorang siswi pendek dengan cepat
mendekat dari belakang siswa itu.
“Hei!
“Aduh!?”
Jitakan tangan gadis itu mendarat di atas kepala siswa itu.
“M-Maaf, barusan aku cuman bercanda kok.” Kata siswa itu sambil
menundukkan kepalanya.
Saat mereka menyebut nama mereka, aku berkata, “Haa.” Tampaknya upeti
yang baru saja siswa itu sebutkan hanyalah candaan.
“Setiap siswa pindahan? Apa ada orang lain selain aku yang juga siswa
pindahan?”
“Tentu. Mereka mungkin tidak dipindahkan pada saat yang sama, tapi
perpindahan itu sendiri bukanlah hal yang aneh. Siswa-siswi yang menghadiri
akademi ini terkadang terlambat masuk sekolah karena alasan keluarga, dan
sebaliknya terkadang ada juga yang lulus lebih awal. Kau yang baru saat ini
dipindahkan pasti karena alasan keluarga, kan?”
“Keluargaku menjalankan perusahaan IT. Yah, tapi itu tidak terlalu besar...”
Mengingat pengaturan cerita yang Shizune-san buatkan untukku, aku
menjawab pertanyaan Asahi-san. Keluargaku memiliki perusahaan IT
menengah, dan aku adalah pewaris perusahaan tersebut.
“Kau tahu, yang namanya siswa pindahan itu memiliki dua pola. Pertama
adalah seseorang yang telah belajar dengan baik di sekolah lain untuk lebih
meningkatkan keterampilannya. Dan yang kedua adalah orang yang tidak
banyak belajar, tapi karena alasan keluarga, mereka terpaksa menghadiri
akademi ini. Dalam kasus pertama, sebagian besar siswa berasal dari keluarga
yang relatif kaya, sedangkan dalam kasus terakhir, kebanyakan dari mereka
berasal dari masyarakat biasa.”
“Jadi begitu...”
“Gak usah menggunakan bahasa yang formal. Kita ‘kan teman sekelas.”
“Karena alasana keluarga, aku harus berbicara seperti ini.”
“Oh, yah, apa boleh buat... Lagian itu adalah cerita yang umum.”
Aku diberi tempat tinggal di mansion, makan tiga kali sehari, dan dibayar
20.000 yen sehari. Untuk itu, aku akan memainkan peran pewaris.
Mendengar pertanyaan itu. Aku merasa seolah-olah udara yang ada di dalam
kelas membeku dengan suara yang menusuk.
Ada apa...?
Barusan, untuk sesaat, aku melihat pemandangan di mana aku baru saja
dipenggal.
Aku akan menggunakan alasan yang Hinako gunakan untuk menanggapi guru
pagi ini.
Aku jadi bingung terhadap Taisho yang tiba-tiba menjadi sangat ramah. Dan
pada saat yang sama, aku bisa merasakan bahwa ketegangan yang kurasakan
sebelumnya telah menjadi lebih rileks, dan teman-teman sekelasku sekali lagi
mengobrol dengan damai.
“...Semua orang?”
Saat aku berbicara dengan Asahi-san dan Taisho, aku jadi merasa sedikit
santai. Pada awalanya, aku bertanya-tanya apa yang akan terjadi ketika aku
memutuskan untuk pindah ke Akademi Kekaisran. tapi... secara tidak terduga,
kurasa aku bisa melakukan segala sesuatunya dengan lebih baik dari yang
kupikirkan.
Bab 10
Istirahat Makan Siang
“Urusan?”
“Saat istirahat makan siang, aku harus tetap berhubungan dengan orang
tuaku. Jadinya, aku akan makan siang dengan bekal yang kubawa.”
“Ya..., begitulah.”
Ini juga merupakan bagian dari pengaturan cerita yang dipikirkan oleh
Shizune-san. Saat aku pertama kali mendengar tentang ini, aku bertanya-
tanya, apakah mereka bisa tertipu karena alasan itu, tapi menilai dari ekspresi
wajah mereka, tampaknya ketakutanku sama sekali tidak berdasar. Aku yakin
kalau ada siswa lain di luar sana yang melakukan hal serupa.
“Kalau dipikir-pikir, rasanya Konohana-san juga sama seperti itu, kan? Dia
selalu pergi saat makan siang.”
“Maaf, aku harus melakukan beberapa pekerjaan kantor saat makan siang...”
“Oke.”
“Kapanpun kau ingin pergi ke kantin, beri tahu saja aku, oke!”
Setelah berpisah dari mereka berdua, aku berjalan keluar kelas dan langsung
mencari Hinako. Dia sedang berjalan sendirian di koridor. Aku mengikutinya,
dan tentu saja, sambil menjaga jarak tertentu darinya.
Setiap kali dia berjalan di dekat ruang kelas, Hinako terus dipanggil berkali-
kali oleh siswa-siwi lain, tapi pada saat dia melewati koridor, tatapan dari
orang-orang di sekitarnya mulai berkurang. Tampaknya sebagian besar siswa
di Akademi Kekaisaran berada di kantin atau ruang kelas selama waktu
istirahat makan siang. Yah, setiap sekolah pasti akan sama seperti itu.
Aula siswa lama terletak di seberang taman. Bangunan itu tidak lagi
digunakan karena usianya dan beberapa faktor lainnya. Namun, mengingat
penampilan dari institut tersebut, pembersihan secara rutin terus dilakukan.
Aku menaiki tangga ke atap. Setelah memastikan bahwa tidak ada orang di
sekitarku, aku membuka pintu.
“Cara bicaramu.”
“Ya, ya.”
Sebagai pengurusnya, setiap saat aku harus berada di sisi Hinako. Sepertinya
mulai sekarang, setiap hari aku akan menghabiskan waktu istirahat makan
siangku di atap ini.
“Bagaimana akademinya...?”
“Lakukanlah yang terbaik... Kalau kau sampai mendapatkan nilai yang jelek,
kau mungkin akan diberhentikan sebagai pengurusku.”
“......Itu gawat.”
Aku diberi tempat tinggal, makan tiga kali sehari, dan dibayar 20.000 yen per
harinya. Terlebih lagi, aku entah bagaimana dapat menghadri sekolah. Kalau
aku tidak bertemu dengan Hinako, aku akan kehilangan rumah dan tidak bisa
menghadiri sekolah lagi. Mempertimbangkan hal ini, aku sekarang berada di
lingkungan yang sangat diberkati. Aku harus berusaha untuk tidak diusir dari
lingkungan ini.
“Ayo makan?”
“...Ya.”
Bersama Hinako, aku membuka tutup kotak bekal makan siangku. Bekal yang
disiapkan oleh pelayan keluarga Konohana sangat lezat dan dibuat dengan
bahan-bahan langka yang melimpah.
“Luar biasa..., aku belum pernah melihat bekal berkualitas tinggi seperti ini
sebelumnya.”
“Selain itu..., dengan membawa bekal, aku bisa makan makanan favoritku.”
“Jadi ada makanan yang tidak kau sukai? Seperti, apa misalnya?”
“Wortel, paprika, kacang hijau, jamur shiitake, plum kering, tomat, labu...”
“Itu banyak sekali. Atau lebih tepatnya, kau hanya tidak menyukai sayuran.”
“Oh, jadi aku ketahuan, ya!” kata Hinako dengan senyum masam di wajahnya.
Dia benar-benar memiliki citra yang sangat berbeda dari saat dia berada di
kelas. Jika Taisho atau Asahi-san melihatnya yang seperti ini, mungkin
mereka akan sangat terkejut sampai jantung mereka seperti akan melompat
keluar dari dada mereka.
“Kau menumpahkannya...”
“Mm?”
“Jangan cuman ‘Mm?’ aja...”
“Suapin.”
“...Nih, aaa.” aku mengambil lauk secara acak dan membawanya ke mulut
Hino.
“Mmm.....tidak buruk.” kata Hinako, terlihat puas. “Kenapa kau tidak makan
juga, Itsuki?”
“Kau benar.”
Begitu aku menggerakkan sumpitku, aku jadi tidak bisa berhenti sampai
habis. Daging, ikan, salad, semuanya terasa sangat enak.
“Favoritku ya..., Semuanya terasa enak, tapi jika aku harus memilih satu,
maka itu adalah telur gulung yang kumakan di awal.”
“Tentu saja, lagian ‘kan aku adalah tuanmu. Jadi aku harus memberimu
makan.”
“Selain itu, kalau kau sampai meraasa bosan denganku, aku yang akan
bermasalah.”
Suaranya terdengar sedikit lebih serius dari biasanya. Mungkin itu hanya
imajinasiku, tapi aku tidak bisa mengabaikannya, dan tiba-tiba, aku bertanya
padanya.
Kagen-san bilang orang itu berhenti karena stres, tapi yang tidak kuketahui
adalah alasan orang itu menjadi stres.
“Eh.”
Itu jauh lebih singkat dari yang kukira.
“Yang sebelumnya lagi, kupikir sekitaran tiga minggu. Dan yang paling lama
ada satu bulan.”
“Entahlah.”
Dia tidak terlihat seperti dia menyayangkan itu, tapi dia sepertinya tidak
peduli juga. Mungkin Hinako tidak terlalu peduli dengan pengurus yang
selama ini mengurusnya.
“Padahal kupikir tidak ada pekerjaan lain dengan kesepakan yang sebagus
ini.”
“Ya. Karena ini adalah pekerjaan yang diberi tempat tinggal, maga tiga kali
sehari, dan diatas itu, dibayar dua puluh ribu yen per harinya. Tentu ini
banyak tekanannya, tapi ini adalah pekerjaan yang cukup bagus. Belajar di
akademi juga sangat sulit..., tapi itu tidaklah buruk kalau kau berpikir bahwa
dirimu akan menjadi orang yang berpendidikan...”
Di dunia ini, ada begitu banyak orang yang ingin belajar namun tidak bisa
melakukannya. Terutama aku, yang hampir menjadi salah satu dari mereka.
Bahkan saat di SMA-ku yang sebelumnya, aku bisa mendapatkan nilai yang
bagus karena aku merasakan krisis ini.
“Bagaimana denganku?”
“Eh...?”
Apa yang dia maksud adalah pernikahan sebagai penggali emas? Itu adalah
keinginan yang tidak layak bagiku sebelum bertanya apakah aku tertarik atau
tidak. Di tempat pertama, aku hanyalah seorang pengurus yang kebetulan
menarik perhatian Hinako, dan alasan aku berada di akademi adalah karena
identitas palsuku. Aku tidak benar-benar dalam posisi untuk berbicara secara
setara dengan putri keluarga Konohana seperti ini.
“Mm.”
Karena ada pertukaran yang serupa ketika kami diculik, aku segera mengerti
apa yang dia coba lakukan selanjutnya. Aku baru saja selesai makan siang, jadi
aku menyimpan kotal bekalku dan membersihkan pangkuanku. Segera setelah
aku melakukannya, Hinako meletakkan kepalanya di pangkuanku.
Seorang siswa laki-laki yang sehat mungkin sangat senang dengan situasi ini.
Tapi entah kenapa, bukannya bergairah, aku justru merasa tenang.
Aku tidak berpikir ada jarak seperti sesuatu antara pria dan wanita. Tentunya,
terkadang aku menyadarinya sebagai anggota lawan jenis, tapi aku yakin
kalau Hinako tidak sepertiku, jadinya aku bisa mengendalikan diriku.
“Hmm...?”
Tiba-tiba, aku merasakan getaran dari pangkal kaki kananku. Ponsel cerdas di
sakuku sepertinya melaporkan panggilan masuk.
“Shizune-san...?”
[Anda terlalu lama mengangkatnya. Lain kali tolong segera angkat dalam 5
call.]
Saat aku mengangkat panggilan telepon dari Shizune-san, apa yang pertema
kali kudengar dari ujung lain telepon adalah teguran darinya.
Ada jeda selama 5 call. Shizune-san tidak hanya orang yang ketat, dia juga
orang yang selalu mencari hasil yang tinggi. Dalam pekerjaan sambilanku, aku
telah bekerja untuk berbagai atasan, tapi menurutku, Shizune-san adalah
atasan yang terbaik. Dengan jumlah itu, ketelitiannya juga luar biasa.
“Untuk saat ini sih tidak ada...., tapi jika aku harus mengatakannya, maka
pelajaran di akademi sangat sulit.”
[Kalau begitu ayo lakukan lebih banyak persiapan untuk hari ini.]
“Ehh, itu gila.”
Tampaknya sekalipun aku sudah kembali ke mansion, aku tidak akan bisa
bersanta-santai. Aku menghela nafas kecil agar Shizune-san tidak
mendengarnya.
[......Itu benar] jawab Shizune-sana, dengan kesan yang seolah dia kesulitan
mengatakannya,
“......Apa itu berarti Hinako tidak menyukai pelayan yang seperti itu?”
[Yah, daripada pelayan itu sendiri, lebih tepatnya dia tidak menyukai sikap
mereka yang begitu tegang.]
[Ini adalah pertama kalinya kami mempekerjakan orang biasa yang tidak ada
hubungannnya dengan keluarga Konohana sebagai pengurus. Dan ketika kami
mengalami kesulitan untuk menemukan pengurus berikutnya, Ojou-sama
merekomendasikanmu, jadi kami mempekerjakanmu sebagai percobaan.]
“Untuk saat ini, aku hanya menjelaskan bahwa ada hubungan antara orang
tua kami. Kurasa sekalipun kami melakukan beberapa interaksi, tidak akan
ada yang menaruh curiga.”
[Itu perkembangan yang bagus. Tolong terus jaga jarak seperti itu. ......Apa
anda sudah menjalin pertemanan?]
“Karena ini masih hari pertamaku di akademi, jadinya aku belum terlalu
menjalin pertemanan... Tapi aku telah berbicara cukup baik dengan Karen
Asahi dan Katsuya Taisho.”
Asahi-san dan Taisho mengatakan bahwa mereka adalah murid yang lebih
dekat dengan orang biasa. Dengan kata lain, kurasa perusahan mereka
bukanlah perusahaan yang besar seperti perusahaan yang diatur untukku.
[Ya.]
Oi, oi..., apanya yang lebih dekat dengan orang biasa. Bukankah dia adalah
Ojou-sama yang luar biasa?
[Begitulah.]
[Bisnis keluarga teman sekolah anda akan sering dibicarakan dan perlu
diketahui. Harap terus melaporkan pada kami perkembangan koneksi anda.
Ngomong-ngomong, keluarga Itsuki-sama dibuat seolah-olah menjalankan
perusahaan IT, jadi mulai hari ini, anda juga akan mempelajari hal-hal yang
terkait dengan IT. Setidaknya, anda harus mempelajari beberapa
pemrograman.]
“...Mohon bimbingannya.”
[Harap terus berada di sisi Ojou-sama. Jika ada masalah, mohon segera
laporkan kepadaku.]
“Tidak, ermm, aku hanya kehilangan kepercayaan diri dalam berbagai hal...”
Aku penasaran, apa aku benar-benar bisa beadapatsi di akademi sepeti ini?
Baik kanan maupun kiri, semuanya penuh dengan orang-orang elit. Aku
merasa suatu saat nanti akan aku akan melakukan kekacauan dan
menimbulkan masalah bagi keluarga Konohana.
“Hei.”
“Ada apa...?”
“...Cari muka?”
“Aku suka dengan caramu yang mengurusku..., jadi aku berpikir tidak ada
pilihan lain.”
“......Tidak boleh.”
“Eeh~...”
Bab 12
Serangan, Gaya Bicara Khas Ojou-sama
“Eh? ...M-Maaf, aku tidak mengerti.” Taisho, yang ditunjuk oleh guru,
mengatakan itu dengan nada meminta maaf.
Melihat pemandangan itu, aku merasa lega di dalam hatiku. Pelajaran yang
ada di Akademi Kekaisara sangat maju, tapi tidak semua siswa memhami
materinya dengan baik. Tentu saja, karena sebelumnya Shizune-san telah
mengajariku, aku ingin menjawab sebaik mungkin jika aku ditunjuk oleh
guru, tapi kalaupun aku tidak bisa menjawab, sepertinya aku tidak perlu
terlalu khawatir.
“Baik.”
Hinako ditunjuk sebagai pengganti Taisho. Berdiri di depan papan tulus, dia
mengambil kapur dan menuliskan jawaban dari soal tersebut.
“Ini jawabannya.”
“Fuuaaaa, lelah banget. Aku tidak menyukai pelajaran kelima karena itu
membuatku mengantuk.” kaata Taisho sambil menguap.
“Oh, ini Taisho-kun yang di pelajaran sebelumnya tidak bisa menjawab saat
ditunjuk.”
Setelah mengatakan itu pada mereka bedua, aku segera pergi mencari
Hinako. Belum ada lebih dari lima menit sejak pelajaran sebelumnya
berakhir, harusnya dia tidak terlalu jauh dari kelas. Kemudian, aku segera
meninggalkan kelas dan melihat-lihat ke sekeliling koridor—aku
menemukannya dengan mudah.
“Dompetnya?”
[Iya. Ada perbedaan antara informasi lokasi pemancar yang terpasang pada
Ojou-sama dan pemancar yang terpasang di dompetnya.]
Namun, itu mengingatkanku pada citra Hinako yang tempo haru kulihat di
depan Kagen-san. Kalau tidak salah, gadis yang ada di video itu mengatakan
bahwa Hinako menjatuhkan kartu kreditnya dan alhasil, itu disalahgunakan
oleh orang lain...
“Aku akan segera mencarinya...., apa kau tahu dimana letak pemancarnya?”
[Aku cukup yakin itu terletak di sisi barat bangunan utama, tapi diluar itu,
sulit bagiku untuk mengatakan letak pastinya.]
[......Aaa.]
Kupikir dia menjatuhkannya saat dia pergi ke toilet sebelumnya. Saat aku
memberitahunya begitu, Shizune-san mengeluarkan suara yang terdengar
seperti dia memiliki gagasan.
[Meskpun di depan umum dia adalah Ojou-sama yang sempurna, tapi dia
pasti akan sendirian ketika berada di dalam toilet. Dia itu sering sekali
menjatuhkan barang-barangnya.]
“Jadi begitu......”
Untuk saat ini, aku pergi ke toilet wanita dan berhenti tepat di depannya saat
aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Sebagai seorang pria, aku tidak bisa
masuk ke dalam. Apa yang harus kulakukan?
Ketika aku kebingungan, sebuah suara memanggilku dari samping. Saat aku
menoleh, di sana ada seorang siswi dengan penampilan yang sangat
mencolok. Dia memiliki rambut emas panjang yang dililit secara spiral—yang
disebut gulungan vertikal pirang. Gadis yang hanya pernah kulihat di dunia
manga itu memiliki style yang sangat bagus sehinga itu bisa diketahui meski
dia mengenakan seragam sekolah, warna kulitnya bahkan putih sekali. Mata
cokelatnya memiliki kilatan yang tajam, menunjukkan bahwa bahwa dia ini
orang yang berpikiran tajam.
“Tidak, ermm...”
“Diriku adalah Mirei Tennoji! Aku adalah putri satu-satunya dari pemimpin
Grup Tennoji!” [Catatan Penerjemah: Sekedar referensi, kurang lebih cara
bicaranya hampir seperti Tokisaki Kurumi (Date A Live).]
Dengan penuh kebanggaan dan agak sombong, gadis itu menyebutkan
namanya.
“Hah.”
“Kenapa kau malah menjawab ‘hah’ yang linglung seperti itu? Tidak mungkin
kan kalau kau tidak mengetahui tentang Grup Tennoji.”
“......Maaf.”
“Grup Tennoji adalah grup super besar yang asal-usulnya dari manajemen
penambangan! Sekarang, Grup tersebut menjadi rumah bagi produsen logam
non-besi di Jepang serta produsen bahan kimia utama, dan juga, skalanya
sebanding dengan Grup Konohana!”
“......Begitukah?”
Saat aku menjawab dengan jujur seperti itu, wajah Tennoji-san menjadi
merah padam dan dia gemetar karena amarah.
“S-Seperti yang kupikirkan, aku tidak menyukainya, Hinako Konohana...!
Karena wanita itu, ketenaranku jadi tidak menyebar...!!”
Semacam dendam pribadi bocor dari mulutnya, tapi aku memutuskan untuk
berpura-pura tidak mendengar itu.
Saat Tennoji-san dengan tenang menanyakan hal itu, aku jadi teringat akan
tujuan awalku ke sini.
“Di dalam toilet ini tampaknya ada dompet yang tertinggal, jadi aku bertanya-
tanya, bagaimana cara supaya aku bisa mengambilnya.”
“Mungkin agak terlambat untuk menanyakan ini, tapi kenapa kau yang
seorang laki-laki bisa tahu kalau ada dompet yang tertinggal di toilet wanita?”
Ini buruk, aku tidak bisa memikirkan jawaban yang bisa membuatku melewati
situasi ini. Memperkerjakan otakku dengan keras, aku kemudian
menjawabnya.
“Aku tidak begitu yakin tentang itu. Kau harus mengatakannya dengan lebih
jelas.”
“...Nah, bukannya kau bisa melakukannya jika kau mau mencobanya?” seru
Tennoji-sam sambil mengangguk puas. “Dan juga, kau perlu sedikit
menegakkan posturmu. Bagaimanapun juga, kepercayaan diri lahir dari
postur, benar begitu bukan?”
“Nah, begitu saja tidak apa-apa.” melihatku yang seperti itu, Tennoji-san
menunjukkan senyumannya. “Sepertinya pelajaran selanjutnya akan segera
dimulai. Jika kedepannya kau mendapati masalah, maka carilah rambut emas
ini.”
Tentunya, itu adalah sesuatu yang bisa dijadikan sebagai label, tapi pada saat
yang sama, itu adalah sesuatu yang membuatku merasa penasaran.
“Errrm..., aku mau bertanya sesuatu yang sederhana, apa di akademi ini
diperbolehkan untuk mewarnai rambut seperti itu?”
“Ap—!?”
Tennoji-san, yang hendak pergi dari sini dengan anggun, berhenti di jalurnya
dengan teriakan yang aneh.
Aku yakin kalau aku mengatakan bahwa itu adalah pertanyaan yang
sederhana. Ini tidak seperti aku mengejeknya atau semacamnya.
Semua pelajaran untuk hari ini telah berakhir, dan akademi memasuki
waktunya pulang sekolah.
“Hei? Bagaimana kalau setelah ini kita mengadakan pesta untuk menyambut
kepindahanmu?”
Aku didekati oleh Asahi-san dan Taisho, kemudian ditanyai begitu. Namun,
aku meminta maaf pada mereka dengan senyum pahit.
“Yah, kurasa memang begitu saat kau masih hari pertama menghadiri
akademi ini.” kata Taisho dengan kesan penyesalan.
Aku mulai merasa tidak enak tentang ini. Meskipun sejak pagi tadi mereka
sudah baik kepadaku, aku menolak undangan mereka saat siang hari untuk
pergi makan siang, dan bahkan sepulang sekolah juga demikian. Sudah
sewajarnya bagiku untuk memprioritaskan pekerjaanku sebagai pengurus,
tapi... aku ragu-ragu kalau harus terus mengabaikan kebaikan mereka.
“Sepertinya hari ini aku juga akan langsung pulang. Sampai jumpa besok,
Nishinari.”
Setelah melakukan pertukaran seperti itu dengan mereka berdua, kami
berpisah. Aku mengambil tasku dan memutuskan untuk meninggalkan
sekolah. Yah, sekalipun aku bilang begitu..., sebagai pengurus, aku harus
memastikan bahwa Hinako pulang ke rumah dengan benar.
Tepat saat aku bergumam itu, Hinako sudah hendak meninggalkan kursinya.
Karena aku dan Hinako diatur untuk berinteraksi satu sama lain, maka sama
sekali tidak masalah jika kami melakukan percakapan normal, tapi jika
memungkinkan, aku ingin menjaga jarak untuk mencegah masalah.
Setelah itu, Hinako keluar dari akademi begitu saja—atau begitulah yang
kupirkan, tapi untuk beberapa alasan, dia singgah di sebuah toko.
Tempat itu jauh dari bangunan tempat ruang kelas berada, dan aula siswa
lama di dekatnya tidak digunakan karena fator usia, jadi tidak ada orang yang
mau mendekatinya,
“......Memberi makan.”
“Enak sekali ya...” gumam Hinako. “Kalau seperti ini, kau hanya perlu
membuka mulut untuk bisa mendapatkan makanan..., Aku ingin tahu, apa
aku bisa bertukar posisi dengan mereka...”
“...Aku yakin kalau ikan mas mengalami kesulitakan yang dimana manusia
tidak akan bisa mengerti.”
“Begitukah...”
Tampaknya di tidak peduli pada hewan, melainkan merasa iri pada mereka.
Aku merasa seperti aku tidak bisa mengatakan apa-apa, jadi aku menghela
napas.
“Kau tidak mau pulang? Saat kau sudah ada di mansion, kau bisa bersantai
loh.”
“Mana mungkin aku bisa bersantai......, ada sesi belajar, dan juga banyak hal
lainnya.”
Jadi begitu ya. Sepertinya sulit juga menjadi Ojou-sama dari keluarga
Konohana.
“Tapi ‘kan, meskipun kau tetap di akademi, bagimu itu hanya akan terasa
terkekang.”
“Ini sepulang sekolah, jadi tidak terlalu ramai dan aku tidak merasa
terkekang.”
Rupanya, di Akademi Kekaisaran tidak ada sesuatu seperti kegiatan klub yang
dilakukan saat sepulang sekolah. Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa-
siswinya sibuk dengan pelajaran dan pekerjaan mereka saat sepulang sekolah.
Selain itu, siswa-siswi Akademi Kekaisaran memiliki kekuatan finansial yang
baik hingga dapat melakukan kegiatan klub sebanyak yang mereka suka di
rumah mereka. Jadinya, tidak harus berada di akademi untuk melakukan
sesuatu yang berhubungan dengan kolam renang ataupun lapangan.
“Tapi tetap saja, kita tidak bisa tinggal di akademi selamanya. Ayo segera
pergi dari sini.”
“Ti~dak Ma~u...”
“Ini juga menyangkut Shizune-san, kalau kau males-malesan seperti ini, itu
malah akan jadi lebih merepotkan untukmu, kan?”
“Ugh.”
“Oh iya, sepertinya aku diberikan sesuatu untuk dapat digunakan di saat-saat
seperti ini...”
Aku teringat akan tas hitam yang Shizune-san berikan padaku tadi pagi dan
mengeluarkannya dari tasku.
“Keripiki kentang!!!”
Hinako, yang sejak tadi berekspresi lesu, tiba-tiba menjadi berbinar. Seperti
yang dia katakan, ada keripik kentang (rasa consomme) di dalam tas hitam
itu.
“I-Itu curang..., mana mungkin aku bisa mengalahkan godaan itu...” kata
Hinako dengan suara yang bergetar.
Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku aku melihat ada orang yang rela
mematahkan kegigihnya demi keripik kentang.
“Kalau begitu aku akan memberikanmu ini asalkan kau mau pulang
sekarang.”
“......Gununu.”
Mulai sekarang, seperti yang telah di atur, aku dan Hinako akan bertindak
secara terpisah. Begitu Hinako melewati gerbang sekolah, sebuah mobil hitam
muncul dan berhenti di dekatnya. Shizune-san keluar dari mobil dan menyapa
Hinako. Aku menyaksikan kejadian itu, berpura-pura menjadi orang asing,
dan kemudian melanjutkan berjalan-jalan sendirian.
Aku pun tiba di tempat yang kurang populer di mana kami akan bertemu dan
menunggu sebentar. Kemudian, mobil yang membawa Hinako dan Shizune-
san berhenti di dekatku.
Bagi orang-orang di sekitar kami, itu terlihat sepeti aku dan Hinako pulang
secara terpisah.
“Setelah kita kembali ke mansion, masih ada banyak hal yang harus
dilakukan, tapi..., untuk saat ini, terima kasih atas kerja kerasmu di akademi.”
“Itu berguna di momen paling akhir. Aku tidak menyangka kalau keripik
kentang akan dapat digunakan seperti itu.”
“...Loh, itu kan cuman keripiki kentang, kok sampai jarang untuk dimakan?”
“Tentu saja, makanan tidak sehat seperti itu tidak pantas untuk putri keluarga
Konohana.”
Tampaknya hanya karena kau punya uang, bukan berarti kau bebas untuk
melakukan apapun yang kau inginkan. Malahan, tampaknya mereka justru
lebih dibatasi dari orang biasa. Namun—
“Tidak. Ini juga instruksi dari Kagen-sama. ....Tentunya, asalkan itu adalah
irisan kentang yang disiapkan oleh koki tidak masalah untuk dimakan terus.
Namub, Ojou-sama sepertinya lebih suka yang dikomersialkan.”
Dia ini sepertinya lebih menyukai rasa yang tidak baik untuk kesehatan. Saat
aku melihat ke arah Hinako, aku melihat bahwa keripik kentang yang dia
pegang terlalu besar untuk mulut kecilnya, sehingga, potongan-potongannya
berjatuhan ketika dia menggigitnya.
Saat aku meperingatinya, entah kenapa Hinako justru membuat wajah yang
bangga,
“Hah?”
“Itsuki, nih.”
“Bukan begitu.”
Sekalipun kau bilang begitu..., Aku harus ngapain? Aku kebingungan terhadap
Hinako yang membuka mulutnya.
“Ya, ya”
“Nyam...”
Krek, krek dengan suara-suara seperti itu, Hinako dengan bahagia memakan
keripik kentang itu.
“Itsuki-san. Aku ingin kau mengingat ini, harap berhati-hati agar Kagen-sama
tidak melihatmu melakukan itu.”
“......Aku mengerti”
Aku berpaling dari Hinako, yang memakan keripik kentang yang renyah.
“Untukku sendiri, aku menyarankan agar memotong itu sedikit karena telah
berani-berani memperlakukan Ojou-sama seperti itu.”
“Astaga, jangan begitulah.”
Begitu kembali dari akademi, aku langsung menerima pelajaran dari Shizune-
san.
“Pertama, kita akan mulai dengan persiapan untuk besok. Besok akan ada
pelajaran administrasi bisnis yang belum pernah kau pelajari sebelumnya,
jadi kita akan fokus pada pelajaran itu. Cakupan materinya mengenai
keuangan perusahaan.”
“Aku telah menilai kuisnya. Nilaimu 87..., Ada banyak kesalahan akibat
kecerobohan. Kau tidak cukup berkonsentrasi.”
“Iya.”
Bahkan saat makan malam, aku masih tetap menerima pelajaran dari
Shizune-san.
“Itu salah. Merupakan etiket Inggris untuk meletakkan pisau dan garpu pada
posisi pukul 6 setelah kau selesai makan. Dalam etiket Prancis, itu
ditempatkan pada posisi pukul 3.”
“Ah, iya.”
Pisau dan garpu diletakkan secara horizontal dengan pegangan di sisi kanan
piring. Pada titik ini, bilah pisau harus menghadap ke arahmu.
“Fuu—!!”
“Naif.”
Pada saat yang sama ketika aku menarik Shizune-san ke arahku, aku menyapu
kakiku dan bersiap untuk mengunci.
“I~ya...”
Di tempat pertama, alasan aku diajari bela diri adalah untuk mewaspadai
penculikan, seperti yang menjadi pemicu pertemuanku dengan Hinako.
Kudengar dalam banyak kasus, pelaku penculikan adalah orang yang terbiasa
baku hantam. Karenanya, kemampuan untuk dapat mengalahkan amatir saja
tidak cukup.
“Tidak boleh. Sebagai pengurus, kau harus melindungi Ojou-sama saat terjadi
keaadan darurat. Aku akan cemas kalau cuman dalam latian setingkat ini, kau
sampai mengeluh seperti itu.”
Monster. Spartan. Setan. Berbagai kata muncul di benakku. Tapi pada saat
yang sama, aku memiliki rasa hormat terhadapnya. Shizune-san melakukan
segalanya dengan sempurna, termasuk belajar, etiket, dan bela diri. Selain itu,
dia juga melakukan pekerjaannya sebagai pelayan, seperti memasak dan
mencuci, tanpa adanya suatu hambatan. Jika Hinako adalah Ojou-sama yang
sempurna, maka Shizune-san adalah pelayan yang sempurna. Dan tidak
seperti Hinako, Shizune-san sempurna dalam artian yang sebenarnya, tidak
hanya di permukaan.
“Kurasa untuk hari ini sudah cukup. Kau telah melakukannya dengan baik.”
Pada akhirnya, pelajaran bela diri berakhir dalam dua jam setelah aku
membuat banyak keluhan.
“Kau menelaah semua pelajaran itu lebih cepat dari yang kubayangkan.”
“Benarkah?”
“Ya. Terutama dalam bela diri, kau mungkin punya bakat dalam bidang itu.
Kalau kau kau terus memolesnya, aku yakin kalau kau akan menjadi pandai
dalam bidang tersebut.... Di sisi lain, kau agak sulit menelaah pelajaran
etiket.”
Keluargaku memiliki standar hidup yang tidak bisa dikatakan kaya. Aku
bahkan masih belum terbiasa menggunakan pisau dan garpu.
“Apa ini......?”
Yah, lagian ini adalah pekerjaan dengan gaji 20.000 yen per harinya. Aku
tidak punya pilihan selain menerimanya.
“Oh iya, tadi ada orang lain lagi yang berinteraksi denganku di akademi.”
“Siapa itu?”
“Dia adalah gadis yang bernama Mirei Tennoji. Kami berada di kelas yang
berbeda, tapi...”
“Tidak, tidak ada masalah dengan itu. Hanya saja, di akademi, ada rumor
yang mengatakan bahwa Tennoji-sama dan Ojou-sama itu seperti anjing dan
monyet. Karenanya, itu akan menjadi hubungan yang rumit.”
Aku baru pertama kali mendengarnya. Nah, karena aku baru sehari memasuki
akademi tersebut, aku belum pernah mendengar rumor yang seperti itu,
“......Begitu ya.”
Ini adalah akhir dari pelajaran hari ini, tapi Shizune-san memintaku untuk
juga melakukan pembelajaran secara mandiri. Aku harus memastikan supaya
aku mengingat profil teman sekelasku sebelum aku pergi tidur.
“Itsuki...”
Di sekitar sini cuman ada kamar pelayan. Ngapain dia dia ini? Sebelum aku
bertanya seperti itu, Hinako mendekatiku.
“Mu~”
“Ada apa?”
Penampilan diriku yang mengenakan seragam judo sedang dibawa pergi oleh
Hinako sangat mencolok di dalam mansion. Sambil merasa tidak nyaman
dengan perhatian para pelayan, aku terus mengikuti Hinako.
“Tempat ini......”
“Kamarku.”
Ini lebih dari lima kali ukuran kamarku. Kamar tersebut didekori dengan gaya
yang khas dari kamar seorang Ojou-sama, dengan karpet coklat yang
membawakan nuansa menenangkan dan tempat tidur berkanopi.
“......Lah?”
Lah?
Bab 15
Kasus (Percobaan) Di Kamar Mandi
“Ku~ha...”
Aku terkejut saat dia mengajakku untuk pergi mandi bersamanya, tapi
ternyata, itu adalah ajakan dengan kondisi dimana kami mengenakan pakaian
renang.
Rupanya, sejak awal Hinako memang sudah berniat untuk mengajakku mandi
bareng saat dia pergi ke sekitar kamar pelayan, dan juga, pakaian renang
untukku sudah di siapkan di ruang ganti.
“Yah..., dengan ukuran bak mandi yang sebesar ini, aku bisa mengerti
mengapa kau ingin memasukinya dengan orang lain.”
Gerakannya itu terlihat sangat seksi. Wajah Hinako yang ceria diwarnai
dengan warna merah cerah, dan dari rambut kuningnya, menetes air yang
kemudian mengalir di sekitar kulitnya.
Menyadari aku yang menatapinya, Hinako tersenyum genit dan mencubit tali
pakaian renangnya dengan jari-jarinya.
“Mungkinkah..., kau ingin melihat apa yang ada di balik ini?”
“...Jangan ngelantur.”
Ini adalah suatu momen dimana pemikiran rasional nyaris tidak akan
menang.
“Apa itu?”
Dokumen-dokumen tersebut berisi profil rinci dari siswa-siswi Kelas 2A. Aku
kurang lebih sudah mengetahui profilnya Taisho dan Asahi-san, tapi
tampaknya siswa-siswi lain juga merupakan pewaris perusahaan besar dan
kerabat politisi terkenal.
“Hinako, apa di kelas kau punya orang yang sangat akrab denganmu?”
“Begitukah? Bukannya kau itu dikelilingi oleh berbagai orang di dalam kelas.”
“Memang benar..., tapi tidak ada yang bisa disebut sebagai sahabat.”
“......Begitu ya.”
Jadi lebih seperti teman, tapi tidak bisa di sebut sebagai sahabat, ya.
Meskipun aku baru satu hari menghadiri akademi, kurang lebih aku mengerti
tentang situasi yang dihadapi Hinako. Baik atau buruk, Hinako adalah
keberadaan yang mengambang di Akademi Kekaisaran. Saat di dalam kelas,
Hinako di ajak bicara oleh banyak orang, tapi jika dilihat dari sudut pandang
lain, mereka terkadang lebih seperti teman daripada sahabat.
“Cucikan rambutku.”
Justru karena itu, bukankah sekarang lebih baik kau belajar mencucinya
sendiri?
Terhadapnya yang seperti itu, aku menghela napas kecil. Yah, lagian Hinako
ini memang benar-benar seorang Ojou-sama. Rambutnya yang sampai
dicucikan oleh pelayan adalah suatu hal yang sangat khas dari seorang Ojou-
sama.
“Kalau kau memang mau dicucikan, maka setidaknya keluarlah dulu dari
dalam bak mandi.”
“Tidak ada...”
“Ap—!?”
“J-Jangan ngelantur—”
“......Eh, tunggu sebentar.” Kayaknya aku baru saja mendengar kalimat yang
tidak boleh kulewatkan, “...Apa Shizune-san tahu mengenai kita yang mandi
bareng?”
“Whoa...!?”
“Aah, maaf,”
Padahal sekarang aku lagi mandi, tapi seluruh tubuhku bersimbah keringat
dingin.
“Terima kasih... aku akan menjadikan ini rutinitas harian kita.”
“Eh.”
Tunggu sebentar..., apa itu berarti, mulai sekarang aku harus merasakan
kengerian ini setiap malam?
“Sejak awal.”
Itu artinya, dia melihatku yang merasakan perasaan tidak bermoral saat
sedang melihat Hinako. Aku jadi merasa malu dan takut pada saat yang
bersamaan.
“Di ruang ganti aku sudah menyiapkan baju ganti untukmu, kau bisa
menggunakannya saat kau selesai mandi.”
“Apa ini......?”
“Ini adalah obat yang akan dengan sengaja menyebabkan efek DE, dengan
menggunakan efek samping antidepresan dan antikonvulsan. Yah,
sederhananya..., ini adalah obat yang akan membuat itu tidak akan bisa
berdiri tegak.”
“Hiiiii!?”
Kalau aku sampai meminum sesuatu seperti itu, aku akan menjadi seorang
maid (pelayan).
“Hari ini kita akan bermain bulu tangkis.” kata guru wanita yang bertanggung
jawab atas pelajaran PJOK.
“Untuk perempuan, kalian bisa menggunakan sisi barat gedung, dan untuk
laki-laki, kalian bisa menggunakan sisi timur gedung.”
Mengatakan itu, guru laki-laki yang bertanggung jawab atas pelajaran PJOK
membimbing kami siswa laki-laki untuk segera berpindah tempat.
Dibandingkan dengan semua pelajaran yang sampai saat ini kulalui, aku
merasa jauh lebih santai. Baik itu sekolah swasta yang bergengsi ataupun
SMA umum yang biasa-biasa saja, konten pembelajarannya pasti akan hampir
sama.
“Nishinari. Seperti yang kuduga, kau memiliki tubuh yang sangat baik.”
“Yah..., kadang-kadang aku melatih tubuhku.”
Sambil berjalan, aku mengobrol ringan dengan Taisho yang ada di sampingku.
Kenyataannya, tubuhku yang seperti ini hanya dilatih oleh pekerjaan sambilan
yang membutuhkan kekuatan fisik. Tentunya, sekarang aku sudah keluar dari
pekerjaan seperti itu, tapi sekarang, Shizune-san memberikanku pelajaran
bela diri. Aku tidak berpikir bahwa aku akan kesulitan dalam hal yang
berhubungan dengan olahraga.
“Yah, karena luasnya sekitaran 3000 meter persegi, kurasa itu memang cukup
besar untuk sekedar gedung olahraga.”
Setelah melakukan pemanasan dan berlari tiga lap di tepi lapangan, latihan
bulu tangkis segera dimulai.
Aku tidak tahu ini karena aku baru saja pindah ke akademi ini, tapi
tampaknya, latihan bulu tangkis seperti ini sudah beberapa kali diadakan.
Latihan segera menjadi lebih seperti pertandingan, lalu aku dan Taisho pergi
ke tepi lapangan untuk menunggu giliran kami.
“......Fuuu.”
Jika itu adalah pelajaran PJOK, kupikir aku akan bisa mengikutinya dengan
baik.
Ini adalah kehidupan sekolah yang sangat sulit bagiku dalam berbagai hal,
tapi tampaknya, aku tidak perlu khawatir tentang masalah olahraga.
“Halo, Nishinari-kun.”
Tiba-tiba, sebuah suara memanggil namaku dari belakang. Ketika aku
berbalik, di sana ada Asahi-san. Sepertinya dia merasa bosan saat menunggu
gilirannya bermain bulu tangkis, jadinya, dia datang ke sini untuk
menghabiskan waktu.
“Yah, aku tidak terlalu buruk dalam bidang olahraga. Sepertinya kau juga
cukup pandai dalam berolahraga, Asahi-san?”
“Oh, apa kau melihatnya? Seperti yang kau katakan Nishinari-kun, aku juga
cukup pandai dalam bidang olahraga.”
“Kalau itu mah aku sangat pandai. Sejak aku masih kecil aku sering
memainkannya dengan Ayahku,” kata Taisho sambil tertawa.
“Erm..., mungkinkah, di akademi ini kita juga akan mempelajari skater dan
golf?”
“Ya, kalau sudah kelas 2, kita juga akan belajar olahraga polo.”
“Po-Polo...?”
Menghela napas, aku melihat ke arah lapangan. Sepertinya aku masih punya
cukup waktu sebelum giliranku tiba.
“Oh, tentang ini. Kudengar-dengar ini dirancang oleh salah satu alumni kita.”
kata Asahi-san, sambil menunjuk ke kerahnya.
“Begitukah?”
“Ya. Orang itu sekarang menjadi murid dari seorang perancang busana yang
terkenal di dunia. Jadi menurutku, desain ini akan datang dengan harga yang
lumayan dalam waktu dekat.”
Whoa, ini dunia yang sangat luar biasa. Aku merasa ingin melarikan diri dari
kenyataan. Aku memang khawatir tentang hal ini ketika aku menerima
pekerjaan sebagai pengurus, tapi seperti yang kupikirkan, aku memang tidak
pada tempatnya di Akademi Kekaisaran ini.
“Oh, itu Konohana-san.” kata Asahi-san, mengalihkan padangannya ke tengah
lapangan di bagian barat gedung.
Di sana ada Hinako yang memegang raket di tangannya. Saat kok terlempar
ke atas, Hinako memukulnya dengan sangat kuat. Kok itu kemudian jatuh ke
sudut lapangan, dan Hinako memenangkan pertandingan.
“Konohana-san..., dia tidak hanya pandai dalam belajar, dia juga pandai
dalam olahraga, ya.”
“Kau benar. Dirinya adalah apa yang kami para gadis juga sangat kagumi.”
Tidak hanya Taisho dan Asahi-san, siswa-siswi lain juga melihat ke arah
Hinako dengan perasaan kagum.
Sebelumnya aku telah mendangar bahwa dia memiliki keterampilan yang baik
dalam olahraga maupun akademis, dan tentunya, tidak ada keraguan bahwa
dia memiliki kemampuan yang membuatnya pantas memiliki reputasi itu.
“Yah, jika itu adalah PJOK, tidak hanya Konohana-san saja yang ahli di
dalamnya,”
Apa yang ada di ujung pandangan mereka adalah seorang siswi berambut
hitam yang diikat. Dibandingkan dengan Hinako, dia memiliki sosok yang
ramping dan tinggi untuk seorang gadis pada umumnya. Mata dan hidungnya
sama bagusnya seperti Hinako, dan kecantikannya lebih seperti kecantikan
dewasa.
Dengan gerakan kaki yang ringan, gadis itu memukul balik kok dan
menjatuhkannya ke lapangan lawan. Gerakannya sangat baik sehingga
bahkan seorang amatir pun bisa mengetahui bahwa dia sangatlah terlatih.
“Kau pasti tidak mengenalnya ‘kan, Nishinari-kun? Gadis itu adalah Narika
Miyakojima. Meskipun tidak sampai di tingkat yang sama dengan Konohana-
san, tapi di Akademi Kekaisaran ini, dia adalah orang yang cukup populer.”
“...Populer?”
“Seperti yang kau lihat, dia sangat ahli dalam olahraga. Dan menurutku
pribadi, dia itu lebih baik daripada Konohana-san dalam bidang tersebut.
Selain itu, dia juga salah wanita yang paling cantik di akademi.”
“Cantik. ya...”
“Tapi, bagian yang paling mencolok darinya adalah...., tuh, coba kau lihat
dulu.” gumam Asahi-san.
Latihan selesai dan gadis itu keluar dari lapangan. Pada saat itu, dua siswi
yang tadinya menonton pertandingannya menghampiri gadis tersebut.
Dengan suasana yang agak canggung, kedua siswi itu mencoba berbicara
dengan gadis itu. Namun, gadis itu menatap kedua siswi itu dengan mata yang
tajam seperti pisau,
“—Hah?”
“Hiii—!?”
Dengan suara yang agak menakutkan, dia mengintimidasi kedua siswi itu.
““M-Maaf!””
Merasa takut, kedua siswi itu melarikan diri dengan wajah yang pucat pasi.
Asahi-san, yang melihat adegan itu, menghela nafas kecil.
“Aku tidak benar-benar ingin mengatakan ini, tapi... Miyakojima-san itu agak
menakutkan. Pada dasarnya, sepanjang waktu dia akan diam dan
menampilkan ekspresi yang sangat kaku.”
“Ada banyak sekali rumor tentang dia, bukan? Seperti misalnya, di balik layar
dia adalah anggota dari geng motor, atau juga bahwa keluarganya adalah
yakuza.” ujar Taisho.
Dilihat dari sikap mereka berdua, tampaknya mereka lebih menganggap kalau
rumor itu hanya sekedar rumor tidak berguna dibandingkan dengan sesuatu
yang terasa lucu.
“Yah, itu hanyalah rumor, dan itu sama sekali tidak perlu dipercaya... Cuman
ya itu tadi, dia seperti orang yang memiliki tembok yang mengelilingnya.
Sebelumnya aku sudah beberapa kali memberanikan diri untuk mencoba
berbicara dengannya, tapi dia selalu menghindar dengan mengatakan [Aku
punya sesuatu yang mau kulakukan.]”
---
Yah, kurasa selain istirahat panjang seperti istirahat makan siang, menurutku
aku tidak perlu terlalu khawatir dengannya saat jeda singkat antar mapel
seperti ini.
“...Ah.”
Begitu aku membuka pintu ruang ganti, aku segera menemukan sepatu
olahragaku yang terletak di atas meja.
Saat aku bergegas pergi dari ruang ganti dan keluar dari pintu—
“~!?”
“...~!?”
Sambil meminta maaf seperti itu, aku melihat wajah gadis itu, dan—
ekspresiku segera menjadi kaku.
Gadis yang berdiri di sana adalah gadis yang sebelumnya menjadi topik
pembicaran, Narika Miyakojima.
Aku mencoba untuk kembali ke kelas secepat mungkin, tapi kemudian, gadis
itu meraih lengan bajuku dan menahanku.
“Hei.” Aku bisa mendengar suara gadis itu. “Jangan bilang..., kau adalah...,
Itsuki?”
“Tidak, tidak, tidak, tidak! Kau pasti Itsuki! Aku yakin aku tidak salah, kau
pasti Itsuki!”
Wajahnya tersenyum dan nada suaranya meninggi saat gadis itu menatapku
dengan mata yang berbinar.
“Uuuuaaaaa..., Itsuki~!!”
Dengan air mata di sudut matanya, gadis itu mendekatiku dengan tangan
yang terentang.
“Guhe!?”
Dia memelukku dengan sangat erat.
Bab 17
Hanya aku yang tahu bahwa gadis cantik yang ditakuti di akademi,
sebenarnya hanyalah gadis yang kikuk dan kesepian (1)
---
Tampaknya orang yang tidak berguna akan merasa nyaman saat bersama
dengan orang yang tidak berguna, dan meskipun mereka menjalani
kehidupan yang tidak berguna bersama-sama, mereka tampaknya hidup
rukun satu sama lain.
Namun, saat aku berumur sepuluh tahun, pernah terjadi kekacauan masalah
perceraian.
Meskipun dia pergi dari rumah, karena Ibuku sudah tidak lagi diakui oleh
keluarganya, beliau tidak memiliki tempat tujuan. Oleh karena itu, kendati
mengunjungi rumah orang tuanya, Ibuku mengunjungi rumah kerabatnya.
Dan kerabat itu adalah—keluarga Miyakojima.
Aku kemudian mengetahui bahwa Nenek dari pihak Ibuku adalah putri dari
keluarga Miyakojima. Namun, sama seperti Ibuku, Nenekku menjalani
kehidupan yang tidak berguna dan tidak pernah mengambil alih keluarga
Miyakojima, dan akhirnya, dia menjadi tidak diakui.
Namun, Ibuku beriskeras mengatakan “Yang tidak diakui adalah Ibuku, bukan
aku!!” dan dengan paksa menyatakan diri sebagai kerabat dari keluarga
Miyakojima, Anehnya, rencananya itu berhasil dengan sempurna.
Dengan demikian, saat aku berumur sepuluh tahun, aku tiba-tiba dibawa ke
sebuah rumah mewah bergaya Jepang dan disambut sebagai tamu keluarga
Miyakojima.
Namun, kami adalah adalah tamu yang tak diundang. Keluarga Miyakojima
dengan jelas melihat ibuku sebagai pengganggu, begitu pula denganku yang
merupakan putranya. Aku masih ingat dengan jelas tatapan dingin yang
kuterima pada saat itu.
Dan di hari kedua aku tinggal di rumah keluarga Miyakojima, aku bertemu
dengan Narika Miyakojima.
“Kamu siapa!?”
Di dalam dojo, gadis itu tengah mengayunkan pedang bambu. Aku sangat
penasaran untuk melihatnya, jadinya secara refleks aku mendekatinya. Tapi,
gadis itu segera membentakku.
“E-Erm, aku Itsuki Nishinari. Sudah sejak kemarin aku menginap di sini dan
merepotkan kalian.”
Aku tidak tahu apa-apa tentang etiket, tapi aku melakukan yang terbaik untuk
bersikap sopan dengan caraku sendiri.
“Aku sudah mendengar banyak hal tentang kalian! Di rumah ini, kalian tidak
melakukan apa-apa dan taunya cuman makan saja!”
“......Iya.”
Aku terkejut dikatai seperti itu oleh lawan jenis yang seusia denganku. Tapi
meski begitu, memang seperti itulah kenyataannya.
“Untuk itu, aku akan memberimu pekerjaan! Mulai sekarang, kau akan
menjadi pengurusku!”
“......Eh?”
Terhadap gadis yang mengatakan itu dengan penuh rasa bangga, aku
memiringkan kepalaku. Aku tidak tahu aku harus mengurus apa, tapi..., pada
intinya, aku adalah orang yang numpang di rumah orang lain. Jika aku diberi
pekerjaan, aku tidak punya pilihan selain menerimanya.
Sejak saat itu, aku hampir selalu bersama gadis itu selama aku tinggal di
keluarga Miyakojima. Setiap harinya, ada lebih dari sepuluh kali gadis itu
akan memanggilku.
“Begitukah?”
“Iya. Karena, tidak sepertiku, kau tidak akan menangis saat melihat serangga,
dan kau bahkan tidak merasa takut saat orang dewasa memarahihmu.”
Ada hari-hari ketika itu sangat berisik, dan ada hari-hari ketika gadis itu
mengeluarkan suara lembut.
Dia adalah gadis yang kuat, namun, itu hanya kuat dalam artian fisik, tidak
dalam artian mental. Misalnya, pada usia sepuluh tahun, dia sudah menguasai
kendo seperti orang dewasa lainnya. Namun, kondisi mentalnya kurang dari
anak-anak seusianya.
“Hei, Itsuki. Kau tahu, sebagai wanita dari keluarga Miyakojima..., aku harus
menjadi orang yang kuat.” Dengan ekspresi yang muram, gadis itu berbicara
kepadaku. “Tapi, aku tidak memiliki keberanian.”
“Keberanian?”
“Iya, padahal aku sudah berusia sepuluh tahun..., tapi aku tidak berani utnuk
pergi keluar rumah sendirian.”
Aku mendengar bahwa gadis itu terpaksa menjalani kehidupan yang terlalu
protektif sebagai putri dari keluarga Miyakojima. Sejak usia dini, dia telah
diajari bahwa segala sesuatu yang ada di luar rumah itu berbahaya, dan
akibatnya dia menjadi takut akan keadaan di luar rumah. Namun, saat dia
pergi ke sekolah dengan naik mobil, dia melihat teman sekelasnya pergi ke
sekolah sendirian, yang membuatnya jadi merasa iri kepada temannya itu.
“Kalau begitu, apa kau ingin mencoba untuk pergi keluar bersamaku?”
“......Eh?”
Bagiku yang dibesarkan di keluarga yang biasa-biasa saja, dunia luar sudah
tidak asing lagi bagiku. Dengan pemikiran itu, aku meraih tangan gadis itu
dan pergi keluar dari mansion.
“Luar biasa!”
Gadis itu menjadi bersemangat. Sepertinya ini adalah pertama kalinya dia
berada di luar rumah tanpa adanya orang dewasa.
“Luar biasa! Luar biasa, luar biasa, luar biasa! Aku bebas!”
Meskipun itu hanyalah jalanan biasa, gadis itu berjalan dengan tangan yang
terentang seolah-olah dia sedang berada di taman bunga.
“Iya!”
Untungnya, aku punya sedikit uang receh, jadi aku membelikan gadis itu
beberapa jajanan murah.
Sejujurnya, karena tiap harinya aku menerima tatapan dingin dari para
pelayan yang bekerja di mansion, aku juga merasa tidak nyaman saat aku
berada di dalam mansion. Jadi bisa dibilang, aku juga merasa sangat senang
bisa berada di luar seperti itu.
“Itu Umaibo.”
Gadis itu memakan jajanan berbentuk tongkat dengan ekspresi penasaran di
wajahnya.
“Ini enak sekali!”
Tapi—tidak butuh waktu yang lama, kami yang bermain-main di luar rumah
itu segera ketahuan.
“Bagaimana kau akan bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada
Narika!! Meskipun kau itu masih anak-anak, aku tidak akan memaafkanmu
kalau kau sampai merayu putriku!! Keluar dari sini sekarang juga!”
Saat itu, aku tidak bisa memahaminya, tapi aku tahu bahwa aku seharusnya
tidak membawa putri dari keluarga Miyakojima keluar rumah begitu saja.
Alhasil, aku dan Ibuku diusir dari kediaman Miyakojima karena aku
bertanggung jawab membahayakan gadis itu.
Sejak awal, mereka memang sudah bermaksud untuk mengusir kami dalam
waktu dekat. Para pelayan dengan cepat mengemasi barang-barang kami, dan
aku serta Ibuku dengan mudah diusir dari mansion.
“Itsukiiii!!”
---
Siswi yang saat ini berada di depanku adalah Narika Miyakojima, seorang
gadis yang merupakan sepupu dua kali dengan diriku.
“...Ya, ya”
Sambil mengelus kepala Narika yang memelukku, aku dengan tenang melihat
ke sekeliling. Untungnya, di koridor ini tidak ada orang lain lagi selain kami.
Kalau sampai ada yang melihat adegan ini, segala sesuatunya pasti akan
berakhir dengan aku dituduh melakukan pelecehan seksual pada hari kedua
aku pindah di akademi ini.
“Narika, untuk sekarang tenanglah dulu. Bagaimana jika ada orang yang
melihat kita seperti ini?”
“Apa?”
Aku buru-buru membawa Narika ke UKS saat dia berada dalam kondisi
dimana punggungnya terasa keram. Menurut perawat di ruang UKS, dia akan
sembuh setelah beberapa saat, jadi aku mencoba untuk kembali ke kelasku.
“...Ya, ya.”
Dia memohon padaku dengan berlinang air mata, jadinya, aku tidak punya
pilihan lain selain membolos dan menemani Narika.
“Itsuki. Apa yang terjadi padamu setelah kau diusir dari rumahku?”
Narika terlihat lega, tapi kemudian, dia langsung menatapku dengan tajam.
“Tapi setidaknya kau bisa menghubungiku ‘kan. Aku sangat khawatir tentang
apa yang terjadi padamu setelah itu, tahu?”
“Itu..., maafkan aku. Tapi meski kau bilang begitu, aku tidak mengetahui
informasi kontak keluarga Miyakojima.”
Dan sekalipun aku bisa menghubunginya, akan sulit untuk bisa berbicara
dengan Narika. Dan karena aku dan Ibuku dikucilkan oleh keluarga
Miyakojima, kecil kemungkinan kalau mereka akan mau melakukan kontak
dengan kami.
“Mungkin sudah terlambat untuk mengatakan ini, tapi aku mau minta maaf
tentang apa yang terjadi saat kita masih kecil. Maafkan aku karena sudah
membawamu keluar dari rumah begitu saja...”
“U-Untuk apa kau meminta maaf!” kata Narika, dengan nada yang tedengar
panik. “Justru aku harus berterima kasih padamu, Itsuki! Jika saja saat itu
kau tidak mengajakku untuk pergi keluar rumah..., aku yakin kalau aku akan
tetap menjadi seorang yang lemah seperti saat aku belum bertemu
denganmu.”
Narika dengan canggung memilih kata-katanya. Jika dia menjadi wanita yang
kuat seperti yang dia nyatakan saat kami masih kecil, dia tidak akan dibawa ke
UKS karena alasan punggung yang keram.
“Yah, bagaimanapun juga Ayah Narika adalah orang yang sangat ketat. Dia
pasti tidak memberimu banyak kebebasan, bukan?”
“...Tidak, aku telah menang dari Ayahku.” kata Narika dengan singkat.
“Menang?”
“Ya. Kendo, judo, aikido, karate, dan segala macam seni bela diri, aku telah
menang melawannya. Itu adalah syarat agar aku bisa lepas dari pengawasan
keluarga Miyakojima..., Berkat itu, aku kurang lebih telah bebas sekarang.”
“B-Begitu ya.”
Seperti biasa, dia adalah gadis yang sangat kuat secara fisik.
“Tapi, biarpun aku telah bebas dan bisa pergi keluar rumah semauku, aku
tetap merasa kesepian jika tidak ada orang yang menemaniku di sisiku...”
Narika segera kehilangan energinya dan bergumam pada dirinya sendiri saat
dia menundukkan kepalanya.
Aku teringat tentang apa yang dikatakan Taisho dan Asahi-san. Mereka
mengatakan bahwa ada rumor yang menyebutkan kalau dia adalah anggota
dari geng motor atau dia berasal dari keluarga yakuza. Tapi yah, Narika tidak
akan mungkin melakukan sesuatu seperti itu.
“...Kalau tidak salah, saat kita pertama kali bertemu, saat itu kau sedang
berlatih kendo, kan?”
“Ya. Bisa dibilang bahwa keluarga Miyakojima adalah keluarga seni bela diri.”
Keluarga seni bela diri ya..., itu sungguh keluarga yang sangat unik.
Namun, karena aku pernah tinggal di rumah keluarga Miyakojima, aku tahu
bahwa sebutan itu tidaklah berlebihan. Keluarga Miyakojima tidak hanya
mendirikan dojo pribadi di mansion mereka, tapi mereka juga menjalankan
dojo di samping mansion. Aku ingat bahwa aku sering mendengar teriakan
murid-murid mereka saat aku masih tinggal di sana.
“Mungkin karena pengaruh keluargaku yag seperti itu, aku jadi sering
dianggap cukup bar-bar. Ditambah lagi, ermm, aku akan memberitahu ini
karena pihak lainnya adalah dirimu..., aku ini orang yang tidak pandai dalam
berteman. Saat aku berdiri di depan orang lain, aku merasa gugup dan
wajahku menjadi tegang. Akibatnya, aku sering disalahpahami sebagai orang
yang menakutkan.”
Saat wajah Narika sedang berada pada tampilan cantik yang biasanya, tatapan
matanya memang sudah terlihat tajam. Dan ketika wajahnya menjadi tegang,
tatapan matanya akan terasa seperti kau sedang dipelototi dengan sinis.
“Yah..., lagipula kau memang selalu seperti itu. Meskipun sikapmu biasanya
keras, tapi saat kau bermain bersama orang lain, kau selalu mudah menangis
dan penakut tentang segala hal.”
[Catatan Penerjemah: Sikap yang keras di sini juga termasuk dalam cara
bicaranya, hampir semua cara bicara karakter di novel ini bahasanya sangat
formal dan terkesan lembut. Sedangkan untuk Narika, cara dia berbicara
cukup kasar dan tidak formal, seperti misalnya, dia akan menggunakan ‘Omae
(kamu)’ untuk memanggil orang lain.]
“Uggh..., kau benar.” Narika menghela nafas. “P-Pada awalnya aku ingin
membentuk pertemanan dan menjalani kehidupan sekolah yang
menyenangkan. Cuman masalahnya aku terlalu gugup sehingga aku tidak bisa
berbicara dengan baik, dan ketika aku mencoba melakukan kontak mata
dengan seseorang, mereka jadi salah paham kalau aku sedang memelototi
mereka..., T-tau-tau, aku mendapati diriku memiliki berbagai rumor yang
aneh-aneh..., uuugghh!!”
Itu sungguh malang. Rasanya seperti mengalami nasib buruk di antara yang
terburuk dari terburuknya yang terburuk.
Dengan air mata berlinang, Narika memohon kepadaku. Dari apa yang
kudengar sejauh ini, dia adalah gadis yang sungguh malang. Kalau aku bisa
membantunya, maka aku akan melakukannya, tapi saat itu, aku menyadari
bahwa ponsel yang kuletakkan di kantong celanaku bergetar.
Aku keluar dari UKS dan mengeluarkan ponselku. Pihak lainnya adalah orang
yang sudah kudaga, yaitu Shizune-san.
“...Maaf. Ada murid yang sedang sakit, jadi aku membawanya ke ruang UKS.”
[Jadi begitu. Aku bertanya-tanya apa yang terjadi padamu karena informasi
lokasimu dengan Ojou-sama tidak sinkron meskipun saat ini kalian tengah
dalam proses pembelajaran... Jika demikian, aku tidak akan
mempermasalahkan ini.]
[Harap kembali ke ruang kelas anda secepat mungkin. Menolong orang lain
memang suatu hal yang baik, tapi harap jangan melaupakan pekerjaan anda
sebagai pengurus.]
“Aku mengerti.”
Kupikir aku akan kena teguran, tapi itu adalah pertukaran yang sedikit
antiklimaks. Tapi yang terpenting..., apa aku juga memiliki pemancar?
Ahhh, terserahlah..., untuk sekarang, ayo kembali ke ruang kelas seperti yang
diperintahkan.
Tapi sebelum itu, aku akan mengecek kondisi Narika untuk yang terakhir
kalinya.
“Hei, Itsuki.”
“Ada apa?”
“Hina—”
“――Ko-Konohana-san!?”
“Aku merasa tidak enak badan, jadinya aku izin untuk absen dari kelas.”
Aku melirik ke arah Narika, dia benar-benar terlihtat gugup dan memiliki
ekspresi yang kuat di wajahnya. ...Kurasa ini alasan mengapa orang-orang
merasa takut terhadapnya. Dilihat dari sudut pandang lain, ini seperti Narika
memeloti Hinako dengan tatapan yang tajam. Tapi, Hinako sepertinya tidak
peduli dengan itu.
“Errm..., tadi di koridor aku melihat Narika terjatuh, jadi aku membawanya ke
ruang UKS.”
“Oh, jadi begitu ya..., Apa itu berarti Miyakojima-san mengalami cedera di
kepalanya?”
Nadanya terdengar sama seperti seperti biasanya, tapi aku bisa merasakan
kalau ada sedikit kilatan cahaya yang tajam di matanya.
“Sejak lama...?”
“Itu benar! Saat kami masih berumur sepuluh tahun, Itsuki pernah tinggal di
rumahku...”
“......Tinggal?”
“Aku telah banyak merepotkan Itsuki saat kami masih kecil, jadi bisa dibilang,
dia adalah dermawanku. Itu sebabnya, aku senang bisa bertemu dengannya
lagi seperti ini.”
Untuk sesaat, aku merasa Hinako memiliki ekspresi yang rumit di wajahnya.
“Oh iya, Itsuki. Apa kau ingin berkunjung ke rumahku? Kau bisa datang untuk
bermain kok... D-Dan juga, kalau kau mau..., aku akan senang jika kita bisa
memiliki hubungan sama seperti dulu...”
Narika mengatakan itu saat dia menatapku. Tapi, karena sekarang aku adalah
pegurusnya Hinako, itu adakah sesuatu yang tidak dapat kulakukan.
“Narika, itu—”
“...Eh?”
Mataku terbuka lebar karena terkejut, sedangkan di sisi lain, Narika membuat
suara-suara yang terdengar aneh.
“Tidak, itu...”
Saat aku menjawab begitu, mata Narika terbuka lebar. Akhirnya, Narika
menatap Hinako dengan tubuhnya yang gemetaran.
“......Tidak adil.” dengan ekspresi yang kesal, Narika memeloti Hinako. “Itu
tidak adil! A-Aku ‘kan juga.......! Lagipula sejak awal, Itsuki itu adalah milik—
!!”
“Aku tidak tahu tentang hubungan kalian berdua di masa lalu, tapi saat ini
tempat Nishinari-kun bekerja adalah rumahku.” kata Hinako, sambil
menunjukkan senyum di wajahnya. “Nishinari-kun. Kalau kau cuman sekedar
mengantarnya ke UKS, bukankah lebih baik kau kembali ke kelas sekarang
juga?”
Saat ini, mungkin aku memiliki ekspresi yang sangat gugup di wajahku.
Hinako kemudian melihat ke arah Narika untuk terakhir kalianya dan
menundukkan kepalanya.
“Kurasa aku sudah merasa agak baikan sekarang, jadi aku permisi dulu.”
Hinako menutup pintu ruang UKS dengan senyum lembut khas Ojou-sama.
Dari sisi lain pintu, aku bisa mendengar Narika yang mengerang,
‘Uuuuuuu...!!’
Maaf, Narika.
Sekarang, aku adalah pengurusnya Hinako. Pada dasarnya, aku tidak bisa
melawan Hinako. Selain itu, ada sesuatu yang ingin kubicarakan dengan
Hinako secara pribadi.
“...Apa kau datang ke UKS untuk menemuiku?”
“Mm..., aku juga sempat mencarimu di toilet, tapi kau tidak ada di sana.”
“Yah, maaf. Padahal aku adalah pengurusmu, tapi aku justru tidak berada di
dekatmu... Hanya saja, apa maksudmu dengan yang tadi itu?”
Sejujurnya, aku tidak berpikir kalau Narika akan membuat rumor untuk
bersenang-senang, tapi tetap saja, ada kemungkinan seperti itu.
“Eh?”
“Karena aku berpikir..., kalau aku harus memukul paku yang menonjol
keluar.”
Itu jawaban yang tidak masuk akal bagiku. Tidak, hanya ada satu cara berpikir
yang masuk akal untuk ini.
“.....Ya,”
Aku mengangguk dan menghela nafas panjang. Kalau sudah seperti ini,
omelan dari Shizune-san tidak akan bisa dihindari.
“Sejauh yang kudengar dari cerita itu, yang salah di sini tidak hanya dirimu
Itsuki-san, tapi Ojou-sama juga demikian. Faktanya, jika saja Ojou-sama tidak
mengatakan sesuatu yang tidak perlu, sangat mungkin bagimu untuk dapat
mengelabui gadis itu.”
“...Tapi sejak awal, ini semua gara-gara aku melakukan kontak dengan
Narika.”
Dari lubuk hatiku yang terdalam, aku sangat berterima kasih kepada Shizune-
san. Dia adalah orang yang sangat tegas, tapi juga merupakan orang yang
pengertian. Dia tidak sebegitu kejam sampai bahkan melarangku memberikan
bantuan sekecil apapun hanya karena aku adalah seorang pengurus.
“...Kau mengetahuinya?”
“Aku sudah tahu kalau Itsuki-san dan Miyakojima-sama adalah sepupu dua
kali, tapi aku tidak tahu kalau kalian itu saling kenal... Kemungkinkan,
keluarga Miyakojima sengaja menghilangkan informasi tersebut. Karena
orang tua Itsuki-san diasingkan dari keluarga Miyakojima, kupikir itu untuk
menghindari kesalahpahaman yang tidak perlu.”
“Oleh karena itu, dalam masalah kali ini aku juga harus disalahkan... Dan
karena situasinya telah menjadi seperti ini, kupikir akan lebih baik untuk
menjelaskan situasinya kepada Miyakojima-sama sampai batas tertentu.
Pertama, jelaskan bahwa kau bekerja untuk keluarga Konohana, kemudian
buat kesepatakan dengannya agar dia mau tutup mulut.”
“Aku mengerti... Kupikir tidak diberitahupun dia akan tutup mulut tentang
ini, tapi aku akan tetap memberitahunya.”
Karena kepribadian Narika, dia tidak akan menjadi orang yang menyebarkan
rumor kepada orang lain. Selain itu..., Narika juga sepertinya tidak punya
teman untuk diajak bicara.
“Aku mengerti.”
Kalau mengenai pemalsuan identitas, kupikir lebih baik kita serahkan saja itu
pada Shizune-san.
“Penghalang?”
“Ada teman sekelas yang merupakan lawan jenis tinggal dan bekerja di
rumahnya. Itu bukanlah kesan yang baik bagi seorang pria.”
“...Jadi begitu.”
Sederhananya sih, itu akan mengaburkan citranya sebagai seorang wanita.
“Ada apa?”
“Erm..., boleh tidak aku pergi keluar untuk nongkrong dengan teman
sekelasku?”
“Tidak, bukan berarti aku mau bebas berkeliaran. Hanya saja, beberapa hari
yang lalu ada teman sekelasku yang mengajakku untuk pergi nonkgrong
bareng..., kalau aku terus-terusan menolak ajakan dari mereka, aku akan
merasa tidak enak dengan mereka. Dan aku juga akan merasa buruk jika aku
sama sekali tidak melakukan hubungan sosialisasi...”
“Dan juga, aku tidak bermaksud untuk bersikap sewenang-wenang, tapi... Aku
ingin agar baik Itsuki-san dan Ojou-sama merenungkan masalah ini.
Terutama anda Ojou-sama, harap untuk berhati-hati untuk tidak mengatakan
sesuatu yang tidak perlu di masa depan.” kata Shizune-san.
Aku langsung menjawabnya, tapi..., Hinako yang duduk di sampingku tidak
mengeluarkan suara apapun.
“Dia tidak tidur sih, cuman..., dia memelukku seperti koala.” jawabku sambil
menampilkan senyum masam.
“......Ya, ya.”
“......Maafkan aku.”
“Tidak, kurasa itu bukan salahmu Itsuki-san. Hanya saja...” dengan suara
yang terdengar serius, Shizune bergumam. “...Kuharap Kagen-sama tidak jadi
marah karena ini.”
Bab 22
Ojou-sama yang ikut bergabung
Saat pelajaran kedua berakhir dan memasuki waktu jeda, Taisho dan Asahi-
san menghampiriku.
“Nishinari, apa kau sudah mulai terbiasa dengan pelajaran di akademi ini?”
“Tidak terlalu..., masih sama seperti biasanya, aku hampir tidak bisa
mengikuti materinya.”
“Hari ini aku tidak sibuk kok, jadi kupikir aku bisa pergi nongkrong dengan
kalian.”
“Apa ada tempat yang ingin kau kunjungi, Nishinari-kun? Kalau tidak ada,
biar kami yang putuskan tempatnya.”
“Hmm..., kupikir akan lebih baik untuk menyerahkan masalah tempat kepada
kalian.”
Aku tidak tahu banyak tentang di mana biasanya siswa-siswi Akademi
Kekaisaran akan menghabiskan waktu mereka saat sepulang sekolah.
Karenanya, kuputuskan untuk menyerahkannya pada mereka berdua
sehingga aku tidak membuat kekacauan.
“Bagaimana nih, Taisho-kun? Karena ini adalah perjalanan yang tidak sampai
satu hari, kita tidak bisa pergi ke luar negeri, kan?”
“Kalau ke Bali jaraknya hanya tiga jam dalam sekali jalan..., tapi meskipun
kita hanya pergi makan malam dan langsung pulang, hari ini mungkin sudah
akan berlalu. Kupikir lebih baik tempatnya di sekitaran Jepang saja.”
“Kyoto, ya? Oke, di sana aku juga mengetahui restoran yang bagus.”
“E-erm, meskipun hari ini aku punya waktu luang, aku tetap harus sudah
pulang saat hari sudah malam, jadi kalau bisa, aku ingin tempat yang dekat-
dekat saja...”
Astaga, kalau saja aku tidak menyela mereka di sini, bisa-bisa aku akan pergi
ke Kyoto sepulang sekolah nanti.
“Jadi gini, akademi ini memiliki beberapa kafe yang disiapkan untuk
pengadaan acara pesta teh. Beberapa di antaranya cukup otentik, tapi karena
kafe-kafe itu berada di dalam adakemi, kau tidak memerlukan kode etik
berpakaian. Selain itu, kafe-kafe itu cukup populer di kalangan siswa-siswi,
tahu?”
“Jadi begitu ya..., aku tidak tahu kalau ada tempat seperti itu.”
Tapi tetap saja, jika itu adalah kafe yang formal, yang namanya etiket tetap
masih harus diperhatikan. Shizune-san telah mengajariku tentang etiket, tapi
aku masih merasa gugup.
“Yah, karena tujuan kita nongkrong adalah supaya kita bisa lebih mengenal
satu sama lain, jadi alangkah baiknya jika itu adalah tempat dimana kita bisa
berbicara dengan santai. Kafe yang ada di sebelah kantin harusnya tidak
masalah, kan?”
Dalam hatiku, aku berterima kasih pada Taisho. Aku senang aku tidak harus
pergi ke kafe yang formal.
“Cuman ya, rasanya mungkin agak sepi kalau hanya kita bertiga.”
“Nishinari, kalau kau punya kenalan yang bisa kau ajak, maka ajak saja
mereka, oke?”
---
“Ya, ya.”
Putri dari kelurga Konohana emang beda dari yang lain, indra perasannya
berlevel tinggi.
“Hei..., setidaknya kalau cuman makan, kenapa kau tidak makan sendiri
saja?”
“Tidak mau...”
“Kalau kau bisa berakting, itu berarti kau bisa makan sendiri jika kau mau,
kan?”
“Lakukan pekerjaanmu.”
Ya ampun, akan sulit untuk membantahnya jika dia mengatakan itu. Saat
Hinako mengunyah makanannya, aku mengganti sumpit dan memakan
bekalku sendiri.
“...Itsuki.”
“Ada apa?”
“Mengenai itu..., aku sih tidak keberatan, tapi apa kau sudah mendapatkan
izin dari Shizune-san?”
[Tapi, Ojou-sama. Apa anda yakin dengan ini? Bukankah anda sudah hampir
mencapai batasan anda...]
“......Tidak apa-apa.”
“...Aku kenal kok..., tapi hanya nama mereka saja yang kukenal.”
“Erm..., kau tidak perlu memaksakan dirimu untuk berpartisipasi, loh? Ini
cuman sekedar nongkrong dan ngobrol-ngobrol saja, dan jika kau tidak
berpikir kalau ini akan menyenangkan, akan lebih untuk tidak usah
bergabung.....”
Itu alasan yang cukup sulit untuk diterima, tapi jika dia memang mau
bergabung, kupikir itu tidak ada salahnya.
Waktu istirahat makan siang akan selesai, dan sambil menjaga jarak, aku dan
Hinako kembali ke kelas satu per satu.
Kami berempat; aku, Taisho, Asahi-san dan Hinako akan berkumpul untuk
menghadri acara pesta teh (aku akan menyebutnya begitu karena tidak ada
cara lain untuk menyebutnya lebih formal) saat sepulang sekolah. Kupikir
kami berempat saja sudah cukup, tapi..., saat aku memikirkan tentang siapa
lagi yang dapat kuajak, seseorang muncul di benakku.
“Nah, karena dia bilang dia menjalin pertemanan..., kupikir sebaiknya aku
mengajaknya.”
Aku dengan mudah menemukan orang yang saat ini kucari, Narika
Miyakojima.
Suatu hari saat kami melakukan pembelajaran PJOK, aku mengetahui bahwa
Narika ditempatkan di kelas 2B. Setelah aku memastikan kalau Hinako telah
kembali ke kelas dan mulai berakting, aku langsung menuju ke kelas 2B dan
segera menemukan Narika dalam beberapa detik.
Kalau dilihat secara sekilas, dia tampak sangat cantik dan bermartabat, tapi
kalau dilihat lebih jeli, terdapat kerutan di antara alisnya, dan matanya yang
menengadah tampak tidak bersahabat. Dalam hal ini, tidak heran jika tidak
ada orang yang mau mendekatinya.
“M-Mustahil...?”
“K-kau ngapain di sini!? Apa kau ada keperluan denganku? K-Kebetulan saat
ini aku sedang luang, jadi kau bisa berbicara denganku loh.”
Bersama dengan Narika, aku berjalan keluar dari gedung akademi. Sementara
itu, tatapan tajam yang tak terhitung banyaknya menusukku dari mana-mana.
Sebisa mungkin aku tidak ingin terlalu jauh dari kelas 2A supaya aku bisa
segera bertindak jika terjadi sesuatu pada Hinako. Alhasil, aku memutuskan
untuk pergi ke tempat yang kurang populer di belakang gedung akademi, dan
kemudian aku berbalik untuk menatap ke arah Narika.
“Erm, aku punya banyak hal yang ingin kubicarakan denganmu. Selain itu,
aku juga belum sempat menjelaskan tentang kejadian yang tempo hari.”
“P-Padahal kau ‘kan sudah menjadi pengurusku..., tapi kenapa, kenapa kau
tiba-tiba menjadi penjaganya Konohana-san! D-D-D-Dasar tukang
selingkuh!”
“Lah, kok selingkuh..., lagipula ‘kan aku yang menjadi pengurusmu itu sudah
menjadi masa lalu.”
“B-bukankah itu terlalu kejam untuk menyebutnya telah menjadi masa lalu!
Aku ‘kan..., aku ‘kan ingin tinggal bersama denganmu lagi!”
“Eh....., b-begitukah?”
Saat aku merasa terkejut, Narika yang sepertinya telah menyadari apa yang
barusan dia katakan dengan segera mewarnai wajahnya menjadi merah cerah,
yang dimana itu jelas bukan karena rasa kesal.
“...Diadopsi?”
“Hmm..., tunggu dulu, kenapa kok bisa sampai seperti itu? Hanya karena
keluargamu punya hubungan dengan keluarga Konohana, bukan berarti kau
harus bekerja di keluarga mereka, kan?”
Aku juga berpikir begitu kok. Tapi dengan tenang, aku mengingat pengaturan
yang mati-matian kuingat tadi malam.
“Ya. Itu adalah sesuatu dimana kau akan tinggal dan bekerja di rumah orang
kaya dan belajar berbagai hal tentang etiket. Di Jepang, itu populer selama era
Meiji, dan di Eropa, itu adalah kebiasaan dari Abad Pertengahan.”
Dia benar-benar telah banyak belajar. Bagaimanapun juga, Narika adalah
murid dari Akademi Kekaisaran. Kepintarannya tidak bisa dibandingan
denganku.
“Aku yang bekerja di keluarga Konohana itu kurang lebih seperti magang....
Aku sama sekali tidak tahu apa-apa tentang etiket. Karenanya, aku bekerja
sebagai imbalan untuk belajar di keluarga Konohana.”
“T-Tapi ‘kan..., kalau memang itu masalahnya, kau juga bisa bekerja di
rumahku.”
“Sekalipun kau mengatakan itu, apa yang pertama kali terlintas di pikiranku
adalah keluarga Konohana...”
“Hei, kalau bisa, jangan beri tahu siapa-siapa tentang ini ya.”
“...Iya, aku tahu kok. Lagipula, menjadi anak yang diadopsi adalah posisi yang
rapuh.”
Tentunya ada alasan lain mengapa aku ingin dia merahasiakannya, tapi
sepertinya Narika menafsirkannya dengan mudah. Kurasa begini saja sudah
cukup untuk menjelaskan hubungan antara aku dan Hinako.
“I-iya, aku mau!” katanya, dengan mata yang berbinar. “S-sejujurnya, aku
sudah lama ingin ikut dalam pesta teh...! Kudengar bahwa semua siswa-siswi
di Akademi Kekaisaran mengadakan pesta teh untuk memperdalam
persahabatan mereka, tapi aku, tidak pernah diundang oleh siapa pun...
Kupikir itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa kulakukan sampai aku
aku lulus dari akademi ini...”
Saat aku berbicara dengan Narika, aku merasa kasihan terhadapnnya yang
menceritakan serangkaian peristiwa menyedihkan yang di alami.
“Ngomong-ngomong, ada tiga orang lain lagi yang akan ikut dengam kita,
Taisho, Asahi-san dan Konohana dari kelas 2A.”
“Pesta penyambutan..., oh begitu ya. Dari apa yang kudengar, tampaknya kau
baru saja pindah ke sini beberapa hari yang lalu.”
“Aku ingin bergabung dalam pesta itu..., cuman aku agak cemas..., mungkin
aku tidak akan bisa melakukan pembicaraan dengan baik...”
“Itu ‘kan karena..., kita sudah saling kenal sejak lama, jadi kupikir aku tidak
perlu merubah cara bicaraku.”
“......Apa maksudmu?”
“...Jadi begitu.”
Ini mah, sudah pasti bukan masalah pribadinya Narika. Terlepas dari diri
pribadi, sangat sulit untuk mengubah pandangan orang lain. Sepertinya ini
bukanlah masalah yang bisa diselesaikan dengan mudah oleh Narika.
“Dalam hal itu, Konohana-san adalah orang yang luar biasa. Aku benci
mengakuinya karena dia telah mengambilmu dariku, tapi..., aku benar-benar
merasa iri dengan popularitasnya. Biasanya, dengan keluarga yang setingkat
dengan keluarga Konohana, sebagian besar siswa akan menghidnarinya...,
tapi meski begitu, Konohana-san didekati oleh banyak orang tanpa adanya
perasaan sungkan. Aku bertanya-tanya, bagaimana bisa dia memiliki
popularitas yang seperti itu...” kata Narika, sambil menundukkan kepalanya.
Aku mungkin tahu mengapa Hinako sangat populer. —Itu karena aktingnya.
Hinako adalah Ojou-sama yang sempurna, dan dia benar-benar bertindak
untuk disukai oleh semua orang. Tapi, itu tidak bisa dilakukan begitu saja.
“Aku tidak tahu mengapa Konohana-san begitu populer, tapi..., jika kau
berbicara dengannya, kau mungkin akan menemukan beberapa petunjuk.”
“...Kau benar. Lagipula kau juga akan ada di sana nanti, jadi aku ingin sekali
berpartisipasi dalam pesta teh sepulang sekolah itu.”
“Mungkin......?”
Baik Asahi-san maupun Taisho tidak membenci Narika. Secara khusus Asahi-
san, dia pernah bilang bahwa sebelumnya dia sempat mendekati Narika
supaya mereka bisa berteman. Jika demikian, mereka pasti tidak akan
berpikir demikian jika Narika bergabung dalam pesta teh tersebut.
Bab 24
Jika kau mengenalnya dan mengenal dirimu sendiri, kau tidak akan
pernah kalah dalam seratus pertempuran, Ojou-sama
Saat aku berpisah dari Narika dan hendak kembali ke ruang kelas 2A. Dari
belakang koridor, aku bisa mendengar suara dua siswi yang sedang bercakap-
cakap.
“Tennoji-san?”
“Ara~, kau kan yang kutemui tempo hari...” mengatakan itu, mata Tennoji-san
yang menatap ke arahku segera menyipit.
“Yah, aku tidak melakukan sesuatu yang khusus. Aku hanya membantu siswa
yang piket membawakan materi untuk pelajaran berikutnya.”
“Oh iya, aku sudah mendengar tentang dirimu loh. Kau itu siswa pindahan,
bukan?”
“Ya. Aku Itsuki Nishinari, aku pindah ke akademi ini kemarin lusa.”
“Faksi Konohana?”
“...Begitu ya.”
“Kau cukup percaya diri dalam membuat pujian untuk diri sendiri...”
Bisakah kau memberkan sedikit dari kepercayaan dirimu itu pada Narika?
“Jika kau bukan bagian dari Faksi Konohana, kau juga pasti berpikir begitu,
kan!?”
“Eh? Yah,itu...”
“Benar begitu, kan? Benar begitu, kan? Aku benar-benar tidak menyukainya!
Aku tidak mengerti, kenapa malah wanita itu yang jauh lebih menonjol
daripada diriku! Aku yakin wajah cantik dan sikap bermartabat yang biasa dia
tunjukkan itu akan menjadi wajah pemalas dan bersikap tidak berguna saat
dia pulang di rumahnya.”
“Apakah ini karena kebaikannya pada orang lain? ...Tidak, selama dirimu
adalah keturunan dari orang besar, maka kau harusnya bersikap tegas seperti
diriku. Terlalu banyak tersenyum justru malah dapat merusak martabatmu,
dan mengajari seseorang apa yang mereka tidak pahami dalam studi mereka
bukan merupakan hal yang terbaik bagi mereka jika itu dilakukan dengan
terlalu berlebihan. Lagipula, tempo hari wanita itu—”
“Aku dan Hinako Konohana itu..., yap, rival! Kami adalah rival! Karenanya,
wajar jika kami salaing mengetahui tentang satu sama lain! Dikatakan bahwa
jika kau mengenal pihak lain dan mengenal dirimu sendiri, kau tidak akan
pernah kalah dalam seratus pertempuran!”
Saat dia mengucapkan itu, aku memikirkan sedikit tentang karakter dari
Tennoji-san.
Seperti yang sebelumnya dia katakan sendiri, Grup Tennoji adalah grup yang
sama besarnya dengan Grup Konohana. Dan dari segi sejarah, mereka bahkan
lebih tua dari Grup Konohana.
Tennoji-san, yang memiliki latar belakang keluarga seperti itu, mungkin sama
kesepiannya seperti Narika. Meskipun kondisinya tidak seserius Narika...
Mungkinkah Tennoji-san hanya menginginkan seorang teman yang bisa dia
ajak bicara secara akrab?
Jika pihak lain adalah putri dari keluarga Tennoji, sebagian besar siswa-ssiwi
pasti akan merasa segan terhadapnya. Namun, jika itu adalah Hinako.... jika
itu siswi dengan skala keluarga yang sama, Hinako pasti bisa membangun
hubungan yang setara dengan Tennoji-san. Tennoji-san mungkin terobsesi
dengan Hinako karena itu.
“Kenapa kau sangat waspada seperti itu..., aku ‘kan hanya mengajakmu untuk
pergi nongkrong bareng.”
“Y-Yah, jika wanita itu benar-benar bersikeras ingin aku ikut bergabung,
kurasa aku tidak punya pilihan selain bergabung dengan kalian.”
“Tidak, itu tidak seperti Konohana-san ada mengatakan sesuatu seperti itu...”
“...Begitukah?”
“Begitulah.”
“......”
“......”
“......”
“...Oh, kalau tidak salah dia memang ada mengatakan sesuatu seperti itu, jadi
maukah kau berpartisipasi di pesta teh tersebut?”
“Bagaimanapun juga, dikatakan jika kau megnenal pihak lain dan mengenal
dirimu sendiri, kau tidak akan pernah kalah dalam seratus pertempuran!”
Aku sudah dengar itu tadi.
Bab 25
Pesta Teh Ojou-sama ①
“Sebelumnya aku memang bilang jika kau punya orang yang bisa di ajak,
maka ajak saja..., tapi ini sungguh orang-orang yang luar biasa.” kata Taisho
saat melihat wajah para Ojou-sama yang berkumpul di sini.
Dua pria dan empat wanita berkumpul di sekitar meja putih bundar. Selain
anggota awal, aku, Taisho, dan Asahi-san, aku mengajak Hinako, Narika, dan
Tennoji-san bergabunng dengan kami.
Tak satu pun dari ketiga Ojou-sama ini memiliki temperamen untuk hanyut
oleh suasana di tempat itu. Hinako tersenyum lembut karena dia sedang
berakting sebagai Ojou-sama yang sempurna, di sebelahnya, Narika
bertingkah canggung, sedangkan Tennoji-san, dia dengan bermartabat
menyesap teh dari cangkirnya.
“Hei, Hei, Nishinari-kun. Hubungan macam apa ini? Bagaimana kau yang
baru bersekolah selama tiga hari di akademi ini bisa mengenal orang-orang
yang luar biasa seperti mereka?”
Selain Hinako, alasan aku mengajak Narika dan Tennoji-san adalah karena
kupikir ini akan menjadi kesempatan yang bagus untuk mempererat
persahabatan antara satu sama lain. Tapi jika dipikirkan dengan tenang, ini
mungkin memang sekelompok orang yang luar biasa. Keluarga Konohana,
keluarga Miyakojima, dan keluarga Tennoji terkenal di Akademi Kekaisaran.
Bisa dibilang, sangat jarang untuk melihat mereka bertiga berkumpul
bersama di satu tempat.
“Oh iya, ini adalah pesta penyambutan untuk Nishinari-san, bukan?”
Sedikit terkejut, aku berterima kasih padanya. Aku senang saat Tennoji-san
yang berpenampilan bermartabat mengatakan itu kepadaku.
“Karena beberapa orang di sini baru pertama kali berbicara denganku, jadi
izinkan aku untuk memperkenalkan diriku. Namaku Mirei Tennoji. Aku
adalah putri dari Grup Tennoji.”
Itu adalah sesuatu yang semua orang di sini sudah ketahui. Karena aliran
perkenalan diri tercipta, Taisho dan Asahi-san juga mengikuti teladannya.
Mengikuti mereka berdua, Hinako dan Narika pun ikut memperkenalkan diri.
“Aahaha, kau benar. Kalau begitu, perkenankan aku berbicara secara normal.”
Sesaat mereka tampak canggung, tapi dengan segera, mereka menjadi lebih
rileks. Setelah itu, Tennoji-san menoleh ke arah Hinako.
Namun, Hinako sepertinya tidak menyadari itu dan dengan santai menysap
tehnya.
Baik Narika dan Tennoji-san adalah gadis yang cantik, tapi Hinako, dia
memancarkan keanggunan yang luar biasa. Caranya yang dengan anggun saat
menyesap tehnya menarik perhatian semua orang yang ada di tempat itu.
“Tentu saja, Asahi-san. Terima kasih ya karena selalu menjadi mood maker
untuk kelas 2A. Berkat dirimu, setiap harinya aku merasa lebih nyaman saat
berada di dalam kelas.”
“Ahahaha, sama-sama.........., Whoa, ini buruk, aku jadi terlalu kegirangan jika
Konohana-san mengatakan itu.”
“Tentu saja aku juga mengenalmu, Taisho-kun. Menurutku kau yang bersikap
ramah dan tidak membedakan siapapun itu sangat menarik.”
“O-oh...!! Untuk beberapa alasan, aku merasa kalau kebajikanku baru saja
meningkat...!”
Aku tidak berpikir kalau kebajikannya telah meningkat, tapi dia terlihat
sangat bahagia seolah dia sedang berada di surga. Sulit bagiku untuk
bersimpati padanya karena aku baru beberapa hari menghadiri akademi ini,
tapi sepertinya Hinako lebih dihormati daripada yang kupikirkan.
Tennoji-san jelas berada dalam suasana hati yang buruk saat Hinako
memonopoli semua perhatian kepada dirinya. Untuk itu, aku segera
mengubah topik pembicaraan.
“Narika, apa kau tidak pernah berbicara dengan salah satu orang di sini saat
berada di pesta teh?”
“Y-Ya. Lagipula aku hanya menghadiri acara seperti ini diluar lingkup
akademi untuk sekedar maramaikan.”
Lah, ini kan tidak seperti kau diajak hanya untuk meramaikan…?
Saat aku bergmumam seperti itu dalam benakku, kuperhatikan bahwa semua
orang kini menatap ke arahku.
“......Narika?”
“A-aku dan Itsuki pernah bertemu saat kami berumur sepuluh tahun. Karena
hubungan itulah, aku diundang untuk bergabung dalam pesta teh ini.”
Saat Asahi-sa merasa terkejut, Narika menundukkan kepalanya. Dia itu hanya
merasa malu, tapi ekspresinya sangat kaku dan beberapa orang mungkin
berpikir kalau dia sedang berada dalam suasana hati yang buruk. Kurasa
sisinya yang seperti inilah yang membuat Narika tidak punya banyak teman.
Karena aku yang mengundak Narika ke sini, aku harus memberikan tindak
lanjut untuknya.
“Mungkin kalian semua telah salah paham, tapi Narika bukanlah orang yang
menakutkan. Sepertinya dia menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di
dalam rumah, jadi dia menjadi sedikit buruk dalam berinteraksi dengan orang
lain.”
“Begitukah?”
“I-Itsuki~....!!”
“Tidak perlu terlalu rendah hati. Di akademi ini, tidak ada siswa-siswi yang
tidak mengenal Keluarga Miyakojima. Dan mengenai rumor itu, hanya dengan
sedikit penyelidikan saja pasti bisa diketahui kok tentang kebenarannya...
Ngomong-ngomong, aku jarang melihatmu dalam situasi sosial, bagaimana
kau biasanya menghabiskan keseharianmu?”
“Pelatihan?”
“Erm, di rumahku ada dojo. Jadi sudah menjadi rutinitas harianku untuk
berolahraga di sana. B-Belakangan ini, aku sering dimintai unuk melakukan
uji coba produk olahraga.”
“Jadi begitu ya. Tampaknya kau memiliki kehidupan yang memuaskan.” seru
Tennoji-san, menujukkan sedikit kekaguman.
“Belajar memang sering kulakukan, tapi aku juga sesekali akan menghabiskan
waktu dengan santai. Seperti membaca misalnya...., aku juga menghabiskan
waktuku dengan memakan yang manis-manis.”
“He~, jadi Konohana-san juga suka yang manis-manis. Biasanya apa yang
akan kau makan?”
Njir, santuy sekali kau membuat kebohongan. Padahal yang biasanya kau
makan itu cuman keripik kentang.
Bab 26
Pesta Teh Ojou-sama ②
“Begitulah, tapi sekarang kami sudah cukup banyak berinteraksi karena kami
bisa duduk bersama di pesta teh seperti ini.”
“Oi oi, Asahi, tidak mungkin kan sampai seperti itu.” ujar Taisho sambil
tersenyum masam.
“Yah, tapi kan, bisa jadi ada pertunangan di antara hubungan orang tua itu,
dan itu suatu hal yang klasik untuk berkembang menjadi sesuatu seperti cinta.
Mungkinkah..., kalian berdua sudah memiliki hubungan yang cukup baik?”
Entah bagaimana, aku bisa tahu dari nadanya bahwa itu hanyalah candaan.
Asahi kemudian tersenyum dan menatap Hinako, menuntut jawaban darinya.
Namun, Hinako tidak mengatakan apa-apa dan menyesap tehnya dengan
perlahan.
......Oi.
Itu adalah keheningan yang berarti. Bahkan Asahi-san, yang bertanya dengan
bercanda, secara bertahap berubah menjadi serius. Tennoji-san, merasa
skeptis, mulai mengerutkan alisnya. Sedangkan Narika, dia menatap kami
dengan wajah yang terlihat pucat.
Di satu sisi, seorang putri dari Grup Konohana, yang dikenal oleh semua
orang di Jepang. Dan di sisi lain, hanya seorang pewaris dari sebuah
perusahaan menengah. Bahkan statusku yang dibuat-buat saja sudah cukup
untuk menunjukkan perbedaan kasta di antara kami.
“Yah, kesampingkan masalah cocok atau tidak..., yang lebih peting sekarang,
Nishinari-kun, saat ini kau kesulitan dengan pelajaranmu dan sebagainya,
kan?”
“Itu benar. Laju materi di Akademi Kekaisaran itu sangat cepat, jadi sebaiknya
kau memastikan dirimu telah melakukan semua persiapan dan pengulasan
dengan benar sampai kau terbiasa.”
Saat Asahi-san dan Taisho bersenda gurau seperti itu, Narika yang ada di
sampingku berbisik padaku saat aku ikut tersenyum.
“Hmm......, dasar pembohong.” bisik Narika, dengan suara yang amat pelan
yang hanya aku yang bisa mendengarnya.
Karena dia menekan nada suaranya, dia sepertinya menerima masalah dan
mau menutup mulutnya, tapi tampaknya dia masih merasa tidak puas dengan
aku yang bekerja untuk keluarga Konohana.
Dan yah, beginilah. Meskipun awalnya aku sedikit cemas, tapi tampaknya
pesta teh ini berjalan dengan baik.
Narika tampak telah bisa menyesuaikan diri dengan kelompok ini, sedangkan
Tennoji-san, yang terlepas dari hubungannya dengan Hinako, juga selalu
bersikap ramah. Aku bersyukur telah mengundang mereka berdua untuk ikut
ke dalam pesta teh ini.
Aku merileksikan diri dan kemudian meminum teh yang diletakkan di atas
meja.
“M-Maaf...”
Astaga, jika aku merilekskan diri, aku malah berakhir membuat kekacauan.
Aku benar-benar perlu merenungkan ini. Karena tidak seperti yang lainnya,
aku berada di akademi ini dengan menggunakan identitas palsu.
“Iya, Itu sebabnya aku tidak begitu percaya diri dengan etiketku...”
“Oh iya, saat aku masih kelas 1, aku mendengar dari teman sekelasku bahwa
sekolah biasa itu punya banyak sekali kebiasaan yang menarik, Seperti
misalnya..., Warikan.”
“Warikan?”
“Yah, jika memang sesuatu seperti agak mengganggumu, kupikir lain kali kau
bisa membayar untuk dirimu sendiri... Tapi pada dasarnya sih, kau tidak perlu
terlalu memusingkan masalah membeli atau dibelikan minuman. Karena
menurutku orang yang mengundangmu ke kafe atau orang yang ingin
membayarlah yang harus membayarnya.”
Aku ingin tahu, apakah tidak apa-apa untuk bersikap santai tentang itu..., aku
pribadi sih cukup kepikiran jika seseorang membelikanku minuman.
Kupikir warikan itu adalah kebiasaan biasa, tapi tampaknya sesuatu seperti
itu tidak tersebar luas di kalangan siswa-siswi di akademi ini.
“Dan juga, ituloh, bukankah ada juga sesuatu yang disebut ngutang dan tidak
membayar?”
“Oh iya, ada memang tuh. Yang itu kan, orang yang mengutang itu kemudian
akan secara natural mencurinya? Aku penasaran, kenapa sih mereka
mencurinya? Kenapa tidak membelinya secara normal saja.”
Aku segera menyela ke dalam percakapan Asahi-san dan Taisho, dan entah
bagaimana berhasil mengoreksi pengetahuan mereka.
Mengutang dan tidak membayar jarang terjadi bahkan di antara kami orang
biasa, dan kalaupun itu terjadi, biasanya itu karena sesuatu yang tidak
terelakkan. Namun, jika pihak lain tiba-tiba pindah atau menjadi terasing
darimu, lupa bahwa dia sedang ngutang, ngutang dan tidak membayar dapat
terjadi.
Karena aku tahu bahwa mereka bertanya semata-mata hanya karena rasa
ingin tahu, aku mencoba memikirkan sesuatu yang akan menarik bagi Taisho
dan yang lainnya.
“Istilah ini terutama digunakan untuk merujuk pada makanan, yang dimana
aturannya adalah jika kau menjatuhkan makananmu, asalkan kau masih
dapat mengambilnya dalam rentang waktu tiga detik. kau akan masih bisa
memakannya lagi.”
“Biar kucontohkan,”
Mengatakan itu, aku mengambil roti panggang dari tengah meja. Karena akan
sayang sekali untuk menjatuhkan seutuhnya, jadi aku menggigitnya dan
membuatnya menjadi ukuran sepotong.
Aku dengan sengaja menjatuhkan roti ke atas meja dan segera mengambilnya.
Tidak, kurasa itu bukan kesan yang menganggapku tolol..., cuman, sejujurnya
aku tidak ingin kau terkesan dengan jujur.
Pada intinya, ini adalah cerita normal tentang suatu perilaku yang buruk.
Lalu, saat aku hendak memberitahu mereka bahwa sesuatu seperti ini lebih
baik tidak usah ditiru—
“Y-Yah, b-begitulah...”
Semua orang yang berkumpul di sini terkejut karena Hinako Konohana, yang
penampilannya cantik dan penuh keanggunan, menunjukkan tingkah yang
tidak pantas.
Aku mengiyakan dengan suara gemetar pada Hinako yang tersenyum manis
ke arahku.
“Tapi kenyatannya, aku bisa mengerti mengapa mereka berpikir bahwa tiga
detik itu mungkin tidak menjadi masalah. Kurasa aku akan mencobanya jika
ada kesempatan.”
Pesta teh pertamaku, suatu acara yang sangat berkesan bagiku, berakhir
dengan damai tanpa masalah.
Beberapa saat kemudian, Taisho juga masuk ke dalam mobil yang sama.
Aku benar-benar terkejut saat melihat Taisho dengan santai masuk ke mobil
yang sama dengan Asahi-san, dan sontak saja, aku mengajukan pertanyaan
itu.
“Ya, itu karena rumahku dan rumahnya Asahi berdekatan, selain itu, kami
juga saling kenal sejak lama.”
Serupa dengan hubungan palsu antara aku dan Hinako, tampaknya Asahi-san
dan Taisho juga memiliki hubungan keluarga.
Di sisi Tennoji-san, ada beberapa pelayan yang mengenakan jas. Dan tidak
seperti pelayannya Asahi-san, mereka memancarkan aura yang mengingatkan
orang-orang yang melihatnya akan suasana SP.
“H-Hinako Konohana!”
“Ya.”
“Ini adalah pertama kalinya aku mengadakan pesta teh pribadi denganmu...
dan, yah, itu rasanya tidak terlalu buruk! L-Lain kali, kuharap kita bisa
berbicara lebih banyak tentang tugas sekolah dan bisnis keluarga!”
“Ya.”
“Hari ini kau telah benar-benar menegakkan punggungmu, kan? Seperti yang
kupikirkan, dirimu yang seperti itu jauh lebih menarik.”
Aku tidak menyangka aku akan dipuji, jadi aku terlambat untuk
menanggapinya.
“Tidak, Tennoji-san adalah orang yang lugas. Jadi sesuatu seperti itu bisa
dianggap sebagai pujian. ...Dan yah, itu sungguh luar biasa untuk bisa dipuji
oleh Tennoji-san di hari ketigamu pindah ke akademi ini.”
Narika yang mengatakan itu padaku itu entah kenapa merasa tidak puas.
Saat itu, dua mobil hitam berhenti di dekat kami, dan seseorang yang muncul
dari dalam memanggilku.
“Shizune-san?”
“Y-Ya..., aku telah menerima penjelasan dari Itsuki tentang itu. Aku tidak
berniat untuk membocorkannya, jadi jangan khawatir.”
“Terima kasih.”
Narika tahu bahwa aku bekerja untuk keluarga Konohana. Jadi, meskipun aku
dan Hinako pulang dengan menaiki mobil yang sama, Narika tidak akan
merasa heran.
Saat dia menjawab begitu, Narika tiba-tiba berhenti berbicara. Dia kemudian
mengeluarkan ponselnya dari sakunya, lalu meletakkannya di telinganya.
Tampaknya ada panggilan masuk.
“Ada apa?”
Sekalipun kau menyuruhku untuk pulang lebih dulu... Sebagai orang yang
tempo hari terlibat dalam kasus penculikan, aku sedikit khawatir
meninggalkan Narika sendirian.
“Shizune-san. Aku akan mengantar Narika ke tempat jemputannya.”
Saat aku mengatakan itu, Shizune-san dan Narika, yang ada di sampingku,
membuka mata mereka lebar-lebar.
“Mobilnya tidak jauh dari sini, kan? Aku akan mengantamu sampai sana.”
“I-itu, aku sih tidak kebertan, tapi..., apa itu tidak apa-apa?”
“Baiklah. Karena Ojou-sama memiliki jadwal yang padat, kami akan kembali
ke mansion lebih dulu. Nanti saya akan mengirimkan jemputan pengganti,
jadi silahkan gunakan itu, Itsuki-sama.”
---
“Le~lahnya...”
“...Maaf jika perkataanku kasar. Tapi itu akan menjadi tidak wajar jika anda
yang berakting sebagai Ojou-sama bertindak untuk menahan Itsuki-san dalam
situasi itu.”
Pemikiran Itsuki yang ingin mengantar Narika sangatlah baik. Seorang Ojou-
sama yang sempurna tidak boleh membiarkan keegoisannya mencegahnya
melakukan hal itu.
“Entah itu baik atau buruk, tapi yang pasti, sejak Itsuki-san datang, Ojou-
sama telah berubah.”
“......Begitukah?”
“Anda telah beberapa kali menghadiri pesta teh sebelumnya, tapi semua itu
anda lakukan di bawah arahan dari Kagen-sama. Bukankah ini adalah
pertama kalinya anda menghadiri pesta teh atas kehendak anda sendiri?”
“Hmm..., kau benar.” kata Hinako, dengan suara yang terdengar tidak
memiliki semangat.
“Waaaa...”
“Ada apa?”
Rupanya, dia merasa lega bisa lepas dari ketegangannya. Selama pesta teh
tadi, Narika mampu mempertahankan sikap tegasnya, meskipun dia kadang-
kadang terlihat gugup. Saat ini, dia langsung menjadi sesuatu yang cocok
untuk gadis seusianya.
“Katamu kau tidak mahir berbicara dengan orang lain, tapi nyatanya kau bisa
berbicara secara normal, bukan?”
“Itu terjadi bukan hanya karena kekuatan pribadiku. Berkat bantuan dari
kalian semua, aku berhasil menghindari untuk tidak menyebabkan
kekacauan...”
“...Yah, meskipun kau bilang begitu, tidak mungkin juga kan kalau sampai
seperti itu. Aku cuman membantu sedikit kok.”
“Tidak, aku benar-benar paham dengan diriku sendiri, makanya aku bilang
begitu. Hari ini pasti merupakan hari yang telah mengubah hidupku.”
“Seperti yang kupikirkan, Itsuki..., kau adalah pahlawanku. Saat aku masih
kecil, kau mengajariku tentnag dunia luar..., dan kali ini, kau
menyelamatkanku dari kesendirian.”
“Tidak adil..., tidak adil, tidak adil, tidak adil! Bersama Konohana-san..., itu
tidak adil!”
“Ya, aku mengungkitnya! Aku akan menungkitnya lagi dan lagi! Habisnya,
sesuatu seperti ini—terlalu keterlaluan! P-Padahal kita baru saja bertemu lagi,
tapi kenapa kau malah harus menetap di rumah Konohana-san!”
“Sekalipun kau bilang begitu..., aku hanya bisa menjawab kalau itu karena
hubungan orang tua kami.”
Saat kubilang bahwa aku memang tidak punya pilihan lain, Narika
mengerang, “Kuu ...!”.
“Sebelumnya kau bilang kalau kau cuman magang, tapi apa lagi yang kau
lakukan? Kau juga pasti melakukan pekerjaan, kan?”
“Begitulah, tapi sekalipun aku bilang itu pekerjaan, itu cuman sekedar
menjaga citranya.”
“Konohana-san tidak membutuhkanmu untuk menjaga citranya! Sejak awal
orang itu memang sudah sempurna!”
Tentunya, aku tidak bisa mengatakan itu, jadi aku tetap diam.
“J-Jika kau sudah selesai magang di sana, bagaimana kalau kau datang ke
rumahku? Kau sendiri juga ingin bernostagia, kan!”
Tentunya, aku memang ingin bernostalgia, tapi itu akan sulit karena aku akan
dipekerjakan oleh keluarga Konohana sampai aku lulus.
---
“Baiklah, pelajaran untuk hari ini telah selesai. Kau telah melakukannya
dengan baik.”
Bahkan pada hari diadakannya pesta teh, pelajaran harian tidak akan
dibatalkan. Malahan, itu menjadi dikemas dengan lebih banyak konten dari
biasanya, yang membuatku kelelahan.
“...Oh, sudah waktunya, ya?” gumamku, saat melihat ke arah jam yang ada di
dojo.
Waktu sudah menunjukkan pukul 22;00, dan aku juga ingin membersihkan
keringat, jadi aku memang sudah berencana untuk mandi, tapi—
“Ojou-sama. Ada yang ingin saya bicarakan dulu dengan Itsuki-san, jadi
bisakah anda kembali ke kamar anda lebih dulu?”
“Berbicara?”
“Ya, ini tidak akan lama kok.” kata Shizune-san, dengan nada yang formal.
“Aku tidak ingin membuat Ojou-sama menunggu terlalu lama, jadi aku tidak
akan menjelaskannya secara detail, tapi... akhir-akhir ini Ojou-sama sedang
tidak enak badan, jadi Itsuki-san, untuk berjaga-jaga tolong teruslah awasi
dia.”
“Tidak enak badan? ...Tapi pas di pesta teh tadi dia kelihatan baik-baik saja.”
“Kalau mau jujur, kupikir tubuhnya tidak akan kuat lagi dalam waktu dekat
ini.”
“......?”
Aku sama sekali tidak mengerti arti kata-katanya, jadi aku memiringkan
kepalaku.
“Asalkan kau selalu memperhatikannya, maka pasti tidak akan ada masalah.
Kalau begitu, kau sekarang bisa pergi ke kamar Ojou-sama, Itsuki-san.”
Dengan itu, Shizune-san mulai membersihkan dojo.
Aku tidak benar-benar paham maksud dari percakapan tersebut, tapi aku
disuruh untuk terus mengawasinya, jadi aku pasti akan mengingatnya dan
berhati-hati.
Aku pun masuk ke kamar Hinako, dan kemudian menuju ke kamar mandi.
“Ah... Itsuki...”
Aku mendekati Hinako, yang tampak telah menungguku, dan segera mencuci
rambutnya.
“Tidak ada……”
Karena mencuci rambut Hinako telah menjadi rutinitas harianku, aku juga
diajari oleh Shizune-san bagaimana cara mencuci rambutnya. Aku
menghangatkan kulit kepalanya dengan air panas di telapak tanganku, dan
dengan hati-hatinya mencucinya menggunakan sampo. Setelah itu, aku
mengambil kondisioner dan mengoleksannya ke rambutnya.
“...Tapi tetap saja, Shizune-san itu, dia juga membuat sesuatu yang luar biasa,
ya.”
Di sana ada ruang shower pribadi. Ini sudah seperti memiliki kamar mandi di
dalam kamar mandi. Shizuna-san bilang, “Kalian tidak akan bisa mencuci
tubuh kalian secara menyeluruh saat kalian memakai pakaian renang,” dan
alhasil, dibuatlah ruangan yang digunakan untuk mencuci tubuh.
Aku meminta Hinako untuk mengambilkan timba yang sudah mau jatuh dari
bak mandi, mungkin karena tersapu oleh air.
Hinako dengan cepat mengambil timba itu itu seolah-olah dia baru saja
memikirkan sesuatu.
Aku tidak tahu bagaimana harus menghadapi Hinako, yang mengatakan itu
sambil menyeringai.
“Kalau kau bilang begitu, maka kurasa itu layak untuk memberitahukannya
padamu.”
“Tadi, setelah kita berpisah..., apa yang kau bicarakan dengan Miyakojima-
san...?” tanya Hinako.
“Meskipun kau bertanya begitu..., itu hanya percakapan biasa tentang pesta
teh yang menyenangkan. Cuman itu doang.”
“......Hmm.”
Dengan erangan seperti itu, Hinako menunjukkan ekspresi yang tampak
entah apakah dia yakin atau tidak yakin dengan perkataanku.
Itu adalah suara yang pelan, jadi aku tidak bisa mendengar apa yang dia
katakan. Namun, Hinako tidak menjawab saat aku bertanya kembali.
“Hei..., kalau kau tidur di kamar mandi, nanti kau akan masuk angin loh.”
“Hinako...?”
Menyadari bahwa ada yang tidak beres, aku melihat wajah Hinako. Dia
tampak berkeringat. dan mendesah kesakitan.
“――Hinako!?”
Bab 29
Ojou-sama yang ingin digenggam
Awalnya, kupikir dia hanya pingsan saja, tapi dia terlihat sesak dan sepertinya
sangat kesakitan. Setelah menyeka tubuh Hinako dengan lembut, aku
meminta Shizune-san untuk memeriksa kondisinya.
“...Aku mengerti.”
“Ada apa?”
“Sering terjadi...?”
Untuk sesaat, aku tidak bisa memhami arti dari kata-kata itu.
“Stres karena akting? Jangan bilang yang kau makusd itu adalah akting yang
dia lakukan sepanjang waktu?”
“Ya.”
Memang benar, Hinako selalu berakting dengan sangat teliti. Namun, begitu
dia sampai di rumah, dia akan kembali ke kepribadian semulanya yang
ceroboh, dan meskipun dia tampak lelah, dia tidak terlihat seperti kesakitan.
Aku memang sudah bisa menduga kalau dia pasti merasa terkekang oleh
aktingnya itu..., tapi, aku tidak menyangka kalau itu akan sangat melelahkan
sampai akan membuatnya pingsan.
“T-Tunggu dulu, kenapa kau bersikap biasa saja? Ini beban yang berat
sampai-sampai membuatnya pingsan tahu? Bagaimana bisa sesuatu seperti
ini diabaikan begitu saja...”
“Sekalipun sampai pingsan, ini adalah demam yang akan mereda dalam
beberapa hari. Jangan terlalu khawatir.”
“Tidak, tapi kan, jika dia sampai pingsan seperti ini, bukannya akan lebih baik
untuk berhenti berakting—”
Hinako juga menyadari hal ini. Kata-kata itu menusuk kepalaku dengan kuat.
Kekesalanku memudar saat mengatahui penyebab Hinako pingsan. Dia
sendiri tahu itu, dan dia berakting sampai dia pingsan. Lantas, pada siapa aku
harus mengungkapkan kekesalanku? Kemana aku harus mengarahkan
perasaan ini?
“Saat Ojou-sama sedang berada di depan publik, dia akan fokus pada
aktingnya. Karenanya, dia akan mengendur untuk istirahat satat dia berada di
mansion. Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa alasan mengapa
Ojou-sama akan bermalas-malasan saat berada di mansion adalah karena
kelelahan akibat akting yang dilakukannya.”
“...Jadi maksudmu, itu adalah dampak dari akting yang Hinako lakukan, dan
ketika dia tidak berada di depan umum, dia akan bermalas-malasan?”
“Benar. Tentunya, dia tetap memiliki kepribadiannya yang alami, tapi..., pada
hari ketika sedang libur dimana dia tidak harus berakting, dia akan selalu
lebih energik.”
Dengan kata lain, tidak salah lagi kalau akting yang dia lakukan menjadi
beban untuknya.
“Itsuki-san. Mungkin lebih baik kau segera pergi tidur, karena jika tidak, itu
akan bisa mempengaruhimu saat di sekolah besok.”
“Hah? Di saat Hinako sakit sepeti ini, aku masih tetap harus pergi ke
sekolah?”
“Suatu pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang tepat. Aku adalah orang
yang sangat paham tentang apa yang harus dilakukan jika Ojou-sama sampai
pingsan.”
Dengan mengatakan itu, Shizune menatap lurus ke arahku.
---
“...Kau benar.”
Saat aku duduk di dalam kelas, Taisho memanggilku dengan santuy. Segera
setelah aku ngobrol-ngobrol dengan Taisho, Asahi-san kemudian ikut
nimbrung.
“Biasanya?”
“Oh, kau tidak tahu ya Nishinari. Sesekali Konohana-san akan absen dari
akademi.”
“Begitukah?”
Dengan perasaan yang rumit seperti itu, aku terus menjalani pelajaran demi
pelajaran hingga waktunya pulang.
---
Itu artinya, dia belum pulih. Tadi malam Shizune-san bilang kalau itu
hanyalah demam ringan, tapi mungkin kondisinya malah memburuk.
“...Kira-kira berapa lama waktu yang diperlukan sampai dia bisa sembuh?”
“Yah..., menilai dari kondisinya saat ini, kurasa besok atau lusa dia sudah
akan pulih. Untungnya, besok dan lusa adalah hari libur, jadi dia pasti akan
sembuh pada hari Senin.”
Syukurlah hari ini adalah hari Jumat..., eh, tidak, bukan begitu.
Pada hari Senin nanti, Hinako harus pergi ke akademi lagi. Dengan kata lain,
dia harus kembali berakting.
Nama dari orang yang pasti tahu akan jawaban untuk pertanyaan itu terlintas
di pikiranku.
Saat aku bertanya begitu, Shizune-san, yang duduk di kursi depan, menjawab
sambil tetap menatap ke depan.
“Kagen-sama adalah ketua Grup Konohana. Dia tidak berada dalam posisi
untuk bisa menangguhkan pekerjaannya hanya karena Ojou-sama sedang
sakit.”
Seperti itu, kupikir itu agak tidak adil untuk menekankan bahwa dunia tempat
kami tinggal berbeda. Apapun yang dikatakan, aku sama sekali tidak mengerti
akan akal sehat ini.
“............Begitu ya.”
Yah, wajar saja. Aku masih baru-baru ini menjadi pengurusnya Hinako. Tidak
dapat dipungkiri bahwa ada banyak hal yang tidak kuketahui.
Namun—Ayahnya, Kagen-san, tidak menjenguknya, dan Ibunya telah
meninggal dunia. Lantas, berapa banyak orang yang bisa berada di sisi Hinako
yang saat ini sedang menderita? Aku ingin tahu..., apakah aku..., bisa menjadi
salah satu orang yang dalam posisi itu?
“Tidak bisa. Kau masih memiliki banyak hal yang harus dipelajari Itsuki-san.”
“...Baiklah. JIka demikian, ayo lakukan 1,5 kali lebih cepat dari biasanya.”
Ini akan menjadi jadwal yang sangat melelahkan, tapi aku tidak bisa berpaling
dari itu.
“Iya, boleh. Aku juga akan pergi ke sana nanti, jadi tolong rawat dia.”
Ruangan itu redup dengan hanya lampu malam jingga yang meneriangi.
Sambil berhati-hati dengan langkahku, aku mendekati ranjang tempat Hinako
sedang tidur.
“Oh, Itsuki...”
Hinako, yang sedang tidur di ranjangnya, menyadari keberadaanku.
Sebelumnya Shizune-san bilang kalau sepanjang hari ini dia terus tidur, jadi
dia mungkin sudah cukup tidur.
“......Ehehe.”
“Beri tahu aku ya jika kau memiliki sesuatu yang kau ingin aku lakukan.”
Seperti yang dia minta, aku menggenggam tangannya. Itu adalah telapak
tangan yang sangat kecil. Tangan Hinako, yang lebih mulia dan unggul dari
siapa pun di akademi, sangat kurus, kecil, dan rapuh sehingga terasa bisa
dipatahkan hanya dengan menyentuhnya.
Hanya seorang diri di ruangan yang sebesar ini pasti akan membuat seseorang
kesepian. Merasa kesepian saat sedang sakit adalah hal yang biasa terjadi.
Karenanya, seseorang harus berada di sana untuk merawat mereka.
......Aku ingin tahu tahu, apa tidak apa-apa aku berada di posisi itu?
Pikiran seperti itu terlintas di benakku.
Seorang pelayan yang bisa diganti. Seorang pelayan yang berguna. ...Aku ingin
percaya bahwa dia tidak menganggapku dengan enteng. Namun, itu terlalu
jauh untuk dikatakan menjadi pelayan biasa, dan kami berdua tetap tenang
mengani hubungan antara pria dan wanita. Memang tidak nyaman, tapi ada
kalanya ketika aku bertanya-tanya tentang hubungan ini.
......Kurasa itu tidak dapat dihindari jika saat ini aku memikirkan sesuatu
seperti itu?
Setidaknya, aku tahu bahwa dia mempercayaiku. Jika demikian, saat ini, yang
harus kulakukan adalah menurutinya.
“Mm...”
“.........Papa........ “
Saat aku mendengar ngigauan pelan itu, aku—menjadi paham akan peranku
sebagai pengurus.
Bab 19
Kita akan bertemu lagi
Jika dia sampai mengetahui tentang hubunganku dengan Hinako, itu berarti
identitas asli dari Hinako juga akan terungkap. Sebagai pengurus, aku harus
melindungi reputasi Hinako sebagai ‘Ojou-sama yang sempurna.’
“...Dulu aku pernah memberitahumu kalau Ibuku suka bermain judi, kan?”
“Iya, aku juga pernah mendengar banyak cerita mengerikan tentang Ibumu.”
Narika bersimpati. Kebanyakan dari itu pasti dia dengar dari mulut para
pelayan.
“Ibuku menang besar dalam perjudian dan memperoleh cukup banyak uang.
Berkat itu, aku bisa menghadiri Akademi Kekaisaran ini.”
“Itsuki..., kenapa kau berbohong padaku seperti itu. Apa kau memiliki suatu
keadaan dimana kau tidak bisa menjelaskannya...?”
Saat aku bersimbah keringat dingin dan merasa panik di benakku, ponsel
yang kuletkkan di kantong celanaku kembali bergetar menandakan adanya
panggilan masuk.
Mungkin itu adalah Shizune-san. Menilai dari jeda waktu saat dia
meneleponku sebelumnya, sangat mungkin kalau dia memiliki urusan yang
mendesak.
“T-tunggu dulu!” Narika meraih lenganku. “Kau..., tidak akan pergi dan hilang
dariku lagi, kan...?”
Dengan suara yang bergetar, Narika menanyakan itu. Saat aku melihat
ekspresi sedih di wajahnya, aku merenungkan situasinya.
Begitu ya.
Aku telah membuat Narika merasa tidak nyaman. Enam tahun yang lalu, aku
tiba-tiba menghilang dari kehidupan Narika. Awalnya, aku juga merasa sedih
tentang hari itu..., tapi tanpa kusadari, ingatan tentang itu telah memudar di
benakku dan aku berhenti mengingatnya.
Tapi Narika berbeda. Sebelum dia bertemu denganku, dia tidak pernah pergi
keluar untuk bermain dengan anak-anak seusianya. Itu sebabnya, tidak
sepertiku, Narika selalu mengingat hari itu, kecemasan yang dia rasakan hari
itu.
“Sungguh......?”
“Ya, sungguh.”
Aku sudah menduga kalau aku akan bisa bertemu Narika lagi di sini, tapi
sejujurnya, aku senang bisa bertemu dengannya lagi. Hanya karena aku
memiliki pekerjaan sebagai pengurus, bukan berarti itu mengharuskan aku
untuk menghindarinya.
“Hah?”
“P-Pas dulu kau biasa melakukan itu padaku, kan! Seperti saat aku dimarahi
oleh Ayahku dan di kesempatan yang lainnya...”
“......Ahh.”
Kalau dipikir-pikir, dulu aku memang sering mengelus kepala Narika. Aku
khawatir dengan ponselku yang telah bergetar sejak beberapa waktu yang lalu.
Tapi yah, kurasa aku hanya harus melakukan apa yang dia mau dengan cepat.
“......Ya, ya.”
“Kupikir seorang siswi Kelas 2 SMA tidak harus merasa lega saat kepalanya
dielus seperti ini?”
“A-Aku tahu kok! Hanya saja, ini..., adalah kenangan yang sangat penting
bagiku.... Sejujurnya, kupikir aku tidak akan bisa bertemu denganmu lagi,
Itsuki.”
Seperti di masa lalu, kata-kata Narika jujur dan terus terang. Sambil merasa
tidak enak terhadapnya, aku terus mengelus kepala Narika.
“...Tidak apa-apa kok, lagipula sekarang kita sudah bertemu lagi seperti ini.”
Saat aku mendengar suara itu, aku berhenti mengelus kepala Narika.
Aku kemudian teringat akan semua hal yang telah kami lakukan sejauh ini.
Memberikan bantal pangkuan, mandi bersama..., aku yakin, Hinako
menginginkan kehangatan keluarga dari diriku.
Kedua orang tuaku adalah orang yang tidak berguna, tapi..., tapi bukan berarti
itu akan memubatku tidak dapat mengingat betapa baiknya mereka kepadaku.
Saat aku sakit, mereka akan merawatku. Saat aku ulang tahun, mereka akan
membelikan kue ulang tahun untukku. Tentunya, aku membenci fakta bahwa
mereka melarikan diri di malam hari, tapi kenangan itu tidak akan pernah
hilang. ingatanku. Di suatu tempat di hatiku, aku masih berharap aku bisa
kembali ke hari-hari itu lagi.
“Itsuki-san.”
“Baiklah.”
“Kalau tidak salah..., ekonomi Grup Konohana sedang tidak baik, jadi mereka
berusaha untuk mencari pengantin pria yang baik, bukan?”
[Catatan Penerjemah: Maksud dari mencari pengantin pria yang baik di sini
adalah mencari Pria yang setidaknya memiliki masa depan yang bagus,
menjanjikan, dan tentunya bisa bekerja sama dengan keluarga Konohana. Gua
agak susah jabarinnya, kalau mau di sederhanakan sih, intinya sesuatu seperti
perusahaan dan semacamnya dari pria tersebut akan bisa membantu keluarga
Konohana.]
“Kedua...?”
“Alasan utama Ojou-sama melakukan akting adalah agar menantu pria itu
diadopsi ke dalam keluarga Konohana.”
Oh, bukan sekedar pengantin pria saja, tapi menantu itu akan diadopsi oleh
keluarga Konohana.
Dengan kata lain, apa ini seperti mengundang seorang pria ke dalam keluarga
Konohana sebagai suaminya Hinako?
“Sebenarnya, keluarga Konohana memiliki ahli waris yang sah. Itu adalah
putra tertua Kagen-sama, Takuma Konohana..., kakak dari Ojou-sama.”
“Kakaknya?”
“...Apa itu berarti, orang yang bernama Takuma ini bukanlah orang yang tepat
untuk menjadi pewaris dari keluarga Konohana?”
“Di dalam Keluarga Konohana, pekerjaan tidak hanya dalam terlihat kepada
kepala keluarga, tapi juga istri dari kepala keluarga. Dengan kata lain, jika
sang menantu dipilih menjadi ahli waris, Ojou-sama juga akan terlibat dalam
pekerjaan keluarga Konohana di masa depan.”
“......Iya.”
“Mungkinkah aku, lebih tidak usah iku campur...?” tanyaku pada Shizune-san.
“Eh, tapi ‘kan kemarin, kau mengatakan padaku untuk mengurus urusanku
sendiri...”
Setelah melihat pintu menutup dengan tenang, aku kembali menoleh ke arah
Hinako.
Agar Hinako bisa berhenti berakting, ada beberapa kondisi yang harus
dipenuhi.
Namun, tak satupun dari itu adalah sesuatu yang bisa kulakukan.
Bagaimanapun juga, aku adalah orang yang dipekerjakan. Tidak mungkin
pedoman dan tradisi Grup Konohana bisa dikesampingan.
[Peran pengurus adalah untuk melindungi citra publik Hinako sebagai Ojou-
sama yang sempurna. Dengan kata lain, untuk mendukungnya dari balik layar
sehingga sifat aslinya tidak terungkap.]
Dia mengatakan bahwa peran pengurus adalah untuk melindungi citra publik
Hinako, namun—kurasa itu tidak tepat.
Aku yakin, peran sebenarnya dari seorang pengurus adalah..., untuk menjadi
orang yang dapat menemani Hinako ketika dia perlu bersantai. Menjadi orang
yang dapat menyembuhkan Hinako yang lelah karena berakting. Menjadi
orang yang bisa membuat Hinako menjadi dirinya yang sebenarnya.
Penampilan Hinako yang sedang demam juga tumpang tindih dengan dirinya
yang diasuh oleh orang tuanya semasa kecil.
Hinako yang tertidur sambil menggenggam tanganku terlihat sangat
menggemaskan.
Aku ingin memperlakukannya dengan lembut. Aku tidak boleh sampai tidak
memperlakukannya dengan lembut.
Karena Hinako, yang memiliki tubuh yang kecil itu, membawa sesuatu yang
sangat besar di punggungnya.
Untuk alasan itu..., aku akan memberimu kehangatan dari sebuah keluarga.
Menurut Shizune-san, Hinako harusnya sudah akan pulih pada hari Sabtu,
tapi demamnya tidak kunjung turun hingga Minggu pagi. Untuk saat ini,
diputuskan kalau dia akan menghabiskan hari dengan beristirahat, dan jika
besok paginya demamnya sudah mereda, dia akan pergi ke sekolah.
Setelah sembuh dari demamnya, dengan lesu Hinako masuk ke dalam mobil
untuk pergi ke akademi.
Melihat Hinako yang mengantuk di sampingku, aku teringat akan apa yang
telah kuputuskan pada hari Jumat.
“Ya, ya.”
“Rasanya hangat......”
Hinako tampak merasa lebih nyaman dari biasanya, dan kami pergi menuju
akademi.
Saat itu, ada lirikan yang datang dari kursi depan..., itu dari Shizune-san, yang
memperhatikan kami dalam diam.
---
“Yo, Nishinari!”
Setelah acara pesta teh beberapa hari yang lalu, aku jadi merasa semakin
dekat dengan Taisho. Shizune-san mengatakan padaku untuk jangan
bertindak terlalu berlebihan saat di sekolah, namun aku diingatkan bahwa
adalah penting untuk memperdalam hubungan pertemanan dengan teman
sekelas.
“Selamat pagi, Konohana-san! Pas hari Jumat kemarin kan kau gak masuk
tuh, apa yang kau lakukan saat itu?”
Seperti biasanya, aku dan Hinako menyelinap keluar dari kelas dan makan
siang bersama-sama.
“Mm......”
......Aku merasa bahwa jarak inilah satu-satunya hal yang tidak pada
tempatnya dari interaksi antara keluarga.
Yah, mungkin tidak juga, pas aku masih kecil, orang tuaku biasanya akan
menyuapiku.
Pada intinya, jika ada sesuatu yang bisa membuat Hinako merasa nyaman,
aku akan melakukannya sebisa mungkin.
“......Mu~”
Aku hendak mengatakan ‘ya, ya’, tapi aku menahan diri di akhir.
Apa yang dia berikan padaku adalah adalah potongan paprika segar.
“Eh...”
“Kalau kau sampai tidak mendapatkan cukup nutrisi, kau nanti malah akan
measa tidak enak badan.”
“Muu~..., tidak juga, kalau aku merasa tidak enak badan, aku hanya akan
tidur... Malahan, sesuatu seperti itu justru lebih menyenangkan...”
Aku tidak ingin kalau dia sampai berpikiran seperti itu, jadi kuputuskan untuk
melakukan yang terbaik untuk membujuknya.
“Aku..., akan jauh lebih bahagia jika bisa melihatmu sehat dan ceria.”
Saat aku mengatakan itu, Hinako menurunkan pandangannya dan menarik
kembali sumpitnya.
---
Sepulang sekolah.
Menurut Shizune-san, aku memiliki bakat dalam bela diri. Namun di sisi lain,
etiket adalah bidang yang sulit untukku. Aku merasa sedikit senang bisa dipuji
meskipun aku tidak mahir dalam bidang tersebut.
“Tapi yah, harus kukatakan bahwa kau masih naif seperti biasanya. Padahal
aku sudah berulang kali mengatakan bahwa ketika kau meninggalkan kursi,
kau harus lewat dari sisi kiri.”
Saat aku masih duduk tadi, aku masih mengingat itu. Namun, ketika aku
sudah selesai makan, aku merasa terlalu rileks dan berakhir meninggalkan
kursi melalui sisi kanan.
Untuk bisa terus berada di sisi Hinako sebagai pengurusnya, aku harus
mempelajari banyak keterampilan.
Tiba-tiba, aku teringat akan sesuatu yang selalu kupenasari, dan menanyakan
itu pada Shizune-san.
“Kan kalau aku biasanya akan makan sambil diajari etiket di kamarku, tapi di
saat seperti itu, Hinako ada di mana..., dengan siapa dia makan?”
“Ya. Tentunya ada pelayan yang bersamanya, tapi hanya Ojou-sama yang
makan.”
“Erm..., kalau begitu, bolehkah jika mulai sekarang aku makan malam
bersama Hinako?
“Tidak boleh.” Saat aku bertanya begitu, aku langsung tidak diperbolehkan.
“Kau masih belum selesai mempelajari masalah etiket, Itsuki-san. Aku akan
mempertimbangkannya setelah kau sudah bisa menguasai etiket.”
“......Aku mengerti.”
Jika mengusai etiket akan bisa membuatku berada di sisi Hinako, maka aku
harus berusaha lebih keras lagi.
“Dan juga, Itsuki-san. Mulai besok pagi, tolong bangunkan Ojou-sama.” kata
Shizune. “Seperti yang pernah kubilang pada hari pertamamu bekerja,
pekerjaanmu akan meningkat selangkah demi selangkah. Pada akhirnya,
pengurus adalah posisi yang akan mengurus Ojou-sama sejak dia bangun
hingga dia pergi tidur.”
“......Aku mengerti.”
Saat aku bangun pukul 6 pagi, aku langsung membasuh wajahku, berganti
pakaian ke seragam Akademi Kekaisaran, dan keluar dari kamar. Biasanya,
pelayan seharusnya berganti pakaian ke seragam pelayan, tapi karena aku
harus pergi ke akademi dengan Hinako sebagai pengurusnya, aku harus
mengenakan seragam akademi.
Tamu pada dasarnya jarang memasuki ruang tamu para pelayan, tapi jika
ruangan ini kotor, debu dan semacamnya mungkin dapat menempel pada
seragam para pelayan. Sangat tidak sopan apabila pelayan berdiri di depan
tamu dengan mengenakan pakaian yang kotor, jadi mereka disuruh untuk
membersihkan ruangan itu secara menyeluruh.
Tugas bersih-bersih dilakukan secara bergiliran, dan hari ini adalah giliranku.
Dan jika itu bukan giliranku, maka aku akan bisa tidur sedikit lebih lama.
Pukul 7 pagi. Para pelayan akan berkumpul di ruang makan untuk sarapan
dan memulai rapat pagi. Pada dasarnya, jadwal para pelayan telah ditentukan
sehari sebelumnya. Rapat pagi ini diadakan untuk menangani setiap
perubahan jadwal atau penambahan beban kerja yang tiba-tiba.
Pelayan yang bertugas di malam hari dan pelayan yang sedang dapat jatah
hari libur tidak akan berpartisipasi dalam rapat tersebut.
“Hari ini tidak ada perubahan dalam jadwal. Ayo selesaikan pekerjaan sesuai
jadwal.”
Pukul 7:30.
“Selamat pagi.”
“Aku tahu kalau itu sulit untuk bekerja sebagai pengurus, tapi tetaplah
lakukan yang terbaik.”
Sudah seminggu sejak aku mulai bekerja sebagai pengurus. Dan yah, wajahku
sudah dikenal oleh para pelayan yang bekerja di rumah ini.
Ketika aku sampai di depan kamar Hinako, aku berhenti dulu disana, dan
merenung sejenak sebelum mengetuk pintu.
Aku hanya harus membangunkannya dengan normal, kan?
Aku tidak tahu apakah ada cara yang normal atau khusus untuk
membanungkan seseorang, tapi jika aku memikirkannya dengan tenang, aku
tidak pernah membangunkan seorang gadis.
“Permisi.”
Di atas ranjang yang berkanopi, Hinako terlihat masih tidur dengan nyenyak.
Buset, selang waktunya gak main-main. Kalau cuman tiga menit, mungkin aku
bisa membiarkannya, tapi tidak mungkin aku bisa menunggu selama tiga jam.
“Kalau kau tidak segera bangun, kau akan terlambat pergi ke akademi.”
“Tidak boleh.”
Kalau kau melakukan itu, semua akting yang kau lakukan akan sia-sia.
Jika citra publik Hinako jadi hancur karena aku, aku mungkin akan dipecat
sebagai pengurusnya. Jika sudah sepert itu, aku tidak akan bisa untuk berada
di sisi Hinako lagi.
“E-Eh..., Itsu~ki...?”
“Selamat pagi.”
Saat aku menyapanya, Hinako terlihat linglung sejenak..., dan kemudian dia
menjatuhkan tubuhnya ke ranjang lagi.
Apa dia ingin aku menariknya bangun? ...Terhadap Hinako yang bertingkah
manja seperti itu, aku hanya bisa tersenyum masam.
“Ya, ya.”
Saat aku melakukan itu, dia dengan lembut memeluk bagian atas tubuhku dan
tersenyum.
Setelah bertukar salam pagi lagi, aku mengambil seragam perempuan yang
digantung di hanger.
“Seragammu kutaruh di sini. Aku akan menunggu di luar pintu saat kau ganti
pakaian.”
“...Bantuin.”
“Eh?”
“Ce~pe~tan...”
Saat itu, aku bisa melihat kulit Hinako melalui celah piyamanya.
“......”
Aku benar-benar kewalahan saat melihat pemandangan yang luar biasa itu.
Namun di sisi lain, Hinako menutup kelopak matanya tanpa pertahanan dan
mempercayakan dirinya padaku.
Sambil mengatakan itu pada diriku sendiri, aku membantu Hinako mengganti
pakaiannya.
Saat aku akhirnya membuka semua kancing piyamanya, aku bisa melihat
pakaian dalamnya yang berwarna pink. Aku kemudian menyipitkan mataku
sesipit-sipitnya, lalu membuatnya mengenakan seragamnya.
...Hinako..., dia tidak melihatku dalam pandangan yang seperti itu.
Aku yakin..., Hinako ingin mencari kehangatan sebuah keluarga yang bisa
dipercaya dari diriku.
“Iya~a!?”
Apa yang datang dari balik pintu itu adalah suaranya Shizune-san.
Aku sangat terkejut akan dia yang tiba-tiba memanggilku, jadinya aku
menjawab dengan nada suara yang sangat aneh.
Haruskah aku meminta maaf? Dengan begitu, mungkin aku masih bisa
terselamatkan..., tidak.
Ini sudah terlambat. Jika Shizune-san melihatku di situasi seperti ini, hidupku
sebagai seorang pria akan berakhir.
“Yah, kurasa memang begitu. Maafkan aku. Kau ini memang bukan monyet
yang penuh dengan nafsu... Dalam beberapa hari terakhir ini, aku telah
mengerti bahwa kau adalah pria yang memiliki kepribadian lugas. Seperti
Ojou-sama, aku juga mempercayaimu, Itsuki-san.”
“Erm..., Hinako.”
“A~pa...?”
“...Bolehkah aku memintamu untuk tidak bilang pada Shizune-san kalau hari
ini aku membantumu berganti pakaian?”
“...Jika kau mau, kau bisa loh menjadikan ini sebagai bagian dari rutinitas
harianmu.”
“Eh?”
Di ruang kelas Akademi Kekaisaran yang saat ini aku sudah cukup terbiasa
dengan suasana maupun materinya.
“Ya, kan kau baru-baru saja pindah ke akademi ini, jadi untuk berjaga-jaga,
kupikir lebih baik aku memberitahukanmu kalau ujian tengah semester akan
dimulai minggu depan.”
“Minggu depan, ya..., meskipun itu hanya ujian tengah semester, itu diadakan
cukup awal.”
Hanya saja, aku tidak tahu kalau minggu depan akan dilangsungkan ujian
tengah semester.
Aku juga tidak mendengar apapun tentang ini dari Shizune-san, tapi yah....
pada dasarnya aku setiap hari melakukan persiapan dan pengulasan materi.
Meskipun aku baru akan mendengar tentang ini sehari sebelum ujian itu
diadakan, apa yang akan kulakan pada dasarnya masih sama.
“Sebelum ujian dimulai, pihak akademi akan membagikan ini di depan ruang
guru. Kalau kau memerlukannya juga, kupikir lebih baik kau pergi untuk
mengambilnya, Nishinari.”
“...Memangnya pihak akademi akan memberikan soal yang sama seperti di
ujian sebelumnya?”
Saat aku melihat sekilas soal-soal dari ujian sebelumnya itu..., kebanyakan
dari mereka adalah soal-soal yang aku tidak tahu bagaimana cara
menyelesaikannya.
Gawat nih.
Apa minggu depan nanti aku akan bisa mengerjakan soal ujian tengah
semeseter yang diberikan?
Yah, bukan berarti kalau sampai saat ini kerjaanku hanya mengendur saja,
tapi meski begitu, aku merasakan perasaan krisis yang luar biasa.
---
“Itsuki, selanjutnya aku mau makan yang itu.” kata Hinako, saat dia melihat
ke arah kotak bekal makan siangnya.
Namun aku tidak menanggapinya, dan terus menutup mulutku saat aku
berkelana dalam pikiranku.
“......Itsuki?”
Kalau seperti itu, aku tidak akan bisa mengerti apa yang kau katakan.
Hinako kemudian menelan makanan di mulutnya, lalu dia membuka
mulutnya lagi.
“Yah, ini bukan masalah besar sih, hanya saja..., tampaknya ujian tengah
semester minggu depan akan jauh lebih sulit dari yang kupikirkan. Jadinya,
aku merasa sedikit tertekan.”
Sebenarnya, ini adalah masalah yang sangat besar. Bagaimanapun juga, jika
aku sampai mendapatkan nilai yang buruk, aku mungkin akan dipecat sebagai
pengurusnya Hinako. Sampai saat ini, aku telah melalui semua pelatihan serta
pembelejaran yang seperti hidup di neraka dari Shizune-san, dan sekarang,
semua kerja keras keras itu tampaknya akan sia-sia.
IPS, Ekonomi, dan Bahasa Inggris adalah mapel dimana kau dapat membuat
nilai yang kau raih menjadi sedikt lebih tinggi hanya dengan melakukan
hafalan. Namun sayangnya..., aku tidak bisa melakukan apapun pada mapel
yang tidak terlalu berpatokan pada hafalan.
“Haruskah aku mengajarimu...?”
“...Eh?”
“Gini-gini aku adalah murid terbaik di angkatan kita loh.” Katanya, dengan
penuh kebanggan.
Kalau dipikir-pikir lagi, itu memang benar. Aku yang mengetahui kepribadian
asli Hinako tidak benar-benar memikirkan tentang ini, tapi dia ini adalah
murid yang paling berbakat di Akademi Kekasiaran.
“Oh iya, kau biasanya mengajari teman-teman di kelas tentang mapel yang
mereka tidak kuasai, bukan?”
Kemudian, aku menyuapi Hinako yang sedang dalam suasana hati yang baik
beberapa hidangan dari bekal makan siangku sebagai ungkapan terima kasih,
---
Setelah selesai makan, aku kembali ke ruang kelas dan duduk di kursiku.
Ketika aku merasa lega mengetahui bahwa aku memiliki prospek yang baik
untuk bersiap-siap menghadapi ujian yang akan datang, Taisho dan Asahi-san
mendekatiku.
“Iya... Untuk itu, sebagai referensi untukku, apa kalian meemiliki ide tentang
bagaimana cara belajar yang baik untuk menghadapi ujian?”
“Menurutku sih tidak ada cara yang baik atau semacamnya perihal itu. Tapi
jika aku harus menjawabnya, maka aku akan menjawab bahwa kau perlu
menghabiskan lebih banyak waktumu untuk belajar daripada yang biasanya...,
yah, kira-kira begitulah.”
“Jawabanku juga sama dengan Asahi. Yah, intinya sih melakukan persiapan
maupun pengulasan.”
“Hm..., pada dasarnya sih sama saja dengan yang kalian berdua lakukan, tapi
yah, kadang-kadang aku juga akan SKS. Selain itu...., kurasa aku akan
melakukan belajar kelompok dengan teman-temanku.”
Meskipun dikatakan bekerja sama, ada banyak kasus di mana itu akan
berakhir dengan terus mengobrol dan malah tidak jadi belajar.
“Eh?”
Aku yang mengemukakan topik belajar kelompok itu hanya untuk sekedar
dijadikan bahan obrolan, tapi tau-tau, mereka berdua menjadi sangat antusias
tentang itu.
“Erm, tapi kan aku belum memutuskan apakah aku akan berpartisipasi atau
tidak...”
“Eh! Kau tidak berpartisipasi, Nishinari-kun!? Bukannya kau sendiri yang
mengemukakan ide itu!”
“Itu benar! Karena kau yang mengungkitnya, maka kau juga harus
berpartisipasi!”
Tapi yah..., kurasa aku bisa meminta Hinako untuk mengajariku di sesi belajar
kelompok itu.
Selain itu, semakin banyak kesempatan untuk belajar akan jadi semakin baik.
“...Baiklah.”
Bab 34
Enak, Ojuo-sama
Sepulang sekolah.
“Belajar kelompok?”
“Ya. Aku sedang berpikir untuk mengadakan sesi belajar kelompok dengan
teman-temanku sebagai persiapan untuk menghadapi ujian.”
“Kau tidak perlu khawatir tentang itu, lagipula aku ini hanyalah orang luar.
Aku yakin kalau sesama siswa yang terlibat akan jauh lebih baik.”
Namun demikian, jika dia sudah mempersiapkannya, aka sia-sia jika tidak
dimanfaatkan. Yah, bersamaan dengan sesi belajar kelompok itu, kupikir aku
juga harus menyelesaikan persiapan ujian yang telah Shizune-san siapkan
untukku.
“Apa orang-orang yang mau bergabung dengan sesi belajar kelompok itu
sudah diputuskan?”
“Ini masih belum pasti sih, tapi mungkin anggotanya akan sama seperti yang
berpartisipasi di pesta teh tempo hari.”
Saat acara pesta teh itu, semua orang tampak bersnang-senang. Karenanya,
alangkah baiknya jika kami bisa berkumpul lagi dengan anggota yang sama.
Tapi, saat aku melihat wajah serius yang ditampilkan Shizune-san, aku
merasakan sedikit kegelisahan.
“Asalkan kau tidak melakukan sesuatu yang tidak pantas, itu tidak apa-apa.
Namun, harap berhati-hati saat Ojou-sama menemanimu.”
“Baiklah, pelatihan untuk hari ini sudah selesai. Dan karena Ojou-sama
sedang menunggumu, jadi silakan pergi ke kamarnya secepat mungkin.”
Jadwal ini awalnya agak berat untukku, tapi akhirnya aku jadi terbiasa.
Teringat akan sesuatu, aku pergi ke kamarku lebih dulu. Setelah mendapatkan
apa yang aku lupa, aku menuju ke kamar Hinako lagi.
“Muu~...”
Dan sekarang, seteleh membasuh tubuh kami, aku dan Hinako masuk ke
dalam bak mandi, dan kemudian mencucikan rambutnya. Sementara itu,
sedari tadi Hinako terus-terusan mengeluarkan erangan yang terdengar kesal.
“Erm, aku memang salah karena sudah memutuskannya seorang diri, tapi itu
bukan berarti aku akan kehilangan sesi belajarku denganmu...”
Tampaknnya kalau seperti ini aku tidak bisa memperbaiki suasana hatinya.
Itu sebabnya, aku segera membilas sampo dari rambutnya dan berdiri.
Mengatakan itu, aku pergi ke ruang ganti dan mengambil sesuatu yang telah
kupersiapkan sebelumnya.
“Ingat, rahasiakan tentang ini dari Shizune-san, oke!” kataku, saat aku
mengeluarkan sesuatu dari kantong pendingin dan menyerahkannya pada
Hinako.
“......Apa ini?”
Karena pengaturan cerita yang dibuat adalah aku dan Hinako tinggal di
rumah yang berbeda, ketika pulang sekolah di saat kami akan menaiki mobil,
Hinako akan naik terlebih dulu, sedangkan aku harus pergi ke titik pertemuan
dan kemudian akan dijemput di sana menggunakan mobil yang sama. Dan
tadi, secara diam-diam aku membeli es krim beserta kantong pendinginnya
sebelum aku sampai di titik pertemuan, dan kemudian aku menyembunyikan
di tasku untuk dibawa pulang. Saat aku pergi ke akademi, Shizune-san akan
memberiku sejumlah uang saku, jadi dengan uang itu, aku membeli es krim
tersebut.
“Hinako, apa kau pernah makan es krim sambil berendam di bak mandi?”
“Tidak, tapi...”
Aku juga membeli es krim untuk diriku sendiri, jadi aku mencobanya lebih
dulu. Kemudian, Hinako meniruku dan menyeruput es krimnya sambil
berendam di bak mandi.
“Ya kan.”
Dengan mata yang berbinar, Hinako terkesan akan sensasi makan es krim
sambil berendam di bak mandi. Melihat ekspresi bahagianya itu, secara tak
sadar aku tersenyum kepadanya.
“Eh, itu kan udah kena air sabun..., udah, jangan dimakan deh,”
Kalau kasusnya begini, aturan itu tidak berlaku. Kemudian, dengan sedih,
Hinako meletkkan cairan es itu kembali ke lantai.
“Biar kuingatkan, jangan sampai menerapkan aturan tiga detik ini di depan
umum, oke?”
Jawabannya terasa ambigu, jadinya aku tidak yakin apakah dia benar-benar
mendengarkanku atau tidak.
“Waktunya masih belum ditentukan sih, tapi menurutku lebih cepat akan
lebih baik. Mungkin, besok atau lusa...”
Dari alur percakapan ini, aku sudah menduga kalau dia akan mengatakan itu.
Tapi, tidak seperti saat acara pesta teh, saat ini aku merasa ragu-ragu untuk
membiarkannya bergabung dalam sesi belajar kelompok itu.
Dia hanya mengatakan itu dalam beberapa patah kata, tapi aku bisa
memahami pemikiran Hinako.
“......Begitu ya.”
Tentunya, semuanya akan lebih mudah bagi Hinako jika dirinya bisa
menghabiskan waktu seorang diri tanpa harus muncul di depan publik.
Namun demikian, sesuatu seperti itu tidak selalu membawa kebahagian bagi
dirinya.
Jujur saja, aku pribadi ingin agar Hinako berinteraksi sebanyak mungkin
dengan orang lain. Mempertimbangkan Narika dan Tennoji-san sebagai
contoh, kupikir akan lebih baik jika dia memiliki beberapa teman untuk
dirinya.
“Selain itu, aku yang sekarang..., tidak ingin jika kau tidak berada di sisiku.”
kata Hinako, yang kutanggapi dengan senyum masam.
“Mm.”
Bab 35
Ojou-sama yang belajar kelompok ①
Sepulang sekolah.
“Yay!!”
Begitu kami pulang sekolah, kami segera mengunjungi kafe yang sebelumnya
kami gunakan sebagai tempat untuk mengadakan pesa teh. Orang-orang yang
hadir juga sama seperti sebelumnya, termasuk aku, Asahi-san, Taisho,
Hinako, Narika dan Tennoji-san. Saat Asahi-san dan Taisho tampak
bersenang-senang, di sisi lain, Hinako dan Tennoji-san dengan pelan
mengucapkan “Mohon kerja samanya.” Dan untuk Narika, aku tidak tahu apa
yang dia katakatan, tapi terlihat kalau mulutnya terbata-bata.
“Tapi tetap saja..., ini sungguh wajah-wajah yang kuar biasa. Memiliki
peringkat satu dan peringkat dua di akademi ini untuk bergabung dalam sesi
belajar kelompok ini, sungguh orang-orang yang dapat diandalkan.”
“Begitulah~, aku juga cukup yakin kalau Miyakojima-san pun memiliki nilai
yang bagus, kan?”
“Eh!?”
“Sejarah? Aku memang sudah tahu kalau kau mahir berolahraga, tapi ternyata
Sejarahmu juga bagus toh.”
Seketika, tempat itu menjadi sunyi, dan Narika menunduk karena malu.
Tidak seperti Hinako yang berspesialisasi baik dalam hal akademis maupun
olahraga, Narika hanya berspesialisasi dalam olahraga.
“...T-Tidak, tidak apa-apa kok, jangan khawatirkan itu.” kata Narika, dengan
ekrpresi menyedihkan.
“Tidak juga..., pada dasarnya kita hanya harus berkumpul dan belajar
bersama, jadi...”
“Kalau begitu, bagaimana kalau kita dibagi menjadi sisi yang mengajar dan
diajari? Denagn demikian, belajar kelompok ini akan menjadi efisien... Aku,
Konohana-san, dan Asahi-san akan berada di sisi pengajar.”
Dengan kata lain, tiga orang sisanya; aku, Taisho, dan Narika akan menjadi
orang yang diajari. Merasa tidak keberatan dengan inisiatif itu, aku pun
menganggukkan kepalaku.
“Nah, Nishinari-san, mapel apa saja yang tidak terlalu kau kuasai?”
Hinako terdengar seperti dia mengatakan sesuatu, tapi suara melengking dari
Tennoji-san menenggelamkan suaranya.
Meskipun terlihat kalau Taisho merasa gugup, tapi jelas kalau dia pasti
merasa senang.
Tapi kan, ini tidak seperti aku dan Hinako tidak bisa belajar bersama saat
kami pulang di mansion nanti... Ampun dah, sakit banget, jangat menekan
tumitmu dengan sekuat tenaga di kakiku.
“Baiklah, ayo kita mulai sekarang juga.”
“Eh, y-ya!”
Masih merasa gugup, Taisho menjawab usulan Hinako dengan suara yang
melengking.
“Kau benar. Aku suka kau memiliki kegigihan yang sangat tinggi.” Sela
Tennoji-san, setuju dengan perkataan Asahi-san. “Sesi belajar kelompok ini
juga diusulkan oleh dirimu kan Nishinari-san? Nah, kau itu tidak memiliki
kepercayaan diri untuk berada di posisi yang ada di atas orang lain, namun
demikian..., di sisi lain, kau tampaknya sangat pandai dalam mendukung dan
memotivasi orang lain.”
Aku memang tidak berada di posisi yang ada di atas orang lain, jadi aku hanya
mendengarkannya begitu saja..., cuman, aku sedikit terkejut saat mendengar
pujian di bagian akhir perkataannya.
“Tidak, hanya saja tadi itu benar-benar pujian yang langsung diutarakan
begitu saja, jadi yah, aku merasa senang, tapi aku juga agak terkejut...”
“Oh, bagaimanapun juga aku ini seorang yang baik dalam menilai karakter
seseorang. Dan asal tahu saja, aku sendirilah yang memilih semua
pelayanku.” Kata Tennoji-san, dengan penuh kebanggaan.
“Wuis, kondisinya tidak buruk loh jika kau menjadi pengintainya Keluarga
Tennoji~..., kau mungkin bisa mempertimbangkan ini, Nishinari-kun!” kata
Asahi-san, dengan ekspersi yang gembira.
Tapi kemudian, saat itu, tatapan yang dipenuhi dengan niat membunuh
diarahkan kepadaku. Itu berasal dari Hinako dan Narika, yang memolotiku
dengan tajam.
Tentunya, Tennoji-san hanya bercanda tentang ini, jadi terlpas dari kata-
katanya, dia tidak benar-benar merasa begitu kecewa.
Yah, bagaimanapun juga, aku berencana untuk belajar lagi setelah aku
kembali ke mansion. Jadi, aku harus melakukan penyesuaian agar aku tidak
berakhir menggunakan semua energiku di sini.
“Hm, kau mau ke mana, Nishinari?” tanya Taisho padaku, saat aku berdiri
dari kursiku.
“Oh, karena sekarang kita lagi istirahat, jadi aku ingin merilekskan tubuhku
dengan berjalan-jalan sebentar.”
Aku ingin melakukan peregangan untuk menyegarkan diri, tapi aku merasa
tidak nyaman untuk melakukannya di tempat yang mencolok, itu sebabnya,
aku pergi ke bagian belakang gedung sekolah yang kurang ramai dikunjungi.
Bagian belakang gedung sekolah yang biasanya tidak dilihat oleh orang-orang
dibersihkan dengan baik. Aku mulai meregangkan tubuhku dengan perlahan,
sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang berhembus.
Awalnya, aku berpikir bahwa pekerjan menjadi pengurus ini akan sulit dan
berat, tapi tau-tau, saat ini aku justru merasa nyaman dengan situasinya.
Tentunya, aku memiliki keinginan untuk terus mendukung Hinako, tapi aku
juga benar-benar ingin menjaga hubunganku saat ini. Dan untuk bisa menjaga
hubunganku di tempat ini...,
“Nishinari-san.”
“—Yah, yang tadi itu cuman dalih.” Kata Tennoji-san. “Aku punya sesuatu
yang ingin kutanyakan padamu, Nishinari-san.”
Aku tidak tahu apa maksud sebenarnya dari perkataannya, jadi aku bertanya,
dan Tennoji-san pun membuka mulutnya.
Saat aku balas bertanya pada Tennoji-san, aku mulai mengoperasikan otakku.
Tenang.
Aku menekan kegelisahanku dan mencoba untuk terlihat setenang mungkin.
Pertama.... Apa yang dia tuju dengan menanyakan pertanyaan itu? Apa
Tennoji-san telah tahu dan yakin bahwa identitasku ini dipalsukan? Jika
demikian, maka saat ini sudah terlambat bagiku untuk melakukan apapun.
“Tidak juga, tentunya aku tidak bisa mengatakan itu bagus, tapi pada
dasarnya itu sudah cukup. Namun, di mataku, etiketmu itu seperti..., sesuatu
yang baru-baru ini kau pelajari.” Kata Tennoji-san, yang menatap dengan jeli
ke arahku.
“Aku merasa ada semacam ketidaksesuaian dengan setiap gerakanmu.
Sikapmu itu..., tampak seperti kau hanya berakting, seolah-olah kau hanya
sekedar menjejalkan pengetahuanmu ke dalamnya. Paling tidak, sebagai
seorang pewaris perusahaan, gerakanmu itu bukanlah gerakan dari seseorang
yang telah diajari etiket sejak usia dini.”
Dia pasti tidak memiliki bukti yang jelas, dan itulah mengapa tidak ada
sanggahan.
Saat aku tetap diam, Tennoji-san mengatakan itu dengan nada yang sedikit
lebih tenang.
“Aku cuman sedikit penasaran saja. Dirimu adalah murid pindahan, jadi jika
dipikirkan dari sudut pandang itu, akan masuk akal jika sebelum kau pindah
ke sini kau tidak mempelajari sesuatu yang namanya etiket. Hanya saja...,
kupikir kau melakukannya dengan terlalu mencolok.”
“...Terlalu mencolok?”
Perkatannya memiliki kesan seperti dia sedang bertanya, tapi menilai dari
sikapnya, Tennoji-san jelas merasa yakin akan perkataannya itu.
“Mengapa kau sampai melakukan banyak sekali upaya seperti itu, Nishinari-
san? Sebagai hasil dari pertanyaan itu, aku berpikir bahwasannya mungkin
saja ada alasan terkait dengan statusmu itu... Tentunya, jika kau tidak ingin
membicarakannya, maka aku juga tidak akan membahasnya lebih jauh.”
“Siswa yang mencurigakan tidak bisa menghadiri akademi ini. Aku yakin
kalau Nishinari-san juga menjalani pemeriksaan latar belakang dari pihak
akademi saat kau pindah ke sini.”
Kalau dipikir-pikir lagi, sebelumnya Narika juga mengatakan bahwa akan ada
pemeriksaan latar belakang saat seseorang memasuki Akademi Kekaisaran
ini.
“......Kau benar.”
Bab 38
Ojou-sama yang belajar kelompok ④
“Kelihatannya cerita kalian seru sekali ya.” Seru Tennoji-san, saat dia duduk
di kurisnya.
“Oh, Tennoji-san. Kami lagi membicarakan tentang pesta teh yang akan
diselenggarakan oleh keluarganya Konohana-san.”
“Seperti yang diharapkan, kau pasti tahu tentang itu ya, Tennoji-san.”
“Ya, bagaimanapun juga itu adalah acara yang terkenal. Kalau tidak salah, itu
akan diadakan seminggu setelah ujian tengah semester berakhir... Kudengar-
dengar, ini adalah acara pertemuan sosial dengan banyak orang-orang
ternama yang akan hadir.”
“Aa......”
“Yah, bukan berarti itu dalam pengertian yang buruk. Hanya saja, gagasan
naluriahku tidak cocok, jadi sampai sekarang aku tidak pernah
berpartisipasi.”
Mencegah suasana di sini jadi memburuk, Tennoji-san dengan sigap
mengatakan itu dengan cara yang bermartabat.
Sebagai orang biasa, aku tidak begitu mengerti tentang gagasan naluriah itu,
tapi selain aku, yang lainnya entah bagaimana terlihat bisa mengerti.
“T-tidak, aku sih menerima undangannya, tapi..., aku tidak mahir dalam
bersosialisasi...”
“Eh, beneran?”
“Ya, seperti yang Tennoji-san bilang, acara ini memang dianggap sebagai
pertemuan sosial orang dewasa, tapi penyelenggara tidak memiliki niat seperti
itu, itulah sebabnya, silakan berpartisipasi dalam acara tersebut. Kami juga
akan mengadakan pesta dansa, dan tentunya, akan ada beberapa peserta
lainnya yang sebaya.”
“G-Gimana, ya... Aku jadi sedikit gugup ketika aku diberi tahu kalau aku dapat
berpartisipasi. Tapi, mungkin ini adalah kesempatan yang berharga..., j-jadi,
bisakah aku mendapatkan undangan itu?”
“Ya, aku akan mengaturnya agar undangan itu sampai padamu dalam tiga
hari.”
“Baiklah... Kalau begitu begitu aku akan menjadi antusias dan modis pada
hari itu! Terima kasih banyak, Konohana-san!”
“Ya, sama-sama.”
Melihat itu, aku bertanya pada Hinako secara pelan-pelan melalui bisikkan.
“Eh, aku...”
Saat aku ditanyai seperti itu oleh Tennoji-san, aku melirik ke arah Hinako.
“...Yah, karena ini adalah kesempatan yang bagus, jadi aku juga ingin
berpartisipasi.”
Secara implisit, aku menyampaikan nuansa bahwa aku tidak bisa menjanjikan
apa pun.
“A-Aku?”
Di sini, semua orang kecuali Narika memandang pertemuan sosial itu sebagai
acara sosialisasi yang standar. Dan dengan demikian, kesannya akan tidak
enak jika dia diundang secara paksa, jadi ayo hentikan topik ini di sini.
Tiap kali aku selesai menghadiri sesi belajar kelompok, Shizune-san juga akan
memberikanku persiapan ujian lebih lanjut di mansion.
Hari-hari seperti itu berlangsung sekitaran seminggu, dan hari penentuan pun
akhirnya tiba.
Di hari terakhir, hari dimana ujian akan selesai..., akhirnya, aku bisa sedikit
merilekskan diriku.
Pada saat yang sama ketika bel yang menandakan berakhirnya ujian
berdering, aku langsung menghembuskan nafas lega.
Karena hari ini tidak ada sesi pelajaran yang akan dilalui, siswa-siswi
meninggalkan akademi dengan wajah yang tampak lelah.
Aku melirik ke arah Hinako, yang saat ini sedang dikelilingi oleh teman-teman
sekelasnya saat mereka mengobrol tentang seberapa baik mereka
mengerjakan ujian. Sepertinya obrolan mereka akan memakan sedikit waktu,
jadi kuputuskan untuk pergi ke toilet.
“Narika?”
“Yah, kurasa memang akan seperti itu. Aku memang sudah berpikir kalau
semuanya akan jadi seperti ini..., bagaimanapun juga, kau adalah
pengkhianat.”
“......Ini menyakikan.”
Merasa tidak ingin terjebak lebih jauh lagi dalam aura negatifnya yang
meluap-luap, aku segera berbalik memunggunginya.
“K-Kalau begitu, aku pergi dulu..., sampai jumpa besok.”
Seperti itu, aku kembali ke kelasku dan berpisah dengan Narika yang sedang
melihat ke luar jendela dengan mata yang seperti menatap ke kejauhan.
Lalu, seperti biasanya, setelah Hinako masuk ke mobil, aku pergi ke titik
pertemuan dan dijemput di sana.
“Bagaimana ujiannya?”
“Aku tidak begitu paham dengan ‘apa adanya’ yang kau maksud itu, tapi...,
dengan mempertimbangkan hasil dari ujian tiruan yang kau lakukan sehari
sebelum ujian, nilaimu pastinya tidak akan buruk. Syukurlah kau belajar
dengan giat selama masa-masa ujian.”
“Terima kasih.”
Menerima pujian dari Shizune-san, aku bisa merasakan bahwa ujian itu
akhirnya berakhir.
Mobil terus menuju ke mansion Keluarga Konohana. Dah yah, seperti yang
bisa dibayangkan, hari ini aku merasa lelah, jadi kami tidak terlalu banyak
mengobrol.
“Pihak lain yang akan makan bersama kalian adalah ketua dari Produsen
Kapal Chikamoto dan beberapa eksekutif Sea Japan United. Keduanya adalah
perusahaan galangan kapal, dan Produsen Kapal Chikamoto berafiliasi
dengan perusahaan di bawah Grup Konohana. Dan untuk Sea Japan United,
mereka memiliki modal dan aliansi bisnis dengan Produsen Kapal Chikamoto,
jadi tampaknya mereka akan hadir karena hubungan itu. “
“Saat anda masih berusia tujuh tahun, anda pernah menyapa ketua Produsen
Kapal Chikamoto di acara pertemuan sosial. Lalu, saat mengatur janji jamuan
makan, dia bilang kalau dia ingin melihat putri Kagen-sama yang sudah
dewasa, jadi diputuskan bahwa anda akan hadir dalam acara jamuan makan
tersebut. Dan dengan demikian, mohon untuk tidak bersikap dengan kasar.”
“Mohon pengertiannya.”
Mungkin dia sudah terbiasa dengan jenis pertukaran seperti ini, jadi Shizune-
san memberitahukannya tanpa ragu-ragu. Di sisi lain, Hinako, yang duduk di
sampingku, mengerucutkan bibirnya.
“Lalu, Itsuki-san.”
“Ya.”
“Eh?”
Mendengar kata-kata yang tak terduga itu, sontak aku memiringkan kepalaku.
“......Aku mengerti.”
Bab 40
Jamuan makan Ojou-sama bersama Om-om ①
Hari Sabtu.
“Jas, ya.” gumamku, saat aku aku meminta Shizune-san untuk menilai
penampilanku.
Berbeda dengan seragam pekerjaan sambilan, pakaian ini sedikit lebih ketat.
Namun, pantulan penampilanku di cermin terlihat lebih baik jika
dibandingkan dengan saat aku mengenakan seragam akademiku yang
biasanya. Nah, sebagian dari itu karena saat ini rambutku ditata dengan baik,
tapi kurasa itu karena jas yang kukenakan ini berkualitas tinggi.
“Eh?”
Ini adalah produk yang sangat kelas atas dari yang kubayangkan.
“Ini lebih seperti rumah peristirahatan daripada vila. Tempat ini biasanya
digunakan untuk menyelanggarakan pesta atau acara.”
Di depanku, ada sebuah rumah bergaya Barat yang sangat besar dan terawat
dengan baik. Bagian depannya didekorasi semewah hotel kelas satu, dan ada
lapangan golf yang luas di samping gedung. Tempat ini dengan sangat jelas
menciptakan suasana yang diperuntukkan bagi orang-orang kaya.
“Kalau begitu, Ojou-sama, silakan pergi ke sana, kami akan menunggu anda di
luar.”
“......Mm.”
Hinako, yang saat ini berpakaian rapi untuk menghadiri jamuan makan,
menganggukkan kepalanya.
“...Itsuki.”
“Apa?”
“Sebentar lagi..., aku akan bertemu dengan om-om yang tidak kukenal.”
Dari posisiku, itu adalah keburaman yang membuatku sulit untuk bereaksi.
Kupikir ini adalah akhir dari cerita kami, tapi..., Hinako masih terus
menempel di sampingku.
“...Itsuki.”
“Ya, aku akan mendukungmu. Kalau acaranya sudah selesai, ayo bersantai
bersama ketika kita sudah di mansion.”
“...Es krim?” Bisik Shizune-san padaku. “Itsuki-san, apa yang dia maksud
dengan es krim?”
“......”
Setelah berpisah dari Itsuki dan Shizune, Hinako pergi ke depan Vila seorang
diri.
Penampilan ayahnya, Kagen, langsung dapat dia kenali dengan segera. Seperti
Itsuki, dia juga mengenan jas hitam, tapi jas yang dikenannya dibuat sesuai
pesanan darinya dan merupakan merek yang lebih tinggi daripada jas yang
dikenakan Itsuki.
“Bagaimana ujianmu?”
“Bagaimana dengan Itsuki-kun? Sekarang sudah hampir satu bulan sejak dia
menjadi pengurusmu, kan?”
“Ini tidak biasa..., Aku tidak menyangka kau akan memuji pengurusmu.”
Tidak mengerti arti dari kata-kata itu, Hinako hanya menatap Ayahnya
dengan ekspresi bingung.
“Baiklah, ayo pergi sekarang. Hinako, pastikan untuk tidak bersikap kasar.”
Kata Kagen, sambil menampilkan tatapan yang serius.
“Ya, Ayah.”
“......Pinter.”
Sebagai Tuan Putri di antara Tuan Putri. Hinako mulai berakting sebagai
Ojou-sama yang paling berbakat di Akademi Kekaisaran.
Melihat Hinako yang tersenyum ramah dan lembut seperti itu, Kagen sontak
mengangguk puas.
Beberapa menit kemudian, sebuah mobil berhenti di depan vila, dan para
tamu yang akan menghadiri jamuan makan pun tiba.
Melihat itu, Hinako pergi bersama Kagen untuk menyambut para tamu itu.
“Hahaha, aku ke sini karena aku juga pengen ke sini, jadi jangan katakan itu.
Dan lagi, kudengar kalau ini adalah acara yang santai.”
Tamunya ada lima, dan mereka semua tampak lebih tua dari Kagen. Dua di
antara mereka adalah eksekutif dari Produsen Kapal Chikamoto, dan tiga
lainnya adalah eksekutif dari Sea Japan United. Tentunya, Keluarga
Konohana adalah yang paling bergengsi di antara mereka, tapi mungkin
karena perbedaan usia dan pengalaman, mereka memberikan lebih banyak
sikap santai.
Terhadap itu, Hinako menanggapinya dengan senyum ramah yang sering dia
tunjukkan di akademi.
“Ya, saya masih mengingat anda. Saat saya berusia tujuh tahun, saya pernah
menyapa anda di pertemuan sosial.”
“Wow, padahal itu sudah lama sekali, tapi terima kasih karena masih
mengingatku. Kau masih gadis yang sopan seperti dulu.” Kata Ketua Produsen
Kapal Chikamoto, dengan ekspresi yang terkesan.
Hinako kemudian melangkah ke depan para eksekutf Sea Japan United dan
membungkuk hormat.
“Nialnya sangat bagus, dan dia tampaknya memiliki masa depan yang
menjanjikkan.... Memiliki seorang putri dengan reputasi tinggi seperti dirinya,
Konohana-san pasti sangat bangga.”
“Ya. Aku bersyukur putriku tumbuh dewasa dengan baik.” Kata Kagen, dan
kemudian melihat sekilas wajah para tamu. “Pasti akan melelahkan untuk
berbicara sambil berdiri seperti ini, jadi mari kita pindah tempat. Kami
memiliki meja luar ruangan atas permintaaan Chikamoto-san.”
“Ya, mumpung cuaca hari ini lagi cerah, dan kita juga tidak memiliki
pertemuan serius yang harus dihadiri, jadi mari kita santai-santai dan
mengobrol.”
Bab 41
Jamuan makan Ojou-sama bersama Om-om ③
Bersama Shizune-san, kami menonton Hinako dan yang lainnya yang sedang
mengadakan jamuan makan.
“Hubungan kepercayaan...?”
“Akhir-akhir ini etiket sering diremehkan, tapi ada banyak sekali kesempatan
ketika yang namanya etiket itu dibutuhkan. Apalagi, itu adalah sesuatu yang
diperlukan untuk kaum kelas atas.... Karena bagaimanapun juga, etiket adalah
perihal mendapatkan kepercayaan melalui sikap, bukan dengan melalui kata-
kata. Dan karena ini adalah situasi dimana kata-kata tidak tidak benar-benar
signifikan, maka itulah sebabnya etiket diperlukan.”
Ada beberapa hal yang orang biasa sepertiku tidak bisa mengerti.
Sampai sejauh ini, jamuan makan itu tampaknya berlangsung dengan baik.
---
“Hoo~, jadi kau masih belajar lagi saat sudah pulang ke rumah?”
Pada awalnya, tatapan para tamu ke arah Hinako tampak sangat hangat,
namun lambat laun mereka mulai menunjukkan kekaguman. Selain
penampilannya yang cantik, Hinako memiliki etiket yang sempurna, dan dia
adalah perwujudan dari martabat yang pantas dijuluki Ojou-sama yang
sempurna.
“Dia sungguh putri yang luar biasa. Aku jadi ingin menukar putraku yang
sinting dengan dirinya.”
Ketua Produsen Kapal Chikamoto mengatakan itu pada Kagen sambil tertawa.
“Pendidikan dan kemampuan adalah dua hal yang berbeda. Putraku itu masih
belum matang, dan kurasa untuk saat ini aku masih belum bisa
membiarkannya mengambil alih perusahaan.” Kata pria itu, dengan ekspresi
yang menyayangkan.
“Yah, bagaimanapun juga nanti malam aku punya rencana lain. Padahal aku
juga sangat berharap untuk bisa mengadakan jamuan makan malam.”
“Hinako-chan, kau kan masih pelajar, apa kau ingin makan hidangan dengan
volume yang lebih banyak?”
“Tidak, saya ini makannya cuman sedikit, jadi segini saja sudah cukup.” Kata
Hinako, sambil menunjukkan senyum buatan.
Melihat perilakunya yang cantik dan sopan, ketua Produsen Kapal Chikamoto
meletakkan jarinya di dagunya.
“Yah, dia benar-benar gadis yang luar biasa seperti yang dirumorkan. Jika
seperti ini, pasti ada banyak sekali orang yang ingin dirinya menjadi
pengantin wanita mereka.”
“Itu akan menjadi hal yang luar biasa bagi kami sebagai orang tua, tapi
sayangnya..., kami belum ada memutuskan untuk membicarakan perihal itu.”
Saat Kagen menjawab seperti itu, kelopak mata si Ketua terbuka lebar.
“Oh, begitukah? Menilai dari tingkat keluargamu, kurasa tidak akan aneh jika
dia memiliki seorang tunangan...”
“Dulu dia memiliki tunangan, tapi karena alasan tertentu, hubungan mereka
diputuskan. Saat ini Hinako tidak memiliki tunangan atau semacamnya.”
“Ho~” Mata si Ketua menyipit, dan kemudian dia melanjutkan. “Ini artinya...,
calon pasangan putrimu masih belum diputuskan ya,”
“Begitulah.”
“Fumu, aku mendengar sesuatu yang cukup baik.”
“Ya, tapi aku memiliki kenalan yang sedang mencari jodoh untuk anaknya.”
“Ya. Kenalanku ini adalah keluarga yang banyak berbisnis di luar negeri. Skala
bisnisnya oke, tapi karena keterlibatan keluarga dengan kelas selebertiti,
mereka berharap bisa menjalin hubungan dengan seseorang yang mahir
dalam beretiket. Nah, ini hanyalah pemikiranku... Kupikir putrimu akan
menjadi pasangan yang cocok untuk anaknya kenalanku ini.”
Seorang kenalan dari Ketua perusahaan pembuat kapalm, dan juga keluarga
yang banyak berbisnis di luar negeri. Dengan demikian, bisnisnya itu pasti
ada kaitannya dengan perdagangan. Meskipun skalanya tidak begitu besar,
tapi fakta bahwa mereka berbisnis dengan selebriti menunjukkan bahwa
mereka memiliki pasar yang unik.
“Hoo~, kue panggang ya. Tampaknya tidak buruk juga untuk sesekali
mengadakan jamuan yang elegan seperti ini.”
“Bolehkah aku memintamu untuk mengatakan apa yang baru saja kita
katakan pada kenalanmu?”
Saat ini, layak atau tidaknya putra dari kenalan yang disebutkan di sini
menjadi pasangan Hinako tidak terlalu dipermasalahkan.
Yang terpenting adalah terhubung dengan orang lain. Bahkan jika perjodohan
dengan putra si kenalan ini tidak berhasil, maka perjodohan berikutnya
mungkin akan berlanjut seperti kali ini.
Kagen menoleh ke arah Hinako sambil memanggil namanya, tapi saat itu...
Hinako sedang mengambil kue panggang yang jatuh di atas meja dengan
ujung jarinya.
Para peserta jamuan itu sontak menjadi kaku dengan mulut yang menganga.
Di sisi lain, dengan santai Hinako memasukkan kue panggang yang sudah
jatuh di atas meja itu ke mulutnya, sama sekali tidak menyadari kalau susana
di tempat itu dengan cepat jadi dingin.
Hinako teringat bahwa Itsuki tidak ada di sini, dan saat ini dia sedang berada
di jamuan makan.
“......Ah.”
Aa—
Mungkin, aku melontarkan suara itu di saat yang sama dengan Hinako.
Hinako sendiri pasti telah menyadari kesalahannya. Tapi itu sudah terlambat,
apalagi, kesalahan itu sangat fatal dan sudah tidak ada yang bisa dilakukan
untuk memperbaikinya. Namun demikian, jamuan makan tetap dilanjutkan
seperti sebelumnya.
Kalau dilihat sekilas saja, semuanya terlihat baik-baik saja..., tapi untuk
sesaat, aku memperhatikan bahwa ekspresi Kagen-san menjadi suram.
“Ini buruk.”
Biasanya Shizune-san selalu berbicara dengan tenang, tapi saat ini dia merasa
gugup.
Setelah itu, aku terus menunggu jamuan makan itu selesai dengan perasaan
yang teramat gelisah. Sekitar sepuluh menit kemudian, para tamu keluar dari
vila.
“Yah, aku sangat bersenang-senang hari ini. Kurasa aku perlu beristirahat
seperti ini sesekali.”
“Oh iya, Konohana-san. Mengenai perkenalan itu, tolong anggap saja itu tidak
pernah terjadi. Bagaimanapun juga, jika aku yang meperkenalkannya, itu
akan mempengaruhi reputasiku.”
“......Baiklah.”
“Haha, jangan terlalu khawatir tentang ini. Karena pada dasarnya, ini adalah
cerita yang tidak ada pihak ketiganya. Sedangkan untukku, aku ingin terus
berhubungan denganmu baik secara publik maupun pribadi.”
Dengan begitu, para tamu masuk ke dalam mobil dan meninggalkan vila.
“Shizune.”
“Iya.”
Aku tidak tahan dengan suasana itu, jadi kuputuskan untuk menanggapi
pertanyaan Kagen-san.
Saat aku mengaku dengan jujur, Kagen-san menghela nafas seolah-olah dia
sudah menduga kalau ini memang karena aku.
“Seperti yang sudah kalian ketahui, perbedaan antara kepribadian asli dan
kepribadian akting Hinako sangat besar. Dan karena beban yang ditanggung
dari dirinya yang berakting sangat besar, dia terkadang akan menunjukkan
sikap yang sangat molor. Peran pengurus adalah menyembunyikan
kemolorannya dan menindaklanjutinya sebaik mungkin..., tapi pada akhirnya,
ini adalah cara memutar dalam melakukan sesuatu.”
Saat dia mengatakan itu, Kagen-san melirik sekilas ke arah Hinako. Tatapan
matanya itu sangat dingin sehingga sulit dipercaya kalau itu adalah mata dari
orang tua yang sedang melihat putrinya.
“Inilah yang akan jika terjadi jika dia memiliki kepribadian alami... Pada
akhirnya, pengurus adalah keberadaan yang mendorong Hinako terus
bersikap manja.”
“Ya. Tidak hanya saat dia berada di akademi, tapi juga saat dia berada di
mansion.”
“...Tapi jika seperti itu, Ojou-sama akan pingsan dengan sangat cepat.”
“Biasakan.”
Saat aku mendegar kata-kata itu, masa depan yang terburuk terlintas di
benakku.
“T-Tunggu dulu!”
Ekspresi Kagen-san saat dia menoleh ke arahku sangat dingin. Untuk sesaat,
aku terkesiap, tapi kemudian aku berhasil berbicara dengan suara yang
bergetar.
“Erm... Aku minta maaf karena menjadi penyebab rusaknya acara jamuan
makan ini. Tapi tetap saja, bukankah itu terlalu berlebi—”
“......Eh?”
“......Dimengerti.”
“Gaji......?”
Tapi hari ini, alasan dari penerimaan gaji yang mendadak ini adalah...
---
Segera setelah kami kembali ke villa, aku langsung disuruh Kagen-san untuk
mengemasi barang-barangku. Karena ini adalah pemecatan mendadak, dia
juga memberiku sejumlah uang sebagai tambahan gajiku. Semua uang itu
akan cukup jika digunakan untuk tinggal di hotel mewah selama sepuluh
hari. “Jika kau tidak punya tempat untuk dituju, kau bisa menggunakan
uang ini untuk sementara waktu." Itulah yang dikatakan Kagen-san padaku
dengan ekspresi dingin.
Aku diberi uang dengan jumlah yang luar biasa, dan setelahnya aku dengan
mudah diusir dari mansion.
Hanya dalam satu hari. Hanya dalam beberapa jam, hari-hari yang sampai
saat ini kuhabiskan di sini jadi hancur berantakan.
Dengan begini, aku tidak lagi bisa menghadiri Akademi Kekaisaran. Aku
yakin, prosedur pengeluaranku dari akademi akan dilakukan secepat prosedur
perpindahanku. Bagaimanapun juga, Keluarga Konohana memiliki kekuatan
yang kuat, jadi aku yakin sesuatu seperti itu akan mereka selesaikan dengan
mudah.
“Hahaha.” Tawa kering keluar dari mulutku. “...Yah, sejak awal ini adalah
kehidupan yang sudah seperti mimpi.”
“......Hinako.”
Kalau terus begini, Hinako akan dipaksa menjalani hari-hari yang jauh lebih
sulit dari sebelumnya.
Aku bertanggung jawab dalam masalah ini. Tapi, meskipun aku berpikir
demikian... Aku tidak bisa berbuat apa-apa.
“Itsuki...?”
“......Narika.”
Bab 44
Tunggu ya, Ojou-sama
“Aku sedang jalan-jalan. Sebelumnya aku sudah bilang kan, bahwa setelah aku
berhasil mengalahkan Ayahku, akhirnya aku memiliki kebebasan. Karenanya,
sekarang aku diperbolehkan untuk jalan-kalan keluar—”
“...Ada apa, Itsuki? Apa yang terjadi padamu?” tanya Narika, dengan kesan
kekhawatiran.
Dalam situasi ini, ini pasti akhir dari keberuntunganku karena bisa
bertemu dengan seorang yang bisa kupercayai.
“Sebenarnya—”
Aku tidak ingin menimbulkan masalah bagi Keluarga Konohana, jadi aku
menjelaskan sambil tetap merahasiakan apa yang harus dirahasiakan.
Karena aku, Hinako jadi berperilaku buruk di depan depan umum. Akibatnya,
aku diusir dari mansion Keluarga Konohana. Dan kemudian—pengawasan
terhadap Hinako akan diperkuat. Inilah tiga hal yang kuberitahukan pada
Narika.
Saat Narika mendengar semua itu, dia kemudian berbicara dengan ekspresi
rumit di wajahnya.
“Seorang Konohana-san berperilaku buruk di depan umum, ya... Itu terdengar
sulit untuk dipercaya, tapi dari melihat kondisimu, tampaknya itu benar.”
Narika menatapku dengan lebih khawatir, mungkin karena saat ini aku
memiliki ekspresi yang sangat gelap.
Biasanya, aku akan mencoba bersikap ceria supaya tidak membuat Narika
merasa cemas, tapi saat ini..., aku tidak bisa melakukannya, Ini kesannya
seperti diriku tidak lagi memiliki energi untuk ceria.
“......Ya.”
“Aku tidak tahu rinciannya. Namun, kupikir dia akan menjadi lebih terkekang
daripada sebelumnya. Bahkan dia mungkin tidak akan bisa lagi melakukan
hal-hal seperti pesta minum teh ataupun belajar kelompok.”
Aku bertekad untuk melakukan yang terbaik untuk mengisi kesepian Hinako.
Namun inilah hasilnya. Aku justru membuat Hinako jadi lebih menderita
daripada sebelumnya.
“Pada akhirnya, aku hanyalah orang biasa yang bahkan tidak tahu apa-apa
tentang etiket. Jika saja aku tahu kalau semuanya akan berakhir seperti ini,
seharusnya sejak awal aku tidak terlibat dengan Hinako—”
“Narika...?”
“Aku dulu dilarang keluar dengan bebas! Tapi dirimu telah mengubah
duniaku! Aku masih mengingat akan hari-hari itu dengan sangat jelas! Semua
yang kau lakukan padaku telah membuatku menyadari betapa kecilnya dunia
tempat aku tinggal!”
“Jika bukan karenamu, aku yakin kalau sampai saat ini aku masih takut akan
dunia luar. Aku tidak akan tahu tentang enaknya jajanan, cara berbelanja,
hiruk-pikuk kota, ataupun kesunyian menenangkan yang ada di taman. Itulah
sebanya, aku sangat berterima kasih pada dirimu. Aku sangat, sangat
berterima kasih padamu sehingga aku tidak bisa mengungkapkannya dengan
kata-kata.”
Mengatakan itu, Narika menurunkan pandangannya.
“Aku yakin, itu juga berlaku sama untuk Konohana-san.” Gumam Narika,
dengan kesan menyayangkan. “Dibesarkan tanpa tanpa diajari apa pun selain
apa yang dibutuhkan. Itu rasanya amat teramat sepi.... Aku yakin, dirimu
menyelamatkan tidak hanya aku, tapi juga Konohana-san dari rasa kesepian
itu.”
“Percara dirilah, Itsuki. Karena itulah bagian dari dirimu yang k-k-kusuk—”
Narika, yang saat ini pipinya memerah, mengalihkan pandangannya dariku
dan melanjutkan. “—kupikir sangat luar biasa.”
Entah kenapa, bagian terakhir dari apa yang dia ucapkan terdengar
tertekan. Ini seolah-olah dirinya mengkompromikan kata-kata yang
sebenarnya ingin dia ucapkan dengan kata-kata lain. Namun demikian, apa
yang Narika katakan itu sudah cukup untuk menyentuh relung hatiku.
Begitu ya.
Meskipun bagiku semua itu hanyalah omong kosong.
Mesipun bagiku itu semua itu hanyalah sesuatu yang biasa dan tidak menarik.
Bagi Hinako dan Narika, itu mungkin sesuatu yang sangat penting bagi
mereka.
Ini sama sekali bukan rasa percaya diri. Bahkan jika dipikirkan secara
objektif, sudah pasti bahwa ini tidak salah.
“......Baiklah.”
Hinako..., dia membawa beban yang sangat berat di tubuhnya yang sangat
kecil.
Seseorang harus bersikap baik kepadanya. Jika baik orang tua maupun
pelayan tidak bisa memenuhi peran tersebut, maka pengurus (aku) lah yang
harus memenuhi peran tersebut.
“......Ke mana?”
Dengan keyakinan yang telah dibangkitkan kembali oleh Narika, aku pergi ke
mansion Keluarga Konohana.
---
Pada akhirnya, sampai akhirpun Itsuki tidak menyadari bahwa dia telah
keceplosan.
Dia tidak menyesal tentang itu. Namun demikian, ini dan itu adalah masalah
yang berbeda.
Si pemilik kamar, Hinako, biasanya akan menjawab ‘jangan masuk’ ketika dia
tidak ingin ada orang yang masuk ke kamarnya, tapi kali ini dia tidak
mengatakan apa-apa. Setelah beberapa detik, si pengetuk pintu membuka
pintu kamar, mungkin karena dia sudah memahami karakter Hinako dengan
baik.
“Permisi.”
Orang yang muncul dari balik pintu adalah seorang pelayan, Shizune.
Hari ini adalah hari libur, jadi dia tidak pergi ke akademi, dan hanya pergi ke
jamuan makan saja. Harusnya waktu yang dia habiskan untuk mengenakan
topeng lebih singkat daripada biasanya, namun demikian, stres yang sampai
saat ini dia alami memengaruhinya dan membuatnya jadi tidak badan.
Apalagi hari ini, ada kejadian yang sangat merepotkan bagi Hinako. Karena
kejadian itu pula, Shizune menjadi tidak melakukan pekerjaannya, dan pergi
menungjungi Hinako. Dia tidak ingin terjadi sesuatu pada Hiinako, jadi dia
datang untuk memeriksa kondisinya.
“Anda benar.”
Karena Shizune tidak begitu mengerti dengan apa yang Hinako pikirkan, jadi
dia hanya menjawab Hinako dengan acuh tak acuh.
Saat ini, suara Hinako terdengar menyedihkan dan seperti merasa tidak
tertarik dengan percakapan. Itu sampai memuat Shizune berpikir bahwa
Hinako mungkin tidak terlalu peduli dengan kepergian Itsuki.
“Jika dia tidak bisa dipekerjakan sebagai pengurus, mengapa dia tidak di
pekerjakan sebaagi pelayan saja...?” tanya Hinako.
Itu adalah usulan yang tidak pernah dia berikan kepada pengurus-pengurus
lain sebelum Itsuki.
“...Ojou-sama.”
“Ojou-sama.” Dengan nada yang sedikit lebih kuat, Shizune berbicara pada
Hinako. “Kagen-sama tidak lagi berniat untuk mempekerjakan Itsuki-san.”
Mengesampingkan dirinya yang sedang memakai topeng atau tidak, saat ini
sulit bagi Hinako untuk mengekspresikan emosinya. Karenanya, itu akhirnya
membuatnya Shizune jadi tersadar, bahwa Hinako sangat tertekan sehingga
dia berpaling dari kenyataan.
“...Aku tidak mau seperti ini.” kata Hinako, dengan suara yang lemah. “...Aku
ingin bertemu Itsuki.”
“Kagen-sama pasti tidak akan mengizinkan itu.” tanpa merubah ekspresinya,
Shizune memberitahukannya demikian. “Dalam hal ini, mungkin lebih baik
untuk menyerah saja. Akan semakin gawat jika suasana hati Kagen-sama
menjadi semakin lebih buruk.”
Dengan mengatakan itu, Shizune berbalik badan dan keluar dari kamar.
“Aku adalh gadis yang akan melakukan sesuatu ketika aku telah
memutuskannya...”
Segera setelah berpisah dengan Narika, aku langsung pergi menuju mansion
keluarga Konohana.
Aku tidak tahu dimana letak kediaman utama Keluarga Konohana, jadi hari
ini juga, aku mesti bertemu dengan Kagen-san.
Setelah aku sampai di mansion, aku langsung ditatapi oleh dua penjaga yang
berdiri di depan gerbang.
Sudah hampir satu bulan sejak aku bekerja sebagai pengurus, jadi para
pelayan dari Keluarga Konohana mengenaliku secara langsung. Tentu saja,
aku juga pernah bercakap-cakap dengan mereka. Dua penjaga gerbang yang
ada di depanku ini hampir setiap harinya melihat aku dan Hinako pergi dan
pulang sekolah.
“...Tidak boleh. Kalau kau ingin memasuki mansion, maka ikutilah prosedur
yang benar.”
Gerbang itu adalah gerbang yang kokoh, tapi di gerbang itu ada permukaan
yang tidak rata sehingga kaki dapat diinjakkan ke sana, jadinya gerbang itu
dapat dimungkinkan untuk dipanjat dan disebrangi.
“Berhenti.”
Segera setelah aku melangkah menuju gerbang, dua penjaga yang berdiri di
kedua sisi gerbang mendekatiku.
“Kalau kau melangkah lebih jauh lagi, maka kami akan menganggapmu
sebagai penyusup. Kami akan melakukan tindakan yang sesuai dengan itu.”
Itu adalah perhatian mereka yang tersirat untuk keselamatanku. Namun, aku
memiliki alasanku sendiri untuk tidak mundur.
“Maafkan aku—”
“Ap—!?”
Kedua penjaga itu terkejut dan bergegas menghampiriku saat aku mencoba
menerobos gerbang.
Mereka mendekat dari kedua sisiku. Jika aku tertangkap di sini, aku mungkin
tidak akan pernah bisa melihat Hinako lagi. Kecemasan seperti itu
membuatku menjadi tidak sabaran, hingga menyebabkan pikiranku menjadi
tidak teratur.
Terlepas dari situasi tersebut, secara mengejutkan aku masih merasa tenang.
“—Eh?”
Aku lah yang mengeluarkan suara terkejut tersebut. Namun, pihak lainnya
tampak jauh lebih terkejut. Aku menghindari lengan yang mendekatiku dari
kanan, dan kemudian dengan cepat terjun ke dada penjaga gerbang, lalu
menggunakan pegas lututku untuk menghantam tubuhnya yang kuat.
Aku berpaling dari penjaga gerbang yang berteriak di kakiku dan melihat ke
penjaga gerbang yang lain.
Penjaga gerbang yang lain itu tekejut, mungkin dia tidak menyangkan kalau
aku akan melakukan serangan balik. Melihatnya yang menunjukkan celah
seperti itu, aku langsung memanfaatkan celah tersebut.
Penjaga gerbang yang menyadari celah yang ia buat tersadar, tapi itu sudah
terlambat. Aku segera meraih lengannya dan memutarnya. Begitu dia
kehilangan keseimbangannya, aku langsung menendang kakinya.
“Uggh!”
Sama seperti yang pertama, penjaga gerbang ini juga jatuh ke tanah.
Saat penjaga gerbang mendengus seperti itu, aku menatap tinjuku dan
mengingat hari-hari yang telah kuhabiskan dalam satu bulan terakhir ini.
Kemudian, aku teringat akan apa yang pernah Shizune-san katakan padaku,
bahwasannya aku punya bakat bela diri yang baik.
Sudah hampir satu bulan aku bekerja untuk Kelaurga Konohana, karenanya,
aku mengetahui sampai pada batas tertentu tentang struktur dari mansion ini.
Dari kejauhan, aku bisa mendengar suara-suara para penjaga. Setelah suara
mereka menghilang, aku masuk ke dalam mansion melalui jendela.
Meski begitu, aku sama sekali tidak punya niat untuk mundur.
“Itu dia!!”
“Waduh....”
Aku buru-buru berbalik haluan dan menaiki tangga menuju lantai dua, tapi di
sana aku bertemu dengan sekelompok penjaga lain.
“Tangkap dia!”
“Aduh, wah!?”
“Kepung dia!”
Saat banyak sekali penjaga yang mendekatiku, dengan tenang, aku meningat
apa yang Shizune-san ajarkan padaku.
“Apa!?”
Lebih cepat dari tinju yang akan dilepaskan ke arahku, aku menyelinap ke
belakang sambil mempertahankan clinch. Seiring dengan memblokir
pergerakan musuh, secepat mungkin aku menendang lutut musuh yang
kuhadapi untuk membuatnya terjatuh.
Aku menghindari tinju yang datang lagi dan meraih lengan musuh. Jika aku
memutar pergelangan tangannya ke luar dengan mengincar persendian—
musuh akan jatuh dengan sendirinya untuk menghindari rasa sakit.
“Uggh!?”
Bela diri bukanlah teknik untuk mengalahkan lawan, melainkan teknik untuk
melindungi diri. Dengan kata lain, esensinya adalah untuk melarikan diri dari
musuh. Itu adalah teknik yang sangat sempurna bagiku yang berada dalam
situasi ini.
Ruang kerja yang ingin kudatangi ini juga merupakan tempat pertama kalinya
aku berbicara dengan Kagen-san. Aku tidak begitu ingat rincian rutenya, tapi
yang pasti aku mengingat arahnya ada dimana.
“......Hm?”
Pada saat itu, aku merasakan ada sesuatu yang aneh yang memasuki
penglihatanku. Aku berhenti, dan kemudian memeriksa untuk melihat apa itu
sebenarnya.
“......Hm?”
Itu adalah..., gorden. Untuk beberapa alasan, ada gorden yang tergantung dari
lantai atas,, dan gorden tersebut menjuntai dan berayun.
Apa mereka sedang menggantung cucian? Kelihatannya sih tidak seperti itu...
“Eeh!!!???”
Apa sih yang dia lakukan?
Aku mencoba untuk menghentikannya dengan tergesa-gesa, tapi aku tidak
sempat, dan Hinako sudah turun.
Meskipun sekarang aku sudah hampir sampai ke ruang kerja, tapi saat ini aku
punya sesuatu yang lebih penting yang harus kulakukan. Dengan cepat aku
berlari menuruni tangga dan keluar mansion, lalu memanggil Hinako yang
sedang bergantung di atas.
“Apa?”
“Tangkap aku...”
“Tungg—”
“――Aarh!?”
“Saran?”
“O-Ojou-sama diculik!!”
Seorang penjaga yang melihat kami dari jendela mansion meneriakkan itu.
“S-Sial!”
Aku sebenarnya tidak ingin membawa Hinako seperti ini..., tapi aku juga tidak
tega untuk meninggalkan Hinako di sini begitu saja. Selain itu, aju juga
penasaran dengan saran yang ingin dia katakan, jadi kuputuskan untuk lari
sambil menggendong Hinako.
Untuk sementara, aku tidak tahu bagaimana aku harus menanggapi Hinako
yang tanpa ragu-ragu menyarankan strategi gila. Setelah
mempertimbangkannya dengan serius, aku meyadari bahwa aku tidak bisa
menyetui saran yang ia berikan itu.
“...Tidak.”
“Kenapa?”
Tidak ada gunanya jika hanya memiliki kedamaian di permukaan, tapi justru
meninggalkan masalah untuk waktu yang lama. Selain itu, Kagen-san adalah
orang yang hebat. Aku punya perasaan bahwa bahkan jika aku memecahkan
masalah ini dengan pukulan, maka aku akan digulingkan dengan
menggunakan pukulan juga.
“Entah apa pun caranya, ayo kita coba meyakinkan Kagen-san. Mungkin,
hanya itu satu-satunya cara yang paling baik.”
“Ya.”
Itu adalah kepercayaan diri yang tidak berdasar. Meskpun demikian, aku
dengan tegas menjaminnya.
Saat itu, terdengar suara yang tidak asing. Ketika aku menolehkan kepalaku
ke asal suara tersebut..., aku langsung keringat dingin.
“...Shizune-san.”
Bab 47
Kepercayaan Ojou-sama
“Kepung dia.”
“Kuhh...”
Jika mereka berusaha menangkap kami secara bersamaan, kami tidak akan
bisa pergi kemana-mana. Aku mendekati penjaga dengan fisik yang paling
ramping, sambil menghindari tinju saat bergerak kelaur dari pengepungan.
Dari mereka empat, setidaknya satu dari mereka akan selalu berusaha untuk
menyiasati titik butaku. Merasakan gerakan di belakangku, aku langsung
menendangkan kakiku tanpa berbalik. Telapak kakiku berhasil mengenai
dada penjaga tersebut hingga dia berteriak kesakitan. Melihat itu, tiga orang
yang berada di depanku tampak terkejut. Aku mengambil keuntungan dari
celah yang mereka buat dengan melangkah maju ke penjaga yang berada tepat
di depanku, dan kemudian menjatuhkannya.
“Sial—!?”
Aku baru sadar bahwa ternyata ada orang kelima yang mendekatiku secara
diam-diam. Tampaknya empat orang pertama yang menyerangku hanyalah
umpan untuk memancingku.
“Dalam waktu yang singkat ini, kau telah tumbuh dengan sangat baik. Kau
menelan semua yang diajarkan dengan sangat cepat sehingga aku juga harus
benar-benar serius saat sedang melatihmu..., tapi kemajuanmu ini jauh lebih
baik daripada yang kubayangkan.”
“...Kalau kau ingin memujiku, maka aku ingin supaya kau menyingkir dari
sini.”
“Aku tidak akan pernah berhenti berakting. Kapan pun, di mana pun, aku
akan berakting dengan sempurna. Karenanya..., kumohon, tolong biarkan aku
bersama Itsuki.”
“Aku tidak ingin kau memaksakan dirimu. Apa yang kuinginkan adalah bisa
berada di sisimu ketika kau merasa ingin bersantai. Meskipun saat berada di
depan orang lain kau harus terus melakukan yang terbaik, maka setidaknya
aku ingin menjadi orang yang dapat membuatmu menjadi tidak harus
memaksakan dirimu.”
“Itsuki...”
Aku tidak ingin dia harus memaksakan dirinya hanya untuk bisa tetap
bersamaku. Bagiku, pemikiran Hinako itu benar-benar akhir dari segalanya.
“Itu sebabnya, kumohon, jangan mencoba membuang apa yang sedang aku
lindungi.”
Aku tidak tahu apakah yang kukatakan itu tidak terduga bagi Hinako. Karena
bagaimanapun juga, gadis yang berdiri di depanku ini, matanya selalu terlihat
seperti sedang mengantuk.
“...Mm.”
Hinako menatap lurus ke arahku. Dan di matanya, aku bisa melihat diriku
sedang menatap Hinako juga.
Ini adalah perasaan yang sangat aneh. Bahkan aku merasa seolah-olah aku
sedang berkomunikasi dengan Hinako meskipun tidak ada kata-kata yang
terucap.
“Aku minta maaf, tapi aku harus menganggu waktu gembira kalian…”
Masalahnya dimulai dari sini. Dalam diam, aku menatap Shizune-san untuk
menunjukkan keinginanku untuk melawan, tapi...,
“T-Tunggu katamu...”
Pada saat itu, aku mendengar ada suara elektronik datang dari arahnya
Shizune-san. Kemudian, dari saku seragam maidnya, Shizune-san
mengeluarkan ponselnya dan melihat ke layar.
“Aku dipanggil oleh Kagen-sama, jadi aku akan pergi. Kalian berdua, mohon
tunggu sampai aku menyelsaikan urusanku dengan Kagen-sama.”
---
“—Kemarilah.”
“Apa ini?”
“Semua ini adalah surat balasan dari udangan pertemuan sosial yang
diselanggarkan oleh Keluarga Konohana. Karena anda mengatakan bahwa
anda akan tinggal di kediaman ini untuk sementara waktu, jadi saya meminta
agar surat balasan yang di kirim ke kediamatan utama di bawa ke sini. Saya
berpikir bahwa anda ingin memeriksanya sesegera mungkin.”
“Asahi Karen-sama adalah putri dari perusahaan Jaz Holdings. Dimana Jaz
Holdings ini adalah salah satu dari lima pengecer peralatan elektronik teratas
di Jepang, dan merupakan mitra bisnis utama untuk Grup Konohana.”
“Kemudian, seperti yang anda sudah ketahui, Mirei Tennoji-sama adalah putri
dari Grup Tennoji. Meskipun terdapat perisangan antara Grup Tennoji dan
Grup Konohana, tapi sebgai Grup dengan skala yang sama, saya pikir penting
untuk bisa menjalin koneksi dengan mereka. Jika kita bergandengan tangan,
itu pasti akan menjadi manfaat yang besar.”
“Lalu, keempat orang ini..., mereka semua adalah teman sekolahnya Ojou-
sama.”
“...Baik Asahi dan Taisho, meskipun kita belum pernah mengundang mereka
sebelumnya, mereka jelas bukanlah rekan bisnis yang buruk.” Gumam Kagen.
“Miyakojima saling kenal dengan Ketua Perusahaan, tapi dia tidak benar-
benar berpartisipasi dalam pertemuan sosial. Namun, hanya beberapa hari
yang lalu, dia mengatakan pada Ketua kalau dia akan berpartisipasi dalam
pertemuan sosial dengan alasan [Jika putri saya akan berpartisipasi, maka
saya juga demikian].”
Begitulah. Pikir Shizune dalam hati.
“Sedangkan untuk Tennoji..., tentu saja, aku kenal dengan kepala keluarga
mereka, tapi ini adalah pertama kalinya putri mereka akan berpartisipasi.
Sampai saat ini, baik atau buruk, hubungan diantara kedua keluarga ini
adalah dangkal... Pertemuan sosial ini akan menjadi kesempatan yang sangat
bagus untuk membangun kepercayan yang kuat dengan mereka. Aplagi,
Keluarga Tennoji sangat mementingkan kepercayaan manusia daripada
jumlah hubungan..., jika semuanya berjalan dengan baik, dengan bekerja
sama dengan mereka, kita mungkin bisa mengalahkan grup-grup lain.”
Kalimat kedua Kagen dia utarakan seolah-olah dia sedang bericara pada
dirinya sendiri.
Setelah melihat keempat undangan itu lagi, Kagen menghela nafas panjang
dan menatap Shizune.
“Semua ini adalah koneksi yang sangat berhaga... Apa Hinako yang
mengundang mereka semua?”
“Ya.”
Itu membuatnya teringat akan seorang anak-anak laki yang baru saja dia
temui satu bulan yang lalu, seorang anak laki-laki yang dia pekerjakan hanya
untuk eksperimen. Sebelum dia menyadarinya, perasaan yang dia miliki
tentang anak itu berubah tadi terheran-heran menjadi kagum.
“…Mana yang mesti lebih diprioritaskan, kurasa sudah sangat jelas jawaban
untuk itu.”
Sebentar lagi, aku akan ikut berpartisipasi dalam acara peretmuan sosial yang
diselenggarakan oleh keluarga Konohana.
Karena acara tersebut diselenggarakan oleh Grup Konohana, maka itu jelas
merupakan acara yang berkelas. Di venue pun sudah ada banyak tamu yang
berukumpul, dan acara pertemuan sosial ini bisa dimulai kapan saja.
“Kali ini, kau akan berada dalam status yang palsu, Itsuki-san... Dengan kata
lain, sebagai anak pewaris dari perusahaan kelas menengah, kau diundang
untuk datang ke acara pertemuan sosial ini. Jika kau merasa tidak percaya diri
dengan etiketmu, maka setidaknya cobalah untuk bersikap tidak mencolok.”
“Aku mengerti.”
Saat Shizune-san dengan acuh tak acuh melakukan tugasnya, tiba-tiba aku
membuka mulutku.
“Setelah kasus saat jamuan makan, itu adalah dirimu ‘kan yang meyakinkan
Kagen-san untuk mempekerjakanku lagi sebagai pengurus?”
“...Maafkan aku.”
“Kalau begitu, aku akan kembali bekerja.” Kata Shizune-san, sesaat setelah dia
selesai memeriksa pakaianku. “Saat kau bersosialisasi nanti, memang
merupakan hal yang baik untuk bersikap teliti, tapi jika kau mampu, maka
ada baiknya untuk mengamati orang-orang di sekitarmu. Aku yakin itu akan
menjadi pengalaman yang baik untukmu.”
“Aku mengerti...., Bagiku, pertemuan sosial ini juga sama seperti pelatihan.”
“Tentu saja, karena bagaimanapun juga, mulai sekarang dan seterusnya kau
memang harus terus berkembang, Itsuki-san.”
‘Mulai sekarang dan seterusnya’, kata-kata itu membuat hatiku merasa lega.
Setidaknya Shizune-san berpikir bahwa hari-hariku sebagai pengurus akan
terus berlanjut mulai sekarang.
---
“Hai, Nishinari-kun!”
“Asahi-san, Taisho-kun...”
“Halo.”
“Oh, Nishinari, kau memakai setelan yang bagus. Itu merek Italia, ‘kan?”
“Ya, ini adalah setelan yang kupersiapkan untuk hari-hari seperti ini.
Sejujurnya, aku masih belum terbiasa mengenakannya...”
“Ah…, aku juga sama sepertimu. Yah, bagaimanapun juga, acara ini
diselenggarakan oleh Keluarga Konohana, jadi aku tidak ingin membuat
diriku mengenakan pakaian yang buruk. Selain itu, menurutku tidak ada
salahnya untuk sangat teliti perihal hal-hal seperti ini.”
“Nishinari, jujur saja tidak apa-apa kok, pakaiannya itu adalah kostum kuda.”
Taisho di bawa pergi entah kemana saat teliganya ditarik oleh Asahi-san.
“Tapi yah, kurasa itu adalah satu bakat mereka untuk bisa merasa nyaman di
lingkungan seperti apapun.”
“...Kurasa begitu.”
Bagiku, yang hanya bisa berdiri di pojokan venue, itu adalah kata-kata yang
menusuk.
“I-Itsuki...”
“...Narika?”
“Ugh..., tolong aku. Apa-apaan dengan ruangan yang indah ini. Silau..., ini
terlalu menyilaukan...” kata Narika, dengan wajah yang terlihat memucat.
“Ya ampun..., ini adalah kesempatan yang bagus, mengapa kau tidak mencoba
sesuatu yang agak ekstrim sekali saja?”
“A-Aku tidak mau! Jika aku melakukan itu, aku akan mati!”
Aku bergumam pada diriku sendiri saat melihat punggung gadis-gadis itu
menjauh.
Nah, sekarang aku merasa sedikit haus, jadi kuputuskan untuk pergi minum.
Dalam perjalanan, aku melihat seorang pria yang tampak memukau dalam
setelan jasnya. Aku memberanikan diriku, dan kemudian memanggil pria
tersebut.
“Kagen-san.”
Dalam situasi ini, tidak ada gunanya untuk membuat Kagen-san berada dalam
suasana hati yang buruk.
“Kupikir kau adalah orang yang lebih lugas, tapi sepertinya kau juga mampu
untuk mempertimbangkan situasi..., Tapi meski begitu, di hari itu, kau masih
tetap nekat untuk mencoba menemuiku.” Gumam Kagen-san, lalu berbalik
memunggungiku.
Tempat yang ia tuju adalah balkon yang terhubung ke aula. Setelah berjalan
sebentar dan berbelok di tikungan, kami tiba di tempat yang sepi di mana
orang-orang tidak akan bisa mendengarkan kami. Kagen-san berhenti
berjalan, menyandarkan sikunya di pagar, dan menarik nafas. Dalam diam,
aku berdiri di sampingnya.
“Kurasa begitu, bahkan dia juga adalah murid yang terbaik di Akademi
Kekaisaran.”
“Karena itulah aku ingin Hinako mengambil alih keluarga. Tentu saja,
menantuku lah yang nantinya akan mengambil alih..., tapi meski begitu, tidak
mungkin juga jika bakat yang Hinako miliki tidak dimanfaatkan. Jika dia
sudah lulus dari akademi, dia akan dibebaskan dari kendala waktu, dan jika
dia diberi ruang pribadi untuk bekerja, bebannya akan sangat berkurang. Jika
dia bisa mengatasi situasinya saat ini, jalan untuk dirinya kedepannuya pasti
akan sangat terbuka.”
Aku merasa bahwa aku sedikit memahami tentang masa depan yang sedang
dilihat oleh Kagen-san. Namun demikian, bukan berarti karena aku
memahaminya, aku akan bersimpati perihal itu, ataupun aku akan
teryakinkan perihal itu.
“Haha, jika ada penggantinya, maka aku pasti akan menyuruhnya untuk
mengambil alih keluarga.”
“Jumlah total karyawan dalam grup adalah sekitar 800.000. Bakat yang
setengah-setengah saja tidak akan cukup untuk mengemban hidup mereka
semua. Satu kesalahan saja dapat merenggut banyak hidup para karyawan...
Bahkan kau mungkin akan dihancurkan oleh tekanan dan kehilangan orang
yang kau cintai.”
Aku yakin, pasti ada sesuatu yang terjadi pada Kagen-san di masa lalu.
Namun demikian, bukan berarti karena itu dia jadi harus tidak
memperdulikan Hinako.
“Aku lebih mempriotasikan urusan keluarga daripada putriku. Dan dalam hal
itu, bagiku, putra dan putriku hanya kulihat sebgai roda penggerak dalam
Keluarga Konohana.”
Karena suhu hangat di aula tidak sampai ke sini, sensasi angin malam yang
membelai pipiku terasa dingin. Aku memutuskan untuk tetap tinggal di
balkon sebentar untuk mendinginkan kepalaku yang campur aduk.
“Itsuki.”
“...Hinako”
“...Begitu toh.”
Karena di sini tidak ada orang lain selain kami, jadi saat ini Hinako kembali ke
dirinya yang sesungguhnya.
“Terima kasih..., karena kau sudah mau untuk terus menjadi pengurusku.”
Kata Hinako, sambil bersandar di pagar balkon. “Apa yang kau katakan
padaku saat itu..., membuatku merasa sangat bahagia.”
Aku yakin apa yang dia maksud adalah kata-kata yang kukatakan secara
lantang di hadapan Shizune-san. Itu adalah kenangan yang sedikit
memalukan bagiku, apalagi saat itu aku mengungkapan semua yang
kupikirkan begitu saja..., tapi jika Hinako merasa bahagia dengan hal itu,
maka itu mungkin tidak menjadi masalah.
Dia menatapku dengan mata yang murni dan polos. Sikap, ekspresi wajah,
kata-kata serta tindakannya itu sangat mengguncang perasaanku.
Hinako..., dia tidak melihatku sebagai lawan jenis. Untuk memenuhi harapan
Hinako terhadapku, maka aku tidak boleh melihatnya sebagai lawan jenis
lebih dari yang seharusnya.
“Fuee......”
Dengan dagu yang bertumpu pada pagar, Hinako mengeluarkan suara yang
terdengar bodoh.
“Aku terlalu banyak menyapa orang-orang, jadi aku merasa lelah... Elus-elus
kepalaku dong.”
“...Ya, ya.”
“...Mm?”
Saat aku mengelus kepalanya seperti biasa, Hinako mengeluarkan suara yang
aneh.
“...Mm? ...Mm?”
“...Mmm!?”
“E-Eh...?”
“...Tidak apa-apa.”
“Kalau kau merasa tidak enak badan, maka kau tidak perlu untuk
memaksakan diri—”
Eh?
Jangan bilang..., dia sedang menghindariku?
Sejauh yang kutahu, ini adalah pertama kalinya Hinako menjadi begitu
marah. ...Tidak mungkin, apa jangan-jangan karena aku terlalu
mengekspreskan perasaanku dengan jelas, dia jadi ingin menjauh dariku?
Apakah aku bersikap sok terlalu akrab kepadanya?
Tidak, tapi aku yakin kalau sebelumnya aku sudah mengelus kepalanya
berkali-kali.
“...Aneh.”