You are on page 1of 7

KAJIAN AKSESIBILITAS PASAR BULU SEMARANG BERDASARKAN STANDART &

PRINSIP UNIVERSAL DESAIN

KAJIAN AKSESIBILITAS PASAR BULU SEMARANG BERDASARKAN


STANDART & PRINSIP UNIVERSAL DESAIN
Oleh : Winona Shafira Putri Radhwanissa

Afiliasi : Universitas Diponegoro

Semarang menjadi salah satu kota dengan jumlah pasar terbanyak di Jawa Tengah. Jadi bisa
dikatakan jumlah pasar di Kota semarang berjumlah 44 pasar dan tersebar di 16 wilayah
Kecamatan dengan jumlah pedagang kurang lebih sebanyak. Salah satunya adalah Pasar Bulu.
Pasar Bulu sebagai pasar kota ini perlu dicermati secara arsitektural, karena jumlah pengunjung
sedemikian besar harus diimbangi dengan infrastruktur gedung yang prima. Salah satu elemen
infrastruktur gedung bertingkat yang cukup penting adalah sarana aksesibilitasnya.Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah tangga yang ada di Rusunawa ini sudah sesuai
dengan kaidah Universal Desain dan Standart Aksesibilitas. Metode penelitian yang digunakan
adalah pengambilan data langsung dari lokasi Pasar berupa data eksisiting sarana aksesibilitas.
Lalu dianalisis secara rasionalistis dan deskriptif berdasarkan teori yang ada. Hasil dari penelitian ini
menyimpulkan bahwa Sarana Aksesibilitas pada Pasar Bulu Semarang belum cukupsesuai dengan
kajian Aksesibilitas dan Universal Desain secara subjektif berdasarkan penilaian. Namun terdapat
beberapa rekomendasi penambahan sarana lainnnya.
Kata Kunci : Pasar Bulu, Aksesibilitas, Universal Desain
1. LATAR BELAKANG pengunjung datang dari berbagai kalangan,
Peraturan Menteri Perdagangan No. 8152 mulai dari anak-anak, dewasa, lansia, hingga
Tahun 2015 tentang Pasar sebagai acuan penyandang disabilitas.
khusus dalam penyelenggaraan dan
2. RUMUSAN MASALAH
pengembangan pasar, dalam mendukung
strategi penyediaan fasilitas pengembangan Apakah fasilitas aksesibilitas yang digunakan
fasilitas perdagangan. Aksesibilitas di Pasar Bulu Semarang, seperti tangga, ramp,
didefinisikan sebagai fasilitas yang disediakan eskalator, dan sebagainya, sudah
bagi semua orang, termasuk penyandang menyediakan kemudahan akses bagi semua
disabilitas dan lanjut usia, untuk memperoleh kalangan (Public User dan Disabled User)
kesempatan yang nyaman dalam segala aspek sesuai dengan panduan aksesibilitas
kehidupan dan penghidupan, dalam Peraturan konvensional dan prinsip Desain Universal?
Menteri Pekerjaan Umum No. 30 Tahun 2006. 3. METODOLOGI
Penyandang Disabilitas penyandang disabilitas
Penelitian ini menggunakan metode
dituntut untuk memiliki akses yang tidak
kuantitatif observasi langsung. Kemudian
terbatas terhadap aksesibilitas atau fasilitas
dipelajari secara deskriptif untuk
yang ada. Berdasarkan contoh di atas,
menggambarkan fasilitas yang dapat diakses
penggunaan alat aksesibilitas di Pasar akan
di kawasan Pasar Bulu Semarang melalui
menjadi hal yang umum.
peraturan standar aksesibilitas dan prinsip
Oleh karena itu, penulis ingin menyoroti referensi desain universal di setiap tingkat di
masalah aksesibilitas di industri ini, termasuk pusat ritel dan fasilitas lainnya seperti tangga,
tangga, eskalator, elevator, landai, dan lift. eskalator, ramp, dan lift. Kamera (ponsel),
Mengingat lokasi pasar di pusat kota yang meteran laser, peralatan menggambar dan
dikelilingi tempat wisata Semarang, menulis adalah beberapa alat penelitian.

IMAJI Vol.x No.x BULAN X 20XX | XX


Lokasi penelitian Pasar Bulu Semarang berada 2) Menurut ruang lingkup pelayanan dan
di kecamatan Semarang Selatan. Masa tingkat potensi pasar; Pasar Lingkungan,
penelitian telah di-berlangsung-kan selama Pasar Wilayah, Pasar Kota, Pasar Regional
dua minggu, mulai 11 Oktober hingga 25 3) Menurut waktu kegiatannya; Pasar Siang
Oktober 2022. Hari , Pasar Malam Hari, Pasar Siang dan
Malam Hari.
4. KAJIAN PUSTAKA
4.3. Teori Aksesibilitas
4.1. Teori Pasar
1) Akses Keluar Masuk
Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 112 (Permen PU/ PR/ TM/ 2006)
Tahun 2007, pasar adalah tempat dimana
 Pintu keluar/masuk utama memiliki
orang dapat membeli dan menjual barang dari
lebar manfaat bukaan minimal 90 cm,
banyak pedagang.Istilah "pusat global"
dan pintupintu yang kurang penting
mungkin mengacu pada pasar tradisional,
memiliki lebar bukaan minimal 80 cm
toko, mal, plaza, pusat perdagangan, atau
 Di daerah sekitar pintu masuk sedapat
sebutan lainnya. Menurut Swasta Basu dalam
mungkin dihindari adanya ram atau
Kholis dkk (1995: 20), pasar terdiri dari orang-
perbedaan ketinggian lantai.
orang yang ingin dipuaskan, memiliki uang
 Jenis pintu yang penggunaannya tidak
untuk dibelanjakan, dan keinginan untuk
dianjurkan:
membelanjakannya. Dengan munculnya
i. Pintu geser;
supermarket, supermarket, hypermarket, dan
ii. Pintu yang berat, dan sulit untuk
sebagainya, kontras antara pasar tradisional
dibuka/ditutup;
dan modern telah berkembang akhir-akhir ini.
iii. Pintu dengan dua daun pintu yang
4.2. Teori Pasar Tradisional berukuran kecil;
iv. Pintu yang terbuka ke dua arah (
Menurut Perpres No. 112 Tahun 2007, pasar "dorong" dan "tarik");
tradisional didefinisikan sebagai pasar yang v. Pintu dengan bentuk pegangan
dibangun dan dikelola oleh jajaran yang sulit dioperasikan terutama
pemerintah dan isntansinya. berupa kios, bagi tuna netra.
toko, tenda, dan stan yang dimiliki atau 2) Eskalator
dikelola oleh pedagang kecil, menengah, (Permen PU/ PR/ TM/ 2006)
koperasi, dan lembaga swadaya masyarakat.  Jika tempat parkir tidak berhubungan
Dalam prosedur jual beli digunakan langsung dengan bangunan, misalnya
mekanisme penawaran. pada parkir taman dan tempat
Pasar tradisional menurut Sadilah dkk “2011” terbuka lainnya, maka tempat parkir
merupakan ruang terbuka tempat terjadinya harus diletakkan sedekat mungkin
barter. Pengunjung pasar tradisional ini tidak dengan pintu gerbang masuk dan jalur
selalu pembeli karena bisa juga menjadi pedestrian
penjual.  Area parkir harus cukup mempunyai
ruang bebas di sekitarnya sehingga
Jenis pasar tradisional antara lain,
pengguna berkursi roda dapat dengan
1) Menurut sifat dan jenis kegiatannya;
mudah masuk dan keluar dari
Pasar Eceran, Pasar Induk, Pasar Khusus .
kendaraannya;

2 | IMAJI Vol.9 No.1 JULI 2020


KAJIAN AKSESIBILITAS PASAR BULU SEMARANG BERDASARKAN STANDART &
PRINSIP UNIVERSAL DESAIN
 Dilengkapi dengan fasilitas ramp, jalur 4) Ramp
pedestrian dan rambu penyandang (Permen PU/ PR/ TM/ 2006)
cacat.
 Permukaan datar awalan atau akhiran
 Kemiringan maksimal 5° dengan
suatu ram harus memiliki tekstur
permukaan yang rata di semua sehingga tidak licin baik diwaktu
bagian. hujan.
 Diberi rambu penyandang cacat yang  Lebar tepi pengaman
biasa digunakan untuk ram/kanstin/low curb 10 cm,
mempermudah dan membedakan dirancang untuk menghalangi roda
dengan fasilitas serupa bagi umum. kursi roda agar tidak terperosok atau
keluar dari jalur ram. Apabila
3) Tangga
berbatasan langsung dengan lalu-
(SNI 03 – 1746 – 2000)
lintas jalan umum atau persimpangan
harus dibuat sedemikian rupa agar
 Lebar Tangga 110 cm (44 inci), 90 cm
tidak mengganggu jalan umum.
(36 inci), apabila total beban hunian
 Ram harus diterangi dengan
dari semua lantai-lantai yang dilayani pencahayaan yang cukup sehingga
oleh jalur tangga kurang dari 50 membantu penggunaan ram saat
 Kedalaman anak tangga paling sedikit malam hari. Pencahayaan disediakan
28 cm (11 inci) pada bagian-bagian ram yang
 Dimaeter railling diameter luar paling memiliki ketinggian terhadap muka
tanah sekitarnya dan bagian-bagian
sedikit 3,2 cm (1,25 inci) dan tidak
yang membahayakan.
lebih dari 5 cm (2 inci)  Ram harus dilengkapi dengan
 Setiap bangunan gedung negara yang pegangan rambatan (handrail) yang
bertingkat lebih dari 3 lantai, harus dijamin kekuatannya dengan
mempunyai tangga darurat/penyela ketinggian yang sesuai. Pegangan
matan minimal 2 buah dengan jarak rambat harus mudah dipegang
dengan ketinggian 65 - 80 cm.
maksimum 30 m (bila menggunakan
 Lebar minimum dari ram adalah 95
sprinkler jarak bisa 1,5 kali yaitu 45m)
cm tanpa tepi pengaman, dan 120 cm
dengan tepi pengaman.
(Permen PUPR Nomor 14/PRT/M/2017)
 Ramp untuk pengunjung dan antar
 Tinggi anak tangga (optride/riser)
barang harus dibedakan
tidak lebih dari 18 cm dan tidak
kurang dari 15 cm.
5) Lift
 Tinggi railing minimal 75 cm (30 inci)
 Jumlah anak tangga sampai dengan (Permen PU/ PR/ TM/ 2006)
bordes (landing) paling banyak 12  Lift penumpang harus menyediakan
anak tangga. ruang perantara di depan lift (lobi lift)
 Tangga dengan lebar lebih dari 220 yang digunakan sebagai ruang tunggu
cm harus dilengkapi dengan pegangan untuk masuk dan keluar dari lif
rambat tambahan di bagian tengah dengan lebar lobi lift paling sedikit
tangga. 185 cm dan tergantung pada
 Tangga dilengkapi dengan pegangan  konfigurasi ruang yang ada. Ukuran
rambat (handrail) yang menerus dan efektif ruang dalam lift minimal 120
pagar tangga untuk keselamatan dan cm x 230 cm dengan lebar bukaan
pada tiap bagian ujung (puncak dan pintu minimal 110 cm. Lift dilengkapi
bagian bawah) pegangan rambat dengan bahan stainless mirror dan
dilebihkan paling sedikit 30 cm. handrail menerus pada kedua sisi

IMAJI Vol.x No.x BULAN X 20XX | XX


ruang lift dengan ketinggian 65 cm – Bangunan Pasar Bulu ini terdiri dari,
80.
1) Lantai 1; diperuntukan pedagang
konveksi, souvenir, sembako, aksesoris,
4.4. Teori Universal Desain
jam, jasa sol sepatu.
Center for Excellence in Universal Design 2) Lantai 2; pedagang sayur-mayur, buah,
mendefinisikan desain universal sebagai kelontong, bunbon, daging, ayam, dan
desain dan pengorganisasian lingkungan warung makan.
3) Lantai 3; pedagang barang pecah belah
sedemikian rupa sehingga dapat dipahami,
dan gerabah, serta pedagang dari pasar
diakses, dan dapat digunakan semaksimal Joha, dan parkir motor.
mungkin oleh semua orang, kemampuan dan
Gambar 2. Denah Tipikal Pasar Bulu Semarang
usia setiap orang juga dikesampingkan karena
(sumber : pribadi)
harus dapat digunakan oleh semua orang.

7 prinsip Universal Desain diantaranya yaitu;


setiap orang dapat menggunakannya,
digunakan dengan fleksibel, sedikit
menimbulkan kesalahan, membutuhkan
usaha fisik sedikit, sederhana dan mudah
digunakan dalam hal desain, Ukuran yang
sesuai standart, Mudahnya pemahaman
informasi.
Gambar 3. Sarana Aksesibilitas Pasar Bulu
5. KAJIAN LOKASI & BANGUNAN Semarang (sumber : pribadi)

Gambar 1. Tampak Pasar Bulu Semarang


(sumber : BeritaJateng.net) 6. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pasar Bulu merupakan bangunan pasar di 1) Sarana Akses Ramp hanya memenuhi
pusat Kota Semarang, khususnya Jl. Mgr prinsip UD; Ukuran yang sesuai
Sugiyopranoto, Barusari, Kec. Semarang Sel., standart.
Kota Semarang, Jawa Tengah. Ini dirancang
oleh Ir. Herman Thomas Karsten, seorang
insinyur lulusan Technische Hoogeschool di
Delft, Belanda. Pasar Bulu diperbaiki atau
direvitalisasi pada 17 Agustus 2012, dan
dibuka kembali pada 29 Desember 2014. Luas
bangunan 12.726 m2 dan luas tanah 8.451
m2.

4 | IMAJI Vol.9 No.1 JULI 2020


KAJIAN AKSESIBILITAS PASAR BULU SEMARANG BERDASARKAN STANDART &
PRINSIP UNIVERSAL DESAIN

tabel 3. Analisis Pembahasan Eskalator


(sumber : pribadi)

4) Sarana tangga darurat/ tangga B telah


memenuhi prinsip Universal Desain
tabel 1. Analisis Pembahasan Ramp kecuali prinsip ke- (1), (2) dan (7).
(sumber : pribadi)

2) Sarana Akses Keluar Masuk hanya


memenuhi prinsip UD; sederhana dan
mudah digunakan dalam hal desain,
ukuran yang sesuai standart.

tabel 4. Analisis Pembahasan Tangga


Darurat/ Tangga B
(sumber : pribadi)

5) Sarana Tangga C telah memenuhi


prinsip Universal Desain kecuali poin
(1), (2), dan (7).

tabel 2. Analisis Pembahasan Akses Masuk


(sumber : pribadi)

3) Sarana Eskalator telah memenuhi


prinsip Universal Desain kecuali poin
(1) dan (2).

IMAJI Vol.x No.x BULAN X 20XX | XX


7) Sarana Tangga D telah memenuhi
prinsip Universal Desain kecuali poin
(1), (2), dan (7).

tabel 5. Analisis Pembahasan Tangga C


(sumber : pribadi)

6) Sarana Tangga D telah memenuhi


prinsip Universal Desain kecuali poin
(1), (2), dan (7).

tabel 7. Analisis Pembahasan Tangga


Utama/ Tangga E
(sumber : pribadi)

8) Sarana Akses Parkir telah memenuhi


prinsip Universal Desain kecuali poin
(2), dan (7).

tabel 6. Analisis Pembahasan Tangga D


(sumber : pribadi) tabel 6. Analisis Pembahasan Akses Parkir
(sumber : pribadi)

6 | IMAJI Vol.9 No.1 JULI 2020


KAJIAN AKSESIBILITAS PASAR BULU SEMARANG BERDASARKAN STANDART &
PRINSIP UNIVERSAL DESAIN
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
14/PRT/M/2017 Tentang Pedoman
KESIMPULAN dan REKOMENDASI Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada
Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan Bangunan Gedung dan Lingkungan.
bahwa akses parkir hampir memenuhi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
peraturan aksesibilitas dan prinsip UD, tetapi 30/PRT/M/2006 Tentang Pedoman
kehadirannya di tingkat atas sulit dinavigasi Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada
oleh tamu. Pintu dan akses masuk/keluar Bangunan Gedung dan Lingkungan.
tidak memenuhi persyaratan aksesibilitas atau
prinsip Desain Universal. Secara keseluruhan,
tangga di Pasar Bulu Semarang dapat diakses,
namun tidak mengikuti prinsip Universal
Design. Landai tidak mematuhi pedoman
aksesibilitas atau Prinsip Desain Universal.
Selain itu, ramp yang ditawarkan hanya di
bagian luar bangunan, sehingga menyulitkan
tamu penyandang disabilitas untuk
mendapatkan akses vertikal ke dalam.
Eskalator Gedung Pasar Bulu Semarang sudah
memenuhi regulasi aksesibilitas dan Prinsip
Desain Universal. Menurut undang-undang
Permen PU, struktur yang terdiri dari 3 lantai
dan berisi kegiatan bongkar muat
memerlukan lift.

7. DAFTAR PUSTAKA

Basu Swasta. (1995). Strategi pemasaran.


Yogyakarta : Andi Offset.

Sadilah, Emiliana dkk. 2011. Eksistensi Pasar


Tradisional. Yogyakarta: BPSNT

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 8152/


PRT/ M/ 2015 tentang Pasar

Peraturan Presiden Nomor 112/ PRT/M/ 2007


Tentang Pasar

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1746-


2000 tentang Tata Cara Perencanaan
dan Pemasangan Sarana Jalan Keluar
untuk Penyelamatan Terhadap
Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung. 2000. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.

IMAJI Vol.x No.x BULAN X 20XX | XX

You might also like