Professional Documents
Culture Documents
Malu
Malu
MALU_________________
Pengertian Malu
Menurut Ibnu Hajar di dalam kitab Fathul Bari malu adalah menahan jiwa dari segala
keburukan, ia adalah kekhusuan manusia untuk menahan dari segala bentuk keinginan agar
tidak seperti binatang. Sementara Prof. Yunahar Ilyas menjelaskan bahwa malu (al-haya’)
adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang rendah
atau tidak baik. Orang yang memiliki rasa malu, apabila melakukan sesuatu yang tidak
patut, rendah atau tidak baik dia akan terlihat gugup, atau mukanya merah. Sedangkan
orang yang tidak punya rasa malu, akan melakukannya dengan tenang tanpa ada rasa
gugup sedikitpun.
Kesimpulan definisi di atas ialah bahwa malu adalah akhlak (perangai) yang
mendorong seseorang untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk dan tercela,
sehingga mampu menghalangi seseorang dari melakukan dosa dan maksiat serta
mencegah sikap melalaikan hak orang lain.
Pembagian Malu
Berdasarkan terbentuknya malu dibagi :
1. Malu tabiat (jibili)
Malu yang seperti ini merupakan fitrah, bersifat natural dan menjadi sifat dasar yang
melekat pada manusia. Malu jenis ini tidak dapat diusahakan melainkan murni sebagai
fitrah yang telah Allah جالله جلanugerahkan kepada manusia. Malu tabiat ini dapat
dicontohkan dengan malu yang muncul ketika aurat seseorang tersingkap sehingga
dapat dilihat oleh orang lain. Malu jenis ini dimiliki oleh seluruh manusia sebab ia
merupakan sebuah fitrah yang diberikan oleh Allah .
2. Malu Ikhtiar (kasbi)
Sifat malu sejenis ini muncul karena makrifat seorang hamba kepada Allah جالله جل,
kedekatan hubungan dengan-Nya, ketekunan ibadahnya, serta pengetahunnya tentang
orang-orang yang khianat dan hal-hal yang disembunyikan oleh mereka. Inilah malu
imani yang dianugerahkan oleh Allah جالله جل. Malu jenis ini mampu mencegah
seorang dalam melakukan maksiat karena takut kepada Allah جالله جل. Sifat malu yang
seperti ini dapat menjadi sebuah tabiat yang melekat didalam diri seseorang, layaknya
seperti malu tabiat (jibili) atau malu fitrah.
Sedangkan menurut obyeknya malu terbagi menjadi :
1. Malu kepada Allah SWT. Malu kepada Allah ini buah iman. Rasa malu ini adalah buah
dari mengenal keagungan Allah, serta menyadari bahwa Allah melihat, mendengar
dan mengawasi perilaku mereka serta mengetahui isi hati manusia. Orang yang
memiliki rasa malu kepada Allah SWT akan mendorong melakukan hal-hal yang disukai
Allah dan menjaga dari perbuatan yang bisa mendatangkan murkanya. Rasa malu
kepada Allah adalah di antara bentuk penghambaan dan rasa takut kepada Allah SWT.
2. Malu terhadap sesama manusia. Yang dimaksud dalam hal ini adalah rasa malu yang
tumbuh karena penilaian orang. Orang cenderung ingin dikenal sebagai orang yang
ُ َوأ َْد ََن َها إي َماطَة،ُضلُ َها قَـ ْو ُل الَ إيلهَ إيالَّ هللا ضع وسبـعو َن أَو بي ْ ي ي
َ ْ فَأَف،ًض ٌع َوستـ ُّْو َن ُش ْعبَة ْ ْ ُ ْ َ َ ٌ ْ اَ يإلْْيَا ُن ب
. اْلَيَاءُ ُش ْعبَةٌ يم َنَ اْ يإلْْيَا ُن
ْ َو،اْألَ َذى َع ين الطَّيريْ يق
“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling
tinggi adalah perkataan ‘Lâ ilâha illallâh,’ dan yang paling rendah adalah
menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang Iman.”
3. Allah Azza wa Jalla cinta kepada orang-orang yang malu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,