You are on page 1of 10

Volume 1 (3) Maret 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 10-19

KERUSUHAN PASAR GLODOK: STUDI KASUS ETNIS TIONGHOA DI


KELURAHAN GLODOK KECAMATAN TAMAN SARI JAKARTA BARAT)
GLODOK’S MARKET RIOT: CASE STUDIES OF ETHNIC TIONGHOA AT SUB-
DISTRICT GLODOK DISTRICT TAMAN SARI JAKARTA BARAT, 1998-2000

Fuji Titulanita, Siti Sumardiati, Mrr. Ratna Endang W.


Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
E-mail: ftitulanita@gmail.com

ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang faktor- faktor penyebab, dampak, dan penyelesaian kerusuhan di pasar
Glodok Jakarta Barat yang bertujuan dapat menjelaskan sebab- sebab terjadinya dan dampak
kerusuhan di pasar Glodok. Penulisan ini menggunakan kerangka pendekatan psikologi sosial dengan
mewawancarai para korban kerusuhan yang mengalami trauma menganggap peristiwa tersebut sangat
menakutkan. Faktor nasional yaitu Krisis Moneter tahun 1998, mengakibatkan sembako naik dan
menjadi langka dipasaran. Kepanikan, kesenjangan sosial ekonomi, dan prasangka buruk orang
pribumi terhadap warga Tionghoa yang mayoritas pedagang terjadi di kalangan masyarakat. Faktor
pendukung lain terjadi aksi demostrasi mahasiswa Trisakti bersamaan dengan kerusuhan massa. Pada
tanggal 14 Mei 1998 kerusuhan semakin meluas, hingga pasar Glodok dan Orion Plaza menjadi
sasaran penrusakan, penjarahan, dan pembakaran. Dampak dari aksi kerusuhan ini adalah pedagang
kehilangan harta benda, kios, dan pekerjaan. Penyelesaian terhadap kerusuhan ini menjelang
pergantian presiden mengalami perbedaan. Pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie
menerapkan kebijakan perbaikan pasar Glodok dan pembentukan TGPF untuk menemukan,
mengungkap fakta, pelaku, dan latar belakang peristiwa kerusuhan Mei 1998, sedangkan Presiden
Abdurrahman Wahid memberi kebebasan etnis Tionghoa dibidang sosial budaya, agama, dan politik
yang kemudian berpangaruh terhadap perkembangan Glodok, seperti hadirnya tabloid Glodok Standart
berbahasa Mandarin.

Kata Kunci: Krisis ekonomi, kerusuhan pasar Glodok, kebebasan Tionghoa

ABSTRACT
This article discusses the causal factors impact, and resolution of riot in the Glodok Market, West
Jakarta. It aims to explain the causes and effects of violence in Glodok Market. This writing uses the
framework of social psychology approach to in terview the riot victimswho considered the event as
very frightening.The national factor was the Monetary Crisis in 1998 causing the rising prices of
foodstuff. Monetary Crisis resulting in the price of nine essential commodities more increasingly and
become scarce in the market. The panic, the socio economic disparity, and the prejudice indigenous
people toward Chinese merchants happening among the public. While other political factor was
Trisakti student demonstrations simultaneously with the mass riots.On May 14, 1998 the riots
escalated, Glodok Market and Orion Plaza were subjected to vandalism, looting, arson, and rape. The
impact of was the loss of property owned by merchants, and employment. Glodok Market riot also had
an impact on the national economy untill the reign of President B.J. Habibie implementing corrective
policies and the establishment of TPGF to discover, uncover the facts, the perpetrator, and the
background of the riots in May 1998. President Abdurahman Wahid gave a freedom tto Chinese in
sociocultural, religion, and political aspect, which influenced the development of Glodok Market, such
as the presence of Glodok Standard Tabloid in mandarin.

Key words : Financial Crisis, Glodok Market riot, Deliberacy of Chinese

Fakultas Sastra Universitas Jember 10


Volume 1 (3) Maret 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 10-19

1. Pendahuluan kawasan Jakarta. Pada waktu itu massa


Kerusuhan sering terjadi di dalam memanfaatkan keadaan dengan melakukan
kehidupan masyarakat multietnis, khususnya pengrusakan, penjarahan, dan pembakaran toko-
Indonesia yang memiliki keanekaragaman suku toko, ruko secara serempak di sentra perdagang
bangsa, bahasa, agama, ras dan adat istiadat. Pada yang mayoritas dikuasai oleh orang Tionghoa
saat pergantian orde kerusuhan akan muncul (Bian Poen, 17). Begitu juga yang terjadi di Pasar
dimana ada struktur kekuasaan negara yang Glodok dan Orion Plaza dengan menjual alat-alat
bertentangan dengan perkembangan ekonomi elektronik dan mayoritas pedagangnya adalah
yang rapuh, didalamnya akan ada kekuatan orang Tionghoa pada tanggal 14 Mei 1998
politik. Artinya selalu terbuka skenario oleh menjadi sasaran kerusuhan massa. Pada pukul
siapapun atau kemungkinan untuk menciptakan 10.00 WIB terlihat dari Jalan Beos (sekitar
kerusuhan sebagai manifestasi (gambaran) Stasiun Kota) massa berkerumun dari berbagai
perlawanan terhadap struktur kekuasaan yang arah dan bergerombol membagi kelompok
dominan, sementara tingkat kesejahteraan dan menuju Mangga dua, Jembatan Lima dan
kemakmuran masyarakat sangat memprihatinkan sebagian menuju kearah pasar Glodok dan Orion
(Basuki Agus Suparno, 156). Seperti di Indonesia Plaza. Penjual yang berada di toko dan ruko
pada akhir tahun 1997, terjadi krisis moniter yang menganggap massa yang bergerombol ingin
kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi, melakukan aksi demonstrasi, sehingga mereka
krisis politik dan bahkan telah berubah menjadi tidak memiliki rasa curiga. Dengan spontan
krisis multidimensi. Masyarakat mulai resah dan massa melakukan aksi melempari toko
panik terhadap kelangkaan barang-barang disepanjang Jalan Gajah Mada (Glodok) dengan
kebutuhan, selain itu banyaknya pekerja di PHK batu, ada juga yang merusak dan mencoba masuk
sehingga menyebabkan jumlah pengangguran untuk menjarah barang-barang elektronik milik
semakin meningkat. Kesenjangan sosial ekonomi penjual (wawancara Amin). Polisi dan TNI
di tengah kehidupan masyarakat semakin terasa, mencoba untuk mengamankan massa, akan tetapi
dimana mayoritas etnis Tionghoa terlihat jumlah massa terlalu banyak sehingga aparat
eksklusif sedangkan masyarakat pribumi keamanan tidak mampu melerai aksi tersebut.
mengalami berbagai kesulitan ekonomi. Hal ini Para pemilik toko dan pekerjanya mencoba untuk
berpotensi adanya kerusuhan disaat ketidak keluar dari Pasar Glodok, mereka tidak bisa
adilan yang dirasakan oleh masyarakat luar dan menyelamatkan barang-barangnya, yang mereka
frustasi akan keadaan hidup. pikirkan hanyalah selamat dari kepungan
Pada saat aksi demonstrasi mahasiswa perusuh, sedangkan di Petak Sembilan selamat
Universitas Trisakti berlangsung pada tanggal 12 dari aksi kerusuhan.
Mei 1998 menuntut reformasi total di semua Kerusuhan meluas hampir seluruh
aspek politik, ekonomi dan pergantian presiden wilayah Jakarta, akhirnya dapat menjatuhkan
Soeharto. Peristiwa tersebut mengakibatkan rezim Soeharto sebagai presiden Indonesia. Pada
empat mahasiswa Universitas Trisakti yaitu tanggal 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan
Hendrawan Sie, Elang Mulia Lesmana, Hafidin berhenti menjadi presiden Indonesia dan B.J.
Royan, dan Hery Hartanto menjadi korban disaat Habibie menggantikan sebagai presiden ketiga di
aksi demonstrasi berlangsung (Basuki Agus Indonesia. Berbagai permasalahan Indonesia
Suparno, 79). Keesokan harinya tanggal 13 Mei telah diemban oleh pemerintahan B.J. Habibie
1998, setelah pemakaman empat mahasiswa yang meliputi perbaikan ekonomi Indonesia
Trisakti gerakan reformasi mahasiswa kembali dengan memperbaiki sarana umum dan ekonomi,
dilanjutkan tepatnya di seputar Universitas tuntutan dari Komnas HAM tentang penyelesaian
Trisakti. Bersamaan dengan aksi demonstrasi kasus kerusuhan Mei 1998, dan permasalahan
mahasiswa, muncul aksi keos yang dilakukan yang lainnya. Kemudian tuntutan tersebut
oleh massa. Mereka melumpuhkan sendi-sendi menghasilkan pembentukan Tim Gabungan
ekonomi negara dengan melakukan pengrusakan Pencari Fakta untuk menyelidiki peristiwa
fasilitas umum, bahkan penjarahan dan kerusuhan Mei 1998 melalui keputusan Presiden
pembakaran toko di seputaran Universitas No. 181/1998 (Aza dan Dewi Sri Utami, 16).
Trisakti. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh
Menjelang tanggal 14 Mei 1998, B.J.Habibie untuk menyelesaikan beban
kerusuhan mulai menyebar hampir ke seluruh Indonesia, namun ketidak percayaan MPR
Fakultas Sastra Universitas Jember 11
Volume 1 (3) Maret 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 10-19

(Mahkamah Perwakilan Rakyat) terhadap Kecamatan Taman Sari Jakarta Barat. (3) Untuk
kekuasaannya dan tuntutan dari masyarakat menjelaskan proses penyelesaian kerusuhan yang
tentang penyelesaian pelanggaran HAM, KKN, terjadi di Pasar Glodok.
pengusutan kekayaan Soeharto, dan lepasnya
Timor-Timor dari NKRI, menyebabkan legitimasi 4. Metode Penelitian
pemerintahan B.J. Habibie semakin melemah. Penulisan ini menggunakan metode
Pada tanggal 20 Oktober 1999 B.J. Habibie sejarah karya Louis Goettschalk, yang
menyatakan mengundurkan diri dari pencalonan mengungkapkan bahwa metode sejarah adalah
presiden. proses dalam pengujian dan analisa secara kritis
Pada tanggal 21 Oktober 1999, atas peristiwa di masa lalu (Gottschalk, 32)
Abdurrahman Wahid terpilih menjadi presiden dengan melakukan tahapan-tahapan penelitian
Indonesia. Pada masa pemerintahannya, dia sebagai berikut.
sangat menaruh simpati terhadap etnis Tionghoa Tahap pertana adalah Heuristik adalah
di Indonesia, dengan menawarkan konsep usaha untuk mencari dan mengumpulkan sumber
bangsa Indonesia yang pluralis dan menghimbau sejarah yang berkaitan dengan topik kajian yang
etnis Tionghoa baik WNI maupun WNA untuk akan menjadi bahan tulisan kita. Sumber sejarah
bersama membangun Negara Indonesia. Dengan yang digunakan meliputi sumber primer dan
konsep bangsa Indonesia yang pluralis, sumber sekunder. Sumber primer merupakan
diperlihatkan oleh presiden Abdurrahman Wahid informasi yang diperoleh langsung dari pelaku
dengan membatalkan keputusan mantan Presiden atau saksi sejarah. Pengumpulan sumber primer
Soeharto Nomor 127/U/Kep/12/1966 tentang tersebut dapat diperoleh menggunakan metode
prosedur ganti nama bagi Warga Negara sejarah lisan, yang merupakan penggalian sumber
Indonesia yang memakai nama Tionghoa, Nomor sejarah melalui teknik wawancara.
49/U/8/1967 tentang pendayagunaan media Tahap kedua, Kritik sumber digunakan
massa berbahasa Cina, dan Nomor 14 Tahun untuk melakukan kritik dan penelitian terhadap
1967, tentang larangan agama, kepercayaan, semua sumber sejarah yang diperoleh. Dalam
pendidikan, dan adat-istiadat Tionghoa hadir di metode sejarah ada dua macam kritik sumber,
Indonesia dengan mengeluarkan Kepres yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Kritik
Abdurrahman Wahid Nomor 6/2000 yang ekstern diperlukan dalam rangka memastikan
memperbolehkan orang Tionghoa menjalankan autentisitas (keaslian) sumber sejarah dan kritik
segala bentuk ekspresi kebudayaan Tionghoa, intern diterapkan untuk menentukan kredibilitas
agama, mempelajari bahasa Mandarin beserta (keterpercayaan) informasi yang disajikan.
aksaranya, dan terakhir perayaan Imlek Tahap ketiga, Interpretasi (verfikasi dan
dinyatakan sebagai hari libur nasional (Wibowo, sintesis) yaitu kegiatan untuk mencari keterkaitan
33,34,70). Konsep tersebut sangat berpengaruh atau saling hubungan antara semua fakta yang
terhadap kehiduppan etnis Tionghoa di Glodok ditemukan berdasarkan hubungan kronologis dan
yang meliputi sosial budaya, ekonomi, dan kausalitas (sebab-akibat) dengan melakukan
politik. imajinasi, interpretasi, dan teorisasi (analisis).
Tahap keempat, Historiografi yang
2. Rumusan Masalah merupakan tahapan terakhir dari metode sejarah,
Masalah yang dibahas dalam artikel ini adalah upaya penuangan/penulisan rekonstruksi
adalah: (1) Apakah faktor-faktor penyebab peristiwa dalam bentuk penulisan sejarah.
kerusuhan di pasar Glodok Jakarta Barat? (2) Apa Adapun bentuk penulisan ini adalah
dampak dan pengaruh yang ditimbulkan akibat deskriptif analitis yaitu penulisan sejarah yang
kerusuhan tersebut? (3) Bagaimana penyelesaian berusaha menggambarkan dengan menguraikan
kerusuhan di pasar Glodok Jakarta Barat? peristiwa yang terjadi dalam bentuk hubungan
sebab akibat yang mampu menjawab apa, siapa,
3. Tujuan Penelitian dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana atau
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk sering disebut 5W + 1H. Dalam penulisan ini
menjelaskan sebab-sebab terjadinya kerusuhan menggunakan Metode deskriptif analitis, adalah
pasar Glodok di Kecamatan Taman Sari Jakarta memaparkan proses suatu peristiwa atau
Barat. (2) Untuk mengkaji berbagai dampak yang fenomena yang diteliti secara berurutan
ditimbulkan kerusuhan massa di Pasar Glodok (kronologis) sejak awal hingga akhir.
Fakultas Sastra Universitas Jember 12
Volume 1 (3) Maret 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 10-19

Analitis digunakannya pendekatan atau keadaan tersebut, muncul prasangka-prasangka


kerangka teori dari ilmu-ilmu sosial, sehingga dari kalangan masyarakat pribumi kepada orang
mampu mengungkapkan dan memaparkan Tionghoa yang sebagian besar bekerja sebagai
kausalitas berbagai aspek yang terkait dengan pedagang. Orang Tionghoa dituduh sebagai
peristiwa atau fenomena yang diteliti. “tukang timbun”, hanya cari untung, dan tidak
memperdulikan keadaan masyarakat miskin”.
5. Hasil dan Pembahasan Prasangka ini kemudian berkembang menjadi
a. Faktor Penyebab Kerusuhan Pasar Glodok ketidak sukaan golongan pribumi terhadap etnis
Terjadinya kerusuhan di pasar Glodok Tionghoa yang posisinya mayoritas sebagai
disebabkan karena faktor nasional, dimana pada pedagang.
tahun 1998 terjadi krisis moneter di Indonesia. Politik nasional juga menjadi faktor
Keadaan tersebut semakin diperparah oleh pendukung terjadinya kerusuhan di pasar Glodok.
kepanikan para Investor secara mendadak mereka Pada tanggal 13 Mei 1998 setelah pemakaman
melakukan penjualan saham di Bursa Efek empat mahasiswa Trisakti, mahasiswa dari
Jakarta untuk menghindari kerugian (Justin berbagai kampus bergabung melakukan aksi
Suhandinata, 2). Gempuran tersebut mimbar besar dihalaman kampus Trisakti
mengakibatkan cadangan devisa yang ada tidak sedangkan di luar kampus terlihat massa
cukup dan dalam tempo singkat nilai rupiah masyarakat dari berbagai sudut seperti LSM,
semakin turun melampaui angka Rp 10.600,00. Ormas, dan Buruh serempak mulai berdatangan
DKI Jakarta terkena dampak paling besar, dan berkumpul tanpa direncanakan oleh
dengan ditutupnya sejumlah perusahaan seperti mahasiswa. Pada pukul 13.00 WIB, massa mulai
industri sepatu Sport yang dimiliki oleh Korea melakukan pengrusakan sejumlah fasilitas umum
berniat memindahkan basis produksinya ke seperti lampu merah, tiang lampu, dan
Thailand, sedangkan perusahaan modal asing sebagainya. Kemudian tindakan massa mulai
Jepang yang meliputi Sony, Sanyo, Toshiba, dan brutal dengan membuat keributan seperti
Sharp sudah menghentikan operasinya, begitu membakar truk sampah yang berdekatan dengan
juga dengan perusahaan-perusahaan asing yang pos Polisi Grogol dan SPBU (pengisian bensin)
lainnya (Suryawan, 17). Penghentian operasi bensin sehingga menimbulkan kebakaran. Pada
tersebut berkembang menjadi permanen dengan pukul 16.00 WIB, keributan tersebut berubah
penarikan modal yang sudah ditanam di Jakarta. menjadi gerakan anti Tionghoa dengan merusak,
Situasi tersebut berpengaruh pada pengurangan menjarah, dan membakar disepanjang jalan
tenaga kerja atau PHK (Pemutusan Hak Kerja) komplek pertokoan di sekitar Trisakti sehingga
dan pengangguran di Jakarta semakin meningkat. mengakibatkan banyaknya korban jiwa (Ester
Bukan hanya itu, kenaikan BBM juga Indahyani Jusuf, 123-124). Keesokan hari pada
memperparah keadaan, naiknya sembilan bahan tanggal 14 Mei 1998 aksi kerusuhan massa
pokok (sembako) dipasaran menambah beban semakin meluas di seluruh DKI Jakarta
masyarakat (Justin Suhandinata, 3). khususnya pusa-pusat perekonomian (Justin
Di Glodok sendiri, Pada tanggal 5 Mei Suhandinata, 55). Sedangkan di Glodok muncul
1998, muncul isu rupiah akan naik mencapai Rp isu bahwa akan terjadi kerusuhan, target utama
12.000,00 per dolar AS. Mendengar isu tersebut adalah pasar Glodok dan Orion Plaza. Isu
masyarakat mulai panik, aksi borong barang- tersebut menyebar dengan cepat di kalangan
barang seperti sembako pada pusat-pusat masyarakat seperti buruh, supir angkot, tukang
perbelanjaan mulai terjadi. Mayoritas yang parkir dan sebagainya, sedangkan kalangan etnis
melakukan adalah orang-orang yang memiliki Tionghoa sebagian besar tidak mendengar isu
modal besar (pedagang), sedangkan masyarakat tersebut (isu kerusuhan), sedangkan kalangan
miskin hanya bisa membeli sesuai dengan masyarakat pribumi cenderung tidak memberi
keperluannya. Dampak aksi borong tersebut tahu.
menyebabkan bahan-bahan sembako semakin Terlihat bahwa antara etnis Tionghoa
langka dipasaran. Beberapa pedagang dengan masyarakat priburibumi tidak terjalin
manfaatkan keadaan tersebut dengan menimbun komunikasi sosial dengan baik, selain itu prilaku
sembako dan menjualnya pada saat harga-harga orang Tionghoa yang selalu mementingkan
mulai bertambah naik guna mendapatkan keuntungan ekonomi menambah kebencian orang
keuntungan yang lebih besar. Menanggapi pribumi, sehingga pada saat terjadi gejolak
Fakultas Sastra Universitas Jember 13
Volume 1 (3) Maret 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 10-19

politik, sosial, dan ekonomi, mereka dijadikan Melihat hal tersebut, aparat keamanan (polisi)
objek sasaran tindakan kekerasan dari kelompok mulai membubarkan kerumunan perusuh dengan
pribumi untuk meluapkan rasa ketidak puasan mengeluarkan beberapa tembakan dan mengejar
baik terhadap pemerintah atau lingkungannya. para penjarah, akan tetapi dengan banyaknya
jumlah penjarah polisi merasa kualahan untuk
b. Kronologo Kerusuhan di Pasar Glodok menghentikannya. Kerusuhan di Glodok seperti
Pada tanggal 14 Mei 1998, tingkat perang, dimana penembakan selalu terdengar.
kerusuhan di DKI Jakarta meluas dan bersekala Bukan hanya pasar Glodok dan Orion Plaza
besar dengan runtutan waktu hampir bersamaan yang menjadi sasaran kerusuhan massa, akan
sehingga nampak terorganisir. Meskipun isu “anit tetapi toko-toko yang berada di pinggir jalan raya
Tionghoa” masih menjadi pemicu kerusuhan, juga menjadi sasaran penjarahan. Seperti toko
namun massa cenderung memanfaatkan keadaan “Maju” di Jalan Pancoran Glodok milik Ibu Yanti
dengan melakukan pengrusakan, penjarahan, dan Ningsih (Yien Tie) yang melayani penjualan air
pembakaran disejumlah pertokoan. isi ulang dan peralatan dapur menjadi sasaran
Seperti yang terjadi di Glodok tanggal 14 aksi penjarahan massa. Hanya Petak Sembilan
Mei 1998, massa mulai mendatangi Pasar (pemukiman warga dan pasar tradisional) yang
Glodok dan Orian Plaza serempak melakukan selamat dari kerusuhan. Menjelang sore hari,
pengrusakan, penjarahan, dan pembakaran. tersiar isu teror bahwa massa akan menyerbu
Sebelum terjadi kerusuhan di pasar Glodok, pemukiman Petak Sembilan yang kebanyakan
pihak PD. Pasar Jaya tidak mengkhawatirkan dihuni oleh etnis Tionghoa dan masyarakat
kawasan pasar Glodok dan Orion Plaza akan di pribumi. Mendengar hal tersebut, masyarakat
serbu massa karena tempat tersebut jauh dari Glodok panik menyewa aparat polisi dengan
pusat kerusuhan (seputaran kampus Trisakti), membayar sejumlah uang sebesar Rp
sehingga tempat tersebut tetap melakukan 2.000.000,00 untuk satu orang guna
kegiatan perekonomiannya seperti biasa mengamankan pemukiman atau ruko mereka,
meskipun di wilayah sekitar Trisakti terjadi sedangkan dari pihak Kelurahan Glodok
kerusuhan. mengantisipasi melakukan pengamanan dengan
Sekitar pukul 10.00 WIB, dari Jalan Beos ronda bersama untuk mengusir massa yang ingin
(sekitar Stasiun Kota) massa berkerumun dari berbuat rusuh.
berbagai arah. Kemudian massa merusak fasilitas
umum seperti pot-pot, pagar di sepanjang jalan, c. Dampak Kerusuhan di Pasar Glodok
dan lampu merah, kemudian mereka melakukan Meski pun di Pasar Glodok dan Orian
pelemparan batu ke arah pertokoan disepanjang Plaza tidak diketemukan korban meninggal dunia
jalan raya. Pengelola pasar elektronik (pasar akibat kerusuhan, akan tetapi para pedagang yang
Glodok dan Orion Plasa Glodok) merasa mayoritas etnis Tionghoa mengalami trauma
khawatir melihat keadaan tersebut sehingga yang mendalam akibat peristiwa tersebut.
memerintahkan penjaga keamanan (satpam) agar sedangkan yang nampak adalah kerugian material
para pedagang segera menutup semua toko dan berupa bangunan, seperti toko, Swalayan, dan
pergi menyelamatkan diri melewati parkiran rumah yang dirusak termasuk harta benda berupa
mobil yang letaknya berada di lantai tujuh dekat mobil, sepeda motor, barang dagangan dan
dengan kantor pasar Glodok, sedangkan di luar lainnya yang dijarah atau dibakar massa. Di pasar
Glodok toko-toko lain bergegas menutup tempat Glodok dan Orin Plaza menampung banyak para
dagangannya dan pedagang kaki lima mengemasi pedagang etnis Tionghoa sebanyak 600 kios.
barang dagangan kemudian segera pergi Sekitar 297 kios di pasar Glodok rusak dan
meninggalkan lapak yang ditempatinya, ada juga barang dagangan dijarah oleh massa, sedangkan
yang melihat-lihat suasana keramaian. Serempak Orion Plaza hampir semua kios rusak akibat
massa menyerang pasar Glodok dan Orian Plaza terbakar. Bagi para pedagang kaki lima atau
dengan lemparan batu dan mencoba masuk ke orang pribumi yang berada di sekitar Glodok
dalam toko. Mereka menjarah sejumlah alat-alat sangat sulit untuk diwawancarai atau dimintai
elektronik yang ada di dalam toko. keterangan mengenai kerusuhan Mei 1998,
Tiba-tiba Orion Plaza terbakar dan sehingga tidak mendapatkan keterangan secara
menghanguskan gedung yang terbagi menjadi detail tentang dampak kerusuhan bagi masyarakat
dua (pasar Glodok dan Orion Plaza Glodok). pribumi. Mereka (pedagang pribumi) cenderung
Fakultas Sastra Universitas Jember 14
Volume 1 (3) Maret 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 10-19

bungkam dikarenakan pelaku kerusuhan sebagian merehabilitasi atau renovasi gedung, sebanyak 25
besar adalah orang pribumi sehingga mereka milyar dikeluarkan oleh pemerintah untuk
tidak ingin terlibat. perbaikan pasar Glodok dan Orion Plaza yang
Korban kehilangan pekerjaan dikarenakan rusakan akibat kerusuhan massa. Pada bulan
gedung-gedung atau tempat kerjanya dirusak, September 1999 pasar Glodok dan Orion Plaza
dijarah, dan dibakar mengakibatkan kehilangan selesai direnovasi sehingga dapat ditempati oleh
pekerjaan. Biasanya paling banyak kehilangan para pedagang untuk berniaga kembali (Aza dan
pekerjaan yang bekerja di pasar Glodok dan Dewi Sri Utami, 73).
Orion Plaza adalah anggota masyarakat biasa Selain itu tuntutan dari berbagai lembaga
yang bekarja sebagai pramusaji (pelayan toko) seperti Komnas Perempuan, Komnas Hak Asasi
dan sebagainya, sedangkan korban hilang tercatat Manusia (HAM), Lembaga Swadaya Masyarakat
1 orang yaitu Hendra Hambali (Seri Dokumen (LSM), Tim Relawan dan organisasi
Kunci TGPF, 20). kemasyarakatan lainnya melakukan aksi
demonstrasi di bundaran Indonesia Jakarta Pusat
d. Kebijakan B.J Habibie Terhadap etnis menuntut Presiden B.J Habibie segera
Tionghoa menindaklanjuti kerusuhan Mei 1998 yang terjadi
Pada hari Kamis tanggal 21 Mei 1998 di DKI Jakarta. Pada tanggal 15 Juli 1998
adalah peristiwa bersejarah bagi negara Presiden B.J. Habibie menyetujui pertemuan
Indonesia, dimana Soeharto menyatakan tersebut dan menghasilkan pembentukan Tim
mengundurkan diri sebagai presiden bersamaan Gabungan Pencarian Fakta (TGPF) untuk
dengan dilantiknya B.J. Habibie sebagai presiden menemukan, mengungkap fakta, pelaku dan latar
Republik Indonesia. Lengsernya Soeharto dan belakang peristiwa kerusuhan Mei 1998
naiknya B.J. Habibie sebagai presiden masih (Publikasi Komnas Perempuan, 13). Dari hasil
mengundang perdebatan pro-kontra dikalangan laporan penyelidikan TGPF pola kerusuhan
elit politik, akan tetapi sesuai Pasal 8 UUD tanggal 14 Mei 1998 di Glodok Kecamatan
(Undang-Undang Dasar) 1945 yang berbunyi: Taman Sari Jakarta Barat adalah kelompok solid
apabila presiden mangkat, berhenti, atau tidak (kompak atau bersama-sama) dalam jumlah
dapat melakukan kewajibannya dalam masa cukup banyak (100) dan sudah memiliki sasaran-
jabatan, ia diganti oleh wakil presiden sampai sasaran pada lokasi tertentu. Kelompok ini
habis waktunya, sehingga naiknya B.J. Habibie mengajak massa dengan melakukan perusakan,
sebagai presiden Republik Indonesia sah dan penjarahan dan pembakaran terlebih dahulu.
tidak melanggar konstitusi (Ade Alwawi). Selama melakukan keributan mereka terpisah
Presiden B.J. Habibie mengemban dari penduduk sekitar, umumnya hanya
permasalahan ekonomi DKI Jakarta yang lumpuh menonton kemudian ikut-ikutan. Selain itu
dengan melakukan perbaikan pasar, pertokoan, mereka terlihat telah membekali diri dengan
dan sebagainya agar aktifitas perekonomian berbagai alat perusak seperti linggis, kampak,
kembali berlangsung atau hidup kembali. Pada kayu, besi, dan sejenisnya. Kelompok ini juga
tanggal 5 Juni 1998 Presiden B.J. Habibie bergerak atau berpindah-pindah di suatu lokasi
melakukan peninjauan di sejumlah pasar besar yang berdekatan dalam waktu bersamaan. Ada
seperti pasar Minggu, Pasar Cipete, pasar keterlibatan para anggota preman (anak
Palmerah, dan pasar Glodok. Di Glodok B.J. berandalan) memanfaatkan keadaan DKI Jakarta
Habibie melakukan dialog kepada para pedagang yang sedang tidank aman dengan
yang menjadi korban kerusuhan dengan memprovokatori massa untuk ikut melakukan
menjanjikan bahwa pemerintah akan segera pengrusakan, menjarah, dan membakar pertokoan
melakukan perbaikan pasar Glodok dan Orion di kawasan Glodok.
Plaza agar pedagang yang menjadi korban Adanya keterangan diatas, maka TGPF
kerusuhan massa dapat segera melakukan menyimpulkan bahwa para pelaku kerusuhan
kegiatan perniagaan. Terdapat dua tahap tanggal 13-15 Mei 1998 terdiri dari tiga golongan
penggarapan gedung tersebut yaitu pada bulan yaitu :
Februari 1999 tahap pertama merobohkan 1. Kelompok Provokator
gedung-gedung yang rusak dan terbakar sehingga Kelompok ini yang menggerakkan massa
membutuhkan dua bulan masa pengggarapan, dengan memancing keributan, memberikan
tahap kedua dilanjutkan bulan April 1999 dengan tanda-tanda tertentu pada sasaran, melakukan
Fakultas Sastra Universitas Jember 15
Volume 1 (3) Maret 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 10-19

pengrusakan awal, pembakaran, dan semua dapat diadili. Untuk proses lebih lanjut,
penjarahan. Provokator ini umumnya bukan dari Kepolisian Daerah Metro Jaya mengirim kasus
wilayah setempat, dalam kelompok kecil (lebih tersebut pada Kejaksaan Tinggi dengan proses
kurang belasan orang), menggunakan sarana terdakwa akan disatukan dalam satu berkas
transportasi (jeep), dan sarana komunikasi (HT sehingga memenuhi ruang sidang. Pada tanggal
atau HP). Kelompok ini secara fisik tampak 25 Mei 1998 persidangan berlangsung, pelaku
terlatih dan juga yang menyiapkan sejumlah dijerat KUHP pasal 363 dan 406 dengan dakwaan
alat-alat perusak seperti dongkrak, batu, pengambilan hak orang lain (pencurian) disertai
kendaraan, linggis, cairan pembakar dan pengrusakan. Namun pihak kepolisian dalam
sebagainya. proses penyelidikan pelaku utama kerusuhan
dihentikan begitu saja, karena terlalu banyak
2. Massa Aktif massa yang melakukan penjarahan (Victoria
Massa aktif ini datang dalam jumlah Sidjabat, dkk, 68).
puluhan hingga ratusan, mulanya mereka adalah Untuk mewujudkan negara demokrasi, di
massa pasif pendatang yang sudah terprovokasi gedung Bina Graha Jakarta Pusat pada tanggal 29
sehingga menjadi agresif dengan melakukan Mei 1998 Presiden B.J. Habibie menyampaikan
pengrusakan lebih luas termasuk pembakaran. bahwa pemerintah tidak membatasi pembentukan
Massa ini juga melakukan penjarahan pada toko, partai, namun harus berasaskan Pancasila dan
ruko, dan rumah. Mereka bergerak secara UUD 1945, dan tidak boleh ada unsur SARA.
terorganisir. Pernyataan tersebut disaksikan oleh Ketua Ulama
Majelis Indonesia (MUI) KH Hasan Basri, serta
3. Massa Pasif para pengurus MUI pusat dan daerah, pimpinan
Massa Pasif ini adalah warga lokal (asli ormas Islam tingkat pusat, dan wakil ulama dari
di tempat kerusuhan) berkumpul untuk menonton berbagai daerah (CakNur,12). Berkaitan dengan
dan ingin tahu apa yang akan terjadi. Sebagian Glodok, THHK (Tiong Hoa Hwee Koan) adalah
dari mereka ikut-ikutan merusak dan menjarah perkumpulan berdasarkan alumni sekolah
setelah dimulainya kerusuhan, tetapi tidak sedikit Tionghoa berkembang menjadi organisasi yaitu
pula yang hanya menonton sampai akhir perkumpulan alumni Tionghoa yang letaknya
kerusuhan, terkadang mereka sebagian menjadi berada di Glodok Plaza untuk membahas tentang
korban kebakaran. ekonomi. Selain itu muncul organisasi baru yaitu
TGPF juga menyatakan telah terjadi SIMPATIK untuk memperingati kerusuhan Mei
kekerasan seksual, termasuk pemerkosaan 1998 di Jakarta. Pada bulan Maret 1999
terhadap sejumlah perempuan dalam peristiwa SIMPATIK melakukan aksi long march sebanyak
kerusuhan tanggal 13-15 Mei 1998. Berdasarkan 20 massa dimulai dari SMAN 19 Glodok menuju
fakta yang diketemukan dan info dari saksi-saksi reruntuhan bangunan pasar Glodok bekas
ahli, tindakan kekerasan seksual terjadi secara kerusuhan Mei 1998. Mereka memperingati 1
spontan diberbagai tempat yang berbeda dalam tahun peristiwa kerusuhan Mei 1998 dengan
waktu hampir bersamaan, selain itu situasinya menyuarakan tuntutannya agar pemerintah segera
sangat mendukung untuk terjadi kekerasan menghapus Impres No 14 Tahun 1967, karena
seksual terhap perempuan. Korban adalah TGPF yang dibentuk untuk menyelesaikan
penduduk Indonesia dengan berbagai latar kerusuhan Mei 1998 masih belum sepenuhnya
belakang, diantaranya kebanyakan adalah etnis terselesaikan (Tika).
Tionghoa. Belum dipastikan bahwa kekerasan Legitimasi B.J. Habibie semakin lemah,
seksual yang terjadi pada saat kerusuhan Mei karena pemerintahan transisi, warisan
1998 di Glodok merupakan kegiatan terencana pemerintahan Soeharto dan bukan dipilih oleh
dan tidak ditemukan fakta adanya aspek agama rakyat. Selain itu lepasnya Timor-Timor dari
dalam kasus kekerasan seksual (Seri Dokumen NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)
Kunci TGPF, 17-18). yang bertentangan dengan kesepakatan MPR,
Dari pihak kepolisian sendiri, dalam mengakibatkan muncul tuntutan dari dunia
pembuatan berkas proses pengajuan kasus pelaku Internasional tentang pelanggaran HAM yang
kerusuhan yang ditangkap untuk dipersidangkan meminta pertanggung jawaban militer Indonesia.
mengalami kesulitan, karena mereka yang Pada tanggal 14 Oktober 1999, Presiden B.J.
ditangkap sebanysk 50 orang sehingga tidak Habibie menyampaikan pidato pernyataan
Fakultas Sastra Universitas Jember 16
Volume 1 (3) Maret 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 10-19

pertanggung jawaban di depan sidang, pernyataan berbahasa Cina, dan Nomor 14 Tahun 1967
tersebut menimbulkan penolakan-penolakan dari larangan agama, kepercayaan, pendidikan, dan
kalangan Fraksi PDI-Perjuangan, Fraksi PKB, adat-istiadat Tionghoa hadir di Indonesia dengan
Fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia, Fraksi mengeluarkan Kepres Abdurrahman Wahid
Demokrasi Kasih Bangsa, sejumlah mahasiswa Nomor 6/2000 yang memperbolehkan orang
dan masyarakat. Pada tanggal 20 Oktober 1999, Tionghoa menjalankan segala bentuk ekspresi
ketua MPR Amien Rais menyatakan bahwa kebudayaan Tionghoa, agama, mempelajari
pertanggung jawaban Presiden B.J. Habibie bahasa Mandarin beserta aksaranya, dan terakhir
tentang pelanggaran HAM di Timor-Timor perayaan Imlek dinyatakan sebagai hari libur
ditolak, dan hari yang sama Presiden B.J. nasional (Wibowo, 33-34-170).
Habibie menyatakan mengundurkan diri dari Berkaitan dengan pasar Glodok, muncul
pencalonan presiden. peredaran sebuah tabloid Glodok Standart
berbahasa Mandarin yang diterbitkan oleh PT
e. Kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid Merdeka Cakrawala dibawah penerbitan Grup
Terhadap etnis Tionghoa Jawa Pos memuat berita lokal sekaligus iklan
Hasil dari pemilihan umum muncul dua diseputaran pusat bisnis di kawasan Glodok yang
partai terkuat sebagai calon presiden yaitu menjadikan kawasan ini sebagai pusat grosir
Megawati dari PDI-Perjuangan dan yang terkenal sehingga kebudayaan Tionghoa
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari PKB (Partai juga ikut dikenalkan pada masyarakat umum
Kebangkitan Bangsa). Pada pemilihan umum, (Wibowo, 173) Di Glodok mempunyai 1 tempat
PDI- Perjuangan meraih kemenangan sebesar kursus bahasa Mandarin letaknya berada di Jalan
33% suara sedangkan PKB mendapatkan 12% Patekoan SMAN 19 Glodok Kecamatan Taman
suara. Namun pada tanggal 7 Oktober 1999 Sari Jakarta Barat. Tentang tradisi dan
dalam sidang umum, ketua MPR Amien Rais kebudayaan etnis Tionghoa, pada tanggal 16
menggunakan peraturan poros tengah dimana Februari 2000 Glodok melakukan perayaan Imlek
partai-partai muslim seperti PPP dan PAN secara terbuka di Wihara Dharma Bakti. Dengan
berkoalisi dengan PKB sehingga PDI-Perjuangan menampilkan berbagai budaya etnis Tionghoa
tidak memiliki kursi penuh dan mulai membentuk yang berkaitan dengan warna merah (warna
aliansi dengan PKB. Pada tanggal 20 Oktober keberuntungan), berbagai lampion bertuliskan
1999 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) resmi huruf Cina, makanan dan pernak-pernik yang
menjadi presiden Republik Indonesia keempat berciri khas Tionghoa dijajakan di pasar Petak
dan dilantik dengan Ketetapan MPR No. Sembilan.
VII/MPR/1999 untuk masa bakti 1999-2004,
sedangkan Megawati terpilih menjadi Wakil 6. Kesimpulan
Presiden RI dengan Ketetapan MPR No. Kerusuhan pasar Glodok Kecamatan
VIII/MPR/1999 (Beny G Setiono). Taman Sari Jakarta Barat disebabkan oleh dua
Presiden Abdurrahman Wahid sangat faktor nasional yaitu Krisis Moneter tahun 1998
menaruh simpati terhadap etnis Tionghoa di di Indonesia, yang mengakibatkan harga
Indonesia yang selalu menjadi koerban aksi sembilan bahan pokok semakin naik dan menjadi
kerusuhan seperti di Tanggerang, Bekasi, Solo, langka dipasaran. Keadaan tersebut membuat
Surabaya, Situbondo, dan DKI Jakarta sehingga panik masyarakat Jakarta, kesenjangan sosial
Presiden Abdurrahman Wahid menawarkan ekonomi antara kaya dan miskin semakin terasa
sejumlah konsep bangsa Indonesia yang pluralis dikalangan masyarakat, sehingga muncul
dan menghimbau etnis Tionghoa baik WNI berbagai prasangka buruk sejumlah masyarakat
maupun WNA untuk bersama membangun negara pribumi terhadap warga Tionghoa yang mayoritas
Indonesia (Wibowo, 33). sebagai pedagang. Faktor politik nasional juga
Konsep bangsa Indonesia yang pluralis sebagai pendukung terjadinya kerusuhan di pasar
diperlihatkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid Glodok, dimana pada tanggal 13 Mei 1998 aksi
dengan membatalkan keputusan mantan Presiden demostrasi mahasiswa Trisakti menuntut
Soeharto Nomor 127/U/Kep/12/1966 tentang perbaikan perekonomian Indonesia dan Soeharto
prosedur ganti nama bagi Warga Negara turun menjadi presiden sehingga memancing
Indonesia yang memakai nama Tionghoa, Nomor massa lain ikut turun kejalan dan melakukan
49/U/8/1967 pendayagunaan media massa keributan. Peristiwa tersebut kemudian berubah
Fakultas Sastra Universitas Jember 17
Volume 1 (3) Maret 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 10-19

menjadi gerakan anti Tiongho dengan melakukan segala bentuk ekspresi kebudayaan Tionghoa,
pengrusakan, penjarahan, dan pembakaran agama, mempelajari bahasa Mandarin beserta
pertokoan, kendaraan, dan bangunan lain yang aksaranya, dan terakhir perayaan Imlek
mayoritas milik etnis Tionghoa. dinyatakan sebagai hari libur nasional.
Pada tanggal 14 Mei 1998 kerusuhan Berkaitan dengan pasar Glodok, kebijakan
massa semakin meluas di DKI Jakarta. Para Presiden Abdurrahman Wahid muncu media baru
preman memanfaatkan keadaan tersebut hingga khususnya tabloid Glodok Standart berbahasa
menyebabkan pasar Glodok dan Orion Plaza Mandarin yang berpangaruh terhadap
menjadi sasaran penrusak, penjarah, dan dibakar perkembangan pasar Glodok. Namun kebijakan
oleh massa. Meskipun tidak diketemukan korban diatas tidak begitu saja dapat menyelesaikan
meninggal di pasar Glodok dan Orion Plaza, kerusuhan Mei 1998. Berdasarkan uraian-uraian
akan tetapi pedagang Glodok mengalami trauma peristiwa yang telah dijelaskan pada bab-bab
yang sangat mendalam, hal itu dikarenakan selanjutnya dapat disimpulkan bahwa:
kerusuhan massa di pasar Glodok digambarkan Lambannya penanganan dari aparat
seperti perang. Namun dampak yang terlihat keamanan menangani dan menaggapi rangkayan
adalah kerugian material mayoritas diderita oleh peristiwa kerusuhan Mei 1998, mengakibatkan
pedagang etnis Tionghoa yang kehilangan harta kerusuhan massa meluas.
benda dan tempat berdagang, sedangkan korban Pemerintah bertanggung jawab untuk
kehilangan pekerjaan kebanyakan diderita oleh menuntaskan segala bentuk premanisme yang
orang pribumi yang tempat kerjanya rusak dan berkembang disemua lingkungan masyarakat.
dibakar oleh massa sehingga mereka mencari Orang Tionghoa kurang menjalin
tempat atau pekerjaan lain, sebagai contoh para komunikasi budaya dan membaur dengan
pramusaji yang bekerja di pasar Glodok dan masyarakat pribumi sehingga prasangka-
Orion Plaza. prasangka etnis terus berkembang kemudian
Penyelesaian terhadap kerusuhan pasar dapat membahayakan keselamatan etnis
Glodok menjelang pergantian presiden Tionghoa.
mengalami perbedaan. Pada masa pemerintahan Sikap pemerintah yang memberi
B.J Habibie tanggal 21 Mei 1998 melakukan kemudahan orang Tionghoa berkembang di
kebijakan dengan perbaikan pasar Glodok dan bidang perekonomian, seperti di Kelurahan
Orion Plaza. Menyangkut tuntutan Komnas Glodok mayoritas pedagang Tionghoa menempati
HAM mengenai penyelesaian kerusuhan Mei tempat strategis dan layak untuk berdagang,
1998, Presiden Habibie membentuk TGPF untuk sebagai contoh Pasar Glodok dan Orion Plaza
menemukan, mengungkap fakta, pelaku, dan latar adalah tempat perniaagaan mayoritas dikuasai
belakang peristiwa kerusuhan Mei 1998, oleh pedagang Tionghoa. Sikap tersebut
sedangkan masa pemerintahan Abdurrahman mengakibatkan kecemburuan sosial masyarakat
Wahid tanggal 20 Oktober 1999 menerapkan pribumi.
konsep bangsa yang pluralis. Konsep tersebut Pemerintah harus memberikan
diperlihatkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid rehabilitasi, kopensasi, dan membantu
dengan menaruh simpati terhadap masyarakt pembangunan kembali pertokoan milik korban
Tionghoa di Indonesia yang selalu didiskriminasi kerusuhan.
dan menjadi korban kerusuhan. Menanggapi hal Pemerintah perlu memudahkan korban
tersebut Presiden Abdurrahman Wahid segera untuk mengurus surat-surat berharga milik
merespon dengan membatalkan keputusan korban kerusuhan.
mantan presiden Soeharto Nomor
127/U/Kep/12/1966 prosedur ganti nama bagi Daftar pustaka
Warga Negara Indonesia yang memakai nama Buku
Tionghoa, Nomor 49/U/8/1967 pendayagunaan Benny G. Setiono. 1999. Tionghoa Dalam
media massa berbahasa Cina, dan Nomor 14 Pusaran Politi. Jakarta: ELKASA.
Tahun 1967 larangan agama, kepercayaan,
pendidikan, dan adat-istiadat Tionghoa hadir di Bian Poen dkk. 2004. Temuan Tim Gabungan
Indonesia dengan mengeluarkan Kepres Pencari Fakta Peristiwa Kerusuhan Mei
Abdurrahman Wahid Nomor 6/2000 yang 1998. Jakarta : Publikasi Komnas
memperbolehkan orang Tionghoa menjalankan Perempuan.
Fakultas Sastra Universitas Jember 18
Volume 1 (3) Maret 2015 PUBLIKA BUDAYA Halaman 10-19

Bonnie Triyana. 2011. Eddie Lembong, Gatra. “Tim-Tim Mengungkap Sipil Berbedil”,
Mencintai Tanah Air Sepenuh Hati. Buntut Mahal Janji Habibie, 13 Februari
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. 1999.

Carla dkk. 2003. Tragedi Mei 1998, Dalam Kompas. “Jakarta Dibersihkan dari Sampah Sisa
Perjalanan Bangsa. Jakarta: Publikasi Kerusuhan”, 17 Mei 1998.
Komnas Perempuan.
Kompas. “Siapa Saja Boleh Bentuk Partai”, 19
Ester Indahyani Jusuf. 2007. Kerusuhan Mei Mei 1998.
1998, Fakta, Data, dan Analisa. Jakarta :
Solidaritas Nusa Bangsa dan Asosiasi Media Indonesia. “Pro-Kontra Habibie”, Debat
Penasehat Hukum dan Hak Asasi Manusia Setelah Lengser Keprabon, 24 Mei 1998.
Indonesia.
Wawancara
Justin Suhandinata. 2009. WNI Keturunan Amin, Pasar Glodok, 8-1-2013
Tionghoa, Dalam Stabilitas Ekonomi dan Damar, Glodok, 7-1-2013
Politik Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Yanti, Glodok, 11-2-2013
Pustaka Umum. Johan, Glodok, 8-1-2013
Sumarni, Glodok, 11-2-2013
Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Heriyanto, Petak Sembilan, 11-2-2013
Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya. Madin, Pinangsia, 15-2-2013
Edwerd atau Edo, 15-2-2013
Goettschlak Louis. 1980. Mengerti Sejara. Alexander Yeris, Pasar Jaya, 10-1-2013
Jakarta: UI Press.
Internet
Sartono Kartodirjo. 1993. Pendekatan Ilmu
Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Afiranto Budi, Definisi Kerusuhan, Pemogokan,
PT. Gramedia Pustaka Utama. Akibat Perbuatan Jahat
[online]http://www.akademisuransi.org/20
Redding Gordon.1994. Jiwa Kapitalisme Cina. 12/10/definisikerusuhanpemogokanakibat.
Jakarta: Abdi Tandur. html, diunduh pada 19 Desember 2013.

Siswono Yudo Husodo. 1985. Warga Baru, Lepi T. Tarmidi, Krisis Moneter Indonesia,
Kasus Cina di Indonesia. Jakarta: Yayasan [online]http://almareza-
Padamu Negeri. almareza.blogspot.com/2010/10/krisis-
ekonomi-1997-1998-indonesia.html,
Wibowo dan Tung Ju Lan. 2010. Setelah Air diunduh pada 28 Mei 2014.
Mata Kering. Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara. Tika, Kawasan Pecinan Glodok dibalik Lensaku,
[online]
Surat Kabar dan Majalah http://wisata.kompasiana.com/jalan-
Aksi Peristiwa. “Ekonomi Indonesia Tengah jalan/2013/02/13/kawasan-pecinan
Mimpi Buruk, Edisi Khusus tahun 66”, 21 glodok-di-balik-lensaku-533074.html,
Mei 1998. diunduh pada 12 April 2014.

Aksi Peristiwa. “Ekonomi Kalang Kabut”, 19-25 E. Korel Dewanto, Organisasi SIMPATIK di
Mei 1998. GLODOK, [online] dalam http://www.
Tempo. Co/read/news/2001/05/13/0…
Forum Keadilan. “Laporan Langsung Dari diunduh 12 April 201422
Cendana”, 29 Juni 1998.

Gatra. “Huru-Hara Jakarta”, Suaram Setelah


Amuk Masa, 23 Mei 1998.
Fakultas Sastra Universitas Jember 19

You might also like