Professional Documents
Culture Documents
Laporan Praktikum Kimia
Laporan Praktikum Kimia
TESIS
Oleh :
RESTON RAJAGUKGUK
NPM : 1106041092
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Oleh :
RESTON RAJAGUKGUK
NPM : 1106041092
NPM : 1106041092
Tanda Tangan :
ii
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
iii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
berkat, kasih dan karuniaNyalah penulis akhirnya menyelesaikan penelitian ini. Atas
rahmat dan kekuatan dariNya telah memberikan kekuatan bagi penulis dalam
menjalani setiap proses penelitian dan sampai pada akirnya penulis berhasil
menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Analisis Kelelahan Mata Akibat Pajanan
Sinar Ultraviolet-B Pada Pekerja Las di PT. Jaya Asiatic Shipyard Batam Tahun
2012”.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis baik moril
maupun materil sehingga selesainya penulisan tesis ini, khususnya kepada:
1. Bapak Hendra, SKM, MKKK selaku pembimbing tesis yang telah
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, dan dorongan serta motivasi
pada penulis mulai dari awal sampai selesainya penelitian ini.
2. Bapak Drs. Psi. Ridwan Z. Sjaaf, MPH selaku Ketua Jurusan K3 FKM UI
yang memberikan motivasi dalam penyelesaian penelitian ini.
3. Bapak Doni Hikmat Ramdhan, SKM, MKKK, PhD selaku ketua Program
Studi Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan sekaligus sebagai dosen
penguji yang memberikan banyak masukan yang sangat bermanfaat demi
kesempurnaan tesis ini.
4. Bapak Alastair Campbell, Manager HSES PT. McDermott Indonesia yang
selalu memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan
Magister K3 ini.
5. Bapak Haposan A. Sitinjak selaku Manager HSES PT. Jaya Asiatic Shipyard
Batam yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan
penelitian di PT. Jaya Asiatic Shipyard Batam. Tak lupa terima kasih yang
sedalam-dalamnya saya sampaikan bagi seluruh staf HSES yang telah
membantu penulis selama pelaksanaan penelitian.
iv
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih yang tak berhingga bagi semua
pihak, dan kita semua tahu bahwa tidak satupun di dunia ini yang sempurna. Hanya
Tuhanlah berhak atas segala kesempurnaan. Semoga Tesis ini bermanfaat.
Penulis
RESTON RAJAGUKGUK
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Analisis Kelelahan Mata Akibat Pajanan Sinar Ultraviolet-B Pada Pekerja Las di
PT. Jaya Asiatic Shipyard Batam Tahun 2012
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 12 Januari 2013
Yang menyatakan
( RESTON RAJAGUKGUK )
vi
viii
UNIVERSITAS INDONESIA
x
UNIVERSITAS INDONESIA
Halaman
DAFTAR ISI..………………………………..……………………………. xi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xiv
DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xv
1. PENDAHULUAN …………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………..……………… 1
1.2 Permasalahan ………………………………………….…………… 3
1.3 Pertanyaan Penelitian ……………………….……………………… 3
1.4 Tujuan Penelitian …………………………………………………… 3
1.4.1 Tujuan Umum ………………………………………..…….. 3
1.4.2 Tujuan Khusus …………………………………….……….. 4
1.5 Manfaat Penelitian ……………………………………….………… 4
1.5.1 Manfaat Bagi Perusahaan ………………………………….. 4
1.5.2 Manfaat Bagi Keilmuan K3 ………………………………… 4
1.5.3 Manfaat Bagi Mahasiswa …………………………………… 4
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………….. 5
xi
UNIVERSITAS INDONESIA
6. PEMBAHASAN ………………………………………………….. 42
6.1 Keterbatasan Penelitian ……………………………………….. 42
6.2 Analisis Tingkat Radiasi Ultraviolet-B ……………………….. 42
6.3 Analisis Keluhan Kelelahan Mata …………………………….. 43
6.3.1 Hubungan Keluhan Kelelahan Mata Dengan Tingkat
Radiasi Ultraviolet-B ………………………………….. 43
6.3.2 Hubungan Keluhan Kelelahan Mata Dengan
Umur Pekerja ………………………………………….. 44
6.3.3 Hubungan Keluhan Kelelahan Mata Dengan
Lama Paparan ………………………………………… 44
6.3.4 Hubungan Keluhan Kelelahan Mata Dengan Pemakaian
Pelindung Mata ………………………………………… 45
6.4 Analisis Hubungan Multivariat ………………………………… 46
xii
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR REFERENSI………………………………………………… 49
LAMPIRAN 1 …………………………………………………………... 53
LAMPIRAN 2 …………………………………………………………... 57
LAMPIRAN 3 …………………………………………………………… 67
LAMPIRAN 4 …………………………………………………………… 69
xiii
UNIVERSITAS INDONESIA
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Teori Pajanan Radiasi Sinar Las di Tempat Kerja ….. 23
xiv
UNIVERSITAS INDONESIA
Halaman
xv
UNIVERSITAS INDONESIA
1
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
oleh Mignolet (1950) terhadap 520 pekerja las mengenai keluhan mata,
dilaporkan terdapat keluhan gangguan mata berupa mata berair, penglihatan
kabur, pedih, gangguan melihat dialami oleh 60% pekerja las yang diteliti. Oleh
sebab itu penulis merasa perlu untuk meneliti kemungkinan dampak kelelahan
mata yang dialami oleh pekerja las sebagai akibat langsung pajanan radiasi
sebagai akibat dari proses pengelasan tersebut.
1.2. Permasalahan
Seringnya terjadi keluhan rasa lelah pada tukang las (welder) yang bekerja
di PT. Jaya Asiatic Shipyard sehingga perlu diketahui tingkat paparan radiasi
Sinar Ultraviolet-B yang berkontribusi terhadap kelelahan tersebut. Masalah
pokok pada penelitian ini adalah menentukan tingkat keluhan kelelahan mata
(visual fatique), serta menentukan tingkat paparan radiasi Sinar Ultraviolet-B
yang dapat mempengaruhi tingkat kelelahan mata pekerja las di Departemen Hull
PT. Jaya Asiatic Shipyard.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
2.1.Pengelasan
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat
panas dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefiniskan sebagai
ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Pada saat
ini teknik las sudah dipergunakan secara luas dalam penyambungan batang-batang
konstruksi bangunan baja dan konstruksi mesin. Lingkup penggunaan teknik
pengelasan dalam konstruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka
baja, bejana tekan, pipa saluran minyak dan gas, kendaraan rel dan lain
sebagainya.
Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN) sebagaimana
dituliskan oleh Wiryosumarto (1985), las adalah ikatan metalurgi pada sambungan
logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari
definisi tersebut dapat dijabarkan lagi bahwa pengelasan adalah sambungan
setempat dari beberapa logam dengan menggunakan energi panas.
Menurut Canadian Center for Occupational Health and Safety (2008),
proses pengelasan mengeluarkan radiasi dengan panjang gelombang antara 200 –
1400 nm (nanometers). Ini termasuk radiasi Ultraviolet (antara 200 – 400 nm),
Sinar Tampak (400 – 700 nm) dan Inframerah (antara 700-1.400 nm).
6
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
mencair oleh nyala gas asetilin melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2
dengan atau tanpa logam pengisi.
9. Friction Welding
Friction welding atau las gesekan, merupakan proses penyambungan logam
dengan memanfaatkan energi panas yang diakibatkan karena adanya gesekan
dari dua material yang akan disambung
UNIVERSITAS INDONESIA
Dari duabelas jenis pengelasan diatas, PT. Jaya Asiatic Shipyard Batam hanya
menggunakan dua jenis pengelasan di workshop Hull perusahaan tersebut, yaitu
jenis GTAW dan SMAW.
UNIVERSITAS INDONESIA
Gas-gas berbahaya juga bisa muncul dari proses pengelasan, seperti gas karbon
monoksida (CO), karbon Dioksida (CO2) dan gas nitrogen dioksida (NO2).
3. Bahaya listrik
Listrik merupakan satu bahaya yang ada pada proses pengelasan. Banyak sekali
kecelakaan terjadi yang ditimbulkan oleh listrik dan akibatnya dapat sampai
kematian pekerja.
UNIVERSITAS INDONESIA
2.2.Sinar Ultraviolet
Radiasi Ultraviolet adalah radiasi yang mempunyai wilayah spektrum
elektromagnetik antara Sinar Tampak dan sinar-X. Radiasi ultaviolet mempunyai
panjang gelombang yang pendek dengan frekuensi yang tinggi bila dibandingkan
dengan cahaya tampak tetapi mempunyai panjang gelombang yang lebih panjang
dibandingkan dengan sinar-X. Sinar Ultraviolet mempunyai panjang gelombang
antara 200 – 400 nm. Sumber Sinar Ultraviolet selain sinar matahari, juga
dihasilkan pada kegiatan pengelasan, lampu lampu pijar, pengejaan laser, dan lain
lain. Pengaruh Sinar Ultraviolet di lingkungan kerja terutama terhadap kulit dan
mata. Pada kulit dapat mengakibatkan erytheme, yaitu bercak merah yang
abnormal pada kulit. Sedangkan pada mata dapat merusak epitel kornea (Ilyas,
2005).
Menurut Canadian Centre for Occupational Health & Safety (2008),
radiasi Ultraviolet dibagi ke dalam tiga jenis panjang gelombang yang berbeda
yaitu :
1. Ultraviolet-A
Sinar Ultraviolet-A mempunyai panjang gelombang 320-400 nm. Menurut
Alatas, dkk (2003), energi Ultraviolet-A secara kuat diserap dalam lensa mata.
Sinar Ultraviolet-A secara sendiri tidak memperlihatkan pengaruh biologi
pada manusia, akan tetapi dapat memperkuat pengaruh biologi dari sinar
Ultraviolet-B.
2. Ultraviolet-B
Sinar Ultraviolet-B mempunyai panjang gelombang 280-320 nm. Menurut
Canadian Centre for Occupational Health & Safety (2008), bahwa sinar yang
paling umum memberikan dampak nyata bagi mata manusia dan pekerja
adalah Sinar Ultraviolet-B.
Menurut Alatas, dkk (2003), energi radiasi Ultraviolet-B sebagian besar akan
diserap kornea namun sebagian dapat mencapai lensa mata sehingga akan
menimbulkan kelelahan mata pekerja.
UNIVERSITAS INDONESIA
3. Ultraviolet-C
Sinar Ultraviolet-C mempunyai panjang gelombang 200-280 nm. Menurut
Alatas, dkk (2003), energi Ultraviolet-C dapat diserap seluruhnya oleh kornea
mata. Sinar Ultraviolet-C tidak menimbulkan pengaruh yang serius pada mata
dan kulit manusia.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
4. Kelelahan saraf, disebabkan oleh terkenanya salah satu bagian dari system
psikomotorik.
5. Kelelahan kronis, sebagai akibat terjadinya akumulasi efek kelelahan pada
jangka waktu yang panjang.
6. Kelelahan siklus hidup sebagai bagian dari irama hidup siang dan malam serta
pertukaran periode tidur.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
2.5.Kelelahan Mata
2.5.1. Definisi Kelelahan Mata
Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan
indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat
dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi pandangan
yang tidak nyaman (Pheasant, 1991).
UNIVERSITAS INDONESIA
b. Usia
Semua mahluk hidup akan mengalami kemunduran dalam hidupnya sesuai
dengan bertambahnya usia. Guyton (1991), menyebutkan bahwa daya
akomodasi menurun pada usia 40 – 50 tahun.
2. Faktor Lingkungan
a. Menurut Pheasant (1991), kemudahan seseorang untuk melihat suatu
objek kerja di lingkungan kerja sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain:
• Tingkat Pencahayaan (Illumination Levels)
Kemudahan untuk melihat suatu objek kerja dipengaruhi oleh tingkat
pencahayaan yang baik, karena semakin tinggi tingkat pencahayaan
maka akan semakin mudah seseorang untuk melihat suatu objek.
• Ukuran Objek Kerja
Bentuk objek kerja yang sederhana akan lebih mudah dikenali dan
diinterpretasikan daripada objek yang sangat rumit.
• Kekontrasan
Kemudahan untuk melihat suatu objek kerja serta kejepengelasan
melihat objek kerja dipengaruhi oleh kekontrasan. Kontras yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan kesilauan.
• Lama Waktu untuk melihat Objek Kerja
Mata memerlukan waktu untuk melihat suatu objek agar lebih fokus,
objek yang terlalu kecil dan dengan bentuk yang rumit akan
memerlukan waktu yang lama agar penglihatan lebih fokus.
• Jarak Melihat Objek
Mata manusia mempunyai garis sudut pandang normal sebesar 150 dan
dapat melebar sampai 600. Sedangkan kemampuan mata normal untuk
membaca huruf hasil printer sejauh kurang lebih 400 mm. Pekerja
dengan komputer direkomendasikan jauh lapang pandang antara 350 –
700 mm.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
• Sakit kepala, kadang kadang disertai pusing dan mual serta terasa
pegal-pegal atau terasa capek dan mudah emosi.
Gejala-gejala kelelahan mata tersebut disebabkan oleh penggunaan otot-
otot disekitar mata yang berlebihan.
Menurut Suma’mur (1998), gejala-gejala kelelahan mata antara lain:
• Berair dan memerahnya konjungtiva
• Melihat rangkap
• Kepala terasa pusing
• Menurunnya ketajaman penglihatan.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
22
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 3.1 Kerangka Teori Pajanan Radiasi Sinar Las di Tempat Kerja
Lingkungan
Kerja
Pengendalian Lingkungan
Disain tempat kerja Karakteristik Pekerja
Shielding / layar Umur
pembatas Gangguan Penglihatan
Faktor Kerja
Radiasi Ultraviolet-B Masa Kerja
Tingkat Pencahayaan Lama Paparan
Kekontrasan
Ukuran Objek Kerja
Bentuk Objek Kerja
Lama waktu melihat
Objek
Jarak Melihat Objek
Keluhan Kelelahan Mata
Perlindungan Pekerja
Alat pelindung diri
UNIVERSITAS INDONESIA
Variabel independen
Dari kerangka konsep di atas, peneliti membahas empat faktor yang dapat
mempengaruhi kelelahan mata yaitu: radiasi sinar Ultraviolet-B dari pengelasan, umur
pekerja, lama paparan, dan pemakaian Alat Pelindung Diri (mata) sebagai variabel
independen yang menyebabkan terjadinya kelelahan mata pada pekerja sebagai variabel
dependen.
UNIVERSITAS INDONESIA
1 Kelelahan Mata Pernyataan keluhan kelelahan mata yang dialami Kuesioner Ordinal 1. Tidak ada
pekerja dalam 3 bulan terakhir. Ada keluhan ditentukan dan gejala
bila mengalami satu atau lebih gejala berikut: observasi 2. 1-2 gejala
1. Mata berair (mengeluarkan air mata) 3. 3-5 gejala
2. Mata terasa perih 4. 6-8 gejala
3. Mata tegang 5. 9-11 gejala
4. Pandangan kabur
5. Penglihatan rangkap
6. Mata mengantuk
7. Mata berdenyut
8. Mata terasa gatal/kering
9. Mata kesulitan fokus melihat objek benda
10. Ketajaman penglihatan menurun
11. Kepala pusing
Gejala tersebut dirasakan dalam waktu 2 – 12 jam
setelah melakukan pengelasan.
UNIVERSITAS INDONESIA
2 Radiasi Besarnya energi radiasi Ultraviolet-B yang diterima Radiometer Ratio mW/cm2
Ultraviolet-B oleh mata pekerja las yang didapatkan melalui alat Solarmeter
ukur. 6.2
3 Umur Pekerja Umur pekerja pada saat penelitian dilakukan Kuesioner Ordinal 1. < 20 tahun
2. ≥ 20 dan < 30 tahun
3. ≥ 30 dan < 40 tahun
4. ≥ 40 tahun
4 Masa Kerja Lamanya pekerja bekerja sebagai juru las Kuesioner Ordinal 1. < 3 tahun
2. ≥ 3 dan < 9 tahun
3. ≥ 9 dan < 15 tahun
4. ≥ 15 tahun
5 Lama Paparan Jumlah waktu kerja per hari pekerja khusus Kuesioner Ordinal 1. < 4 jam
melakukan pengelasan. 2. ≥ 4 dan < 6 jam
3. ≥ 6 dan < 8 jam
4. ≥ 8 jam
UNIVERSITAS INDONESIA
6 Penggunaan Apakah pekerja memakai APD yang tepat setiap Kuesioner Ordinal 1. Selalu pakai
APD melakukan pekerjaan pengelasan 2. Kadang-kadang
pakai
3. Tidak pernah pakai
UNIVERSITAS INDONESIA
28
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
31
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Hasil Pengukuran
Std. Deviasi
Minimum Maksimum Rata-rata (µW/cm2)
(µW/cm2) (µW/cm2) (µW/cm2)
3.60 17.60 9.7933 4.9986
Lama Pemaparan
Tingkat Radiasi Jumlah Presentase
yang diperbolehkan
3,3 – 5 µW/cm2 5 16,67 % 10 – 15 menit
5 – 10 µW/cm2 14 46,67 % 5 – 10 menit
10 – 50 µW/cm2 11 36,67 % 1 – 5 menit
TOTAL 30 100 %
UNIVERSITAS INDONESIA
GTAW 11 37%
SMAW 19 63%
Total 30 100%
Banyak Keluhan
Jumlah Persentase
Kelelahan Mata
0 3 10%
1- 2 5 17%
3-5 6 20%
6-8 9 30%
9-11 7 23%
Total 30 100%
UNIVERSITAS INDONESIA
5.2.4. Umur
Dari hasil kuesioner yang diberikan pada 30 orang responden pekerja las
diketahui bahwa rata-rata umur responden adalah 34 tahun, dengan umur termuda
19 tahun dan yang paling tua berumur 53,25 tahun. Hasil deskriptif umur
responden dapat dilihat pada tabel 5.6 di bawah ini.
Hasil Pengukuran
Std. Deviasi
Minimum Maksimum Rata-rata (tahun)
(tahun) (tahun) (tahun)
19 53,25 34 8,79
Pada tabel 5.7 berikut dapat dilihat bahwa 1 responden (3%) berumur
kurang dari 20 tahun, 10 responden (33%) berumur antara 20-30 tahun, 11
responden (37%) berumur antara 30-40 tahun, sedangkan 8 responden (27%)
berumur 40 tahun atau lebih.
< 20 Tahun 1 3%
≥ 40 Tahun 8 27%
Total 30 100%
UNIVERSITAS INDONESIA
10,5 jam. Hasil lama paparan responden pada radiasi Ultraviolet-B dapat dilihat
pada tabel 5.8 di bawah ini.
Hasil Pengukuran
Std. Deviasi
Minimum Maksimum Mean (jam)
(jam) (jam) (jam)
1 10,5 6,34 2,54
≥ 4 dan < 6 1 3%
≥ 8 Jam 9 30%
Total 30 100%
UNIVERSITAS INDONESIA
Hasil Pengukuran
Std. Deviasi
Minimum Maksimum Mean (tahun)
(tahun) (tahun) (tahun)
0,5 22 6,57 5,45
Pada tabel 5.11 berikut terlihat bahwa proporsi responden dengan masa
kerja antara 3-9 tahun mempunyai proporsi terbanyak yaitu sebesar 47% atau
sebanyak 14 responden, 8 responden (27%) mempunyai masaa kerja kurang dari 3
tahun, 4 responden (13%) mempunyai masa kerja antara 9-15 tahun, sedangkan 4
responden yang lain (13%) mempunyai masa kerja lebih dari 15 tahun.
≥ 15 tahun 4 13%
Total 30 100%
UNIVERSITAS INDONESIA
Baik 23 76,7%
Total 30 100%
UNIVERSITAS INDONESIA
GTAW 0 1 10 11
TOTAL 5 14 11 30
Dari hasil analisis bivariat antara tingkat radiasi dengan proses las dengan
menggunakan Independent-Sample T Test pertama, Levene’s Test, diketahui nilai
significance = 0,491> 0.05 yang berarti kedua kelompok proses las SMAW
(Manual Stick Welding) dengan GMAW memiliki varian yang sama. Dari tabel
Independen Samples Test kedua, t-test, diperoleh nilai significance (2-tailed) =
0,000 < 0,025 yang berarti kedua proses pengelasan menghasilkan rata-rata
tingkat radiasi yang berbeda. Dengan kata lain bahwa proses pengelasan
berpengaruh terhadap tingkat radiasi yang memapar pekerja las. Proses
pengelasan GTAW memberikan paparan tingkat radiasi lebih tinggi dibandingkan
proses pengelasan SMAW (Manual Stick Welding) kepada pekerja las (Lihat
Tabel 5.14).
Tingkat Radiasi
Proses Pengelasan
Rata-rata Std. Deviasi Frekwensi
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Baik 7 6 7 3 23
Tidak baik 1 0 2 4 7
TOTAL 8 6 9 7 30
UNIVERSITAS INDONESIA
42
UNIVERITAS INDONESIA
dapat dipastikan bahwa potensi pekerja las untuk terpajan radiasi Ultraviolet-B sangat
tinggi, sehingga dengan sendirinya akan meningkatkan potensi meningkatnya
penyakit akibat kerja yang diakibatkan oleh radiasi Ultraviolet-B tersebut. Salah satu
penyakit akibat kerja yang dapat diakibatkan oleh pajanan radiasi Ultraviolet-B
adalah kelelahan mata.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
selama 10 menit dalam satu hari tanpa memakai alat pelindung diri yang tepat, maka
hal itu berarti bahwa pekerja las terpapar dengan radiasi Ultraviolet-B yang jauh
melebihi NAB yang dijinkan.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
7.1. Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan pada penelitian ini adalah:
1. Dari hasil pengukuran tingkat radiasi diketahui bahwa tingkat radiasi
minimum adalah 3,6 µW/cm2 dan tingkat radiasi maksimum adalah 17,6
µW/cm2. Jika dibandingkan dengan NAB yang ditetapkan oleh Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI melalui peraturan Menteri Nomor:
PER.13/MEN/X/2011, maka semua responden terpapar pada radiasi
Ultraviolet-B yang melebihi nilai ambang batas yang diperbolehkan
berdasarkan peraturan Menteri tersebut.
2. Dari hasil penelitian terlihat bahwa 90% pekerja las mengalami gangguan
kelelahan mata.
3. Pada subjek penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara tingkat
radiasi Ultraviolet-B, umur, lama paparan pada pengelasan, dan pemakaian
alat pelindung mata dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja las.
7.2. Saran
1. Perlu dilihat kemungkinan untuk mengurangi penggunaan proses
pengelasan SMAW dengan cara menggantikannya dengan proses
GTAW karena tingkat radiasi Ultraviolet-B yang dihasilkan oleh
SMAW jauh lebih besar dibandingkan dengan GTAW.
2. Perlu pengawasan yang lebih ketat untuk memastikan bahwa semua
pekerja las memakai alat pelindung mata yang tepat setiap saat
melakukan pekerjaan pengelasan.
3. Bila ingin melihat pengaruh radiasi Ultraviolet-B pada suatu
kelompok pekerja sebaiknya perlu dipertimbangkan adanya kelompok
kontrol untuk dapat melihat pengaruh perbedaan pajanan Ultraviolet-
B terhadap kelelahan mata.
47
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Alatas, Z., & Lusiyanti, Y. (2003). Efek Kesehatan Radiasi Non-Pengion pada
manusia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keselamatan Radiasi dan
Biometri Nuklir, BATAN.
American Welding Society (2003). Radiation. Safety and Health Fact Sheet no. 2.
http://www.aws.org/technical/facts/FACT-02.pdf.
Boyce, P.R. (2009). The Impact of Light in Buildings on Human Health. Paper
presented at the 2nd International Conference on Sustainable Healthy Buildings,
South Korea.
Canadian Center for Occupational Health and Safety (2008). Radiation and the
Effects on Eyes and Skin.
http://www.ccohs.ca/oshanswers/safety_haz/welding/eyes.html.
DEPKES RI (1990). Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal Industri. Jakarta: Dirjen
Peran Serta Masyarakat, Depkes.
Gibson, J.M.D. (1995). Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat (Ni Luh Gede
Yasmin Asih, Penerjemah). Jakarta: Buku Kedokteran.
49
UNIVERSITAS INDONESIA
Leun, J.C.V.D., & Gruijl, F.R (1993). UV-B Radiation and Ozone Depletion, Effects
on Humans, Animals, Plants, Microorganisms, and Materials. Ann Arbor: Lewis
Publishers.
Lyon, T.L. (1997). Knowing the Dangers of Actinic Ultarviolet Emissions. American
Welding Society - Welding Journal. http://www.aws.org/wj/dec02/feature.html.
National Safety Council (1999), Accident Prevention Manual for Business and
Industry, (11th Ed).
UNIVERSITAS INDONESIA
Nugroho, B.A. (2005). Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS,
(Edisi ke-satu). Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sedarmayanti (2009). Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Jakarta: CV Mandar Maju
UNIVERSITAS INDONESIA
Suma’mur, PK. (1989). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: CV. Haji
Massagung.
Suma’mur, PK. (1999). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung
Agung.
Vertinsky, T., & Forster, B. (2004). Prevalence of Eye Strain Among Radiologists:
Influence of Viewing Variables on Symptom. American Journal of Roentgenology
(AJR 2005; 184:681–686)
Tarwaka, Solichul, H.B., & Lilik, S. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS
Wald, P.H., & Stave, G.M. (2002). Physical and Biological Hazards of the Workplace,
(2nd Ed). New York: John Wiley and Sons.
WHO (1994). Environmetal Health Criteria 160, Ultraviolet Radiation. World Health
Organization, Geneva.
Wignjosoebroto S (2000). Ergonomi, Studi Gerak Dan Waktu. Teknik Analisis Untuk
Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya: Guna Widya.
UNIVERSITAS INDONESIA
2. Tanggal Wawancara :
3. Pewawancara : (________________________________________)
I IDENTITAS RESPONDEN
II RIWAYAT PEKERJAAN
1. Sudah berapa lama anda bekerja di perusahaan ini? …… tahun
…... Bulan
LAMPIRAN 1: Kuesioner Keluhan Kelelahan Mata PT. Jaya Asiatic Shipyard Batam
November 2012 (Lanjutan)
10. Selama masa kerja anda (termasuk di tempat lain dan di perusahaan Ini)
Sudah berapa lama anda bekerja menggunakan alat las?
…….. Thn ……. Bln
LAMPIRAN 1: Kuesioner Keluhan Kelelahan Mata PT. Jaya Asiatic Shipyard Batam
November 2012 (Lanjutan)
3. Bagaimana pemakaian alat pelindung mata anda selama ini?
1. Selalu pakai
2. Kadang kadang pakai
3. Tidak pernah pakai
3. Jenis kacamata apa yang anda pakai akibat penyakit / kelainan mata itu?
1. Kacamata minus
2. Kacamata plus
3. Kacamata anti radiasi
4. Lainnya (Sebutkan …………………………)
VI HASIL PENGUKURAN
µW/cm2
Group Statistics
Correlations
Tingkat_Radiasi Kelelahan
Pearson Correlation 1 .131
Regression
a
Variables Entered/Removed
b
Model Summary
a
ANOVA
a
Collinearity Diagnostics
a
Residuals Statistics
Kelelahan Umur
Pearson Correlation 1 .120
Regression
a
Variables Entered/Removed
a
Collinearity Diagnostics
a
Residuals Statistics
Correlations
Kelelahan Lama_Paparan
Pearson Correlation 1 -.234
Regression
a
Variables Entered/Removed
b
Model Summary
a
ANOVA
a
Collinearity Diagnostics
a
Residuals Statistics
Correlations
Kelelahan Masa_Kerja
Pearson Correlation 1 -.172
Regression
a
Variables Entered/Removed
b
Model Summary
a
ANOVA
a
Collinearity Diagnostics
a
Residuals Statistics
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pelindung_Mata *
30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
Kelelahan_Mata
Chi-Square Tests