You are on page 1of 13

PEMASARAN SYARIAH

MAKALAH

Mata Kuliah: Dasar-Dasar Manajemen Syariah

OLEH:

MUHAMMAD ABDA’U FASURI NIM. 202301044

FAISAL TAUFIK NIM. 202301064

MURLIANTI NIM. 202301046

NANDA DUWI SAPTIAN NIM. 202301070

SUPIAWANI NIM. 202301059

DOSEN PENGAMPU: Dr. MASHURI, SE.,M.Env

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) SYARI’AH

BENGKALIS

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayahNya kepada kita semua dan khususnya kepada penulis.
Shalawat beriring salam tidak lupa juga penulis sampaikan kepada junjungan alam
Baginda Rasullullah SAW karena berkat perjuangan Beliaulah kita dapat
merasakan nikmat ilmu pengetahuan. sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “PEMASARAN SYARIAH” sebagai salah satu tugas
dalam mata kuliah Dasar-Dasar Manajemen Syariah.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini tidak dapat
terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari, meski penulis telah berusaha semaksimal mungkin

dalam menyelesaikan makalah ini mungkin masih banyak terdapat kesalahan dan

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para

pembaca, demi kesempurnaan penulis di masa yang akan datang.

Bengkalis, Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................iii

A. DEFINISI PEMASARAN SYARIAH ........................................... 1

B. PASAR DAN PEMASARAN SYARIAH ....................................... 3

C. KARAKTERISTIK PEMASARAN SYARIAH ............................ 6

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 10

iii
A. DEFINISI PEMASARAN SYARIAH

Menurut Kotler (2014), pemasaran (marketing) adalah suatu proses

sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan

apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan

pertukaran (exchange). Definisi ini berdasarkan konsep-konsep inti, seperti

kebutuhan, keinginan, dan permintaan, produk-produk (barang-barang,

layanan, dan ide), value, biaya dan kepuasan, pertukaran dan transaksi,

hubungan dan jaringan, pasar dan para pemasar (Liu, 2017).

Pemasaran sendiri adalah salah satu bentuk muamalah yang dibenarkan

dalam Islam, sepanjang dalam segala proses transaksinya terpelihara dari hal-

hal yang terlarang oleh ketentuan syariah.

Kata “syariah” berasal dari kata syara’a al-syai’a yang berarti

“menerangkan” atau menjelaskan sesuatu. Atau, berasal dari kata syir’ah yang

berarti “suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air secara

langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak memerlukan bantuan alat

lain”. Dalam Al-Quran kata syari’ah disebutkan hanya sekali dalam Surah Al-

Jatsiyah:

َّ ْ ُ َّ ْ َّ َّ َّ ْ َّ َّ َّ ْ َّ ْ َّ َّ َّ َّ َّ ْ َّ َّ ْ َّ ْ َّ َّ ْ َّ ٰ َّ َّ ٰ ْ َّ َّ َّ ُ
٨١ ‫ثم جعلنك على ش ِريع ٍة ِمن الام ِر فات ِبعها ولا تت ِبع اهواۤء ال ِذين لا يعلمون‬

Artinya: “Kemudian, Kami jadikan engkau (Nabi Muhammad)

mengikuti syariat dari urusan (agama) itu. Maka, ikutilah ia (syariat itu) dan

janganlah engkau ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”. (Q.S.

Al- Jatsiyah: 18).

1
Kata syariah berasal dari kata syara’a al-syai’a yang berarti

menerangkan atau menjelaskan sesuatu. Atau berasal dari kata syir’ah dan

syari’ah yang berarti suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air

secara langsung sehingga orang yang mengambilnya tidal memerlukan bantuan

alat lain.

Pengertian syariah menurut pandangan Islam sangatlah luas dan

komprehensif (al-syumul). Di dalamnya mengandung makna mengatur seluruh

aspek kehidupan, mulai dari aspek ibadah (hubungan manusia dengan

Tuhannya), aspek keluarga (nikah, talak, nafkah, wasiat, warisan, aspek bisnis

(perdagangan, industri, perbankan, asuransi, utang-piutang, pemasaran, hibah),

aspek ekonomi (permodalan, zakat, bait al-maal, fa’i, ghanimah), aspek hukum

dan pradilan, aspek undang-undang hingga hubungan antar negara.

Maka, Pemasaran Syariah adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang

mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan value dari satu

inisiator kepada stakeholders nya yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai

dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam. Ini artinya

bahwa dalam syariah marketing seluruh proses, baik proses penciptaan, proses

penawaran, maupun proses perubahan nilai (value) tidak boleh ada hal-hal

yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah yang islami.

2
B. PASAR DAN PEMASARAN SYARIAH

Pemasaran adalah bagian dari bisnis strategis dengan kegiatan utama

untuk menawarkan barang dan jasa kepada pasar yang ditargetkan. Inti

kegiatan ini adalah bagaimana membuat produk dapat terasa penting dan

memenuhi harapan serta kebutuhan pasar. Sehingga, nilai produk harus

ditonjolkan dalam proses pemasaran agar menarik perhatian konsumen.

Secara global, Kotler (2014) menyebutkan bahwa inti pemasaran

adalah transaksi yang diartikan sebagai pertukaran nilai antar unit sosial yang

berbeda. Konsep pertukaran adalah inti pemasaran. Pemasaran adalah dua

proses yang saling melengkapi yaitu proses teknis dan sosial. Proses teknis

mencakup aktivitas yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan bisnis

strategis mereka, seperti produk, promosi, harga, institusi, aliran, dan proses.

Sedangkan proses sosial adalah konsep pemasaran tingkat tinggi untuk

memenuhi tanggung jawab sosial pada lingkungan sekitar.

Semakin berkembangnya pasar biasanya diiringi pula dengan semakin

ketatnya persaingan. Maka semakin banyak pula pemasar yang melakukan

kegiatan pemasaran dengan beraneka macam bentuk untuk tetap menarik minat

konsumen. Hal ini mendorong semakin berkembangnya ide, kreativitas, dan

gagasan untuk mengembangkan komunikasi pemasaran. Namun, kurangnya

pemahaman dan batasan membuat konsep pemasaran yang berkembang saat

ini kurang sesuai dengan konsep syariah. Padahal ketentuan dalam berdagang

secara syariah harus menjunjung tinggi nilai keislaman dengan menghindari

3
tindakan batil yang merugikan salah satu pihak. Hal ini sesuai dengan firman

Allah SWT dalam Q.S An-Nisa : 29:

َّ ْ َّ ً َّ َّ َّ ْ ُ َّ ْ َّ َّ َّ ْ ْ ُ َّ ْ َّ ْ ُ َّ َّ ْ َّ ْ ُ ُ ْ َّ َّ ْ ُ َّ ٰ َّ ْ َّ َّ ُ َّ ٰٓ
َّ
ٍ ‫ا‬
ٍ ‫اط ِل ِال ْٓا ان تكون ِتجارة عن تر‬ ِ ‫يايها ال ِذين امنوا لا تأكلوْٓا اموالكم بينكم ِبالب‬

ٰ َّ
ً ْ َّ ْ ُ َّ َّ َّ ُ ُ ْ َّ ُ ُ ْ َّ َّ ُ ْ
٩٢ ‫ِمنك ْمۗ َّولا تقتل ْوْٓا انف َّسك ْمۗ ِان الله كان ِبكم ر ِحيما‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

memakan harta sesamamu dengan cara yang batil (tidak benar), kecuali

berupa perniagaan atas dasar suka sama suka di antara kamu. Janganlah

kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu”. (Q.S. An-Nisa : 29).

Umat muslim meyakini setiap hal akan dimintai

pertanggungjawabannya di akhirat, termasuk perannya sebagai pelaku

bisnis. Terkait hal ini, Nabi Muhammad SAW juga mengingatkan bahwa

pedagang, pada hari kebangkitan akan dibangkitkan sebagai pelaku

kejahatan, kecuali mereka yang bertakwa kepada Allah, jujur, dan selalu

berkata benar. (HR Al Tirmidzi, Ibn Majah, dan Al Darimi).

Perkembangan bisnis modern terutama bagi umat muslim

seharusnya tidak dapat dipisahkan dari ajaran agama yang telah diyakini.

Islam sendiri memiliki tokoh pebisnis yang patut menjadi panutan dengan

kepiawaiannya dalam berbisnis dan ditunjang dengan akhlaknya yang mulia

yaitu Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai

saudagar ulung yang bersifat jujur, mulia, dan amanah dalam berbisnis

4
sehingga beliau mendapatkan gelar Al-Amin yang artinya dapat dipercaya.

Nabi Muhammad SAW juga dikenal sebagai seorang pebisnis yang cerdas

dan beretika. Sifat-sifat inilah yang hendaknya tetap menjadi dasar umat

muslim pada zaman modern ini sebagai marketer syariah/ spiritual

marketing (Sutoyo, 2016).

Prinsip marketing yang sejalan dengan akhlak mulia Nabi

Muhammad SAW seharusnya dapat senantiasa diterapkan untuk

menghindari kebatilan yang sudah menjadi kebiasaan dan seringkali

dianggap benar sehingga mengkultur di masyarakat. Pandangan pemasaran

dalam konteks Islam adalah ekonomi Rabbani (divinity), realistis, humanis,

dan keseimbangan (Sutoyo, 2016). Hal ini kemudian membedakan sistem

bisnis dalam Islam dengan sistem bisnis secara konvensional.

Konsep pemasaran didalam literatur fikih Islam dikenal dengan

istilah wakalah/wikalah/perwakilan. Wakalah/wikalah/perwakilan berarti

penyerahan, atau pendelegasian atau pemberian mandat. Wakalah juga

dapat diartikan sebagai penyerahan sesuatu dari seseorang yang dapat

dilakukan oleh individu atau dapat diwakilkan kepada orang lain (Miftah,

2015). Sehingga, dasar pemasaran syariah pada dasarnya menerapkan

prinsip pemasaran global namun menekankan pada prinsipprinsip

muamalah dalam Islam.

5
C. KARAKTERISTIK PEMASARAN SYARIAH

Inti karakter pemasaran syariah adalah memberikan kepuasan kepada

konsumen dan pemangku kepentingan lain yang terlibat, tidak saja memenuhi

kepuasan duniawi, tetapi juga kepuasan akhirat untuk mencapai rida Allah

SWT. Sehingga, tujuan pemasaran dengan prinsip syariah adalah adanya

penerapan prinsip etika yang berlandaskan nilainilai Islam sebagai penciptaan

kepuasan duniawi dan ukhrawi bagi para stakeholders perusahaan (Miftah,

2015).

Menurut Sutoyo (2016), dalam Islam terdapat sembilan macam etika

(akhlak) yang harus dimiliki seorang tenaga pemasaran, diantaranya:

1. Berkeperibadian spiritual (taqwa);

2. Berkepribadian baik dan simpatik (shiddiq);

3. Berlaku adil dalam berbisnis (al-’adl);

4. Melayani nasabah dengan rendah hati (khitmah);

5. Selalu menepati janji dan tidak curang (tahfif);

6. Jujur dan terpercaya (amanah);

7. Tidak suka berburuk sangka;

8. Tidak suka menjelek-jelekkan;

9. Tidak melakukan suap (risywah);

Oleh karena itu, dalam perspektif pemasaran syariah, segala aktivitas

yang dijalankan sebagai upaya pengembangan bisnis termasuk di dalamnya

kegiatan pemasaran harus dilandasi nilai-nilai tersebut, sesuai dengan prinsip

akad bermuamalah Islami.

6
Karakter Islami yang dimiliki pemasar juga harus dikembangkan dan

sesuai prinsip habluminallah dan aturan-aturan Islam untuk mencapai rida

Allah SWT. Pemasar yang berupaya mencari rida Allah SWT, akan cenderung

lebih dominan memperhitungkan keberkahan tidak hanya di dunia tapi juga di

akhirat. Hal tersebut berdampak pada keikhlasan pemasar dalam menjalankan

tugas dan pekerjaan dengan sepenuh hati.

Sifat teladan perlu dimiliki para pemasar. Agar mudah diingat, sifat

teladan ini dapat diringkas menjadi FAST yaitu: (Miftah, 2015)

1. F = Fathonah (Cerdas)

Fathonah berarti memiliki kecerdasan, intelektual, atau

kebijaksanaan. Pebisnis yang fathonah, memahami, mengerti, dan

mendalami seluk beluk dunia bisnisnya. Karakter yang tercermin dari sifat

ini yaitu berpengetahuan luas, memahami nilai-nilai dalam bisnisnya,

memiliki visi, cerdas, sadar akan produk dan jasanya serta memiliki

kemauan untuk terus belajar. Sifat-sifat ini mengantarkan Nabi

Muhammad SAW memperoleh kesuksesan dalam bisnisnya. Contoh ini

dapat ditiru oleh umatnya agar perniagaan yang mereka jalankan dapat

berkembang dengan baik sehingga dapat memperoleh rida Allah SWT.

2. A = Amanah (Dapat Dipercaya)

Amanah menunjukkan sifat seseorang yang dapat dipercaya.

Terkait dengan bisnis, sifat ini sangat penting karena berkaitan dengan

keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang. Seperti diketahui, dalam

bisnis, yang paling penting bagi pelanggan adalah saat penjual dapat

7
memberikan produk seperti yang diinformasikan dan bertanggungjawab

atas apa yang tidak diinginkan. Termasuk amanah dalam segala proses

transaksinya. Hal ini menunjukkan pentingnya sifat amanah bagi pelaku

bisnis. Amanah adalah salah satu akhlak muslim yang penting dalam

syariat Islam.

3. S = Siddiq (Jujur)

Siddiq adalah perilaku yang menunjukkan kebenaran. Dalam

bisnis, sifat ini tercermin dengan tidak berbuat curang atau melakukan hal

yang merugikan konsumen, menjual dan menginformasikan barang sesuai

realitas, dan tidak mengurangi takaran timbangan. Menjadi pebisnis yang

jujur dan menginformasikan dengan benar produk yang

diperjualbelikannya telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Artinya,

pebisnis dituntut untuk berkata dan bertindak secara benar, tidak mengada-

ada dan sesuai dengan kondisi produk yang ditawarkannya. Bila

produknya memiliki kekurangan atau kondisi yang tidak diharapkan, maka

tanpa ditanyakan, seharusnya dapat langsung menyampaikannya dengan

benar dan apa adanya tanpa perlu ada yang disembunyikan.

4. T = Tabligh (Mensyiarkan)

Kata Tabligh sendiri berasal dari kata balagha yang artinya

menyampaikan. Sehingga, tabligh berarti menyampaikan ajaran yang

bersumber dari Allah SWT kepada orang lain agar tercapai kebahagiaan di

dunia dan akhirat. Pebisnis yang bersifat tabligh memiliki kemampuan

untuk menyampaikan keunggulan produknya dengan tepat dan menarik

8
namun tetap mengutamakan kejujuran dan kebenaran serta mampu

menyampaikan pemahaman bisnis mereka sesuai dengan syariat Islam.

Dalam bisnis, sifat ini tercermin dengan mampu mengomunikasikan visi

dan misi dari bisnisnya dengan benar, mampu menyampaikan keunggulan

produknya dengan jujur, dan menjadi komunikator yang baik untuk mitra

bisnisnya.

Selain itu, prinsip pemasar berbasis syariah juga harus dapat

mengembangkan prinsip habluminannas. Sehingga menghasilkan karakter

manusia yang juga memiliki unsur humanistik agar memiliki keseimbangan

hubungan antara manusia. Sehingga dalam praktiknya, pekerjaan sebagai

pemasar dapat dilakukan dengan mengedepankan aspek saling menghargai

antar sesama manusia juga membina hubungan baik di dalamnya. Untuk

membangun karakter jiwa pemasar yang sesuai dengan syariah, diperlukan

pembangunan keikhlasan serta pengembangan diri untuk melakukan entitas

bisnis halal (Miftah, 2015).

9
DAFTAR PUSTAKA

Kotler, P. (2014). Manajemen Pemasaran (Keempat). SMTG Desa Putra.

Liu, R. (2017). A Reappraisal of Marketing Definition and Theory. Journal of

Eastern European and Central Asian Research, 4(2), 1–7.

Miftah, A. (2015). Mengenal Marketing dan Marketers Syariah.

ISLAMICONOMIC: Jurnal Ekonomi Islam, 6(2), 15–20.

Sutoyo, I. W. (2016). Marketing Ala Rasulullah. Minanews.

10

You might also like