Professional Documents
Culture Documents
Konsep Dasar Produk Penyaluran Dana Bank Syariah - M Elsa Tomisa (Revisi)
Konsep Dasar Produk Penyaluran Dana Bank Syariah - M Elsa Tomisa (Revisi)
1
ISLAM
MANUFACTURE
SERVICE
KEGIATAN
LEMBAGA KEUANGAN
1
.Zainudin Ali, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta:Sinar Grafika, 2008), Hal 20
2
(diperbolehkan secara syariah) dan terbebas dari maysir (perjudian), gharar
(ketidakjelasan) dan riba (bunga).
Umumnya, penyaluran dana di bank syariah dibagi menjadi dua
kategori:
a. Pertama, Pembiayaan Konsumtif
Ini adalah sumber dana yang digunakan untuk membeli atau
memperoleh barang. Pembiayaan ini difokuskan pada analisis
kemampuan nasabah untuk membayar angsuran pembelian berdasarkan
penghasilan bulanan mereka. Sementara itu, keuntungan yang akan
diperoleh oleh bank telah ditetapkan sebelumnya dengan margin yang
telah disepakati oleh bank syariah dan nasabah untuk pembiayaan
murabahah.
Berbagai jenis akad yang digunakan dalam pembiayaan konsumtif ini
meliputi akad murabahah (jual beli), salam, dan istishna. The term
Murabahah is derived from the word ribhun, which means profit. Dalam
istilah yang digunakan, murabahah merujuk pada saling mendapat
keuntungan, yang berarti bahwa ini adalah kegiatan di mana bank
bertindak sebagai pembeli pada satu sisi dan penjual pada sisi lain.
Untuk penjelasan lebih lanjut, pembiayaan murabahah merupakan
perjanjian jual beli antara bank syariah dan nasabah. Bank syariah
membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah dan kemudian
menjualnya kepada nasabah dengan harga perolehan ditambah
margin/keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.
Dalam praktek perbankan syariah, jenis pembiayaan ini digunakan untuk
berbagai tujuan, termasuk pembiayaan konsumtif seperti pembelian
sepeda motor dan mobil, pembiayaan investasi seperti properti, serta
pembiayaan dagang dan modal kerja.
Pembiayaan murabahah dianggap sebagai bagian dari teori kontrak
kepastian pertukaran alami. Ini adalah untuk memastikan bahwa
keuntungan dan jangka waktu pembayaran dibayarkan di awal kontrak.
Sehingga bank syariah memiliki kepastian pembayaran yang dapat
melindungi mereka dari risiko yang tidak diinginkan. Dalam hal aliran
kas, itu telah atau akan disepakati pada awal kontrak, dan objek
pertukarannya juga telah ditetapkan secara pasti dalam hal jumlah,
kualitas, waktu, dan harga. Berdasarkan fenomena yang terjadi di dunia
perbankan syariah di seluruh dunia, secara umum jenis pembiayaan ini
menjadi yang paling diminati dan disukai dibandingkan dengan jenis
pembiayaan berbasis bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah.
Kedua, menyambut pendanaan. Ini adalah kontrak di mana
pembayaran di muka dilakukan untuk produk yang akan dikirim nanti.
Harga jual bank bagi nasabah yang diam adalah harga dasar ditambah
3
margin keuntungan dan dapat dibayar tunai atau dicicil. Penerapan
keuangan Bank Syariah adalah untuk pembiayaan produk-produk
industri dan sektor pertanian, serta pembelian barang-barang tertentu,
yang dijual secara tunai atau dicicil sesuai kesepakatan antara Bank
Syariah dengan nasabah kredit mikro.
Ketiga, Pembiayaan Istishna, Yaitu salah satu pengembangan prinsip
bai‟as-salam, dimana waktu penyerahan barang dilakukan dikemudian
hari sementara pembayaran dapat dilakukan melalui cicilan atau
ditangguhkan.2 Dalam hal ini biasanya bank syariah memberikan fasilitas
pembiayaan Istishna’ pada sektor manufaktur dan konstruksi.3
Spesifikasi produk yang dipesan harus jelas seperti jenis, variasi,
ukuran, kualitas dan kuantitas. Harga jual yang disepakati dituangkan
dalam akad istishna dan tidak dapat berubah selama berlakunya akad.
Jika kriteria dan harga pesanan berubah setelah berakhirnya kontrak,
semua biaya tambahan akan ditanggung oleh pelanggan.4
b. Kedua, Pembiayaan Produktif.
Yakni pembiayaan yang ditujukan untuk modal kerja dan
pengembangan usaha. Fokus analisis perbankan syariah dalam
pembiayaan ini adalah kemampuan usaha nasabah dalam
mengembalikan aset keuangan. Dan keuntungan bank syariah
bergantung pada kinerja bisnis nasabah keuangan mudharabah pada
akhir periode keuangan. Oleh karena itu, bank syariah harus secara ketat
memilih beberapa basis bisnis nasabah pembiayaan mudharabah ketika
menyalurkan pembiayaan ini. Pengalokasian dana pada perbankan
syariah biasa disebut dengan pembiayaan, berbeda dengan istilah yang
digunakan pada perbankan konvensional. Mengenai akad, terdapat
perbedaan latar belakang terjadinya transaksi. Akad yang digunakan
bank syariah untuk membiayai murabahah adalah akad jual beli,
sehingga bank syariah bertindak sebagai penjual dan nasabah keuangan
bertindak sebagai pembeli. Dalam hal ini keuntungan bagi bank syariah
adalah dari margin transaksi ribhun atau murabahah. Jika bunga
diterapkan pada bank konvensional, hal ini dikarenakan akad yang sah
adalah akad pinjam meminjam uang. Jika dilihat sekilas memang
terdapat kemiripan, sehingga masih banyak masyarakat muslim yang
masih menyamakan perbankan syariah dengan perbankan konvensional.
Selain itu, pembiayaan produktif perbankan syariah juga terlihat
serupa dengan kredit produktif perbankan konvensional. Ternyata
perbedaan mendasarnya terletak pada sisi kontrak kesepakatannya. Jika
2
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Zikrul Hakim,
2003), hlm: 41
3
Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, (Zikrul Hakim ), hlm:
25
4
Ibid., hlm: 25
4
bank syariah menggunakan sistem bagi hasil, maka bank konvensional
masih menggunakan sistem bunga. Hal inilah yang harus menjadi bahan
dan fokus edukasi masyarakat mengenai perbankan syariah.
Analogi yang dapat kita ambil sebagai contoh permasalahan di atas
adalah seperti dua orang yang sedang melakukan hubungan suami istri,
jika keduanya adalah pasangan suami istri yang sah, maka tentu saja
mereka tidak akan memiliki keraguan atau penyesalan dalam hatinya
untuk melakukan hal tersebut dan mereka tidak akan melakukan hal
tersebut. dia. lakukan itu Aku benci kalau mereka pergi ke suatu tempat
bersama. Namun jika dilakukan oleh pasangan yang belum menikah, jelas
mereka tidak suka dengan banyaknya orang yang mengetahui apa yang
mereka lakukan. Maka dasar diperbolehkannya hubungan suami istri
tidak lain adalah adanya perjanjian di awal akad (dalam hal ini perjanjian
pranikah). Ini menentukan keabsahan dan kehalalan kegiatan syariah
Islam. Begitu pula setiap transaksi dalam dunia perbankan syariah harus
dilandasi dan diawali dengan akad yang baik. Jika terjadi akad jual beli
(murabahah), maka jelas diperoleh margin keuntungan. Jika ada
kesepakatan bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), jelas nisbah
diperoleh. Jika akadnya ijarah (sewa), wakalah, hiwalah, upah (ujrah)
diterima. Bank Islam bukan hanya lembaga keuangan sosial. Namun bank
syariah juga merupakan lembaga komersial untuk meningkatkan
perekonomian negara. Oleh karena itu, uang yang dikumpulkan
masyarakat harus disalurkan sebagai pinjaman kepada masyarakat
miskin. Pinjaman kepada masyarakat disebut juga pembiayaan.
Pendanaan merupakan suatu sarana yang disediakan oleh bank syariah
bagi masyarakat yang membutuhkan uang, yang dihimpun oleh bank
syariah dari masyarakat yang mempunyai surplus.
Arah keuangan bank syariah adalah untuk memperluas dan/atau
meningkatkan pendapatan nasabah dan bank syariah. Semua sektor
usaha seperti pertanian, industri rumahan, perdagangan dan jasa
menjadi objek pembiayaan. Bank syariah telah mengembangkan
berbagai jenis pembiayaan, yang baru-baru ini mengembangkan
pembiayaan kontraktual, diantaranya yaitu:
a) Akad syirkah (penyertaan dan bagi hasil)
b) Akad tijarah (jual beli)
c) Akad ijarah (sewa menyewa)
5
Pembiayaan berakad jual beli, adalah suatu perjanjian
pembiayaan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah,
dimana bank syariah menyediakan dananya untuk sebuah
investasi dan atau pembelian barang modal dan usaha anggotnya
yang kemudian proses pembayarannya diakukan secara mencicil
atau angsuran. Jumlah kewajiban yang harus dibayarkan
peminjam adalah jumlah atas harga barang modal dan mark-up
yang disepakati (untuk di Indonesia produk ini tidak lagi
dikembangkan di bank syariah)
6
3) Pembiayaan mudhrabah (MDA)
7
Gambar Skema Pembiayaan Mudharabah
8
bentuk bisnis yang melibatkan dua pihak atau lebih yang
menyatukan seluruh sumber daya berwujud dan tidak berwujud.
Kontribusi kolaborator dapat berupa keuangan, properti bisnis,
kewirausahaan, keterampilan, properti, peralatan atau aset tidak
berwujud (seperti paten atau goodwill), kepercayaan atau
reputasi (kelayakan kredit), dan hal-hal lainnya. yang bisa dinilai
dengan uang. Menggabungkan semua kombinasi bentuk taruhan
masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu, produk
ini sangat fleksibel.
9
Menjadi tidak cakap hukum
b) Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka
waktu proyek harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi
sesuai porsi kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai
dengan porsi kontribusi modal.
c) Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad.
Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut
bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.
6) Pembiayaan Salam
10
sekilas mirip dengan jual beli terkait, namun dalam transaksi ini
harus ditentukan kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan
barang. Dalam praktek perbankan, setelah barang diserahkan
kepada bank, bank menjualnya secara tunai atau dicicil kepada
rekanan nasabah atau nasabah itu sendiri. Harga jual yang
ditentukan oleh bank adalah harga beli dari bank nasabah
ditambah keuntungan. Dalam hal ini bank menjualnya secara
tunai yang biasa disebut dengan bridge financing. Sedangkan jika
bank menjualnya secara mencicil.
7) Pembiayaan Istishna’
11
Gambar Skema Pembiayaan Istishna’
5
.Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil Dan Profit Margin Pada Bank Syariah,
(Yogyakarta: UII Press Yogyakarta Tahun 2004), Hal 9
12
2. invoice
5. bayar
3. bayar
4. tagih
1. Suplai barang
b) Gadai (Rahn)
Memberikan jaminan pengembalian pada saat memberikan
pinjaman kepada bank. Barang yang digadaikan harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a. Milik nasabah sendiri.
b. Jelas ukuran, sifat dan ukurannya ditentukan berdasarkan nilai
rill pasar
c. Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.
c) Al Qardh
13
1)
Perjanjian Qardh
PROYEK
keahliah Modal 100%
PROYEK
PROYEK
Keuntungan
d) Wakalah
e) Kafalah,
Jaminan Kewajiban
Bank Nasabah
(Penanggung) (Ditanggung)
14
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Zikrul
Hakim.
Muhammad. 2004. Teknik Perhitungan Bagi Hasil Dan Profit Margin Pada
Bank Syariah. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin. Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep Dan
Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara
15
BIODATA PENULIS
16