You are on page 1of 2

Ramadhan telah meninggalkan kita, tapi pertanyaannya, sisa apa Maka kita bersihkan yang segumpal itu dengan

Maka kita bersihkan yang segumpal itu dengan rasa takut


yang ditinggalkan kepada kita setelah kepergiannya,30 hari tatkala menyebut nama Allah meneteslah air mata, inilah yang
lamanya kita beruzlah memendam sifat ke egoan diri, dengan menjadi isyarat hadits nabi........
mempuasainya, sebulan waktu yang sangat sebentar, tapi ternyata
Tetapi ada takut yang lebih tinggi dibanding itu, “ialah
kita mampu untuk mengkhatamkan Al-Qur’an, bangun di sepertiga
tatkala hadir rasa takut saat ada kesempatan untuk melakukannya”
malam, menjaga yang sunnah agar jangan sampai ketinggalan,
puasa sudah mengajarkan kepada kita untuk sampai kepada
berbagi untuk meluaskan isi hati, menjaga lisan untuk tidak
tingkatan itu” perhatikan saat kita berpuasa saat ada
menyakiti, semua itu karena kita sadar Allah sedang mengawasi.
kesempatanpun kita mampu menahannya. Diajak bertengkar apa
Hari ini kita kembali mengarungi lautan, bersiap siap dengan
ucapan balasannya inni shoim itulah diantara hakikat takwa adalah
dengan segala badai godaan yang sudah menjadi misi iblis dulu
ketika mampu menahannya saat ada kesempatan untuk
saat dikeluarkan dari surga, qola rabbi bima agwaytani la
melakukannya.
uzayyinannah lahum fil ardi wala ugwiyannahum ajmain tetapi bagi
mereka yang betul betul memaksimalkan ramadhan, ia tidak akan Inilah yang digambarkan dalam hadits nabi kelak ketika
khawatir karena jangankan yang wajib yang sunnah saja mampu ia manusia dikumpulkan di padang masyhar tak ada pertolongan
jaga, jangan yang haram yang halal saja mampu ia jaga saat kecuali pertolongan Allah, tidak ada naungan kecuali naungan Allah
ramadhan. akan ada 7 golongan yang akan diberikan oleh Allah salah satunya
nabi menyebut....
Dia lah yang menjadi isyarat dari pada ujung ayat 183
lallakum tattaquun, agar engkau takut kepada Allah, takut Inilah dulu yang menjadi isyarat kisah nabi yusuf as tatkala
memandang yang haram, takut untuk mendengar yang haram, digoda oleh imroatul aziz tetapi beliau mampu membuktikan bahwa
membicarakan yang haram, inilah makna sederhana dari kalimat pakaiannya tidak sobek dari depan tetapi dari belakang, inilah
taqwa, gambaran bahwa beliau sudah sampai kepada hakikat taqwa itu
sendiri.
Lalu dimanakah letak takut itu, ia berada dalam segumpal
bagian dari tubuh kita Hari ini takut kepada Allah tapi besok kita mulai bekerja lagi
tanpa sengaja kita menghasilkan rezeki yang haram lalu kemudian
‫ َو ِإَذ ا َفَس َد ْت َفَس َد الَج َس ُد ُكُّلُه؛ َأاَل َو ِهَي الَقْلُب‬,‫َأاَل ِإَّن ِفي الَج َس ِد ُمْض َغ ًة ِإَذ ا َص َلَح ْت َص َلَح الَج َس ُد ُكُّلُه‬ kita berikan kepada anak kita, kepada istri kita, kita menyuapkan
Laknat Allah pertama kali turun kepada hati, khatamallahu yang haram kepada mereka, lalu kemudian kita heran “mengapa
ala qulubihm, kalau sudah hati terkunci maka akan menular istriku tidak pernah berfikir baik, mengapa anak anakku selalu
ketelinga, kalau telinga sudah tertutup maka terus menjalar kemata, berbuat keburukan” karena kita yang bersalah kita sudah
didalamnya ada penutup sehingga telinga tak lagi mampu menyuapkan yang haram kedalam perut mereka. Makanan yang
mendengar panggilan Allah. Summum bukmun umyun fahum la haram menyentuh lidah, lidah kemudian dipakai berdoa rabbana
yarjiun/la ya’qiluun (mereka tuli, bisu dan buta, sehingga mereka hablana minasshoihin beri aku anak yang sholeh tapi doa ditolak
oleh Allah, waqina ‘adzabannar jauhkan aku dari api neraka doa
tidak dapat kembali)
ditolak oleh Allah, karena lidah yang memakan yang haram Allah
haramkan mengabulkan doanya. Maka tidak ada yang harus kita
lakukan kecuali bertaubat kepada Allah ya ayyuhalladzina amanu
tubu.. karena sejetinya manusia memiliki salah dan dosa kullu bani
adama... sebaik-baiknya kesalah adalah bertaubat kepada Allah.
Maka ketika kita mengatakan kepada Allah ya Allah besar dosaku
maka Allah menjawab tidak hambaku ampunanku lebih besar.

Lalu bagaimana menghadirkan rasa takut itu, maka


bayangkan Allah sedang mengawasi kita, inilah dulu tatkala ada
seorang pemuda datang kepada Abdullah bin Adham......
Imam syibli pernah ditanya.....

You might also like