You are on page 1of 27

2 Contoh artikel ilmiah

ARTIKEL ILMIAH
KORELASI ANTARA KREDIT USAHA KECIL DAN PARTISIPASI
ANGGOTA DENGAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL
DI KOPERASI USAHA BINA INSAN SEJAHTERA
KEC. KOTA BARU

OLEH
SUCI PRATIWI
RRA1A113029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS
JAMBI
2017

Suci Pratiwi1), Dr. Hj. Farida Kohar, M.P2)


, Rosmiati, S.Pd., M.Pd.,3)
Email: sucipratiwi244@gmail.com
1)Alumni Prodi Pendidikan Ekonomi Jurusan PIPS FKIP Universitas Jambi
2)Pembimbing Utama, Dosen Pendidikan Ekonomi Jurusan PIPS FKIP Universitas
Jambi
3)Pembimbing Pendamping, Dosen Pendidikan Ekonomi Jurusan PIPS FKIP
Universitas Jambi

ABSTRAK

Untuk meningkatkan pendapatan anggota khususnya pedagang kecil, koperasi memberikan


beberapa program.Akan tetapi, kenyataanya setelah program diberikan pendapatan para anggota
tidak mengalami kemajuan.Ada banyak faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Dari faktor tersebut diantaranya adalah pemberian kredit usaha
kecil dan partisipasi anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kredit usaha kecil yang berhubugan dengan
pendapatan pedagang kecil berkorelasi secara simultan, (2) partisipasi anggota pada pedagang
kecil di Kec Kota Baru, dan (3) kredit usaha kecil dan partisipasi anggota yang berkorelasi
pendapatan pedagang kecil di Kec. Kota Baru.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Sampel penelitian berjumlah 48
orang anggota yaitu para pedagang kecil yang tergabung didalam anggota koperasi.Data penelitian
ini dikumpulkan melalui angket kemudian diolah secara
statistik dengan bantuan program SPSS for windows 23.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi antara kredit usaha kecil dengan pendapatan
pedagang kecil di koperasi usaha bina insan sejahtera Kota Jambi. Hal ini sesuai dengan nilai
korelasi parsial sebesar 0,736 dengan nilai sig. (probabilitas) menunjukkan 0,000 < 0,05.Terdapat
korelasi partisipasi anggota dengan pendapatan pedagang di koperasi usaha bina insan sejahtera
Kota Jambi.
Hal ini berdasarkan hasil
korelasi sebesar 0,565 dengan nilai sig. (probabilitas) menunjukkan 0,000 < 0,05.Terdapat
korelasi antara kredit usaha kecil dan partisipasi anggota dengan pendapatan pedagang kecil di
koperasi usaha bina insan sejahtera Kota Jambi. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil
penelitian dimana koefisien regresi ganda (simultan) sebesar 0,756.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada semua pihak terutama pengurus koperasi agar
dapat mengarahkan anggotanya supaya lebih meningkatkan partisipasinya karena itu akan
berpengaruh kepada pemberian kredit usaha kecil anggota tersebut.
Kata Kunci: Pendapatan Pedagang Kecil,Kredit usaha dan Partisipasi Anggota.

PENDAHULUAN

Usaha mikro termasuk dalam bagian usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM) mempunyai peran yang cukup penting dalam membangun perekonomian di Indonesia.
UMKM memiliki beberapa peran di Indonesia, yakni sebagai pemain utama dalam kegiatan
ekonomi di Indonesia, sebagai penyedia kesempatan kerja, sebagai pelaku dalam pengembangan
ekonomi lokal dan pengembangan masyarakat, sebagai pencipta pasar dan inovasi melalui
fleksibelitas dan sensitivitas serta adanya keterkaitan
dengan kegiatan perusahaan, selain itu UMK dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan
ekspor non migas, dan dapat mereduksi ketimpangan pendapatan (Urata dalam Sulistyastuti, 2004).
Menurut C. Supartomo dan Edi Rusdiyanto, (2001) pendapatan pada sektor informal khususnya
pendapatan PKL sangat heterogen dan berkaitan erat dengan jenis barang yang diperdagankan serta
modal yang dimiliki oleh pedagang tersebut.
Disini Henry Simons mendifinisikan pendapatan secara luas yang dipengaruhi oleh transfer,
pendapatan PKL harta kekayaan yang dimiliki dan pendapatan dari jasa-jasa yang
diberikan.Berdasarkan observasi awal diketahui bahwa Koperasi usaha bina insan sejahtera
merupakan salah satu koperasi yang mempunyai unit usaha simpan pinjam Yang merupakan usaha
utama dan pelayanan kredit usaha kecil yang mana koperasi ini mampu berkembang dan berdasarkan
hasil laporan pertangungjawaban pengurus jumlah anggota koperasi ini mengalami sedikit penurunan
dari tahun sebelumnya. Berikut jumlah anggota koperasi usaha bina insan sejahtera 3 tahun terakhir:

Permasalahan pokok yang dihadapi sebagian besar pedagang kecil di kec.Kota baru merupakan
sebuah persoalan yang kini menjadi fenoma sosial. Banyak kendala, tidak hanya di pengaruhi oleh
faktor yang berasal dari internal pedagang kecil, seperti kondisi fisik yang tidak memungkinkan
,keterbatasan modal,keterbatasan pendidikan maupun minimnya pendapatan yang diperoleh, tetapi
permasalahan yang dihadapi pedagang kecil seperti banyaknya pesaing, sehingaa dalam hal ini
mempengaruhi para pedagang kecil dalam mengembangkan usahanya yang secara langsung
mempengaruhi pada pendapatan yang mereka terima. Selain itu para PKL juga harus menghadapi
bentuk-bentuk kebijakan pemerintah kota jambi.Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk
mengadakan prenelitian lebih lanjut mengenai masalah pendapatn yang dihasilkan pedagang-
pedagang kecil di kawazsan Kec. Kota Baru. Oleh karena itu peneliti mengambil judul“Korelasi
Antara Kredit Usaha Kecil dan Partisipasi Anggota dengan Pendapatan Pedagang
Kecil pada Koperasi Usaha Bina Insan Sejahtera di Kec. Kota Baru”

KAJIAN PUSTAKA

Pendapatan Pedagang Kecil


Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Poerwarminta, 1990:185) menyebutkan bahwa
pendapatan adalah hasil kerja usaha. Menurut Gilarso, (1992:102)pendapatan individu dan
masyarakat diperoleh dari berbagai sumber yaitu : (1) usaha sendiri
(wiraswasta, misalnya berdagang, mengerjakan sawah, menjalankan perusahan sendiri),
(2) bekerja pada orang lain, misalnya bekerja dikantor atau perusahaan sebagai pegawai atau
karyawan (baik pemerintah maupun swasta), dan (3) hasil dari pemilik sendiri, misalnya mempunyai
sawah yang disewakan, punya uang dipinjamkan atau
memperoleh bunga. Seperti pada pedagang kecil, pendapatan mereka juga di pengaruhi oleh modal
yang digunakan mereka dalam berusaha. Pendapatan yang rendah itulah yang mendorong seseorang
atau pedagang tersebut untuk mencari bantuan dana kepada lembaga formal ataupun informal yang
di berikan dalam bentuk pinjaman ataupun
bantuan kredit usaha kecil. Dengan adanya bantuan tersebut pedagang kecil berharap pendapatan
mereka dapat mengalami peningkatan.Kredit Usaha Kecil Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha,
kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi (economi value) kepada seseorang atau
badan usaha yang berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan
dikembalikan pada kreditur (koperasi) setelah jangka waktu sesuai dengan kesepakatan yang sudah
disetujui antara kreditur dan debitur. Menurut Hasibuan (2008:87) kredit adalah semua jenis
pinjaman
yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai perjanjian yang telah
disepakati. Sastradiopera (2004:151) menyebutkan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan
(yang disamakan dengan uang) berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam antara koperasi dan
pihak lain yang dalam hal ini peminjam berkewajiban melunasi kewajibannya setelah jangka waktu
tertentu dengan sejumlah bunga yang ditetapkan
terlebih dahulu. Menurut Ismail (2010, 93) menyatakan “Kredit yang diberikan oleh koperasi
didasarkan atas kepercayaan sehingga pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan kepada
nasabah”.Partisipasi Anggota
Menurut Anoraga dan Nanik (2003: 111) partisipasi anggota diukur dari
kesedian dan menjalankan hak keanggotaan secara bertanggung jawab, jika sebagian besar
anggota koperasi sudah menunaikan kewajiban dan melaksanakan hak secara bertanggung
jawab, maka partisipasi anggota koperasi yang bersangkutan sudah dikatakan baik, akan tetapi
jika ternyata hanya sedikit yang demikian, maka partisipasi anggota koperasi dimaksud
dikatakan buruk dan rendah. Dalam Hendar dan Kusnadi (2005: 91) “partisipasi anggota dalam
koperasi berarti mengikutsertakan anggota koperasi itu dalam kegiatan operasional dan
pencapaian tujuan bersama. ”Partisipasi
memiliki peranan yang penting dalam sebuah organisasi termasuk koperasi. Hal ini senada dengan
Djatnika (2012: 39) yang menyatakan bahwa “partisipasi bukan hanya bagian penting, tapi juga vital
dalam pembangunan koperasi. Partisipasi tidak dapat diasumsikan sebagai suatu yang “given” atau
sesuatu yang demikian saja terjadi secara otomatis dalam keberadaan suatu koperasi”.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat ex-post fact,. Sugiyono
(2014:7) menyatakan penelitian ex-post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk
meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian meruntut kebelakang melalui data tersebut
untuk menemukan faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Data yang
dikumpulkan diukur secara langsung menggunakan angka-angka untuk mendeskripsikan
korelasi kredit usaha kecil dan partisipasi angota dengan pendapatan pedagang kecil di
koperasi Usaha Bina Insan Sejahtera Kota Baru Jambi.
Adapun sebagai sample dari GG tempat penelitian hanya mempunyai 48 orang sehingga semuanya
dijadikan sample penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Uji Hipotesis

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai koefisien korelasi kredit usaha kecil dengan pendapatan
pedagang kecil (r) sebesar 0,736. Sedangkan korelasi partsipasi angota dengan pendapatan pedagang
kecil (r) sebesar 0,565.
Selanjutnya untuk menjawab rumusan masalah ketiga yaitu apakah terdapt korelasi antara X1 dan
X2 dengan Y secara bersama-sama maka dilakkan analisis regresi ganda.
Adapun hasilnya dijelaskan pada tabel berikut:
Koefesien Determinasi

Predictors: (Constant), kredit usaha kecil, partisipasi anggota.

Dari tabel diatas R (koefisien regresi) menjelaskan bahwa terdapat korelasi


antara kredit usaha kecil dan partisipasi anggota dengan pendapata pedagang kecil yakni sebesar 0,756
atau 75,6%. Sedangkan R Square (R2) menjelaskan bahwa variable indipenden danpat dijelaskan
dengan variable dependen sebesar 0,571 sedangkan sisanya 42,9% diterangkan oleh factor lain yang
diteliti. Selanjunya untuk pengujian keberartian koefisien korelasi,
tertera pada tabel berikut ini

Dependent Variable: pendapatan pedagang kecil


Tabel diatas kemudian dimasukkan dalam persamaan diatas kemudian dimasukkan kedalam
persamaan regesi Y= 1,474 + 0,562. Nilai konstanta sebesar 1,474 . menyatakan bahwa jika ada
kredit usaha kecil dan partisipasi anggota maka pendapatan pedagang kecil sebesar 1,474.
Selanjutnya persamaan regresi diatas menunjukkan setiap terjadi kenaikan 1% akan diikuti
kenaikan pendapatan pedagang kecil sebesar 0,562
atau 56,2% apabila kredit usaha kecil dianggap tetap.

PENUTUP
Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini dan hasil analisis yang telah
dilakukan, maka kesimpulan yang dapat dikemukakan oleh peneliti dalam penelitian
ini adalah:
1. Terdapat hubungan antara kredit usaha kecil dengan pendapatan pedagang kecil di koperasi
usaha bina insan sejahtera Kota Jambi sebesar 0,736.
2. Terdapat hubungan antara partisapasi anggota dengan pendapatan pedagang kecil koperasi
usaha bina insan sejahtera Kota Jambi sebesar 0,565.
3. Terdapat hubungan antara kredit usaha kecil dan partisipasi anggota dengan
pendapatan pedagang kecil di koperasi usaha bina insan sejahtera Kota Jambi sebesar
0,756.

Saran

Berdasarkan peneliti melakukan penelitian ini dan berdasarkan kesimpulan, maka


peneliti menyarankan:
1. Kepada semua pihak terutama pengurus koperasi agar dapat mengarahkan anggotanya supaya
lebih meningkatkan partisipasinya karena itu akan berpengaruh kepada pemberian kredit usaha
kecil anggota tersebut.
2. Penelitian ini hanya dilakukan pada tiga pokok bahasan, maka diharapkan kepada peneliti
selanjutnya agar dapat melaksanakan penelitian pokok bahasan yang lain dan dalam ruang
lingkup yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2016. Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta Djatnika, Sri.


2012. Ekonomi Koperasi, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Aksara, Jakarta.Iskandar, Syamsul. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: In
Media.Ismail. 2010.Manajemen Perbankkan, Jakarta:Kharisma Putra Utama.Kasmir.
2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada.Malayu S.P. Hasibuan, 2008. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara
:Nawazirul. 1999. Usaha Produktif, Bandung:Alfabet
Nitisusastro Mulyadi. 2012. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Bandung:Alfabet Rivai,
veithzal dan Andriana Permata Vethzal, 2006. Credit Manajemen Handbook, Edisi Pertama, Jakarta.
Sastradipoera, komaruddin, 2004. Strategi Manajemen Bisnis Perbankan: Konsep dan Inplementasi
Untuk Bersaing, Penerbit Kappa Sigma, Bandung.
Sudaryoto dkk. 2015. Manajemen Koperasi, Yogyakarta: Gosyen Publishing.
2. ARTIKEL ILMIAH MANAJEMEN PEMASARAN
Oleh : Ulia Nur AfifahI.

PENDAHULUAN

Manajemen adalah proses perencanaan / planning,pengorganisasian,pengkoordinasisasian, serta


pengontrolan setiapsumber daya yang ada guna mencapai tujuan ataupun goals yang telah
ditentukan dengan efektif dan efisien. Efektif berarti tujuan dapat dicapai sesuai dengan rencana
yang ada, dan efisien berarti dilaksanakan dengan benar dan terorganisis yang sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan.
Pemasaran adalah usaha terpadu untukmenggabungkan rencana-rencana strategis yang diarahkan
kepada usaha pemuaskebutuhan dan keinginan konsumen untuk memperoleh keuntungan yang
diharapkan melalui proses pertukaran atau transaksi. Kegiatan pemasaran perusahaan harus
dapatmemberikan kepuasan kepada konsumen bila ingin mendapatkan tanggapan yang baik dari
konsumen. Perusahaan harus secara penuh tanggung jawab tentang kepuasan produk yang ditawarkan
tersebut. Dengan demikian, maka segala aktivitas perusahaan,harusnya diarahkan untuk dapat
memuaskan konsumen yang pada akhirnya bertujuan untuk memperoleh laba.

Pembahasan

Pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapaisukses bagi perusahaan akan mengetahui adanya
cara dan falsafah yang terlibat didalamnya. Cara dan falsafah baru ini disebut konsep pemasaran
(marketing concept). Konsep pemasaran tersebut dibuat dengan menggunakan tiga faktor dasar yaitu:
1. Saluran perencanaan dan kegiatan perusahaan harusberorientasi pada konsumen/ pasar
2. Volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuanperusahaan, dan
bukannya volume untuk kepentingan volume itusendiri.
3. Seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan harusdikoordinasikan dan
diintegrasikan secaraorganisasi.

Menurut Swastha dan Irawan, (2005 : 10) mendefinisikan konseppemasaran sebuah falsafah bisnis
yang menyatakan bahwa
pemuasan kebutuhan konsumen
merupakan syarat ekonomi dansosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Bagian pemasaranpada
suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting dalam rangka mencapai besarnya volume
penjualan, karena dengan tercapainya sejumlah volume penjualan yang diinginkan berarti kinerja
bagian pemasaran dalam memperkenalkan produktelah berjalan dengan benar. Penjualan dan
pemasaran seringdianggap sama tetapi sebenarnya berbeda.

Tujuan utama konsep pemasaran adalah melayani konsumen dengan mendapatkan sejumlah
laba, atau dapat diartikan sebagai perbandingan antara penghasilan dengan biayayang layak. Ini
berbeda dengan konsep penjualan yang menitikberatkan pada keinginan perusahaan. Falsafah dalam
pendekatan penjualan adalah memproduksi sebuah pabrik,kemudian meyakinkan konsumen agar
bersedia membelinya.Sedangkan pendekatan
konsep pemasaran menghendaki agar manajemen menentukan keinginan konsumen terlebih
dahulu,setelah itu baru melakukan bagaimana caranya memuaskan.
Berdasarkan penjelasan dari T. Hani Handoko (1984 : 4), ada tiga alasan utama mengapa manajemen
diperlukan:
● Manajemen diperlukan agar tujuan pribadi dan organisasidapat tercapai
● manajemen juga diperlukan untuk menjagakeseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran,
dan kegiatan,yang saling bertentangan dari pihak yang punya kepentingandalam
organisasi.
● Manajemen dibutuhkan untuk mencapai efisiensi dan ektivitas suatu kerja organisasi
.

Sebuah bisnis yang sedang berkembang membutuhkanmanajemen dalam beberapa hal; mencakup
manajemen strategi,manajemen sumber daya manusia, produksi, marketing danmanajemen lainnya.
Bisnis yang dibangun tidak berdasarkanmanajemen yang dikelola dengan benar dapat berakibat pada
ketidakteraturan bisnis yang dijalankan.

Terdapat 3 (tiga) unsur yang penting dalam manajemen pemasaran diantaranya sebagai
berikut:
1. Orientasi pada konsumen atau pembeliUmumnya produsen menghasilkan produk untuk upaya
memenuhikebutuhan dan kepuasan konsumen, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Konsumen ialah orientasi paling utama yang harus dipertimbangkan dalam segala macam bentuk
strategi bisnis. Demikian juga dalam proses marketing atau penjualan, maka dalam bisnis selalu
mengedepankan pihak konsumen yang merupakan strategi dari bagian konsep pemasaran yang perlu
di perhatikan. Sebab konsumen bisa dibilang sebagai raja, dan pihak produsen atau perusahaan
adalah pelayanyang harus melayani kebutuhan raja (konsumen) yaitu dengan berbagaimacam
tawaran yang menarik, baik itu dari segi produk yang dihasilkanmaupun dari segi pelayanan yang di
sediakan. Manajemen pemasaranmenyetujui konsep pemasaran yang terbaik dengan
menjadikankonsumen sebagai prioritas yang paling utama.

2. Perencanaan kegiatan-kegiatan pemasaran secara menyeluruh Manajemen pemasaran


menyetujui adanya pengaturan secara dinamis sebagi bentuk penyusunan
kegiatan-kegiatan dari pemasaransecara menyeluruh. Segala keperluan dalam bidang pemasaran,
strategi,implementasi, penganalisaan,

3. controlling (pegawasan) dan lain-lain yangberkaitan dengan kegiatan pemasaran harus


dilakukan secara tersusun,dan diatur secara rinci atau detail dan jelas, sehingga bisa
mempermudahdalam proses pelaksanaan dan controlling (pengawasan).

Manajemen pemasaran menyetujui suatu upaya yang sistematis yang jelas sehingga dapat dilakukan
penganalisaan dan controlling (pengawasan) terhadap hasil yang di dapat.
Evaluasi terhadap suatu manajemen pemasaransalah satunya juga di dasarkan atas kegiatan
penyusunan secaramenyeluruh tersebut.

3. Kepuasan konsumen Kepuasan konsumen menjadi unsur yang penting juga yang harusdi
perhatikan dalam menyusun strategi pemasaran. Manajemen pemasaran yang bagus yaitu
menyetujui adanya hasil keputusan para konsumen yang maksimal sebagai akibat dari proses
pemasaran yang berjalan. Kepuasan dari konsumen tidak hanya diukur
dan dilihat daribagaimana kualitas produk yang dihasilkan, akan tetapi dari bagaimana cara maupun
starategi pemasaran yang dijalankan.

Dalam hal ini manajer memiliki banyak pekerjaan yang bisa di lihat dari segi fungsi manajemen yang
dijalankan di bidang pemasaran, yaitubagaimana proses manajemen tersebut di jalankan untuk dapat
menubahsumber daya manjadi suatu produk yang nantinya dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan
konsumen. Keinginan konsumen sangatlah beragam dan selalu berubah-ubah serta tak semuanya bisa
terpenuhi.

Kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi ini biasanya menjadi suatu keuntungan atau peluang bagi
pembisnis yang perlu di manfaatkan.

Tugas manajer pemasaran bisa di tinjau dari segi fungsi manajemen yang dilakukan dalam
bidang pemasaran, yaitu bagaimana proses manajemen tersebut dijalankan untuk dapat menubah
sumber daya menjadi produkyang nantinya dapat memenuhi kebutuhan konsumen, tugas nya
diantaranya seperti di bawah ini:

● Mempelajari kebutuhan maupun keinginan dari konsumen.


● Mengembangkan suatu konsep produk atau barang yang ditujukanuntuk kebutuhan dan
kepuasan konsumen atau pasar.
● Membuat desain produk dan mengembangkan pembungkusanmaupun merk.
● Menetapkan harga supaya memperoleh Return on investment yang layak.
● Mengatur distribusi dan memeriksa penjualan.
● Dan menciptakan komunikasi pemasaran yang baik, dengan memakai media atau cara lain
yang terpenting caranya tepat.

III. KESIMPULAN
Jadi dapat saya simpulkan bahwa manajemen pemasaran sangat penting bagi perusahaan-
perusahaan karena, dalam suatu perusahaanperan pemasaran itu sangat dibutuhkan, Karena
pemasaran merupakan proses manajerial dan sosial sekaligus, ada
beberapa peranan penting didalamnya, yang tidak hanya bertujuan untuk mengambil untung dari
penjualan sebuah produk barang atau jasa, melainkan juga memenuhi kebutuhan konsumen melalui
penawaran,permintaan, dan pertukarannilai sebuah produk yang dihasilkan.

Daftar Pustaka
- Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis,Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian. Salemba Empat.Jakarta.- Stanton, William J. 2001. Prinsip Pemasaran. Erlangga.
Jakarta.- Swastha, Basu dan Irawan. 2005, Manajemen Pemasaran Modern,Liberty, Yogyakarta.-
Hani, Handoko T.1984 : 4.Alasan Manajemen Dibutuhkan.SalembaEmpat.Jakarta.- Richard, Daft
L .2002:8.Unsur-unsur ManajemenPemasaran.Erlangga.Jakarta.

2 Contoh artikel populer

1.ANALISIS SWOT SEBAGAI STRATEGI PERUSAHAAN


DALAM MEMENANGKAN PERSAINGAN BISNIS

Oleh:
Dwi
Sulistiani
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Email:
tiaraakbar2006@yahoo.com

ABSTRAK

In the current information era, the level of competition is getting tough ,


so we need a strategy to win the competition . The success of a strategy for
implementation would have been very dependent on the accuracy of the reading
strategies of internal conditions, environmental changes and the level of competition .
This is used to read an analysis of internal strengths and weaknesses, and the
opportunities and threats from the external environment . SWOT analysis is one option
to be able to assist in making an effective strategy to win the competition . SWOT
analysis is very simple and easy to use but able to give a detailed picture of the
internal and external environmental conditions . This analysis is widely used for the
preparation of strategic business planning that is aimed to develop a long term strategy
so that the
direction and objectives can be achieved and targeted so that a decision can be taken .
The purpose of this paper is to provide an overview of how the need for an analytical
tool in understanding the internal condition of both the
weaknesses and strengths as well as addressing the external environment in the form of
threats and opportunities to take a strategic decision in the face of competition in the
global era.
Keywords : Competition , Internal and External Conditions , Strategic Planning
, SWOT .

A. Peta Persaingan Bisnis di Era Global

Pada era globalisasi dan tekhnologi informasi, batas antar negara dan wilayah kian tidak nampak.
Segala macam transaksi, terpantau setiap saat.Akibatnya, persaingan menjadi menu tetap bagi para
pelaku bisnis. Bersaing untuk menjadi pemimpin pasar ataukah akan mati tergilas roda kompetisi.
Hal ini membuat para pelaku pasar harus melakukan
langkah-langkah inovatif dan kreatif.
Sasaran kreativitas membidik peluncuran produk dan jasa maupun dalam pelayanan terhadap para
pelanggannya. Selain itu, para pelaku pasar juga dituntut mampu membaca peluang pasar yang ada
dan segera bisa memanfaatkan peluang tersebut.
Oleh karena itu, menjaga loyalitas pelanggan dan merebut pangsa pasar menjadi hal yang sangat
penting bagi pelaku bisnis.
Pondasi perusahaan yang kuat menjadi prasyarat dalam memanfaatkan setiap peliang bisnis.
Landasan tersebut dibangun dari dalam, diawali pada saat bagaimana perusahaan tersebut
didirikan. Visi dan misi strategis perusahaan menjadi sangatlah penting.
Langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan perusahaan dan budaya organisasi yang menjadi
identitas bagi sebuah perusahaan. Kekuatan dalam membangun diri tersebut dapat menjadi pendorong
laju perusahaan dalam memasuki pasar persaingan.
Ibarat memasuki medan perang, apabila pasukan sudah bergerak maju, dilengkapi dengan senjata yang
lengkap dan canggih, serta strategi peperangan yang jitu, maka di atas kertas peperangan akan dapat
dimenangkan. Begitu juga sebaliknya, apabila memasuki medan perang tanpa dilengkapi dengan
persenjataan yang memadai dan pasukan yang tidak mumpuni serta tanpa
ada strategi perang yang cerdik, maka dipastikan akan pulang dengan membawa kekalahan dan
kematian.
Faktor eksternal juga dapat menjadi kekuatan perusahaan. Hal ini dikarenakan lingkungan di luar
kendali perusahaan, dapat mempengaruhi roda perjalanan perusahaan
dan berdampak positif manakala dikelola dengan baik. Senjata cukup lengkap dan canggih, sumber
daya manusia sudah cukup solid dan mempunyai integritas tinggi, strategi perusahaan juga sudah
cukup bagus, tetapi faktor-faktor eksternal seperti misalnya kondisi pasar, cuaca, kekuatan pesaing
tidak diperhitungkan, maka bisa jadi kekuatan internal tersebut menjadi sia-sia. Tzu (1992)
mengatakan bahwa apabila kita mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dan mengetahui
kekuatan dan kelemahan lawan, maka dapat dipastikan kita akan dapat memenangkan
pertempuran.Kondisi politik suatu negara, regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah, kehidupan
sosial budaya masyarakat yang berubah, dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dalam mencapai
tujuan yang hendak dicapai. Hal-hal tersebut jelas tidak bisa dikendalikan oleh internal perusahaan.
Perusahaan harus bisa memanfaatkan perubahan-perubahan eksternal
tersebut sehingga menjadi pendorong kecepatan laju dalam mencapai tujuan.Berdasarkan latar
belakang tersebut, menunjukkan pentingnya suatu analisis dari perusahaan baik terhadap
lingkungan internal dan eksternalnya, agar perusahaan benar-benar siap dan dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Hal ini dilakukan agar perusahaan mampu mewujudkan tujuan
perusahaan dengan membuat strategi yang tepat.
Strategi yang tepat bisa diartikan sebagai apa yang dilakukan perusahaan agar selalu bisa berada dalam
posisi strategis dalam persaingan dan mampu beradaptasi dengan lingkungan yang selalu mengalami
perubahan.

Dalam hal ini juga sejalan dengan prinsip going concern yang merupakan tujuan mendasar dalam
mendirikan suatu entitas bisnis. Apabila perusahaan memahami benar kondisi lingkungannya, baik itu
faktor internal maupun eksternalnya, maka strategi yang dirumuskan oleh perusahaan akan mampu
mengatasi ancaman
eksternal dan merebut peluang yang ada. Selain itu, perusahaan juga akan mampu mengantisipasi
perubahan lingkungan eksternalnya.

B. Lingkungan Perusahaan

Pemetaan dalam Memenangi Persaingan Bisnis Menurut Wahyudi (1996), lingkungan adalah salah
satu faktor terpenting untuk menunjang keberhasilan perusahaan dalam persaingan. Sejarah sudah
banyak mencatat bagaimana kegagalan bisa terjadi karena ketidakmampuan dalam membaca
lingkungan. Oleh sebab itu diperlukan suatu analisis yang sangat tajam terhadap lingkungan dimana
perusahaan berada.
Lingkungan secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Lingkungan Internal

Lingkungan internal merupakan hal-hal yang bisa dikendalikan perusahaan. lingkungan


internal inilah perusahaan harus bisa membaca kekuatan dan kelemahan, sehingga bisa
digunakan sebagai daya saing dalam memasuki pasar. Kemampuan perusahaan dalam
membaca analisis terhadap lingkungan internal, menjadi faktor determinan yang mampu
menciptakan keunggulan dibandingkan para kompetitornya.
Hal-hal yang bisa dimasukkan dalam lingkungan internal ini meliputi manajemen dan struktur
organisasi, kebijakan organisasi, sumber daya keuangan, sumber daya manusia, sikap dan perilaku
karyawan.

b. Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal adalah kekuatan di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi perusahaan tetapi
perusahaan tidak mempunyai daya untuk mengendalikannya.

Menurut Wahyudi (1996), lingkungan eksternal ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:
pertama, Lingkungan umum. Menurut Hitt (2005), Lingkungan umum merupakan sekumpulan
elemen masyarakat yang lebih luas sehingga mampu mempengaruhi suatu industri dan perusahaan
yang ada di dalamnya. Berbagai implikasi dari faktor
eksternal, antara lain:
● Naik turunnya kondisi perekonomian, yang disebabkan oleh berbagai macam hal.
Biasanya adalah siklus bisnis, inflasi atau deflasi, kebijakan moneter, fiskal serta neraca
pembayaran
● Adanya perubahan pada iklim sosial dan politik. Menurut Robinson (2008), faktor sosial
yangg mempengaruhi perusahaan meliputi kepercayaan, nilai, sikap, opini
dan gaya hidup masyarakat. Ketika sikap sosial berubah maka permintaan akan berbagai
jenis barang dan jasa pun akan mengalami perubahan. Perusahaan harus mampu
menerjemahkan perubahan sosial ke dalam ramalan bisnis. Hal tersebut bukan merupakan
hal yang gampang, tetapi dengan adanya informasi mengenai dampak perubahan sosial
tersebut dapat membantu perusahaan dalam merumuskan strategi yang tepat. Faktor politik
juga merupakan hal yang dapat diremehkan. Stabilitas politik merupakan pertimbangan
utama dalam merumuskan strategi perusahaan. Bagaimana kondisi politik menjadi hal yang
penting dapat dilihat beberapa waktu yang lalu, di saat para pelaku pasar cenderung
menunggu dalam melakukan penetrasi pasarnya disebabkan menunggu proses pemilu.
● Perkembangan teknologi. Teknologi berkembang dengan sangat cepat, Oleh sebab itu,
perusahaan harus dapat memahami kemajuan teknologi saat ini dan dimasa
yang akan datang. Kedua hal itu bisa mempengaruhi hasil produk dan jasa sebuah perusahaan.
Menurut Robinson (2008) kuasa ilmu pengetahuan yang mencoba meramalkan
kemajuan dan memperkirakan dampaknya terhadap operasi suatu perusahaan dikenal
sebagai peramalan tekhnologi. Peramalan teknologi dapat membantu perusahaan dalam
melindungi dan memperbaiki profitabilitas
perusahaan dalam industri yang sedang tumbuh. Hal ini tentu saja akan membuat kewaspadaan yang
tinggi terhadap tantangan dan peluang yang ada.
● Perubahan kebijakan pemerintah. Pemerintah kebijakan pemerintah ini juga
sangatlah mempengaruhi kondisi perusahaan. Misalnya, perubahan kebijakan pemerintah terhadap
rencana pembatasan jumlah produksi rokok untuk dipasarkan di pasar dalam negeri. Hal itu
membawa dampak yang keras terhadap industri rokok, sehingga dibutuhkan suatu pemikiran yang
kreatif dan inovatif dalam
menyikapi kebijakan tersebut.

C .Lingkungan industri

Hitt, et all (2005) dalam bukunya mengatakan bahwa lingkungan industri adalah
serangkaian faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi perusahaan dan tindakan
dan tindakan kompetitifnya. Faktor-faktor tersebut antara lain :
● Ancaman dari pelaku bisnis baru
● Supplier
● Pembeli
● Produk pengganti
● Intensitas persaingan diantara para pesaing.

d. Lingkungan internasional
Dengan memahami lingkungannya, diharapkan manajemen akan mampu melakukan suatu analisa
terhadap lingkungannya. Menurut Wahyudi (1996) ada dua faktor yang
membuat para manajer perlu melakukan analisa lingkungan, yaitu :
● organisasi merupakan bagian dari suatu lingkungan dan lingkungan itupun
bersifat dinamis. Dengan kata lain, perusahaan bisa mengalami kehancuran karena
ketidakmampuan menganalisa dan beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang terus
berkembang.
● Adanya pengaruh dari lingkungan eksternal yang sangat kompleks, dapat
mempengaruhi kinerja banyak bagian di dalam internal perusahaan.

Ketidakpastian dalam lingkungan ini selalu membuat para pembuat keputusan strategis harus
berhati-hati dalam membuat suatu keputusan dan melakukan analisa lingkungan secara
matang dan detail. Wahyudi (1998) mengatakan bahwa sejumlah asumsi-
asumsi yang relevan harus dapat dievaluasi secara terus menerus sehingga perusahaan akan dapat
terus melakukan penyesuaian-penyesuaian yang dianggap perlu secara cepat.

C. Strategi Perusahaan dalam Memenangi Persaingan Bisnis

Menurut Rangkuti (2008), strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan tertentu. Konsep
strategi perusahaan selalu mengalami perubahan seiring dengan perkembangan kondisi lingkungan.
Chandler (1962) mengatakan bahwa strategi merupakan
suatu alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang,
program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.
Sedangkan Learned, Christensen, Andrews, dan Guth (1965) mengemukakan bahwa strategi
merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing.
Berikutnya Argyris (1985),
Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1977) mengatakan bahwa strategi merupakan suatu repon
terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat
mempengaruhi organiasasi.
Menurut Porter (1985), Strategi adalah alat yang sangat
penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Dari beberapa pengertian diatas, dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa
pemahaman yang baik mengenai konsep strategi bisa menentukan kesuksesan suatu
strategi.

Konsep strategi yang bisa dirumuskan dari beberapa pengertian tersebut diatas adalah :
a. Distinctive Competence, merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar
dapat melakukan kegiatan lebih baik daripada yang dilakukan oleh para
pesaing-pesaingnya. Atau dengan kata lain bahwa perusahaan mempunyai suatu kekuatan yang tidak
mudah ditiru oleh para
pesaing-pesaingnya. Distinctive
competence ini meliputi keahlian tenaga kerja dan kemampuan sumber daya.
b. Competitive Advantage, merupakan kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh
perusahaan, sehingga perusahaan dapat mempunyai suatu keunggulan dibandingkan dengan
para pesaingnya. Keunggulan bersaing disini tentu saja dihasilkan oleh pilihan strategi yang
dapat dilakukan perusahaan untuk memperoleh keunggulan bersaing.
Dari konsep tentang strategi tersebut Rangkuti (2008) mengelompokkan strategi menjadi beberapa tipe,
yaitu :

1. Strategi manajemen. Strategi manajemen disini meliputi strategi yang dilakukan oleh
manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara lebih luas. Contoh untuk strategi
manajemen ini diantaranya adalah strategi untuk melakukan pengembangan produk ataupun
strategi dalam menetapkan harga.
2. Strategi Investasi. Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi,
misalnya strategi meningkatkan pertumbuhan perusahaan dengan melakukan penetrasi pasar
yang agresif ataupun strategi memasuki pasar dengan pola bertahan.
3. Strategi Bisnis. Strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen.
Termasuk di dalam strategi bisnis ini adalah strategi pemasaran, strategi distribusi atau strategi
organisasi.

Strategi perusahaan merupakan serangkaian roses perencanaan jangka pendek dan jangka
panjang sebuah perusahaan. Oleh karena itu, dalam merumuskan strategi perusahaan
sangatlah diperlukan pemikiran matang. Dalam menyusun strategi digunakan proses analitis. Hal ini
dilakukan untuk melakukan singkronisasi terhadap visi, misi ,sasaran, tujuan dan budaya perusahaan.
Dengan demikian, dalam menentukan alternatif strategis yang layak,
perencana strategis harus dapat melakukan proses evaluasi dan meninjau kembali visi, misi dan
tujuan perusahaan. Setelah itu barulah melakukan proses generalisasi, evaluasi dan pemilihan
alternatif strategi terbaik. Dari sini dapat diketahui bahwa dalam penentuan strategi dengan
menganalisis situasi membutuhkan komitmen yang kuat dari para manajemen perusahaan.
Manajemen perusahaan harus mampu
menggabungkan antara peluang eksternal
dan kekuatan internal sehingga menghasilkan corporation's distinctive competence. Berbagai
tingkat strategi perusahaan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Strategi di Tingkat Korporat (Corporat Strategy) Andrew (1980) mengatakan bahwa
strategi korporat adalah strategi yang disusun dalam
dalam suatu bisnis, dimana perusahaan akan melakukan persaingan dengan cara mengubah
distinctive competence menjadi competitive advantage.
Sedangkan menurut Porter (1985) dalam menyusun strategi korporat, yang perlu dilakukan
adalah
mengetahui dengan pasti keunggulan bersaing yang dimiliki oleh perusahaan dan penempatannya pada
unit-unit bisnis yang ada. Dari pendapat tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa strategi pada
tingkat korporat ini merupakan suatu dasar dalam penyusunan strategi di tingkatan bawahnya atau di
tingkat unit bisnis dan fungsional.
2. Strategi di Tingkat Unit Bisnis (Strategic Business Units)
Menurut Rangkuti (2008), perusahaan yang memunyai berbagai jenis produk, akan bersaing di
berbagai tingkatan bisnis dan pasar. Oleh karena itu, strategi perusahaan ditekankan pada strategic
business units. Penggunaan strategic business unit terdiri dari
satu atau lebih unit divisi, lini produk atau beberapa jenis produk.
Perencanaan strategis harus didukung dengan suatu kompetensi inti, mengingat persaingan yang sudah
semakin kerasnya. Dalam melihat kompetensi int, perusahaan, setidaknya dibutuhkan
tiga kriteria :
a. Nilai Pelanggan, yaitu memberikan manfaat yang lebih kepada pelanggan
b. Diferensiasi bersaing, yaitu kemampuan yang unik dari segi daya saing
c. Dapat diperluas, seiring dengan tuntutan pasar untuk dapat terus berkembang.
3. Strategi Fungsional (Functional Strategic)
Rangkuti (2008) menjelaskan bahwa, strategi fungsional lebih bersifat operasional karena akan
langsung diimplementasikan oleh fungsi-fungsi manajamen yang ada di
bawah tanggung jawabnya. Misalnya, fungsi manajemen pemasaran, fungsi manajemen keuangan dan
fungsi manajemen sumber daya manusia. Sebelum melakukan pengembangan perencanaan strategis,
maka manajemen perusahaan perlu melakukan analisa tentang hubungan antara fungsi-fungsi
manajemen perusahaan dengan mempelajari struktur perusahaan (corporate's structure), budaya
perusahaan (corporate's culture) dan sumber daya perusahaan (corporate's resource). Keempat hal
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
● pertama, struktur perusahaan. Keberadaan struktur organisasi perusahaan dapat
memberikan suatu gambaran tentang kelebihan dan
kekuatan perusahaan serta potensi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Dengan kata lain,
struktur organisasi ini bisa menjadi suatu kekuatan internal perusahaan.
● Kedua, budaya perusahaan. Freeman and Hannan (1997) mendefinisikan budaya
perusahaan sebagai hasil interaksi antara kebiasaan dan asumsi para pendirinya dengan apa yang
mereka pelajari. Sedangkan menurut Mangkunegara (2005) dan Nawawi (2003), budaya
perusahaan adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang
dikembangkan dalam perusahaan, yang dijadikan pedoman
bertingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi
internal. Menurut Rangkuti (2008), budaya perusahaan merupakan kumpulan nilai, harapan
serta kebiasaaan masing-masing individu dalam perusahaan tersebut yang dapat dipertahankan dari
satu generasi ke
generasi berikutnya. Para pengambil keputusan ini harus berhati-hati dalam mempertimbangkan
budaya perusahaan saat melakukan analisa faktor strategis internal karena adakalanya faktor
strategis internal tersebut bertentangan dengan budaya perusahaan sehingga kurang
mendapatkan dukungan dari para karyawannya.
● Ketiga, sumber daya perusahaan. Maksud sumber daya perusahaan tidak
hanya berupa aset tetapi juga berupa konsep serta prosedur teknis yang biasa dilakukan
perusahaan. Analisis strategis internal dapat lebih dikenali berdasarkan kekuatan dan
kelemahan sumber daya perusahaan secara fungsional (pemasaran, keuangan, operasional,
sumber daya manusia dan lain sebagainya)

D. Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi Pemenangan Bisnis Analisa


SWOT (strenght, weakness, opportunity, treads) merupakan salah satu
metode dalam melakukan penyusunan strategi perusahaan dengan melihat kondisi lingkungan
perusahaan baik itu lingkungan internal maupun eksternal. Analisa SWOT lebih menekankan kepada
bagaimana kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam menghadapi peluang dan ancaman yang ada.
SWOT sendiri merupakan akronim dari Strength (kekuatan),
Weakness (kelemahan), Opportunities (Peluang) dan Threats (ancaman). Analisis
SWOT
digunakan dalam melakukan analisis strategis perusahaan. Hal ini disebabkan karena analisa

SWOT menyediakan suatu informasi yang mendalam tentang kondisi internal perusahaan dan
lingkungan eksternal yang dihadapi perusahaan, sehingga perusahaan akan mempunyai
gambaran tentang keputusan strategis apa yang akan diambil. Analisis SWOT secara sederhana
dipahami sebagai pengujian
terhadap kekuatan dan kelemahan internal sebuah perudahaan, serta kesempatan dan ancaman
lingkungan eksternalnya. Menurut Johnson, Scholes & Sexty (1989), SWOT adalah perangkat
umum
yang didesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam proses pembuatan keputusan dan sebagai
perencanaan strategis dalam berbagai terapan. Robinson (2007) mengatakan bahwa
kerangka SWOT menyediakan dasar yang terorganisasi untuk menjadi bahan diskusi dari berbagai
informasi secara mendalam yang dapat memperbaiki kualitas dan keputusan perusahaan. Proses
tersebut menjadi bagian penting sebgai suatu proses yang dilalui perusahaan dalam menghasilkan
kebijakan. Menurut Rangkuti (2008), analisa SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan satrategi perusahaan. Analisa didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan, peluang dan sekaligus juga meminimalkan kelemahan
dan ancaman. Sedangkan Pearce and Robinson (2007) mengatakan bahwa

analisa SWOT merupakan teknik historis yang terkenal dimana manajer menciptakan gambaran umum
secara cepat mengenai situasi strategis perusahaan. Analisis tersebut terbentuk atas asumsi bahwa
strategi yang efektif diturunkan dari kesesuaian yang baik antara sumber daya internal
perusahaan dengan situasi eksternalnya. Sebagai contoh dapat diuraikan sebagai berikut:
● pertama, strength (kekuatan). Kekuatan merupakan suatu kapabilitas yang dapat
dikendalikan
oleh perusahaan. Kekuatan juga merupakan suatu sumber daya yang membuat perusahaan
menjadi lebih unggul dibandingkan dengan para pesaing-pesaingnya.dalam memenangkan Pasar
● Kedua, weakness (kelemahan). Menurut Pearce and Robinson (2007), kelemahan
merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam satu atau lebih sumber daya atau kapabilitas
suatu perusahaan yang menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
● Ketiga, opportunities (peluang). Peluang merupakan situasi yang menguntungkan di
lingkungan
eksternal perusahaan. Peluang bisa saja terjadi dari sisi politik dan ekonomi seperti misalnya regulasi
pemerintah dan tingkat inflasi, ataupun bisa terjadi dari sisi sosial budaya, seperti misalnya gaya
hidup dan trend yang terjadi.
● Keempat, ancaman (threats). Ancaman merupakan kondisi sebaliknya dari peluang, yaitu
situasi yang tidak menguntungkan dari
lingkungan eksternal yang tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan. Ancaman harus dikenali dengan
cermat, sebab ancaman bisa berwujud dalam berbagai macam bentuk.
Merumuskan analisa SWOT bagi sebuah perusahaan dilakukan dengan cara memanfaatkan
kesempatan, kekuatan, serta mengurangi ancaman dan kelemahan. Analisis SWOT dimulai dengan
membandingkan antara faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan
ancaman dengan faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. SWOT dapat
dilaksanakan oleh para administrator secara individual atau berkelompok dalam organisasi. Apabila
dilakukan secara berkelompok akan lebih efektif khususnya pada saat
pengadaan struktur, objektifitas, kejelasan dan fokus perusahaan dalam memenangi persaingan bisnis.
Sebab, dari proses tersebut mampu menciptakan konsep strategi
memenangi persaingan yang utuh sehingga permasalahan tidak akan melebar disebabkan karena
pengaruh politik atau kesenangan perseorangan yang kuat (Glass, 1991).

● Langkah pertama dalam analisis SWOT adalah melakukan pengumpulan data.


Pada tahap ini yang dilakukan tidak hanya sekedar mengumpulkan data, tetapi juga melakukan proses
pengklasifikasian dan pra analisis. Data yang ada dibedakan menjadi dua yaitu data
eksternal dan internal.
● Data eksternal diperoleh dari lingkungan eksternal perusahaan seperti
misalnya analisis pasar, kompetitor, pemasok, regulasi pemerintah serta perubahan sosial
budaya pada masyarakat. Sedangkan data internal yang biasanya berasal dari dalam
perusahaan biasanya berupa laporan keuangan, laporan kegiatan sumber daya manusia,
laporan kegiatan operasional dan pemasaran.
● Langkah berikutnya dalam analisis SWOT
adalah membuat sebuah lembaran kerja dengan menarik sebuah garis persilangan yang
membentuk empat kuadran, masing-masing untuk kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman
Kuadran 1 : Pada situasi kuadran 1, berada pada situasi yang paling menguntungkan.Posisi pada
kuadran 1, berarti perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan. Strategi yang harus diambil dalam
kondisi seperti ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif atau growth oriented strategy dengan memanfaatkan peluang yang ada serta
kekuatan internal yang dimiliki perusahaan.
Kuadran 2: Pada suatu perusahaan yang telah melakukan identifikasi mengenai kekuatan inti
akan menghadapi situasi lingkungan yang tidak menguntungkan. Walaupun mempunyai ancaman
dari lingkungan eksternal, perusahaan masih mempunyai kekuatan
dariinternal perusahaan yang bisa digunakan sebagai nilai tambah. Dalam situasi seperti ini, strategi
yang harusnya diterapkan oleh perusahaan adalah menggunakan kekuatan yang dimilikinya yaitu
sumber daya dan kompetensinya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan melakukan
diversifikasi.
Kuadran 3: perusahaan memiliki peluang yang sangat besar dari pasar tetapi perusahaan
mempunyai kelemahan dari sumber daya internal. Fokus dari strategi perusahaan yang berada
dalam kondisi seperti ini harusnya adalah menghilangkan kelemahan internal sehingga dapat
berkonsentrasi pada mengejar peluang pasar yang tersedia.
Kuadran 4: Posisi
ini merupakan situasi yang paling tidak menguntungkan bagi perusahaan. Hal ini disebabkan
karena perusahaan selain mempunyai hambatan pada faktor ekternalnya yaitu adanya ancaman dari
pasar, juga mempunyai hambatan pada sumber daya internal. Situasi tersebut tentu saja membutuhkan
strategi yang dapat mengurangi atau bahkan dapat mengarahkan kembali keterlibatan produk atau
pasar yang telah ditelaah menggunakan analisa SWOT.

E. Kelemahan dan Keterbatasan Analisa SWOT


Analisa SWOT ini sampai saat ini memang masih menjadi pilihan bagi perusahaan untuk
digunakan sebagai alat analisa dasar perencanaan strategis. Hal ini disebabkan Analisa
SWOT memiliki kecenderungan sangat sederhana dan mudah untuk diterapkan. Selain itu, analisa
SWOT juga mempunyai kemampuan untuk menggambarkan bagaimana kekuatan dan
kelemahan internal perusahaan sekaligus juga ancaman dan peluang pasar yang dihadapi di
lingkungan eksternal perusahaan. Dengan memahami kondisi internal dan eksternalnya tersebut,
diharapkan perusahaan akan mampu menemukan formulasi strategis yang tepat. Tetapi analisa
SWOT ini juga mempunyai keterbatasan dan kelemahan. Hal ini disebabkan karena analisa SWOT
merupakan pendekatan konseptual yang sangat luas. Menurut Pearce
and Robinson (2007), keterbatasan analisa SWOT ini adalah :
1. Analisa SWOT dapat terlalu menekankan kekuatan internal dan mengganggap remeh
ancaman eksternal.
Para pembuat strategi harus selalu waspada terhadap strategi yang sudah ditetapkan berdasarkan
kekuatan internal perusahaan. Hal ini disebabkan karena dampak lingkungan eksternal juga
mempunyai kekuatan yang besar untuk mempengaruhi kondisi perusahaan.
2. Analisa SWOT dapat bersifat statis dan beresiko mengabaikan kondisi yang berubah. Analisa
SWOT merupakan pandangan yang sesaat mengenai situasi yang berubah atau bergerak. Kondisi
tersebut memunculkan pengertian bahwa analisa yang digunakan untuk dasar perencanaan strategis
harus selalu waspada terhadap perubahan
sekecil apapun baik dari lingkungan internal maupun eksternal sehingga dapat dilakukan suatu
tindakan antisipasi guna tidak kehilangan kesempatan yang ada.

3. Analisa SWOT dapat terlalu menekankan pada satu kekuatan atau elemen strategi.

4. Suatu kekuatan tidak selalu menjadi keunggulan kompetitif


Pada umumnya analisa SWOT hanya mencerminkan pandangan seseorang atau kelompok. Dengan
kata lain, SWOT mencerminkan keberpihakan dalam menilai tindakan yang telah ditentukan
sebelumnya. Analisa SWOT belum terlalu mampu untuk digunakan sebagai alat untuk mengenali
kemungkinan-kemungkinan peluang baru maupun menyikapi ancaman yang ada. Ancaman bagi
kelompok yang satu mungkin juga dapat menjadi kesempatan bagi kelompok yang lain. Pepatah
mengatakan bahwa seseorang yang pesimis adalah orang-orang yang memiliki kesempatan, dan
seseorang yang optimis adalah orangyang melihat kesempatan di dalam suatu kegagalan.

F. Simpulan

Analisa SWOT merupakan suatu alat analisis yang masih cukup efektif untuk
menemukan kekuatan dan peluang perusahaan. Hal tersebut digunakan perusahaan dalam menghadapi
serta mewaspadai semua kelemahan dan ancaman yang dihadapi guna mengambil sebuah keputusan
strategis dalam berbisnis. Diharapkan prosesperencanaan strategis tersebut mampu menemukan
keputusan yang efektif dan tepat sasaran.
Keberhasilan melahirkan keputusan yang efektif dan tepat sasaran dipengaruhi oleh kemampuan
perusahaan berkaca dan memahami kondisi internal serta mampu membaca kondisi eksternal.
Analisa SWOT membantu dalam menstrukturisasi usaha para pengambil keputusan dalam Menentukan
rencana strategis perusahaan. Perencanaan strategis dan proses pengambilan keputusan perusahaan
haruslah
memegang prinsip mengembangkan kekuatan yang dimiliki, minimalkan kelemahan yang ada,
mengambil segala peluang yang ada dan mewaspadai sekaligus menghilangkan ancaman
yang menghambat.
Penggunaan Analisa SWOT dalam sebuah prusahaan diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam memahami kondisi internal organisasi baik kelemahan
maupun kekuatannya serta mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di luar
lingkungan organisasi. Pimpinan perusahaan harus mampu mengidentifikasi kelemahan dari
perusahaan sekaligus dituntut mampu melihat peluang pasar yang ada. Dengan melakukan hal
tersebut, pimpinan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan yang berorientasi pada perubahan.
Pada tataran selanjutnya, pimpinan perusahaan dapat mengidentifikasi kekuatan inti
perusahaan dan melihat adanya ancaman dari lingkungan eksternal. Berbekal hal itu,
keputusan strategis pimpinan perusahaan yang diambil bisa mendukung strategi diversifikasi
perusahaan dalam memenangi persaingan bisinis.
Sayangnya, analisa SWOT mempunyai mempunyai keterbatasan yang berkaitan dengan
kedalaman analisis dan resiko mengabaikan pertimbangan-pertimbangan yang
penting. Oleh sebab itu penggunaan analisa SWOT ini haruslah bersifat fleksibel, mengingat kondisi
yang sangat cepat berubah seiring dengan perjalanan waktu. Analisis harus sesering mungkin ditinjau
ulang dan disesuaikan. Selain itu, Analisa SWOT juga harus bisa dilakukan secara kreatif sehingga
dapat membangun fondasi yang kuat bagi organisasi dalam memutuskan rencana strategis untuk
kelangsungan hidup perusahaan ke depan.

DAFTAR PUSTKA
Andrew ,K.R., 1980, The Conceptof Corporate Strategy, Homewood. Richard D. Irwin.
Argytis, 1985, Strategy Change and Defensive Routines, Marshfield, MA: Pitman Pub
Chandler, 1962, Strategy and Structure : Chapter in the History of American Industrial
Enterprise. Chambridge: The MIT Press.
Freeman, John. H And Michael T. Hannan (1997). Growth And Decline Process In Organizations.
American Sociological Review.
Hitt, Michael A, R. Duane Ireland, and Robert E.Hoskisson, alih bahasa. 2005. Manajemen Strategis
Daya saing & Globalisasi. Buku Satu. Penerbit Salemba. Jakarta.
Glass, N.M., (1991), Pro-active Management: How to Improve Your Management Performance.East
Brunswick, NJ:Nicholas Publishing.
Johnson, G, Scholes,K., & Sexty,R.M., (1989), Exploring Strategic Management, Scarborough,
Ontario: Prentice Hall.
Learned, Christensen, 1965, Business policy: Text and Cases, Homewood: Richard D. Irwin
Mangkunegara, Anwar Prabu (2005). Perilaku Dan Budaya Organisasi. Bandung : CV. Refika
Aditama.
Mintzberg, H, 1979,The Structure of Organization, Englewood Cliffs, New York: Prentice Hall
Nawawi, H (2003). Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada Press.
Pearce, John A. Robinson JR, Richard B, alih bahasa Yanivi Bachtiar dan Christines. 2007.
Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Buku Satu.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Porter, Michael E., 1993, Keunggulan bersaing menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul,
Jakarta : Erlangga
Rangkuti, Freddy, 2008,Analisa SWOT Teknik Membedah kasus Bisnis, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Rangkuti, Freddy, dalam Jurnal Ekonomi Perusahaan Volume 3 no 2, Edisi Oktober 1996, diterbitkan
oleh STIE IBII.
Steiner, G dan Miner, 1977, Management Policy and Strategy, New York:Macmillan. Subroto,
Gatot, 2001, Analisis SWOT Tinjauan Awal Pendekatan Manajemen, academe@indopubs.com. Tgl
downlooad 4 Desember 2009.
Sun Tzu, 1992, Seni Berperang, PT Elex Media dan PT Gramedia Group.
Wahyudi, Agustinus Sri, 1996, Manajemen Strategik:Pengantar Proses Berpikir Strategik, Binarupa
Aksara.

2.PENGEMBANGAN INOVASI PRODUK DAN PENGGUNAAN DIGITAL MARKETING


SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENJUALAN UMKM MAKANAN

Dewi Diah Fakhriyyah


*, Yuni Susanti, Siela Saadatul Laili
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Malang
*korespondensi email: dewi_df@unisma.ac.id

ABSTRAK

Di akhir tahun 2019, Dunia digemparkan dengan adanya Coronavirus Disease 2019 (Covid- 19).
Hingga saat ini Covid-19 telah menjadi masalah dunia internasional dan memberikan implikasi
terhadap ekonomi, sosial, dan politik hampir diseluruh negara, termasuk di Indonesia. Di Indonesia
sendiri dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 juga dirasakan sektor UMKM. Salah satu UMKM
yang terkena dampak pandemi adalah UMKM penjual makanan di Desa Lesanpuro, Kecamatan
Kedungkandang, Malang yang selama pandemi mengalami penurunan penjualan dan pendapatan.
Untuk meningkatkan penjualan dan pendapatan, kami membantu dengan memberikan sosialisasi,
edukasi dan pendampingan pengembangan inovasi produk dan pemanfaatan media digital untuk
pemasaran produk.
Pada tahap pertama kami melakukan sosialisasi yang bertujuan untuk mengembangkan area
pemasaran dengan mengenalkan digital marketing kepada pemilik UMKM supaya digital marketing
tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memasarkan produk yang lebih Luas jangkauannya
sehingga diharapkan bisa mendapatkan penghasilan yang lebih banyak. Pada tahapan yang terakhir
kami juga mengedukasi tentang pentingnya menciptakan inovasi produk kreatif agar UMKM tersebut
memiliki ciri khas yang dapat dengan mudah dikenal
konsumen sehingga dapat menarik minat konsumen. Tahap terakhir kami melakukan pendampingan
inovasi produk baik dari segi isi produk, nama produk, kemasan, dan logo usaha. Diharapkan dengan
adanya kegiatan ini dapat membantu UMKM tersebut agar bisa meningkatkan pendapatannya dan bisa
bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Kata Kunci: makanan; UMKM; pandemi Covid-19; digital marketing.

PENDAHULUAN

Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam meningkatkan
perekonomian di Indonesia. Dengan adanya UMKM maka dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi
para pengangguran. Selain itu UMKM juga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan khususnya di
daerah pedesaan dan rumah tangga yang perpendapatan rendah (Balitbang Kabupaten Bulelelng,
2021). Definisi UMKM diatur dalam UU Nomor 20 tahun 2008, dimana UMKM dibagi menjadi
beberapa kriteria berdasarkan aset dan omset, yaitu: Usaha mikro merupakan usaha yang memiliki
kekayaan bersih (aset) paling tinggi 50 juta dan omset paling banyak 300 juta. Aset yang
diperhitungkan tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Usaha kecil merupakan kelompok
usahadengan kekayaan bersih setidaknya 50 juta hingga 500 juta serta memiliki nilai penjualan
setidaknya 300 juta hingga 2,5 miliar. Sama halnya dengan usaha mikro, aset yang diperhitungkan
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Usaha menegah merupakan kelompok usaha dengan
aset mulai 500 juta sampai dengan 10 miliar, serta penjualan 2.5 miliar sampai dengan 50 miliar.
Sama dengan kelompok usaha lainnya, aset yang diperhitungkan tidak termasuk tanah dan bangunan
(Azzahra & Wibawa, 2021).
Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, UMKM adalah kelompok
industri kecil modern, industri tradisional, dan industri kerajinan yang mempunyai investasi modal
untuk mesin dan peralatan sebesar 70 juta ke bawah dengan resiko investasi modal/tenaga kerja Rp
625.000 ke bawah dan usahanya dimiliki oleh warga Negara Indonesia (Merina, 2019). Menurut
Halim, (2020) UMKM merupakan usaha kecil yang membantu perekonomian Indonesia. Dikatakan
membantu perekonomian Indonesia disebabkan karena dengan melalui UMKM akan membentuk
lapangan kerja baru serta bisa meningkatkan devisa negara melalui pajak badan usaha.
Sejak tahun 2020 terjadi pandemi Covid-19 di Indonesia yang memberikan dampak dan permasalahan
pada berbagai sisi kehidupan. UMKM merupakan salah satu yang terdampak dari pandemi Covid 19
yaitu terjadinya penurunan aktivitas jual beli serta distribusi yang terhambat yang mengakibatkan
penurunan pendapatan UMKM (Fakhriyyah et al., 2020).
Ditambah lagi dengan adanya peraturan pemerintah yaitu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) yang membatasi kegiatan diberbagai sektor
semakin membuat perekonomian UMKM semakin lemah. Adanya PPKM dinilai akan memberi
dampak ekonomi bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Hal ini disampaikan oleh Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (Pustek) UGM, DR.
Hempri Suyatna dalam keterangan tertulisnya. Menurutnya, selama penerapan PPKM darurat
hingga level 4 sampai pada 2 Agustus saja membuat banyak UMKM yang bangkrut hingga gulung
tikar. PPKM dinilai menjadi ancaman serius terjadinya deindustrialisasi sektor UMKM.
“Perpanjangan PPKM level 4 ini berpotensi menambah beban berat pelaku UMKM, Banyak sektor
UMKM yang gulung tikar atau alih profesi”. Selain itu Hempri juga mengatakan bahwa dalam kondisi
pandemi sekarang ini para pelaku sektor UMKM memerlukan tidak hanya modal kerja, namun juga
jejaring pemasaran serta fasilitas pengembangan bagi UMKM yang alih profesi. Banyaknya
permasalahan yang terjadi pada
masa pandemi covid-19 mengakibatkan UMKM mengalami berbagai kendala dan menyebabkan
penurunan aktivitas jual-beli sehingga berimbas pada penurunan pendapatan(Prihatiningtias et al.,
2021; Sendari, 2021)
.Pendapatan yang menurun juga sangat dirasakan oleh salah satu pelaku UMKM penjual makanan di
Desa Lesanpuro yang terletak di Kecamatan Kedungkandang, Malang. UMKM penjual makanan di
Desa Lesanpuro merupakan salah satu UMKM yang dijadikan sebagai mata pencaharian oleh warga
Lesanpuro. Hal ini karena mayoritas warganya bekerja sebagai pedagang. Karena kurangnya
pengetahuan warga mengenai ilmu pemasaran menyebabkan kegiatan jual-beli masih dilakukan
dengan metode konvensional/tradisional termasuk di UMKM penjual makanan yang berada di Desa
Lesanpuro ini. Selain itu, pelaku UMKM penjual makanan tersebut juga masih menjual produk tanpa
adanya inovasi dimana kurang adanya ciri khas dan keunikan yang dimiliki sehingga menyebabkan
terhambatnya pemasaran karena kurangnya daya tarik konsumen dan pada akhirnya masih kesulitan
dalam menghadapi persaingan. Selama masa PPKM, penjualan produk makanan UMKM di
Lesanpuro mengalami penurunan signifikan.

Dari permasalahan tersebut maka diperlukan perubahan sistem penjualan konvensional yang
biasa digunakan oleh UMKM makanan di Lesanpuro menjadi sistem
penjualan yang dapat meningkatkan pendapatan khususnya di era pandemi seperti ini. Hal
ini yang membuat kami merasa perlu untuk melakukan sosialisasi dan edukasi sistem
penjualan dan pemasaran menggunakan digital marketing pada pelaku usaha penjual makanan
di Lesanpuro.

Chaffey & Ellis-Chadwick (2016) menyatakan bahwa digital marketing merupakan aplikasi dari
internet dan berhubungan dengan teknologi digital dimana didalamnya berhubungan dengan
komunikasi tradisional untuk mencapai tujuan pemasaran. Hal tersebut dapat dicapai untuk
meningkatkan pengetahuan tentang konsumen seperti profil,
perilaku, nilai, dan tingkat loyalitas, kemudian menyatukan komunikasi yang ditargetkan dan
pelayanan online sesuai kebutuhan masing-masing individu. Menurut Chaffey & Ellis- Chadwick
(2016) pada dasarnya digital marketing adalah kegiatan pemasaran yang menggunakan media digital
dengan menggunakan internet yang memanfaatkan media berupa web, social media, e-mail, database,
mobile/wireless, dan digital tv guna meningkatkan target konsumen dan untuk mengetahui rofil,
perilaku, nilai produk, serta loyalitas para pelanggan atau targetkonsumen untuk mencapai tujuan
pemasaran.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya digital marketing merupakan
kegiatan pemasaran yang menggunakan media digital dengan mengunakan internet yang
memanfaatkan media berupa web, social media, e-mail, database, mobile/wireless, dan digital tv
guna meningkatkan pemasaran serta target konsumen sehingga bisa berimbas pada peningkatan
pendapatan.

Pemanfaatan digital marketing


dianggap cara paling efektif untuk saat ini sebagai salah satu pemasaran bagi semua jenis usaha, tidak
terkecuali untuk UMKM. Sebab, meskipun bisnis dijalankan dengan skala cukup kecil, menentukan
strategi promosi yang tepat tetap perlu dilakukan agar bisnis selalu berkembang. Salah satu contoh
digital marketing adalah upaya pemasaran online dengan menggunakan internet seperti Facebook,
WhatsApp, Instagram, dll dimana penjual bisa berkomunikasi dengan calon konsumen di dunia
maya. Kepala Program Studi Bio Kewirausahaan i3I School of Business (iSB), Reni Saraswati,
menyatakan bahwa pemasaran menggunakan media digital merupakan strategi yang ampuh dalam
meningkatkan efektifitas serta keuntungan bagi penggunanya.
Berdasarkan data dari Statista di awal tahun 2021, hampir 60% dari total populasi dunia adalah
pengguna internet. Dari populasi tersebut, Indonesia menempati urutan ke 3 sebagai pengguna internet
terbanyak di dunia(Sembiring, 2021).

Hal ini dapat dimanfaatkan pengusaha tak terkecuali UMKM makanan


Cemal Cemil di Desa Lesanpuro untuk menjangkau pelanggan tanpa ada batasan lokasi dan waktu
dalam mempromosikan serta memberikan layanan bisnis secara online. Dengan menggunakan digital
marketing diharapkan UMKM makanan Cemal Cemil Desa Lesanpuro dapat dikenal masyarakat
lebih luas yang akan berdampak pada peningkatan penjualan.Selain pengenalan digital marketing,
edukasi mengenai inovasi produk kreatif pada produk UMKM makanan desa Lesanpuro juga sangat
penting dilakukan supaya dapat memberikan nilai tambah produk tersebut dan bisa lebih menarik
minat konsumen.
Terkadang pasar mengalami kejenuhan atas suatu produk, sehingga diperlukan pembaharuan
ataupun inovasi produk agar dapat menarik kembali minat pasar.
Inovasi produk menunjukkan ada pengembangan dan pengenalan produk baru atau pengembangan
produk baik perubahan desain, komponen dan arsitektur produk itu sendiri (Alkachvi, 2018). Inovasi
produk juga terbukti dapat mempengaruhi kepuasan konsumen (Afriyani & Muhajirin, 2021).

Tujuan dilakukannya sosialisasi dan edukasi mengenai pemasaran melalui digital marketing dan
berinovasi produk kreatif pada pelaku UMKM makanan Desa Lesanpuro yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat khususnya pemilik UMKM makanan Desa Lesanpuro tentang teknik
pemasaran online guna memperlancar arus perdagangan di Desa Lesanpuro, khususnya di era
pandemi seperti sekarang dimana masyarakat dituntut untuk lebih memanfaatkan teknologi yang ada
guna mengurangi aktivitas di luar rumah.

Selain itu tujuan pengenalan inovasi produk kreatif dimaksudkan agar UMKM tersebut memiliki
ciri
khas produk sehingga dapat dengan mudah dikenal konsumen sehingga dapat menarik.minat
konsumen yang nantinya berdampak terhadap peningkatan pendapatan dan dapat
digunakan sebagai keunggulan bersaing.

METODE

Dalam menjalankan kegiatan sosialisasi dan edukasi bagi pelaku UMKM makanan di Desa
Lesanpuro ini, kami telah menyusun beberapa program kerja yang berfokus pada tujuan utama
yaitu untuk meningkatkan penjualan produk sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan.
Sebelum melakukan kegiatan, kami melakukan survey terlebih
dahulu serta telah diberi izin oleh pemilik UMKM makanan Cemal Cemil dan Kepala Desa
setempat untuk melakukan kegiatan tersebut. Setelah itu, kami segera menjalankan program kerja
yang telah kami susun dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Metode yang kami gunakan dalam sosialisasi ini adalah ceramah dan pendampingan. Adapun
beberapa pokok permasalahan yang dibahas dalam sosialisasi yang kami lakukan yaitu
● Pentingnya mempertahankan dan mengembangkan bisnis di tengah pandemi Covid-
19
● Pemasaran produk melalui digital marketing
● Edukasi dan implementasi
inovasi produk kreatif guna mengembangkan perekonomian UMKM di masa pandemi Covid-
19.
Adanya peraturan pemerintah supaya tidak membuat kerumunan di masa pandemi Covid-
19, kami melakukan kegiatan sosialisasi di UMKM desa Lesanpuro dengan melakukan
pembatasan pertemuan secara langsung. Dalam satu minggu kami hanya melakukan pertemuan dengan
pemilik UMKM selama dua hari untuk menghindari penularan Covid-19.

Akan tetapi kami tetap melakukan komunikasi melalui media sosial untuk mendukung keberhasilan
kegiatan sosialisasi dan edukasi yang kami lakukan sehingga diharapkan bisa membantu
mengembangkan perekonomian UMKM makanan Cemal Cemil di Desa Lesanpuro tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah beberapa hari kami menjalankan program kerja, kami bisa mengamati bahwa masih
kurangnya pengetahuan tentang cara berbisnis pada pemilik UMKM makanan Cemal Cemil di Desa
Lesanpuro. Selama ini pelaku UMKM tersebut hanya memasarkan produknya secara offline atau
berjualan secara langsung di rumah tanpa adanya pemasaran secara online melalui media sosial
sehingga jangkauan pemasaran produk sangat terbatas. Serta kurang adanya inovasi produk kreatif
juga menjadi kendala dalam meningkatkan penjualan produk di UMKM tersebut.
Tahap pertama tepatnya pada minggu pertama tanggal 4 Agustus 2021, kami melakukan
sosialisasi akan pentingnya mempertahankan dan mengembangkan bisnis di masa pandemi
Covid-19. Dalam sosialisasi tersebut, kami melakukan pendekatan dan
memberikan penjelasan yang jelas supaya lebih bisa dipahami oleh pelaku UMKM makanan Cemal
Cemil di Desa Lesanpuro. Penggunaan tutur kata yang santai dan bahasa sehari-hari yang sopan pada
saat sosialisasi menjadikan pelaku UMKM mudah mengerti dan lebih paham apa arti bisnis yang
sesungguhnya serta pentingnya mempertahankan dan mengembangkan bisnis di tengah pandemi
Covid-19. Antusiasme pelaku UMKM tersebut sangat mendukung kesuksesan kegiatan pada tahap
pertama ini walaupun yang awalnya pelaku UMKM tersebut sempat mengeluh akibat penurunan
penjualan secara drastis di masa pandemi covid 19.

Tahap kedua yaitu sosialisasi mengenai digital marketing yang kami laksanakan pada minggu ke-
2 tepatnya pada tanggal 9 Agustus 2021 sampai tanggal 10 Agustus 2021.
Pada
tahap ini kami mulai menjelaskan tentang apa itu digital marketing dan seberapa pentingnya digital
marketing dalam dunia bisnis terutama di saat covid-19 seperti ini, dimana semua orang dituntut
untuk paham dan bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada.
Selain
itu, kami juga melakukan bimbingan langsung terhadap pelaku UMKM makanan Cemal Cemil di
Desa Lesanpuro untuk langsung menerapkan digital marketing supaya lebih paham dan
bisa mempraktekkan secara langsung mengenai manfaat digital marketing. Dengan mengenalkan
transformasi digital diharapkan pelaku UMKM dapat mengembangkan usahanya melalui media
digital supaya lebih dikenal masyarakat luas. Dalam sosialisasi kami
juga memberikan saran dalam menjalankan sosial media marketing yaitu:
● Aktif dalam bersosial media seperti Facebook, Instagram, WhatsApp.
● Membuat konten yang bisa
menarik minat konsumen;
● Menyajikan produk yang inovatif.
Pada tahap terakhir yaitu edukasi dan implementasi inovasi produk kreatif guna
mengembangkan perekonomian UMKM di masa pandemi Covid-19 yang kami laksanakan dengan
lima kali pertemuan tepatnya pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4. Hasil produk selama ini yang
terkesan sederhana membuat produk terlihat kuno dan tidak menarik sehingga masih lemah dalam
persaingan di zaman yang serba modern ini. Ditambah lagi tanpa adanya identitas membuat produk
tersebut jarang dikenal masyarakat. Sehingga kami berinisiatif untuk mengenalkan beberapa inovasi
pada produk UMKM makanan Cemal Cemil di Desa Lesanpuro supaya terdapat ciri khas dan bisa
memberikan nilai lebih pada produk. Beberapa inovasi tersebut diantaranya yaitu:
1. Membuat logo usaha, sehingga bisa menjadi simbol atau lambang dari usaha tersebut serta
usaha dan produknya bisa lebih dikenal masyarakat.
2. Menambah varian topping pada produk dan memberi nama produk dengan nama yang lebih
modern Contohnya mie petir, mie gledek, mie mendung, dll supaya masyarakat lebih penasaran
dan tertarik untuk membeli.
3. Pengemasan produk yang lebih menarik. Yang awalnya produk hanya menggunakan kemasan
dari styrofoam, kini kami berinisiatif untuk menggunakan kemasan lebih modern yaitu dari kertas
berlapis plastik yang lebih terlihat menarik dimana tanpa adanya tambahan biaya produksi sehingga
tidak mengurangi keuntungan. Selain itu, pada kemasan juga terdapat logo dan jenis menu yang
ditawarkan. Sehingga pada saat awal melihatnya terkesan sangat menarik.
Gambar 4. Proses pembuatan logo UMKM makanan Cemal cemil di Desa Lesanpuro

KESIMPULAN

Selama ini pelaku UMKM makanan Cemal Cemil yang terletak di Desa Lesanpuro,
Kecamatan Kedungkandang, Malang masih belum sepenuhnya memahami tentang cara
mengembangkan bisnis yang tepat, ehingga sulit untuk mengembangkan usahanya ditambah dengan
adanya pandemi Covid-19 dimana membuat sebagian besar perekonomian mengalami penurunan.
Melihat hal tersebut kami berinisiatif untuk melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai bisnis
UMKM terutama dalam hal pemasaran
produk, dimana kami mulai mengenalkan digital marketing hingga inovasi produk
kreatif. Setelah diadakannya kegiatan ini pelaku UMKM bisa menjadi lebih paham tentang
pentingnya digital marketing sebagai sarana pemasaran dan berinovasi produk kreatif guna menarik
minat konsumen. Dalam memaksimalkan program kerja, kami menghadapi beberapa kendala seperti
faktor waktu yang sangat singkat, biaya, dan
keterbatasan ruang gerak di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini. Sehingga kami berharap untuk
pengabdian di masa mendatang dapat memberikan wawasan yang lebih luas lagi dalam
meningkatkan promosi produk dengan mengikuti perkembangan pasar dan dunia digital serta dapat
merambah lebih banyak UMKM.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami mengucapkan terima kasih kepada LPPM UNISMA yang sudah memberikan kesempatan
kepada kami untuk melakukan kegiatan KSM-TEMATIK dan Kepala Desa Lesanpuro, Kecamatan
Kedungkandang, Malang yang telah memberi izin kepada kami untuk
melakukan pengabdian masyarakat, serta pemilik UMKM makanan Cemal Cemil yang telah
memberikan izin pada kami untuk membantu memberikan sosialisasi serta edukasi mengenai inovasi
produk kreatif dan digitalisasi marketing.

DAFTAR PUSTKA
Andrew ,K.R., 1980, The Conceptof Corporate Strategy, Homewood. Richard D. Irwin.
Argytis, 1985, Strategy Change and Defensive Routines, Marshfield, MA: Pitman Pub
Chandler, 1962, Strategy and Structure : Chapter in the History of American Industrial
Enterprise. Chambridge: The MIT Press.
Freeman, John. H And Michael T. Hannan (1997). Growth And Decline Process In Organizations.
American Sociological Review.
Hitt, Michael A, R. Duane Ireland, and Robert E.Hoskisson, alih bahasa. 2005. Manajemen Strategis
Daya saing & Globalisasi. Buku Satu. Penerbit Salemba. Jakarta.

Glass, N.M., (1991), Pro-active Management: How to Improve Your Management Performance.East
Brunswick, NJ:Nicholas Publishing.
Johnson, G, Scholes,K., & Sexty,R.M., (1989), Exploring Strategic Management, Scarborough,
Ontario: Prentice Hall.
Learned, Christensen, 1965, Business policy: Text and Cases, Homewood: Richard D. Irwin
Mangkunegara, Anwar Prabu (2005). Perilaku Dan Budaya Organisasi. Bandung : CV. Refika
Aditama.
Mintzberg, H, 1979,The Structure of Organization, Englewood Cliffs, New York: Prentice Hall
Nawawi, H (2003). Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada Press.
Pearce, John A. Robinson JR, Richard B, alih bahasa Yanivi Bachtiar dan Christines. 2007.
Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Buku Satu.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Porter, Michael E., 1993, Keunggulan bersaing menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul,
Jakarta : Erlangga
Rangkuti, Freddy, 2008,Analisa SWOT Teknik Membedah kasus Bisnis, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Rangkuti, Freddy, dalam Jurnal Ekonomi Perusahaan Volume 3 no 2, Edisi Oktober 1996, diterbitkan
oleh STIE IBII.
Steiner, G dan Miner, 1977, Management Policy and Strategy, New York:Macmillan. Subroto,
Gatot, 2001, Analisis SWOT Tinjauan Awal Pendekatan Manajemen, academe@indopubs.com. Tgl
downlooad 4 Desember 2009.
Sun Tzu, 1992, Seni Berperang, PT Elex Media dan PT Gramedia Group.
Wahyudi, Agustinus Sri, 1996, Manajemen Strategik:Pengantar Proses Berpikir Strategik, Binarupa
Aksara.

You might also like