You are on page 1of 102

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam
selalu terlimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW serta segenap pengikutnya
hingga akhir zaman. Atas berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Buku ini
dengan judul Buku “ ( MANAJEMEN KELAS )

Akhirnya penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak dan apabila ada
yang tidak tersebut penulis mohon maaf, dengan besar harapan semoga makalah yang ditulis
oleh penulis ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis menghanturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah memberikan bantuan moril
maupun materil baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini hingga
selesai,

1
DAFTAR ISI

PEMBAHASAN.............................................................................................................2

A. Pengertian Dan Konsep Dasar Manajemen Kelas...................................................... 5

B. Pengertian, Tujuan Dan Pentingnya Pengelolaan Kelas..............................................9

C. Pendekatan Dalam Manejemen Kelas.........................................................................10

D. Pengertian Dan Tujuan Pendekatan Dalam Manajemen Kelas...................................11

E. Pengelolaan Lingkungan Belajar..................................................................................11

F. Pembinaan Disiplin Perilaku Anak.........................................................................

G. Pemeliharaan dan Peningkatan Perilaku Anak Dan Penerapan Dalam Hukuman dan
Hadiah................................................................................................................................

H. Manajemen Iklim Kelas..................................................................

I. Pengaturan Ruang Kelas....................

J. Hambatan – Hambatan Dalam Pengelolaan Kelas......................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................

2
BAB I

PENGERTIAN DAN KONSEP- KONSEP DASAR


MANAJEMEN KELAS

A. Pengertian Pengelolaan dan Manajemen

Pengelolaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti memimpin, mengendalikan,


mengatur, dan mengusahakan agar lebih baik, lebih maju, serta bertanggung jawab atas
pekerjaan tertentu. Pengelolaan adalah proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan
tujuan memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian
tujuan. Pengelolaan bisa diartikan sebagai manajemen, yaitu suatu proses kegiatan yang dimulai
dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan-penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditentukan.

Ada beberapa definisi pengelolaan menurut para ahli :

1. Menurut Terry, mengartikan fungsi pengelolaan sebagai usaha untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya melalui usaha orang lain.2

2. Pengelolaan adalah proses yang membantu merumuskan kebijakan dan tujuan organisasi atau
proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan dan pencapaian tujuan (Poerwadarminta, 2006)

3. (Syamsi, 2008) pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan pengelolaan yang membantu
merumuskan kebijakan dan tujuan organisasi atau yang memberikan pengawasan suatu hal yang
terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan dengan menggunakan tenaga orang
lain.

3
Pengelolaan tidak akan terlepas dari kegiatan sumber daya manusia yang ada dalam suatu
kantor, instansi, maupun organisasi. Manajer yang baik selalu bekerja dengan langkah-langkah
manajemen yang fungsional, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan
mengontrol. Dengan demikian, target yang dituju dengan mudah dapat dicapai dengan baik.
Dapat diambil kesimpulan dari beberapa pendapat diatas bahwa pengelolaan adalah kegiatan
yang di mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan pada semua hal
yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Pengelolaan merupakan tindakan
pengusahaan pengorganisasian sumber-sumber yang ada dalam organisasi dengan tujuan agar
sumber-sumber tersebut dapat bermanfaat untuk kepentingan organisasi.

Manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu dari asal manus yang berarti tanggan dan agere yang
berarti melakukan. Kata-kata kerja itu di gabungkan menjadi kata kerja managere yang artinya
menangani. Managere di terjemahkan kedalam bahasa inggris dalam bentuk kata kerja to
manage, dengan kata benda management dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan
manajeman. Akhirnya management diterjemahkan kedalam bahasa indonesia menjadi
manajeman atau pengelola

Secara etimologis, pengertian manajemen adalah seni dalam mengatur dan


melaksanakan. Manajemen juga dapat didefinisikan sebagai proses mengelola atau pengelolaan
sesuatu. Jadi secara umum, manajemen adalah proses mengatur atau mengelola sesuatu yang
dilakukan oleh individu atau sekelompok orang. Proses manajemen ini termasuk menyusun
rencana, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengendalian atau pengawasan. Dalam konteks
organisasi, pengertian manajemen adalah sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang dilakukan
oleh sekelompok orang atau organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut dengan cara
bekerja sama memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Manajemen dapat juga didefinisikan
sebagai upaya perencanaan,

pengkoordinasian, pengorganisasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran


secara efektif dan efisien. Berikut adalah definisi manajemen menurut para ahli:

4
1. Mary Parker Follet, pengertian manajemen adalah sebuah seni dalam menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Dengan kata lain, seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan
orang lain untuk mencapai tujuan sebuah organisasi.

2. George Robert Terry, pengertian manajemen adalah sebuah proses yang khas yang terdiri dari
beberapa tindakan; perencanaan, pengorganinasian, menggerakkan, dan pengawasan.

Semua itu dilakukan untuk menentukan dan mencapai target atau sasaran yang ingin dicapai
dengan memanfaatkan semua sumber daya, termasuk sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya.

3. Henry Fayol, pengertian manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,


pengkoordinasian, dan pengawasan/ kontrol terhadap sumber daya yang ada agar mencapai
tujuan secara efektif dan efisien.

4. Ricky W. Griffin, pengertian manajemen adalah sebuah proses perencanaan, proses organisasi,
proses kordinasi, dan proses kontrol terhadap sumber daya untuk mencapai tujuan dengan efektif
dan efisien. Efektif berarti tujuan dapat tercapai sesuai rencana, sedangkan efisien artinya tugas
dijalankan dengan benar, teroganisir, dan selesai sesuai jadwal.

5. Lawrence A. Appley, arti manajemen adalah sebuah keahlian yang dimiliki seseorang atau
organisasi untuk menggerakkan orang lain agar mau melakukan sesuatu.

6. Oey Liang Lee, pengertian manajemen adalah ilmu atau seni dalam perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengendalian terhadap sumber daya yang ada
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

7. Hilman, pengertian manajemen adalah fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui perantara
kegiatan orang lain serta mengawasi usaha-usaha setiap individu guna mencapai tujuan yang
sama.

8. Dr. Ahujae, pengertian manajemen adalah pihak-pihak yang menawarkan/ menyediakan jasa
untuk bidang yang berhubungan dengan manajemen.

5
9. Renville Siagian menyebutkan pengertian manajemen adalah salah satu bidang usaha yang
bergerak di bidang jasa pelayanan yang dikelola oleh tenaga ahli yang terlatih dan
berpengalaman.

10. Bennett N. B Silalahi, pengertian manajemen adalah ilmu perilaku yang terdiri dari aspek
sosial eksak bukan dari tanggungjawab keselamatan serta kesehatan kerja baik dari sisi
perencanaannya.

11. James A. F. Stoner, pengertian manajemen adalah suatu proses perencaan, pengorganisasian,
leadership, serta pengendalian upaya dari anggota organisasi tersebut serta penggunaan sumber
daya yang tersedia di organisasi tersebut guna mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
organisasi sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang manajemen, maka nampak jelas bahwa setiap
organisasi termasuk organisasi pendidikan seperti perguruan tinggi maupun sekolah akan sangat
memerlukan manajemen untuk mengatur/mengelola kerjasama yang terjadi agar dapat berjalan
dengan baik dalam pencapaian tujuan, untuk itu pengelolaannya akan berjalan secara sistematis
melalui tahapantahapan, yang diawali oleh suatu rencana sampai tahapan berikutnya dengan
menunjukan suatu keterpaduan dalam prosesnya, dengan mengingat hal itu, maka makna
pentingnya manajemen semakin jelas bagi kehidupan manusia termasuk bidang pendidikan.

Dari pendapat-pendapat yang di jabarkan di atas jika kita tarik kepada manajemen kelas dapat
disimpulkan bahwa, manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang guru
dalam menciptakan atau mempertahankan kondisi yang optimal, dalam proses belajar mengajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Pengertian Kelas

Dalam kamus besar bahasa indonesia kelas didefinisikan sebagai ruang tempat belajar
disekolah. Oleh Hornby mendefinisikan kelas merupakan sekelompok siswa yang belajar
bersama atau suatu wahana ketika kelompok itu menjalani proses pembelajaran pada tempat dan
waktu yang diformat secara format.5 Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh
empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.

6
Kelas dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat
sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis
menyelenggarakan kegiatan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai satu tujuan.

Cooper,J.M., dalam bukunya Classroom Teaching Sklills (dalam Direktorat Jendral


Pendidikan Tinggi) mengutip manajeman kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk
menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.

Dalam kaitan ini tugas guru adalah menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas.6
Sedangkan menurut Alam S bahwa manajeman kelas adalah rentetan kegiatan guru untuk
menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif yaitu meliputi: Pengaturan
waktu, pengaturan ruangan (fasilitas), dan pengelompokan siswa dalam belajar.

Dari pengertian manajeman dan kelas dapat diambil kesimpulan bahwa manajeman kelas
adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan
kemampuan. Atau dapat dikatakan bahwa manajeman kelas merupakan usaha sadar untuk
mengatur kegiatan pembelajaran secara sistematis.

C. Manajemen Kelas

Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kelas
adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapatkan
pembelajaran dari guru “.

Berdasarkan definisi, dapat dijelaskan bahwa manajemen merupakan usaha dari pihak
guru untuk menata kehidupan kelas dimulai dari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur
dan sumber belajarnya, pengaturan lingkungannya untuk memaksimalkan efesiensi, memantau
kemajuan siswa dan mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin muncul dalam proses
belajar.

Studi manajemen memiliki 3 sasaran pokok :

7
1. Perencanaan kurikulum yang lengkap mulai dari rumusan tujuan,bahan pembelajaran samapai
pada evaluasi, hal ini dilakukan karena tanpa perencanaan usaha penataan kelas sulit mencapai
hasil yang maksimal ;

2. Pengorganisasian proses belajar mengajar dan sumber belajar sehingga serasi dan bermakna

Dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan
proses belajar mengajar secara sistematis yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga,
pengatura ruang belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjlana
dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.

D. Tujuan Manajemen Kelas

Secara umum manajemen kelas dimanfaatkan untuk menciptakan kondisi dalam


kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang dapat memungkinkan siswa
berbuat sesuai dengan kemampuannya.

Tujuan manajemen kelas :

1. Agar pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif dan efesien

2. Untuk member kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam pembelajarannya

Menurut ahmad (1995:2) bahwa tujuan manajemen kelas adalah sebagai berikut :

1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal
mungkin

2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya iteraksi belajar


mengajar

8
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta prabot belajar yang mendukung dan memungkinkan
siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektula siswa dalam kelas.

4. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-
sifat individunya

E. Prinsip-prinsip Manajemen Kelas

1) Hangat dan antusias Merupakan salah satu prinsip yang diperlukan dalam proses belajar dan
mengajar. Guru yang akrab dan hangat pada anak didik selalau menunjukkan antusias pada
tugasnya atau pada aktifitasnya

2) Bervariasi Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan
anak didik akan mengurangi munculnya ganguan, meningkatkan perhatian siswa

3) Keluwesan Keluwesan pemeblajaran dapat mencegah munculnya ganguan seperti keributan


siswa, tidak ada perhatian, tidakmengerjakan tugas dsb

4) Penekanan pada hal-hal positif Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang
dilakukan guru terhadap tingkah laku yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang
negative.

5) Tantangan Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang
akan meningkatkan gairah siswauntuk belajar

6) Penanaman disiplin diri Guru harus disiplin dalam segala hal bilaingin anak didiknya ikut
berdisplin dalam segala hal

7) Stabilitas emosi yang stabil, Guru harus bisa menjaga emosinya dan sabar dalam melatih
peserta didik 13

8) Optimisme dan percaya diri Guru punya rasa kepercayaan diri yang kuat dalam mengajar

9) Kesederhanaan ( penampilan dan pakaian )

9
10) Adil Guru harus menyamaratakan peserta didik tanpa mebedakan gendernya baik kaya
maupun miskin,

11) Humoris Guru harus bisa membawa suasana belajar yang sanati dan cenderung tidak kaku

10
BAB II

PENGERTIAN, TUJUAN DAN PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS

A. Pengertian Pengelolaan Kelas


Pendapat dari oleh Ahmad Rohani1 yang menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah
segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan”.
Pengelolaan kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar
secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan
alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan
pengaturan, waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler
dapat tercapai.

Kelas ialah sebuah ruang fisik yang biasanya digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Walaupun kata kelas tidak selalu dipakai untuk tempat pembelajaran titik di sekolah terdapat
kelas-kelas dalam ukuran tertentu yang dipakai untuk kegiatan belajar mengajar titik besar
kecilnya kelas akan fungsional bila dikelola dengan optimal. Dari aspek ini, para pakar
pendidikan menilai pengelolaan kelas untuk kegiatan belajar mengajar sangat
dibutuhkan.Suharsimi arikunto mengartikan Bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan
maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang
diharapkan.Penanggung jawab kegiatan belajar mengajar adalah guru titik Dengan demikian
yang memiliki kewenangan untuk mengelola kelas adalah guru. Pengelolaan kelas dibutuhkan
keterampilan khusus, oleh karena itu dalam kelas itu terdapat unsur material yaitu benda-benda
seperti ruangan parabot, alat pelajaran dan manusia atau siswa sebagai objek sekaligus subjek
pendidikan guru dapat mengelola kelas dengan baik dari aspek fisik tetapi, belum tentu mampu
mengelola kelas yang menyangkut peserta didik.

1
Ahmad Rohani. Pengelolaan Pengajaran. (Jakarta: Rineka Cipta 20014)

11
Rumitnya pengelolaan kelas dari aspek peserta didik karena berhubungan dengan sifat,
karakter dan kondisi sosial peserta didik. Dari sudut pandang inilah sehingga pengelolaan kelas
juga bermakna pembinaan.2

Berdasarkan pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas
merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis yang
mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi
atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan sehingga
kurikuler dapat tercapai.

B. Tujuan dan Pentingnya Pengelolaan Kelas


Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar perlu adanya keterampilan dalam pengelolaan kelas:

1. Mendorong siswa mengembangkan tingkah lakunya sesuai tujuan pembelajaran.


2. Membantu siswa menghentikan tingkah lakunya yang menyimpang dari tujuan
pembelajaran.
3. Mengendalikan siswa dan sarana pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang
menyenangkan, untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4. Membina hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan
siswa, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efektif.

Sementara itu Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman dalam Djamarah pada hakikatnya
terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam
kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja. Terciptanya
suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual,
emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa. 3Dalam hal ini, Usman mengemukakan dua
macam tujuan pengelolaan kelas yaitu :

2
Suhartini Arikunto, pengembangan kelas dan siswa, (Cet. 3, jakarta: CV Rajawali, 1992), hal 67-
68.
3
Sardiman. Strategi Belajar Mengajar. RajaGrafindo Persada, Jakarta. 2004

12
1. Tujuan umum, pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas belajar
untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar tercapai hasil yang baik.
2. Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-
alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar,
serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Tujuan pengelolaan kelas tersebut di atas bersifat spesifik karena hanya menyentuh aspek
luar peserta didik, berupa fasilitas belajar motivasi belajar dan menyediakan kondisi yang
mendukung aktivitas belajar peserta didik. Berdasarkan pada beberapa definisi sebelumnya telah
dijelaskan bahwa efektivitas pengelolaan kelas adalah tingkat tercapainya tujuan dari
pengelolaan kelas. Jadi pengelolaan kelas itu didefinisikan sebagai serangkaian tindakan yang
dilakukan guru dalam upaya menciptakan kondisi kelas agar proses belajar mengajar dapat
berjalan sesuai dengan tujuannya.
Proses pembelajaran yang baik akan meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan serta
kesalahan dalam pembelajaran. Maka dari itu penting sekali bagi seorang guru memiliki
kemampuan menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik dan untuk mencapai tingkat
efektivitas yang optimal dalam kegiatan pembelajaran kemampuan pengelolaan kelas merupakan
salah satu faktor yang juga harus dikuasai oleh seorang guru, di samping faktor-faktor
lainnya.Kemampuan tersebut yang kemudian disebut dengan kemampuan mengelola
kelas.Menurut Salman Rusydie ada tiga alasan yang dapat menjawab tentang hal diatas
(pentingnya pengelolaan kelas), yaitu
1. Pertama, pengelolaan kelas merupakan komponen atau faktor yang dapat membuat dan
menjaga suasana serta kondisi kelas agar selalu terlihat efektif sehingga secara umum
terlihat menarik. Terciptanya suasana dan kondisi kelas yang menarik berdampak pada
keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran yang berkelanjutan.
2. Kedua, dengan pengelolaan kelas yang bagus, maka interaksi antara pendidik dan siswa
dapat terjalin dengan baik pula. ruang belajar atau kelas adalah tempat para pendidik dan
siswa bertemu dan berproses bersama didalamnya. Pendidik dengan semua
kemampuannya dan keterampilannya, siswa dengan latar belakang dan sifat
individumasing-masing, keduanya bercampur menjadi satu, sehingga terciptalah suatu
dialektika di dalamnya.

13
3. Ketiga, ruang belajar atau kelas juga menjadi tempat dimana kurikulum pendidikan
dengan setiap bagiannya, materi dengan sumbernya, serta semua mata pelajaran yang
berkaitan dengan materi dididik dan dinilai di dalam kelas. Nyatanya, hasil pengajaran
dan pendidikan masih sangat ditentukan dengan apa yang terjadi di dalam kelas. Jika kelas
dapat diawasi dengan baik oleh pendidik, maka siswa pasti dapat memahami materi yang
diajarkan. Lain halnya, dengan pendidik gagal dalam mengelola kelas, maka disini siswa
tidak dapat menguasai pelajaran dengan baik, sehingga proses belajar mengajar menjadi
percuma atau sia-sia. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bahwa kelas dikelola dengan
tepat, ahli, berhasil, mahir, efektif dan efesien.4
Pengelolaan kelas sangat penting dalam pelaksanaan sistem pembelajaran, karena dari hari ke
hari bahkan dari waktu ke waktu sesekali perilaku siswa selalu berubah-ubah. Siswa hari ini
dapat berkonsentrasi dengan baik dan tenang, tetapi besok tidak dijamin seperti hari sebelumnya.
Kelas umumnya unik sebagai cara siswa berperilaku, kegiatan, mentalitas, mental dan antusias.
Oleh karena itu, pengelolaan kelas secara umum dikoordinasikan untuk menciptakan suasana
pengajaran dan pembelajaran yang kuat dan menyenangkan serta dapat membujuk siswa untuk
berkonsentrasi dengan baik yang ditunjukkan oleh kemampuan mereka sehingga kegiatan
pembelajaran dapat diselesaikan sesuai yang diharapkan.

C. Keterampilandan Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas


Menurut Suwarna5 terdapat dua keterampilan dalam mengelola kelas yaitu keterampilan yang
berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat
preventif) dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang
optimal. Masing-masing keterampilan akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar


yang optimal (bersifat preventif). Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru
dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan kegiatan pembelajaran. Keterampilan
tersebut meliputi; menunjukkan sikap tanggap, memberi perhatian, memusatkan
perhatian kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, menegur, memberi penguatan.
2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.

4
Salman Rusydie, Prinsip-prinsip Manajemen Kelas, (Yogyakarta: DIVA Press, 2011), hal 61-62
5
Suwarna. Pengajaran Mikro. Yogyakarta: Tri Wacana 2005

14
Masing-masing faktor akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor Guru Faktor penghambat yang datang dari guru dapat berupa hal-hal seperti:
1) Tipe Kepemimpinan Guru
2) Format belajar mengajar yang monoton
3) Kepribadian guru
4) Pengetahuan Guru
5) Pemahaman guru tentang peserta didik
2. Faktor Peseta Didik
Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai individu dalam suatu masyarakat kecil
yaitu kelas dan sekolah. Kekurang-sadaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan
haknya sebagai anggota suatu kelas atau sekolah dapat merupakan faktor utama penyebab
masalah pengelolaan kelas.
3. Faktor Keluarga
Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif atau
apatis. Di dalam kelas sering ditemukan ada peserta didik pengganggu dan pembuat ribut.
Mereka itu biasanya berasal dari keluarga yang tidak utuh atau kacau (broken-home).
4. Faktor fasilitas Faktor fasilitas merupakan penghambat dalam pengelolaan kelas, faktor
tersebut antara lain yaitu:
1) Jumlah peserta didik dalam kelas
2) Besar ruangan kelas
3) Ketersediaan Alat

D. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas


Mengenai pendekatan dalam pengelolaan kelas Alben Ambarita 6 mengemukakan beberapa
pendekatan yang dapat dilaksanakan untuk menciptakan interaksi yang menumbuh kembangkan
diri peserta didik, antara lain sebagai berikut:

1. Pendekatan otoritas; pengendalian perilaku peserta didik oleh guru, dengan menegakkan
peraturan, memberikan perintah, pengarahan, dan pesan, menggunakan teguran,

6
Alben Ambarita. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. 2006

15
menggunakan pengendalian dengan melakukan pendekatan, menggunakan pemisahan
dan pengucilan.
2. Pendekatan intimidasi; pengendalian perilaku peserta didik dilakukan dengan bentuk-
bentuk intimidasi. Guru memaksa peserta didik berperilaku sesuai dengan perintah guru.
3. Pendekatan permisif; pengendalian perilaku peserta didik dengan pendekatan pada
penekanan pemberian kebebasan peserta didik. Guru berperan sebagai pendorong untuk
mengembangkan potensi peserta didik.
4. Pendekatan buku masak; pengendalian perilaku peserta didik berbentuk rekomendasi
tentang hal-hal yang harus dilakukan atau tidak dapat dilakukan.
5. Pendekatan instruksional; pendekatan pengendalian perilaku dengan menciptakan
pembelajaran yang efektif, sehingga meminimalkan gangguan pada pelaksanaan
pembelajaran.
6. Pendekatan pengubahan perilaku; pengendalian perilaku yang menekankan pada
penguatan positif, hukuman, penghentian, dan penguatan negatif atas perubahan perilaku
yang disebabkan hasil proses belajar mengajar.
7. Pendekatan iklim sosio-emosional; pendekatan pengendalian perilaku atas hubungan
positif antara guru dengan peserta didik.
8. Pendekatan proses kelompok; pengendalian perilaku dengan pendekatan secara kelompok
kelas sebagai sistem sosial yang menunjang terciptanya suasana belajar di kelas.
9. Pendekatan ekletik; pengendalian perilaku peserta didik dengan penggabungan dari
berbagai pendekatan yang mungkin dilakukan
10. Pendekatan analitik pluralistik pendekatan perilaku peserta didik dengan pendekatan
yang melihat kemajemukan dari kondisi kelas yang dihadapi.

E. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas


Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan7 Berpendapat enam prinsip dalam mengelola kelas:

1. Hangat dan antusias Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru
yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau
pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.

7
Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka
Cipta.2000

16
2. Tantangan Untuk dapat meningkatkan semangat belajar peserta didik guru harus dapat
memperhatikan dalam penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan pelajaran
yang menentang.
3. Bervariasi Untuk menghindari kejenuhan belajar pada anak guru harus dapat
memvariasikan metode belajar, alat/media pembelajaran, serta pola interaksi terhadap
anak didiknya.
4. Keluwesan Keluwesan yang dimaksud adalah keluwesan tingkah laku guru dalam
mengubah strategi mengajarnya, ini dapat mencegah terjadinya keributan pada siswa.
5. Penekanan pada hal-hal yang positif Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru
harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada
hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang
dilakukan guru.
6. Penanaman disiplin diri Guru harus dapat mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin
diri dan sebagai seorang guru juga harus dapat menjadi teladan bagi siswanya terutama
dalam menerapkan disiplin dalam segala hal.

F. Kegiatan dalam Pengelolaan Kelas


Dalam kegiatan pengelolaan kelas terdapat beberapa unsur yang mempengaruhi pengelolaan
kelas diantaranya:

1. Pengaturan Tempat Belajar,Tempat belajar seperti ruang kelas dan ruangan yang lainnya
seperti laboraturium, workshop/bengkel kerja, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik perlu ditata dan diatur sedemikian rupa agar dapat menumbuhkan
suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
2. Pengaturan Siswa, Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang didasarkan atas pengaturan
siswa dapat dilakukan secara klasikal (kelompok besar), kelompok kecil, dan perorangan
(individual).
3. Pemilihan Bentuk Kegiatan Dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah dasar, guru
perlu menguasai bentuk-bentuk kegiatan yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
belajar siswa, dimulai dari kegiatan membuka pelajaran, menjelaskan isi tema,
mengajukan pertanyaanmemberikan penguatan, mengadakan variasi mengajar, sampai
dengan menutup pelajaran.

17
4. Pemilihan Media Pembelajaran Dalam kegiatan pembelajaran tematik perlu juga
diperhatikan mengenai optimalisasi penggunaan media pembelajaran yang bervariasi.
5. Tanpa media yang bervariasi maka pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik tidak
akan berjalan dengan efektif. Penggunaan media dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik dapat divariasikan kedalam penggunaan media visual, media audio, dan media
audio- visual.
6. Penilaian Model penilaian yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik di sekolah
mencakup prosedur yang digunakan, jenis dan bentuk penilaian, serta alat evaluasi yang
digunakan. Model penilaian tersebut disesuaikan dengan penilaian berbasis kelas pada
kurikulum tingkat satuan pendidikan.

G. Masalah dan Upayanya dalam Pengelolaan Kelas


Menurut Ahmad Rohani8 masalah pengelolaan kelas dapat diklasifikasikan kedalam tiga
ketegori yaitu:masalah yang ada dalam wewenang guru bidang studi, masalah yang ada dalam
wewenang sekolah dan masalah-masalah yang ada di luar kekuasaan guru dan sekolah.

Martinis Yamin dan Maisah berpendapat sebagai upaya guru dalam menciptakan kondisi
yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif dan sebagai usaha mengatasi
masalah pengelolaan kelas baik individu maupun kelompok terdapat dua tindakan guru, yaitu:
tindakan pencegahan dan tindakan korektif9 . Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah
tindakan guru dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur peralatan, dan lingkungan sosio-
emosional.

BAB III

PENDEKATAN – PENDEKATAN MANAJEMEN KELAS

A. Pendekatan Manajemen Kelas

Pendekatan: adalah usaha / upaya dalam rangka aktivitas yang dilakukan untuk
mengadakan hubungan dengan sesuatu yang menjadi objeknya (siswa) melalui interaksi timbal
8
Ahmad Rohani. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta 2004.
9
Martinis Yamin dan Maisah. Manajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press.
2009

18
balik. Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang dalam proses
pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat umum.
Adapun pendekatan merupakan unsur penting yang harus dikuasai pengajar sebelum
mempersiapkan perencanaan pembelajaran.

Sebagai pekerja profesional, seorang guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-
pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaannya ia harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa
pendekatan yang dipilihnya untuk menangani sesuatu kasus pengelolaan kelas merupakan
alternatif yang terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya seorang guru terlebih dahulu
harus menetapkan bahwa penggunaan sesuatu pendekatan memang cocok dengan hakikat
masalah yang ingin ditanggulangi.

Ini tentu tidak dimaksudkan mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap
kali ia menangani kasus pengelolaan kelas. Sebaliknya, keprofesionalan cara kerja seorang guru
adalah demikian sehingga apabila alternatif tindakannya yang pertama tidak memberikan hasil
sebagaimana yang diharapkan, maka ia masih mampu melakukan analisis ulang terhadap situasi
untuk kemudian tiba pada alternatif pendekat yang yang kedua, dan seterusnya.

Manajemen kelas adalah kegiatan mengelola perilaku siswa, agar siswa dapat belajar (E.C
Wragg:v) dari Wilford A. Weber: 1986 manajemen kelas adalah:

1. Serangkaian kegiatan guru untuk menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas
melalui penerapan disiplin.

2. Serangkaian kegiatan guru untuk menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas
melalui intimidasi.

3. Serangkaian kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa.Serangkaian kegiatan guru


menciptakan suasana kelas dengan mengikuti petunjuk atau resep yang telah disajikan.

4. Serangkaian kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan
pembelajaran yang berkualitas dan dilaksanakan dengan baik.

5. Serangkaian kegiatan guru untuk mengembangkan perilaku yang diinginkan siswa dengan
mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.

19
6. Serangkaian kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan
iklim sosio-emosional kelas yang positif.Serangkaian kegiatan guru untuk mendorong dan
memelihara organisasi kelas yang efektif.

B. Macam- Macam Pendekatan Dalam Management Kelas

a. Pendekatan Otoriter (Kekuasan)

Pendekatan ini memendang bahwa menejemen kelas adalah proses mengendalikan


perilaku peserta didik dalam posisi ini. Dalam pendekatan ini, peranan guru adalah
mengembangkan dan memelihara aturan atau disiplin didalam kelas. Didalam pendekatan ini,
disiplin sama dengan menejemen kelas. Pendekatan otoriter atau memaksakan kehendak.
Memandang bahwa manajemen kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian perilaku peserta
didik oleh guru. Dalam pendekatan ini guru menempatkan peranan menciptakan dan memelihara
ketertiban kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Tujuannya adalah mengendalikan
perilaku peserta didik, serta guru bertanggung jawab mengendalikan perilaku peserta didik
karena guru yang paling mengetahui dan berurusan dengan peserta didik

Pendekatan otoriter adalah pendekatan yang menempatkan guru dalam peranan


menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian.
Guru otoriter bertindak untuk kepentingan siswa dengan menerapkan disiplin yang tegas. Bila
timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisiplinan kelas, maka perlu adanya
pendekatan dengan:

a) Perintah dan larangan

Baik perintah maupun larangan dapat diterapkan atas dasar generalisasi masalah-masalah
pengelolaan kelas tertentu. Seorang guru dalam melaksanakan perintah dan larangan bersikap
reaktif, namunjangkauannya hanya terbatas pada masalah-masalah yang timbul sewaktu-waktu
saja.

b) Penghukuman dan pengancaman

20
Penghukuman muncul dalam berbagai bentuk tingkah laku antara lain penghukuman
dengan kekerasan, dengan larangan bahkan pengusiran, memaksa siswa untuk meminta maaf
kepada seseorang dihadapan siswa lain, memaksa dengan tuntunan tertentu ataupun dengan
ancaman-ancaman lain. Pendekatan semacam ini termasuk penanganan yang kurang tepat,
karena sifat otoriter kurang manusiawi.

c) Penghukuman dan pengancaman

Penghukuman muncul dalam berbagai bentuk tingkah laku antara lain penghukuman
dengan kekerasan, dengan larangan bahkan pengusiran, memaksa siswa untuk meminta maaf
kepada seseorang dihadapan siswa lain, memaksa dengan tuntunan tertentu ataupun dengan
ancaman-ancaman lain. Pendekatan semacam ini termasuk penanganan yang kurang tepat,
karena sifat otoriter kurang manusiawi.

Kelebihan pendekatan otoriter dapat menciptakan kedisiplinan dalam kelas, siswa-siswi


mematuhi tata tertib serta peraturan-peraturan yang ada di kelas.

Kekurangan pendekatan otoriter adanya anggapan bahwa guru itu selalu benar dan paling
tahu, dan siswa kurang diberi kesempatan untuk mengemukakan dan mengembangkan ide-ide
serta siswa dikekang dalam mengembangkan potensi-potensinya.

Contoh pendekatan otoriter seperti: Ketika seorang guru hendak meninggalkan ruangan
belajar karena sesuatu hal yang penting, maka guru tersebut memberikan intruksi yang tegas
terhadap siswanya, seperti “mulai sekarang jika saya keluar kelas akan saya tunjuk salah seorang
dari kalian untuk bertanggung jawab mengamankan kelas ini”.

Kemudian Ketika pada saat guru memberikan tugas tapi siiswa tidak mengerjakannya dan guru
memeberikan sanksi atau atau hukuman berupa minsyalnya berdiri di depan kelas hingga sampai
jam pelajaran habis.

b. Pendekatan Intimidasi (Ancaman)

Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, manajemen kelas adalah juga sebagai suatu proses
untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik
dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.

21
1. Pendekatan Intimidasi menurut Achmad Menurut Achmad (1983: 52-53) Pendekatan
intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen kesal sebagai proses pengendalian
perilaku peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang menekankan perilaku guru yang
manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku guru yang mengintimidasi.
Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman,
menyalahkan. Peranan guru adalah memaksa pesera didik berperilaku sesuai dengan perintah
guru.

Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran keras.
Teguran keras adalah perintah verbal yang keras yang diberikan pada situasi tertentu dengan
maksud untuk segera menghentikan perilaku siswa yang penyimpangannya berat. Pendekatan
intimidasi hanya baik untuk menghentikan perbuatan yang salah berat dengan segera.
Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya
menangani gejala-gejala masalahnya, bukan masalahnya itu sendiri. Kelemahan lain yang timbul
dari penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan
antara guru dan peserta didik. (Maman, 1999: 49-53).

2. Pendekatan Intimidasi menurut Ardy Menurut Ardy (2013: 76-77) Pendekatan ini juga
memandang manajemen kelas sebagai proses mengendalikan perilaku peserta didik hanya saja
pada pendekatan ini tampak lebih dilandasi oleh asumsi bahwa perilaku peserta didik paling baik
dikendalikan oleh perilaku buruk. Peran guru disini adalah menggiring peserta didik berperilaku
sesuai dengan keinginan guru sehingga mereka merasa takut untuk melanggarnya.

Pendekatan intimidasi adalah penekanan pendekatan yang menandang manajemen kelas


sebagai proses pengendalian perilaku peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang
menekankan perilaku guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku
mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan,
paksaaan, ancaman, serta menyalahkan.

Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran keras.
Teguran keras adalah perintah verbal yang diberikan pada situasi tertentu dengan maksud untuk
segara menghentikan perilaku peserta didik yang menyimpang. Sekalipun pendekatan intimidasi
sudah dipakai secara luas dan ada manfaatnya, terdapat banyak kecaman terhadap pendekatan

22
ini. Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya
menangani gejala masalahnya, bukan masalah itu sendiri. Kelemahan yang timbul dari
penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan antara
guru dan peserta didik.

3. Pendekatan Intimidasi menurut Djamarah Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang


memandang manajemen keals sebagai proses pengendalian perilaku peserta didik. Berbeda
dengan pendekatan otoriter yang menekankan perilaku guru yang manusiawi, pendekatan
intimidasi menekankan pada perilaku guru yang mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu
seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman, menyalahkan. Peranan guru
adalah memaksa peserta didik berperilaku sesuai dengan perintah guru.

Kelebihan pendekatan intimidasi, pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu


dengan menggunakan tegurankeras. Perlakuan yang menggunakan pendekatan ini akan
menjadikan siswa tidak mengulangi perbuatannya lagi (siswa akan merasa jera) dan sebagai
suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.

Kelemahan pendekatan intimidasi penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan


masalah secara sementara dan hanya menangani gejala-gejala masalahnya, bukan masalahnya itu
sendiri. Kelemahan lain yang timbul dari penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap
bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru dan peserta didik, dan siswa merasa
dikucilkan dan takut terhadap guru, pendekatan ini tidak berlaku untuk situasi kelas yang ricuh
atau ramai keseluruhan karena bersifat individu.

Contohnya seperti guru memergoki dua peserta didik berkelahi. Kemudian guru berteriak
"berhenti" dengan harapan setelah mendengar suara guru kedua peserta didik itu akan berhenti
berkelahi.

c. Pendekatan Permisif

Pendekatan Permisif adalah pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan


siswa. Tema sentral dari pendekatan ini adalah: apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya
membarkan peserta didik bertindak bebas sesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam pendekatan

23
ini, guru memiliki peranan untuk meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan
membantu pertumbuhan peserta didik secara wajar.

Campur tangan dari guru hendaknya diminimalisir karena guru berperan sebagai
pendorong perkembangan potensi peserta didik secara penuh. Pendekatan permisif ini kurang
dianjuran karena pedekatan ini kurang menyadari bahwa sekolah dan kelas adalah sistem sosial
yang memiliki pranata-pranata sosial, dimana dalam sistem sosial para anggotanya dalam hal ini
adalah guru dan peserta didik memiliki hak dan kewajiban. Mereka diharapkan mampu bertindak
sesuai dengan hak dan kewajibannya. Jadi apabila perbuatan dilakukan secara bebas dan tanpa
batas tentu saja bisa mengancam hak-hak orang lain.

Pendekatan permisif memiliki kelebihan yaitu siswa diberi kebebasan didalam suatu proses agar
mereka dapat mengembangkan seiap potensi yang ada dalam dirinya.

Sedangkan kekurangan dalam pendekatan ini yaitu:

1. Dapat menghasilkan anak didik yang serba tidak memenuhi aturan-aturan, norma dan nilai-
nilai budaya serta agama, baik dilingkungan keluarga, seklah maupun dan masyarakat luas.

2. Pendekatan ini bertentangan dengan makna pengelolaan itu sendiri, didalamya terkandung
unsur pengaturan.

3. Akan dapat menciptakan masyarakat yang serba bebas.

Pendekatan permisif, pendekatan yang menekan kaperlunya memaksimalkan kebebasan


siswa. Tema sentral dari pendekatan ini adalah apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya
membiarkan peserta didik bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkannya.

Peranan guru adalah meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu
pertumbuhan secara wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin, dan berperan
sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta didik secara penuh.

Pendekatan permisif sedikit penganjurnya. Pendekatan ini kurang menyadari bahwa


sekolah dan kelas adalah sistem susila yang memiliki pranata-pranata sosial. Dalam sistem sosial
para anggotanya, dalam hal ini guru dan peserta didik, menyandang hak dan kewajiban. Mereka

24
diharapkan bertindak sesuai dengan hak dan kewajibannya dan diterima oleh semua pihak.
Perbuatan yang bebas tanpa batas akan memperkosa dan mengancam hak-hak orang lain.

Kelebihan pendekatan permisif siswa-siswa merasa bebas melakukan apa saja yang
mereka sukai dan kapan saja mereka ingin melakukannya, serta siswa merasa bebas untuk
mengembangkan potensinya.

Kekurangan pendekatan permisif akan menghasilkan anak didik yang serba tidak
mematuhi aturan-aturan, norma, nilai-nilai budaya dan agama baik dilingkungan rumah tangga,
sekolah, dan masyarakat luas. Contoh pendekatan permisif seorang anak mengalami masalah
dalam menyelesaikan tugas proposalnya, maka seorang guru membiarkan anak tersebut untuk
mengatasi masalahnya sendiri, dan anak diberi kebebasan untuk melakukan itu.

d. Pendekatan instruksional

Pendekatan instruksional adalah pendekatan yang mendasarkan pendirian bahwa


pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya sebagian
besar masalah manajerial kelas. Dan prinsip dari pendekatan instruksional ini adalah pendekatan
yang mengedepankan pada planning (perencanaan), perencanaan yang sangat baik yang harus
dilakukan atau dibuat oleh guru. Jadi, pengajaran ini harus dirancang dengan baik, dan kemudian
dilaksanakan dengan cermat sehingga dengan begitu masalah-masalah yang terkait dengan
pengelolaan kelas akan bisa diminimalisir.

Pengelolaan kelas melalui pendekatan ini mengacu pada tujuan pembelajaran yang
dirumuskan. Dengan demikian peran guru adalah merencanakan secara matang pelajaran yang
baik, kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-
masing siswa. Proses pembelajaran yang sering dilakukan guru ialah murid hanya disuruh diam,
duduk, mendengarkan dan setelah itu disuruh untuk mencatat saat kegiatan belajar berlangsung,
dan juga siswa tidak disuruh/diminta untuk melakukan aktifitas yang sebenarnya dapat
mendorong mereka untuk belajar dari aktifitas yang mereka lakukan tersebut. Sehingga dalam
pelaksanaannya siswa kurang memahami apa yang sudah dijelaskan oleh guru.

Ada cukup banyak contoh yang membuktikan kegiatan pengajaran dan pembelajaran
yang terencana dan dilaksanakan dengan baik merupakan faktor utama dalam pencegahan

25
masalah manajemen kelas. Di sisi lain, banyak fakta mendukung terselenggaranya kegiatan
belajar mengajar yang direncanakan dan dilaksanakan dengan buruk adalah penyebabnya
masalah utama pengelolaan kelas. Oleh karena itu hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan strategi pengelolaan kelas dalam pendekatan pembelajaran ini antara lain:

1. Melakukan pembelajaran yang menarik dan signifikan

2. Guru harus mampu melaksanakan kegiatan yang efektif untuk mencegah siswa agar tidak
melalaikan tugasnya

3. Pendidik mempersiapkan daftar kegiatan sehari-hari yang perlu dipahami dan dilakukan
seluruh siswa

4. Memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa

5. Memberikan motivasi atau dorongan yang bermakna terhadap perilaku siswa yang
menunjukkan kebosanan

6. Memberikan bantuan dalam mengatasi masalah siswa

e. Pendekatan Instruksional

Pendekatan instruksional adalah pendekatan yang mendasarkan kepada pendirian bahwa


pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya sebagian
besar masalah manajerial kelas.

Pendekatan ini berpendapat bahwa manajerial yang efektif adalah hasil perencanaan
pengajaran yang bermutu. Para penganjur pendekatan instruksional dalam manajemen kelas
cenderung memandang perilaku instruksional guru mempunyai potensi dalam mencapai tujuan
utama manajemen kelas, yaitu mencegah timbulnya masalah manajerial dan memecahkan
masalah manajerial kelas. Oleh karena itu, para pengembang pendekatan instruksional
menyarankan guru dalam mengembangkan strategi manajemen kelas memperhatikan hal-hal
berikut ini:

26
a. Menyampaikan kurikulum dan pelajaran yang menarik, relevan, dan sesuai

Hal ini dianggap sebagai penangkal perilaku menyimpang para peserta didik di dalam kelas,
karena kunci keberhasilan manajemen kelas ialah kemampuan guru mempersiapkan dan
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.

b. Menerapkan kegiatan yang efektif

Menerapkan kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru mengatur arus dan tempo kegiatan
kelas oleh banyak orang sehingga mencegah peserta didik melalaikan tugasnya.

c. Menyediakan daftar kegiatan rutin kelas

Menetapkan kegiatan rutin kelasa dalah kegiatan sehai-hari yang perlu dipahami dan dilakukan
peserta didik. Informasi kegiatan ini disampaikan guru pada awal pertemuan dengan peserta
didik di kelas.

d. Memberikanpengarahan yang jelas

Memberikan pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengkomunikasikan harapan-harapan yang


didinginkan guru denganinstruksi yang jelas, sederhana, ringkas, tepat sasaran dan sistematis.

f. Menggunakan dorongan yang bermakna

Menggunakan dorongan yang bermakna adalah suatu proses dimana guru berusaha menunjukkan
minat sungguh-sungguh terhadap perilaku peserta didik yang menunjukkan tanda-tanda
kebosanan dan keresahan.

g. Memberikan bantuan mengatasi rintangan

Memberikan bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan yang diberikan guru untuk
membantu peserta didik menghadapi persoalan yang mematahkan semangat pada saat mereka
benar-benar memerlukannya.

h. Merencanakan perubahan lingkungan

27
Merencanakan perubahan lingkungan adalah proses mempersiapkan kelas atau lingkungan
menghadapi perubahan-perubahan situasi.

i. Mengatur kembali struktursituasi

Mengatur kembali struktur situasi adalah strategi manajerial kelas dalam memulai suatu kegiatan
atau mengerjakan tugas dengan cara yang lain atau cara yang berbeda.

f. Pendekatan Grup Proses (Group Process Approach)

1. Pengertian Pendekatan

Adapun istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran menurut Sanjaya (2007)


memiliki kemiripan dengan strategi. Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi dan
metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang
sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan
dapat bersumber dari pendekatan tertentu. Roy Kilen (1998) misalnya mencatat ada dua
pendekatan dalam pembelajaran, yaitu “pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan
strategi pembelajaran langsung (directinstruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran
ekspositori. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi
pembelajaran discovery dan inkuiry serta strategi pembelajaran induktif.

2. Pendekatan proses kelompok (groupprocessapproach)

Pendekatan proses kelompok (groupprocessapproach) adalah usaha guru


mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan
individual sehingga terciptanya suasana kelas yang bergairah. Dalam pendekatan ini, peran guru
adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses

28
kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan kelompok menjadikelompok yang produktif, selain itu guru harus menjaga
kondisi itu agar.

Tetap baik. “Kelebihan pendekatan ini adalah dapat memantapkan dan memelihara
organisasi kelas yang efektif berupa terciptanya keakraban antar sesama siswa. Pendekatan ini
mengajari siswa bertanggung jawab atas kelompoknya”.

Menurut Hasibun&Mudjiono, mengungkapkan bahwa pendekatan kelompok agar


memiliki suatu ikatan yang kuat memerlukan beberapa unsur yaitu tujuan kelompok, aturan, dan
pemimpin. Adapun penjelasan dari ketiga unsur tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tujuan kelompok

Pada tujuan kelompok ini tugas pemimpin adalah mengarahkan para anggota ke tujuan
kelompok. Oleh karena itu, pemimpin perlu merumuskan tujuan yang jelas dan
mengkomunikasikan dengan para anggota kelompok.

b. Aturan

Aturan yang mampu mengikat anggota menjadi kelompok adalah aturan yang dibuat oleh
pemimpin dan anggota, atau minimal disetujui oleh anggota.

c. Pemimpin

Sebagai pemimpin, hal utama yang harus dilakukan adalah menjelaskan tujuan
kelompok. Selain itu dalam rangka menciptakan dan memelihara suasana kerja kelompok yang
sehat, diantaranya adalah mendorong dan memeratakan partisipasi, mengusahakan kompromi,
mengurangi ketegangan, dan memperjelas partisipasi serta menerapkan sanksi, Dalam
pengelolaan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan peserta didik,

pendekatan kelompok sangat diperlukan. Perbedaan individu peserta didik pada aspek biologis,
intelektual, danpsikologis dapat dijadikan sebagai pijakan dalam menentukan pendekatan
kelompok.

29
Beberapa pengarang mengatakan, keakraban atau kekompakan kelompok ditentukan oleh
tarikan-tarikan interpersonal, atau saling suka satu sama lain. Keakraban adalah satu-satunya
faktor yang menyebabkan kelompok bersatu. Keakraban kelompok ditentukan oleh beberapa
faktor, Berikut:

a. Perasaan diterima atau disukai teman-teman

b. Tarikan kelompok

c. Teknik pengelompokan oleh guru

d. Partisipasi keterlibatan dalam kelompok

e. Penerimaan tujuan kelompok danmencapainya persetujuan

f. struktur dan sifat-sifat kelompok.”

Sedang sifat-sifat kelompok itu adalah:

a. Suatumulti personalia dengan tingkatan keakraban tertentu

b. Suatu sistem interaksi

c. Suatu organisasi atau struktur

d. Merupakan suatu motif tertentu dan tujuan bersama

e Merupakan suatu kekuatan atau standar perilaku tertentu, dan

f. Pola perilaku yang dapat diobservasi yang disebut kepribadian.

Pembelajaran kelompok bermaksud menimbulkan dinamikaKelompok agar kualitas


belajar meningkat. Dalam pembelajaran kelompok jumlah siswa yang bermutu diharapkan
menjadi lebih banyak. Bila perhatian guru dalam pembelajaran individual tertuju pada tiap
individu, maka perhatian guru dalam pembelajaran kelompok tertuju pada semangat kelompok

30
dalam memecahkan masalah. Anggota kelompok yang berkemampuan tinggi dijadikan motor
penggerak pemecah masalah kelompok.

Peranan guru dalam pembelajaran kelompok terdiri dari:

(a) pembentukan kelompok;

(b) perencanaan tugas kelompok;

(c) pelaksanaan; dan

(d) evaluasi hasil belajar kelompok”.?

Istilah kerja kelompok dapat diartikan sebagai bekerjanya sejumlah siswa, baik sebagai
anggota kelas secara keseluruhan atau sudah terbagi menjadi kelompok-kelompok yang kecil,
untuk mencapai suatu tujuan tertentu bersama-sama. Selain itu, kerja kelompok juga ditandai
oleh:

(a) adanya tugas bersama;

(b) pembagian tugas dalam kelompok: dan

(c) adanya kerjasama antara anggota kelompok dalam penyelesaian tugas kelompok.”

Peranan guru dalam pelaksanaan kerja kelompok:

a. Sebagai pengelola, mengorganisir dan pengatur tempat duduk siswa Guru harus menciptakan
kondisi yang memungkinkan pengelolaan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal serta
agar setiap siswa di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran
secara efektif dan efisien.

b. Sebagai pengamat, pengenal dan membantu siswa bila diperlukan. Dimana guru dituntut untuk
mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, jika menemukan
siswa yang mengalami kesulitan guru harus membantu memecahkan masalah siswa.

c. Sebagai pemberi saran dan penilai. Guru sebagai pemberi saran dan penilai yang harus
mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan akhirnya harus memberi pertimbangan atas

31
tingkat keberhasilan proses pembelajaran kelompok, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik
mengenai aspek kefektifan prosesnya maupun kualitas produknya.”

1. Langkah-langkah pada kerja kelompok:

a. Kegiatan Pendahuluan, menyampaikan tujuan dan topik pembelajaran dan mengelompokkan


siswa sesuai kriteria yang Ditentukan.

b. Kegiatan Persiapan, meliputi kegiatan merumuskan masalah, mengidentifikasi masalah,


menganalisis masalah, menyusun laporan oleh masing-masing kelompok, presentasi kelompok
kemudian melaporkan hasil diskusi.

c. Kegiatan Penutup dengan menyimpulkan hasil diskusi.

Penerapan langkah-langkah kerja kelompok adalah sebagai berikut:

1. Seleksi topik Siswa memilih berbagai topik dalam suatu wilayah masalah umum yang
biasanya digambarkan oleh guru. Siswa selanjutnya diorganisirkan menjadi kelompok-kelompok
yang berorientasi pada tugas yang beranggotakan 2 hingga 6 orang baik dalam jenis kelamin,
etnik maupun kemampuan akademik. 2) Merencanakan Kerjasama para siswa beserta guru
merencanakan berbagai prosedur belajar khusus. Tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan
berbagai topic dan sub topic yang dipilih dari langkah-langkah di atas.

2. Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan padaLangkah kedua. Pembelajaran
harus melibatkan berbagai aktifitasDan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong
paraSiswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat diDalam maupun di luar
sekolah. Guru secara terus menerus Mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan
bantuan jikaDiperlukan.

3. Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan mensinesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah ketiga dan
merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai

32
topic yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu yang
perspektif yang luas Mengenai topik Presentasi siswa dikoordinir oleh guru.

Evaluasi Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok
terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhanEvaluasi dapat mencakup tiap siswa secara
individu atau kelompok atau keduanya.Adapun langkah-langkah pembelajaran kerja kelompok
sebagaiBerikut:

a. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok heterogen

b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok

Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehinggaSatu kelompok


mendapatkan tugas yang berbeda dari kelompok lain. Masing-masing kelompok membahas
materi yang sudah ada setelah selesai diskusi, lewat juru bicara ketua menyampaikan hasil
pembahasan kelmpokGuru memberikan penjelasan singkat sekaligus
memberikanKesimpulanEvaluasi Akhirnya, guru dapat memanfaatkan pendekatan kelompok

A. Pendekatan Sosio-emosional

Pendekatan merupakan kegiatan atau cara yang dilakukan untuk meng hasilkan sesuatu
yang diinginkan agar sesuai dengan tujuan dan niat. Dalam konteks pembelajaran, pendekatan
berarti kegiatan dalam proses belajar mengajar agar berjalan sesuai dengan kaidah dan norma
yang dilakukan oleh tenaga pendidik menuju pembelajaran yang berkualitas, kompeten, dan
professional. Pendidik diharuskan memahami peserta didik dari berbagai aspek, seperti aspek
sosial, ekonomi, suku, ras, dan psikologi sebagai sarana melakukan pendekatan yang lebih intens
dan selektif sebagai sumber informasi bagi pendidik upaya pengelolaan kelas menuju
pembelajaran efektif dan efisien.”

Pendekatan pembelajaran dapat pula diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
bersifat umum. Adapun pendekatan merupakan unsur penting yang harus dikuasai pengajar
sebelum mempersiapkan perencanaan pembelajaran. Dengan pendekatan ini seorang pendidik
akan mendapatkan pandangan yang tepat megenai berbagai sudut pandang proses pembelajaran,
baik dari sudut pandang pendidik, peserta didik maupun materi pembelajaran.

33
Salah satu pendekatan dalam pembelajaran adalah pendekatan Sosio-emosional.
Pendekatan ini terdiri dari dua kata, sosio/sosial dan emosional. Emosi menurut L.Crow& A.
Crow sebagaimana dikutip Djaali adalah peng alaman yang afektif yang disertai oleh
penyesuaian batin secara menyeluruh, dimana keadaan mental dan fisiologi sedang dalam
kondisi yang meluap-luap, juga dapat diperlihatkan dengan tingkah laku yang jelas dan nyata.
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang. Sedangkan perkem bangan
sosial didefinisikan sebagai kemajuan yang progresif melalui kegiatan yang terarah dari individu
dalam pemahaman atas warisan sosial dan formasi pola tingkah lakunya yang luwes. Hal itu
disebabkan oleh adanya kesesuaian yang layak antara dirinya dengan warisan sosial.”

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengemukakan, emosi berhubungan dengan
masalah perasaan. Seseorang yang mempunyai perasaan pasti dapat merasakan sesuatu, baik
perasaan jasmaniah maupun perasaan rohaniah. Perasaan rohaniah di dalamnya ada perasaan
intelektual, perasaan estetis, perasaan etis, perasaan sosial, dan perasaan harga diri. Dengan demi
kian sosio-emosional merupakan perubahan yang terjadi pada setiap diri individu dalam warna
afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Artinya akan muncul beragam
afektif yang nampak pada peserta didik

Dalam proses pembelajaran yang harus direspon dengan baik oleh pendidik. Sementara
sosio merupakan proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok,
moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan
kerjasama. Pembela jaran yang memperhatikan aspek social berarti praktik pembelajaran yang
mampu menjadikan kebersamaan sebagai orientasi sekaligus bentuk nyata dari proses
pembelajaran itu sendiri.

Pendekatan emosi dan hubungan sosial adalah pendekatan yang didasarkan pada
pendekatan psikologi klinis dan konseling (penyuluhan). Pendekatan ini didasarkan pada asumsi
bahwa proses belajar mengajar yang efektif mensyaratkan adanya iklim sosio-emosional yang
baik antar pendidik dan peserta didik, dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, dan
juga pendidik menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya sosio-emosional yang baik.

Menurut pendekatan ini, pembelajaran yang baik adalah terciptanya hubungan yang baik
antar semua pihak yang terlibat dalam proses pembel ajaran, yaitu pendidik dengan peeserta

34
didik dan antara peserta didik. Tidak dibenarkan proses pembelajaran yang dapat memunculkan
suasana emosi onal yang tidak baik, baik yang dilakukan pendidik maupun peserta didik. J.H
Resnick memberikan definisi psikologi klinis sebagai bidang meliputi peneli tian, pengajaran dan
servis yang relevan dengan aplikasi dari prinsip-prinsip, metode, dan prosedur untuk memahami,
memprediksi, dan mengurangi intelektual, emosional, biologis, psikologis, sosial,
ketidakmampuan dan ketidaknyamanan, yang diterapkan pada populasi dengan range yang luas.

Sementara Freud sebagaimana yang dikutip oleh Calvin mengemu kakan, bahwa teori
klinis merupakan suatu teori tentang pribadi dan bukan teori tentang organisme yang lebih
bersifat personal-humanistik. Teori ini memahami masalah-masalah individu dan
menginterpretasikan pengalaman dan tingakah lakunya berdasarkan tujuan-tujuan, intensi
intensi, arah-arah, dan maksud maksudnya. Klein menambahkan bahwa antara teori klinis dan
teori metapsikologisharus dibedakan, karena keduanya mengemukakan pandangan yang cukup
berbeda tentang individu dan emosionalnya. Kalau klinis lebih bersifat psikologis manusia,
sedangkan meta psikologis bersifat biologis dan fisik.

Dari pendapat Freud ini, maka dalam proses pembelajaran dengan meng gunakan
pendekatan sosio-emosional pendidik lebih memperhatikan permasalahan individu peserta
didiknya. Tidak akanada tindakan penghukuman atau tindakan-tindakan yang cenderung tidak
mengenakkan lain terhadap peserta didik sebelum pendidik masuk ke dalam emosi peserta didik
sehingga diketahui masalah yang sebenarnya terjadi. Hal ini sangat memungkinkan terjadinya
hubungan yang sangat erat antara pendidik dan peserta didik. Dan selanjutnya tentu saja
dibutuhkan keterbukaan antara keduanya sehingga terjalin rasa saling percaya untuk kemudian
menjadi titik awal dalam menemukan masalah yang sedang dihadapi peserta didik.

Dalam pendekatan sosio-emosional ini pembelajaran di kelas diarahkanuntuk untuk


menciptakan iklim sosio-emosional yang positif. Sosio-emosi onal yang posistif berarti ada
hubungan yang posistif antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik
yang lain. Dalam pendekatan ini guru menjadi kunci dalam pembentukan hubungan pribadi dan
peranannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.” Proses pembelajaran merupakan
suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif antara
semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran. Hal ini adalah pandangan dasar dari
pendekatan ini, yaitu dengan menciptakan suasana yang baik di antara semua pihak dalam

35
pembelajaran maka akan mengantarkan pada tercapainya tujuan pembela jaran yang sudah
ditentukan.

a. Karakteristik pendekatan emosional

Sebagaimana diulas pada definisi pendekatan sosio-emosional yang menginginkan


suasana pembelajaran dengan menekankan hubungan yang baik antara pendidik dan peserta
didik, maka penting untuk diketahui karak teristik pendekatan ini. Thomas Gordon
mengemukakan, hubungan guru dan siswa dikatakan memiliki iklim sosio-emosional yang baik
apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat seperti berikut;

1. Adanya keterbukaan antara pendidik dan peserta didik. Sifat ini menghendaki antara pendidik
dan peserta didik saling bersikap jujur dan terbuka diri satu sama lain.”

2. Adanya sikap responsif. Sifat ini meghendaki adanya kepekaan antara pendidik dan peserta
didik, terutama dari pihak pendidik. Sikap ini harus ada dalam iklim sosio-emosinal, karena
interaksi sosial dapat dipastikan akan banyak memunculkan penilaian antara satu individu
terhadap individu yang lain.

3. Saling ketergantungan, antara satu dengan yang lain. Pendekatan sosio-emosional sejatinya
memang memupuk sifat merasa saling membutuhkan satu sama lain. Bertolak dari sifat inilah
diharapkanakan muncul hubungan yang baik di antara elemen yang terlibat dalam pembelajaran,
khususnya keeratan hubungan pendidik dan peserta didik.

4. Adanya kebebasan. Kebebasan di sini artinya adanya penghargaan dan penghormatan akan
terhadap berbagai keberagaman yang ada. Dalam peserta didik. Peserta didikdiberikan ruang
yang cukup untuk dapat tumbuh dan berdasar keunikannya, kreatifitasnya dan kepriba diannya
masing-masing.

5. Saling memenuhi kebutuhan. Dengan adanya sikap ini, maka hubungan yang terjalin di dalam
kelas melalui kegiatan pembela jaran adalah rasa saling melengkapi. Dan adanya keyakinan
bahwa tidak mungkin satu individu dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan demikian
akan terbangun keutuhan hubungan dalam pembelejaran di kelas.

36
itu juga terdapat sikap yang diajukan oleh SuharsimiArikunto untuk menandai terjadinya
interaksi sosio-emosional dalam proses pembel ajaran, yaitu penghargaan terhadap aspek-aspek
kepribadian.”

Relasi antara pendidik dan peserta didik memberikan ruang yang luas dalam memper
timbangkan unsur-unsur kepribadian anak. Pendidik bersikap hangatdalam membina sikap
persahabatan dengansemua siswa, menghargai siswa dan menerima siswa dengan
berbagaiketerbatasannya.

Kondisi pembelajaranSeperti ini adalah yang dimaksudkan akan mengantarkan peserta


menuju tujuan pembelajaran yang diinginkan. Selanjutnya Arikunto juga menjelaskan, bahwa
pendekatan sosio-emosiOnal akan terjadi apabila dalam proses pembelajaran mencerminkan
sikap sikap berikut:

1. Memiliki keterbukaan (OpennesorTranperency) sehingga masingMasing pihak merasa bebas


dalam bertindak dan saling menjaga kejujuran.

2. Mengandung rasa saling menjaga, saling mernbutuhkansertasalingBerguna bagi pihak lain.”

3. Diwarnai oleh rasa saling tergantung satu sama lain.

4. Masing-masing pihak merasakan terpisah satu sama lain, sehingga saling memberikan
kesempatan untuk mengembangkan keunikan, kreatifitasnyadanindividualisasinya.

BAB IV

PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS

A. Pengertian Pendekatan dalam Manajemen Kelas

Kata pendekatan sering disinonimkan dengan kata approach yang berasal dari bahasa
Inggris. Pendekatan secara bahasa berasal dari kata dekat yang berarti pendek, tidak jauh atau
hampir. Sementara pendekatan secara bahasa dapat diartikan sebagai proses atau cara perbuatan
mendekati. Tetapi secara istilah, pendekatan bersifat aksiomatis (dapat diterima sebagai

37
kebenaran tanpa pembuktian) dan menyatakan suatu pendirian, filsafat, keyakinan atau
paradigma terhadap subject matter.10

Manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar
mengajar secara sistematis yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan
ruang belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan
tujuan kurikuler dapat tercapai. Manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
seorang guru dalam menciptakan atau mempertahankan kondisi yang optimal, dalam proses
belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.11

Pendekatan adalah usaha atau upaya dalam rangka aktivitas yang dilakukan untuk
mengadakan hubungan dengan sesuatu yang menjadi objeknya (siswa) melalui interaksi timbal
balik. Manajemen kelas adalah pengelolaan, penyelenggaraan, keterlaksanaan penggunaan
sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan atau sasaran yang diinginkan.

Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam manajemen kelas akan sangat
dipengaruhi oleh pandangan guru tersebut terhadap tingkah laku siswa, dan situasi kelas pada
waktu seorang siswa melakukan penyimpangan. Keharmonisan hubungan guru dan siswa,
tingginya kerjasama di antara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang
optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.
Pendekatan yang dipilih guru senantiasa diselaraskan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pendekatan dalam manajeman kelas
adalah suatu pandangan atau gambaran dari seorang guru terhadap pembelajaran, yang dilakukan
atau di terapkan dalam proses pemebelajaran untuk menciptakan kondisi dalam proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik dan efektif. Guru sebagai seorang manajer di kelas, sudah
seharusnya memiliki pemahaman dan keterampilan untuk menggunakan bermacam-macam
pendekatan dalam manajemen kelas. Walaupun tidak semua pendekatan yang dipahaminya
digunakan sekaligus, tetapi guru dituntut untuk dapat memilih bahkan memadukan pendekatan
yang tepat untuk dipergunakan di kelasnya.

10
Imam Gunawan, Manajemen Kelas : Teori Dan Aplikasinya, (Depok: Rajawali Pers, 2019), hal. 55.

11
Afriza, Manajemen Kelas, (Pekanbaru: Kreasi Edukasi, 2014), hal.5.

38
A. Tujuan Pendekatan dalam Manajemen Kelas

Pendekatan peserta didik ada berbagai macam jenis dan pendidik harus mampu
mengaplikasikan pendekatan tersebut di kelas sesuai dengan kondisi, situasi, dan kebutuhan
peserta didik maupun pendidik itu sendiri. Berikut adalah tujuan guru menerapkan pendekatan
manajemen kelas:12

1) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin.
2) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi
belajar-mengajar.
3) Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual peserta didik dalam kelas.
4) Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta
sifat-sifat individunya.

B. Pendekatan-pendekatan dalam Manajemen Kelas

Berikut ini akan diuraikan beberapa pendekatan yang dapat diterapkan oleh seorang guru.
Guru dalam hal ini dituntut untuk terampil memilih atau bahkan memadukan pendekatan yang
dianggapnya meyakinkan untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah
yang dihadapinya. Kemungkinan dari hasil diagnosis memutuskan menggunakan pendekatan A,
tetapi setelah diterapkan ternyata gagal, kemudian situasi tersebut dianalisis kembali, akhirnya
sampai pada kesimpulan guru harus menerapkan alternatif kedua, ketiga, kombinasi. Berikut
penjelasan tentang beberapa pendekatan yang akan dibahas dalam makalah ini :

1. Pendekatan Perubahan Perilaku

Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku
peserta didik dari yang kurang baik menjadi baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah
12
Imam Gunawan, Manajemen Kelas : Teori Dan Aplikasinya, (Depok: Rajawali Pers, 2019), hal. 57.

39
laku (behavior modivication approach) ini bertolak dari sudut pandang Psikologi Behavioral
yang mengemukakan asumsi sebagai berikut:

a) Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.
Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas berusaha menyusun program kelas dan suasana
yang dapat merangsang terwujudnya proses belajar yang memungkinkan peserta didik
mewujudkan tingkah laku yang baik menurut ukuran norma yang berlaku di lingkungan
sekitarnya.
b) Di dalam proses belajar terdapat proses psikologis yang fundamental berupa penguatan
positif (positive reinforcement), hukuman, penghapusan (extenction) dan penguatan
negatif (negative reinformcement). Asumsi ini mengharuskan seorang wali/guru kelas
melakukan usaha-usaha mengulang-ulangi program atau kegiatan yang dinilai baik
(perangsang) bagi terbentuknya tingkah laku tertentu, terutama di kalangan peserta didik.

Tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau
hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik
dalam melaksanakan program kelas harus diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan
perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.13

Namun demikian agar pelaksanaan hukuman berjalan efektif dan cukup manusiawi maka
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Gunakan hukuman secara ketat/terbatas dan seperlunya


b) Jelaskan kepada peserta didik kenapa ia memperoleh hukuman seperti itu,
c) Sediakan pula jalan alternatif bagi peserta didik dalam memperoleh penguatan (untuk
menjauhi hukuman),
d) Berikan penguatan dan hukuman secara proporsional, misalnya, beri hukuman ketika
peserta didik tidak menyelesaikan tugas sementara itu beri penguatan ketika siswa
berhasil melaksanakan tugasnya,
e) Hindari bentuk-bentuk hukuman fisik,
f) Sesegeralah memberikan hukuman sewaktu perilaku menyimpang tersebut mulai terjadi,
jangan dibiarkan terlalu lama baru diberikan hukuman.

13
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hal 181.

40
Perubahan tingkah laku menurut A. Workman (dalam Y. Padmono, 2011) modifikasi
perilaku dengan metode eksternal untuk memengaruhi perilaku siswa dilakukan dengan teknik:
Penguatan positif (positive reinforcement); menunjukkan pada anak sesuatu yang diinginkan
anak sehubungan dengan tindakan yang baik, misalnya: hadiah, diberi waktu bebas.

1) Penghapusan waktu (time out); menghilangkan suasana lingkungan yang menyenangkan


yang sedang dinikmati siswa karena perilakunya yang kurang tepat, misalnya:
menghapuskan waktu istirahat karena terjadi pertengkaran.
2) Jawaban merugikan (response cost); mengurangi hadiah yang sebenarnya diterima anak
karena tindakannya yang kurang tepat, misalnya: menghilangkan waktu bebas 10 menit
karena siswa mengucapkan kata yang tidak baik.
3) Pemberian bantuan (Promting); membuat situasi sehingga tindakan yang tepat dapat
ditampilkan oleh anak, misalnya: dengan memberikan perintah yang jelas untuk
melakukan suatu tugas.
4) Penghapusan bantuan (fading); sedikit demi sedikit menghapuskan “Promt” setelah anak
memperbaiki perilakunya, misalnya: anak yang semula menulis dengan bantuan ketika
keterampilannya semakin bertambah, maka bantuan semakin dikurangi.
5) Pemberian contoh (Modeling); memusatkan perhatian anak pada contoh tindakan yang
tepat, misalnya: ada siswa yang berperilaku baik, maka guru menunjukkannya di depan
kelas.

Strategi yang dapat diterapkan dalam hal ini antara lain:

1) Mempergunakan model; suatu proses yang dilakukan guru melalui tingkah laku yang
dilakukan dalam menampilkan nilai dan sikap yang dikehendaki untuk dimiliki dan
ditampilkan oleh siswa.
2) Mempergunakan pembentukan; strategi ini dipergunakan untuk mengembangkan
perilaku yang baru.
3) Mempergunakan sistem hadiah; strategi ini dimaksudkan untuk mengubah perilaku
sekelompok siswa.
4) Mempergunakan kontrak perilaku; dengan kontrak perilaku, maka siswa yang
menyimpang dari ketentuan akan mendapat konsekuensi sesuai dengan kesepakatan yang
telah dibuat sebelumnya.

41
5) Mempergunakan jatah kelompok; menggunakan prosedur dengan konsekuensi penguatan
atau hukuman tidak hanya bergantung pada perilaku pribadi siswa, melainkan juga pada
perilaku kelompoknya.
6) Mempergunakan penyuluhan perilaku; penyuluhan ini dimaksudkan untuk membantu
siswa yang berperilaku menyimpang agar perilaku yang tidak sesuai tersebut dapat
diusahakan perubahannya.
7) Mempergunakan pemantauan sendiri; pemantauan yang sistematis akan meningkatkan
kesadaran siswa terhadap perilaku yang diharapkan dihilangakan.
8) Mempergunakan pemberian isyarat; suatu proses untuk merangsang berbuat atau
tindakan mengingatkan secara verbal atau nonverbal yang dilakukan oleh guru pada
siswanya.

Kelebihan dari pendekatan perubahan perilaku antara lain: Pendekatan perubahan


perilaku ini menawarkan bentuk-bentuk pembelajaran yang menarik bagi peserta didik seperti
penggunaan model, system hadiah, kontrak perilaku, jatah perilaku, dll.

Kelemahan dari pendekatan perubahan perilaku ini antara lain: Pembelajaran lebih
diutamakan pada peran guru itu sendiri dalam mengubah perilaku yang menyimpang. Guru
sebagai sentral dan satu-satunya obyek pembelajaran. Biasanya guru tersebut menggunakan pola
yang keras, disiplin, dengan hukuman ataupun ejekan dalam upaya pengubahan tingkah laku
siswa. Tingkah laku peserta didik menjadi satu-satunya tolok ukur.

2. Pendekatan Eklektik

Istilah pendekatan Eklektik (Eclectic Counseling) menunjuk pada suatu sistematika


dalam konseling yang berpegang pada pandangan teoretis dan pendekatan (approach), yang
merupakan perpaduan dari berbagai unsur yang diambil atau dipilih dari beberapa konsepsi serta
pendekatan. Konselor yang berpegang pada pola eklektik berpendapat bahwa mengikuti satu
orientasi teoretis serta menerapkan satu pendekatan saja terlalu membatasi ruang gerak konselor.
Oleh karenanya dalam pendekatan ini konselor menggunakan variasi dari sudut pandangan,
prosedur, dan teknik sehingga dapat melayani masing-masing konsep sesuai dengan
kebutuhannya dan sesuai dengan ciri khas masalah yang dihadapinya. Ini tidak berarti bahwa
konselor berpikir dan bertindak seperti orang yang bersikap oportunis, dalam arti diterapkan saja

42
pandangan, prosedur, dan teknik yang kebetulan membawa hasil yang paling baik. Dengan
demikian, konselor bermaksud mengembangkan suatu fleksibilitas besar yang memungkinkan
konselor untuk bisa melayani banyak orang dengan cara yang cocok untuk setiap orang guna
dapat memperoleh hasil yang maksimal atau optimal.

Wiford A. Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara menggabungkan semua


aspek terbaik dari berbagi pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau
keseluruhan yang bermakna. yang secara filosifis, teoritis dan/atau psikologis dinilai benar, yang
bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi
disebut pendekatan elektik. Dua syarat yang perlu dikuasai oleh guru dalam menerapkan
pendekatan elektik yaitu:

a) Menguasai pendekatan-pendekatan manajemen kelas yang potensial, seperti pendekatan


pengubahan perilaku, penciptaan iklim sosio emosional, proses kelompok,
b) Dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan
baik dalam masalah manajemen.

Bentuk pengajaran yang menggunakan pendekatan eklektik ini adalah menggabungkan


elemen-elemen dari kedua pendekatan yaitu induktif atau deduktif. Rasional pendekatan induktif
dan deduktif dalam sesi pengjaran dan pembelajaran ialah kerana pelajar-pelajar terdiri dari
berbagai arah dan kebolehan. Ada pelajar yang senang atau mudah memahami isi pelajaran jika
diberi contoh dahulu dan ada pula pelajar yang mudah faham jika dibuat generalisasi terlebih
dahulu dan diakhiri pengajaran pada hari itu dengan mengemukakan contoh-contoh bagi
menjelaskan maksud atau konsep sesuatu perkara.

Pendekatan eklektik bermaksud pengajaran disampaikan dengan menggabungkan semua


atau sebahagian dari ciri-ciri sesuatu kaedah ke dalam kaedah yang baru. Pengajaran eklektik
amat penting dalam membantu meningkatkan kemahiran mengeja dan juga kemahiran membaca
dalam kalangan kanak-kanak. Pendekatan eklektik digunakan apabila sesuatu pengajaran
memerlukan guru menggunakan berbagai pendekatan tidak hanya dengan penggunaan satu
bidang pendekatan yang mirip kepada satu teori saja.

Kelebihan dari pendekatan Eklektik yaitu: Pendekatan ini kompleks, biasanya banyak
digunakan oleh guru karena guru dapat memilih strategi manajemen kelas yang dihadapinya.

43
Pendekatan Perubahan perilaku dipilih, misalnya bila tujuan tindakan manajemen kelas yang
akan dilakukan adalah menguatkan tingkah laku peserta didik yang baik dan/atau menghilangkan
perilaku peserta didik yang kurang baik; pendekatan Penciptaan Iklim Sosio-Emosional
dipergunakan apabila sasaran tindakan manajemen kelas adalah peningkatan hubungan antar
pribadi guru dan peserta didik; sementara itu pendekatan proses kelompok dianut bila seorang
guru ingin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.

Sedangkan kelemahan dari pendekatan eklektik ini yaitu: Pendekatan ini menganjurkan
guru berperilaku sesuai dengan situasi yang ada, sedangkan guru tidak selalu bisa
memilih perilaku apa yang akan digunakan sesuai dengan situasi mengingat pendekatan ini
merupakan gabungan dari pendekatan-pendekatan yang lain.

BAB V

PENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR

A. Konsep Dasar Pengelolaan Lingkungan Belajar

Sebelum membahas lebih lanjut tentang konsep lingkungan belajar, akan memaparkan
sedikit pengertian belajar. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti
bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses
belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada disekolah maupun dilingkungan rumah atau
keluarga sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah sesuatu yang berada di
luar dari diri anak didik dan mempengaruhi perkembangannya.

Lingkungan yang memungkinkan belajar siswa misalnya: gedung sekolah, perpustakaan,


laboratorium, pusat sarana belajar, museum, taman, kebun binatang, rumah sakit, pabrik, dan
tempat-tempat lain yang sengaja dirancang untuk tujuan belajar siswa atau yang dirancang untuk

44
tujuan lain tetapi kita manfaatkan untuk belajar siswa-siswa kita. Dalam pendidikan, lingkungan
merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dan kegagalan siswa dalam
belajar. Apabila belajar dengan baik, tapi bila lingkungannya buruk maka mustahil dia bisa
belajar dengan baik. Sedangkan pengertian pengelolaan lingkungan belajar yaitu, pengelolaan
berasal dari kata kelola yang mendapat imbuhan pe dan akhiran an yang mempunyai arti
ketatalaksanaan, tata pimpinan, atau bisa disebut juga memenejemen.

Menurut Suharsimi Arikunto pengelolaan adalah pengadministrasian, pengaturan, atau


penataan suatu kegiatan.Sedangkan lingkungan belajar adalah suatu tempat yang berfungsi
sebagai wadah atau lapangan terlaksananya proses belajar mengajar atau pendidikan. Tanpa
adanya lingkungan, pendidikan tidak dapat berlangsung.

Menurut Huta Barat lingkungan belajar yaitu lingkungan yanga alami dan lingkungan
sosial, lingkungan alami meliputi keadaan suhu dan kelembapan udara, sedangkan lingkungan
sosial dapat berwujud manusia.

Pengelolaan lingkungan belajar (kelas) mempunyai konsep yaitu:

1. Pengelolaan peserta didik(siswa)


Pengelolaan peserta didik perlu di tegaskan peraturan tentang penggunaan ruang
belajar dan tata tertib dalam pelaksanaan bembelajaran, maka aturan-aturan sekolah
pun terkait dengan pengelolaan peserta didik agar proses pembelajaran berjalan
dengan efektif dan efesien. Aturan sekolah tersebut di gunakan untuk menetapkan
batasan-batasan untuk seorang siswa.

2. Pengelolaan ruang belajar(kelas)


Dalam pengelolaan lingkungan belajar(kelas) ini guru mengatur ruang belajar
sesuai karakteristik mata pelajaran, ruang belajar harus memiliki media pembelajaran
yang mendukung proses pembelajaran. Dapat di simpulkan guru mempunyai
wewenang dalam pengelolaan lingkungan belajarnya, sehingga guru terlebih dahulu
dapat menyiapkan bahan ajar sebelum pembelajaran.

45
3. Pengelolaan pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran di lakukan dengan cara team teaching yaitu sebagai
suatu sistem pelayanan dimana guru mengelola pembelajaran dengan baik dengan
materi yang sudah di siapkan guru. Seperti pembelajaran dengan cara diskusi,
kelompok.

4. Pengelolaan penilaian peserta didik


Penilaian di lakukan untuk mengukur proses dan hasil pembelajaran, penilaian di
lakukan setiap saat untuk menilai kemajuan belajar peserta didik. Penilaian ini meliputi
penilaian kognitif, praktik,dan sikap seorang siswa. Sedangkan hasil penilaian ini
digunakan sebagai dasar untuk mengukur kemampuan peserta didik.

B.Tujuan Pengelolaan Lingkungan Belajar

Tujuan pengelolaan lingkungan belajar seperti kelas,Secara umum tujuan pengelolaan


lingkungan belajar atau kelas adalah penyedian fasilitas bagi bermacam macam kegiatan belajar
siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dalam intelektual dalam kelas. Fasilitas yang
demikian itu memungkinkan siwa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang
memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta
apresiasi pada siswa. Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan hanya tanpa tujuan. Karena
ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun kelelahan fisik maupun pikiran
dirasakan.

Tujuan pengelolan kelas pada hakekatnya mengandung tujuan pengajaran. Karena


pengajaran merupakan salah satu faktor pendukung berhasil tidaknya proses belajar mengajar
dalam kelas. Adapun secara khusus, tujuan pengelolaan kelas adalah mengembangkan
kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang
diharapkantujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:

46
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas agar pembelajaran berlangsung secara kondusif, baik
sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.

2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar


mengajar.

3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa
dalam kelas.

4. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-
sifat individunya.

Sedangkan tujuan pengelolaan lingkungan belajar Menurut Arikunto berpendapat bahwa


tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga
segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisian. Pengelolaan kelas sangat di perlukan
karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu
berubah-rubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu.
Oleh karena itu Kondisi belajar yang optimal dapat dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan
sarana pengajaran serta mengendalikanya dalam situasi yang menyenangkan untuk mencapai
tujuan pelajaran. Keberhasilan guru mengajar di kelas tidak cukup bila hanya berbekal pada
pengetahuan tentang kurikulum, metode mengajar, media pengajaran, dan wawasan tentang
materi yang akan disampaikan kepada anak didik. Di samping itu guru harus menguasai kiat
manajemen kelas. Guru hendaknya dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang
menguntungkan bagi anak didik supaya tumbuh iklim pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan.

47
BAB VI
PEMBINAAN DISIPLIN DAN PERILAKU ANAK

A. Pengertian Disipin Kelas

Kata disiplin berasal dari bahasa latin “disciplina” yang menunjuk kepada belajar dan
mengajar. Kata ini berasosiasi sangat dekat dengan istilah “disiple” yang berarti mengikuti orang
belajar dibawah pengawasan seorang pemimpin. Di dalam pembicaraan disiplin dikenal dua
istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi terbentuknya satu sama lain merupakan urutan.
Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan
ketertiban. Di antara kedua istilah tersebut terlebih dahulu terbentuk pengertian ketertiban, baru
kemudian pengertian disiplin (Suharsimi, 1993: 114).[1]

Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap
bentuk-bentuk aturan. Disiplin merupakan sikap mental. Disiplin pada hakekatnya adalah
pernyataan sikap mental dari individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan ,
kepatuhan yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka
pencapaian tujuan.

48
Disiplin berkaitan pula dengan motivasi, karena dengan adanya disiplin anak terdorong
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu untuk mencapai apa yang diharapkan orang lain
darinya, apakah itu keluarga, guru, maupun teman-temannya. Santoso (2002) menyatakan
disiplin merupakan kesadaran akan sikap dan perilaku yang sudah tertanam dalam diri seseorang
sesuai dengan tata tertib yang berlaku dalam suatu keteraturan secara berkesinambungan pada
suatu tujuan atau sasaran yang telah ditentukan.[2]

Rimm (2003) mengemukakan bahwa tujuan disiplin pada anak adalah mengarahkan anak agar
mereka belajar mengenai hal-hal baikyang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat mereka
sangat tergantung kepada disiplin diri. Diharapkan, kelak disiplin diri akan membuat mereka
hidup bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang.[3]

Inti dari disiplin ialah untuk mengajar, atau seseorang yang mengikuti ajaran. Bagi anak
tujuan jangka pendek dari disiplin ialah membuat anak supaya terlatih dan terkontrol, dengan
mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan yang tidak pantas atau yang
masih asing bagi mereka. Sedangkan tujuan jangka panjang dari disiplin adalah untuk
perkembangan pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri sendiri (self control and self
direction) yaitu dalam hal mana anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan
pengendalian luar.

Pengendalian diri berarti menguasai tingkah laku diri sendiri dengan berpedoman norma-
norma yang jelas, standar-standar dan aturan-aturan yang sudah menjadi milik sendiri. Karena itu
di sekolah guru haruslah secara aktif dan terus menerus berusaha, untuk memainkan peranan
yang makin kecil dari pekerjaan pendisiplinan itu, dengan secara bertahap melakukan
pengembangan dan pengendalian disiplin pada anak sehingga anak mampu melakukan
pengarahan diri sendiri kelak.[4]

Disiplin kelas merupakan hal yang esensial terhadap terciptanya perilaku tidak
menyimpang dari ketertiban kelas. Dalam semangat pendekatan pendidikan disiplin hendaknya
memiliki basis kemanusiaan dan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip kemanusiaan dan demokrasi
berfungsi sebagai petunjuk dan pengecek bagi para guru dala mengambil kebijakan yang

49
berhubungan dengan disiplin. Oleh karena itu, pendekatan disiplin yang dilakukan oleh guru
harus:

a. Menggambarkan prinsip-prinsip pedagogi dan hubungan kemanusiaan;

b. Mengembangkan dan membentuk profesionalisme personel dan sosial lulusan;

c. Merefleksikan tumbuhnya kepercayaan dan kontrol dari peserta didik;

d. Menumbuhkan kesungguhan berbuat dan berkreasi, baik dikalangan guru dan peserta didik
tanpa ada kecurigaan dan kecemasan;

e. Menghindari perasaan beban berat an rasa terpaksa dikalangan para peserta didik.[5]

Para peserta didik, dengan disiplin diharapkan bersedia untuk tunduk dan mengikuti
peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu pula. Terciptanya kesediaan semacam ini
harus dipelajari dan harus secara sadar diterima. Itu semua adalah dalam rangka memelihara
kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas-tugas sekolah.

Satu keuntungan lain dari adanya disiplin adalah para peserta didik belajar hidup dengan
pembiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannnya. Lebih lanjut
dengan adanya pembiasaan tersebut maka akan tumbuh jiwa tentram dalam diri dan masyarakat
sekitar.

Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan


siswa. Menegakkan disiplin justru sebaiknya, ia ingin memberi kemerdekaan yang lebih besar
kepada siswa dalam batas-batas kemampuannya. Akan tetapi, juga kalau kebebasan siswa
terlampau dikurangi, dikekang dengan peraturan maka siswa akan berontak dan mengalami
frustasi dan kecemasan. Di sekolah disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku
siswa yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal.

B. Pentingnnya Pembinaan Disiplin Dan Perilaku Anak

50
Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, merupakan modal
dasar yang sangat penting bagi kehidupan yang sukses di masa depan. Berkaitan dengan hal ini,
peran guru membantu anak menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga anak merasa
bahagia dan mampu menerima dirinya (self acceptance).

Pembiasaan disiplin pada diri anak penting karena dengan berdisiplin dapat
memantapkan peran sosial anak. Rua (2003) mengemukakan bahwa rahasia keberhasilan adalah
kedisiplinan. Orang yang terlatih disiplin akan lebih besar kemungkinannya meraih keberhasilan
ketimbang orang yang tidak disiplin. Tujuan dari disiplin adalah membentuk perilaku anak, yang
sesuai dengan peran yang ditentukan lingkungan atau kelompok sosialnya. Untuk itu dalam
penanaman disiplin ini perlu peran orang tua di rumah maupun guru di sekolah.[6]

Di rumah orang tua dan anggota keluarga lainnya merupakan model yang ditiru anak
dalam pembentukan disiplin diri. Selain itu arahan-arahan dan bimbingan orang tua merupakan
pedoman anak bertingkah laku agar dapat melakukan penyesuaian diri di lingkungannya. Begitu
pula halnya di sekolah, seluruh personil sekolah adalah model bagi anak, sedangkan arahan dan
bimbingan serta aturan-aturan di sekolah umumnya dan aturan guru dalam kelas khususnya dapat
membentuk perilaku anak dan mantapnya pembentukan perannya dalam lingkungannya.

C. Teknik Pembinaan Disiplin Kelas

Ada tiga macam teknik yang sudah dikenal dalam pembinaan disiplin yaitu teknik otoriter,
permisif, dan demokratis. Teknik ini dibedakan berdasar-kan bagaimana aturan diterapkan pada
anak.[7]

1. Teknik otoriter

Dalam teknik ini disiplin ditegakkan secara kaku. Penerapan hukuman pada anak
bertujuan untuk memperkuat kepatuhan anak akan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Bila anak
melakukan pelanggaran terhadap aturan tesebut, maka anak akan dihukum. Dalam penerapan

51
tehnik ini hanya sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali penguatan positif seperti senyuman,
pujian, bila anak bertingkah laku sesuai dengan aturan.

Pengekangan pada anak sangat menonjol sekali terlihat dalam penerapan disiplin dengan
teknik otoriter ini. Pengekangan terkesan kaku sekali, tapi kadang kala bisa juga terkesan tidak
terlalu kaku. Dalam pengekangan yang kaku, anak harus berperilaku sesuai dengan sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan, dan anak tidak diperbolehkan membuat membuat keputusan
sendiri. Guru punya otoritas yang sangat tinggi dalam menetapkan perilaku yang harus
ditampilkan, walaupun anak sering tidak paham mengapa harus berperilaku seperti itu. Dalam
hal ini anak tidak diberikan kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku
mereka sendiri.

Pada disiplin otoriter yang tidak terlalu kaku, pengekakangan pada anak agak kurang
ditonjolkan, namun pengaturan terhadap perilaku anak tetap ada. Satu kelebihan dari teknik ini
adalah guru mencoba memahami keinginan-keinginan anak. Namun kadang-kadang terlihat
adanya larangan-larangan tidak masuk akal masih digunakan guru untuk mengendalikan perilaku
anak.

Penerapan teknik disiplin ini dapat menjadikan anak berperilaku yang diinginkan, patuh,
tenang menjadi anak yang manis, tapi anak secara diam-diam menaruh rasa tidak puas terhadap
tokoh otoritasnya yang memberikan aturan-aturan kepada anak dalam berperilaku. Kepribadian
anak menjadi kaku, tidak luwes dan sulit melakukan penyesuaian diri dengan kelompoknya.
Anak dalam setiap tindakannya dibayangi oleh perasan takut berbuat salah, karena kesalahan dan
pelanggaran dari aturan yang ditetapkan akan berakibat hukuman. Namun jika kesalahan dan
pelanggaran terlanjur dilakukan, maka untuk melindungi diri anak akan berbohong, bahkan anak
bisa tumbuh menjadi seorang yang licik dalam segala tindak tanduknya.

Dalam penerapan teknik ini guru harus mempunyai kewibawaan dan otoritas terhadap
anak, yang menunjukkan bahwa ia mempunyai kelebihan dan kekuasaan terhadap anak yang
dihadapinya. Teknik ini jika diterapkan pada anak dalam kelas terkadang dapat menimbulkan
kekacauan, kecuali kalau guru mempunyai kemampuan yang cukup dalam mengelola menguasai

52
kelas. Untuk itu guru harus bersikap tegas dan punya banyak pengalaman dan pengetahuan
tentang apa-apa yang harus dilakukan anak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

2. Teknik permisif

Teknik permisif ini merupakan lawan dari teknik otoriter. Pada teknik ini guru
memberikan kebebasan kepada anak dalam mengembangkan perilakunya. Dalam hal ini campur
tangan guru yang berlebihan dianggap suatu hambatan bagi anak dalam menentukan segala
tindakannya dalam berperilaku.

Teknik ini tidak mengarahkan anak untuk berperilaku yang sesuai dengan aturan dan
kebiasaan yang ada dalam kelompoknya. Anak diperbolehkan untuk melakukan apa saja. Pola
pengasuhan yang serba membolehkan ini dapat menimbulkan kesulitan bagi anak untuk
memutuskan sesuatu karena tidak ada patokan sama sekali dalam berperilaku.

Pemahaman anakyang masih rendah dan minimnya pengalaman dan pengetahuan mereka
membuat mereka bingung untuk berperilaku yang pantas. Hal ini mengakibatkan tumbuhnya rasa
cemas, dan takutyangberlebihan. Sebaliknya anak akan menjadi agresif, karena sedikit sekali
pengawasan yang diberikan guru pada anak, sehingga anak merasa tidak takut dan melakukan
tindakan berdasarkan kemauan sendiri.

3. Teknik demokratis

Penerapan teknik disiplin demokratis menekankan pada pemberian kesempatan pada


anak untuk tumbuh dan berkembang secara wajar. Dasar pemikiran dari teknik ini adalah
mengembangkan kendali tingkah laku sehingga anak mampu melakukan hal yang benar tanpa
harus diawasi dengan ketat. Dalam penerapan teknik ini anak berhak untuk mengeluarkan
pendapat, usul, dan inisitif, namun dalam penentuan keputusan anak akan dibantu oleh guru.
Untuk itu guru sering memberikan menggunakan penjelasan, diskusi dan mengemukakan alasan-
alasan dalam mengajarkan anak berperilaku.

Teknik disiplin demokratis dapat mengembangan kendali diri pada anak, sehingga
membuat anak merasa puas. Anak biasanya menjadi seorang yang dapat diajakbekerja sama,
mandiri, percaya diri, kreatif, dan ramah. Dalam penerapan teknik disiplin ini guru bisa saja

53
berpindah dari satu teknik ke teknik yang lain. Di sinilah letak kearifan guru dalam menanamkan
disiplin.

Ketiga teknik di atas mempunyai kelebihan dan kekurangannya, jadi tidak ada teknik mana yang
lebih baik dibandingkan dengan teknik lainnya. Namun demikian banyak orang cenderung
berpendapat bahwa dalam menanamkan disiplin pada anak pendekatan demokratis yang paling
baik.

Alasannya adalah: (a) karena anak diajak berbincang-bincang, bertukar pikiran dan
beradu argumentasi, (b) norma kedisipinan dapat dikaji ulang, (c) tidak ada hukuman, (d) dapat
membina penyesuaian pribadi dan sosial yang baik, dan (e) mengajarkan orang untuk
bekerjasama, mengendalikan diri dengan tenang dan bersikap ra-mah pada orang lain, (f) guru
atau orang tua mempunyai hubungan dengan anak yang hangat dan bersahabat, sehingga
menjalin kerjasama.

BAB VII

PEMELIHARAAN DAN PENINGKATAN PERILAKU ANAK DAN PENERAPAN


DALAM HUKUMAN DAN HADIAH

A. Pemeliharaan dan Peningkatan Disiplin Peserta Didik

Guru di dalam kelas setelah menerapkan berbagai teknik dalam membina kedisiplinan
peserta didik, langkah selanjutnya adalah guru dituntut untuk dapat memelihara dan
meningkatkan disiplin pada peserta didik.

Menurut Lou Annne Johnson memberikan sepuluh langkah yang dapat ditempuh oleh
guru sebagai manajer kelas dalam memelihara dan meningkatkan disiplin peserta didik.
Kesepuluh langkah tersebut sebagai berikut:

 Abaikan si pelanggar Peserta didik sering kali berperilaku buruk untuk mendapatkan
perhatian dari guru atau bahkan untuk menguji reaksi atau sikap guru. Jika guru mudah
marah, terganggu maupun terpancing, peserta didik akan mengambil keuntungan dari
sikap guru tersebut. Sebaliknya jika 31 pengajar mengabaikan perilaku buruk yang tidak
terlalu parah, peserta didik akan capek sendiri dan menjauhi perilaku buruk tersbut.

54
 Kirimkan pesan-pesan nonverbal Kita semua dapat dengan mudah merespons pesan-
pesan nonverbal atau yang sering disamakan dengan istilah bahasa tubuh.Guru dapat
memanfaatkan hal tersebut. Guru dapat menggunakan kontak mata, melakukan
perubahan-perubahan dalam suara dan gerak tubuh ketika peserta didik berperilaku
seperti yang tidak diekspektasikan guru. Misalnya, menatap dengan tajam peserta didik
yang berbuat gaduh, menggeleng-gelengkan kepala terhadap perilaku peserta didik yang
mengganggu temannya belajar, mendekati peserta didik yang berbuat onar, atau dapat
bergerak mengelilingi kelas agar peserta didik tetap tertib dalam mengikuti kegiatan
belajar-mengajar.

 Memberikan kartu perilaku Disebabkan sebagian besar peserta didik bertipe visual atau
kinestetik maka kemungkinan mereka kurang kuat dalam merespons permintaan-
permintaan verbal guru atau bahkan mereka akan mudah cepat lupa terhadap peringatan-
peringatan yang guru berikan kepadanya agar mereka mau duduk dengan tenang di dalam
kelas.

 Ajak berbicara cepat Apabila kartu perilaku gagal digunakan oleh pengajar dalam
mengatasi kedisiplinan peserta didik di dalam kelas, pengajar dapat mengajaknya keluar
kelas. Pengajar tidak perlu mengkhawatirkan peserta didik lainnya. Mereka akan tertarik
untuk melihat apa yang akan terjadi. Meskipun mereka bisa jadi akan sedikit berisik saat
guru berada diluar kelas, tetapi mereka akan tenang kembali setelah guru memasuki kelas
kembali. Setelah mengajak si peserta didik yang tidak disiplin keluar kelas, dengan cepat
pengajar menanyakan alasan mengapa ia berbuat demikian. Jika alasannya masuk akal,
guru secepatnya memberikan solusi untuk menanganinya. Jika si peserta didik tidak
memberikan alasan apapun, pengajar menanyakan kepadanya apakah ia telah berbuat
salah sehingga si peserta didik berbuat demikian. Jika memang benar, pengajar meminta

55
maaf kepadanya dan mengajaknya bersalaman serta meminta kepada si peserta didik
untuk bekerja sama saling memperbaiki diri.

 Ambil waktu istirahat Apabila menemukan ada peserta didik yang tidak disiplin di dalam
kelas dan guru sudah mencoba mendisiplinkannya, tetapi perilakunya 33 tidak berubah,
guru dapat pergi sejenak menjauhi semua peserta didik dengan berdiri atau duduk-duduk
di depan kelas. Hal itu akan membuat semua peserta didik berfikir mengapa guru
bersikap demikian kemudian mereka saling intropeksi diri untuk memperbaiki
perilakunya jika memang perilakunya tersebut dianggap buruk menurut hati nuraninnya.

 Telepon orangtua si perilaku Apabila suatu saat guru menemukan ada peserta didik yang
indisipliner meskipun pengajar sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki
perilakunnya, guru dapat mencoba untuk menelfon orangtuanya untuk memberitahukan
perilaku anaknya di kelas. Kemudian, meminta kepada orangtuannya untuk
memperingatkan dengan keras kepada si anak agar tidak mengulanginya lagi.

 Tanda tangani kontrak Seperti kartu perilaku yang berperan sebagai peringatan visual
yang efektif bagi peserta didik yang mudah lupa pada perintah-perintah verbal, kontrak
peserta didik juga dapat berperan sebagai pengingat tertulis yang efektif bagi peserta
didik yang telah berjanji untuk bekerja sama dalam menegakkan tata tertib kelas. Kontrak
tersebut tidak harus diperinci dan juga tidak harus berupa form. Guru cukup meminta
kepada peserta didiknya untuk membuat nota perjanjian yang berisi perilaku apa saja
yang tidak boleh dilakukannya serta kosekuensi-konsekuensi apa saja yang akan ia
hadapi jika ia tetap saja melakukannya.

 Meminta penguatan-penguatan Apabila langkah pertama hingga yang ketujuh gagal,


dapat dikatakan bahwa masalah atau perilaku buruk yang dilakukan oleh peserta didik
tersebut bukan sekedar masalah pribadi yang sederhana, melainkan pula merupakan

56
masalah pribadi yang rumit sehingga perlu kiranya guru meminta penguatan-penguatan
kepada guru konseling ataupun kepada kepala sekolah. Guru bersama dengan guru
konseling atau kepala sekolah dapat bekerja sama dalam memecahkan masalah
kepribadian peserta didik tersebut. Jika ternyata hasilnya masih sama saja nihil, pihak
sekolah dapat melakukan kerja sama yang lebih intensif lagi dengan orangtua peserta
didik untuk menangani masalah ini.

 Meminta perpindahan Apabila langkah kedelapan masih mengalam kegagalan, langkah


selanjutnya adalah memindahkan peserta didik yang indisipliner ke kelas yang lain. Hal
itu sangat mungkin dilakukan di sekolah yang besar, guru kelas yang lain mau bekerja
sama untuk menampung peserta didik tersebut, kepala sekolah dan orangtua peserta didik
menyetujui, dan kondisi kelas yang akan ditempati mendukung untuk perbaikan perilaku
si peserta didik.

Pada sekolah yang kecil yang mana perpindahan kelas bukan menjadi pilihan, guru dapat
bekerja sama dengan rejan seprofesinya yang juga mengajar si peserta didik dan memiliki
permasalahan yang sama.

 Pindahkan perilaku Apabila kesembilan upaya di atas masih saja mengalami kegagalan,
baik karena kekurangan dukungan rekan sejawat maupun pimpinan, pengaruh orangtua
yang berlebihan dalam komunitas sekolah, serta peraturan-peraturan dewan sekolah yang
tidak fleksibel, guru harus memindahkan si peserta didik dari kelas secara tidak resmi
agar peserta didik yang lain tidak terganggu bahkan terpengaruh oleh perilaku buruknya.
Tempat lain yang dapat digunakan untuk memindahkannya seperti ruang konseling atau
perpustakaan.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

1. Faktor Internal:

57
 Taraf kesadaran diri, taraf kesadaran diri adalah kesadaran yang tumbuh dan berkembang
dari dalam diri seseorang tanpa paksaan dari pihak manapun. Ini merupakan hal yang
cukup ampuh untuk mewujudkan.
 Motivasi intrinsik, merupakan suatu bentuk dorongan untuk menjalankan suatu bentuk
kepatuhan terhadap tata tertib tanpa adanya pengaruh dari luar.
 Perasaan bertanggung jawab, jika seseorang sudah memiliki perasaan tanggung jawab
terhadap dirinya maka akan melakukan tugasnya dengan rasa disiplin tinggi, karena
merasa sebuah beban yang harus dipikul sebagai suatu tanggung jawab untuk mencapai
suatu tujuan tertentu dalam hidup seseorang.
 Perasaan malu, jika seseorang telah memiliki perasaan malu maka seseorang tidak akan
melakukan pelanggaran, secara otomatis akan melaksanakan segala sesuatu dengan lebih
baik, akan merasa malu jika melakukan pelanggaran terhadap tata tertib.
 Nilai tertentu yang ingin di masyarakatkan seseorang, nilai ini bisa berupa nilai disiplin
dalam mematuhi sebuah tata tertib sekolah, tata tertib yang dibuat oleh sekolah akan
disosialisasikan untuk diketahui yang pada akhirnya membawa kepatuhan

Faktor eksternal:
 Presentasi yang ketat, ketatnya presentasi dapat menekan seseorang untuk dapat
mematuhi tata tertib dengan tanpa terkecuali, sehingga disiplin yang terwujud adalah
karena pihak luar berupa tekanan.
 Hukuman yang adil, hukuman yang adil ternyata merupakan senjata yang ampuh untuk
dapat membuat tegaknya disiplin.
 Motivasi luar, dorongan dari pihak luar sebagai motivasi dapat berupa pemberian
ganjaran atau hadiah.
 Upah atau penggajian yang cukup, jika seseorang telah bekarja maka upah atau gaji yang
cukup dapat memicul timbulnya disiplin yang baik.
 Tempat kerja yang menyenangkan, tumbuhnya disiplin di tempat kerja berawal dari
lingkungan yang menyenangkan terlebih dahulu, jika tempat kerja menyenangkan maka
semangat kerja akan lebih bergairah.

58
 Teman yang persuasif dan menyenangkan, teman memegang peran penting dalam hal
kedisiplinan, karena jika teman tidak menyenangkan maka suasanan tidak akan kondusif
untuk berkegiatan, bekerjasama dan menciptakan ide-ide.

C. Langkah-langkah Untuk meningkatkan perilaku disiplin anak

untuk meningkatkan perilaku disiplin anak atau para murid seorang guru harus bisa mengatur
para siswa dan siswi itu sendiri karena terdapat berbagai macam karakter.
terdapat tingkatan atau cara untuk memelihara perilaku disiplin pada siswa siswi :

 Abaikan si pelanggar
kebanyakan guru mengabaikan salah seorang perserta didik yang suka berbuat onar
karena jika seorang guru itu mudah marah siswa tersebut malah suka membuat masalah
yang lebih besar.

 Kirim pesan pesan non verbal( bahasa tubuh )


jikalau ada seorang siswa yang mengobrol di dalam kelas dan menggangu yang lainnya si
guru suka menatap mata siswa tersebut sambil tersenyum dan menahan amarah dan siswa
akan langsung behenti berbicara.

 Memberikan kartu perilaku


tidak ada cara ini karena cara ini seperti untuk anak anak karena siswa SMA sudah
mempunyai sedikit akal dan pikiran untuk menghormati setiap orang tanpa harus diberi
tahu oleh orang lain.

 Ajak berbicara cepat


jika ada seorang siswa yang nakal atau tidak disiplin si siwa tersebut akan dibawa keluar
dan ditanyakan apa alasannya dia berbuat hal seperti itu dan pasti si guru memberikan
solusi.

59
 Ambil waktu Istirahat
seorang guru tidak mau mengajar di kelas biasanya dikarenakan suatu masalah misalnya
saat pelajaran olahraga guru memerintahkan untuk pemanasan dan lari keliling lapangan
tapi para siswa malah berduduk duduk ria dan memainkan handphone dan saat itu pula
guru tersebut kembali ke kantor dan tidak mau mengajar akhirnya kita menyadari bahwa
hal tesebut tidak lah baik .

 Telfon orang tua


ada seorang murid yang nakalnya keterlaluan dia selalu melawan apa yang dikatakan
gurunya akhirnya guru tersebut tidak kuat lagi dan sesegera mungki menelfon orang tua
murid tersebut.

 Tanda tangani kontrak


hal semacam ini tidaklah efektif karena seorang siswa dapat melanggarnya sewaktu
waktu dan tidak peduli apa yang telah dia setujui karena ia merasa masih labil dan masa
mudanya telah diambil oleh aturan aturan tsb.

 Meminta penguatan
seorang guru yang tidak kuat dengan siswa yang nakal dia akan melaporkannya ke bk
danbk akan memanggil orang tersebut dan akhirnya siswa tersebut dapat menyadari
seberapa besar kenakalan yang ada pada dirinya.

 Meminta perpindahan
ada seorang guru yang meminta untuk mengganti jadwalnya dengan guru yang lain dan
guru tersebut digantikan oleh guru yang lebih killer akhirnnya para murid disitu berfikir
megapa guru itu mengganti jadwalnya, akhirnya mereka yang di dalam kelas berfikir
harus meningkatkan kedisiplinan dan cara menghormati seorang.

 .Pindahkan pelaku

60
ada siswa yang dikeluarkan di sekolah karena sering kabur saat jadwal pelajaran padahal
penjagaan di sekolah itu sangat ketat dan terdapat banyak cctv awalnya mereka
diperingati untuk tidak kabur lagi dengan bukti video cctv tetapi karena anak tersebut
memang tidak dapat di disiplnkan akhrnya anak tersebut di pindahkan dari sekolah ke
sekolah swasta.

D. Penerapan Hadiah & Hukuman

Hukuman adalah suatu sanksi yang harus diterima oleh seseorang sebagai akibat dari
pelanggaran terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan. Sanksi atau hukuman dapat bersifat
material maupun non-material. Sejak dahulu, hukuman dianggap sebagai sebuah alat pendidikan
yang istimewa kedudukannya. Menurut Kartini Kartono, hukuman adalah perbuatan secara
sengaja yang diberikan sehingga mengakibatkan penderitaan lahir batin, diarahkan untuk
menggugah hati nurani dan penyadaran hati si penderita akan kesalahannya.

memberikan hadiah dan hukuman ada efektifnya ada tidaknya, bagusnya siswa dapat
belajar lagi dengan giat apa yang telah dikatakan guru, jeleknya karena jika seorang murid terus
menerus dihukum siswa tersebut dapat melakukan hal hal yang lebih gila lagi karena pemikiran
setiap orang bebeda, seperti teman saya dia dapat hukuman tetapi terus menerus melakukan
kesalahan tersebut karena dendam telah dihukum.

Supaya hukuman atau sanksi yang Guru Pintar efektif dan disebut sebagai hukuman yang
mendidik, maka Guru Pintar harus memperhatikan tiga hal berikut ini:

1. Hukuman harus dapat memberikan efek jera


Setelah melaksanakan hukuman, diharapkan siswa tahu dan menyadari kesalahan yang telah
diperbuat sehingga bisa diperbaiki dan tidak akan terulang di masa yang akan datang. Orang tua
juga perlu diajak berkomunikasi karena harus memberikan pendampingan sehingga hal yang
dilakukan di sekolah sejalan dengan yang dilakukan di rumah.

61
2. Hukuman bersifat edukatif atau mendidik
Artinya adalah dalam pemberian hukuman tersebut harus ada arti yang berguna bagi siswa.
Hukuman di sini sebagai alat untuk meningkatkan kedisiplinan harus dapat meninggalkan pesan
bagi siswa. Jangan sampai hukuman hanya untuk memuaskan guru dan tidak mengajarkan
apapun kepada siswa.

3. Hukuman tidak boleh mempermalukan siswa


Hukuman yang Guru Pintar berikan bertujuan untuk langkah pendisiplinan, bukan untuk
mempermalukan siswa. Hukuman tidak boleh menurunkan martabat siswa karena dikhawatirkan
siswa tidak akan menyadari kesalahannya melainkan memiliki trauma yang membahayakan
psikologisnya. Misalnya sanksi terhadap siswa yang tidak jujur adalah dengan meminta siswa
berdiri di depan kelas dengan papan atau tulisan “tidak jujur.”

Ide hukuman yang cocok untuk siswa supaya tidak berulang kali melakukan kesalahan
yang sama namun tetap mendidik harus dipikirkan masak-masak. Seperti sudah dibahas di atas
bahwa hukuman harus membuat siswa jera dan tidak akan mengulangi perbuatan salahnya
kembali tanpa mempermalukan siswa. Contoh konsekuensi yang bermanfaat misalnya meminta
siswa membersihkan kelas, menghafalkan pelajaran, atau membantu guru di kelas.

Banyak sekali contoh hukuman yang mendidik bagi siswa SD, contoh hukuman yang mendidik
bagi siswa SMP, atau untuk siswa SMA. Semua boleh dilaksanakan asalkan tidak menyakiti fisik
dan juga psikis siswa.

Hadiah untuk Murid yang Berprestasi:

1. Peringkat dan Simbol-simbol Lain

Bentuk reward atau hadiah yang paling sering diberikan kepada siswa berprestasi yaitu
peringkat huruf maupun angka, bisa juga menggunakan simbol-simbol lain seperti bintang dan
tanda centang yang digunakan pada siswa sekolah dasar dan menengah. Pemberian peringkat ini
bisa menjadi hadiah yang tepat apabila dikaitkan dengan usaha, prestasi, serta kemampuan siswa.

2. Penghargaan

62
Kata "penghargaan" di sini merujuk pada beberapa bentuk hadiah seperti perhatian pada
siswa, surat penghargaan atau piagam yang diberikan kepada siswa berprestasi, sertifikat, stiker,
atau tanda-tanda lain yang terlihat sederhana namun memiliki makna yang besar untuk siswa dan
dapat memotivasi belajar siswa. Penghargaan di sini juga berkaitan dengan peringkat, misalnya
memberikan piala sesuai dengan tingkatan peringkat siswa.

3. Hadiah Berupa Kegiatan

Reward untuk siswa berprestasi selanjutnya yaitu berupa kegiatan. Kegiatan yang
diberikan tentunya bersifat positif dan menyenangkan siswa sebagai ganjaran atas keberhasilan
yang telah dicapai. Guru bisa mengajak siswa berprestasi untuk jalan-jalan, misalnya pergi ke
museum dan lainnya.

4. Hadiah Berupa Benda

Selain berupa kegiatan, guru juga bisa memberikan reward berupa benda yang disukai
siswa dan bermanfaat untuk mereka. Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika ingin
memberikan reward benda kepada siswa yaitu hadiah berhubungan dengan prestasi yang
dicapainya, sesuaikan kebutuhan siswa, tidak perlu terlalu murah dan terlalu mahal. Anda bisa
memberikan hadiah buku, alat tulis, tas, sepatu, atau lainnya yang bermanfaat untuk kebutuhan
sekolah mereka.

5. Memberikan Nilai

Nilai berperan sebagai insentif bagi siswa di kelas tinggi. Nilai juga bisa jadikan acuan
untuk mengukur kemampuan pengetahuan siswa. Siswa yang berprestasi dan cerdas akan
mendapatkan nilai yang tinggi, hal ini memacu semangat siswa untuk terus belajar dan
mendapatkan hasil terbaik.

6. Ucapan Selamat

Ucapan selamat mungkin terdengar sepele, namun kata-kata ini memiliki dampak yang
besar pada siswa agar mereka rajin belajar dan terus semangat meraih mimpi. Bukan hanya guru
yang memberikan ucapan selamat, teman-temannya yang lain juga bisa memberikan semangat.

7. Makan-makan

63
Cobalah Anda buat acara makan-makan bersama siswa-siswi yang Anda ajarkan di kelas
dalam rangka keberhasilan siswa mencapai kenaikan kelas, khususnya bagi siswa berprestasi.

Itulah beberapa hal mengenai reward yang diberikan untuk siswa, mulai dari bentuk
reward, tujuan pemberian reward, hingga contoh reward atau penghargaan untuk siswa
berprestasi.

BAB VIII

PEMBAHASAN

A. Iklim Kelas
1. Pengertian Iklim kelas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diungkapkan bahwa iklim merupakan keadaan hawa
(suhu, kelembaban, awan, hujan, dan sinar matahari) pada suatu daerah dalam jangka waktu
yang agak lama.14 Dengan kata lain iklim bisa diartikan perasaan, suasana, sifat, dan lingkungan.
Sedangkan kelas dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai ruang tempat belajar
di sekolah.15 Arikunto kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian

14
Hasan Alwi dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal 421.
15
Poerwasaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal 545.

64
yang lebih spesifik seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran,
yang dimaksud dengan kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. 16Bloom mendefinisikan iklim dengan pengaruh,
kondisi, dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial dan intelektual yang
mempengaruhi peserta didik, Dalam konteks ini, istilah iklim kelas digunakan untuk
menggambarkan suasana tersebut. Dari pengertian mengenai iklim kelas diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa iklim kelas ialah situasai sebagai akibat dari interaksi antara guru dan siswa
atau antara siswa sendiri yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Iklim kelas yang
mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas adalah iklim kelas yang
kondusif.

2. Jenis-Jenis iklim kelas


Berdasarkan tinjauan tentang suasana kelas (classroom climate) dikemukakan oleh Nasution,
menurutnya ada tiga jenis suasana yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran di sekolah
berdasarkan sikap guru terhadap anak dalam mengajarkan materi pelajaran. 17

a. Iklim kelas dengan sikap guru yang “otoriter”. Suasana kelas dengan sikap guru yang
otoriter, terjadi bila guru menggunakan kekuasaan atau kewenangannya untuk mencapai
tujuannya tanpa lebih jauh mempertimbangkan akibatnya bagi anak, khususnya bagi
perkembangan pribadinya.
b. Iklim kelas dengan sikap guru yang “permisif”. Suasana kelas dengan sikap guru yang
permisif ditandai dengan membiarkan anak berkembang dalam kebebasan tanpa banyak
tekanan frustasi, larangan, perintah, atau paksaan. Pelajaran selalu dibuat menyenangkan.
Guru tidak menonjolkan dirinya dan berada di belakang untuk memberi bantuan bila
dibutuhkan. Sikap ini mengutamakan perkembangan pribadi anak khususnya dalam aspek
emosional, agar anak bebas dari kegoncangan jiwa dan menjadi anak yang dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
c. Iklim kelas dengan sikap guru yang “riil”. Suasana kelas dengan sikap guru yang riil
ditandai dengan adanya kebebasan anak yang disertai dengan pengendalian terhadapnya.
Anak diberi kesempatan yang cukup untuk bermain bebas belajar sesuai dengan tipe

16
Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),hal 3.
17
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas, (Yogjayakarta: Ar-ruz Media, 2013), hal 187.

65
belajarnya serta minatnya tanpa diawasi atau diatur dengan ketat. Dilain pihak anak
diberi tugas sesuai petunjuk dan pengawasan guru. 18

Kemudian A. Sholah yang mengutip pendapat Dreikurs dan Leron Grey yang menggunakan
pendekatan sosio-emosional keals mengemukakan bahwa ada tiga jenis suasana kelas yang
dihadapi oleh peserta didik setiap harinya.

a. Suasana kelas autokrasi Dalam suasan autokasi ini guru lebih banyak menerapkan
persaingan, hukuman dan ancaman untuk mengawasi perilaku peserta didik selama
mengikuti kegiatan belajar-mengajar di kelas. Dominan guru pada kelas autokrasi ini
sangatlah menonjol sehingga jalannya kegiatan belajar-mengajar cenderung berpusat
pada guru (teacher oriented) .
b. Suasana kelas laissez-faire Pada suasana keals ini guru sangat sedikit bahkan sama sekali
tidak memperlihatkan kegiatannya atau kepemimpinannya serta banyak memberikan
kebebasan kepada peserta didiknya. Guru melepasan tanggung jawab kepada masing-
masing peserat didiknya untuk melakukan tugas belajarnya. Dalam suasana kelas ini
kegiatan belajarmengajar lebih didominasi oleh peserta didik (student oriented).
c. uasana kelas demokratis Dalam suasana kelas demokratis ini guru memperlakukan
peserta didiknya sebagai individu yang dapat bertanggung jawab, berharga, mampu
mengambil keputusan, dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Manfaat yang
dapat diperoleh dari suasana kelas yang demokratis ini adalah tumbuhnya rasa percaya
diri, saling menerima dan percaya satu sama lain.19

3. Prinsip dasar pengelolaan kelas


Terdapat enam prinsip dasar dalam melaksanakan pengelolaan kelas, yaitu sebagai berikut:

a. Kehangatan dan keantusiasan, Kehangatan dan keantusisaan guru dapat memudahkan


tercitanya iklim kelas yang menyenangkan dan menjadikan kegiatan belajar mengajar
yang optimal.

18
Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara,2007), hal 119-120.
19
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas, (Yogyakarta: Ar-ruz Media, 2013), hal 189.

66
b. Tantangan Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah siswa untuk belajar dan memelihara perhatian dan minat siswa
dengan kegiatan yang dikembangkan oleh guru.
c. Bervariasi Untuk menghindari kejenuhan serta pengulangan-pengulangan aktivitas yang
menyebabkan menurunnya kegiatan belajar diperlukan penggunaaan variasi dalam
media, gaya, dan interaksi mengajar. Adanya berbaai variasi dalam kegiatan belajar-
mengajar akan mengurangi kejenuhan siswa dan meningkatkan keterlibatannya dalam
tugas dan tidak mengganggu siswa lain.
d. Keluwesan Dalam mengontrol jalannya proses belajar-mengajar dan mengawasi
munculnya gangguan terhadap siswa, diperlukan keluwesan tingkah laku untu mengubah
strategi mengajar dan memanipulasi berbagai keterampilan mengajar lainnya.
e. Cara guru untuk menjaga iklim kelas yang positif ialah:
a) Memberi aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan menghindari
ocehan atau celaan terhadap tingkah laku yang kurang wajar
b) Memberikan penguatan terhada tingah laku siswa yang positif
c) Menyadari akan kemungkinan kesalahan-kesalahan yang dapat dibuat
f. Penanaman disiplin diri Guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin
diri sendiri. Hal ini akan lebih berhasil apabila guru sendiri menjadi contoh atau teladan
dalam pengendalian diri.20

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim kelas


Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan iklim kelas yang berkualitas dan
kondusif guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun beberapa faktor yang perlu
diperhatikan tersebut antara lain, yaitu:

a. pertama, pendekatan pembelajaran hendaknya berorientasi pada bagaimana siswa belajar


(student centered)
b. Kedua, adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif siswa dalam setiap konteks
pembelajaran.
c. Ketiga, guru hendaknya bersikap demokratis dalam memanag kegiatan pembelajaran.

20
Supriadie dan Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), hal 166-167.

67
d. Keempat, setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran sebaiknya
dibahas secara dialogis.
e. Kelima, lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa sehingga memotivasi
belajar siswa dan mendorong terjadinya proses pembelajaran.
f. Keenam, menyediakan berbagai jenis sumber belajar atau informasi yang berkaitan
dengan berbagai sumber belajar yang dapat diakses atau dipelajari siswa dengan cepat.

5. Masalah-masalah yang sering ditimbulkan siswa


Adapun beberapa masalah yang sering timbul di kelas serta langkah-langkah cerdas untu
menanganinya21

a. Siswa selalu membuat masalah, Salah satunya ialah siswa yang menjadi biang masalah di
dalam kelas, ada saja polah tingkah laku mereka yang mengakibatkan tidak kondusifnya
kegiatan belajar di dalam kelas seperti usil terhadap teman, suka berbicara sendiri,
berteriak teriak serta beberapa tingkah lain yang mengganggu ketenangan prosess belajar
mengajar. Langkah-langkah yang dapat diambil oleh guru ialah pertama, mendekati si
pembuat onar dan mengajaknya bicara, dengan demikian guru akan lebih mengenal siswa
menasehati, sekaligus mengetahui penyebab kenakalan muri tersebut. Kedua, melibatkan
orang tua siswa tersebut, cara ini dapat ditempuh jika guru ingin orang tua siswa ikut
berperan dalam menangani putra/putri mereka. Ketiga, melibatkan guru bimbingan dan
konseling, perlunya melibatan guru BP karena keberadaan guru BP juga untuk
mengontrol, membimbing dan mengarahkan siswa.
b. Siswa sulit berkonsentrasi, Tanda-tanda siswa yang mulai kehilangan konsentrasinya
antara lain pandangan yang selalu mengarah ke luar kelas, menutup buku, berbicara
dengan teman sekelas, menutup buku, berbicara dengan teman sebangkunya, gelisah, dan
selalu menoleh ke berbagai arah. Langkah-langkah yang dapat diambil oleh guru adalah
pertama, memberi teguran langsung, teguran yang tidak bersifat wajar menimbulkan
siswa minder. Kedua, memberikan bimbingan secara personal. Mengajak siswa untuk
berbagi mengenai kesulitan siswa dalam berkonsentrasi dan bersama-sama mengatasi
persoalan siswa dengan metode yang sesuai.

21
Salman Rusydie, Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), hal78-99.

68
c. Siswa kurang bersemangat, Ciri-ciri menurunnya semangat belajar siswa dapat dilihat
dari seringya siswa membolos, tidak mengerjaan tugas, lebih senang bermain ketia di
kelas, terliha suntuk, dan mengantuk, serta menunjukan sikap tidak betah di dalam kelas
ketika pelajaran sedang berlangsung. Langkah sederhan yang dapa ditempuh ialah
memperhatikan kerapian perangkat utama mengajar, berkreasi di dalam kelas, bernyanyi
atau memainkan musik yang ringan, dan bermain teka-teki.
d. Siswa egois, tampak sekali terutama ketika siswa dilibatkan dalam suatu tugas kelompok.
Selain mengganggu siswa, sika egois juga dapat merusak iklim bekerja sama, memicu
tumbuhnya sifat individualisme, serta rentan munculnya konflik. Langkah yang dapat
diambil oleh guru diantaranya menghadapi siswa dengan tenang, lemah lembut,
pengertian dan tidak memarahi siswa agar guru dapat menilai siswa secara subjektif.
e. Siswa yang suka merajuk, bukan hanya guru dan yang merasa terganggu kebiasaan
merajuk ini, siswa yang lain juga akan mudah terpancing dan terganggu konsentrasi
belajarnya ketika siswa perajuk ini mulai berulah. Langkah yang dapat diambil oleh guru
diantaranya memberi bujukan secara halus, membuat janji dengan siswa yang mudah
ditepati dan jelaskan tentang kebiasaan buruknya serta menghindari memberian ancaman
kepada siswa.
f. Siswa pemalu, akan sulit untuk diketahui kemampuan atau potensinya di antara siswa-
siswa yang lain. Langkah yang dapat iambil oleh guru antara lain memberi semangat,
memotivasi siswa agar memiliki keberanian, dan mengikut sertakan siswa dalam kegiatan
sekolah.

6. Lingkungan ruang kelas


Dalam hal menata fisik kelas banyak hal yang bisa dilakuan pendidik seperti:

a. Menata ruang kelas, Seorang pendidik dituntut agar mampu menata ruang kelas.
Penataan ruang kelas dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang menggairahkan.
Pengaturan ruang kelas hendaknya memungkinan peserta didik duduk berkelompok dan
memudahkan pendidik bergerak secara leluasa. Penataan ruang kelas diatur berdasarkan
tujuan pendidikan, waktu yang tersedia, dan kepentingan pelaksanaan strategi
pembelajaran.

69
b. Mengatur tempat duduk peserta didik dengan tertib dan teratur, Tempat duduk
mempengaruhi peserta didik dalam belajar. Peserta didik dapat belajar dengan baik dan
tenang bila didukung dengan tempat duduk yang bagus, tidak terlalu rendah dan tidak
terlalu tinggi, tidak terlalu besar, tidak berat, bundar, persegi dan sesuai dengan postur
tubuh peserta didik.
c. Mengatur alat-alat pendidikan, Diantara alat pendidikan di kelas yang harus diatur adalah
perpustakaan kelas, alat peraga/media pendidikan, papan tulis, spidol, kapur tulis, dan
penghapus.
d. Menata keindahaan dan kebersihan
a) Pemanfaatan hiasan dinding untuk kepentingan pendidikan, misalnya gambar
presiden dan wakil presiden, peta, slogan pendidikan dan hiasan dinding lainnya.
b) Lemari ditempatkan di depan peserta didik sedangkan lemari alat-alat diletakkan di
belakang peserta didik.
c) Pemeliharan kebersihan dilakukan setiap hari.
d) Ventilasi disesuaikan dengan ruangan kelas
e) Perhatian pada pengaturan cahaya sehingga cukup.
f) Cahaya masuk dari arah kiri, jangan berlwanan dengan bagian depan.
e. Mengatur peserta didik, Pengelompokkan peserta didik dilakukan menurut kesenangan
berkawan, menurut kemampuan, dan mnurut minat. Proses pembentuan kelompok
tersebut dapat ditentukan oleh peserta didik, diserahkan kepada peserta didik, atau
dilakukan oleh peserta didik atas usul peserta didik. Peserta didik akan menghargai
pendidik ketia seorang pendidik bersiap konsisten.22

Pengaturan secara fisik ruang kelas dapat meminimalisasi perilaku mengabaikan tugas dan
mengundang minat belajar siswa. Jadikan hal-hal berikut ini sebagai bagian tetap dari persiapan
mengajar siswa:

a. Selalu kreatif dalam mengatur ruang kelas. Guru tidak perlu terpaku pada letak
tradisional atau konvensional dimana segala sesuatunya tersusun dalam segi empat.
Formasi tempat duduk yang dapat digunakan antara lain konvensional, auditorium,

22
Badrudin, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: Indeks, 2014), hal 113-115.

70
cevron, kelas huruf U, meja pertemuan konferensi, pengelompokan terpisah atau
Breakout Grouping, tempat kerja, kelompok untuk kelompok, lingkaran dan periferal.
b. Rencanakan pola lalu lintas sesuai dengan yang diinginkan. Jika meja siswa tepat
berhadapan dengan area padat, tempat tersebut tidak terhidarkan dari gangguan saat siswa
lain berada disana. Hindari pola yang mencitaan kemampatan dengan membuat
membariskan siswa pada jalur tertentu.
c. Saat melakukan kegiatan dengan kelompok-kelompok kecil siswa, tempatkan kursi setiap
kelompok sedemikian sehingga setiap kelompok membelakangi kelompok lain. Hal ini
bertujuan untu menghindari gangguan dari siswa lain dan guru dapat memonitor seluruh
siswa.
d. Jika ada asisten kelompok yang memimpin masing-masing kelompok guru dapat
membawa catatan dan berkeliling untuk mengawasi kegiatan seluruh siswa.
e. Jaga ruangan agar tetap rapi. Membiasakan siswa untuk membersihkan dan merapikan
kelas setelah kegiatan belajar-mengajar usai. Membersihkan dan merapikan kelas tentu
aan memaan waktu yang lama tetapi dapat menghemat waktu berikutnya dan
menghindari kerusakan yang akan timbul kemudian.
f. Gunakan poster, dekorasi, lambang, tanda, artefak, dan tampilan yang mencitaan suasana
terbuka. Ubah secara teratur untuk mengambarkan topik yang sedang dipelajari di kelas.
g. Sebelum kelas dimulai, lakukan pemeriksaan terhadap ruangan kelas untuk melihat
kerusakan-kerusakan yang terjadi maupun kotoran yang tidak tampak. Laporkan kepada
pihak yang berwenang agar segera melakukan perbaikan. Kerjakan hal-hal kecil yang
mampu dikerjakan untuk mempersingkat waktu dalam perbaikan kelas.23

B. Pentingnya Penciptaan Iklim Kelas


Pentingnya Penciptaan Iklim Kelas secara rasional iklim kelas memang Berpengaruh
terhadap motivasi belajar. Hal ini jelas bahwa untuk memunculkan motivasi belajar dan
memelihara konsistensi dorongan belajar sangat ditentukan oleh kondusif tidaknya lingkungan
kelas di mana tempat pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu sangat penting untuk benar-
benar lingkungan kelas yang berpihak pada kebutuhan dan minat belajar peserta didik agar
motivasi belajarnya semakin terus meningkat. Akan tetapi dengan tidak melupakan scope yang

23
Ronald L. Partin, Kiat Nyaman Mengajar di dalam Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2012), hal 12-
13.

71
lebih besar, lingkungan (baca: iklim) sekolah juga mesti di bangun, sebab ada kemungkinan
tidak bisa dibangunnya iklim kelas yang kondusif disebabkan oleh iklim sekolah yang tidak
kondusif.24

Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan iklim kelas yang berkualitas dan
kondusif guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun beberapa faktor yang perlu
diperhatikan tersebut antara lain, yaitu:

Pada faktor yang pertama, pendekatan pembelajaran berorientasi pada bagaimana siswa
belajar (student centered), mengandung pengertian bahwa proses pembelajaran hendaknya
diarahkan pada siswa yang aktif mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya.
Dengan demikian, proses pembelajaran yang dilaksanakan hendaknya berusaha memberi
peluang terjadinya proses aktif siswa dalam mengkonstruksi atau membangun sendiri
pengetahuannya. Dalam pendekatan ini yang perlu dilakukan guru adalah membantu siswa
membangun pengetahuan sendiri di dalam benaknya, dengan cara membuat informasi
pembelajaran menjadi sangat bermakna dan relevan bagi siswa.

Faktor kedua, adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif siswa dalam proses
kegiatan pembelajaran akan mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya, dan
berani mengkritisi materi pembelajaran yang sedang dibahas. Dengan demikian siswa akan
terbiasa untuk berpikir kritis, kreatif, dan terlatih untuk mengemukakan pendapatnya tanpa
adanya perasaan minder atau rendah diri.

Faktor ketiga, guru hendaknya bersikap demokratis dalam memeneg kegiatan pembelajaran.
Goodlad yang menyatakan bahwa setting demokrasi merupakan pemberian kesempatan seluas-
luasnya pada siswa untuk belajar, yaitu bahwa sekolah menjadi tempat yang nyaman bagi siswa
untuk semaksimal mungkin mereka belajar. Kemampuan guru dalam menanamkan setting
demokrasi pada siswa sangat berpengaruh terhadap pencapaian misi pendidikan. Dengan
demikian suasana pembelajaran yang disetting secara demokratis sangat penting untuk
menciptakan proses pembelajaran yang kondusif, berkualitas dan bermakna.

24
Juniman Silalahi, Pengaruh Iklim Kelas terhadap Motivasi Belajar Jurnal Pembelajaran,
(Volume 30 No.02, Universitas Negeri Padang Press, 2008), hal 24-25.

72
Keempat, setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran hendaknya dibahas
secara dialogis. Hal ini karena proses dialogis dalam interaksi pembelajaran lebih mendudukkan
siswa sebagai subyek didik yang mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam setiap
interaksi pembelajaran. Proses dialogis juga akan mampu mengembangkan pemikiran kritis
siswa dalam membahas dan menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dalam proses
pembelajaran. Sebagaimana pandangan Freire seorang praktisi pendidikan yang banyak
menggagas pendidikan liberatif menyatakan bahwa dengan dialog akan memungkinkan
munculnya pemikiran kritis, karena hanya dialoglah yang memerlukan pemikiran kritis. Dengan
demikian proses dialogis cukup penting peranannya dalam menciptakan iklim pembelajaran yang
kondusif dan berkualitas.

Kelima, lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa sehingga memotivasi belajar
siswa dan mendorong terjadinya proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan
dalam menyetting lingkungan kelas yang kondusif untuk belajar siswa yaitu dengan cara
mengatur tempat duduk atau meja-kursi siswa secara variatif dan pengaturan perobot sekolah
yang cukup artistik, serta pemanfaatan dinding-dinding rungan kelas sebagai media penyampai
pesan pembelajaran. Pengaturan setting tempat duduk hendaknya dilakukan sesuai kebutuhan
dan strategi pembelajaran yang digunakan. Pesan yang ditempel di dinding hendaknya
kontekstual dengan materi pembelajaran.

Oleh karena itu, icon-icon, grafis-grafis di dinding yang memuat pesan pembelajaran
hendaknya selalu di perbaharui atau diganti-ganti setiap bulannya.

C. Perkembangan Komunitas di Kelas


Komunitas belajar adalah suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki
ketertarikan dan tujuan yang cenderung bersifat akademik. Komunitas belajar berfokus pada visi
kelompok dengan bekerja sama membagi pengetahuan dengan tujuan akademik. Lebih lanjut
disebutkan bahwa komunitas belajar, sebagai pendekatan belajar-mengajar, menyediakan
lingkungan bagi peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kinerja
akademiknya, di mana proses belajar-mengajar itu terjadi di antara anggota yang pada umumnya
rekan mereka. Jadi, dalam komunitas belajar terjadi proses belajar-mengajar tanpa menggunakan
istilah guru-peserta didik, tutor-murid, dan istilah sejenisnya.

73
Pengembangan Komunikasi Sekolah Komunikasi merupakan hal yang sangat penting
Komunikasi memegang peranan penting dalam menunjang kelancaran aktifitas. Tanpa
komunikasi maka maksud bersama tidak dapat dipahami dan diterima oleh semua anggota
organisasi. Selain itu tanpa komunikasi maka tidak terjadi koordinasi yang menyebabkan
tercapainya tujuan organisasi. Komunikasi merupakan hal yang sangat pokok bagi eksistensi
suatu organisasi.

Komunikasi adalah sangat penting dalam menangani semua masalah yang muncul dalam
setiap organisasi. Komunikasi sangat penting bagi pembuatan putusan. Agar bisa membuat
putusan yang rasional diperlukan tersedianya semua keterangan yang mungkin tentang alternatif-
alternatif serta konsekuensi-konsekuensinya. Keterngan serupa hanya dapat dibuat melalui
komunikasi Demikian juga kekuatan merancang, mengorganisasi, dan menilai selalu bergantung
kepada kualitas komunikasi.25

Adapun cara Agar komunikasi menjadi efektif maka komunikasi harus dilakukan dengan
proses tiga arah, Yaitu:

1. Komunikasi ke bawah
Komunikasi kebawah biasanya mengenai soal-soal kebijaksanaan, prosedur, instruksi atau
keterangan yang bersifat umum. Komunikasi tersebut dapat melalui tatap muka, telepon, surat
edaran, papan pengumuman, maupun alat lain. Praktek yang baik yaitu apabila administrator
menyampaikan informasi dan instruksi itu hanya kepada orang-orang yang berada langsung
dibawahnya.

2. Komunikasi ke atas
Dalam sistem sekolah komunikasi ke atas berjalan dari guru ke kepala sekolah ke kepala
kantor pendidikan ke menteri pendidikan. Komunikasi keatas membantu administrator untuk
mengetahui apkah pikiran-pikiran yang disalurkan ke bawah dapat diterima, menggalakkan para
anggota untuk menyumbangkan ide-ide berharga, dan memugkinkan administrator untuk
menghindarkan administrator dari situasi sulit yang mungkin timbul. Selain itu komunikasi ke
atas memungkinkan paraanggota untuk dapat lebih menyesuaikan diri dengan tujuan sekolah dan
program-programnya.
25
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional, (Bandung:
Angkasa, 1989), hal 45.

74
3. Komunikasi ke samping atau mendatar
Komunikasi mendatar adalah bentuk lain dari komunikasi organisasional. Komunikasi
mendatar penting karena memungkinkan penyebaran keterangan dan pikiran di kalangan para
anggota staf sendiri dan membantu menjalin mereka menjadi kelompok profesional dan sosial
yang terpadu. Komunikasi ini memungkinkan guru-guru untuk dapat berkomunikasi dengan
sesama guru, kepala sekolah dengan kepala sekolah lain, pengawas dengan pengawas lain.26

Terdapat tiga hal lain yang menjadi alasan seseorang bergabung dengan komunitas belajar:

1. Ketertarikan, Ketertarikan bisa menjadi alasan seseorang untuk bergabung dalam suatu
komunitas belajar. Ketertarikan yang dimaksud seperti ketertarikan terhadap orang-orang
yang bergabung dalam komunitas belajar tersebut. ketertarikan tersebut berupa
ketertarikan pada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh komunitas tersebut di mana
seseorang menganggap bahwa kegiatan itu menyenangkan untuk dilakukan. Menurut
Brown, Dunlop, dan Scally bagi banyak siswa, motivasi untuk mengikuti suatu kegiatan
tertentu adalah karena mereka berpikir hal itu menyenangkan dan berguna.
2. Konten Belajar, Menurut Dziubinski konten yang diajarkan dalam komunitas belajar
menjadi daya Tarik tersendiri sehingga seseorang ingin bergabung di dalamnya. Mungkin
apa yang diajarkan dalam suatu komunitas belajar sedang dibutuhkan oleh seorang
individu, maka hal tersebut bisa menjadi alasan baginya untuk bergabung dalam
komunitas belajar.
3. Relevansi dengan Karier, Karier saat ini atau di masa depan juga bisa menjadi alasan
seseorang bergabung dengan komunitas belajar. Seseorang yang bercita-cita menjadi
seorang guru mungkin akan bergabung dengan komunitas belajar yang bisa
memfasilitasnya untuk mengembangkan pengetahuan dan kecakapannya dalam mengajar
atau berbagi ilmu.

26
Muhammad,Komunikasi Organisasi,(Jakarta: PTBumi Aksara, 2002), hal 63.

75
BAB IX
PENGATURAN RUANG KELAS

A. Pengaturan Ruang Kelas Dalam Pembelajaran

1. Pengertian Pengaturan Ruang Kelas

Pengaturan berasal dari kata dasar atur. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, atur
berarti disusun baik-baik, tertib, rapi, berbaris rapi. Kata kerjanya adalah mengatur yang berarti
membuat atau menyusun sesuatu menjadi teratur (rapi), menata, mengurus, merangkai, dan
menyusun. Sementara pengaturan merupakan proses, cara, dan perbuatan mengatur. Israwati
dalam Benjamin & Arifin, menjelaskan ruang kelas ialah tempat pembelajaran berlangsung.
Pengaturan kondisi ruang kelas ialah bentuk dari kemampuan seorang guru dalam mengelolah
atau memanajemen kelas dan menciptakan suasana pembelajaran yang baik bagi siswa, sehingga
guru dan siswa akan selalu terlibat dalam berbagai kegiatan belajar mengajar. Menurut Budiya,

76
pengaturan ruang kelas ialah suatu cara guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
kelas sedemikian rupa sehingga siswa dapat mencapai tujuan pengajaran efisien dalam kegiatan
belajar mengajar. Jadi, pengaturan ruang kelas dapat didefenisikan sebagai kegiatan mengurus
dan menata segala sarana belajar yang terdapat di dalam ruang kelas oleh guru. 27

2. Pentingnya Pengaturan Ruang Kelas Dalam Pembelajaran

Pengaturan ruang kelas merupakan kegiatan yang terencana dan sengaja dilakukan oleh
guru (pendidik) dengan tujuan menciptakan dan mempertahan kondisi yang optimal, sehingga
diharapkan proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tercapai
tujuan pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa pengaturan ruang kelas merupakan kegiatan
pengaturan untuk kepentingan pembelajaran. Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan,
perlu diperhatikan pengaturan/penataan ruang kelas belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang
kelas hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak
secara leluasa untuk membantu siswa dalam belajar. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam
pengaturan ruang kelas diantarannya:28

1) Ukuran dan bentuk kelas


2) Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa
3) Jumlah siswa dalam kelas
4) Jumlah siswa dalam setiap kelompok
5) Jumlah kelompok dalam kelas
6) Komposisi dalam kelompok (seperti siswa pandai dengan siswa kurang pandai, pria
danwanita).

Pengaturan ruang kelas sendiri merupakan upaya yang dilakukan oleh guru dalam
menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, berikut ini disebutkan beberapa
pentingnya pengaturan ruang kelas dalam pembelajaran, yaitu:29
27
Fajrianti, Sitti Hermayanti Kaif, Mitrakasih La Ode Onde, Manajemen Kelas, (Surabaya: Inoffast
Publishing, 2022), hal.46.

28
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar mengajar, (Jakarta: PT. Cipta Neka, 2006), hal. 204.

29
Ismah, Utami Budiyanti, Pengaturan Ruang Kelas, Jurnal Cakrawala Ilmiah, (Vol.1, No. 10, Juni 2022),
hal. 2595.

77
1) Untuk mencapai hasil belajar yang efektif
2) Mempengaruhi semangat belajar siswa
3) Menciptakan kondisi belajar yang kondusif
4) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin.
5) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi
pembelajaran.
6) Menyediakan dan mengatur fasilitas belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa
belajar sesuai lingkungan, sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
7) Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta
sifat-sifat individunya.

B. Menciptakan Lingkungan Yang Kondusif Untuk Belajar

1. Pengertian Lingkungan Belajar Kondusif

Lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang
senantiasa berkembang. Disamping itu dapat pula dikemukakan bahwa lingkungan pribadi yang
membentuk suasana diri, suatu yang lebih bersifat pribadi. Dalam membentuk pribadi yang dapat
dikembangkan ke dalam suasana kelas, peran dan pengaruh guru amat besar. Guru membentuk
suatu lingkungan yang bersuasana tenang menggairahkan sehingga memungkinkan keterbukaan
hati siswa untuk menerima pengaruh didikan.30

Suasana pembelajaran dapat menyenangkan bagi siswa jika guru dapat menghadirkan dan
memanfaatkan humor dengan tepat. Untuk membantu guru mencipatkan kondisi pembelajaran
dan suasana interaksi yang dapat mengundang dan menantang siswa untuk berkreasi secara aktif,
pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan berarti materi yang disampaikan guru dapat
diterima dengan mudah oleh siswa dan siswa akan lebih tertarik mendalami materi yang
disampaikan oleh guru.

30
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Inofatif
Lingkungan Kreatif Menyenagkan, Cet.V, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), hal.137.

78
Adapun karakteristik lingkungan yang baik itu diantaranya adalah kelas yang memiliki
sifat merangsang dan menantang siswa untuk selalu belajar, memberikan rasa aman dan
kepuasan dalam mencapai tujuan belajar.31

Berdasarkan pendapat diatas, bahwa suasana lingkungan belajar yang kondusif berkaitan
erat dengan kualitas pembelajaran siswa. Kelas yang kondusif dapat menghindarkan siswa dari
kejenuhan, kebosanan dan kelelahan psikis sedangkan disisi lain kelas yang kondusif akan dapat
menumbuhkan minat motivasi dan daya tahan belajar.

Lingkungan yang kondusif harus ditunjang oleh berbagai fasilitas belajar yang
menyenangkan seperti sarana, laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru,
hubungna yang harmonis antara siswa dengan guru dan diantara para siswa itu sendiri, serta
penataan organisasi dan bahan pelajaran secara tepat, sesuai dengan kemapuan dan
perkembangan siswa. Iklim belajar yang menyenangkan akan membangkitkan semangat dan
menumbuhkan aktifitas serta kreatifitas siswa.

Menurut Taguiri, iklim sebagai karakteristik keseluruhan dari lingkungan yang berada di
lingkungan sekolah terbagi atas empat dimensi, yakni:

a) Ekologi/fisik
Ini merujuk kepada aspek fisik dan material sebagai faktor sekolah (input), yang meliputi,
1) Kebersihan
2) Keamanan
3) Penggunaan sumber daya
4) Kenyamanan
5) Keindahan
b) Aspek sosial
Dari aspek ini perlu dibudayakan saling menghormati, rasa tanggung jawab, kerja sama,
kebanggaan, kesetiaan, dan kegembiraan serta keadilan.
c) Sistem sosial
Ini menunjukkan kepada aspek struktur administrasi, bagaimana cara membuat
keputusan, pola komunikasi dikalangan anggota organisasi termasuk organisasi sekolah.
31
Sulistryorini, Manajemen Pendidikan Islam, Cet.1, (Yogyakarta: TERAS, 2009), hal.91.

79
d) Budaya sekolah
Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi prilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktekkan oleh kepala sekolah, guru, petugas
administrasi, siswa dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas,
karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas.

Dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan tertib tidak selalu identik
dengan keberadaan dan kondisi fisik sekolah beserta fasilitasnya, tetapi lebih mengacu kepada
tata hubungan sosial dan psikologis yang harmonis dalam lingkungan sekolah.

Dalam kegiatan proses pembelajaran guru berperan sebagai pembimbing. Guru harus
berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi kepada siswa agar terjadi proses interaksi
yang kondusif dalam proses pembelajaran dikelas, sekaligus guru harus siap menjadi mediator
dalam situasi kegiatan pembelajaran sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang guru
akan menjadi panutan bagi siswanya.
Adapun empat dasar dalam menata kelas dalam belajar yaitu:32
a. Kurangi kepadatan ditempat.
b. Pastikan guru dapat melihat semua siswa.
c. Materi pelajaran dan perlengkapan siswa harus mudah diakses.
d. Pastikan semua siswa dapat melihat prestasi kelas
Dalam hal ini menata kelas dalam belajar perlu adanya gaya penataan tempat duduk
dalam kelas agar proses pembelajaran dapat tercaspsi secara efektif dan efesien.

Adapun gaya penataaan tempat duduk dalam ruang kelas yaitu:


a. Penataan kelas gaya auditorium

32
Syaifurahman dan Tri Ujiati, Manajemen Dalam Pembelajaran, Cet.1, (Jakarta: PT. Indeks, 2013),
hal.111.

80
Penataan kelas tradisional, semua siswa duduk menghadap ke guru. Penataan ini
membatasi kontak siswa tatap muka dan guru bebas bergerak ke mana saja.
b. Gaya tatap muka face to face
Penataan kelas saling berhadapan model penataan seperti ini lebih besar dari pada
gaya auditorium.
c. Gaya off set
Penataan meja belajar biasanya siswa 3-4 siswa duduk di bangku tetapi tidak
berhadapan langsung satu sama lain.
d. Gaya seminar
Penataan meja belajar dengan berbentuk lingkaran, dan bentuk U, jumlah 10 siswa
atau lebih. Ini akan efektif ketika guru ingin agar para siswanya berbicara satu sama
lain.
e. Gaya klaster cluster
Susunan tempat duduk dengan melingkar dengan jumlah 4-8 siswa gaya ini cocok
untuk diskusi kelompok dan kerja membuat suatu hasil karya.33
Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendesain ruang kelas yaitu:
a. Perabotan
Perabotan seperti meja, kursi, rak, buku peralatan dan lain-lain.
b. Penerangan
Penerangan ruang kelas yang kurang terang akan dapat menyebabkan kelelahan pada
mata dan menyebabakan sakit kepala, sehinggah memengaruhi semangat siswa dan guru
dalam melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah penerangan yang cukup baik dapat
diperoleh jika tersedia jendela dan ventilasi yang cuku.34
Dalam hal ini perabotan seperti meja, kursi, rak, buku dan lain-lain sangat penting, untuk
itu pastikan perabotan diruang kelas perlu dilengkapi dan begitu juga dengan penerangan ruang

33
Syaifurahman dan Tri Ujiati, Manajemen Dalam Pembelajaran, Cet.1, (Jakarta: PT. Indeks, 2013),
hal.112-114.

34
Syaifurahman dan Tri Ujiati, Manajemen Dalam Pembelajaran, Cet.1, (Jakarta: PT. Indeks, 2013),
hal.139-140.

81
kelas agar penataan tempat duduk tidak membuat penerangan dari luar menyilaukan penglihatan
siswa.

Adapun karakteristik lingkungan yang kondusif yaitu:


a. Gedung, halaman, dan peralatan sekolah bersih dan terawat.
b. Orang tua dapat melihat hubungan yang positif antara masyarakat, sekolah, dan
lingkungan.
c. Mekanisme untuk partisipasi siswa dalam organisasi sekolah jelas, misalnya anturan
untuk menjadi perwakilan kelas.
d. Sekolah mempunyai aturan atau kebijakan yang dirumuskan dengan jelas mengenai isu-
isu disiplin, menggangu siswa lain, dan kesejahteraan siswa lainnya.
e. Guru, orang tua dan siswa memahami aturan atau kebijakan tersebut.
f. Isu-isu gangguan terhadap siswa dan disiplin siswa didiskusikan dengan warga sekolah.
Karakteristik lingkungan yang kondusif bukan hanya dilihat dari gedung, halaman,
peralatan sekolah tetapi perlu juga menjaga hubungan yang baik terhadap sesama serta mentaati
aturan sekolah yang telah ditetapkan.

Lingkungan yang kondusif antara lain dapat dikembangkan melalui berbagai layanan dan
kegiatan sebagai berikut:

a) Memberikan pilihan bagi siswa yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas
pembelajaran. Pilihan dan pelayanan individual bagi siswa, terutama bagi mereka yang
lambat belajar akan membangkitkan nafsu dan semangat belajar, sehingga membuat
mereka betah belajar disekolah.
b) Memberikan pembelajaran remedial bagi para siswa yang kurang berprestasi, atau
berprestasi rendah. Dalam sistem pembelajaran klasikal, sebagian siswa akan sulit
mengikuti pembelajaran secara optimal, dan menuntun peran ekstra guru untuk
memberikan pembelajaran remedial.
c) Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, dan aman bagi
perkembangan potensi seluruh siswa secara optimal.
Termasuk dalam hal ini, adalah penyediaan bahan pembelajaran yang menarik dan
menantang bagi siswa, serta pengelolaan kelas yang tepat, efektif, dan efesien.

82
d) Menciptakan kerja sama saling menghargai baik antara siswa maupun antara siswa
dengan guru dan pengelola pembelajaran lain. Hal ini mengandung implikasi bahwa
setiap siswa memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengemukakan
pandangannya tanpa ada rasa takut mendapatkan sanksi atau dipermalukan.
e) Melibatkan siswa dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran. Dalam hal ini,
guru harus mampu memposisikan diri sebagai pembimbing dan manusia sumber. Sekali-
kali, cobalah untuk melibatkan siswa dalam proses perencanaan pembelajaran, agar
mereka merasa bertanggung jawab terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
f) Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama antara siswa dan
guru, sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator, dan sebagai sumber
belajar.
Secara umum, kondusif tidaknya suatu kelas sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama,
faktor internal dan faktor eksternal siswa. Faktor internal siswa biasanya berhubungan erat
dengan masalah-masalah emosi, pikiran, dan perilaku siswa. Sementara faktor eksternal siswa
biasanya sangat erat dengan masalah lingkungan dimana mereka belajar, penempatan siswa,
pengelompokan, jumlah, dan bahkan lingkungan keluarga.35

Jadi untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, perlu memperhatikan dan
memahami karakter siswa yang berbeda-beda perilakunya serta pengaturan atau penataan ruang
kelas dalam belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan siswa
duduk berkelompok agar memudahkan guru yang masuk mengajar bergerak secara leluasa.

2. Faktor Penentu Terciptanya Suasana Belajar Yang Kondusif

Adapun faktor terciptanya suasan belajar kondusif yaitu:


a) Suasana dalam kelas
Guru menjadi pihak yang paling bertanggungjawab dalam pengelolaan pembelajaran di
ruang kelas.
Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan sangat menentukan kondusif tidaknya
suasana belajar. Kemudian bagaimana guru menguasai situasi belajar siswa. Guru tidak
hanya perlu menguasai dinamika kelas yang dihuni oleh berbagai sifat dan watak siswa.

35
Salman Rusyid, Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas, Cet.1, (Jogjakarta: DIVA Press, 2011), hal.33.

83
Jika guru tidak mampu menguasai dinamika kelas, suasana kelas akan ribut dari sikap dn
perbuatan siswa yangb beraneka ragam.
b) Lingkungan di sekitar kelas
Suasana belajar yang kondusif akan tercipta apabila didukung dengan suasana yang
nyaman dan tentram di sekitar kelas atau sekolah. Lokasi sekolah yang terlalu dekat
dengan keramaian seperti pasar, pinggiran jalan raya atau pabrik cenderung mengganggu
kosentrasi siswa dalam belajar. Tidak hanya persoalan bunyi, bau tidak sedap juga dpat
mengganggu kosentrasi siswa dalam belajar. Sekolah yang berada terlalu dekat dengan
areal peternakan atau perkebunan karet misalnya, akan membuat suasana belajar menjadi
tidak kondusif. Jadi, suasana belajar yang kondusif akan tercipta apabila suasana di
ruangan kelas dan lingkungan sekitarnya, mendukung terlaksananya proses belajar siswa.
Proses belajar yang kondusif akan menhantarkan siswa pada hasil belajar yang optimal.
c) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran
Faktor intern
1) Faktor jasmani
 Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari
penyakit. Jika badan tidak sehat proses belajar seseorang akan tergangu, selain itu juga
akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, dan hal ini semuanya akan
menggangu proses pembelajara yang sedang berlangsung.
 Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik mengenai
tunuh. Faktor kesehatan dan cacat tubuh merupakan salah satu faktor penentu dalam
berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Karena jika seseorang pelajar itu sedang
sakit atau cacat, maka dalam proses pembelajaran merekaAkan sering merasa
terganggu dengan keadaan fisik mereka sehingga pembelajaran tidak dapat
berlangsung dengan baik.

2) Faktor psikologis
 Intelegensi

84
Intelegensi sangat besar pengaruhnya pada proses pembelajaran. Siswa yang
mempunyai intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada siswa yang
berintelegensi rendah.
 Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai
perhatian terhadap bahan pelajaran yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak
menjadi perhatian bagi siswa maka akan timbul kebosanan, sehingga siswa tidak akan
lagi suka belajar.
 Minat dan Bakat
Minat dan bakat besar pengaruhnya terhadap belajar. Karena bila bahan pelajaran yang
dipelajari tidak sesuai dengan minat ataupun bakat siswa, maka siswa tidak akan
belajar dengan sebaik-baiknya.
 Motif
Motif sangatlah berkaitan erat dengan tujuan. Jadi dalam proses pembelajaran haruslah
diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik dan
benar.
 Kematangan dan Kesiapan
Kematangan belum berarti siswa dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus
untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Kesiapan erat hubungannya dengan
kematangan, kesiapan tersebut berarti berupa kesiapan dalam melakukan kecakapan.36
Faktor Ekstern
1) Faktor keluarga
Keluarga membawa pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan setiap orang. Begitu
juga dalam proses pembelajaran. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga seperti cara orang tua mendidik, hubungan antar keluarga, keadaan ekonomi
keluarga, suasana rumah, perhatian, dan pengertian orang tua dan lainnya.

2) Faktor sekolah

36
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Cet. II, (Jakarta: PT. Raja Grindo Persada, 2011), hal.63-64.

85
Faktor sekolah yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran adalah seperti metode
mengajar, kurikulum, hubungan guru dan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah dan lain sebagainya.
3) Faktor masyarakat
Faktor masyarakat yang mempengaruhi pembelajaran adalah kegiatan siswa dalam
masyarakat, massa media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
C. Mengatur Ruang Kelas

Dengan adanya penataan atau pengaturan ruang kelas, maka tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik. Ada beberapa asumsi dasar dalam mengatur ruang kelas yang dapat
mendukung proses pembelajaran, diantaranya yaitu:

1) Pertama dan terpenting dari menejemen ruang kelas adalah tentang menciptakan lingkungan
ruang kelas yang didalamnya semua siswa merasa aman dan nyaman dan dapat
memaksimalkan belajar akademis dan keterampilan sosial yang penting. Ketika guru dan
siswa menciptakan tipe- tipe setting ruang kelas, siswa cenderung membuat pilihan yang
baik dan belajar mereka ditingkatkan
2) Pengaturan kelas pasti berhubungan dengan instruksi yang efektif, siswa akan cenderung
bertindak secara bertanggung jawab dan belajar mereka akan meningkat ketika mereka
terlibat secara sukses dan aktif dalam perencanaan yang penuh arti yang relevan dengan
pengetahuan dan keahlian.
3) Pengaturan kelas harus meningkat rasa kepemilikan siswa tanggung jawab dan perasaan
keyakinan personal siswa yang berkaitan dengan belajar mereka.
4) Pengaturan ruang kelas meliputi metode untuk membantu siswa mengembangkan keahlian
prilaku baru yang dapat membantunya dalam bekerja sama dan berhasil bersama orang lain.
5) Pengaturan ruang kelas yang efektif memerlukan guru yang menjaga nilai-nilai dan
keyakinannya tentang pentingnya bekerjasama dengan siswa.
6) Pengaturan kelas meliputi perencanaan yang bermanfaat dan memfokuskan pada
pertumbuhan profesional.
Keduanya adalah aktifitas personal dan profesional yang memerlukan penggabungan
pengetahuan dan keahlian profesional seseorang dengan perhatian terhadap keinginan dan
kebutuhan siswa termasuk perkembangan mereka dan nilai budaya mereka.

86
Menurut Carolyn dan Edmud, ada 4 kunci bagi guru untuk melakukan pengaturan ruang
kelas yang baik, yaitu:37

1) Jadikalah wilayah sirkulasi dan mobilitas siswa tinggi dan bebas dari kemacetan.
2) Pastikan setiap siswa dapat di pantau dengan mudah oleh guru.
3) Menjaga agar isntrumen pengajar yang sering di gunakan dan perlengkapan siswa mudah
diakses.
4) Pastikan bahwa para siswa dapat dengan mudah melihat persentasi dan tampilan seisi
kelas.

Menerapkan tiap-tiap komponen dalam 4 kunci tersebut akan membantu guru dalam
merancang pengaturan ruang kelas sehingga dapat menciptakan iklim pembelajaran yang efktif
dan menyenangkan bagi siswa. Komponen-komponen di atas dapat di aplikasikan guru dengan
memperhatikan beberapa aspek penting pengaturan ruang kelas seperti:

1) Pengaturan ruang dinding dan langit-langit


Ruang dinding dan papan bulletin menyediakan tempat untuk menfasilitasi dalam
menampilkan ruang display hasil karya-karya siswa dan insitumen yang relavan dengan
pembelajaran seperti; tugas-tugas yang di berikan guru, pengaturan ruang kelas, jadwal
pelajaran, piket kelas, jam dinding, pernak-pernik hiasan dinding dan hal menarik
lainnya. Adapun ruang langit-langit ruangan langit juga bisa di gunakan untuk
menggantung benda-benda hasil karya siswa, dekorasi dan benda-benda yang bisa di
pindah-pindahkan untuk mempercantik ruang kelas.

2) Pengaturan ruang lantai


Salah satu titik mula yang baik bagi rencana pengaturan lantai ruang kelas adalah
menentukan di mana guru dan siswa akan menyelenggarakan pembelajaran kelas dengan
duduk di kursi, berdiri atau duduk di lantai dengan suasana yang santai. Maka guru harus
37
Carolyn, M.E & Edmud, T.E, Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2015).

87
menyediakan tempat atau tata letak ruang yang luas untuk siswa dapat berkumpul di
lantai dalam pembelajaran.

3) Pengaturan meja dan kursi siswa


Guru harus mementukan pengaturan tempat duduk yang di buat bervariasi untuk
menciptakan suasana baru dan menarik bagi siswa. Meja tulis sisa dapat di atur
berkelompok, berjajar, berbaris, melingkar, setegah lingkaran, dll. Disesuikan dengan
tujuan pembelajaran yang hendak di capai.

4) Pengaturan lemari dan material pembelajaran


Lemari buku yang berisi materi, bahan ajar atau buku pelajaran sebaiknya diletakkan di
mana tidak menghalangi dan menghambat siswa dalam mengakses. Maka letaknya harus
mudah di lihat, diakses dan di awasi dengan mudah serta tidak menghalagi jalan.
Pertimangan menggunakan lemari dorong lebih efektif untuk menyimpaan buku
pelajaran dan material lainnya yang mungkin harus di pindahkan dari posisi atau ke
posisi lain yang mudah di lihat.

5) Pengaturan meja tulis dan perlengkapan guru


Prinsip pengaturan meja di tulis guru dapat di atur menghadap para siswa dan pastikan
meraka dapat melihat guru dari tempat duduknya. Bukan keharusan meja tukis guru
berada di depan meja tulis siswa karna beberapa guru lebih suka menempatkan meja tulis
mereka di belakang ruagan di bandingkan didepan. Adapun perlengkapan guru sebaiknya
di simpan di meja tulisnya sendri dan selalu memperhatikan batasan perlengkapan pada
setiap tahun ajaran.

6) Pengaturan berkas portofolio siswa


Setiap siswa mempunyai dokumen portofolio yang berisi tugas-tugas dan pekrjaan
mereka selama di kelas, maka guru harus menempatkan portofolio siswa di tempat yang

88
mudah di jangkau atau di temukan dalam sususan alphabet, seperti di temple di tembok
kelas yang panjang atau di lemari kaca trasparan.

7) Pengaturan benda-benda musiman atau jarang di gunakan


Hiasan bertemakan hari libur dan musiman, tampilan bulletin, proyek khusus, busur
derajat, material seni tertentu dan perlengkapan ain yang di gunakan pada beberapa
keadaan tertentu dapat di simpan di lemari belakang ruangan untuk mengefektifkan
penggunaan dan tata ketak barang.

1. Pengaturan Kondisi Ruangan Kelas

Kegiatan belajar mengajar mencakup segala jenis kegiatan yang dengan sengaja
dilakukan, baik secara langsung ataupun tidak, yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan-
tujuan pembelajaran yang telah digariskan. Adapun faktor-faktor yang harus dilakukan
dalam penyelenggaraan kelas, yaitu:

1) Penataan Ruang Belajar.


Penataan ruang belajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan
lingkungan pembelajaran yang kondusif, melalui kegiatan pengaturan siswa dan
barang/fasilitas pembelajaran.
2) Ventilasi dan Tata Cahaya
Kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan didalam ruang kelas yaitu:
a. Ada ventilasi yang sesuai dengan ruangan kelas,
b. Sebaiknya tidak merokok,
c. Pengaturan cahaya perlu diperhatikan,
d. Cahaya yang masuk harus cukup,
e. Cahaya yang masuk jangan berlawanan dengan bagian depan.
3) Pemeliharaan Kebersihan dan Penataan Keindahan Ruang Kelas antara lain:
a. Siswa bergiliran untuk membersihkan kelas.
b. Guru memeriksa kebersihan dan ketertiban dikelas.
c. Memasang hiasan dinding yang mempunyai nilai edukatif (contohnya burung
garuda, teks proklamasi, slogan pendidikan, para pahlawan, peta/globe).

89
d. Mengatur tempat duduk siswa, lemari, rak buku, dan semacamnya secara rapi
(untuk penempatan buku diletakan di depan dan alat peraga di belakang).
e. Merapikan meja guru dengan memakai taplak meja, vas bunga, dan
sebagainnya.38

2. Pengaturan Lingkungan Fisik Kelas

Lingkungan fisik kelas berkaitan dengan penciptaan lingkungan yang baik dengan
mendesain tempat duduk siswa supaya tercipta suasana kelas yang mampu mendorong siswa
belajar dengan baik.

Seorang Guru hendaknya mampu menciptakan lingkungan kelas yang membantu


perkembangan peserta didik dengan teknik motivasi yang akurat serta menciptakan kontribusi
iklim kelas yang sehat. Sebuah lingkungan kelas hendaknya mencerminkan kepribadian guru,
perhatian dan penghargaan kepada siswa. Langkah-langkah praktis yang ditempuh dalam
pembentukan lingkungan fisik kelas adalah

1) Lingkungan fisik kelas harus bersih dan sehat, karena kebersihan kelas berpengaruh pada
kesehatan siswa.
2) Kelas adalah tempat siswa melakukan sebagian besar kegiatannya, sehingga berpengaruh
pada perkembangan peserta didik.
3) Kelas hendaknya menjadi suatu tempat yang indah dan menyenangkan, sehingga dinding
dihidupkan dengan hasil pekerjaan siswa. Karena benda didalam kelas mampu
menyampaikan pesan serta menjadi bulir vocal kegiatan belajar.
4) Tanggung jawab tentang keadan fisik kelas ditanggung bersama, sehingga siswa ikut
aktif membuat keputusan mengenai dekorasi, pameran dan sebagainya.
5) Pertimbangan tentang lingkungan fisik kelas meliputi : Penataan, dekorasi, gambar dan
fenomena yang dinamis.

38
Afriza, Manajemen Kelas, (Pekanbaru: Kreasi Edukasi Publishing and Consulting Company, 2014),
hal.67.

90
6) Lingkungan fisik kelas harus mengandung unsur kesehatan yang meliputi peredaran
udara, pencahayaan dan jarak papan tulis dengan siswa. Karena terdapat hubungan yang
erat antara lingkungan fisik kelas, iklim emosional dan moral seluruh siswa.39

3. Pengaturan Tempat Duduk Siswa

Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa memerlukaan tempat duduk yang tidak
mengganggu siswa, karena kurang aman atau tidak nyaman dipakai. Jika siswa duduk berjam-
jam di tempat duduk dengan keadaan tidak cukup aman dan tidak nyaman, mereka tidak akan
dapat berpikir tentang pelajaran tersebut dan terus menerus merasakan siksaan sebagai akibat
dari tempat duduk yang tidak nyaman.

Pada prinsipnya, kriteria tempat duduk yang memadai adalah tempat duduk yang bisa
menunjang kegiatan belajar mengajar, yaitu aman dan nyaman untuk dipergunakan. Di antara
aspek yang perlu diperhatikan mengenai tempat duduk di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Segi keamanan
Guru atau murid yang menempati tempat duduk tersebut benar-benar merasa aman
sehingga tidak perlu khawatir akan jatuh atau celaka. Dengan demikian mereka dapat
berkonsentrasi terhadap kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung.
2) Segi kenyamanan
Kenyamanan di sini bukan berarti tempat duduk itu harus empuk (tetapi jika mampu
demikian tidak masalah), melainkan tempat duduk tersebut cukup enak digunakan, dilihat
dari alas yang diduduki harus datar dan jangan sampai miring, mempunyai sandaran,
tidak terlalu ke depan atau ke belakang. Perbedaan tinggi antara tempat duduk dengan
tempat menulis harus memadai.
3) Segi Ukuran
Agar merasa aman dan nyaman, sebaiknya diperhatikan kondisi tempat duduk yang
memenuhi hal-hal berikut :
1. Tempat duduk guru lebih tinggi dari tempat duduk siswa, agar guru mudah
mengawasi setiap kegiatan siswa.
39
Afriza, Manajemen Kelas, (Pekanbaru: Kreasi Edukasi Publishing and Consulting Company, 2014), hal.68.

91
2. Meja dan kursi untuk siswa sebaiknya:
a) Terpisah, agar memudahkan pengaturan untuk kegiatan lainnya.
b) Bentuknya sederhana, kokoh, dan bahannya kuat.
c) Ukuran daun meja adalah 100cm x 50cm (standar)
d) Tinggi meja kurang lebih setinggi pinggul siswa.
e) Tinggi kursi kurang lebih setinggi lutut siswa.
3. Penyimpanan Sarana dan Prasarana
Sarana merupakan alat yang secara langsung dapat mendukung tercapainya tujuan
dalam pendidikan, contohnya ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dan lain-lain,
sedangkan prasarana merupakan alat yang tidak secara langsung dapat mendukung
tercapainya tujuan dalam pendidikan seperti lokasi/tempat, lapangan olahraga, uang
dan sebagainya.40
Di samping itu, ada beberapa tujuan tata ruang kelas secara khusus dapat di simpulkan, di
antaranya yaitu:

1) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin.
2) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi
pembelajaran.
3) Menyediakan dan mengatur fasilitas perabot kelas yang mendukung dan memungkinkan
siswa belajar sesuai lingkungan, sosial, emosional, dan intektual siswa dalam kelas.
4) Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta,
sifat-sifat individunya.

40
Afriza, Manajemen Kelas, (Pekanbaru: Kreasi Edukasi Publishing and Consulting Company, 2014), hal.69-51..

92
BAB XI
HAMBATAN – HAMBATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS

A.Pengenalan masalah anak

Berbagai bentuk perilaku anak akan ditemui oleh guru di sekolah, seperti anak agresif,
tak bisa tenang dan suka bertengkar, pemalu dan lebih suka menyendiri, suka menangis dan suka
memukul. Perilaku-perilaku tersebut merupakan tanda bagi guru bahwa mereka sedang
menghadapi masalah. Oleh karena itu guru perlu mengetahui penyebab dari masalah-masalah
yang dihadapi anak tersebut. Perilaku anak dikelas, didepan guru, teman-temannya atau di depan
orang lain disebabkan oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh anak, kondisi yang
dihadapinya dan disebabkan oleh berbagai keinginannya. Hal ini merupakan hasil interaksi
antara dirinya dengan semua aspek lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat umumnya.
Jone dan Jones (1980) mengatakan bahwa tingkah laku anak didalam kelas merupakan
pencerminan dari keadaan keluarganya. Keluarga yang kurang stabil menimbulkan ketegangan
pada anak, membuat mereka kurang berhasil memenuhi tuntutan akademik dan tuntutan sosial di
sekolah. Suatu anggapan bahwa masalah anak tidak dapat ditinggalkan dirumah. Anak
membawanya kesekolah sehingga mengganggu proses pembelajaran di kelas. Bahkan proses
pembelajaran menjadi tidak terjadi sama sekali, apabila anak mengalami tekanan batin karena
kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi, merasa terkucilkan, tidak dihargai dan tidak disenangi.
Pekerjaan guru tidak akan berhasil dengan baik apabila kurang memahami anak. Jika guru ingin
sukses hendaknya mencakup usaha guru memamahi masalah-masalah anak dan mengambil
langkah penyelesaiannya dengan tepat dan benar.

B.Jenis masalah anak


kelas Masalah pengelolaan kelas yang bersumber dari anak dikelompokan menjadi dua
katagori, yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Untuk pengelolaan kelas yang efektif

93
diperlukan identifikasi suatu masalah, apakah bersifat individual atau kelompok. Kekurang hati-
hatian guru memahami masalah menyebabkan kekeliruan dalam menentukan jenis masalah yang
muncul. Bisa saja terjadi masalah kelompok dilihat sebagai masalah individual atau sebaliknya.

1. Masalah individual

Masalah individual adalah masalah pengelolaan kelas yang sumber penyebabnya adalah individu
anak. Ada 4 kategori masalah individual dalam kelas:

a. Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain


b. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan
c. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain
d. Peragaan ketidakmampuan

Bentuk-bentuk perilaku tersebut dapat mengganggu kelancaran pembelajaran.

Masalah individual dilihat sebagai wujud dari bentuk perilaku tersebut diantaranya:

1) Anak sering menunjukkan gerak tubuh atau perilaku yang tampak kebodohbodohan atau
berbuat aneh yang semata-mata untuk menarik perhatian kelas.
2) Anak tertawa lebih keras dibandingkan teman-temannya
3) Anak suka bercanda dan sering menggoda teman
4) Anak pura-pura sakit
5) Anak pura-pura tidak mengerti sehingga selalu bertanya
6) Anak selalu menunjukkan kegiatan yang lamban
7) Anak sering mendebat dan kehilangan kontrol
8) Anak cenderung menunjukkan perilaku ingin mengalahkan orang lain
9) Anak marah-marah atau tindakan aktif dan agresif
10) anak menarik diri dan tidak mau melaksanakan kewajibannya
11) Anak selalu lupa pada aturan penting dalam kelas 7

94
12) Anak melakukan tindakan fisik yang menyakiti orang lain
13) Anak tidak mau menerima tugas dan selalu mengatakan tidak bisa
14) Anak merasa pesimis atau putus asa
15) Anak memiliki rasa permusuhan atau menentang semua peraturan
16) Anak pasif atau potensi rendah, datang ke sekolah tidak teratur

2. Masalah kelompok

Masalah kelompok adalah masalah pengelolaan kelas yang sumber penyebabnya adalah
kelompok. Johnson dan Bany ( dalam Hasibuan, 1994) mengemukakan enam masalah kelompok
dalam pengelolaan kelas:

a) Kelas kurang kohesif, misalnya perbedaan jenis kelamin, suku, dan tingkatan sosial
ekonomi
b) Kelas mereaksi negatif terhadap seorang anggotanya, misalnya mengejek anggota kelas dalam
menyanyi karena suaranya sumbang
c) membesarkan hati anggota kelompok kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya
pemberian semangat kepada badut kelas
d) kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah dikerjakan
e) Semangat kerja rendah misalnya semacam aksi protes kepada guru karena tugas yang
diberikan kurang adil
f) Kelas kurang menyesuaikan diri dengan keadaan baru, misalnya gangguan jadwal, guru
terpaksa diganti sementara oleh guru lain

Kelas yang kurang kohesif ditandai dengan lemahnya hubungan interpersonal di dalam
kelas, disebabkan perbedaan jenis kelamin, suku dan tingkat sosial ekonomi. Terlihat adanya
permusuhan anak perempuan dengan anak lakilaki. Terlihat pula karena perbedaan suku, kota
asal, kampung atau tempat tinggal. Didalam kelas sekelompok anak ini bisa menampakan
hubungan yang tidak akrab dan terkadang menimbulkan pertentangan didalam kelas. Ditambah
oleh faktor pemicu lain seperti tingkat sosial ekonimi mereka. Setiap kelompok anak
membangun suatu kekuatan atas dasar persamaan yang dimiliki.

95
Masing-masing 8 kelompok bisa saling menutup diri dalam pergaulannya, sehingga sulit
jika guru menugaskan suatu tugas kerjasama. Kelas mereaksi negatif terhadap seorang siswa
dapat pula menimbulkan masalah dalam kelas, misalnya mentertawakan, menghina secara
bersama-sama, menyebabkan kelas menjadi ribut dan tidak kondusif untuk belajar. Anak yang
ditertawakan anak yang pemalu, cengeng, suaranya sumbang kalau bernyanyi dan berpenampilan
kurang menarik. Dukungan kepada anak yang membadut makin menunjukan kebolehannya
melucu dan berperilaku yang aneh-aneh, menimbulkan sorak-sorai dan tertawaan anak yang
berlebihan sehingga mengalihkan perhatian anak untuk belajar. Masalah anak secara kelompok
juga terjadi karena semangat kerja rendah akibat perlakuan yang tidak adil dari guru, seperti
ketidakadilan menentukan jenis tugas yang dikerjakan, peralatan/bahan yang ditentukan guru.
Jika situasi ini tidak ditanggapi guru maka akan menimbulkan masalah, seperti anak
malas dan tidak bersemangat untuk meneruskan pekerjaanya. Adanya pertukaran jadwal dan
guru, sering pula menimbulkan masalah bagi anak. Jika jadwal bertugas, guru berganti, diartikan
sebagai sesuatu yang tidak berjalan seperti biasanya, seperti jam masuk atau istirahat atau pulang
yang sudah berganti, ibu guru lain belum dikenali. Hal ini membuat anak-anak resah dan cemas
mengikuti kegiatan didalam kelas, karena mereka seharusnya sudah istirahat atau pulang, tapi
dengan pertukaran jadwal mereka belum istirahat atau belum pulang.

Atau seharusnya mereka haarus belajar dengan guru yang manis dan ramah, sekarang
mereka dihadapkan dengan guru yang pemarah. Kenyataan ini berpengaruh pada anak dan
menjadi masalah besar dalam pengelolaan kelas, karena anak dirundung rasa takut dan cemas
untuk belajar. Dalam penanganan masalah pengelolaan kelas, guru perlu mengetahui sebab-
sebab anak berperilaku yang tidak diharapkan.
Schaefer (1996) mengemukakan 2 (dua) pendekatan dalam memahami masalah anak,
yaitu pendekatan dari luar (surface approach), dan pendekatan kausal (causal approach).
Pendekatan dari luar (surface approach) memusatkan penguasaan dan pengendalian terhadap
tingkah laku anak yang diamati. Pendekatan ini dipakai guru yang bersikap kaku, bergaya
otoriter yang selalu mengharapkan seluruh anak didiknya patuh dan taat kepada aturan dan
ketentuan yang telah ditetapkannya sepihak.

96
Tipe guru seperti ini menilai beratu atau ringannya suatu kesalahan anak sesuai dengan
akibat-akibat praktis dari kesalahan itu. Misalnya, suatu kesalahan karena tidak sengaja, seorang
anak minum sambil berdiri tanpa sengaja tabung airnya lepas, airnya tumpah membasahi
kawannya yang sedang duduk disamping bangkunya sehingga anak yang terkena tumpahan air
itu menangis. Kemudian kesalahan anak ini dianggap yang lebih berat dari pada anak yang
dengan sengaja menumpahkan air ke lantai. Pendekatan kausal (causal approach), mencoba
mencari dan mengerti motif-motif tindakan dan maksud-maksud dari suatu tindakan, berusaha
untuk menemukan mengapa seorang anak bertindak demikian. Pendekatan ini memecahkan
masalah dengan menghilangkan sebab-sebab atau akarnya yang tersembunyi. Biasanya guru
memandang setiap perilaku anak mempunyai alasan tertentu atau didorong oleh suatu motif.
Schaefer ( 1996) mengemukakan bahwa diantara motif-motif yang umum dari tingkah
laku salah pada anak disebabkan:

• Perhatian, anak-anak ingin mendapatkan perhatian bahkan peringatan dan kritik


• Pembalasan, anak-anak memberikan pembalasan karena merasa disakiti dan terhalangi
keinginannya
• Salah pengertian, anak tidak dimengerti tentang apa yang diharapkan dari dirinya atau lupa
peraturan-peraturan
• Perjuangan hak anak-anak menginginkan dibiarkan melakukan cara dan kehendaknya sendiri
dalam perselisihan
• sebab keadaan jasmani, anak merasa mudah tersinggung dan marah karena dia letih, lapar atau
sakit
• Persaingan, anak bersifat cemburu untuk memperoleh perhatian dan kelebihan terhadap teman
sebayanya • Pemindahan, anak menderita karena beberapa harga diri yang terluka yang dialami
narkoba dan mencoba memindahkan kepada orang lain
• Nilai-nilai kobal anak hanya memikirkan diri sendiri atau egosentris dan hampir tidak
memperdulikan orang lain, dan tidak merasa bersalah atas suatu perbuatannya

C.Teknik penanggulangan masalah anak

97
dalam pengelolaan kelas Teknik pengelolaan kelas dapat dikelompokan kedalam teknik
preventif dan teknif kuratif. Teknik prevetif adalah teknik untuk mencegah timbulnya tingkah
laku yang dapat mengganggu kegiatan pembelajaran, sedangkan teknik kuratif adalah teknik
untuk menanggulangi perilaku anak yang mengganggu kegiatan belajar.
Teknik preventif dilakukan guru dengan maksud tersedianya suatu kondisi yang nyaman
dan aman bagi anak untuk beraktivitas dikelas. Teknik kuratif merupakan tindakan korektif guru
terhadap perilaku anak yang menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi kelangsungan
aktivitas anak di dalam kelas. Hasibuan (1994) mengemukakan sejumlah sikap dan tindakan
guru dalam masing-masing teknik diatas, yaitu :

1.Teknik Preventif Tindakan guru yang preventif adalah;

a. Sikap terbuka Sikap terbuka merupakan sikap guru yang penting untuk menunjukan keakraban
hubungannya dengan anak. Dengan suasana keterbukaan, anak-anak merasa bebas dan leluasa
mengemukakan pendapatnya serta yakin bahwa guru selalu mendengarkan dan memperhatikan
pendapatnya. Contoh bermain di bak pasir, Yana menaruh pasir dikepala Yanto. Guru menegur
Yana untuk tidak mengulangi perbuatannya tapi Yana tetap mengulangnya. Menghadapi perilaku
anak ini guru berkata : “Yana, Ibu ingin anak Ibu belajar dengan baik, pasir jangan diletakan di
atas kepala kawannya, kalau kita jadi anak baik kawankawan kita juga baik, ibu guru juga baik,
Ibu sedang anak-anak ibu baik dan patuh”.

b. Sikap menerima dan menghargai siswa sebagai manusia Sikap menerima dan menghargai
siswa sebagai manusia, akan berpengaruh baik juga kepada perkembangan anak. Sikap
menerima apa adanya merupakan pernyataan sayang, merasa diterima berarti merasa di sayang.
Anak tidak akan merasa rendah diri dan malu, karena guru memperlakukannya dengan cara yang
tidak membeda-bedakan. Misalnya pada kegiatan menggambar anak sudah berusaha
menggambar dengan baik, tetapi pewarnaanya kurang rata. Ibu guru tetap menerima dan
menghargainya sebagai suatu jerih payah. Ibu guru berkata, “kamu sudah berusaha untuk
menggambar dan mewarnai, ibu salut dan bangga dengan usahamu”.

98
c. Sikap empati Sikap empati, upaya yang dilakukan dlam dimensi pencegahan. Sikap empati
berarti guru harus memandang anak dari sudut pandangan siswa. Sikap empati mencegah
timbulnya rasa malu dan takut pada anak, dan dapat pula membangun keberanian anak, jika
diminta untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran.
Contoh, dalam pengembangan motorik anak Ibu guru melatihkan mengancingkan baju anak, lalu
anak mengatakan bahwa mengancingkan baju itu susah. Ibu guru berkata, “Anak-anak
mengancingkan baju itu memang susah, tapi kalau sudah biasa nanti bisa sendiri”.Sikap
demokratis

d. Sikap demokratis Sikap demokratis, ditunjukan guru untuk teknik pencegahan. Guru berusaha
menempatkan perannya sebagai pengarah dan pembimbing dalam proses pembelajaran.
Berbicara dengan ramah, membimbing anak, menggunakan kata-kata ajakan, menolong anak dan
membagi tanggung jawab secara bersama untuk menciptakan suasana demokratis di dalam kelas.
Dalam tindakan pengelolaan kelas anak diajarkan untuk bertanggung jawab, diperlakukan
sebagai manusia yang dapat secara bijaksana mengambil keputusan di samping memberikan
kesempatan untuk menanggung konsekuensi perbuatannya sendiri. Contoh, guru minta tolong
pada anak-anak 12 untuk membersihkan papan tulis dan membagikan kertas gambar dengan
berkata ramah, “Siapa anak-anak ibu yang bisa membersihkan papan tulis ?” Kemudian berkata
lagi, “Siapa anak Ibu yang bisa menolong membagikan kertas gambar ini ?”

e. Mengarahkan anak pada tujuan kelompok Aturan kelompok penting dilakukan guru untuk
pencegahan perilaku anak. Mengarahkan anak pada tujuan kelompok adalah mengarahkan anak
ke tujuan kelas, khususnya tujuan pengajaran. Guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang
realistis, mengkomunikasikan pada anak secara jelas. Contoh, Ibu guru berkata, “Anak-anak kita
membiasakan berdoa sebelum belajar, supaya anak-anak Ibu nanti dapat belajar dengan
baik”.Menghasilkan aturan kelompok yang disepakati bersama

f. Menghasilkan aturan kelompok yang disepakati bersama Beberapa contoh dari aturan
bersama-sama dengan anak:
• Mengacungkan tangan sebelum bertanya
• Mendengarkan baik-baik petunjuk guru

99
• Mengikuti pengarahan yang diberikan guru
• Menjalin kerjasama dengan teman sekelas
• Menyelesaikan tugas-tugas tepat pada waktunya
• Membantu teman lain, seperti juga kamu akan dibantu
• Membawa buku, pensil, kertas, penghapus dan alat-alat lain yang diperlukan
• Menempati tempat duduk sebelum bel berbunyi
• Melakukan persiapan untuk pulang ke rumah secara tertib

g. Memperjelass komunikasi Memperjelas komunikasi, guru diharapkan memperjelas


komunikasi yang dilakukan anak, karena tidak semua anak dapat berkomunikasi dengan baik.
Dalam hal ini guru mengulangi apa yang diucapkan anak dengan maksud mempertegas maksud
anak. Contoh, guru membantu penegasan anak dalam menceritakan pengalamannya selama
liburan.

h. Menunjukkan kehadiran Menunjukan kehadiran dilakukan guru sebagai teknik pencegahan


perilaku anak yang tidak diinginkan. Guru perlu menunjukan pada anak bahwa ia hadir di kelas,
tidak secara fisik tetapi juga mental. Guru hendaknya sadar serta tanggap terhadap perhatian
anak, keterlibatan anak sehingga diketahui anak yang acuh atau kurang berpartisipasi dalam
proses pembelajaran. Sikap guru yang demikian dirasakan anak bahwa gurunya hadir bersama
dengan mereka dan mengetahui apa yang mereka perbuat. Contoh, tindakan guru untuk
menunjukan kehadirannya adalah : mengangkat bahu, menggelengkan kepala, mengerutkan dahi,
memberikan komentar-komentar terhadap perilaku-perilaku anak atau kejadian-kejadian yang
diamatinya di dalam kelas.

2.Teknik kuratif

a) Penguatan negatif
Guru yang melakukan penguatan negatif akan berusaha untuk mengurangi atau
selanjutnya menghilangkan suatu stimulus yang tidak menyenangkan, agar anak terdorong
kembali untuk berperilaku yang sama sebagai akibat dari pengurangan atau penghilangan
stimulus tersebut, contoh Ibu guru menginginkan anak pemalu berani menyanyi ke depan, ia

100
menunjuk langsung anak kurang berani bernyanyi ke depan sendiri (stimulus tidak
menyenangkan), tetapi bila suatu saat anak mulai berani menyanyi ke depan tanpa ditunjuk oleh
guru, maka guru mengurangi secara berangsur-angsur cara menunjuk langsung (penguatan
negatif).

b) Penghapusan
Penghapusan dapat pula dilakukan guru dalam menanggulangi perilaku anak yang
mengganggu kegiatan belajar. Kegiatan ini kebalikan dari 14 penguatan, khususnya penguatan
positif. Dalam penguatan positif tingkah laku anak dipertahankan, sedangkan dalam
pengahapusan, tingkah laku anak dikurangi atau dihilangkan sama sekali. Contoh, kebiasaan
menutup mulut dengan tangan apabila menjawab pertanyaan guru. Guru mengatakan secara
langsung agar tidak menutup mulut dengan tangan bila menjawab.

c) Penghukuman
Hukuman merupakan tindakan yang dapat diterapkan guru untuk anak berperilaku
mengganggu kelancaran pembelajaran. Pemberian hukuman secara bijaksana secara terbatas
menimbulkan akibat yanbg baik secara tepat, tetapi guru harus hati-hati mencatat akibat-akibat
dari hukuman itu. Pemberian hukuman hendaklah dihindarkan sekiranya masih ada alternatif
yang tepat untuk menghilangkan tingkah laku anak yang tidak diinginkan, sehingga tidak
menimbulkan akibat sampingan, baik terhadap anak maupun guru. Hukuman memberikan
pengaruh psikologis yang negatif pada anak. Namun pemberian hukuman yang cocok dengan
situasi dan perilaku anak, ada kemungkinan dapat meningkatkan proses pembelajaran anak.

d) Pembicaraan situasi pelanggaran dan bukan pelaku pelanggaran


Membicarakan situasi pelanggaran, bukan pelaku pelanggaran. Dalam hal ini guru
menghadapi masalah perilaku anak, tidak bersikap marah atau tidak menyalahkan anak, tetapi
memelihara situasi yang telah diciptakan. Contoh, guru tidak mengatakan “Kamu terlambat terus
masuk kelas, kamu ternyata sulit menepati waktu”, tetapi akan lebih baik guru mengatakan

101
kepada akan yang terlambat, “Bila terlambat terus, nanti akan ketinggalan pelajaran dan juga
mengganggu teman-teman yang sudah belajar”.Pemberian tugas yang memerlukan keberanian

e) Pemasabodohan terhadap anak


Guru bersikap masa bodoh terhadap pelanggaran yang dilakukan anak yang berprilaku
menguasai, kemudian memberikan respons positif jika anak bertingkah laku positif. Bersikap
masa bodoh dimaksudkan tidak 15 membedakan respon dari prilaku anak yang ingin
menguasai.Penghilangan respon, ekspresi wajah tetap wajar

f) Penyalahan anak secara tidak langsung dan penunjukan segi-segi k keberhasilan


Jika guru merespon justru menjadi faktor penguat bagi anak untuk bertingkah laku yang
harus dihentikan.Peningkatan partisipasi anak dalam beraktivitas

g) Meratakan partisipasi anak


Kemudian guru dapat memberikan tugas yang bersifat memimpin, keberanian, menuntut
kekuatan fisik, anak yang menunjukan tingkah laku menguasai. Merasa dipandang dan dihargai
karena kekuatan dan keberaniannya, dengan demikian anak merasa puas dan tidak mencari
perhatian yang bisa mengganggu proses pembelajaran. Contoh, memindahkan meja atau kursi,
membagikan buku, membagikan kue pada teman-temannya.Pengurangan ketegangan

h) Menyelesaikan pertentangan antar pribadi atau antar kelompok


Tidak memberikan respon dengan ekspresi wajah tetap wajar, merupakan tindakan guru
terhadap anak yang menunjukan tingkah laku membalas dendam. Guru diharapkan dapat
meminta kepada anak-anak lain agar jangan menghiraukan perilaku anak tersebut. Dengan
demikian jangan menghiraukan perilaku anak tersebut. Dengan demikian anak merasa bahwa
guru, maupun temannya bukanlah sasaran balas dendam, anak akan mencari sasaran lain di luar
kelas.

102

You might also like