Professional Documents
Culture Documents
Rev - Refarat Atelektasis - Regita Anggie Cahyani - N11122060
Rev - Refarat Atelektasis - Regita Anggie Cahyani - N11122060
ATELEKTASIS
REFARAT
Oleh:
Regita Anggie Cahyani N 111 22 060
Pembimbing Klinik:
dr. A. Fitrah Muhibbah, Sp.Rad
DEPARTEMEN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Bagian Radiologi
RSUD Undata Palu
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
Pembimbing Klinik
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.................................................................................................................. 1
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 3
2.1 Anatomi Paru.................................................................................................................. 3
2.2 Fisiologi Paru .................................................................................................................. 4
2.3 Definisi Atelektasis ......................................................................................................... 5
2.4 Epidemiologi ................................................................................................................... 5
2.5 Etiologi............................................................................................................................. 5
2.6 Klasifikasi Atelectasis .................................................................................................... 6
2.7 Patofisiologi ..................................................................................................................... 7
2.8 Gambaran Radiologi dari Atelektasis .......................................................................... 8
2.9 Diagnosis ....................................................................................................................... 10
2.10 Diagnosis Banding ........................................................................................................ 21
2.11 Pemeriksaan Penunjang .............................................................................................. 23
2.12 Penatalaksanaan ........................................................................................................... 23
2.13 Prognosis ....................................................................................................................... 25
2.14 Komplikasi .................................................................................................................... 25
2.15 Pencegahan ................................................................................................................... 25
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 27
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Paru …………………………………………….....…………………….…..3
Gambar 2. Atelektasis lobus tengah kanan……………………………….....………………...…13
Gambar 3. Atelektasis lobus kanan atas……………………………….....…………………...…13
Gambar 4. Atelektasis kiri……………………………….....………………………………...….14
Gambar 5. Atelektasis kanan……………………………….....…………………………………14
Gambar 6. Atelektasis kiri atas……………………………….....………………………..……...15
Gambar 7. Pneumonektomi sisi kiri……………………………….....………………...……...…16
Gambar 8. Atelektasis subsegmental……………………………….....…………………….…...16
Gambar 9. Atelektasis tekan (pasif)……………………………….....………………………..…17
Gambar 10. Atelektasis efusi seimbang……………………………….....………………...….…17
Gambar 11. Roundatelectasis, left;owerlobel……………………………........…………………18
Gambar 12. Terdapat area berwarna putih……....………………………….....…………………19
Gambar 13. Kolaps lobus kanan tengah………………………………….....………………...…20
Gambar 14. Radiologi diatas tampak perselubungan…………………….....………………...…20
Gambar 15. Foto efusi pleura dari cairan pleura………………………….....…………………...19
Gambar 16. Tampak bayangan radiopaq……………………………….....………………...…...20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam tubuh manusia terdapat beberapa organ vital, salah satunya paru-paru yang
berfungsi dalam sistem pernapasan. Terdapat proses pertukaran udara antara oksigen menjadi
karbondioksida di dalam paru-paru. Oksigen yang diserap akan diedarkan ke seluruh tubuh dengan
bantuan jantung melalui sistem peredaran darah. Dalam melakukan fungsinya, tentu paru-paru
dapat mengalami kelainan yang disebabkan oleh beberapa hal, seperti polusi udara, virus, jamur,
ataupun bakteri. Kelainan tersebut akan mengganggu proses yang terjadi dalam sistem pernapasan
jika tidak segera ditangani. Gangguan tersebut dapat berupa kesulitan bernapas sehingga dapat
menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam menjalankan aktivitas serta menyebabkan
penderita kekurangan oksigen, bahkan gangguan tersebut dapat menyebabkan kematian apabila
tidak cepat terdeteksi. Beberapa contoh gangguan pada paru-paru adalah pneumothoraks,
atelektasis, efusi pleura, dan kanker paru-paru. Beberapa penyebab atelektasis adalah
pneumothoraks, efusi pleura, dan kanker.1
1
atelectasis dengan banyak secret mukopurulen. Bronkoskopi diagnostic bertujuan untuk
pengambilan secret bronkus sebagai pemeriksaan kultur dan pemeriksaan biopsy jaringan terhadap
kecurigaan atelectasis yang disebabkan oleh keganasan. Penatalaksanaan atelectasis meliputi
pemberian antibiotic, fisioterapi dinding dada, humidifikasi, dan hidrasi.2
Jenis kelamin tidak memengaruhi atelectasis. Atelektasis dapat terjadi pada kondisi saat
tindakan anestesi umum yang baru diberikan. Didapatkan bahwa terjadi gangguan pada kedua paru
dalam waktu lima menit setelah pemberian anestesi. Atelectasis lebih sering terjadi pada kasus
tindakan operasi jantung dengan bypass, operasi abdomen, atau thoraks.3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pleura dibagi menjadi dua bagian yaitu pleura visceral (pleura yang langsung
menutupi paru-paru) dan pleura parietal yang merupakan pleura luar. Diantara keduanya
lapisan ini mengandung rongga kavum yang disebut kavum pleura. Dalam keadaan normal,
kavum pleura atau rongga kavum ini tidak terisi udara.5
Paru-paru dibagi menjadi dua bagian. Artinya paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus
(lobus pulmo dextra superior, lobus dextra media, lobus pulmo dextra inferior) dan paru-
paru sinistra terdiri dari 2 lobus (lobus sinistra superior dan lobus sinistra inferior). Setiap
lobus terdiri dari belahan kecil yang disebut segmen. Ada sepuluh segmen di paru-paru
kiri. Artinya ada 5 segmen di lobus superior dan lima lobus inferior. Paru-paru kanan juga
3
ada 10 segmen, lima segmen di lobus superior, dua segmen di lobus media, dan tiga segmen
di lobus inferior. Setiap segmen dibagi lagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobules.
Setiap lobules disuplai dengan udara dari bronkiolus terminal, selanjutnya bercabang
menjadi bronkiolus pernapasan, saluran alveolar, dan banyak alveoli (kantung udara). Ada
150 juta alveoli di paru-paru orang dewasa. Hal ini memungkinkan untuk pertukaran gas.
Saat saluran udara terbagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, dinding saluran udara
menjadi lebih tipis dan lebih tipis sampai otot dan jaringan ikat hilang, meninggalkan satu
lapisan sel epitel skuamosa sefderhana di saluran alveolar dan alveoli. Saluran udara distal
didukung oleh jaringan ikat elastic yang longgar, dimana makrofag, fibroblast, saraf,
pembuluh darah, dan pembuluh limfe berada. Alveoli dikelilingi oleh jaringan kapiler yang
padat.5
4
paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui
hidung.4
2.4 Epidemiologi
Atelektasis tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin maupun usia. Kejadian atelektasis
pada pasien PPOK, asma tidak mengalami peningkatan. Atelektasis sering terjadi pada
pasien yang baru saja mengalami anestesi umum, dan angka kejadiannya mencapai 90%
pada populasi pasien. Atelektasis lebih sering terjadi pada kasus setelah tindakan operasi
jantung dengan bypass, dibandingkan dengan jenis operasi lain termasuk torakotomi.7
2.5 Etiologi
Atelektasis dapat terjadi secara akut atau kronik. Penyebab atelektasis kronik
dikaitkan dengan saluran pernafasan kronik seperti gangguan neuromuscular, deformitas
dinding dada, ataupun penyakit kanker paru, sedangkan atelektasis akut terjadi paling
sering dikarenakan komplikasi operasi. Atelektasis pasca operasi memengaruhi 90%
pasien yang menjalani prosedur operasi besar baik orang dewasa maupun anak-anak yang
menerima tindakan anestesi.8
a. Plak mukus: terjadi penumpukan mukus pada jalur pernafasan, terkadang terjadi
selama dan setelah operasi, pasien tidak dapat batuk-batuk, hal ini merupakan
penyebab atelektasis secara umum. Penyedotan plak sering dilakukan untuk
membersihkan mukus. Sehingga, batuk dan bernafas dalam sangat diperlukan
setelah operasi Plak mukus sangat sering ditemukan pada penderita asma dan cystic
fibrosis.
5
b. Benda asing: umumnya terjadi pada anak-anak karena bisa terjadi karena benda-
benda asing seperti kacang dapat dimasukkan ke dalam hidung.
c. Menyempitnya jalur pernafasan: penyempitan dapat terjadi oleh
infeksi kronis oleh cendawan pada jalur pernafasan, atau tuberkulosis.
d. Terdapat tumor dalam jalur pernafasan.
e. Penggumpalan darah: hal ini dapat terjadi jika terdapat pendarahan parah dalam
paru-paru dan tidak bisa dikeluarkan.8
6
2.7 Patofisiologi
Obstruksi bronkhial karena adanya benda asing atau sumbatan eksudat kental yang
mengganggu saluran pernapasan dan menghambat udara masuk ke zona alveolus dapat
menyebabkan atelectasis. Udara yang berada dalam alveolus menjadi sulit untuk keluar
dari alveolus dan akan terabsorpsi sedikit demi sedikit ke aliran darah yang menyebabkan
alveolus kolaps (untuk mengembangkan alveolus yang kolaps total diperlukan tekanan
udara yang lebih besar seperti halnya seseorang harus meniup balon lebih keras pada waktu
mulai mengembangkan balon). Mekanisme ini dikenal dengan atelektasis absorpsi dan
dapat disebabkan oleh obstruksi bronkus intrinsik atau ekstrinsik.3
Obstruksi bronkus intrinsik paling sering disebabkan oleh sekret atau eksudat yang
tertahan sedangkan obstruksi ekstrinsik pada bronkus biasanya disebabkan oleh neoplasma
pembesaran kelenjar getah bening, aneurisma atau jaringan paru-paru akibat dari
hiperaktivitas dari proses tuberkulosis paru.3
Atelektasis juga dapat terjadi akibat tekanan pada jaringan paru yang menghambat
ekspansi normal paru pada saat inspirasi. Mekanisme ini disebut dengan atelektasis
tekanan. Proses tekanan tersebut dapat akibatkan oleh adanya penumpukan cairan di dalam
thoraks (efusi pleura), udara di dalam rongga pleura (pneumothoraks), pembesaran
jantung, distensi perikardium oleh cairan (efusi perikardial), pertumbuhan tumor di dalam
thoraks, atau kenaikan diafragma ke arah atas akibat adanya tekanan abdominal yang
dialami pasien. Penderita dengan atelektasis jika tidak ditangani dengan tepat akan
menimbulkan kematian.4
7
2.8 Gambaran Radiologi dari Atelektasis
Gambaran radiologi atelectasis dibagi tanda secara langsung (direct) dan tidak
langsung (indirect).
a. Direct Sign
Direct sign menunjukkan kehilangan volume pada lobus yang abnormal.
Displacement of interlobar fissure adalah tanda yang paling baik dari
atelectasis tetapi tidak selalu terlihat. Gambaran spesifik dari fissure
displacement terlihat pada lobus.11
Crowding of Vessles of bronchii menggambarkan lobus kehilangan
volume dan diagnosis ini ditegakkan jika tidak terlihat adanya pergeseran
dari fissure. Crowded vessels terlihat pada pemeriksaan radiolgis jika
adanya kehilangan volume tanpa adanya konsolidasi.11
b. Indirect Sign
Indirect sign tidak berhubungan langsung kehilangan volume di lobus tetapi
akibat sekunder dari penyakit.
a. Elevasi diafragma
Elevasi diafragma terjadi akibat kehilangan volume di daerah
ipsilateral. Umumnya atelektasis di daerah lobus bawah daripada
atelektasis lobus atas. Walaupun sangat sulit untuk melihat daerah akibat
adanya suatu konsolidasi. Untuk mendiagnosis harus mengetahui posisi
normal diafragma. Hemidiafragma kanan lebih tinggi 2 cm daripada
hemidiafragma kiri pada orang normal sekitar 90%.11
b. Pergeseran mediastinum
Pergeseran mediastinum Ontario are biasanya terjadi dengan kolaps
trobos atas dan mudah dikenal dengan pergeseran dari trakea pergeseran
dari jantung dan mediastinum poster your tampak dengan atelektasis
bawah.11
c. Compensatory overinflation
Compensatory overinflation dari paru normal pada satu sisi dengan
terjadi atelektasis akibat dari peningkatan volume dan penurunan dari
densitas paru.11
8
d. Pergeseran dari hilus
Pergeseran dari hilus terjadi akibat atelektasis di daerah lobus atas
atau lobus bawah. Elevasi dari hilus akibat dari kolaps pada lobus atas.
Hilus kiri lebih tinggi dari hilus kanan pada keadaan normal. Jika berada
pada posisi yang sama itu terjadi akibat kolaps dari atas kanan atau kolaps
dari lobus bawah kiri. 11
e. Approximation of the ribs
Pada iga-iga di daerah ipsilateral akan saling mendekati satu sama
lain oleh karena adanya kehilangan volume paru. Walaupun gambaran ini
bisa terlihat pada penderita dengan kolaps, gambaran atelektasis lain selalu
terlihat. 11
f. Peningkatan opasitas dari paru
Peningkatan opasitas dari paru bisa terlihat tetapi tidak begitu
spesifik. Ini menunjukkan bahwa tidak adanya udara di jaringan paru. 11
g. Tidak adanya air bronchogram
Pada penderita dengan konsolidasi paru tidak tampak air
bronchogram. Ini menunjukkan terjadinya obstruksi bronkus di daerah
sentral. Adapun air bronchogram bisa terjadi dari obstruksi bronkus di
daerah sentral atau resorption atelectasis dan mungkin juga akibat dari
mucus plaque di daerah perifer. 11
h. Mucous bronchogram
Mucous bronchogram terjadi akibat dari obstruksi pada bronkus.
Gambaran CT menunjukkan low attenuation mucus dan terjadi obstruksi
di bronkus. Tanda indirect dengan tipe spesifik pada atelectasis. Tanda
indirect yang lain dari atelectasis yang diikuti oleh tipe spesifik dari
atelectasis termasuk :
Goldens sign : atelectasis lobus bawah atas
Juxtaphrenic peak : atelectasis lobus atas
Luftsichel sign : atelectasis lobus atas kiri
Flat waist sign : atelectasis lobus bawah kiri
Comet tail sign : rounded atelectasis.11
9
2.9 Diagnosis
Gejala Klinis
Atelektasis dapat ditandai dengan penyumbatan pembuluh darah paru-paru, adanya
udara di percabangan bronkus, dan pergeseran celah interlobar. Selain itu, atelectasis juga
dapat ditandai dengan kekeruhan paru-paru; ketinggian diafragma; pergeseran trakea,
jantung, dan mediastinum; perpindahan hilus; kompensasi hiperekspansi paru-paru; dan
pergeseran granuloma.1
Pada anak yang sehat tiba-tiba menderita sesak nafas disertai sianosis, harus
waspada terhadap terjadinya atelectasis atau massif yang disebabkan oleh penyumbatan
salah satu bronkus utama oleh benda asing. Gejala bisa berupa gangguan pernafasan, nyeri
dada, batuk. Jika disertai infeksi bila terjadi demam dan peningkatan denyut jantung.7
10
Sebagai dasar gambaran radiologis pada atelectasis adalah penguranagn volume
bagian paru baik lobaris segmental atau selurung lapang paru, dengan akibat kurangnya
aerasi sehingga memberi bayangan lebih suram (densitas tinggi) dengan penarikan
mediastinum ke arah atelectasis, sedangkan diafragma tertarik ke atas dan sela iga
menyempit. . 12
Dengan adanya atelektasis maka bagian paru sekitarnya mengalami suatu emfisema
kompensasi yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga terjadi herniasi hemithoraks
yang sehat ke arah hemitoraks yang atelectasis.12
Complete atelectasis dari keseluruhan paru adalah saat (1) paru kolaps secara
keseluruhan, ditunjukkan dengan bentukan opak pada seluruh hemithoraks dan pergeseran
ipsilateral mediastinum, (2) pergeseran mediastinum membedakan atelectasis dengan efusi
pleura massif.12
Tanda-tanda atelectasis :
11
c. Hemidiafragma
Hemidiafragma kanan hampir selalu lebih tinggi dari kiri
sekitar setengah sela jarak antara dua rusuk yang berdekatan.18
Pada atelektasis, terutama pada bagian bawah lobus,
hemidiafragma di sisi yang terkena akan biasanya bergeser ke
atas (Gambar 6).18
Jenis-jenis Atelektasis
1. Atelektasis subsegmental
Atelektasis ini juga disebut atelectasis discoid (Gambar 8).
a. Atelektasis subsegmental menghasilkan kepadatan linier ketebalan bervariasi
biasanya sejajar dengan diafragma, paling di dasar paru-paru.
b. Tidak menghasilkan volume yang cukup menyebabkan pergeseran struktur
toraks seluler.
c. Kebanyakan terjadi pada pasien yang menggunakan bidai, yaitu tidak menarik
napas dalam-dalam, seperti pasca operasi atau pasien dengan nyeri pleuritik.
d. Atelektasis subsegmnetal bukan karena bronkial halangan.
e. Kemungkinan besar terkait dengan penonaktifan surfaktan, yang menyebabkan
runtuhnuya ruang udara di nonsegmental atau distribusi non lobar.
f. Pada studi tunggal, tanpa pemeriksaan sebelumnya untuk comparison,
atelectasis subsegmental dan kronis, jaringan parut linier dapat terlihat identic.
Atelektasis subsegmental biasanya menghilang dalam hitungan hari dengan
kembalinya pernapasan dalam yang normal sedangkan jaringan parut tetap
ada.13
2. Atelektasis compressive
Kehilangan volume akibat kompresi pasif paru dapat disebabkan oleh:
a. Upaya inspirasi yang buruk dimana atelectasis pasif paru terlihat didasar
(Gambar 9).
b. Sebuah efusi pleura besar, pneumotoraks besar, atau lesi pendudukan ruang.
(seperti massa besar di paru-paru).
12
c. Ketika disebabkan oleh upaya inspirasi yang buruk, atelectasis pasif dapat
menyerupai penyakit ruang udara di pangkalan.
Jebakan : waspadai atelectasis tekan jika pasien mengambil napas kurang
dari 8 tulang rusuk belakang.
Solusi : periksa proyeksi lateral untuk konfirmasi adanya penyakit wilayah
udara yang sebenarnya di pangkalan. 13
d. Bila disebabkan oleh efusi besar atau pneumothorks, hilangnya volume yang
terkait dengan atelectasis tekan dan menyeimbangkan peningkatan volume
yang dihasilkan oleh cairan (seperti pada efusi pleura) atau udara (seperti pada
oneumotoraks). 13
e. Pada pasien dewasa dengan hemitoraks yang opak, tanpa air bronchogram dan
sedikit atau tanpa pergeseran struktur thoraks yang bergerak, penting untuk
mencurigai adanya karsinoma bronkogenik obstruktif, mungkin dengan
metastasis ke pleura (Gambar 10). 13
f. Atelektasis bulat
g. Bentuk atelectasis kompresif ini biasanya terlihat di pinggiran dasar paru dan
berkembang dari kombinasi penyakit pleura sebelumnya (seperti dari paparan
abses atau tuberculosis) dan pembentukan efusi pkleura yang menghasilkan
atelectasis kompresif yang berdekatan. 13
h. Saat efusi pleura berkurang, penyakit pleura yang mendasari menyebabkan
sebagian paru atelectasis menjadi “terperangkap”. Ini menghasilkan lesi seperti
massa yang dapat disalahartikan sebagai tumor. Pada CT-Scan dada, tanda
bronkovaskular secara khas mengarah dari atelectasis bundar kembali ke hilus
menghasilkan penampakan ekor komet (Gambar 11). 13
3. Atelektasis obstruktif
a. Atelektasis obstruktif berhubungan dengan resorpsi udara dari alveoli, melalui
kapiler paru-paru, distal ke lesi yang menghalangi pohon bronkial.
b. Tingkat dimana udara diserap dan paru-paru kolaps tergantung pada kandungan
gasnya saat tersumbat. Dibutuhkan sekitar 18-24 jam untuk seluruh paru-paru
runtuh dengan pasien menghirup udara ruangan tetapi kurang dari 1 jam dengan
pasien bernapas mendekati 100% oksigen.
13
c. Segmen, lobus, atau paru yang terkena kolaps dan menjadi lebih buram (lebih
putih) karena tidak mangandung udara. Keruntuhan menyebabkan hilangnya
volume pada segmen/lobus/paru yang terkena.
d. Karena visceral dan pleura parietal tetap berhubungan satu sama lain karena
paru-paru kehilangan volume, struktur thorax yang bergerak ditarik kearah area
atelectasis. 13
Gambar 2. (A) Tampak dada anterior menunjukkan area dengan kepadatan yang
meningkat (panah putih solid), yang membentuk batas normal jantung kanan
(panah hitam solid) menunjukkan lokasi anteriornya di lobus tengah kanan. (B)
Tampak lateral, fissure minor bergeser ke bawah (panah putih putus-putus), dan
fissura mayor bergeser sedikit ke atas (panah hitam putus-putus). Perhatikan
lokasi anterior lobus tengah. 18
14
Gambar 3. Atelektasis lobus kanan atas. Area berbentuk kipas dengan
kepadatan yang meningkat terlihat pada proyeksi frontal (A) yang mewakili
lobus kanan atas tanpa udara. Fisura minor bergeser ke atas (panah putih).
Trakea bergeser ke kanan (panah hitam). (B) Lateral menunjukkan kepadatan
berbentuk baji serupa di dekat puncak paru. Fisura minor (panah putih) ditarik
ke atas dan fisura mayor ditarik ke depan (panah hitam). Ini adalah anak yang
menderita asma, menyebabkan pembentukan sumbat lendir yang menyumbat
bronkus lobus kanan atas. 18
15
Gambar 5. Atelektasis paru kanan. Ada kekeruhan lengkap dari hemithoraks
kanan dengan pergeseran trakea (panah hitam padat) ke arah sisi atelektasis
tersebut. Perbatasan jantung kiri dipindahkan jauh ke kanan dan sekarang
hampir tumpang tindih dengan tulang belakang (panah putih solid). Pasien ini
memiliki Metastasis endobronkial di bronkus utama kanan dari kanker
payudara sisi kirinya. 13
Gambar 6. Atelektasis lobus kiri atas. Pada proyeksi frontal (A) terdapat
kepadatan berkabut yang mengelilingi hilus kiri (panah putih solid) dan terdapat
masa jaringan lunak di hilus kiri (panah hitam solid). Perhatikan bagaimana
Hemidiafragma kiri telah ditarik ke tingkat yang sama dengan kanan. Proyeksi
Lateral (B) menunjukkan zona seperti pita dengan kepadatan yang meningkat
(panah putih solid) yang mewakili lobus kiri atas atelektasis yang dibatasi
dengan tajam oleh fisura mayor, yang telah ditarik ke depan. Pasien memiliki
karsinoma sel skuamosa dari bronkus lobus kiri atas yang menyebabkan
obstruksi total pada bronkus tersebut. 13
16
Gambar 7. Pneumonoktomi sisi kiri. Pasifikasi lengkap hemithoraks kiri (A)
kemungkinan besar berasal dari Fibrothoraks yang dihasilkan setelah
pengangkatan paru secara menyeluruh. Terdapat hubungan kehilangan volume
yang ditandai dengan pergeseran trakea ke kiri (panah putih solid) tulang rusuk
ke lima kiri diangkat melalui pembedahan selama pneumonektomi (panah
hitam padat). Paru-paru kanan mengalami herniasi di garis tengah dalam upaya
untuk mengisi hemithoraks kiri, yang terlihat dengan peningkatan lucency
dibelakang sternum di (B) (panah putih solid). Perhatikan bahwa karena hanya
hemithoraks kanan yang tersisa paru-paru yang di angina-anginkan, hanya
hemidiafragma kanan yang terlihat pada proyeksi Lateral (panah hitam solid).
Hemidiafragma kiri telah dibuat siluet oleh hemithoraks tanpa udara di atasnya.
13
17
lobus bawah sejajar dengan diafragma (panah hitam solid). Ini adalah tampilan
khas dari atelektasis subsegmental, kadang kadang disebut juga atelectasis
diskoid atau atelektasis mirip lempeng. Pasien pasca operasi dari operasi perut
dan tidak dapat mengambil nafas dalam dalam. Atelektasis menghilang dalam
beberapa hari setelah operasi. 13
Gambar 9. Atelektasis kompresi (pasif). Kompresi pasif paru dapat terjadi baik
dari upaya inspirasi yang buruk (A) yang bermanifestasi sebagai peningkatan
densitas di dasar paru (panah putih padat) atau sekunder akibat efusi pleura
besar atau pneumothoraks (B). CT-scan aksial dada yang hanya menunjukkan
hemithoraks kiri (B) menunjukkan efusi pleura kiri yang besar (panah hitam
solid). Lobus bawah kiri (panah hitam titik-titik) mengalami atelectasis,
tertekan oleh cairan pleura yang mengelilinginya. 13
18
Gambar 10. Atelektasis dan efusi seimbang, kombinasi yang tidak
menyenangkan. Ada kekeruhan lengkap dari hemithoraks kanan. Tidak ada
bronkogram udara yang menunjukkan pneumonia atau pergeseran trakea panah
(panah hitam solid) atau jantung (panah putih solid). Tidak adanya pergeseran
menunjukkan atelectasis dan efusi pleura seimbang, kombinasi yang harus
meningkatkan kecurigaan untuk karsinoma bronkogenik sentral (menghasilkan
atelektasis obstruktif) dengan metastasi (menghasilkan efusi pleura yang besar).
13
19
Gambar 12. Terdapat area berwarna putih di bagian atas zona paru kanan (1).
Fisura horizontal meninggi, tampak 'massa' pada hilus kanan atas, trakea
deviasi ke kanan (2) dan tulang rusuk di atas area putihnya lebih rapat dari
biasanya.19
Gambar 13. Kolaps lobus kanan tengah. Hal ini sulit dikenali. Diafragma kanan
mungkin sedikit terangkat (1) dan celah horizontal (2) mungkin lebih rendah
dari biasanya. Bagian atas zona bawah mungkin berwarna putih kabur (3) dan
batas jantung terkadang tidak jelas. Lebih mudah untuk melakukannya deteksi
di film lateral. Terdapat area putih segitiga dengan puncak di hilus (4) dan
alasnya berada di antara tulang dada dan diafragma (5).19
20
Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi, dapat dijumpai kurangnya ekspansi dinding dada saat inspirasi di
sisi paru yang terkena. Auskultasi paru dapat menunjukkan suara napas yang menurun atau
menghilang dan crackles, sedangkan pada perkusi dapat ditemukan di area lobus yang
terkena.14
Gambar 14. Foto efusi pleura dari cairan pleural yang bermanifestasi pada
hemithoraks sinistra dan membentuk meniscus sign berupa sinus kostoprenicus yang
tumpul pada foto thoraks PA diatas. 15,17
b. Tumor Paru
Perbedaan mendasar antara Atelektasis dan tumor pada gambaran radiologis tumor
paru menyebabkan penekanan dan shifting ke arah pembesaran tumor dan dapat pada
gambar di radiologi di bawah ini:
Tampak perselubungan homogen yang berbatas tegas pada daerah paru dekstra
21
Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal
Kedua sinus intake dan diafragma baik
Tulang-tulang intake
DD : Pneumonia/Atelektasis
Usul: CT Thoraks
Gambar 15. Tampak bayangan radiopaque berbatas tegas pada bagian lobus tengah
dekstra paru. Tumor paru yang berasal dari jaringan paru. 15,17
c. TB lama aktif
Gambaran Radiologi TB lama aktif :
Tampak bercak berawan pada lapangan paru dekstra atas yang disertai cavitas, bintik
bintik kalsifikasi, garis fibrosis yang menyebabkan retraksi hilus ke atas. 15,17
Cor: bentuk dan ukuran dalam batas normal
Kedua sinus dan diafragma baik
Tulang tulang intake
Kesan : KP dupleks lama aktif.
22
Gambar 16. Pada gambar radiologi di atas tampak perselubungan homogen pada paru
sinistra disertai dengan kavitas dan garis garis fibrotic kesan kp dextra lama aktif.
15,17
a. Chest X-ray
Sebuah foto thoraks biasanya cukup untuk penegakan diagnosis atelektasis
benda asing penyebab umum dari atelektasis obstruktif pada anak anak dan
orang dewasa dapat dilihat pada pemeriksaan CT-Scan. 15
b. CT-Scan.
Lebih sensitive mendeteksi atelectasis dibandingkan foto x-ray toraks
karena dapat menunjukkan volume di seluruh atau sebagian dari paru-paru. CT-
Scan juga dapat membantu menentukan apakah ada tumor yang menyebabkan
paru-paru kolaps. 15
c. Oksimetri
Tes sederhana ini untuk mengukur saturasi oksigen dalam darah. 15
d. Bronkoskopi
Prosedur ini dapat membantu melihat dan mengambil, sebagian atau seluruh
penyebab sumbatan di saluran napas seperti plug mucus, tumor, atau benda
asing.15
2.12 Penatalaksanaan
Terapi Konservatif
Secara umum tujuan pengobatan adalah untuk memperbaiki kualitas hidup, untuk
memperlambat kemajuan proses penyakit dan untuk mengatasi obstruksi jalan nafas untuk
menghilangkan hipoksia.
23
b. Pencegahan dan pengobatan cepat terhadap infeksi
c. Teknik terapi fisik untuk memelihara dan meningkatkan ventilasi
pulmonary
d. Pemeliharaan kondisi lingkungan yang sesuai untuk memudahkan
pernapasan
e. Dukungan psikologis
f. Penyuluhan pasien dan rehabilitasi yang berkesinambungan
g. Broncodilatar.11
Terapi Simptomatik
Bronkodilator
Berfungsi untuk mendilatasi jalan nafas karena sediaan ini melawan edema mukosa
maupun spasme muskular dan membantu mengurangi obstruksi jalan nafas serta
memperbaiki pertukaran gas. Medikasi ini mencakup antagonis beta-adrenergic
(Metoproterenol, Isoproterenol) dan metilxantin teofilin, aminofilin), yang menghasilkan
dilatasi bronkial. Bronkodilator mungkin diresepkan per oral, subkutan, intravena, per
rektal atau Inhalasi. Medikasi Inhalasi dapat diberikan melalui aerosol bertekanan,
nebulizer. Bronkodilator mungkin menyebabkan efek samping yang tidak dinginkan
termasuk takikardia, disritmia jantung dan perangsangan sistem saraf pusat. Metilxantin
dapat juga menyebabkan gangguan gastrointestinal seperti mual dan muntah. 11
Pengobatan Infeksi
Pasien dengan atelektasis rentan dengan infeksi paru dan harus di obati pada saat
awal timbulnya tanda tanda infeksi seperti sputum purulen, batuk meningkat dan demam.
Organisme yang paling sering adalah S. Penumonia, H. Influenza, dan Branhamella
catarrhalis. Terapi anti mikroba dengan Tetrasiklin, Ampisilin, Amoxycilin atau
Trimetoprim-sulfametoxazol (Bactrim) mungkin diresepkan. 11
Terapi Oksigen
24
2.13 Prognosis
Untuk pasien dengan atelectasis, prognosis sangat bervariasi, dan penentuan utama
adalah etiologi yang mendasari dan komorbiditas pasien. 8
2.14 Komplikasi
2.15 Pencegahan
Tindakan untuk mencegah atelectasis adalah nafas dalam dan batuk, ambulasi,
spirometri insentif, sering merubah posisi pasien yang dirawat di tempat tidur, pemberian
cairan yang cukup untuk meningkatkan mobilisasi sekresi, dan edukasi pasien untuk
meningkatkan kerja sama. 16
25
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Kata "atelektasis" berasal dari bahasa Yunani; yaitu atelez (ateles) dan ektasiz
(ektasis) yang masing-masing berarti "tidak sempurna" dan "ekspansi”.
2. Atelektasis dapat disebabkan oleh plak mucus, benda asing, menyempitnya jalur
pernafasan, adanya tumor, penggumpalan darah di jalur pernafasan.
3. Gejala atelektasis yaitu demam, batuk, dyspnea, nyeri dada, sianosis.
4. Tanda-tanda gambaran radiologis atelectasis : pergeseran fissure mayor dan minor ke arah
atelectasis, peningkatan kepadatan paru-paru yang terkena, pergeseran struktur pada thorax
seperti trakea, jantung, hemidiafragma.
5. Klasifikasi atelektasis : atelektasis subsegmental, atelektasis compressive, dan atelektasis
obstruktif.
6. Diagnosis banding atelektasis adalah efusi pleura, tumor paru, TB Paru.
7. Terapi atelektasis terdiri dari terapi konservatif mencakup perbaikan ventilasi, pencegahan
terhadap infeksi, penyuluhan dan rehabilitasi berkesinambungan, sedangkan terapi
simptomatik berupa bronkodilator untuk mendilatasi jalan nafas, pengobatan infeksi
dengan pemberian antibiotic seperti ampisilin, tetrasiklin, amoxycilin dan terapi oksigen.
8. Pemeriksaan penunjang atelektasis : Chest X-Ray, CT-Scan, Bronkoskopi.
9. Komplikasi dari atelektasis adalah hipoksemia, pneumonia, gagal napas.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Azizah, Fani Nur, and Dwi Juniati. "Analisis Jenis Penyakit Paru-Paru Berdasarkan Chest
X-Ray Menggunakan Metode Fuzzy C-Means." MATHunesa: Jurnal Ilmiah
Matematika 9.2 (2021): 322-331.
2. Novialdi F., Histawarta S. Aspirasi Benda Asing Paku dengan Komplikasi Atelectasis Paru
dan Aspirasi Benda Asing Jarum Pentul tanpa Komplikasi. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015
; 2.
3. Umara AF., Wulandari, SM. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi. Yayasan Kita
Menulis : 2021.
4. Utama., Saktya, YA. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi.
Yogyakarta; Deepublish. 2018.
5. Agustina, A, N., Wahyuni., Budiono. Anatomi Fisiologi. Medan : Yayasan Kita Menulis.
2021
6. Putri, Pertiwi Permata, and Tantri Dwi Kaniya. "Evaluasi Radiologis Pneumotoraks
Spontan Sekunder pada Pasien dengan Tuberkulosis Paru Kasus Relaps." Medical
Profession Journal of Lampung 9.2 (2019): 359-365.
7. Grott, K., Chauhan, S., Dunlap, J. Atelektasis. StartPearls National Library of Meidicine.
2023.
8. Grott, K. and Dunlap, J.D. Athelectasis. StartPearls. 2020.
https://www.ncbi.nih.gov/books/NBK545316/.
9. Restrepo, R., Braverman, J. 2015. Current challenges in the recognition, prevention, and
treatment of perioperative pulmonary atelectasis. Expert review of respiratory medicine, 9
(1), 97-107. https:// doi.org/oi:10.1586/17476348.2015.996134
10. Huether SE., McCance KL, editors. Buku Ajar Patofisiologi. 6th Indonesia ed vol.1.
Singapore: Elseiver, 2019.
11. Madappa T. Atelectasis. Medscape, 2018.
12. National Blood, Heart, and Lung Institute. What is atelectasis? Diperbaharui Januari 13,
2012. https://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/atl/
13. Herring W. Learning Radiologi Recognizing the basics (Text Book). Philadelphia :
Elseiver. 2012.
14. Murphy, A., et all. Lung Atelectasis. Radiopedia. Available at 2020.
<https://radiopedia.org/articles/lung-atelectasis>.
15. J, T, Betty. Athelectasis. In : Chest Radiography. Lexington : University of Kentucky;
2008. P. 1-5.
16. Mayoclinic. Atelectasis. Diperbaharui : Juni 11, 2015.
17. Hermawan AV. Buku Ajar Ilmu Penyakkt Dalam jilid 1. In : Sudoyo A W Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata K SS, editprs IV. Jakarta : Interna Publishing;2014.
18. Herring, W. Learning Radiology Recognizing The Basics 3rd edition. Philadelphia :
Elseiver. 2016.
27
19. Corne, J., Pointon K. Chest X-Ray Made Easy. Third Edition. Philadelphia : Elseiver. 2010.
28