You are on page 1of 32

UNTAD

ATELEKTASIS
REFARAT

Ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan


Dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik

Oleh:
Regita Anggie Cahyani N 111 22 060

Pembimbing Klinik:
dr. A. Fitrah Muhibbah, Sp.Rad

DEPARTEMEN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :


Nama : Regita Anggie Cahyani
Stambuk : N111 22 060
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter Universitas Tadulako
Judul Refarat : Atelektasis
Bagian : Radiologi

Bagian Radiologi
RSUD Undata Palu
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

Palu, Oktober 2023

Pembimbing Klinik

dr. A. Fitrah Muhibbah, Sp.Rad

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPU
L.......................................................................................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3
2.1 Anatomi Paru..................................................................................................................3
2.2 Fisiologi Paru...................................................................................................................4
2.3 Definisi Atelektasis..........................................................................................................5
2.4 Epidemiologi....................................................................................................................5
2.5 Etiologi.............................................................................................................................5
2.6 Klasifikasi Atelectasis.....................................................................................................6
2.7 Patofisiologi......................................................................................................................7
2.8 Gambaran Radiologi dari Atelektasis...........................................................................8
2.9 Diagnosis........................................................................................................................10
2.10 Diagnosis Banding.........................................................................................................21
2.11 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................23
2.12 Penatalaksanaan............................................................................................................23
2.13 Prognosis........................................................................................................................25
2.14 Komplikasi.....................................................................................................................25
2.15 Pencegahan....................................................................................................................25
BAB III PENUTUP......................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................27

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Paru …………………………………………….....…………………….…..3
Gambar 2. Atelektasis lobus tengah kanan……………………………….....………………...…13
Gambar 3. Atelektasis lobus kanan atas……………………………….....…………………...…13
Gambar 4. Atelektasis kiri……………………………….....………………………………...….14
Gambar 5. Atelektasis kanan……………………………….....…………………………………14
Gambar 6. Atelektasis kiri atas……………………………….....………………………..……...15
Gambar 7. Pneumonektomi sisi kiri……………………………….....………………...……...…16
Gambar 8. Atelektasis subsegmental……………………………….....…………………….…...16
Gambar 9. Atelektasis tekan (pasif)……………………………….....………………………..…17
Gambar 10. Atelektasis efusi seimbang……………………………….....………………...….…17
Gambar 11. Roundatelectasis, left;owerlobel……………………………........…………………18
Gambar 12. Terdapat area berwarna putih……....………………………….....…………………19
Gambar 13. Kolaps lobus kanan tengah………………………………….....………………...…20
Gambar 14. Radiologi diatas tampak perselubungan…………………….....………………...…20
Gambar 15. Foto efusi pleura dari cairan pleura………………………….....…………………...19
Gambar 16. Tampak bayangan radiopaq……………………………….....………………...…...20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam tubuh manusia terdapat beberapa organ vital, salah satunya paru-paru yang
berfungsi dalam sistem pernapasan. Terdapat proses pertukaran udara antara oksigen menjadi
karbondioksida di dalam paru-paru. Oksigen yang diserap akan diedarkan ke seluruh tubuh
dengan bantuan jantung melalui sistem peredaran darah. Dalam melakukan fungsinya, tentu
paru-paru dapat mengalami kelainan yang disebabkan oleh beberapa hal, seperti polusi udara,
virus, jamur, ataupun bakteri. Kelainan tersebut akan mengganggu proses yang terjadi dalam
sistem pernapasan jika tidak segera ditangani. Gangguan tersebut dapat berupa kesulitan
bernapas sehingga dapat menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam menjalankan
aktivitas serta menyebabkan penderita kekurangan oksigen, bahkan gangguan tersebut dapat
menyebabkan kematian apabila tidak cepat terdeteksi. Beberapa contoh gangguan pada paru-
paru adalah pneumothoraks, atelektasis, efusi pleura, dan kanker paru-paru. Beberapa penyebab
atelektasis adalah pneumothoraks, efusi pleura, dan kanker.1

Atelektasis adalah gangguan perkembangan paru yang disebabkan berkurangnya


pertukaran udara perifer didalam paru. Seorang klinisi harus dapat membedakan mekanisme
terjadinya atelectasis. Terdapat 3 mekanisme yang dapat menyebabkan atelectasis yaitu 1)
Peningkatan tekanan permukaan di dalam alveolus, 2) Kompresi parenkim paru akibat
peningkatan dinding intratoraks maupun ektsratoraks paru, 3) Obstruksi jalan napas yang
menyebabkan berkurangnya pertukaran udara di alveolus. Diagnosis atelectasis berdasarkan
gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi dan
bronkoskopi. Gejala klinis atelectasis pada anak-anak sulit dikenali karena tidak ada gejala
spefisifik yang muncul, sehingga keadaan atelectasis terkadang terlambat untuk diterapi. Gejala
klinis dan pemeriksaan fisik atelectasis didapatkan adanya sesak nafas, batuk, riwayat tersedak,
demam, retraksi dinsing dada dan suara nafas paru yang melemah. Pada pemeriksaan radiologi
ditemukan gambaran opasifikasi, pergeseran mediastinum, elevasi diafragma, pergeseran fissure
interlobaris dan silhouette sign. Bronkoskopi kaku pada kasus atelectasis dapat digunakan
sebagai alat diagnostic maupun terapeutik. Bronkoskopi dengan tujuan terapeutik seperti
ekstraksi benda asing, pengambilan plak mucus bronkus dan bronkoskopi lavage yang dilakukan

1
bila didapatkan atelectasis dengan banyak secret mukopurulen. Bronkoskopi diagnostic bertujuan
untuk pengambilan secret bronkus sebagai pemeriksaan kultur dan pemeriksaan biopsy jaringan
terhadap kecurigaan atelectasis yang disebabkan oleh keganasan. Penatalaksanaan atelectasis
meliputi pemberian antibiotic, fisioterapi dinding dada, humidifikasi, dan hidrasi.2

Jenis kelamin tidak memengaruhi atelectasis. Atelektasis dapat terjadi pada kondisi saat
tindakan anestesi umum yang baru diberikan. Didapatkan bahwa terjadi gangguan pada kedua
paru dalam waktu lima menit setelah pemberian anestesi. Atelectasis lebih sering terjadi pada
kasus tindakan operasi jantung dengan bypass, operasi abdomen, atau thoraks.3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Paru

Gambar 1. Anatomi Paru4


Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediastinum), dilindungi oleh struktur
tulang selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu sekat disebut diafragma.
Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram, sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram.
Masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluh-
pembuluh besar serta struktur lain di dalam rongga dada. Selaput yang membungkus paru
disebut pleura.4

Pleura dibagi menjadi dua bagian yaitu pleura visceral (pleura yang langsung
menutupi paru-paru) dan pleura parietal yang merupakan pleura luar. Diantara keduanya
lapisan ini mengandung rongga kavum yang disebut kavum pleura. Dalam keadaan
normal, kavum pleura atau rongga kavum ini tidak terisi udara.5

Paru-paru dibagi menjadi dua bagian. Artinya paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus
(lobus pulmo dextra superior, lobus dextra media, lobus pulmo dextra inferior) dan paru-
paru sinistra terdiri dari 2 lobus (lobus sinistra superior dan lobus sinistra inferior). Setiap

3
lobus terdiri dari belahan kecil yang disebut segmen. Ada sepuluh segmen di paru-paru
kiri. Artinya ada 5 segmen di lobus superior dan lima lobus inferior. Paru-paru kanan
juga ada 10 segmen, lima segmen di lobus superior, dua segmen di lobus media, dan tiga
segmen di lobus inferior. Setiap segmen dibagi lagi menjadi bagian-bagian yang disebut
lobules. Setiap lobules disuplai dengan udara dari bronkiolus terminal, selanjutnya
bercabang menjadi bronkiolus pernapasan, saluran alveolar, dan banyak alveoli (kantung
udara). Ada 150 juta alveoli di paru-paru orang dewasa. Hal ini memungkinkan untuk
pertukaran gas. Saat saluran udara terbagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil,
dinding saluran udara menjadi lebih tipis dan lebih tipis sampai otot dan jaringan ikat
hilang, meninggalkan satu lapisan sel epitel skuamosa sefderhana di saluran alveolar dan
alveoli. Saluran udara distal didukung oleh jaringan ikat elastic yang longgar, dimana
makrofag, fibroblast, saraf, pembuluh darah, dan pembuluh limfe berada. Alveoli
dikelilingi oleh jaringan kapiler yang padat.5

Pertukaran gas paru-paru (respirasi eksternal) terjadi di membrane yang terddiri


dari dinding alveolar dan dinding kapiler yang terhubung satu sama lain. Membran ini
disebut membrane respiratorik. Diantara sel-sel epitel skuamosa terdapat sel septal yang
mensekresi surfaktan, yaitu cairan fosfolipid yang mencegah alveolus mongering. Selain
itu, surfaktan mengurangi tekanan dan mencegah dinding alveolus dari kolaps selama
ekspirasi. Sekresi surfaktan ke dalam saluran pernapasan bagian bawah dan alveoli
dimulai seiring dengan bertambahnya usia janin.5

2.2 Fisiologi Paru


Paru-paru berfungsi sebagai pertukaran oksigen dan karbondioksida yang tidak
dibutuhkan tubuh. Selain itu masih banyak lagi fungsi paru-paru diantaranya sebagai
penjaga keseimbangan asam basa tubuh. Bila terjadi asidosis maka tubuh akan
mengkompensasi dengan mengeluarkan banyak karbondioksida yang bersifat asam
keluar tubuh. Dalam sistem ekskresi fungsi paru-paru adalah untuk mengeluarkan
karbondioksida dan uap air. Dalam sistem pernapasan fungsi paru-paru adalah untuk
proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di dalam darah. Dalam sistem peredaran
darah fungsi paru-paru adalah untuk proses pertukaran antara oksigen dan karbondioksida
dalam darah.4

4
Di dalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan
karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel sel darah merah menangkap
karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru. Di
paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui
hidung.4

2.3 Definisi Atelektasis


Kata "atelektasis" berasal dari bahasa Yunani; Ini adalah kombinasi dari kata
Yunani atelez (ateles) dan ektasiz (ektasis) yang masing-masing berarti "tidak
sempurna" dan "ekspansi”.8 Atelektasis adalah keadaan kolapsnya paru sebagian atau
komplit yang masih reversibel. Hal tersebut menyebabkan gangguan pertukaran CO2 dan
O2. Gambaran langsung atelektasis pada foto toraks adalah penumpukan pembuluh darah
pulmoner, air bronchogram memadat, serta berpindahnya fisura lobaris.6

2.4 Epidemiologi
Atelektasis tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin maupun usia. Kejadian
atelektasis pada pasien PPOK, asma tidak mengalami peningkatan. Atelektasis sering
terjadi pada pasien yang baru saja mengalami anestesi umum, dan angka kejadiannya
mencapai 90% pada populasi pasien. Atelektasis lebih sering terjadi pada kasus setelah
tindakan operasi jantung dengan bypass, dibandingkan dengan jenis operasi lain termasuk
torakotomi.7

2.5 Etiologi
Atelektasis dapat terjadi secara akut atau kronik. Penyebab atelektasis kronik
dikaitkan dengan saluran pernafasan kronik seperti gangguan neuromuscular, deformitas
dinding dada, ataupun penyakit kanker paru, sedangkan atelektasis akut terjadi paling
sering dikarenakan komplikasi operasi. Atelektasis pasca operasi memengaruhi 90%
pasien yang menjalani prosedur operasi besar baik orang dewasa maupun anak-anak yang
menerima tindakan anestesi.8

Atelektasis dapat disebabkan oleh penghalang dapat berupa:

a. Plak mukus: terjadi penumpukan mukus pada jalur pernafasan, terkadang terjadi
selama dan setelah operasi, pasien tidak dapat batuk-batuk, hal ini merupakan

5
penyebab atelektasis secara umum. Penyedotan plak sering dilakukan untuk
membersihkan mukus. Sehingga, batuk dan bernafas dalam sangat diperlukan
setelah operasi Plak mukus sangat sering ditemukan pada penderita asma
dan cystic fibrosis.
b. Benda asing: umumnya terjadi pada anak-anak karena bisa terjadi karena benda-
benda asing seperti kacang dapat dimasukkan ke dalam hidung.
c. Menyempitnya jalur pernafasan: penyempitan dapat terjadi oleh
infeksi kronis oleh cendawan pada jalur pernafasan, atau tuberkulosis.
d. Terdapat tumor dalam jalur pernafasan.
e. Penggumpalan darah: hal ini dapat terjadi jika terdapat pendarahan parah dalam
paru-paru dan tidak bisa dikeluarkan.8

2.6 Klasifikasi Atelectasis


a. Atelektasis obstruksi, sering disebut sebagai atelectasis resorpsi yang disebabkan
karena adanya benda asing atau mucus seperti proses penyakit infeksi
(pneumonia, bronchitis, dan bronkiektasis). Anak-anak sangat rentan terhadap
atelectasis resorpsi dikarenakan adanya benda asing yang dapat menyebabkan
gangguan ventilasi yang kurang berkembang.3
b. Atelektasis non-obstruksi, disebabkan karena trauma dada akibat kecelakaan.3

Tiga jenis mekanisme atelectasis secara fisiologis yang sangat berkontribusi :

a. Atelektasis kompresi : disebabkan oleh proses anestesi umum dimana ventilasi


mekanik mengakibatkan alveoli menjadi kolaps sehingga menyebabkan tekanan
negatif. Selain itu juga faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan
atelectasis kompresi yaitu anatomi dada dan perubahan otot pernapasan atau
terjadi ketika transmural tekanan distensi alveolus berkurang.9
b. Atelektasis absorpsi, disebabkan karena sumbatan mucus di daerah bronkiolus
sehingga mengalami hipoventilasi atau dari inhalasi oksigen masuk ke dalam
alveolus berkurang.9
c. Gangguan surfaktan, terjadi karena berkurangnya ketersediaan surfaktan, dimana
keadaan surfaktan sangat penting untuk nmengurangi tegangan pada permukaan
alveoli sehingga mencegah terjadinya kolaps paru selama ekspirasi. Kekurangan

6
surfaktan dapat terjadi pada pasien ARDS dan bayi yang lahir dengan
premature.10

2.7 Patofisiologi
Obstruksi bronkhial karena adanya benda asing atau sumbatan eksudat kental
yang mengganggu saluran pernapasan dan menghambat udara masuk ke zona alveolus
dapat menyebabkan atelectasis. Udara yang berada dalam alveolus menjadi sulit untuk
keluar dari alveolus dan akan terabsorpsi sedikit demi sedikit ke aliran darah yang
menyebabkan alveolus kolaps (untuk mengembangkan alveolus yang kolaps total
diperlukan tekanan udara yang lebih besar seperti halnya seseorang harus meniup balon
lebih keras pada waktu mulai mengembangkan balon). Mekanisme ini dikenal dengan
atelektasis absorpsi dan dapat disebabkan oleh obstruksi bronkus intrinsik atau
ekstrinsik.3

Obstruksi bronkus intrinsik paling sering disebabkan oleh sekret atau eksudat
yang tertahan sedangkan obstruksi ekstrinsik pada bronkus biasanya disebabkan oleh
neoplasma pembesaran kelenjar getah bening, aneurisma atau jaringan paru-paru akibat
dari hiperaktivitas dari proses tuberkulosis paru.3

Risiko atelektasis meningkat pada pasien dengan penurunan mekanis ketika


melakukan ventilasi seperti saat pasien harus melakukan posisi supinasi, membebat dada
karena nyeri, depresi pernapasan akibat opioid, sedatif, retakan otot dan distensi
abdomen. Penderita atelektasis biasanya dijumpai pada balita yang lahir prematur di
mana paru tidak dapat mengembang dengan sempurna sehingga paru tampak padat dan
kemps. Namun atelektasis juga bisa terjadi pada dewasa yang mengalami obstruksi jalan
nafas (bronkus) jika terjadi penyumbatan dalam saluran nafas maka udara dalam alveoli
akan terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat. 4

Atelektasis juga dapat terjadi akibat tekanan pada jaringan paru yang menghambat
ekspansi normal paru pada saat inspirasi. Mekanisme ini disebut dengan atelektasis
tekanan. Proses tekanan tersebut dapat akibatkan oleh adanya penumpukan cairan di
dalam thoraks (efusi pleura), udara di dalam rongga pleura (pneumothoraks), pembesaran

7
jantung, distensi perikardium oleh cairan (efusi perikardial), pertumbuhan tumor di dalam
thoraks, atau kenaikan diafragma ke arah atas akibat adanya tekanan abdominal yang
dialami pasien. Penderita dengan atelektasis jika tidak ditangani dengan tepat akan
menimbulkan kematian.4

2.8 Gambaran Radiologi dari Atelektasis


Gambaran radiologi atelectasis dibagi tanda secara langsung (direct) dan tidak
langsung (indirect).

a. Direct Sign
Direct sign menunjukkan kehilangan volume pada lobus yang abnormal.
 Displacement of interlobar fissure adalah tanda yang paling baik dari
atelectasis tetapi tidak selalu terlihat. Gambaran spesifik dari fissure
displacement terlihat pada lobus.11
 Crowding of Vessles of bronchii menggambarkan lobus kehilangan
volume dan diagnosis ini ditegakkan jika tidak terlihat adanya pergeseran
dari fissure. Crowded vessels terlihat pada pemeriksaan radiolgis jika
adanya kehilangan volume tanpa adanya konsolidasi.11
b. Indirect Sign
Indirect sign tidak berhubungan langsung kehilangan volume di lobus tetapi
akibat sekunder dari penyakit.
a. Elevasi diafragma
Elevasi diafragma terjadi akibat kehilangan volume di daerah
ipsilateral. Umumnya atelektasis di daerah lobus bawah daripada
atelektasis lobus atas. Walaupun sangat sulit untuk melihat daerah akibat
adanya suatu konsolidasi. Untuk mendiagnosis harus mengetahui posisi
normal diafragma. Hemidiafragma kanan lebih tinggi 2 cm daripada
hemidiafragma kiri pada orang normal sekitar 90%.11
b. Pergeseran mediastinum
Pergeseran mediastinum Ontario are biasanya terjadi dengan
kolaps trobos atas dan mudah dikenal dengan pergeseran dari trakea

8
pergeseran dari jantung dan mediastinum poster your tampak dengan
atelektasis bawah.11
c. Compensatory overinflation
Compensatory overinflation dari paru normal pada satu sisi dengan
terjadi atelektasis akibat dari peningkatan volume dan penurunan dari
densitas paru.11
d. Pergeseran dari hilus
Pergeseran dari hilus terjadi akibat atelektasis di daerah lobus atas
atau lobus bawah. Elevasi dari hilus akibat dari kolaps pada lobus atas.
Hilus kiri lebih tinggi dari hilus kanan pada keadaan normal. Jika berada
pada posisi yang sama itu terjadi akibat kolaps dari atas kanan atau
kolaps dari lobus bawah kiri. 11
e. Approximation of the ribs
Pada iga-iga di daerah ipsilateral akan saling mendekati satu sama
lain oleh karena adanya kehilangan volume paru. Walaupun gambaran ini
bisa terlihat pada penderita dengan kolaps, gambaran atelektasis lain
selalu terlihat. 11
f. Peningkatan opasitas dari paru
Peningkatan opasitas dari paru bisa terlihat tetapi tidak begitu
spesifik. Ini menunjukkan bahwa tidak adanya udara di jaringan paru. 11
g. Tidak adanya air bronchogram
Pada penderita dengan konsolidasi paru tidak tampak air
bronchogram. Ini menunjukkan terjadinya obstruksi bronkus di daerah
sentral. Adapun air bronchogram bisa terjadi dari obstruksi bronkus di
daerah sentral atau resorption atelectasis dan mungkin juga akibat dari
mucus plaque di daerah perifer. 11
h. Mucous bronchogram
Mucous bronchogram terjadi akibat dari obstruksi pada bronkus.
Gambaran CT menunjukkan low attenuation mucus dan terjadi obstruksi
di bronkus. Tanda indirect dengan tipe spesifik pada atelectasis. Tanda

9
indirect yang lain dari atelectasis yang diikuti oleh tipe spesifik dari
atelectasis termasuk :
 Goldens sign : atelectasis lobus bawah atas
 Juxtaphrenic peak : atelectasis lobus atas
 Luftsichel sign : atelectasis lobus atas kiri
 Flat waist sign : atelectasis lobus bawah kiri
 Comet tail sign : rounded atelectasis.11

2.9 Diagnosis
Gejala Klinis
Atelektasis dapat ditandai dengan penyumbatan pembuluh darah paru-paru,
adanya udara di percabangan bronkus, dan pergeseran celah interlobar. Selain itu,
atelectasis juga dapat ditandai dengan kekeruhan paru-paru; ketinggian diafragma;
pergeseran trakea, jantung, dan mediastinum; perpindahan hilus; kompensasi
hiperekspansi paru-paru; dan pergeseran granuloma.1

Atelektasis umumnya terkadang tidak menimbulkan gejala, atau hanya


menunjukkan demam dan batuk. Jika atelectasis terjadi pada lobus paru-paru yang besar
dapat menimbulkan gejala berupa dyspnea, hipoksemia berat, trakea mediastinum dan
diafragma tergeser kearah sisi yang kolaps. Pada perkusi juga biasa ditemukan redup dan
mungkin pula normal bila terjadi emfisema kompensasi, batas jantung dan mediastinum
akan bergeser, letak diafragma mungkin meninggi. Pemeriksaan auskultasi suara napas
meredup atau bahkan menghilang, dapat juga ditemukan krepitasi dan/ wheezing.7

Pada anak yang sehat tiba-tiba menderita sesak nafas disertai sianosis, harus
waspada terhadap terjadinya atelectasis atau massif yang disebabkan oleh penyumbatan
salah satu bronkus utama oleh benda asing. Gejala bisa berupa gangguan pernafasan,
nyeri dada, batuk. Jika disertai infeksi bila terjadi demam dan peningkatan denyut
jantung.7

Diagnosis atelectasis ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda yang didapatkan,


serta pemeriksaan radiografi. Foto radiografi digunakan untuk konfirmasi diagnosis. CT
Scan digunakan untuk memperlihatkan lokasi obstruksi. Foto radiografi dada dilakukan

10
dengan menggunakan proyeksi anterior-posterior dan lateral untuk mengetahui lokasi dan
distribusi atelectasis. Sebagai dasar gambaran radiologi pada atelectasis adalah
pengurangan volume paru baik lobaris, segmental, atau seluruh paru akibat berkurangnya
aerasi sehingga memberi bayangan lebih suram (densitas tinggi) dan pergeseran fissure
interlobaris. Tanda-tanda tidak langsung dari atelectasis adalah sebagian besar upaya
kompensasi penguranagn volume paru, yaitu : penarikan mediastinum kea rah atelectasis,
elevasi hemidiafragma, sela iga menyempit, pergeseran hilus. Adanya “siluet” merupakan
tanda memungkinkan adanya lobus atau segmen dari paru-paru yang terlibat.12

Sebagai dasar gambaran radiologis pada atelectasis adalah penguranagn volume


bagian paru baik lobaris segmental atau selurung lapang paru, dengan akibat kurangnya
aerasi sehingga memberi bayangan lebih suram (densitas tinggi) dengan penarikan
mediastinum ke arah atelectasis, sedangkan diafragma tertarik ke atas dan sela iga
menyempit. . 12

Dengan adanya atelektasis maka bagian paru sekitarnya mengalami suatu


emfisema kompensasi yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga terjadi herniasi
hemithoraks yang sehat ke arah hemitoraks yang atelectasis.12

Complete atelectasis dari keseluruhan paru adalah saat (1) paru kolaps secara
keseluruhan, ditunjukkan dengan bentukan opak pada seluruh hemithoraks dan
pergeseran ipsilateral mediastinum, (2) pergeseran mediastinum membedakan atelectasis
dengan efusi pleura massif.12

Tanda-tanda atelectasis :

1. Perpindahan (pergeseran) fissura interlobar (mayor dan minor) ke arah


atelectasis (gambar 2).
2. Peningkatan kepadatan paru-paru yang terkena (gambar 2).
3. Perpindahan (pergeseran) thorax. Struktur yang dapat bergerak karena
perubahan volume paru-paru :
a. Trakea
 Biasanya terletak di garis tengah dan berpusat pada processus
spinosus badan vertebra. 18

11
 Pada atelectasis, terutama pada lobus atas, trakea dapat
bergeser ke sisi kehilangan volume.18
b. Jantung
 Pada atelektasis, terutama pada lobus bawah, jantung
mungkin bergeser ke satu sisi atau sisi lainnya. Ketika
jantung bergeser ke kiri, batas jantung kanan akan tumpang
tindih dengan tulang belakang (Gambar 3). Ketika jantung
bergeser ke arah kanan, batas kiri jantung akan mendekati
garis tengah (Gambar 4).18
c. Hemidiafragma
 Hemidiafragma kanan hampir selalu lebih tinggi dari kiri
sekitar setengah sela jarak antara dua rusuk yang
berdekatan.18
 Pada atelektasis, terutama pada bagian bawah lobus,
hemidiafragma di sisi yang terkena akan biasanya bergeser ke
atas (Gambar 6).18

Jenis-jenis Atelektasis

1. Atelektasis subsegmental
Atelektasis ini juga disebut atelectasis discoid (Gambar 8).
a. Atelektasis subsegmental menghasilkan kepadatan linier ketebalan bervariasi
biasanya sejajar dengan diafragma, paling di dasar paru-paru.
b. Tidak menghasilkan volume yang cukup menyebabkan pergeseran struktur
toraks seluler.
c. Kebanyakan terjadi pada pasien yang menggunakan bidai, yaitu tidak menarik
napas dalam-dalam, seperti pasca operasi atau pasien dengan nyeri pleuritik.
d. Atelektasis subsegmnetal bukan karena bronkial halangan.
e. Kemungkinan besar terkait dengan penonaktifan surfaktan, yang
menyebabkan runtuhnuya ruang udara di nonsegmental atau distribusi non
lobar.

12
f. Pada studi tunggal, tanpa pemeriksaan sebelumnya untuk comparison,
atelectasis subsegmental dan kronis, jaringan parut linier dapat terlihat
identic. Atelektasis subsegmental biasanya menghilang dalam hitungan hari
dengan kembalinya pernapasan dalam yang normal sedangkan jaringan parut
tetap ada.13
2. Atelektasis compressive
Kehilangan volume akibat kompresi pasif paru dapat disebabkan oleh:
a. Upaya inspirasi yang buruk dimana atelectasis pasif paru terlihat didasar
(Gambar 9).
b. Sebuah efusi pleura besar, pneumotoraks besar, atau lesi pendudukan ruang.
(seperti massa besar di paru-paru).
c. Ketika disebabkan oleh upaya inspirasi yang buruk, atelectasis pasif dapat
menyerupai penyakit ruang udara di pangkalan.
 Jebakan : waspadai atelectasis tekan jika pasien mengambil napas kurang
dari 8 tulang rusuk belakang.
 Solusi : periksa proyeksi lateral untuk konfirmasi adanya penyakit
wilayah udara yang sebenarnya di pangkalan. 13
d. Bila disebabkan oleh efusi besar atau pneumothorks, hilangnya volume yang
terkait dengan atelectasis tekan dan menyeimbangkan peningkatan volume
yang dihasilkan oleh cairan (seperti pada efusi pleura) atau udara (seperti pada
oneumotoraks). 13
e. Pada pasien dewasa dengan hemitoraks yang opak, tanpa air bronchogram dan
sedikit atau tanpa pergeseran struktur thoraks yang bergerak, penting untuk
mencurigai adanya karsinoma bronkogenik obstruktif, mungkin dengan
metastasis ke pleura (Gambar 10). 13
f. Atelektasis bulat
g. Bentuk atelectasis kompresif ini biasanya terlihat di pinggiran dasar paru dan
berkembang dari kombinasi penyakit pleura sebelumnya (seperti dari paparan
abses atau tuberculosis) dan pembentukan efusi pkleura yang menghasilkan
atelectasis kompresif yang berdekatan. 13

13
h. Saat efusi pleura berkurang, penyakit pleura yang mendasari menyebabkan
sebagian paru atelectasis menjadi “terperangkap”. Ini menghasilkan lesi
seperti massa yang dapat disalahartikan sebagai tumor. Pada CT-Scan dada,
tanda bronkovaskular secara khas mengarah dari atelectasis bundar kembali
ke hilus menghasilkan penampakan ekor komet (Gambar 11). 13
3. Atelektasis obstruktif
a. Atelektasis obstruktif berhubungan dengan resorpsi udara dari alveoli, melalui
kapiler paru-paru, distal ke lesi yang menghalangi pohon bronkial.
b. Tingkat dimana udara diserap dan paru-paru kolaps tergantung pada
kandungan gasnya saat tersumbat. Dibutuhkan sekitar 18-24 jam untuk
seluruh paru-paru runtuh dengan pasien menghirup udara ruangan tetapi
kurang dari 1 jam dengan pasien bernapas mendekati 100% oksigen.
c. Segmen, lobus, atau paru yang terkena kolaps dan menjadi lebih buram (lebih
putih) karena tidak mangandung udara. Keruntuhan menyebabkan hilangnya
volume pada segmen/lobus/paru yang terkena.
d. Karena visceral dan pleura parietal tetap berhubungan satu sama lain karena
paru-paru kehilangan volume, struktur thorax yang bergerak ditarik kearah
area atelectasis. 13

14
Gambar 2. (A) Tampak dada anterior menunjukkan area dengan kepadatan
yang meningkat (panah putih solid), yang membentuk batas normal jantung
kanan (panah hitam solid) menunjukkan lokasi anteriornya di lobus tengah
kanan. (B) Tampak lateral, fissure minor bergeser ke bawah (panah putih
putus-putus), dan fissura mayor bergeser sedikit ke atas (panah hitam putus-
putus). Perhatikan lokasi anterior lobus tengah. 18

Gambar 3. Atelektasis lobus kanan atas. Area berbentuk kipas dengan


kepadatan yang meningkat terlihat pada proyeksi frontal (A) yang mewakili
lobus kanan atas tanpa udara. Fisura minor bergeser ke atas (panah putih).
Trakea bergeser ke kanan (panah hitam). (B) Lateral menunjukkan kepadatan
berbentuk baji serupa di dekat puncak paru. Fisura minor (panah putih) ditarik
ke atas dan fisura mayor ditarik ke depan (panah hitam). Ini adalah anak yang
menderita asma, menyebabkan pembentukan sumbat lendir yang menyumbat
bronkus lobus kanan atas. 18

15
Gambar 4. Atelektasis paru kiri. Terjadi opasifikasi lengkap pada hemithoraks
kiri dengan pergeseran trakea (panah hitam solid) dan esofagus (ditandai di
sini dengan tabung nasogastric (panah hitam putus putus) ke arah sisi
atelectasis. Perbatasan jantung kanan yang seharusnya menonjol sekitar 1 cm
ke kanan tulang belakang, telah ditarik ke sisi kiri dan tidak lagi terlihat.
Pasien mengalami Karsinoma bronkogenik obstruktif di bronkus utama kiri. 18

Gambar 5. Atelektasis paru kanan. Ada kekeruhan lengkap dari hemithoraks


kanan dengan pergeseran trakea (panah hitam padat) ke arah sisi atelektasis
tersebut. Perbatasan jantung kiri dipindahkan jauh ke kanan dan sekarang
hampir tumpang tindih dengan tulang belakang (panah putih solid). Pasien ini
memiliki Metastasis endobronkial di bronkus utama kanan dari kanker
payudara sisi kirinya. 13

Gambar 6. Atelektasis lobus kiri atas. Pada proyeksi frontal (A) terdapat
kepadatan berkabut yang mengelilingi hilus kiri (panah putih solid) dan
terdapat masa jaringan lunak di hilus kiri (panah hitam solid). Perhatikan
bagaimana Hemidiafragma kiri telah ditarik ke tingkat yang sama dengan
kanan. Proyeksi Lateral (B) menunjukkan zona seperti pita dengan kepadatan
yang meningkat (panah putih solid) yang mewakili lobus kiri atas atelektasis
yang dibatasi dengan tajam oleh fisura mayor, yang telah ditarik ke depan.

16
Pasien memiliki karsinoma sel skuamosa dari bronkus lobus kiri atas yang
menyebabkan obstruksi total pada bronkus tersebut. 13

Gambar 7. Pneumonoktomi sisi kiri. Pasifikasi lengkap hemithoraks kiri (A)


kemungkinan besar berasal dari Fibrothoraks yang dihasilkan setelah
pengangkatan paru secara menyeluruh. Terdapat hubungan kehilangan volume
yang ditandai dengan pergeseran trakea ke kiri (panah putih solid) tulang
rusuk ke lima kiri diangkat melalui pembedahan selama pneumonektomi
(panah hitam padat). Paru-paru kanan mengalami herniasi di garis tengah
dalam upaya untuk mengisi hemithoraks kiri, yang terlihat dengan
peningkatan lucency dibelakang sternum di (B) (panah putih solid).
Perhatikan bahwa karena hanya hemithoraks kanan yang tersisa paru-paru
yang di angina-anginkan, hanya hemidiafragma kanan yang terlihat pada

17
proyeksi Lateral (panah hitam solid). Hemidiafragma kiri telah dibuat siluet
oleh hemithoraks tanpa udara di atasnya. 13

Gambar 8. Atelektasis subsegmental. Tampilan close-up dasar paru


menunjukkan beberapa kepadatan linier yang memanjang di semua segmen
lobus bawah sejajar dengan diafragma (panah hitam solid). Ini adalah
tampilan khas dari atelektasis subsegmental, kadang kadang disebut juga
atelectasis diskoid atau atelektasis mirip lempeng. Pasien pasca operasi dari

operasi perut dan tidak dapat mengambil nafas dalam dalam. Atelektasis
menghilang dalam beberapa hari setelah operasi. 13

Gambar 9. Atelektasis kompresi (pasif). Kompresi pasif paru dapat terjadi


baik dari upaya inspirasi yang buruk (A) yang bermanifestasi sebagai
peningkatan densitas di dasar paru (panah putih padat) atau sekunder akibat
efusi pleura besar atau pneumothoraks (B). CT-scan aksial dada yang hanya
menunjukkan hemithoraks kiri (B) menunjukkan efusi pleura kiri yang besar

18
(panah hitam solid). Lobus bawah kiri (panah hitam titik-titik) mengalami
atelectasis, tertekan oleh cairan pleura yang mengelilinginya. 13

Gambar 10. Atelektasis dan efusi seimbang, kombinasi yang tidak


menyenangkan. Ada kekeruhan lengkap dari hemithoraks kanan. Tidak ada
bronkogram udara yang menunjukkan pneumonia atau pergeseran trakea
panah (panah hitam solid) atau jantung (panah putih solid). Tidak adanya
pergeseran menunjukkan atelectasis dan efusi pleura seimbang, kombinasi
yang harus meningkatkan kecurigaan untuk karsinoma bronkogenik sentral
(menghasilkan atelektasis obstruktif) dengan metastasi (menghasilkan efusi
pleura yang besar). 13

Gambar 11. Roundatelectasis, leftlowerlobe. Ada kesamaan massa di lobus


kiri bawah (panah hitam putus-putus). Pasien memiliki penyakit pleura yang
terbawah dalam bentuk plak pleura dari paparan abses (panah hitam padat).
Ada tanda bronkovaskular berbentuk ekor komet yang berasal dari “massa”
dan memanjang kembali ke hilum (panah putih padat). Kombinasi fitur ini
merupakan karakteristik atelektasis bulat dan tidak dapat disalahartikan
sebagai tumor. 13

19
Gambar 12. Terdapat area berwarna putih di bagian atas zona paru kanan (1).
Fisura horizontal meninggi, tampak 'massa' pada hilus kanan atas, trakea
deviasi ke kanan (2) dan tulang rusuk di atas area putihnya lebih rapat dari
biasanya.19

Gambar 13. Kolaps lobus kanan tengah. Hal ini sulit dikenali. Diafragma
kanan mungkin sedikit terangkat (1) dan celah horizontal (2) mungkin lebih

20
rendah dari biasanya. Bagian atas zona bawah mungkin berwarna putih kabur
(3) dan batas jantung terkadang tidak jelas. Lebih mudah untuk
melakukannya deteksi di film lateral. Terdapat area putih segitiga dengan
puncak di hilus (4) dan alasnya berada di antara tulang dada dan diafragma
(5).19

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan takipnea. Pemeriksaan saturasi oksigen


dapat membantu menilai keparahan atelectasis dan disfungsi paru. Dapat dijumpai
sianosis, hipotensi, takikardia, hingga gejala syok pada kasus lebih berat.14

Pada inspeksi, dapat dijumpai kurangnya ekspansi dinding dada saat inspirasi di
sisi paru yang terkena. Auskultasi paru dapat menunjukkan suara napas yang menurun
atau menghilang dan crackles, sedangkan pada perkusi dapat ditemukan di area lobus
yang terkena.14

2.10 Diagnosis Banding


a. Efusi Pleura
Pada foto thoraks yang mengalami efusi pleura dan atelektasis mempunyai
beberapa perbedaan dan persamaan yaitu pada gambaran radiologis efusi pleura
masif dapat terjadi shift ke arah yang berlawanan dari yang sakit sedangkan pada
atelektasis tertarik ke bagian yang sakit. 15,17

Gambar 14. Foto efusi pleura dari cairan pleural yang bermanifestasi pada
hemithoraks sinistra dan membentuk meniscus sign berupa sinus kostoprenicus
yang tumpul pada foto thoraks PA diatas. 15,17

21
b. Tumor Paru
Perbedaan mendasar antara Atelektasis dan tumor pada gambaran radiologis
tumor paru menyebabkan penekanan dan shifting ke arah pembesaran tumor dan
dapat pada gambar di radiologi di bawah ini:
Tampak perselubungan homogen yang berbatas tegas pada daerah paru dekstra
Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal
Kedua sinus intake dan diafragma baik
Tulang-tulang intake
DD : Pneumonia/Atelektasis
Usul: CT Thoraks

Gambar 15. Tampak bayangan radiopaque berbatas tegas pada bagian lobus tengah
dekstra paru. Tumor paru yang berasal dari jaringan paru. 15,17

c. TB lama aktif
Gambaran Radiologi TB lama aktif :
Tampak bercak berawan pada lapangan paru dekstra atas yang disertai cavitas,
bintik bintik kalsifikasi, garis fibrosis yang menyebabkan retraksi hilus ke atas. 15,17
Cor: bentuk dan ukuran dalam batas normal
Kedua sinus dan diafragma baik
Tulang tulang intake
Kesan : KP dupleks lama aktif.

22
Gambar 16. Pada gambar radiologi di atas tampak perselubungan homogen pada
paru sinistra disertai dengan kavitas dan garis garis fibrotic kesan kp dextra lama
aktif. 15,17

2.11 Pemeriksaan Penunjang


Untuk mendiagnosa atelectasis dan menentukan penyebab yang mendasari, perlu
dilakukan tes, termasuk :

a. Chest X-ray
Sebuah foto thoraks biasanya cukup untuk penegakan diagnosis atelektasis
benda asing penyebab umum dari atelektasis obstruktif pada anak anak dan
orang dewasa dapat dilihat pada pemeriksaan CT-Scan. 15
b. CT-Scan.
Lebih sensitive mendeteksi atelectasis dibandingkan foto x-ray toraks
karena dapat menunjukkan volume di seluruh atau sebagian dari paru-paru.
CT-Scan juga dapat membantu menentukan apakah ada tumor yang
menyebabkan paru-paru kolaps. 15
c. Oksimetri
Tes sederhana ini untuk mengukur saturasi oksigen dalam darah. 15
d. Bronkoskopi
Prosedur ini dapat membantu melihat dan mengambil, sebagian atau
seluruh penyebab sumbatan di saluran napas seperti plug mucus, tumor, atau
benda asing.15

2.12 Penatalaksanaan

23
Terapi Konservatif
Secara umum tujuan pengobatan adalah untuk memperbaiki kualitas hidup, untuk
memperlambat kemajuan proses penyakit dan untuk mengatasi obstruksi jalan nafas
untuk menghilangkan hipoksia.

Secara khusus, pendekatan terapeutik mencakup :

a. Tindakan pengobatan untuk memperbaiki ventilasi dan menurunkan upaya


bernapas
b. Pencegahan dan pengobatan cepat terhadap infeksi
c. Teknik terapi fisik untuk memelihara dan meningkatkan ventilasi
pulmonary
d. Pemeliharaan kondisi lingkungan yang sesuai untuk memudahkan
pernapasan
e. Dukungan psikologis
f. Penyuluhan pasien dan rehabilitasi yang berkesinambungan
g. Broncodilatar.11

Terapi Simptomatik
Bronkodilator
Berfungsi untuk mendilatasi jalan nafas karena sediaan ini melawan edema
mukosa maupun spasme muskular dan membantu mengurangi obstruksi jalan nafas serta
memperbaiki pertukaran gas. Medikasi ini mencakup antagonis beta-adrenergic
(Metoproterenol, Isoproterenol) dan metilxantin teofilin, aminofilin), yang menghasilkan
dilatasi bronkial. Bronkodilator mungkin diresepkan per oral, subkutan, intravena, per
rektal atau Inhalasi. Medikasi Inhalasi dapat diberikan melalui aerosol bertekanan,
nebulizer. Bronkodilator mungkin menyebabkan efek samping yang tidak dinginkan
termasuk takikardia, disritmia jantung dan perangsangan sistem saraf pusat. Metilxantin
dapat juga menyebabkan gangguan gastrointestinal seperti mual dan muntah. 11

Pengobatan Infeksi

Pasien dengan atelektasis rentan dengan infeksi paru dan harus di obati pada saat
awal timbulnya tanda tanda infeksi seperti sputum purulen, batuk meningkat dan demam.

24
Organisme yang paling sering adalah S. Penumonia, H. Influenza, dan Branhamella
catarrhalis. Terapi anti mikroba dengan Tetrasiklin, Ampisilin, Amoxycilin atau
Trimetoprim-sulfametoxazol (Bactrim) mungkin diresepkan. 11

Terapi Oksigen

Terapi oksigen dapat meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien dengan


emfisema berat. Hipoksemia berat ditandai dengan konsentrasi oksigen rendah untuk
meningkatkan oksigen hingga antara 65 dan 80 mmHg.11

2.13 Prognosis
Untuk pasien dengan atelectasis, prognosis sangat bervariasi, dan penentuan
utama adalah etiologi yang mendasari dan komorbiditas pasien. 8

2.14 Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi dari atelectasis :

a. Hipoksemia. Atelektasis menghambat kemampuan paru-paru untuk


mendapatkan oksigen ke alveoli.
b. Pneumonia. Lendir di paru-paru yang kolaps dapat menyebabkan infeksi.
c. Gagal napas. Atelektasis yang minimal, terutama pada orang dewasa, biasanya
dapat diobati. Tapi jika seluruh atau sebagian besar paru kolaps, terutama pada
bayi atau seseorang dengan penyakit paru-paru, dapat mengancam jiwa. 16

2.15 Pencegahan
Tindakan untuk mencegah atelectasis adalah nafas dalam dan batuk, ambulasi,
spirometri insentif, sering merubah posisi pasien yang dirawat di tempat tidur, pemberian
cairan yang cukup untuk meningkatkan mobilisasi sekresi, dan edukasi pasien untuk
meningkatkan kerja sama. 16

25
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Kata "atelektasis" berasal dari bahasa Yunani; yaitu atelez (ateles) dan ektasiz
(ektasis) yang masing-masing berarti "tidak sempurna" dan "ekspansi”.
2. Atelektasis dapat disebabkan oleh plak mucus, benda asing, menyempitnya jalur
pernafasan, adanya tumor, penggumpalan darah di jalur pernafasan.
3. Gejala atelektasis yaitu demam, batuk, dyspnea, nyeri dada, sianosis.
4. Tanda-tanda gambaran radiologis atelectasis : pergeseran fissure mayor dan minor ke
arah atelectasis, peningkatan kepadatan paru-paru yang terkena, pergeseran struktur pada
thorax seperti trakea, jantung, hemidiafragma.
5. Klasifikasi atelektasis : atelektasis subsegmental, atelektasis compressive, dan atelektasis
obstruktif.
6. Diagnosis banding atelektasis adalah efusi pleura, tumor paru, TB Paru.
7. Terapi atelektasis terdiri dari terapi konservatif mencakup perbaikan ventilasi,
pencegahan terhadap infeksi, penyuluhan dan rehabilitasi berkesinambungan, sedangkan
terapi simptomatik berupa bronkodilator untuk mendilatasi jalan nafas, pengobatan
infeksi dengan pemberian antibiotic seperti ampisilin, tetrasiklin, amoxycilin dan terapi
oksigen.
8. Pemeriksaan penunjang atelektasis : Chest X-Ray, CT-Scan, Bronkoskopi.
9. Komplikasi dari atelektasis adalah hipoksemia, pneumonia, gagal napas.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Azizah, Fani Nur, and Dwi Juniati. "Analisis Jenis Penyakit Paru-Paru Berdasarkan Chest
X-Ray Menggunakan Metode Fuzzy C-Means." MATHunesa: Jurnal Ilmiah
Matematika 9.2 (2021): 322-331.
2. Novialdi F., Histawarta S. Aspirasi Benda Asing Paku dengan Komplikasi Atelectasis
Paru dan Aspirasi Benda Asing Jarum Pentul tanpa Komplikasi. Jurnal Kesehatan
Andalas. 2015 ; 2.
3. Umara AF., Wulandari, SM. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi. Yayasan
Kita Menulis : 2021.
4. Utama., Saktya, YA. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi.
Yogyakarta; Deepublish. 2018.
5. Agustina, A, N., Wahyuni., Budiono. Anatomi Fisiologi. Medan : Yayasan Kita Menulis.
2021
6. Putri, Pertiwi Permata, and Tantri Dwi Kaniya. "Evaluasi Radiologis Pneumotoraks
Spontan Sekunder pada Pasien dengan Tuberkulosis Paru Kasus Relaps." Medical
Profession Journal of Lampung 9.2 (2019): 359-365.
7. Grott, K., Chauhan, S., Dunlap, J. Atelektasis. StartPearls National Library of Meidicine.
2023.
8. Grott, K. and Dunlap, J.D. Athelectasis. StartPearls. 2020.
https://www.ncbi.nih.gov/books/NBK545316/.
9. Restrepo, R., Braverman, J. 2015. Current challenges in the recognition, prevention, and
treatment of perioperative pulmonary atelectasis. Expert review of respiratory medicine,
9 (1), 97-107. https:// doi.org/oi:10.1586/17476348.2015.996134
10. Huether SE., McCance KL, editors. Buku Ajar Patofisiologi. 6 th Indonesia ed vol.1.
Singapore: Elseiver, 2019.
11. Madappa T. Atelectasis. Medscape, 2018.
12. National Blood, Heart, and Lung Institute. What is atelectasis? Diperbaharui Januari 13,
2012. https://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/atl/
13. Herring W. Learning Radiologi Recognizing the basics (Text Book). Philadelphia :
Elseiver. 2012.
14. Murphy, A., et all. Lung Atelectasis. Radiopedia. Available at 2020.
<https://radiopedia.org/articles/lung-atelectasis>.
15. J, T, Betty. Athelectasis. In : Chest Radiography. Lexington : University of Kentucky;
2008. P. 1-5.
16. Mayoclinic. Atelectasis. Diperbaharui : Juni 11, 2015.
17. Hermawan AV. Buku Ajar Ilmu Penyakkt Dalam jilid 1. In : Sudoyo A W Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata K SS, editprs IV. Jakarta : Interna Publishing;2014.
18. Herring, W. Learning Radiology Recognizing The Basics 3 rd edition. Philadelphia :
Elseiver. 2016.

27
19. Corne, J., Pointon K. Chest X-Ray Made Easy. Third Edition. Philadelphia : Elseiver.
2010.

28

You might also like