You are on page 1of 13

Eduarts 9 (3) (2020)

Eduarts: Journal of Arts Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduart

MODEL PEMBELAJARAN SENI GRAFIS CUKIL HARDBOARD PADA KELAS


IX SMP NEGERI 1 BAWEN

Yesi Puspita Putri, Supatmo


Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ Tujuan penelitian ini ingin mendeskripsikan dan menjelaskan pembelajaran seni grafis cukil
Sejarah Artikel: hardboard pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bawen, yang mencakupi: (a) perencanaan
Diterima Juni 2020 pembelajaran; (b) pelaksanaan pembelajaran; dan (c) evaluasi pembelajaran dan pemilihan serta
Disetujui Agustus 2020 penerapan model pembelajaran seni grafis cukil hardboard pada siswa kelas IX SMP Negeri 1
Dipublikasikan Bawen. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data melalui
September 2020 observasi, wawancara, penelusuran dokumen. Analisis data melalui reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pelaksanaan
________________
pembelajaran seni grafis cukil hardboard pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bawen dilakukan
Keywords: melalui tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi; (2) Model pembelajaran seni grafis
Learning Model, Seni cukil hardboard pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Bawen guru menerapkan model pembelajaran
Grafis, Hardboard. Problem Based Learning, dengan metode Jigsaw. Hasil karya seni grafis cukil hardboard
___________________ menghasilkan karya kelas IX A skor terendah 60, skor tertinggi 93, skor rata-rata 78,3, dengan jumlah
memenuhi KKM 24 siswa dan jumlah yang tidak memenuhi KKM 6 siswa. Kelas IX C skor terendah
67, skor tertinggi 93, skor rata-rata 83,23, dengan jumlah memenuhi KKM 28 siswa dan jumlah yang
tidak memenuhi KKM 2 siswa.Kelas IX F skor terendah 67, skor tertinggi 93, skor rata-rata 83,26,
dengan jumlah memenuhi KKM yaitu 27 siswa dan yang tidak memenuhi KKM 3 siswa. Kelas IX D
skor terendah 70, skor tertinggi 93, skor rata-rata 79, dengan jumlah memenuhi KKM 29 siswa dan
yang tidak memenuhi KKM 1 siswa, dikarenakan keluar. Kelas IX E skor terendah 70, skor tertinggi 93,
skor rata-rata 81,2, dengan jumlah memenuhi KKM 29 siswa dan yang tidak memenuhi KKM 1 siswa
kelas IX D SMP Negeri 1 Bawen.

Abstract
The purpose of this research is to describe and explain the of learninggraphic arts hardboard in class IX
students of SMP Negeri 1 Bawen, which includes: (a) learning planning; (b) the implementation of
learning; and (c) evaluation of learning and the selection and application ofchunk art graphic learning
models hardboard for grade IX students of SMP Negeri 1 Bawen. This research use desciptive
qualitative approach. Data collection through observation, interviews, document searches. Data analysis
through data reduction, data presentation, conclusion drawing and verification. The results of the study
showed that (1) the implementation of the learning ofcukil graphic arts hardboard in grade IX students
of SMP Negeri 1 Bawen was carried out through the planning, implementation and evaluation stages.
(2) Thechunk of graphic art learning model hardboard in grade IX students of SMP Negeri 1 Bawen,
the teacher applies thelearning model Problem Based Learning, using themethod Jigsaw. Chubby
graphic artworks Hardboard produce class IX A works with the lowest score of 60, the highest score of
93, an average score of 78.3, with the number of students meeting the KKM of 24 students and the
number of students not meeting the KKM of 6 students. Class IX C the lowest score is 67, the highest
score is 93, the average score is 83.23, with the number of KKM students meeting 28 students and the
number that does not meet the KKM 2 students. Class IX F the lowest score is 67, the highest score is
93, the average score is 83 , 26, with a total of 27 KKM students and 3 students did not meet the KKM.
Class IX D has the lowest score of 70, the highest score of 93, an average score of 79, with the number
of students meeting the KKM 29 students and those who do not meet the KKM 1 student, due to leave.
Class IX E has the lowest score of 70, the highest score of 93, an average score of 81.2, with the number
of students meeting KKM 29 students and those who do not meet KKM 1 students of class IX D SMP
Negeri 1 Bawen.

© 2020 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi: ISSN 2252-6625
Gedung B5 Lantai 2 FBS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: yessiiputri55@gmail.com

70
Yesi Puspita Putri & Supatmo / Eduarts: Journal of Arts Education (2020)

PENDAHULUAN penyampaian materi pembelajaran yang harus


Seni Budaya merupakan salah satu mata pelajaran dikuasai oleh guru, sehingga pada saat
yang terdapat di Sekolah Menengah Pertama. Mata penggunaanya dapat menciptakan suasana
pelajaran Seni Budaya memiliki empat bidang` interaksi yang edukatif. Model pembelajaran
yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni tersebut selalu digunakan dalam tiap proses belajar
teater (Sugiarto & Lestari, 2020:100). Pada mengajar. Pentingnya berbagai model
dasarnya pembelajaran seni rupa adalah sarana pembelajaran di sekolah perlu diperhatikan karena
pengembangan pengalaman estetis siswa melalui siswa memiliki perbedaan dalam kemampuan,
bentuk kegiatan apresiasi dan kreasi. Dalam bakat, minat, watak, ketahanan, dan semangat.
kegiatan apresiasi, pengalaman estetis siswa Perbedaan gaya belajar juga merupakan faktor
dikembangkan melalui pengamatan, penghayatan, penting dalam proses belajar mengajar. Oleh
dan penghargaan, sedangkan dalam kegiatan karena itu diperlukan keberagaman dalam
kreasi, melalui kemampuan memanfaatkan mengajar dengan menerapkan berbagai model
berbagai media seni (Syafi’i, 2006: 12). pembelajaran. Upaya guru membuat situasi dalam
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa selain kegiatan pembelajaran sehingga mendorong siswa
berperan dalam pembentukan sikap, pembelajaran untuk belajar merupakan pengertian gambaran
seni rupa juga memiliki andil dalam model pembelajaran. Hal ini ditegaskan
pengembangan keterampilan siswa melalui Sukmadinata (dalam Sobandi, 2008: 172) bahwa
kegiatan berkarya seni rupa. model pembelajaran adalah suatu desain yang
Seni pada hakikatnya adalah media untuk menggambarkan proses penciptaan situasi
berekspresi, mengungkapkan isi atau pengalaman lingkungan yang memungkinkan siswa
batin manusia yang bersifat artistik, dan berkaitan berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau
cipta-mencipta (Sugiarto, 2016: 17). Pendidikan perkembangan pada diri siswa.
seni di sekolah diberikan untuk menumbuhkan Model pembelajaran memiliki berbagai
kepekaan rasa estetik dan artistik, sehingga jenis yang dapat disesuaikan dengan karakter
terbentuk sikap kritis, apresiatif dan kreatif pada dalam kelas dan isi materi (Sugiarto, dkk., 2019: ).
diri siswa secara menyeluruh. Sikap tersebut akan Model pembelajaran bisa dikombinasikan dengan
tumbuh pada diri siswa. Petty (dalam Ismiyanto, beberapa model lain agar proses pembelajaran
2015: 30) menyatakan bahwa pendidikan seni pada dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan observasi
dasarnya berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Bawen,
berekspresi, berapresiasi, berkreasi, dan berekreasi. model pembelajaran yang digunakan yaitu
Unsur yang paling dominan dalam kegiatan Problem Based Learning. Menurut Tan (dalam
pembelajaran adalah kurikulum. Kurikulum Rusman, 2010: 229), Pembelajaran Berbasis
merupakan rancangan pembelajaran pendidikan Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran
dan atau pembelajaran yang mencakupi karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa
komponen-komponen tujuan, bahan ajar, metode, betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja
dan evaluasi (Ismiyanto, 2015: 2). Komponen- kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa
komponen pada pembelajaran tersebut harus dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan
tercapai agar pembelajaran dapat berlangsung mengembangkan kemampuan berpikirnya secara
dengan baik. Materi pembelajaran dalam bahan berkesinambungan. Tujuanya adalah untuk
ajar sebagai salah satu komponen yang harus ada menjelaskan pembelajaran, mencakup pelaksanaan
pada kurikulum. Bahan ajar berisi materi yang pembelajaran, evaluasi atau penilaian
akan disampaikan pada siswa. Bahan ajar pembelajaran dan penerapan model pembelajaran.
bermuara pada KI dan KD yang telah disusun oleh Jika diamati, pembelajaran seni grafis di
Kemendikbud. sekolah cukup jarang sekali diberikan,
Pembelajaran dapat berlangsung baik sebagaimana menurut pendapat Sumurung (2010:
dengan memperhatikan penggunaan model 2) menyatakan bahwa pembelajaran grafis jarang
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan isi diberikan, padahal kegiatan berkarya seni grafis
materi. Menurut Soetopo (dalam Nisa, 2017: 154) merupakan hak bagi siswa dalam pembelajaran
model pembelajaran adalah cara atau teknik seni, sehingga pembelajaran seni grafis dapat

71
Yesi Puspita Putri & Supatmo / Eduarts: Journal of Arts Education (2020)

menjadikan siswa memahami tentang seni grafis. pembelajaran seni grafis cukil hardboard
Guru mata pelajaran sepertinya lebih memberikan menggunakan teknik cetak tinggi dengan cukil
sub materi tentang praktik menggambar dan kayu woodcut.
melukis. Apabila dipelajari lebih jauh lagi Berdasarkan latar belakang di atas, maka
pembelajaran seni grafis sangatlah penting. tujuan dari penulisan ini yaitu mendeskripsikan
Di SMP Negeri 1 Bawen, guru mata dan menjelaskan pembelajaran seni grafis cukil
pelajaran seni budaya sudah memberikan sub hardboard pada siswa kelas IX SMP Negeri 1
materi tentang pembelajaran seni grafis. Bawen, yang mencakupi: (a) perencanaan
Pembelajaran seni grafis di SMP Negeri 1 Bawen pembelajaran; (b) pelaksanaan pembelajaran; dan
tergolong baru diberikan, karena sebelumnya guru (c) evaluasi pembelajaran dan pemilihan serta
mata pelajaran lebih terfokus pada materi melukis penerapan model pembelajaran seni grafis cukil
dan menggambar. Pada perkembanganya hardboard pada siswa kelas IX SMP Negeri 1
pembelajaran seni rupa terbagi atas beberapa sub Bawen.
materi salah satunya adalah pembelajaran seni
grafis. Pembelajaran seni grafis berlangsung di METODE PENELITIAN
kelas XI, karena sudah tertera pada KD dan KI, Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
bahwa salah satu Kompetensi Inti (KI) dan deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Creswell
Kompetensi Dasar (KD) untuk jenjang Sekolah (dalam Romas et al., 2017: 10) merupakan
Menengah Pertama (SMP) kelas IX semester metode-metode untuk mengeksplorasi dan
genap adalah membuat karya seni grafis dengan memahami makna yang oleh sejumlah individu
berbagai media dan teknik. atau sekelompok orang dianggap berasal dari
Teknik yang diajarkan di SMP Negeri 1 masalah sosial atau kemanusiaan. Penelitian seni
Bawen yaitu cetak tinggi dengan cukil kayu dalam kerangka kualitatif bertujuan untuk
woodcut menggunakan hardboard. Cetak tinggi menggambarkan data artistik sebagaimana adanya
atau cukil merupakan teknik cetak yang paling (Sugiarto, 2015).
sederhana dan relatif mudah dilakukan Lokasi penelitian ini di SMP Negeri 1 Bawen,
dibandingkan dengan teknik-teknik cetak (seni Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sasaran
grafis) yang lain, seperti cetak dalam dan cetak penelitian ini adalah pembelajaran seni grafis cukil
datar. Cukil kayu woodcut adalah teknik seni hardboard pada kelas IX SMP Negeri 1 Bawen,
grafis yang paling awal, merupakan salah satunya yang mencakupi: (1) perencanaan pembelajaran:
yang dipakai secara tradisional di Asia Timur. Seni (2) pelaksanaan pembelajaran; dan (3) evaluasi
cukil kayu disebut juga dengan istilah xilografi pembelajaran; serta pemilihan dan penerapan
(xylograhy). Teknik cetak tinggi atau cukil model pembelajarannya.
menghasilkan gambar maupun tulisan melalui Teknik pengumpulan data melalui teknik
proses pencetakan dengan menggunakan observasi, teknik wawancara, teknik penelusuran
permukaan lembar kayu, linoleum, hardboard atau dokumen. Teknik analisis data menggunakan
aret vinyl yang dipahat atau dicukil sebagai acuan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan
cetak atau plat (dkv.binus.ac.id/Seni Cetak Tinggi dan verifikasi.
diakses tanggal 18 Desember 2019).
Pembelajaran seni grafis cukil hardboard HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bawen. SMP Gambaran Umum SMP Negeri 1 Bawen
Negeri 1 Bawen adalah salah satu sekolah
SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang
menengah pertama yang terletak di Kabupaten
merupakan sekolah menengah pertama yang
Semarang. Berdasarkan pengamatan di SMP
berdiri di Kecamatan Bawen. Sekolah ini berdiri
Negeri 1 Bawen, pembelajaran seni rupa tidak
sejak tanggal 7 November 1983 berdasarkan
hanya menggunakan media cat, krayon dan pensil
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
warna dalam menggambar dan melukis. Tetapi di
Republik Indonesia No .0472/C/1983. Sekolah ini
sini, guru mata pelajaran seni budaya juga sudah
memiliki luas bangunan kurang lebih 20.000 M2.
mengenalkan media berkarya seni rupa kepada
SMP Negeri 1 Bawen merupakan sekolah yang
siswa, salah satunya sub materi tentang
masih cukup bagus. Secara fisik bangunan yang

72
Yesi Puspita Putri & Supatmo / Eduarts: Journal of Arts Education (2020)

ada di sekolah ini seluruhnya dalam kondisi baik mata pelajaran kelompok A 3 mata pelajaran, dan
dan sangat layak digunakan. kelompok B. Selain itu terdapat muatan lokal
Berdasarkan data yang diperoleh dari mencakup 44 mata SKS. Selanjutnya, kegiatan di
dokumen sekolah, fasilitas yang terdapat di SMP SMP Negeri 1 Bawen mengacu ke struktur
Negeri 1 Bawen cukup memadai untuk kurikulum tersebut, mencakup kegiatan kurikuler,
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sarana kokurikuler dan ekstrakurikuler. Untuk sarana
dan prasarana fisik sekolah yang terdapat di SMP pembelajaran meminta kepada B
Negeri 1 Bawen meliputi tersedianya Ruang apak Ibu guru memanfaatkan media dan
Kepala Sekolah, Ruang Tata Usaha, Ruang Guru, sumber-sumber belajar lainya, dengan
Ruang BK, Ruang Tamu, Ruang Perpustakaan, mengaplikasikan model pembelajaran cooperative
Ruang Rapat, Ruang Kelas (26 ruang), 1 Ruang di kelas dan pengadaan media pembelajaran yang
Laboratorium IPA, dan Ruang Laboratorium TIK. baru.
Di samping ruang-ruang utama tersebut di atas di Faktor penghambat dapat kita lihat dari sisi
SMP Negeri 1 Bawen juga terdapat Koperasi sekolah, guru dan siswa. Dari sisi sekolah sarana
Sekolah, Ruang OSIS, Ruang Musik, 7 kantin prasarana yang dibutuhkan guru untuk menunjang
siswa, 5 kamar mandi guru dan 20 kamar mandi proses pembelajaran belum tersedia secara
untuk siswa. optimal. Jika dilihat dari sarana prasarana, masih
Berdasarkan data dokumen sekolah, SMP jauh dari standar tersebut. Kemudian jika dilihat
Negeri 1 Bawen diampu oleh 32 guru PNS, dan 9 dari sisi guru, kemauan dan kesiapan guru di
guru honorer. Untuk tenaga administrasi terdapat 2 dalam memanfaatkan media pembelajaran atau
orang PNS (sebagai staf Tata Usaha dan Pesuruh), sarana yang ada di sekolah ini masih kurang.
4 orang tenaga administrasi, 1 orang tenaga Begitu pula dari sisi siswa bahwa pemeliharaan
perpustakaan, 3 orang tenaga kebersihan dan 2 sarana masih rendah.
orang satpam yang seluruhnya masih PTT SMP Negeri 1 Bawen telah menggunakan
Berdasarkan data yang diperoleh tahun Kurikulum 2013 sekitar 5 tahun. SMP Negeri 1
2020, jumlah semua peserta didik SMP Negeri 1 Bawen pernah berhenti menggunakan Kurikulum
Bawen pada Tahun Pelajaran 2019/2020 sebanyak 2013, setelah itu kembali ke Kurikulum 2006.
829 peserta didik yang terdiri atas 409 peserta Kemudian pada tahun 2016 kembali
didik laki-laki dan 420 siswa perempuan . menggunakan Kurikulum 2013.
Terkait dengan pembelajaran seni rupa
Pembelajaran Seni Budaya SMP Negeri 1 dengan materi seni grafis dari hasil wawancara
Bawen dengan Bapak Suryanto, beliau menjelaskan
Berdasarkan observasi dan wawancara, guru mata bahwa untuk pembelajaran seni grafis dengan
pelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 1 Bawen Kompetensi Dasar (KD) seni grafis tentang
diampu oleh Bapak Suryanto S.Pd., M.Si, Mata pemahaman, mencakup pengertian seni grafis,
pelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 1 Bawen prosedur berkarya seni grafis, konsep-konsep
mencakupi Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari dan tentang seni grafis, dan media yang bisa
Seni Teater yang diampu oleh guru pada bidangnya diaplikasikan. Kemudian prosedurnya adalah
masing-masing. Pada bidang Seni Rupa diampu langkah-langkah seni grafis. Telah diberikan
oleh Bapak Suryanto S.Pd., M.Si, Seni Musik beberapa tayangan mulai dari cetak tinggi, cetak
diampu oleh Bapak Mulyadi, A.Md., Seni Tari dan dalam, cetak datar dan cetak saring. Pada KD
Teater diampu oleh Ibu Ocky Safira, S.Pd. Untuk keterampilan, untuk praktiknya tentang jenis cetak
alokasi waktu mata pelajaran Seni Budaya dalam 1 yang dilakukan adalah cetak tinggi. Media yang
kali pertemuan mendapatkan waktu 3 jam pelajaran digunakan adalah cukil hardboard. Prosedur
(3x40) menit. pertama yaitu membuat desain, pemindahan desain
Berdasarkan wawancara dengan Bapak ke papan hardboard, proses pencukilan, proses
Sukardi S.Pd, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP mencetak, finishing dan yang terakhir dengan
Negeri 1 Bawen, dijelaskan bahwa sesuai dengan presentasi karya.
struktur Kurikulum 2013, kegiatan akademik dan Pelaksanaan pembelajaran seni grafis pada
nonakademik di SMP Negeri 1 Bawen terdapat 10 Kompetensi Dasar (KD) 3 menggunakan

73
Yesi Puspita Putri & Supatmo / Eduarts: Journal of Arts Education (2020)

pendekatan Problem Based Learning. Dalam Apabila terdapat siswa yang memperoleh nilai
pendekatan ini siswa dihadapkan pada kurang dari KKM, maka siswa tersebut harus
permasalahan tentang seni grafis, kemudian mengulang atau mengikuti ulangan remidial.
diminta untuk diskusi yaitu menggunakan diskusi Pembelajaran Seni Grafis SMP Negeri 1 Bawen
Jigsaw dengan membentuk kelompok awal dan Pembelajaran seni grafis cukil hardboard SMP
kelompok ahli. Selanjutnya, untuk praktik dengan Negeri 1 Bawen yang berlangsung terbagi atas tiga
kompetensi Dasar (KD) 4 dilaksanakan dengan tahap yaitu, perencanaan, pelaksanaan, dan
pendekatan praktik berkarya, hasilnya berupa evaluasi. Pembelajaran seni grafis cukil hardboard
produk. Untuk hasil produknya berdasarkan hasil dapat diuraikan sebagai berikut.
cetakan yang sudah dibuat siswa. Tahap perencanaan, merupakan kegiatan
Penilaian pengetahuan dilakukan dengan sebelum ]elaksanaan kegiatan pembelajaran seni
tugas, hasil diskusi dan penilaian harian. Untuk grafis cukil hardboard pada kelas IX SMP Negeri
praktik pada Kompetensi Dasar (KI) 4 penilaian 1 Bawen, terlebih dahulu guru seni budaya
dilakukan dengan mulai dari desain sampai dengan menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
hasil karya menggunakan PAK (Penilaian Acuan (RPP). RPP yang disusun berisi identitas sekolah,
Kriteria), dari desain dan hasil yang dinilai. kelas/semester, alokasi waktu dan kompetensi
Setelah itu di rekap dan di rata-rata. dasar (KD) serta Indikator Pencapaian
Pembelajaran seni budaya kelas IX di SMP Kompetensi.
Negeri 1 Bawen, dilaksanakan melalui tiga Pada penelitian ini menggunakan KD 3.3,
tahapan yaitu: tahap perencanaan, tahap yaitu memahami konsep dan prosedur karya seni
pelaksanaan dan tahap evaluasi. Pada tahap grafis dengan beragam media dan teknik, dan KD
perencanaan guru menyiapkan perangkat 4.3, yaitu membuat karya seni grafis dengan
pembelajaran, di antaranya membuat Rencana beragam media dan teknik.
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menyiapkan Kompetensi Inti (KI) pada materi seni grafis
media yang diperlukan. Tahap pelaksanaan dijabarkan sebagai berikut: (1) menghargai dan
meliputi tiga kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, menghayati ajaran yang dianutnya; (2) menghargai
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Hal-hal yang dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung
dilakukan pada kegiatan pendahuluan di antaranya jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,
mengkondisikan kelas, mengucapkan salam, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
menyampaikan tujuan, dan menyampaikan dengan lingkungan sosial dan alam dalam
apersepsi. Kegiatan inti berupa menyampaikan jangkauan pergaulan dan keberadaannya; (3)
materi dan pemberian tugas kepada siswa. memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual,
Kegiatan penutup di antaranya menyimpulkan konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
materi pembelajaran, memberikan tugas atau tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
mengumpulkan tugas, dan mengucapkan salam budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
penutup. mata; (4) mengolah, menyaji dan menalar dalam
Pada tahap evaluasi, guru melakukan ranah konkret (menggunakan, mengurai,
beberapa model evaluasi, antara lain dengan merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah
melakukan model evaluasi uji tertulis dan uji abstrak (menulis, membaca, menghitung, berkarya,
praktik. Model uji tertulis digunakan guru dengan dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
memberikan soal kepada siswa dengan bahasa sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
tertulis berupa pertanyaan-pertanyaan yang pandang atau teori.
diajukan terkait dengan materi. Uji praktik Kompetensi Dasar (KD) 3.3 dan 4.3 yang
dilakukan guru dengan memberikan tugas kepada dirujuk yaitu memahami konsep dan prosedur karya
siswa berupa pembuatan karya. Melalui evaluasi dan membuat karya seni grafis dengan beragam
pembelajaran, guru dapat melihat keberhasilannya media dan teknik. Indikator Pencapaian
dalam mengajar. Berdasarkan wawancara dengan Kompetensi yaitu pada Kompetensi Dasar 3.3,
Bapak Suryanto, beliau mengatakan bahwa yaitu menjelaskan pengertian karya seni grafis,
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mengidentifikasi teknik karya seni grafis,
pembelajaran Seni Budaya kelas IX adalah 73. mengidentifikasi berbagai alat dan media dalam

74
Yesi Puspita Putri & Supatmo / Eduarts: Journal of Arts Education (2020)

karya seni grafis, menjelaskan prosedur membuat teknik-teknik berkarya seni grafis, alat dan bahan
karya seni grafis dengan teknik cukil. Kemudian dalam berkarya seni grafis. Pertemuan kedua,
pada Kompetensi Dasar (KD) 4.3 membuat karya prosedur berkarya seni grafis cetak tinggi, praktik
seni grafis dengan teknik cukil, menyajikan hasil berkarya seni grafis teknik cukil. Pertemuan ketiga,
dari berkarya seni grafis dengan teknik cukil dalam Praktik berkarya seni grafis cetak tinggi. Kemudian
bentuk pajangan di kelas. pertemuan keempat, apresiasi karya seni grafis
Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai teknik cukil.
dalam pembelajaran pada pertemuan pertama Metode pembelajaran yang digunakan
adalah sebagai berikut: (1) peserta didik berupa ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan
menunjukkan sikap jujur dan disiplin dalam penugasan. Metode ceramah yang digunakan oleh
mengapresiasi karya seni grafis, (2) peserta didik guru dengan memaparkan materi. Metode tanya
dapat menjelaskan pengertian karya seni grafis jawab digunakan untuk menambah pemahaman
dengan benar, (3) peserta didik dapat menjelaskan siswa terhadap materi yang telah disampaikan.
teknik dalam berkarya seni grafis dengan tepat, (4) Metode demonstrasi digunakan untuk
peserta didik dapat mengidentifikasi jenis-jenis menyampaikan materi berupa praktik berkarya,
karya seni grafis dengan tepat, dan (5) peserta didik yakni demonstrasi praktik berkarya seni grafis cukil
dapat mengidentifikasi alat dan media hardboard dengan teknik cetak tinggi. Metode
dalam berkarya seni grafis dengan tepat. penugasan digunakan untuk mengetahui
Setelah itu pada pertemuan kedua, tujuan kemampuan siswa dalam berkarya seni grafis cukil
pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) peserta hardboard. Dengan diskusi jigsaw membentuk
didik dapat menjelaskan prosedur berkarya seni kelompok awal dan kelompok ahli. Pendekatan
grafis teknik cukil dengan benar; (2) peserta didik pembelajaran yang digunakan yaitu Problem Based
dapat menerapkan teknik karya seni grafis dengan Learning. Media pembelajaran yang digunakan
baik; (3) peserta didik dapat berkarya seni grafis pada pembelajaran seni grafis cukil adalah PPT
pop up dengan baik; (4) peserta didik menunjukkan seni grafis dan perangkat penampil, buku gambar
sikap menghargai orang lain dalam berkarya seni A3, pensil, hardboard, alat cukil (woodcut), cat
grafis; (5) peserta didik menunjukkan sikap jujur, kayu, kertas A3. Sumber belajar berupa buku
(6) Setelah mengikuti demonstrasi berkarya seni pegangan guru yang relevan, buku bahan ajar
grafis, peserta didik menunjukkan sikap disiplin. peserta didik kurikulum 2013 terkait yang relevan,
Kemudian pada pertemuan ketiga, tujuan website internet, dan lingkungan sekitar (Sugiarto,
pembelajaran adalah setelah melaksanakan kegiatan 2017). Kegiatan pelaksanaan pembelajaran terdiri
berkarya seni grafis peserta didik dapat atas kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
menunjukkan sikap menghargai orang lain, kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan dilakukan
menunjukkan sikap jujur, dan sikap disiplin. dengan memberikan apresiasi dan motivasi,
Pada pertemuan terakhir (1) Setelah kemudian dilanjutkan kegiatan inti dengan
menyelesaikan karya seni grafis peserta didik dapat mengamati, menanya, membimbing penyelidikan
mempresentasikan karya seni grafis dengan baik; individu dan kelompok, mengembangkan dan
(2) Setelah mengikuti kegiatan apresiasi karya seni menyajikan hasil karya, menganalisa dan
grafis kelas, peserta didik dapat menunjukkan sikap mengevaluasi proses pemecahan masalah. Kegiatan
menghargai orang lain; (3) Setelah mengikuti penutup dilakukan dengan menyimpulkan bersama
kegiatan apresiasi karya seni grafis peserta didik hasil pembelajaran yang telah dilakukan dan
dapat menunjukkan sikap jujur; (4) Setelah menutupnya dengan doa. Pembelajaran seni grafis
mengikuti penjelasan guru, peserta didik dapat cukil hardboard pada tahap pelaksanaan yang
menunjukkan sikap disiplin dalam evaluasi berlangsung di kelas IX diambil secara random
pembelajaran karya seni grafis; (5) Setelah yaitu IX A, IX E, IX F, IX C, dan IX D. Pada tahap
mengikuti pembelajaran tentang karya seni grafis, pelaksanan pertama dilakukan pada kelas IX A
peserta didik dapat mengerjakan soal pengetahuan dilaksanakan pada hari senin tanggal 20 januari
dengan baik. 2020, lebih tepatnya dilaksanakan pukul 11.05 WIB
Materi yang disampaikan kepada siswa sampai dengan pukul 13.35 WIB. Selanjutnya kelas
adalah pengertian seni grafis, jenis-jenis seni grafis, IX E dilaksanakan pada hari selasa tanggal 21

75
Yesi Puspita Putri & Supatmo / Eduarts: Journal of Arts Education (2020)

Januari 2020, lebih tepatnya dilaksanakan pukul


10.35 WIB, kelas IX F dilaksanakan pada hari rabu
22 Januari 2020, lebih tepatnya dilaksanakan pukul
07.15 WIB, kelas IX C dan IX D dilaksanakan pada
hari kamis 23 Januari 2020, lebih tepatnya pada
pukul 07.15, setelah itu 11.05.
Tahap pelaksanaan pembelajaran seni grafis
pada Kompetensi Dasar (KD) 3 menggunakan
pendekatan Problem Based Learning di mana siswa Gambar1. Guru menayangkan materi grafis di kelas
dihadapkan pada permasalahan tentang seni grafis,
kemudian siswa diminta untuk diskusi yaitu dengan Pada kegiatan inti pembelajaran, guru
menggunakan jigsaw membentuk kelompok awal membagi kelompok terlebih dahulu, dengan
dan kelompok ahli. Berikut uraian kegiatan inti membentuk dua kelompok yaitu kelompok awal
pembelajaran pada pengamatan. dan kelompok ahli, atau yang disebut dengan
Kegiatan Pendahuluan, tanggal 20 Januari diskusi Jigsaw. Kelompok awal dibentuk sejumlah
2020, tepatnya pukul 11.05 WIB bel tanda masalah yang akan diberikan pada siswa. Terdapat
pergantian jam mengajar berbunyi. Guru dan 6 masalah yang diberikan, setelah itu dibuat
peneliti masuk ke dalam ruang kelas IX. Guru anggota 6 orang pada setiap kelompok. Kemudian
terlebih dahulu mengkondisikan kelas. Setelah itu membentuk kelompok kembali disebut dengan
membuka pelajaran dengan salam, mengabsen kelompok ahli. Dari kelompok asal tadi masing-
kehadiran peserta didik, dan menyampaikan tujuan masing anggota ditentukan, diidentifikasi mendapat
pembelajaran. Guru melanjutkan dengan nomor 1,2,3,4,5,6. Kemudian membentuk
memberikan apersepsi dan motivasi mengenai kelompok ahli siswa yang mendapat nomor satu
pembelajaran. Apersepsi dilakukan guru dengan berkumpul dengan siswa lainya yang mendapat
memberikan pertanyaan terkait dengan materi. nomor satu dari kelompok lainya dan seterusnya.
Adapun pertanyaanya yaitu, “sebelumnya sudah Kemudian mereka hanya membahas satu persoalan
ada yang pernah mendengar atau tahu apa itu seni sesuai dengan nomor urutnya. Sesudah itu, mereka
grafis?”, ujar guru. Kemudian siswa kelas IX kembali ke kelompok awal untuk
menjawab “tidak tahu Pak”. Selanjutnya peneliti mengkomunikasikan atau menjelaskan hasil
bertanya kembali, “apakah kalian pernah melihat pembahasan pada kelompok ahli. Untuk
percetakan sablon?”. Mendengar pertanyaan mengefisiensi waktu, guru meminta satu kelompok
peneliti, kemudian salah satu siswa yang bernama untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.
putra menjawab, “tahu Pak, Ayah saya punya usaha Jawaban dari kelompok satu dengan kelompok
percetakan sablon di rumah”. Kemudian guru lainya menjadi sama, karena masing-masing sudah
menjawab,”kurang lebihnya seperti itu, seni grafis membawa hasil diskusi dari kelompok ahli,
itu menyangkut dengan cetak mencetak”. kemudian guru memberi konfirmasi atas jawaban
Mendengar jawaban siswa yang demikian, siswa. Setelah itu, siswa memperhatikan penjelasan
guru pun melihat siswa sepertinya belum mengerti, guru tentang tayangan terkait dengan pengertian
kemudian guru menjelaskan kepada seluruh siswa seni grafis, jenis-jenis seni grafis, teknik-teknik
dengan menjelaskan dan menayangkan materi seni yang digunakan dalam berkarya seni grafis, dan
grafis menggunakan media power point terkait prosedur dalam berkarya seni grafis. Setelah
dengan pengertian seni grafis, jenis-jenis seni menjelaskan materi guru menampilkan video
grafis, teknik dalam berkarya seni grafis, bahan dan terkait dengan seni grafis.
media dalam berkarya seni grafis. Selain itu, guru Langkah pertama yang dilakukan oleh guru
juga menayangkan contoh-contoh teknik dalam pada kegiatan inti adalah menampilkan video terkait
berkarya seni grafis dengan menggunakan LCD dengan contoh-contoh karya seni grafis cukil
melalui youtube. Hal ini dilakukan untuk membuat hardboard dengan teknik cetak tinggi ke hadapan
peserta didik lebih paham dan mengerti. siswa-siswi kelas IX. Kegiatan ini juga diikuti siswa
dengan mengamati karya seni grafis yang
ditampilkan oleh guru. Siswa kelas IX tampak
antusias karena sebagian dari mereka baru melihat

76
Yesi Puspita Putri & Supatmo / Eduarts: Journal of Arts Education (2020)

atau mengetahui karya seni grafis cukil hardboard dengan respon cepat siswa kelas kelas IX kembali
dengan teknik cetak tinggi. ke tempat mereka masing-masing untuk
melanjutkan kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan menanya dilaksanakan pada saat
siswa telah mengamati contoh karya seni grafis atau
di sela penyampaian materi. Dalam menjelaskan
materi, guru mencoba untuk memberikan stimulus
kepada siswa untuk bertanya terkait dengan apa
yang mereka amati.
Memasuki kegiatan mencoba, guru langsung
Gambar 2. Kegiatan diskusi siswa mengambil papan hardboard dengan dibantu siswa.
Sebelum menggunakan papan hardboard langkah
Ketika siswa sudah mengamati video yang yang pertama dilakukan yaitu siswa diminta untuk
ditampilkan, kemudian guru seni budaya membuat desain terlebih dahulu menggunakan
memberikan penjelasan kepada siswa terkait dengan kertas A3.
video yang ditampilkan. Setelah itu guru
menjelaskan tentang prosedur dalam berkarya seni
grafis yaitu tahap (1) membuat desain pada kertas
A3; (2) memindahkan desain ke papan hardboard;
(3) setelah desain dipindahkan ke papan hardboard
mulai mencukil; (4) kemudian mulai mencetak dan
terakhir finishing. Setelah guru menjelaskan tentang
prosedur berkarya seni grafis selesai, kemudian guru
melakukan demonstrasi di depan siswa dengan
Gambar 4. Karys sket yang diaplikasikan pada
membuat karya seni grafis cukil hardboard dengan hardboard
cetak tinggi. Sebelum melakukan kegiatan
demonstrasi, guru terlebih dahulu menyuruh siswa Gambar di atas merupakan hasil pembuatan
agar berkumpul. Hal ini dilakukan dengan tujuan desain. Setelah siswa membuat desain pada kertas
agar siswa lebih jelas melihat dan memperhatikan A3 lalu dipindahkan ke papan hardboard dengan
cara berkarya seni grafis cukil hardboard dengan menggunakan kertas karbon yang sudah disediakan
cetak tinggi. oleh guru. Dalam proses pembuatan desain setiap
kelas diberi tema masing-masing, pada kelas IX A
dengan tema burung, kelas IX E dengan tema
bunga, kelas IX F dengan tema tradisional, kelas IX
C dengan tema alam, dan kelas IX dengan tema
bunga. Gambar desain di atas merupakan hasil
gambar desain dari kelas IX C dengan tema alam.
Desain tersebut adalah hasil dari dua orang siswa
yang bernama Aulia Indah.
Setelah melalui pada proses pembuatan
Gambar 3. Demonstrasi oleh Guru Seni Budaya desain pada kertas A3 dan dipindahkan ke papan
hardboard, tahap selanjutnya adalah dengan
Gambar di atas merupakan kegiatan
mencukil menggunakan alat cukil (wood carving)
demonstrasi. Terlihat aktivitas beberapa siswa kelas
sesuai dengan desain yang sudah digambarkan pada
IX sedang memperhatikan demonstrasi siswa
papan hardboard.
dengan sungguh-sungguh. Selain itu, pada saat guru
sedang mempraktikkan cara mencukil pada papan
hardboard, siswa tampak antusias memperhatikan.
Setelah kegiatan demonstrasi selesai, guru
menghimbau siswa untuk kembali ke tempat duduk
masing-masing. Mendengar himbauan dari guru,

77
Yesi Puspita Putri & Supatmo / Eduarts: Journal of Arts Education (2020)

yang dihadapinya, sehingga siswa tersebut mulai


menalar.
Beberapa pertanyaan yang diajukan siswa
terkait kendala yang dihadapi selama proses
mencukil, seperti cara mencukil agar tidak
keblabasan, cat yang tidak merata atau pekat di
kertas, perlunya pengulangan dalam proses
pengecatan. Beberapa pertanyaan itu dijawab
Gambar 4. Proses mencukil hardboard
langsung oleh guru dengan harapan siswa dapat
menerima dan menalar informasi yang telah
Gambar di atas merupakan proses pencukilan
diberikan guru secara langsung.
setelah desain dipindahkan ke papan hardboard.
Pada tahap selanjutnya, guru melakukan
Tahap selanjutnya yaitu proses mencetak dengan
komunikasi dengan siswa dengan cara berkeliling
teknik cetak tinggi. Alat yang digunakan dalam
mengamati hasil karya siswa. Guru mengamati
mencetak adalah rol karet dan cat.
sekaligus menanyakan proses pembuatan karya.
Agar terjadi komunikasi antara guru dengan siswa,
ketika ada yang menanyakan saran, guru
memberikan masukan.
Kegiatan penutup, setelah batas berkarya
waktu sudah selesai, guru meminta siswa untuk
mengumpulkan hasil karya yang mereka buat.
Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan
pembelajaran yang telah dilakukan. Sebelum
Gambar 5. Proses rolling cat grafis menutup pembelajaran, guru bertanya kepada siswa
mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami selama
Gambar di atas merupakan proses siswa berkarya. Beberapa kesulitan yang dihadapi siswa,
sedang mencetak setelah proses mencukil selesai. misalnya siswa mengalami kesulitan dalam proses
Terlihat pula aktivitas salah siswa yang sedang mencukil karena alat cukil yang digunaka kurang
mencetak dengan serius agar hasilnya memuaskan. tajam dan alat rol karet yang melendung yang
Pada sebelumnya guru memberikan contoh terlebih menyebabkan catnya susah rata.
dahulu dalam proses mencetak, setelah itu siswa Setelah itu guru meminta salah satu siswa
melanjutkan praktik sendiri. Kemudian tahap maju untuk mempresentasikan hasil karya mereka.
terakhir papan hardboard yang sudah dicetak diberi Saat presentasi, hal yang harus diperhatikan
kertas A3 di atasnya setelah itu diroll fungsinya agar meliputi pemilihan desain objek, bentuk yang
cat tersebut menempel pekat pada kertas. Setelah diciptakan, komposisi, proses pembuatan karya,
selesai diroll, kertas dilepaskan dari papan tahapan-tahapan dalam membuat karya, dan kajian
hardboard. Kemudian dijemur pada sinar matahari. estetika dan keunikan.
Kegiatan menalar dapat dilihat dari kegiatan
siswa yang bertanya kepada guru terkait dengan
permasalahan dan keluhan yang dihadapi siswa
dalam proses berkarya seni grafis cukil hardboard
dengan teknik cetak tinggi. Dalam proses
pengamatan, pada umumnya terdapat siswa yang
mengalami kesulitan dalam mencukil. Siswa
tersebut bertanya kepada guru terkait dengan apa
yang dikeluhkan dan guru mencoba menjelaskan
apa yang menjadi kesulitan siswa. Dalam menjawab Gambar 6. Presentasi karya grafis oleh siswa
pertanyaan tersebut, guru mencoba bertanya
kembali kepada siswa terkait dengan permasalahan
Gambar di atas merupakan siswa yang
bernama Bayu Andriyan. Menurut Bayu, desain

78
Yesi Puspita Putri & Supatmo / Eduarts: Journal of Arts Education (2020)

yang dipilih karena mudah untuk dibuat atau 2,436 dengan rata-rata 81,2. Berikut lebih jelasnya
dicetak. Tahapan yang pertama dalam membuat disajikan tabel pensekoran.
karya seni grafis yaitu membuat desain, kedua
memindahkan desain ke papan hardboard dengan Tabel 1. Tabel Skor Nilai Siswa
cara mencukil, yang ketiga mencetak desain dengan
cat. Kesulitan yang dihadapi siswa tersebut yaitu Belum
Memenu
menghilangkan rasa malas. Karya yang dibuat No Kelas Rerata
hi KKM
Memenu Ket.
hi KKM
kurang unik dan sangat sederhana. Nilai estetisnya
cukup rendah. 1. IX A 78,3 24 6 -
Setelah selesai melakukan kegiatan evaluasi
presentasi karya, guru menutup pembelajaran 2. IX C 83,23 28 2 -
dengan berdoa bersama. Evaluasi atau penilaian
3. IX F 83,26 27 3 -
digunakan untuk mengetahui hasil akhir. Evaluasi
yang digunakan pada pembelajaran seni grafis yaitu
4. IX D 79 29 1 1 (Keluar)
dengan memberikan soal tertulis dan melakukan
presentasi pada waktu berkarya sudah selesai.
5. IX E 81,2 29 1 -
Berikut dapat diuraikan kegiatan evaluasi pada
pembelajaran grafis.
Evaluasi dalam pembelajaran dilakukan Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan
dengan beberapa model. Misalnya dengan uji bahwa pada kelas IX A, skor terendah yang didapat
tertulis, aplikasinya dengan memberikan soal siswa yaitu 60, skor tertinggi 93, skor rata-rata
kepada siswa dengan bahasa tertulis. Hal ini dapat 78,3, dengan jumlah memenuhi KKM yaitu 24
dicontohkan pada saat setelah guru memaparkan siswa dan jumlah yang tidak memenuhi KKM yaitu
materi sampai dengan praktik berkarya. Kemudian 6 siswa. Kelas IX C skor terendah yang didapat
evaluasi dengan model presentasi hasil karya yang siswa, yaitu 67, skor tertinggi 93, dan skor rata-rata
telah dibuat oleh siswa. Hal ini dapat dicontohkan 83,23, dengan jumlah memenuhi KKM yaitu 28
pada saat siswa selesai membuat karya, Setelah itu siswa dan jumlah yang tidak memenuhi KKM yaitu
guru meminta salah satu siswa untuk maju kedepan. 2 siswa. Kelas IX F skor terendah yang didapat
Melalui evaluasi pembelajaran, guru dapat siswa, yaitu 67, skor tertinggi 93, skor rata-rata
melihat keberhasilan dalam mengajar. Guru dapat 83,26, dengan jumlah memenuhi KKM yaitu 27
mengetahui bahwa tujuan dari pembelajaran sudah siswa dan yang tidak memenuhi KKM yaitu 3
tercapai atau belum. Jika belum, perlu diadakan siswa. Kelas IX D skor terendah yang di dapat
remidi atau ujian ulang. Biasanya siswa yang perlu siswa yaitu 70, skor tertinggi 93, skor rata-rata 79,
untuk remidi atau ujian ulang adalah siswa yang dengan jumlah memenuhi KKM yaitu 29 siswa dan
nilainya belum mencapai nilai Kriteria Kelulusan yang tidak memenuhi KKM yaitu 1 siswa,
(KKM). Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) dikarenakan keluar. Kelas IX E skor terendah 70
adalah sebuah kriteria yang disepakati oleh tim yang didapat siswa yaitu 70, skor tertinggi 93, skor
MGMP SMP Negeri 1 Bawen tentang standar nilai rata-rata 81,2, dengan jumlah memenuhi KKM
minimal yang harus dicapai siswa untuk tiap mata yaitu 29 dan yang tidak memenuhi KKM yaitu 1
pelajaran. KKM antara mata pelajaran yang satu siswa.
dengan lainya tidak sama. Untuk mata pelajaran seni
rupa standar KKM nya adalah 73. Bila perolehan Penerapan Model Problem Based Learning
nilai siswa setelah melaksanakan ujian kurang dari dalam Pembelajaran Seni Grafis Cukil
73, maka siswa tersebut wajib mengikuti remidi. Hardboard SMP Negeri 1 Bawen
Berdasarkan hasil evaluasi tes hasil karya Pembelajaran berbasis masalah merupakan proses
seni grafis cukil hardboard pada siswa SMP Negeri pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
1 Bawen, total nilai yang diperoleh dari kelas IX A suatu masalah sebelum memulai proses
2,350 dengan rata-rata 78,3, IX C 2,497 dengan pembelajaran. Siswa dihadapkan pada suatu
rata-rata 83,23, IX F 2,498 dengan rata-rata 83,26, masalah nyata yang memacu untuk meneliti,
IX D 2,370 dengan rata-rata 79, dan kelas IX E menguraikan, dan mencari penyelesaian (Hartono

79
Yesi Puspita Putri & Supatmo / Eduarts: Journal of Arts Education (2020)

dalam Nurdin, 2016: 221). Menurut Moffit (dalam menjadi para siswa yang otonom (Rusman dalam
Nurdin, 2016: 222) Pembelajaran Berbasis Nurdin, 2000: 225).
Masalah merupakan suatu pendekatan Menurut jurnal yang ditulis oleh
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia Nurdyansyah dan Amalia (2015: 3), model
nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan model pembelajaran yang menggunakan masalah
pemecahan masalah serta untuk memperoleh dunia nyata. Masalah tersebut digunakan sebagai
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi suatu konteks bagi siswa untuk mempelajari cara
pelajaran. Sedangkan dalam jurnal yang ditulis berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
oleh Sucipto (2017) dinyatakan bahwa, masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
pembelajaran berbasis proyek merupakan konsep yang esensial dari materi pelajaran. ”Model
pendekatan pendidikan yang berfokus pada pembelajaran berdasarkan masalah mengacu pada
kreativitas berpikir, pemecahan masalah, dan Pembelajaran Proyek (Problem Based Learning),
interaksi antara siswa dengan kawan sebaya untuk Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experience
menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru Based Learning), Belajar Autentik (Autentic
(Bernfeld dalam Sucipto, 2017: 78). Thomas Learning), Pembelajaran Bermakna (Anchored
(dalam Sucipto, 2017: 78) mengemukakan bahwa Instruction)”. Pembelajaran berbasis masalah telah
prinsip pembelajaran berbasis proyek pada dikenal sejak zaman John Dewey, yang sekarang
prosesnya mengarah kepada pencapaian tujuan, ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum
yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan pembelajaran berbasismasalah terdiri dari
konsep, dan resolusi. Menurut Thomas dkk (dalam menyajikan kepada siswa situasi masalah yang
Rezeki et al., 2015: 74–81) pembelajaran berbasis autentik dan bermakna yang dapat memberikan
proyek adalah model pembelajaran yang kemudahan kepada siswa untuk melakukan
memberikan kesempatan guru untuk mengelola penyelidikan dan inkuiri.
pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja Ciri-ciri model pembelajaran berbasis
proyek. Pembelajaran berbasis proyek merupakan masalah adalah sebagai berikut: (1) Pengajuan
metode pembelajaran yang dapat membantu siswa pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berbasis
membangun pemikirannya dan keterampilan masalah mengorganisasikan pembelajaran di sekitar
berkomunikasi. Pembelajaran Berbasis Proyek pertanyaan atau masalah dan secara pribadi
(Project Based Learning) secara umum memiliki bermakna bagi siswa.; (2) Berfokus pada
langkah yaitu Planning (perencanaan), Creating keterkaitan disiplin ilmu. Pembelajaran berbasis
(implementasi) dan Processing (pengolahan). masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran
Project Based Learning dapat membantu tertentu. Masalah yang diajukan hendaknya benar-
siswa dalam belajar kelompok, mengembangkan benar autentik. Hal tersebut dimaksudkan agar
keterampilan dan proyek yang dikerjakan mampu dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah
memberikan pengalaman pribadi pada siswa dan tersebut dari banyak segi atau mengkaitkannya
dapat menekankan kegiatan belajar yang berpusat dengan disiplin ilmu yang lain.; (3) Penyelidikan
pada siswa. Dengan demikian guru tidak lagi autentik. Dalam memecahkan masalah, siswa dapat
berperan sebagai sumber belajar melainkan hanya melakukan penyelidikan melalui suatu percobaan.
sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak Siswa harus merumuskan masalah, menyusun
membantu siswa untuk belajar, guru juga hipotesis, mengumpulkan informasi, melakukan
memonitoring kegiatan siswa dalam proses eksperimen (jika diperlukan), menganalisis data
pembelajaran. Selanjutnya Ibrahim dan Nur dan merumuskan kesimpulan; (4) Menghasilkan
(dalam Nurdin, 2002: 225) mengemukakan tujuan produk/ karya. Pada pembelajaran berdasarkan
Pembelajaran Berbasis Masalah secara lebih rinci, masalah, siswa dituntut menyusun hasil pemecahan
yaitu: (1) membantu siswa mengembangkan masalah berupa laporan dan mempersentasikannya
kemampuan berpikir dan memecahkan masalah; (2) di depan kelas.
belajar berbagai peran orang dewasa melalui Tahapan Pelaksanaan Model Pembelajaran
pelibatan mereka dalam pengalaman nyata; (3) Berbasis Masalah terdiri atas orientasi siswa kepada
masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar,

80
Yesi Puspita Putri & Supatmo / Eduarts: Journal of Arts Education (2020)

membimbing penyelidikan kelompok, hasilnya berupa produk. Untuk hasil produknya


mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan berdasarkan hasil cetakan yang sudah dibuat siswa.
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan Penilaian pengetahuan dilakukan dengan
masalah. tugas, hasil diskusi dan penilaian harian. Untuk
Terkait pada pembelajaran seni grafis di praktik pada Kompetensi Dasar (KI) 4 penilaian
SMP Negeri 1 Bawen, di sini guru seni rupa dilakukan dengan mulai dari desain sampai dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based hasil karya menggunakan PAK (Penilaian Acuan
Learning dengan metode jigsaw dengan Kriteria), dari desain yang dinilai apa saja, hasil
membentuk kelompok awal dan kelompok ahli, di karya apa saja yang dinilai. Setelah itu direkap dan
mana siswa dihadapkan pada suatu permasalahan dirata-rata.
terkait seni grafis, kemudian siswa diminta untuk
berdiskusi. Berikut hasil wawancara dengan guru SIMPULAN
seni rupa yaitu Bapak Suryanto mengenai model Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
pembelajaran seni grafis cukil hardboard di SMP dalam bab 4, dapat ditarik simpulan sebagai
Negeri 1 Bawen yang dilakukan pada hari jumat, berikut, (1) Pembelajaran seni grafis cukil
tanggal 6 Maret 2020. “Kenapa saya memilih itu hardboard pada kelas IX SMP Negeri 1 Bawen
untuk seni grafis, karena pada dasarnya di dilaksanakan melalui tahap perencanaan, tahap
lingkungan mereka anak-anak yang namanya seni pelaksanaan dan tahap evaluasi. Pada tahap
grafis sudah sangat banyak hasil-hasil produknya. perencanaan guru membuat rencana pelaksanaan
Sementara, anak-anak tidak tahu apa itu seni grafis, pembelajaran terlebih dahulu. RPP dibuat
hanya tahu hasil produknya. Maka dari apa yang berdasarkan silabus yang mengacu pada KI-KD.
sudah mereka ketahui di lingkungan mereka, RPP terdiri dari kompetensi dasar, indikator, tujuan
tentang hasil-hasil seni grafis harapannya agar pembelajaran, alokasi waktu, materi pembelajaran,
mereka menjadi lebih paham tentang seni grafis itu sumber dan media pembelajaran, strategi
sendiri di dalam aplikasinya sebagai karya seni pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, serta
rupa terapan. Dulu seni grafis itu adalah seni rupa evaluasi pembelajaran; (2) Model pembelajaran
murni, sejalan dengan perkembangan menjadi seni seni grafis cukil hardboard pada siswa kelas IX
rupa terapan, karena diterapkan pada berbagai SMP Negeri 1 Bawen yaitu pembelajaran Problem
produk. Seperti pada souvenir, kaos, atau apapun Based Learning, dengan metode Jigsaw. Siswa
itu yang sifatnya dengan teknik mencetak. dihadapkan pada suatu permasalahan terkait dengan
Maka dengan pembelajaran Problem seni grafis. Kemudian siswa diminta untuk
Based Learning, dari anak yang sebelumnya hanya berdiskusi. Selanjutnya untuk praktik dilaksanakan
mengerti bahwa seni grafis dari produk jadinya pendekatan praktik berkarya, hasilnya berupa
saja, maka akhirya siswa dapat memahami proses produk; (3) Melalui proses pembelajaran ini, siswa
pembuatan seni grafis dengan berbagai media dan mampu memahami dengan seksama definisi
hasilnya. Sebagai contoh siswa dapat mengetahui tentang seni grafis, proses penciptaannya dan
sablon pada produk kaos yang diproduksi dengan berbagai jenis produk seni yang dihasilkan.
menggunakan cetak saring. Jika berupa media
massa atau koran dilakukan menggunakan cetak DAFTAR PUTAKA
datar”.
Nurdin dan Adriantoni. 2016. Kurikulum dan
Pelaksanaan pembelajaran seni grafis pada Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Kompetensi Dasar (KD) 3 menggunakan Nurdyansyah dan Amalia. 2015. Model Pembelajaran
pendekatan Problem Based Learning, di mana Berbasis Masalah pada Pelajaran IPA Materi
Komponen Ekosistem. 1, 1–8.
siswa dihadapkan pada permasalahan tentang seni Rezeki, R., Nurhayati, N., dan Mulyani, S. 2015.
grafis, kemudian diminta untuk diskusi yaitu Penerapan Metode Pembelajaran Project Based
menggunakan metode Jigsaw dengan membentuk Learning Disertai Dengan Peta Konsep Untuk
kelompok awal dan kelompok ahli. Selanjutnya, Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas Belajar Siswa
Pada Materi Redoks Kelas X-3 SMA Negeri
untuk praktik dengan kompetensi (KD) Dasar 4 Kebakkramat Tahun Pelajaran 2013 / 2014. Jurnal
dilaksanakan dengan pendekatan praktik berkarya, Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret, 4(1),
74–81.
Romas, T., Tjetjep, R., dan Sri, I. 2017. Makna Simbolis

81
Yesi Puspita Putri & Supatmo / Eduarts: Journal of Arts Education (2020)

dan Fungsi Tenun Songket Bermotif Naga pada Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1402,
Masyarakat Melayu di Palembang Sumatra No. 7, p. 077049). IOP Publishing.
Selatan. 6(1), 9–18. Sugiarto, Eko. 2015. Kajian Interdisiplin dalam
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Penelitian Pendidikan Seni Rupa: Substansi Kajian
Raja Grafindo Persada. dan Implikasi Metodologis. Imajinasi: Jurnal Seni,
Sobandi. 2008. Model Pembelajaran Kritik dan Apresiasi 9(1), 25-30
Seni Rupa. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Sugiarto, Eko. 2017. Kearifan Ekologis sebagai Sumber
Tinggi. Belajar Seni Rupa: Kajian EkologiSeni di Wilayah
Sucipto, H. 2017. Penerapan Model Project Based Pesisir Semarang. Imajinasi: Jurnal Seni 11 (2),
Learning berbatuan LKS untuk Meningkatkan 135-142
Aktivitas dan Hasil Belajar IPA. Jurnal Sugiarto, Eko, & Lestari, W. (2020). The Collaboration
Pendidikan : Riset & Konseptual, 1(1),77–86. of Visual Property and Semarangan Dance : A Case
http://journal.unublitar.ac.id/pendidikan/index.php/ Study of Student Creativity in „ Generation Z.‟
Riset_Konseptual/article/download/10/10/ International Journal of Innovation, Creativity and
Sugiarto, Eko. 2016. Humanisme pada Karya Mahasiswa Change, 10(12), 100–110
Seni Rupa dan Implikasinya bagi Pengembangan Sumurung, Z. S. 2010. Pembelajaran Seni Grafis Cetak
Karakter Humanis di Perguruan Tinggi. Imajinasi: Tinggi di SMP 2 Ambarawa ” . Skripsi. Jurusan
Jurnal Seni,10 (1), 11-20 Seni Rupa FBS UNNES. Tidak dipublikasikan.
Sugiarto, E., Julia, J., Pratiwinindya, R. A., Prameswari, Syafi’i. 2006. “Konsep dan Model Pembelajaran Seni
N. S., Nugrahani, R., Wibawanto, W., & Febriani, Rupa”. Bahan Ajar Tertulis. (Jurusan Seni Rupa
M. (2019, December). Virtual gallery as a media to FBS UNNES. Tidak dipublikasikan.
simulate painting appreciation in art learning. In

82

You might also like