You are on page 1of 125

Sumber : internet & Materi ISMKP Pak Warid

Keselamatan Pertambangan

KO
K3

Keselamatan Pertambangan meliputi K3 dan KO.


Keselamatan Kesehatan Kerja
Keselamatan Kesehatan Kerja
Keselamatan Kesehatan Kerja
PERATURAN PENGELOLAAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Dasar Hukum
✓ UU No. 1 Tahun 1970
✓ UU No. 13 Tahun 2003
✓ UU No. 4 Tahun 2009
✓ UU No. 3 Tahun 2020
PENGELOLAAN
✓ PP No. 19 Tahun 1973 KESELAMATAN
✓ PP No. 55 Tahun 2010 PERTAMBANGAN
✓ PP No. 50 Tahun 2012
✓ Permen ESDM No. 26 Tahun 2018
✓ Permen ESDM No. 7 Tahun 2020
✓ Kepmen ESDM No 1827.K/30/MEM/2018
✓ Kepmen ESDM No 1806.K/30/MEM/2018
✓ Kepdirjen Minerba No 308.k/30/DJB/2018
✓ Kepdirjen Minerba No 309.k/30/DJB/2018
✓ Kepdirjen Minerba No 185.k/37.04/DJB/2019
Karakteristik Pertambangan
Konsep Akademis
✓ Padat Modal Pengelolaan KP
✓ Padat Teknologi
Membangun Budaya KP
✓ Risiko Besar & Spesifik
✓ Dinamis (Hazard & Risiko Berpindah)
DASAR HUKUM PENGELOLAAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN

UUD 1945 UUD 1945


Pasal 27 (2) Pasal 33 (2 & 3)

UU Minerba
UU Keselamatan Kerja UU Ketenagakerjaan UU No.4 /2009, Pasal 96 & 141
UU No.1/1970 UU No.13 /2003, Pasal 86 & 87 UU No. 3 /2020

Penerapan SMK3 Binwas Minerba


PP No. 50 / 2012 Pasal 4 (2) & 19 PP No.55 /2010, Pasal 16, 26 & 27

PP Keselamatan Kerja
Permen ESDM No. 26/2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang
PP No.19/1973 Baik dan Pengawasan Pertambangan Minerba
Permen ESDM No. 7/2020 tentang Wilayah, Perizinan dan Laporan pada
Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba

Kepmen ESDM No. 1806.K/2018 tentang RKAB dan Pelaporan


Kepmen ESDM No. 1827.K/2018 tentang Pedoman Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik

Kepdirjen Nomor 308/30/DJB/2018 tentang Juknis KTT/PTL, Pengawas Operasional, Pengawas Teknis, dll
Kepdirjen Nomor 309/30/DJB/2018 tentang Bahan Peledak dan Peledakan dan Tangki Bahan Bakar Cair
Kepdirjen Nomor 185/37/04/DJB/2019 tentang Keselamatan Pertambangan dan SMKP Minerba
Peraturan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik

Keputusan Dirjen
Mineral dan
Batubara Nomor
185/30/DJB/2019

Petunjuk Teknis
Permen ESDM No 26 Tahun Pelaksanaan
2018 Kepmen ESDM No Keselamatan
1827K/30/MEM/2018 Pertambangan dan
Pelaksanaan Kaidah Pelaksanaan, Penilaian,
Pertambangan Yang Baik dan Pedoman Pelaksanaan
Pengawasan Pertambangan Kaidah Teknik Pertambangan dan Pelaporan SMKP
yang Baik Minerba
Mineral dan Batubara
BAB III
BAB II PELAKSANAAN TATA BAB IV
BAB I PELAKSANAAN KELOLA PENGAWASAN
9 BAB KETENTUAN KAIDAH TEKNIK PENGUSAHAAN PENYELENGGARAAN
PERTAMBANGAN PERTAMBANGAN PENGELOLAAN USAHA
UMUM MINERAL DAN PERTAMBANGAN
YANG BAIK
BATUBARA

Permen ESDM No 26 Tahun 2018


Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara

BAB V
PENGAWASAN BAB VI BAB VII BAB VIII BAB IX
TERHADAP SANKSI KETENTUAN LAIN- KETENTUAN KETENTUAN
KEGIATAN USAHA ADMINISTRATIF LAIN
PERALIHAN PENUTUP
PERTAMBANGAN
PERATURAN MENTERI ESDM NOMOR 26 TAHUN 2018
Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi,
Pasal 3 ayat (1) dan IUPK Operasi Produksi dalam setiap tahapan kegiatan Usaha
Pertambangan wajib melaksanakan Kaidah pertambangan yang
baik.

Pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan


dan/atau pemurnian dalam kegiatan Pengolahan dan/atau
Pasal 4 ayat (1) Pemurnian wajib melaksanakan Kaidah Pertambangan Yang Baik.

Pemegang IUJP wajib melaksanakan kaidah pertambangan yang


Pasal 5 ayat (1) baik sesuai dengan bidang usahanya

Kaidah Pertambangan yang baik sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) meliputi:
Pasal 5 ayat (2) a. Kaidah teknik usaha jasa pertambangan yang baik, dan
b. Tata Kelola Pengusahaan Jasa Pertambangan
ASPEK PENERAPAN KAIDAH TEKNIK PERTAMBANGAN YANG BAIK
PERMEN ESDM Nomor 26 Tahun 2018

IUP Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, Pemegang IUP Operasi Produksi IUJP
IUPK Ekplorasi dan IUPK Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau (Pasal 5 ayat (3))
(Pasal 3 Ayat (3)) pemurnian
(Pasal 4 ayat (3))
1.teknis pertambangan; 1. teknis kegiatan Pengolahan 1. upaya pengelolaan lingkungan
2.konservasi sumber daya Mineral dan dan/atau Pemurnian; hidup, keselamatan
Batubara; 2. keselamatan Pengolahan pertambangan, konservasi Mineral
3.keselamatan dan kesehatan kerja dan/atau Pemurnian; dan Batubara, dan teknis
Pertambangan; 3. pengelolaan lingkungan hidup pertambangan sesuai dengan
4.keselamatan operasi Pertambangan; dan pascaoperasi; dan bidang usahanya; dan
5.pengelolaan lingkungan hidup 4. konservasi Mineral dan Batubara 2. kewajiban untuk mengangkat
pertambangan, reklamasi, dan penanggung jawab operasional
pascatambang serta pascaoperasi; dan sebagai pemimpin tertinggi di
6.pemanfaatan teknologi, kemampuan lapangan.
rekayasa, rancang bangun,
pengembangan dan penerapan teknologi
pertambangan

Kepmen ESDM 1827 K/30/MEM/2018


Kepmen 1827 K/30/MEM/2018

Lampiran I Lampiran II Lampiran III Lampiran IV


Pedoman Permohonan, Pedoman Pelaksanaan
Pedoman Pengelolaan Pedoman Penerapan
Evaluasi dan/atau Pengesahan Keselamatan
Teknis Pertambangan SMKP Minerba
Kepala Teknik Tambang, Pertambangan dan
Penanggung Jawab Teknik dan Keselamatan
Lingkungan, Kepala Tambang Pengolahan dan/atau
Bawah Tanah, Pengawas
Pemurnian Minerba
Operasional, Pengawas Teknis,
dan/atau Penanggung Jawab
Operasional

Lampiran V Lampiran VI Lampiran VII Lampiran VIII


Pedoman Pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan Pedoman Kaidah Teknik
Pengelolaan Lingkungan Reklamasi dan Usaha Jasa
Konservasi Mineral
Hidup Pertambangan Pascatambang serta
dan Batubara Pertambangan dan
Minerba Pascaoperasi pada Kegiatan
Evaluasi Kaidah Teknik
Usaha Pertambangan
Usaha Jasa
Mineral dan Batubara
Pertambangan
Ruang Lingkup Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019

Lampiran I Lampiran II

Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan Pelaksanaan, Penilaian, dan Pelaporan Sistem


dan Keselamatan Pengolahan dan/atau Manajemen Keselamatan Pertambangan serta
Permurnian Mineral dan Batubara Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
Khusus Pengolahan dan/atau Pemurnian
Mineral dan Batubara 14
Ruang Lingkup Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019

Lampiran I Lampiran II

Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan Pelaksanaan, Penilaian, dan Pelaporan Sistem


dan Keselamatan Pengolahan dan/atau Manajemen Keselamatan Pertambangan serta
Permurnian Mineral dan Batubara Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
Khusus Pengolahan dan/atau Pemurnian
Mineral dan Batubara 15
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan dan Keselamatan Pengolahan
dan/atau Permurnian Mineral dan Batubara

Keselamatan dan Keselamatan Operasi


Kesehatan Kerja Pertambangan dan
Pertambangan dan Pengolahan dan/atau
Pengolahan Pemurnian Mineral
dan/atau Pemurnian dan Batubara
Mineral dan
Batubara
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan dan Keselamatan Pengolahan
dan/atau Permurnian Mineral dan Batubara

Keselamatan dan Keselamatan Operasi


Kesehatan Kerja Pertambangan dan
Pertambangan dan Pengolahan dan/atau
Pengolahan Pemurnian Mineral
dan/atau Pemurnian dan Batubara
Mineral dan
Batubara
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau
Pemurnian Mineral dan Batubara

Keselamatan Kerja Kesehatan Kerja Pertambangan


Pertambangan dan Pengolahan dan Pengolahan dan/atau
dan/atau Pemurnian Pemurnian

Lingkungan Kerja Pertambangan


dan Pengolahan dan/atau
Pemurnian
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau
Pemurnian Mineral dan Batubara

Keselamatan Kerja Kesehatan Kerja Pertambangan


Pertambangan dan Pengolahan dan Pengolahan dan/atau
dan/atau Pemurnian Pemurnian

Lingkungan Kerja Pertambangan


dan Pengolahan dan/atau
Pemurnian
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Keselamatan Kerja
1
•Manajemen Risiko

2
•Program Keselamatan Kerja

3
•Pendidikan & Pelatihan Keselamatan Kerja

4
•Kampanye

5
•Administrasi Keselamatan Kerja

6
•Manajemen Keadaaan Darurat

7
•Inspeksi Keselamatan Kerja

8
•Penyelidikan Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Keselamatan Kerja
1
•Manajemen Risiko

2
•Program Keselamatan Kerja

3
•Pendidikan & Pelatihan Keselamatan Kerja

4
•Kampanye

5
•Administrasi Keselamatan Kerja

6
•Manajemen Keadaaan Darurat

7
•Inspeksi Keselamatan Kerja

8
•Penyelidikan Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya
MANAJEMEN RISIKO
Penetapan Konteks

Komunikasi Pemantauan
Identifikasi Bahaya dan
dan
Konsultasi Peninjauan

Penilaian
dan
Pengendalian
Risiko
MANAJEMEN RISIKO
KOMUNIKASI DAN KONSULTASI RISIKO

Komunikasi dan konsultasi dilakukan


dengan melibatkan para pemangku
kepentingan, baik internal maupun
eksternal yang terkait,

serta dilakukan pada setiap tahap


proses Manajemen Risiko

melalui pengembangan rencana untuk


berkomunikasi dan berkonsultasi
dengan para pemangku kepentingan
pada tahap awal.
MANAJEMEN RISIKO
PENETAPAN KONTEKS RISIKO
Penetapan Konteks dilakukan dengan menentukan batasan-batasan risiko
yang akan dikelola.
Faktor Jenis kegiatan, proses rutin/non rutin, adanya perubahan (organisasi, lingkungan
Internal kerja, kegiatan, bahan/material), fasilitas baru (peralatan/instalasi), kondisi normal
dan abnormal, peraturan internal perusahaan, faktor personal pekerja, desain area
kerja, sistem pemeliharaan, perawatan, dan pengamanan, kompetensi tenaga
teknik, dan laporan hasil kajian teknik.

Faktor Budaya, politik, hukum, keuangan, teknologi, ekonomi, alam, dan lingkungan,
Eksternal perkembangan isu yang berdampak signifikan, kepentingan pihak eksternal, fasilitas
baru (peralatan/instalasi) di luar area kerja, bahaya dari luar area kerja,
infrastruktur/peralatan/bahan/material yang disediakan pihak luar, kewajiban
hukum.
MANAJEMEN RISIKO
IDENTIFIKASI BAHAYA
Melakukan identifikasi sumber-sumber bahaya, area yang terpapar bahaya, dan
konsekuensi dari bahaya.
BAHAYA VS. RISIKO
BAHAYA RISIKO
Segala sesuatu yang berpotensi untuk Kemungkinan kecelakan yang berakibat cidera
menyebabkan kecelakaan yang berakibat pada manusia, kerusakan
cidera pada manusia, kerusakan peralatan/proses/lingkungan, yang dapat terjad
peralatan/proses/ lingkungan karena suatu bahaya.

Manajemen Risiko adalah suatu kegiatan yang


terkoordinir untuk mengarahkan dan mengendalikan
suatu organisasi berkaitan dengan risiko.
MANAJEMEN RISIKO
PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO
Penilaian Risiko
Penilaian risiko dilakukan melalui proses evaluasi risiko untuk menentukan
risiko tersebut, apakah dapat diterima/tidak.

Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko dilakukan dengan mempertimbangkan hierarki
pengendalian risiko.
• Rekayasa (Eliminasi/Substitusi)
• Administrasi
• Praktik Kerja
• APD
MANAJEMEN RISIKO
PEMANTAUAN DAN PENINJAUAN

• Menetapkan cara pemantauan dan peninjauan manajemen risiko


• Mengomunikasikan hasil pemantauan dan peninjauan ke pihak terkait
• Memastikan pengendalian risiko yang dilakukan memadai
• Melaksanakan pemantauan dan peninjauan secara berkala, jika terjadi:
• kecelakaan;
• kejadian berbahaya;
• kejadian akibat penyakit tenaga kerja
• penyakit akibat kerja;
• perubahan peralatan, instalasi, dan/atau proses, serta kegiatan baru
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Keselamatan Kerja
1
•Manajemen Risiko

2
•Program Keselamatan Kerja

3
•Pendidikan & Pelatihan Keselamatan Kerja

4
•Kampanye

5
•Administrasi Keselamatan Kerja

6
•Manajemen Keadaaan Darurat

7
•Inspeksi Keselamatan Kerja

8
•Penyelidikan Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya
PROGRAM KESELAMATAN KERJA
Penyusunan dan Penetapan Program Keselamatan Kerja didasarkan
kepada:
• Peraturan perundangan yang berlaku
• Persyaratan lainnya yang terkait
• Kebijakan Perusahaan
• Hasil Manajemen Risiko
• Evaluasi kinerja program sebelumnya
• Hasil pemeriksaan kecelakaan & kejadian Berbahaya
• Ketersediaan sumber daya (manusia, finansial, peralatan)
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Keselamatan Kerja
1
•Manajemen Risiko

2
•Program Keselamatan Kerja

3
•Pendidikan & Pelatihan Keselamatan Kerja

4
•Kampanye

5
•Administrasi Keselamatan Kerja

6
•Manajemen Keadaaan Darurat

7
•Inspeksi Keselamatan Kerja

8
•Penyelidikan Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Pendidikan dan pelatihan diberikan
kepada pekerja baru, pekerja tambang
untuk tugas baru, pelatihan untuk
menghadapi bahaya dan pelatihan
penyegaran tahunan atau pendidikan dan
pelatihan lainnya.
Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
disesuaikan dengan kegiatan, jenis, dan
risiko pekerjaan pada kegiatan usaha
pertambangan.
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
#3 pelaksanaan #4 monitoring dan evaluasi
pendidikan program pendidikan dan
#2 penyusunan analisis
dan pelatihan pelatihan
kebutuhan pendidikan
• on the job • Reaction
dan pelatihan
• off the job • Learning
(training need analysis)
• Behaviour
• Result

#1 pengumpulan
#5 tindaklanjut
data dan informasi
perbaikan dan
• identifikasi
peningkatan
pekerjaan
• identifikasi
pekerja
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Keselamatan Kerja
1
•Manajemen Risiko

2
•Program Keselamatan Kerja

3
•Pendidikan & Pelatihan Keselamatan Kerja

4
•Kampanye

5
•Administrasi Keselamatan Kerja

6
•Manajemen Keadaaan Darurat

7
•Inspeksi Keselamatan Kerja

8
•Penyelidikan Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya
KAMPANYE
Kampanye keselamatan kerja dilakukan sebagai salah satu
upaya peningkatan kinerja keselamatan kerja.

Substansi kampanye disusun dengan


mempertimbangkan:
• Peraturan perundangan & standar yang berlaku;
• Persyaratan lainnya yang terkait;
• Keterkaitan dengan program keselamatan secara
umum;
• Pengenalan/ pemahaman, hambatan/ tantangan
berkaitan dengan isu KP;
• Hasil evaluasi kinerja KP;
• Hasil Inspeksi dan Investigasi;
• Hasil Manajemen Risiko; dan
• Level kompetensi pekerja
KAMPANYE
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Keselamatan Kerja
1
•Manajemen Risiko

2
•Program Keselamatan Kerja

3
•Pendidikan & Pelatihan Keselamatan Kerja

4
•Kampanye

5
•Administrasi Keselamatan Kerja

6
•Manajemen Keadaaan Darurat

7
•Inspeksi Keselamatan Kerja

8
•Penyelidikan Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya
ADMINISTRASI KESELAMATAN KERJA
Administrasi keselamatan kerja mencakup:
• Buku tambang;
• Buku daftar kecelakaan tambang;
• Dokumentasi Kejadian Berbahaya, Kejadian Akibat
Penyakit Tenaga Kerja, dan PAK
• Pelaporan keselamatan kerja;
• RKAB keselamatan kerja;
• Prosedur/Instruksi kerja; dan
• Dokumen dan laporan pemenuhan kompetensi dan
ketentuan peraturan perundangan.
ADMINISTRASI: BUKU TAMBANG
ADMINISTRASI: BUKU DAFTAR KECELAKAAN
ADMINISTRASI: DOKUMENTASI KEJADIAN BERBAHAYA, KEJADIAN
AKIBAT PENYAKIT TENAGA KERJA, DAN PAK

Untuk Kejadian Berbahaya,


kejadian akibat penyakit tenaga
kerja, dan Penyakit Akibat Kerja
didokumentasikan secara
khusus oleh KTT atau PTL sesuai
dengan format khusus yang
ditentukan oleh KaIT atau
Kepala Dinas atas nama KaIT.
ADMINISTRASI: DOKUMENTASI KEJADIAN BERBAHAYA, KEJADIAN
AKIBAT PENYAKIT TENAGA KERJA, DAN PAK
Rekapitulasi Kejadian Berbahaya

Dilaporkan
Nomor Urut Kronologis
Waktu, Hari, Akibat Kejadian kepada
Kejadian Lokasi Kejadian Catatan
Tanggal Berbahaya KaIT/Kadis atas
Berbahaya Berbahaya
na m a KaIT

Rekapitulasi Kejadian Akibat Penyakit Tenaga Kerja

Nomor Urut Akibat


Kejadian Departemen, J a b a t a n , Kronologis Kejadian Kejadian Dilaporkan kepada
Waktu, Hari,
Akibat Lokasi Lama Akibat Penyakit Akibat KaIT/Kadis atas Catatan
Tanggal
Penyakit Bekerja Tenaga Kerja Penyakit na m a KaIT
Tenaga Kerja Tenaga Kerja

Rekapitulasi Penyakit Akibat Kerja

Nomor Urut Departemen, J a b a t a n , Dilaporkan kepada


Waktu, Hari, Hasil Diagnosis K a s u s Penyakit
Penyakit Lokasi Lama KaIT/Kadis atas Catatan
Tanggal Dokter Perusahaan Akibat Kerja
Akibat Kerja Bekerja na m a KaIT
ADMINISTRASI: PENYUSUNAN PROSEDUR

Penyusunan Prosedur dan/atau instruksi kerja


paling sedikit mengacu pada langkah-langkah:
• bentuk tim penyusun prosedur dan/atau
instruksi kerja;
• memahami bisnis proses terkait dengan
prosedur dan/atau instruksi kerja yang akan
dibuat;
• menyusun alur kerja atau flow chart;
• simulasikan prosedur dan/atau instruksi
kerja yang telah dibuat;
• evaluasi dan tindak lanjut perbaikan; dan
• penetapan prosedur dan/atau instruksi kerja.
ADMINISTRASI: PELAPORAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Peraturan acuan

PERMEN ESDM NO. 11/2018 Permen ESDM No. 7/2020 KEPMEN ESDM NO. 1806.K/30/MEM/2018

KETENTUAN UMUM FORMAT PENYUSUNAN LAPORAN


BERKALA
LAPORAN
FORMAT PENYUSUNAN LAPORAN
SANKSI KHUSUS
ADMINISTRASI: PELAPORAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
LAPORAN BERKALA
Laporan Bulanan Laporan Triwulan
• Bentuk III-i. Pemberitahuan Kecelakaan • Bentuk IV-i. Daftar Persediaan dan Pemakaian Bahan Peledak
• Bentuk X-i. Pemberitahuan Kejadian Berbahaya • Bentuk XIV-i. Laporan Persediaan dan Pemakaian Bahan Bakar
Cair
dilaporkan paling lambat setelah 5 (lima) hari kalender
• Bentuk V-i. Daftar Kecelakaan Tambang
setelah berakhirnya tiap bulan.
• Bentuk VI-i. Daftar Jumlah Tenaga Kerja
• Bentuk VII-i. Daftar Jumlah Jam Kerja
Laporan Triwulan IV (Tahunan) • Bentuk VIII-i. Daftar Frequency Rate (FR) dan Severity Rate
(SR)
• Laporan Pengelolaan Lingkungan Kerja
• Bentuk IX-i. Perhitungan Biaya Kecelakaan Tambang
• Laporan Pengelolaan Kesehatan Kerja
• Bentuk XI-i. Rekapitulasi Kejadian Berbahaya
• Laporan Pengelolaan Kesehatan Kerja
• Bentuk XIII-i. Daftar Penyakit Tenaga Kerja
• Laporan Audit Internal SMKP Minerba
• Laporan Data Kompetensi Tenaga Kerja

dilaporkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah dilaporkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah
Triwulan ke- IV. berakhirnya tiap triwulan
Format Laporan Bulanan Bentuk III-i Statistik
Kecelakaan Tambang
Bentuk IV-i. Daftar Persediaan dan Pemakaian Bahan Peledak
Bentuk V-i. Daftar Kecelakaan Tambang
Bentuk V-i. Daftar Kecelakaan Tambang
Bentuk VI-i. Daftar Jumlah Tenaga Kerja
Bentuk VI-i. Daftar Jumlah Tenaga Kerja
Bentuk VII-i. Daftar Jumlah Jam Kerja
Bentuk VIII-i. Daftar Frequency Rate (FR) dan Severity Rate (SR)
Bentuk IX-i. Perhitungan Biaya Kecelakaan Tambang
Bentuk IX-i. Perhitungan Biaya Kecelakaan Tambang
Format Laporan Bulanan Bentuk X-i Permberitahuan
Kejadian Berbahaya
Bentuk XI-i. Rekapitulasi Kejadian Berbahaya
Bentuk XII-i. Data Kompetensi Tenaga Kerja dikirimkan pada TW. IV

Dilaporkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah Triwulan ke- IV.
Bentuk XIII-i. Daftar Penyakit Tenaga Kerja
Bentuk XIV-i. Laporan Persediaan dan Pemakaian Bahan Bakar Cair
Rencana dan Realisasi Program dan
Biaya KP TW. I/II/III/IV
Pengelolaan Lingkungan Kerja Pertambangan dikirimkan
pada TW. IV

Dilaporkan paling lambat 30


(tiga puluh) hari setelah Triwulan ke-
IV yang isinya mencakup kinerja
pengelolaan lingkungan kerja
pertambangan selama tahun
berjalan.
Pengelolaan Kesehatan Kerja Pertambangan dikirimkan
pada TW. IV

Dilaporkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah Triwulan ke- IV yang isinya mencakup kinerja
pengelolaan kesehatan kerja pertambangan selama tahun berjalan.
Laporan Audit Internal SMKP Minerba
PELAPORAN
KHUSUS

• Pemberitahuan Awal Kecelakaan Kepada KaIT


Laporan Audit Eksternal Penerapan • Pemberitahuan Awal Kejadian berbahaya Kepada KaIT
SMKP Minerba • Pemberitahuan Awal Kejadian Akibat Penyakit Kepada
KaIT
• Pemberitahuan Penyakit Akibat Kerja Hasil Diagnosis
Kepada KaIT

dilaporkan 14 hari kerja setelah Audit dilaporkan sesaat setelah terjadinya awal kecelakaan,
awal kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga
Eksternal SMKP Minerba dinyatakan kerja, dan sesaat setelah diketahui hasil diagnosis dan
selesai pemeriksaan penyakit akibat kerja
Pemberitahuan Awal
Kecelakaan Kepada KaIT
Pemberitahuan Awal Kejadian
Berbahaya Kepada KaIT
Pemberitahuan Awal Kejadian Akibat
Penyakit Kepada KaIT
Pemberitahuan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Hasil Diagnosis Kepada KaIT
Audit Eksternal Penerapan
SMKP Minerba
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Keselamatan Kerja
1
•Manajemen Risiko

2
•Program Keselamatan Kerja

3
•Pendidikan & Pelatihan Keselamatan Kerja

4
•Kampanye

5
•Administrasi Keselamatan Kerja

6
•Manajemen Keadaaan Darurat

7
•Inspeksi Keselamatan Kerja

8
•Penyelidikan Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya
MANAJEMEN KEADAAN DARURAT

01 • identifikasi dan penilaian potensi


keadaan darurat

02 • pencegahan keadaan darurat

03 • Kesiapsiagaan keadaan darurat

04 • respon keadaan darurat

05 • pemulihan keadaan darurat


Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Keselamatan Kerja
1
•Manajemen Risiko

2
•Program Keselamatan Kerja

3
•Pendidikan & Pelatihan Keselamatan Kerja

4
•Kampanye

5
•Administrasi Keselamatan Kerja

6
•Manajemen Keadaaan Darurat

7
•Inspeksi Keselamatan Kerja

8
•Penyelidikan Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya
INSPEKSI KESELAMATAN KERJA

Inspeksi keselamatan kerja dilakukan di setiap area kerja dan kegiatan.

Tahapan inspeksi keselamatan kerja meliputi:


• Perencanaan inspeksi (objek, jadwal, petugas, metode, biaya);
• Persiapan inspeksi (prosedur, alat ukur & uji, kelengkapan dokumentasi);
• Pelaksanaan inspeksi;
• Rekomendasi dan tindak lanjut hasil inspeksi;
• Evaluasi inspeksi; dan
• Laporan dan penyebarluasan hasil inspeksi.
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Keselamatan Kerja
1
•Manajemen Risiko

2
•Program Keselamatan Kerja

3
•Pendidikan & Pelatihan Keselamatan Kerja

4
•Kampanye

5
•Administrasi Keselamatan Kerja

6
•Manajemen Keadaaan Darurat

7
•Inspeksi Keselamatan Kerja

8
•Penyelidikan Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya
KECELAKAAN
Kecelakaan adalah
Kejadian yang:
• Tidak direncanakan
• Tidak diinginkan
• Tidak diduga
• Terjadi kapan saja, dimana saja dan
dapat menimpa siapa saja

Mengakibatkan cideranya seorang


kerusakan alat, produksi terhenti atau
ketiganya

Kontak langsung dengan suatu bahan


yang melebihi batas kekuatan struktur
KRITERIA KECELAKAAN TAMBANG

Terdiri dari 5 unsur

Kecelakaan tambang
Akibat kegiatan
Benar- benar terjadi
Yaitu tidak diinginkan, tidak Usaha pertambangan atau
direncanakan, dan tanpa pengolahan dan/atau pemurnian
unsur kesengajaan atau kegiatan penunjang lainnya.

1 3 5
Terjadi di dalam wilayah
kegiatan usaha pertambangan atau

4
wilayah proyek
2
Mengakibatkan cidera Terjadi pada jam kerja
Pekerja tambang atau orang yang Pekerja tambang yang mendapat
diberi izin oleh KTT atau PTL cidera atau setiap saat orang
yang diberi izin

Lampiran III Kepmen ESDM 1827 /K/30/MEM/2018


KRITERIA CIDERA AKIBAT KECELAKAAN TAMBANG

Cidera Ringan Cidera Berat Mati


• cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan
Cidera akibat kecelakaan pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula
Kecelakaan
selama sama dengan atau lebih dari 3 (tiga) minggu
tambang yang
menyebabkan pekerja
termasuk hari minggu dan hari libur; tambang yang
• cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan
tambang tidak mampu pekerja tambang cacat tetap (invalid); dan mengakibatkan
• cidera akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari pekerja tambang
melakukan tugas semula lamanya pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas
lebih dari 1 (satu) hari dan semula, tetapi mengalami seperti salah satu di bawah ini: mati akibat
kurang dari 3 (tiga) punggung, pinggul, lengan bawah sampai ruas jari,
kecelakaan
lengan atas, paha sampai ruas jari kaki, dan lepasnya
minggu, termasuk hari tengkorak bagian, pendarahan di dalam atau pingsan tersebut
minggu dan hari libur. disebabkan kekurangan oksigen, luka berat atau luka
terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan
ketidakmampuan tetap; atau persendian yang lepas
dimana sebelumnya tidak pernah terjadi.
STATISTIK KECELAKAAN TAMBANG
FREQUENCY RATE DAN SEVERITY RATE

Tingkat kekerapan Kecelakaan (Frekuency Rate)

(Jumlah Korban Kecelakaan: Jumlah Jam Kerja) x 1.000.000

Tingkat keparahan Kecelakaan (Severity Rate)

(Jumlah Hari Kerja Hilang: Jumlah Jam Kerja) x 1.000.000


PENENTUAN HARI KERJA HILANG

Ketentuan perhitungan hari kerja hilang akibat kecelakaan tambang diatur sebagai
berikut.
• jumlah hari kerja hilang dihitung berdasarkan jumlah hari korban tidak mampu
bekerja seperti semula akibat kecelakaan, termasuk hari libur.
• dalam hal korban tidak mampu bekerja seperti semula akibat kecelakaan, dan
selanjutnya kontrak kerjanya habis, maka hari kerja hilang tetap dihitung
berdasarkan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk korban bekerja pada posisi
semula, berdasarkan pertimbangan medis yang dibuktikan oleh Surat Keterangan
Dokter.
• penentuan hari kerja hilang adalah sebagai berikut:
PENENTUAN HARI KERJA HILANG

cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan Pekerja cacat tetap (invalid)

jari dan telapak tangan beserta punggungnya

Hari Kerja Hilang


No Amputasi Tulang
Ibu J a r i Telunjuk Tengah Manis Kelingking

1 Ruas ujung 300 100 75 60 50

2 Ruas tengah - 200 150 120 100

3 R u a s pangkal 600 400 300 240 200

Telapak tangan
4 900 600 500 450 400
beserta punggungnya

Ujung jari tangan


5 3.000
sampai pergelangan
PENENTUAN HARI KERJA HILANG

jari dan telapak kaki beserta punggungnya

Amputasi Hari Kerja Hilang


No
Tulang Ibu J a ri Telunjuk Tengah Manis Kelingking
1 R u a s ujung 150 80 60 45 35
2 R u a s tengah - 150 125 100 75
3 R u a s pangkal 300 225 200 175 150
Telapak kaki
4 beserta 600 450 400 375 350
punggungnya

Ujung jari kaki


5 sampai 2.400
pergelangan
PENENTUAN HARI KERJA HILANG

tangan bagian atas dan bawah mata dan telinga

Hari Kerja Hari Kerja


No. Amputasi Tulang No. Hilang Fungsi
Hilang Hilang
1 S a t u mata 1.800
1 Tangan Bagian Bawah (siku sampai
3.600 2 Kedua mata 6.000
ke bawah)
3 S a t u telinga 600
2 Tangan Bagian Atas (Pergelangan
4.500 4 Kedua telinga 3.000
b a hu sampai ke bawah)

kaki bagian atas dan bawah


lumpuh total
Hari Kerja
No. Amputasi Tulang Hilang Fungsi Hari Kerja Hilang
Hilang
L u m p u h total 6.000
1 Kaki bagian bawah (lutut sampai ke
3.000
bawah)
2 Kaki bagian atas (pangkal paha
4.500
sampai ke bawah)
PENENTUAN HARI KERJA HILANG
cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan:
• keretakan tengkorak, tulang punggung, pinggul, lengan bawah sampai ruas jari, lengan atas, paha
sampai ruas jari kaki, dan lepasnya tengkorak bagian wajah;
• pendarahan di dalam atau pingsan disebabkan kekurangan oksigen;
• luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan ketidakmampuan tetap; atau
• persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak pernah terjadi,
hari kerja hilangnya dihitung berdasarkan Pekerja yang mengalami cidera tersebut di atas dapat kembali
melakukan pekerjaan semula

Mati

Akibat Kecelakaan Hari Kerja Hilang

Mati 6.000
KEJADIAN BERBAHAYA

Kejadian Berbahaya:

Suatu kejadian yang dapat


membahayakan jiwa pekerja tambang
dan atau menghalangi kegiatan
produksi pertambangan
KEJADIAN BERBAHAYA
Terdiri dari 4 unsur

Akibat kegiatan
Usaha pertambangan atau pengolahan
dan/atau pemurnian atau kegiatan
Benar- benar terjadi
Yaitu tidak diinginkan, tidak penunjang lainnya/ kegagalan dalam
direncanakan, dan tanpa mengantisipasi faktor alam yang Kejadian Berbahaya
unsur kesengajaan berada di WIUP Hampir Celaka

1 3
2 4
Berpotensi mengakibatkan Terjadi di dalam wilayah
Kematian atau terhentinya kegiatan usaha pertambangan atau
kegiatan lebih dari 24 jam wilayah proyek
PENYAKIT AKIBAT KERJA
WHO
Occupational disease caused by exposure to
harmful chemical and biological agents and
physical hazards at the workplace.

Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2019


Pasal 1
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan dan/atau
lingkungan
KEJADIAN AKIBAT PENYAKIT TENAGA KERJA

Kejadian Akibat Penyakit Tenaga Kerja


adalah kejadian meninggalnya Pekerja
yang disebabkan oleh penyakit ketika
Pekerja melakukan kegiatan
Pertambangan atau pengolahan
dan/atau pemurnian, terjadi pada jam
kerja, atau terjadi dalam wilayah
kegiatan usaha Pertambangan,
pengolahan dan/atau pemurnian atau
wilayah proyek.
PENYELIDIKAN KECELAKAAN DAN KEJADIAN BERBAHAYA
KECELAKAAN
DAN
KEJADIAN
BERBAHAYA
Kecelakaan dan kejadian berbahaya
dilaporkan kepada KAIT, serta dilakukan
penyelidikan oleh KTT, PTL, atau
berdasarkan pertimbangan KAIT

KTT/PTL segera melakukan penyelidikan


terhadap semua kecelakaan dan
kejadian berbahaya dalam waktu tidak
lebih dari 2 x 24 jam

Lampiran III Kepmen ESDM 1827 /K/30/MEM/2018


PENYELIDIKAN KECELAKAAN DAN KEJADIAN BERBAHAYA

Tahapan penyelidikan kecelakaan dan kejadian berbahaya meliputi:


• Persiapan (tim, alat ukur & uji, pengumpulan data & dokumen);
• Pelaksanaan inspeksi (lokasi, sarana/prasarana, peralatan/instalasi, wawancara
saksi langsung/tidak langsung, tindakan pengamanan/ pencegahan, membuat
analisis & menentukan tindakan koreksi);
• Pelaporan (BA, pelaporan pasca investigasi ke KAIT);
• Pemantauan pelaksanaan tindakan koreksi; dan
• Evaluasi penyelidikan kecelakaan/kejadian berbahaya.
TEORI DOMINO TERJADINYA KECELAKAAN

LACK OF BASIC IMMEDIATE ACCIDENT LOSSES


CONTROL CAUSE CAUSE

1. PROGRAM
1. TINDAKAN
K O N T A K
KURANG 1. FAKTOR 1 . CIDERA
T D K A M A N D G N B E N D A
PRIBADI
A T A U 2 . KERUSAKAN
2. STANDAR
KURANG SU MBER ALAT
2. FAKTOR 2.KO N DISI E N E R G I
3. PENERAPAN PEKERJAAN T D K A M A N / ZAT 3 . PRODUKSI
STANDAR TERHENTI
KURANG
ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN

LACK OF BASIC IMMEDIATE ACCIDENT LOSSES


CONTROL CAUSE CAUSE

1. PROGRAM
K O N T A K
KURANG 1. FAKTOR 1 . TINDAKAN 1 . CIDERA
D G N B E N D A
PRIBADI T D K A M A N
A T A U 2 . KERUSAKAN
2. STANDAR
KURANG SU MBER ALAT
2. FAKTOR 2 . K O N D I S I E N E R G I
3. PENERAPAN PEKERJAAN T D K A M A N / Z A T 3 . PRODUKSI
STANDAR TERHENTI
KURANG

WHY ? K E NAPA?
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau Pemurnian
Mineral dan Batubara

Keselamatan Kerja Kesehatan Kerja Pertambangan


Pertambangan dan Pengolahan dan Pengolahan dan/atau
dan/atau Pemurnian Pemurnian

Lingkungan Kerja Pertambangan


dan Pengolahan dan/atau
Pemurnian
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Kesehatan Kerja

1
•Program Kesehatan Kerja

2
•Higiene dan Sanitasi

3
•Pengelolaan Ergonomi

4
•Pengelolaan Makanan, Minuman, & Gizi Pekerja Tambang

5
•Diagnosis & Pemeriksaan PAK
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Kesehatan Kerja

1
•Program Kesehatan Kerja

2
•Higiene dan Sanitasi

3
•Pengelolaan Ergonomi

4
•Pengelolaan Makanan, Minuman, & Gizi Pekerja Tambang

5
•Diagnosis & Pemeriksaan PAK
PROGRAM KESEHATAN KERJA: 4 PILAR
Program kesehatan kerja dibuat, ditetapkan, dan
dilaksanakan dengan pendekatan promotif atau promosi
kesehatan, preventif atau pencegahan penyakit, kuratif
atau pengobatan dan rehabilitatif atau pemulihan

dengan lebih mengutamakan pada program promotif dan


preventif mengacu kepada peraturan perundang-
undangan dan standar terkait yang berlaku; persyaratan
lainnya yang terkait; kebijakan perusahaan; hasil
Manajemen Risiko terhadap seluruh proses, kegiatan, dan
area kerja; evaluasi kinerja program kesehatan kerja
Pertambangan; hasil pemeriksaan terhadap Kejadian
Akibat Penyakit Tenaga Kerja dan Penyakit Akibat Kerja;
ketersediaan sumber daya, antara lain manusia, finansial,
peralatan.
PEMERIKSAAN KESEHATAN
Pemeriksaan kesehatan
1. Pemeriksaan Kesehatan Awal, dilakukan sebelum pekerja
diterima untuk melakukan pekerjaan atau dipindahkan ke
pekerjaan baru
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala, dilakukan untuk
mengetahui kondisi pekerja sesudah berada dalam
pekerjaannya
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus, dilakukan untuk
mengetahui adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan
tertentu terhadap pekerja atau golongan pekerja tertentu,
disesuaikan dengan pajanan risiko pekerjaannya
4. Pemeriksaan Kesehatan Akhir, dilakukan kepada pekerja
yang sisa masa kerjanya 1 (satu) tahun menjelang pensiun
PEMERIKSAAN KESEHATAN
pemeriksaan kesehatan awal
paling sedikit meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen
paru-paru, dan pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, kimia
darah, gula darah, urin lengkap, dan hepatitis (HbsAg)), elektrokardiogram untuk usia
kurang dari 40 tahun, treadmill test untuk usia diatas 40 tahun serta pemeriksaan lain yang
dianggap perlu sesuai dengan risiko kesehatan di tempat kerja.

pemeriksaan kesehatan berkala


paling sedikit meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen
paru-paru, dan pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, kimia
darah, gula darah dan urin lengkap), elektrokardiogram untuk usia kurang dari 40 tahun,
treadmill test untuk usia diatas 40 tahun serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu sesuai
dengan risiko kesehatan di tempat kerja.

pemeriksaan kesehatan akhir


paling sedikit meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen
paru-paru dan pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, kimia
darah, gula darah, urin lengkap, dan hepatitis (HbsAg), treadmill test, dan pemeriksaan
khusus sesuai dengan risiko pekerjaannya serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu
sesuai dengan risiko kesehatan di tempat kerja
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Tenaga kesehatan kerja
Tenaga kesehatan kerja merencanakan, melaksanakan,
melaporkan, dan mengevaluasi program pelayanan
kesehatan kerja.
Laporan pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja
disampaikan kepada KTT atau PTL paling sedikit 1 (satu)
bulan sekali.
Sarana dan Prasarana
• Sarana Dasar :
- Perlengkapan Umum
- Ruangan
• Sarana Penunjang
- Alat Pelindung Diri
- Alat Evakuasi
- Peralatan Penunjang Diagnosa
- Peralatan Pemantau atau Pengukuran Lingkungan
Kerja
KUALIFIKASI SARANA PELAYANAN
Kualifikasi Sarana Pelayanan
Tingkat Keterisoliran Ruang Lingkup Pelayanan
(minimum)

tingkat keterisoliran rendah, pelayanan kegawatdaruratan pelayanan yang terbatas pada upaya pertolongan
yaitu jarak tempuh dari lokasi tambang ke rumah pertama kepada kecelakaan, Kejadian Akibat Penyakit
sakit tipe A/B/C kurang dari 60 (enam puluh) Tenaga Kerja, dan kondisi gawat darurat medis lainnya
menit. yang bertujuan untuk menjaga kehidupan dan
mengurangi keparahan.

tingkat keterisoliran menengah, Pelayanan pelayanan yang mencakup pelayanan kegawatdaruratan


yaitu jarak tempuh dari lokasi tambang ke rumah pratama dan pelayanan medis dasar baik umum maupun khusus
sakit tipe A/B/C antara 60 - 120 (enam puluh
sampai dengan seratus dua puluh) menit.

tingkat keterisoliran tinggi, Pelayanan pelayanan yang mencakup pelayanan kegawatdaruratan,


yaitu jarak tempuh dari lokasi tambang ke rumah utama pelayanan medis dasar, dan pelayanan medik spesialistik
sakit tipe A/B/C lebih dari 120 (seratus dua puluh) disesuaikan dengan risiko yang ada
menit.
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
• sendiri oleh pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, dan IPR;
• bekerjasama dengan tenaga kesehatan kerja yang
kompeten atau pelayanan kesehatan lain yang memiliki
izin resmi. Kerjasama tersebut dilengkapi dengan nota
kesepahaman penyelenggaraan pelayanan kesehatan
kerja antara pimpinan pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau
Pemurnian, dan IPR dengan kepala unit pelayanan
kesehatan yang bersangkutan; dan/atau
• bersama-sama oleh beberapa pemegang IUP, IUPK, IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau
Pemurnian, dan IPR.
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

KTT atau PTL menyediakan petugas yang


memiliki kompetensi, fasilitas, dan peralatan
untuk melakukan P3K pada setiap kelompok
kerja
PENGELOLAAN KELELAHAN KERJA (FATIGUE)
Pengelolaan kelelahan kerja (fatigue) meliputi:
a. melakukan identifikasi, evaluasi, dan
pengendalian faktor yang dapat menimbulkan
kelelahan pekerja tambang;
b. memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada
semua pekerja tambang tentang
pengetahuan pengelolaan dan pencegahan
kelelahan khususnya bagi pekerja dengan
waktu kerja bergilir (shift);
c. mengatur pola gilir kerja (shift) pekerja
tambang; dan
d. melakukan penilaian dan pengelolaan tingkat
kelelahan pada pekerja tambang sebelum
awal gilir kerja (shift) dan saat pekerjaan
berlangsung.
PENGELOLAAN PEKERJA YANG BERADA PADA TEMPAT YANG
MEMILIKI RISIKO TINGGI
1. memastikan risiko yang ada sudah dikendalikan secara memadai
melalui proses penilian risiko dan pemantauan
2. memberikan pemahaman cara kerja aman, konsekuensi, dan
pemantauan pekerjaan di area tersebut
3. bertanggung jawab terhadap efek yang ditimbulkan akibat pekerjaan
tersebut
REKAMAN DATA KESEHATAN KERJA

Rekaman data kesehatan kerja Pertambangan paling sedikit


meliputi:
• data hasil pemeriksaan kesehatan awal, data hasil
pemeriksaan kesehatan berkala, data hasil pemeriksaan
khusus, dan data hasil pemeriksaan akhir;
• riwayat pekerjaan Pekerja;
• data medis/rekam medis Pekerja;
• data indikator kinerja kesehatan kerja Pertambangan; dan
• data hasil pemeriksaan lingkungan kerja Pertambangan
dalam rangka pengelolaan kesehatan kerja Pertambangan.
• Rekaman data kesehatan kerja Pertambangan dianalisis dan
dievaluasi sebagai bahan untuk perbaikan kinerja kesehatan
kerja Pertambangan.
PENGUKURAN KINERJA KESEHATAN KERJA
Pengukuran kinerja kesehatan kerja dengan
menggunakan 2 (dua) indikator yaitu
• indikator proses (leading indicator)
• indikator hasil akhir (lagging indicator) yang
meliputi:
- Rasio Kelaikan Kerja,
- Crude Morbidity Rate (CMR)
- Morbidity Frequency Rate
- Spell Severity Rate
- Absence Severity Rate,
- Penyakit Akibat Kerja
untuk dilaporkan oleh KTT atau PTL kepada
KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai dengan
formulir yang ditentukan.
PENGUKURAN KINERJA KESEHATAN KERJA

indikator proses (leading indicator)


Pengukuran terhadap segala upaya yang sudah dilakukan dalam
pengelolaan kesehatan kerja Pertambangan berupa realisasi pelaksanaan
program kesehatan kerja Pertambangan.

indikator hasil akhir (lagging indicator)


Pengukuran terhadap hasil dari pengelolaan kesehatan kerja
Pertambangan yang berupa statistik kesehatan kerja Pertambangan
PENGUKURAN KINERJA KESEHATAN KERJA

rasio kelayakan kerja


rasio kelayakan kerja berupa persentase tenaga kerja yang layak kerja berdasarkan
pemeriksaan kesehatan dengan rumus sebagai berikut:
PENGUKURAN KINERJA KESEHATAN KERJA
tingkat kekerapan kesakitan (morbidity frequency rate)
berupa angka kekerapan berdasarkan jumlah tenaga kerja yang sakit karena penyakit
tidak termasuk kecelakaan dibagi jumlah jam kerja kumulatif selama kurun waktu
1.000.000 jam kerja.
PENGUKURAN KINERJA KESEHATAN KERJA
tingkat keparahan penyakit (spell severity rate)
tingkat keparahan penyakit (spell severity rate) berupa angka keparahan penyakit
berdasarkan spell selama kurun waktu 1.000.000 jam kerja.
PENGUKURAN KINERJA KESEHATAN KERJA
tingkat keparahan penyakit berdasarkan absensi (absence severity rate)
tingkat keparahan penyakit berdasarkan absensi (absence severity rate) berupa angka
keparahan penyakit yang dihitung berdasarkan jumlah absesnsi karena sakit tidak
termasuk kecelakaan dibagi dengan jumlah jam kerja kumulatif selama kurun waktu
1.000.000 jam kerja.
PENGUKURAN KINERJA KESEHATAN KERJA

frekuensi Penyakit Akibat Kerja


frekuensi Penyakit Akibat Kerja dihitung dari jumlah kasus Penyakit Akibat Kerja
dibagi jumlah tenaga kerja dikali 1.000.000 (konstanta).
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Kesehatan Kerja

1
•Program Kesehatan Kerja

2
•Higiene dan Sanitasi

3
•Pengelolaan Ergonomi

4
•Pengelolaan Makanan, Minuman, & Gizi Pekerja Tambang

5
•Diagnosis & Pemeriksaan PAK
HIGIENE DAN SANITASI
Higiene dan sanitasi dilakukan dengan menyediakan fasilitas untuk
menunjang tercapainya higienitas, serta melakukan pengelolaan sanitasi di
area kerja.
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Kesehatan Kerja

1
•Program Kesehatan Kerja

2
•Higiene dan Sanitasi

3
•Pengelolaan Ergonomi

4
•Pengelolaan Makanan, Minuman, & Gizi Pekerja Tambang

5
•Diagnosis & Pemeriksaan PAK
PENGELOLAAN ERGONOMI
Tahapan pengelolaan ergonomi:
• Melakukan identifikasi dan penilaian risiko
ergonomi, serta pengendalian
berdasarkan hasil ergonomic risk
assessment;
• Menyediakan sarana, prasarana, instalasi,
dan peralatan yang sesuai dengan
kemampuan, kondisi, dan postur pekerja;
• Menyediakan prosedur kerja sesuai
dengan kapasitas pekerja; dan
• Menyediakan perlengkapan penunjang
Pengelolaan ergonomi dilakukan dengan mengelola
untuk mendukung pekerjaan.
kesesuaian antara pekerjaan, lingkungan kerja,
peralatan, dan pekerja.
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Kesehatan Kerja

1
•Program Kesehatan Kerja

2
•Higiene dan Sanitasi

3
•Pengelolaan Ergonomi

4
•Pengelolaan Makanan, Minuman, & Gizi Pekerja Tambang

5
•Diagnosis & Pemeriksaan PAK
PENGELOLAAN MAKANAN, MINUMAN, DAN GIZI PEKERJA

KTT atau PTL dalam mengelola makanan dan


minuman melaksanakan analisis bahaya dan
pengendalian titik kritis (hazard analysis and
critical control points).

Pengelolaan makanan, minuman, dan gizi pekerja


tambang dilakukan dengan memastikan bahwa
penyediaan makanan dan minuman telah
memenuhi syarat keamanan, kecukupan, dan
higienitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku
serta mempertimbangkan aspek keseimbangan
gizi pekerja.
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Kesehatan Kerja

1
•Program Kesehatan Kerja

2
•Higiene dan Sanitasi

3
•Pengelolaan Ergonomi

4
•Pengelolaan Makanan, Minuman, & Gizi Pekerja Tambang

5
•Diagnosis & Pemeriksaan PAK
DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN PAK
Diagnosis penyakit akibat kerja
ditegakkan melalui serangkaian
tahapan pemeriksaan klinis, kondisi
pekerja tambang, serta kondisi
lingkungan kerja.

Status Penyakit Akibat Kerja


berdasarkan hasil pemeriksaan
setelah membuktikan hubungan
sebab akibat antara penyakit
dengan pekerjaan dan/atau
lingkungan kerjanya.
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau
Pemurnian Mineral dan Batubara

Keselamatan Kerja Kesehatan Kerja


Pertambangan dan Pengolahan Pertambangan dan Pengolahan
dan/atau Pemurnian dan/atau Pemurnian

Lingkungan Kerja Pertambangan


dan Pengolahan dan/atau
Pemurnian
Lampiran I Kepdirjen 185/37.04/DJB/2019
Lingkungan Kerja

1
•Pengelolaan Debu 6
• Pengelolaan Iklim Kerja

• Pengelolaan Kebisingan • Pengelolaan Radiasi


2 7

• Pengelolaan Getaran • Pengelolaan Faktor Kimia


3 8

• Pengelolaan Pencahayaan • Pengelolaan Faktor Biologi


4 9

• Pengelolaan Kuantitas dan Kualitas Udara


• Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Kerja
5 Kerja 10
PENGELOLAAN LINGKUNGAN KERJA
Pengelolaan lingkungan kerja
Pertambangan dilakukan dengan
cara:
• antisipasi
• pengenalan,
• pengukuran dan penilaian,
• evaluasi,
• serta pencegahan dan
pengendalian bahaya dan risiko di
lingkungan kerja
PENGELOLAAN LINGKUNGAN KERJA
• Antisipasi
Menginventarisasi bahaya dan risiko dari penggunaan
sarana, prasarana, dan instalasi.
• Pengenalan
Melakukan pengenalan bahaya melalui karakteristik,
jenis, bentuk dan ukurannya
• Evaluasi
Melakukan pengukuran dan pelatihan secara berkala,
melibatkan petugas industrial hygiene yang
berkompeten.
• Pengendalian
Pengendalian dilakukan mengacu kepada hierarki
pengendalian, sesuai dengan hasil evaluasi. Sehingga
bahaya lingkungan kerja bisa dihilangkan/dikurangi
paparannya/ pajanannya bagi pekerja yang bekerja di
area tersebut.
PENGELOLAAN LINGKUNGAN KERJA
Pengelolaan lingkungan kerja yang harus dilakukan oleh KTT/PTL:
• menunjuk petugas industrial hygiene;
• melakukan IBPR lingkungan kerja terhadap pekerja di tempat
kerja;
• menyusun, menetapkan, mensosialisasikan, menerapkan,
mendokumentasi-kan dan mengevaluasi prosedur pengelolaan;
• menyusun, mensosialisasikan, menerapkan dan mengevaluasi
program pengelolaan lingkungan kerja sesuai dokumen RKAB;
• melaksanakan pengukuran lingkungan kerja sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
• mengevaluasi, menindaklanjuti, dan mendokumentasikan hasil
pengukuran;
• menyampaikan laporan berkala.
Copy protected with Online-PDF-No-Copy.com

You might also like