You are on page 1of 22

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. PANCA PERMATA WIRANUSA


TANGGAL 20 NOVEMBER 2019

KESELAMATAN KERJA

Disusun oleh:
KELOMPOK III

d dr. Kharlya Ulfiyani


r. dr. Maisyarroh
Adeline dr. Marco
dr. Aristo Rinaldi Pangestu dr. Maslahatul Khoeriyah
dr. Arlene Widjaja dr. Mediani Nurdianty
dr. Asep Aziz Purnama dr. Purnama Aji Saputra
dr. Grace Nikensari dr. Raymond Jeremy Saerang
dr. Irene Fausta Wijono dr. Rifani Meishela
dr. Jiddi Adibia dr. Sarah Levita

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA
PERIODE 18 – 23 NOVEMBER 2019
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan nasional disektor industri berkembang semakin pesat.
Dampak yang diberikannya bervariasi ada yang positif dan negatif. Dampak
positifnya adalah terciptanya lapangan pekerjaan. Namun, dampak negativenya
resiko timbulnya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan kejadian kecelakaan juga akan
meningkat, bila tidak dikuti dengan penerapan standar K3.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan standar kerja yang harus
dipenuhi oleh suatu perusahaan guna menciptakan tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif dengan mengendalikan berbagai resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja.
Tujuan dari penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, dan kondisi lingkungan
kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah, mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Salah satu caranya adalah menciptakan perusahaan yang
HIGIENIS agar lingkungan kerja menjadi aman, selamat dan sehat bagi pekerja.
Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) (1998),
higene industri adalah ilmu tentang antisipiasi, rekognisi/pengenalan, evaluasi dan
pengendalian kondisi tempat kerja yang dapat menyebabkan tenaga kerja
mengalami kecelakaan kerja dan atau penyakit akibat kerja. Higene industri
menggunakan metode pemantauan dan analisis lingkungan untuk mendeteksi
luasnya tenaga kerja yang terpapar. Higene industri juga menggunakan pendekatan
teknik, pendekatan administratif dan metode lain seperti penggunaan alat pelindung
diri (APD), desain cara kerja yang aman untuk mencegah paparan berbagai bahaya
di tempat kerja.
Di Indonesia, UU no 14 tahun 1969 higiene perusahaan adalah lapangan
kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan
tenaga kerja, dilakukan dengan mengatur pemberian pengobatan, perawatan pekerja
yang sakit, mengatur persediaan tempat, cara dan syarat untuk pencegahan penyakit
baik akibat kerja maupun umum serta menetapkan syarat-syarat kesehatan
perumahan tenaga kerja. Higene industri didefinisikan sebagai spesialisasi dalam
ilmu higene beserta prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-
faktor penyebab penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan
perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan
korektif kepada lingkungan tersebut serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan
masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja (Suma’mur,
1999).
Sehingga, setiap perusahaan diharapkan mampu menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam perusahaannya
masing-masing dari penerapan K3, evaluasi dan peningkatan berkelanjutan.
Penentuan hazard atau potensi bahaya yang terdapat pada perusahaan
merupakan salah satu tindakan yang penting dilakukan untuk mengidentifikasi
faktor risiko bagi tenaga kerja, baik dari faktor fisika, kimia dan biologi. Faktor lain
yang juga harus diperhatikan adalah penggunaan alat perlindungan diri (APD),
sebagai upaya mencegah kecelakaan kerja.

B. Dasar Hukum

Landasan hukum pelaksanaan higiene perusahaan dan kesehatan kerja mencakup :


a. UUD 1945 Pasal 27 ayat 2.
b. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
c. UU No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan
Internasional No.120 Mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.
d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya
e. Permenakertrans No. 3 tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
dan Kimia di Tempat Kerja
f. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan serta Penerangan Dalam Tempat Kerja
g. Peraturan Mentri Perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan, serta Penerangan dalam Tempat Kerja.
C. Profil Perusahaan

a. Sejarah perusahaan

PT. Pancapermata Wiranusa adalah perusahaan ekspor yang terhandal dan


terpercaya di Jakarta. Terletak di negara berkembang tepatnya di Indonesia
tepatnya dikota Jakarta. Perusahaan ini didirikan untuk mengekspor pakaian
wanita dan pria yang siap pakai ke Timur Tengah, seperti Dubai, Kuwait dan
Arab Saudi.
Perusahaan mulai pada tahun 1992 dengan 40 mesin produksi dan dam
memiliki 70 karyawan. Perusahaan ini sudah mengekspor produknya ke negara-
negara Eropa, akan tetapi sejak tahun 2002 ekspor dialihkan ke timur tengah.
Direktur perusahaan telah menunjuk seseorang yang terkualifikasi dan
berpengalaman di perusahaan yang mampu memberikan pengarahan maksimal
dari segi pengetahuan dan keterampilan pekerja sehingga konsumen puas
dengan kualitas produk dan harga yang wajar dari produk itu.
Sekarang perusahaan memiliki lebih dari 200 karyawan dan 125 mesin jahit,
dengan kapasitas 300.000 lembar per bulan dan terus berkembang.PT. Panca
Permata Wiranusa didirikan sekitar tahun 1992 dan terus berkembang. Pada
tahun 1996, perusahaan tersebut menjadi PT. Perusahaan tersebut bergerak
dibidang jahit garmen. Saat pertama didirikan, perusahaan ini hanya
mendistribusikan produksi ke daerah Jawa dan sekitarnya, kemudian terus
berkembang hingga ke pulau Sumatera dan Kalimantan.
Perusahaan sempat beberapa kali berpindah lokasi hingga saat ini beralamat
di daerah Cakung, Jakarta Timur. Produksi dari perusahaan ini sekarang
berkembang hingga ekspor ke daerah Timor Tengah, terutama Arab Saudi.
Perusahaan ini mengelolah kain yang di terima dari daerah Solo dan Bandung.
Saat ini perusahaan ini sudah mampu memproduksi 3 model pakaian dari yang
awalnya memproduksi 1 model. Perusahaan ini sudah memiliki sertifikasi ISO.

b. Visi dan misi perusahaan

Visi PT. Panca Permata Wiranusa adalah menjadi perusahaan garmen


dengan kualitas export yang terpercaya dan fokus pada kualitas produk. Bersifat
terintegrasi, profesional, dan handal di bidangnya. Misi perusahaan adalah
menjadi pelopor merek lokal yang dapat bersaing di kancah internasional.

c. Jumlah pegawai

PT. Panca Permata Wiranusa memiliki karyawan kurang lebih 28 orang


yang bekerja non shift dengan tugas beragam yang meliputi menjahit,
memotong, melipat dan mengemas produk.

d. Sektor usaha

PT. Panca Permata Wiranusa bergerak di bidang garmen terutama dalam


pemotongan, penjahitan, dan pembentukan baju wanita.

e. Jam kerja

PT. Panca Permata Wiranusa memiliki karyawan kurang lebih 28 orang


yang bekerja non shift dimulai dari Senin-Sabtu pukul 08.00 hingga 17.00 WIB
waktu istirahat dimulai pukul 12.00 hingga 13.00.

f. Asuransi

PT. Panca Permata Wiranusa tidak bekerjasama dengan asuransi kesehatan


baik BPJS Ketenagakerjaan maupun perusahaan swasta lainnya.

g. Sertifikasi perusahaan

PT. Panca Permata Wiranusa telah tersertifikasi ISO.

h. Kelembagaan P2K3

PT. Panca Permata Wiranusa belum memiliki kelembagaan Panitia Pembina


Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

D. Alur Produksi

Dalam pelaksanaannya produksi menerima pasokan barang berupa kain


mentah dari pemasok di Bandung dan Solo. Selanjutnya bahan baku disimpan di
gudang yang terletak di lantai 2 dimana proses pemotongan juga dilakukan. Kain
yang telah dipotong kemudian dipindahkan ke lantai 1 untuk dijahit oleh 28 pekerja
menggunakan 70 mesin jahit yang tersedia. Produk jadi berupa pakaian wanita
selanjutnya diberi label sesuai variannya. Pengemasan produk akhir dilakukan
secara manual yang meliputi pelipatan, pengecekan serta penyusunan ke dalam
kardus. Kardus yang telah disiapkan disimpan di sekitar area bekerja sebelum
akhirnya dipindahkan ke kontainer menggunakan trolley dan pengangkatan
dilakukan secara manual oleh pekerja pabrik.

Selama proses produksi berlangsung, tidak terdapat petugas yang bekerja


secara spesifik untuk melakukan pengawasan mutu. Setiap pekerja melakukan
pengawasan mutu secara sendiri dan bertanggung jawab apabila terjadi kerusakan.
Hasil sisa pemotongan disimpan pada lantai 2 dan akan diolah setiap bulannya.
Hasil sisa dapat mencapai jumlah 2-3 ton per bulan dan dijual dengan harga Rp.
1.500,- hingga Rp. 2.000,- per kilogram. Tidak dilakukan pemeriksaan maupun
servis berkala terhadap mesin jahit, sistem penerangan, dan listrik di perusahaan
tersebut. Perbaikan dilakukan apabila terjadi kerusakan.

E. Landasan Teori
Keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan
sehingga manusia dapat merasakan kondisi yang aman atau selamat dari
penderitaan, kerusakan, atau kerugian terutama untuk para pekerja.
Salah satu faktor penting dalam menjamin keselamatan kerja adalah
manajemen risiko yang mendetil. Proses awal dari manajemen risiko yang cukup
krusial adalah identifikasi risiko. Berikut adalah berbagai macam hazard:

1. Faktor Fisika
Faktor Fisika misalnya karena suara yang tinggi atau bising bisa
menyebabkan ketulian. Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak
dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan
sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya
hidup. Kebisingan yang dapat diterima oleh tanaga kerja tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu yaitu 85 dB(A)
(KepMenNaker No.51 Tahun 1999, KepMenKes No.1405 Tahun 2002).
Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu
diambil tindakan seperti penggunaan peredam pada sumber bising, penyekatan,
pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, pembuatan bukit buatan ataupun
pengaturan tata letak ruang dan penggunaan alat pelindung diri sehingga
kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan.
Temperatur atau suhu yang tinggi dapat menyebabkan berbagai keluhan dan
penyakit mulai dari yang ringan sampai berat misalnya: hyperpireksi, heat
cramp, heat exhaustion, heat stroke, yang hal ini diakibatkan oleh keluarnya
cairan tubuh dan elektrolit yang berlebihan dari tubuh tenaga kerja. Faktor
Fisika lain adalah radiasi sinar elektromagnetik misalnya: sinar infra merah
menyebabkan katarak, ultra violet menyebabkan conjungtivitis. Tekanan udara
yang tinggi menyebabkan caisson’s diseases, penerangan mempengaruhi daya
penglihatan dan getaran menyebabkan reynaud’sdiseases (penyempitan
pembuluh darah).

2. Faktor Biologi
Dasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah
Kepres No. 22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja (point)
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminan khusus.
Biological hazard adalah semua bentuk kehidupan atau mahkluk hidup dan
produknya yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Potensi
bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan kerja dapat disebabkan oleh adanya
mikroorganisme penyebab.

Faktor biologis dapat dikategorikan menjadi:

a. Mikroorganisme dan toksinnya (virus, bakteri, fungi, dan produknya)


b. Arthopoda (crustacea, arachnida, insect)
c. Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi (dermatitis kontak, rhinitis,
asma)
d. Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (lichen, liverwort, fern) dan
hewan invertebrata (protozoa, ascaris)

Faktor biologis dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara:

a. Inhalasi/ pernafasan (udara terhirup)


b. Ingesti/ saluran pencernaan
c. Kontak dengan kulit
d. Kontak dengan mata, hidung, mulut

3. Faktor Kimia
Di dalam berbagai jenis industri misalnya industri pupuk, pestisida, kertas,
pengolahan minyak, gas bumi, obat-obatan dan lain sebagainya, banyak yang
mempergunakan bahan kimia sebagai bahan baku maupun bahan pembantu dan
atau memperoduksi bahan kimia tersebut berpotensi menimbulkan bahaya
misalnya kebakaran, peledakan, iritasi dan keracunan. Dilaporkan terdapat 70%
penyakit akibat kerja disebabkan oleh bahan kimia yang masuk melalui
pernafasan, kulit maupun termakan.

Klasifikasi Faktor Kimia berdasarkan bentuknya adalah sebagai berikut.


a. Partikulat:
Yaitu setiap system titik-titik cairan atau debu yang mendispersi di udara
yang mempunyai ukuran demikian lembutnya sehingga kecepatan jatuhnya
mempunyai stabilitas cukup sebagi suspense di udara. Perlu diingat bahwa
partikel-partikel debu selalu berupa suspensi.
Partikel dapat diklasifikasikan:
a) Debu di udara (airbon dust)
b) Kabut (mist)
c) Asap (fume) adalah butiran butiran benda padat hasil kondensasi bahan-
bahan dari bentuk uap. Asap juga ditemui pada sisa pembakaran tidak
sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon, karbon ini
mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,5 m (micron).
b. Non Partikulat
a) Gas adalah Bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon dioksida dalam
bentuk gas pada suhu dan tekanan normal, dapat dirubah bentuknya
hanya dengan kombinasi penurunan suhu dan penambahan tekanan.
b) Uap Air (Vavor) adalah bentuk gas dari cairan pada suhu dan tekanan
ruangan cairan mengeluarkan uap, jumlahnya tergantung dari
kemampuan penguapannya. Bahan-bahan yang memiliki titik didih
yang rendah lebih mudah menguap dari pada yang memiliki titik didih
yang tinggi.

Pengaruh Bahan Kimia

1. Iritasi
Iritasi diartikan suatu keadaan yang dapat menimbulkan bahaya
apabila tubuh kontak dengan bahan kimia. Bagian tubuh yang terkena
biasanya kulit, mata dan saluran pernapasan.
 Iritasi melalui kulit, apabila terjadi kontak antara bahan kimia tertentu
dengan klulit, bahan itu akan merusak lapisan yang berfungsi sebagai
pelindung. Keadaan ini disebut dermatitis (peradangan kulit).
 Iritasi melalui mata kontak yang terjadi antara bahan-bahan kimia
dengan mata bisa menyebabkan rusaknya mulai yang ringan sampai
kerusakan permanen.
 Iritasi saluran pernapasan oleh karena bahan-bahan kimia berupa bercak-
bercak cair, gas atau uap akan menimbulkan rasa terbakar apabila
terkena pada daerah saluran pernapasan bagian atas (hidung dan
Kerongkongan).
2. Asfiksia
Adalah istilah sesak napas dihubungkan dengan gangguan proses
oksigensi dalam jaringan tubuh yaitu ada dua jenis: Simple asphyxiantion
dan chemical asphyxiantion
 Simple asphyxiation (sesak napas yang sederhana) karena ini
berhubungan dengan kadar oksigen di udara yang digantikan dan
didominasi oleh gas seperti nitrogen, karbon dioksida, ethane, hydrogen
atau helium yang kadar tertentu mempengaruhi kelangsungan hidup.
 Chemical asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan kimia). Pada
situasi ini, bahan-bahan kimia langsung dapat mempengaruhi dan
mengganggu kemampuan tubuh untuk mengangkut dan menggunakan
zat asam, sebagai contoh adalah karbon monoksida.

3. Kehilangan kesadaran dan mati rasa.


Paparan terhadap konsentrasi yang relatif tinggi dari bahan kimia
tertentu seperti ethyl dan prophyl alcohol (alipaphatic alcohol), dan
methylethyl keton (aliphatic keton), acetylene hydrocarbon ethyl dan
isoprophyl ether, dapat menekan susunan syaraf pusat.
4. Keracunan Tubuh
Manusia memiliki sistem yang komplek. Keracunan sistemika
dihubungkan dengan reaksi dari salah satu sistem atau lebih dari tubuh
terhadap bahan-bahan kimia yang mana reaksi ini merugikan dan dapat
menyebar keseluruh tubuh.
5. Kanker
Paparan bakan-bahan kimia tertentu bisa menyebabkan pertumbuhan
sel-sel yang tidak terkendali, menimbulkan tumor (benjolan-benjolan) yang
bersifat karsinogen. Tumor tersebut mungkin baru muncul setelah beberapa
tahun bevariasi antara 4 tahun sampai 40 tahun. Bahan kimia seperti arsenik,
asbestos, chromium, nikel dapat menyebabkan kanker paru-paru.
6. Paru-paru kotor (pneumoconiosis)
Adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh mengendapnya partikel-
partikel debu halus daerah pertukaran gas dalam paru-paru dan adanya
reaksi dari jaringan paru. Contoh bahan-bahan yang menyebabkan
pneumoconiosis adalah crystalline silica, asbestos, talc, batubara dan
beryllium.

Terdapat dua proses lanjutan manajemen risiko setelah identifikasi hazard


yaitu evaluasi dan pengendalian risiko. Evaluasi risiko yang dapat dilaksanakan
menurut sesuai standard nasional berdasarkan perudang-undangan yang berlaku.
Pengendalian risiko adalah akhir dari rangkaian manajemen risiko yang bertujuan
meminimalisasi dampak yang ditimbulkan oleh suatu bahaya. Kontrol risiko dapat
dibagi menjadi pengendalian teknis, pengendalian administratif dan penggunaan
alat pelindung diri.
.

BAB II

PELAKSANAAN

A. Tanggal dan waktu pengamatan


Pengamatan dilaksanakan pada hari Rabu, 20 November 2019 pukul 09.00 hingga
10.30.

B. Lokasi pengamatan
Pengamatan dilaksanakan di PT. Panca Permat Wiranusa di Jl. Penggilingan,
perkampungan Industri Kecil Blok E14-18 Barak Kerja, Jakarta Timur.
BAB III

HASIL PENGAMATAN

A. MESIN, PESAWAT, DAN ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN


Konstruksi : Bangunan tidak sesuai konstruksi factory
Maintenance. : Tidak sesuai prosedur pemeliharaan dan perawatan

No. Nama Peralatan Pemeriksaan Berkala

1 Mesin jahit Tidak dilakukan

B. INSTALASI LISTRIK

PT. Panca Permata dalam melakukan kegiatan produksinya menggunakan sumber


listrik yang berasal dari PLN. Penerangan dalam kegiatan produksi menggunakan 2 jenis
sumber penerangan yaitu penerangan alami seperti matahari dan buatan seperti lampu.
Penerangan di lantai 2 belum memadai, dapat diketahui dengan belum terpasangnya lampu
secara merata serta penerangan alami yang minim. PT. Panca Permata tidak memiliki
motor diesel (genset) sebagai sumber listrik tambahan.

C. SARANA PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Pengamatan Standard
Alat Pemadam api ringan (APAR) Memiliki tim penanggulangan kebakaran yang
jumlahnya masih kurang yaitu terlatih
dijumpai dua (2) buah APAR yang
tempatnya di ujung ruangan dan sulit
terlihat
Namun adapun yang belum sesuai Memiliki sistem proteksi kebakaran. Dan
dengan Permenakertrans terdapat APAR yang pemasangannya sesuai
No.Per-04/MEN/1980, adalah tidak dengan Permenakertrans no.Per-04/MEN/1980
terdapat lemari atau peti tempat
penyempitan tabung tersebut

D. KONSTRUKSI TEMPAT KERJA

Konstruksi tempat kerja Pengamatan Standard


Akses keluar masuk Satu pintu, sempit Akses keluar masuk
ruangan aman
Kebersihan kerapihan Ruangan penh sesak tidak Kebersihan dan kerpian tata
tata ruang tertata dengan rapi ruang tidak berantakan dan
merintangi jalan masuk
Tanda Peringatan Tanda arah jalur evakuasi Tersedia jalur evakuasi
tidak dijumpai penanggulan bencana.
Tangga Dijumpai tangga yang curam Tangga yang kokoh
dan pegangan yang tidak
kokoh, digunakan untuk
membawa kain turun

E. ALAT PELINDUNG DIRI


WAJIB DILARANG DIINSTRUKSIKAN
Tidak diwajibkan Membawa makanan dan Menjaga kebersihan mesin
memakai kacamata minuman ke tempat kerja dan ruang kerja
safety
Tidak diwajibkan Membawa barang yang tidak Menjaga keselatan kerja
nemakai masker berhubungan dengan masing-masing individu
pekerjaan
Tidak diwajibkan Bekerja sambil melakukan
memakai baju seragam aktifitas lain
sesuai jadwal

APD CIRI CIRI PENGAMATAN STANDART


Helm Pekerja tidak Pekerja menggunakan
Berwarna putih
menggunakan helm. helm
Berbahan kain Pekerja tidak Pekerja menggunakan
Masker
katun menggunakan masker. masker.
Sarung Pekerja tidak
Berbahan kain Pekerja menggunakan
Tangan menggunakan sarung
kanvas sarung tangan.
tangan.
Sepatu yang
digunakan berwarna
coklat, berbahan
kanvas dengan alas Pekerja tidak
Sepatu Semua pekerja
karet. Berguna menggunakan sepatu
menggunakan sepatu.
untuk melindungi yang sesuai.
kaki dari bahaya
panas, dan benturan,
dan luka.
Pekerja tidak
menggunakan ear muff
Sebagai pelindung Pekerja menggunakan
Ear muff karena lingkungan kerja
dari kebisingan. ear muff.
tidak memiliki resiko
tinggi kebisingan.
Sebagai pelindung
Kacamata
mata ketika bekerja Pekerja tidak Semua pekerja
safety
dan mencegah mata menggunakan kacamata menggunakan
(Tempat
dari terkena benda safety yang sesuai. kacamata safety
pengelasan)
asing

F. TANGGAP DARURAT DAN EVAKUASI


Tanggap PENGAMATAN STANDART
Darurat
&
Evakuasi
Tidak terdapat sistem alarm kebakaran
Terdapat di semua ruangan,
yang baik di dalam maupun di luar
Fire Alarm dan juga terdapat di luar
ruangan lokasi kerja. Tidak dilakukan
ruangan, di setiap lorong
sosialisasi mengenai hal tersebut
Emergency Terdapat Emergency Lamp di
Tidak terdapat Emergency Lamp
Lamp semua ruangan
Tangga darurat dan tangga
umum, Pintu – pintu jalur
Terdapat jalur evakuasi khusus pada evakuasi mudah terlihat dan
lokasi kerja 1 jalur evakuasi depan dan 3 semuanya tidak dalam keadaan
Jalur
jalur di evakuasi dan tidak dilakukan terkunci
Evakuasi
sosialisasi mengenai pentingnya jalur Jalur cukup terawat dengan
evakuasi baik, terbuka cukup lebar, dan
tidak ada yang menghalangi
jalur
Rambu – rambu yang
menunjukan lokasi jalur
evakuasi cukup jelas, berwarna
Rambu – Tidak terdapat rambu-rambu yang merah dengan kondisi yang
Rambu menunjukan lokasi jalur evakuasi cukup baik.
Jalur Peta jalur evakuasi juga jelas
Evakuasi terdapat di setiap ruangan.
Tempat berkumpul Titik Point
berada pada lahan yang
kosong.
APAR Terdapat 2 APAR di lokasi kerja namun Terdapat di setiap lorong,
( Alat belum ada sosialisasi mengenai kegunaan dalam keadaan baik,mudah
Pemadam dan cara penggunaan APAR kepada dijangkau. terdapat cara
Api pekerja. penggunaan, maintenance
Ringan) dilaksanakan sesuai aturan,
sesuai dengan seharusnya
pengecekan dilakukan 6 bulan
sekali

G. KEJADIAN KECELAKAAN KERJA


PT. Panca Permata mengaku bahwa angka kejadian kecelakaan kerja sangat sedikit.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan para pegawai perusahaan yang taat terhadap peraturan
yang berkaitan dengan keselamatan kerja. Kecelakan hubungan kerja yang terjadi di
dapatkan angka kejadian sebanyak < 5 kasus per tahun. Dari 5 kasus yang terjadi terdapat
satu kasus yaitu jari pekerja terpotong saat bekerja, dan kasus lainnya merupakan kasus-
kasus yang tidak fatal. Kelemahan pada PT. Panca Permata yakni tidak adanya data yang
valid secara administrasi tentang angka kejadian terjadinya kecelakaan akibat hubungan
kerja dan kecelakaan akibat kerja.
Setelah dilakukan kunjungan perusahaan, kami menilai dan melihat bahwa tidak ada
spanduk-spanduk tentang keselamatan kerja, rambu – rambu bahaya, dan juga peraturan
tentang penggunaan alat pelindung diri di perusahaan tersebut.

H. PERSONIL KESELAMATAN KERJA


Pada perusahaan ini tidak tersedia personil keselamatan kerja, bahkan alat P3K juga
tidak tersedia di perusahaan ini. Jika pegawai sakit atau terdapat kecelakaan kerja atau
keadaan darurat apapun maka pekerja akan dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat seperti
puskesmas yang jaraknya sekitar 500 meter dari perusahaan tersebut.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

No Unit Kerja Pemasalahan Dasar Hukum Saran


1. Konstruksi Secara keseluruhan Undang-undang Mensosialisasi
tempat kerja konstruksi tempat kerja dasar No 1 Tahun kan agar
PT. Panca Permata 1970, Undang- penataan
belum sesuai dengan undang No 18 ruangan yang
prosedur K3. Tahun 1999 lebih rapih
Kekurangannya tata tentang Jasa sehingga tidak
ruang yang kurang rapi, Konstruksi menghalangi
dimana barang barang akses jalan,
yang berantakan dan menaruh
sehingga dapat tanda
menghalangi akses peringatan
jalan, yang telah pada tempat-
disesuaikan dengan tempat dan
prosedur K3.Selain itu alat-alat
tidak terdapat tanda tertentu
peringatan pada tempat- dengan resiko
tempat tertentu yang tinggi
merupakan tempat
dengan risiko tinggi
(resiko jatuh) Tanda
peringatan juga tidak
terdapat pada alat-alat
yang dapat memberi
resiko bahaya tertentu.
2. Sarana Tidak semua pekerja di Permenakertrans Mensosialisasi
penanggulan PT. Panca Permata No 4/MEN/Tahun kan kepada
gan mengetahui cara 1980 pekerja
kebakaran penggunaan alat-alat tentang
penanggulangan penggunaan
kebakaran. alat-alat
penangulangan
kebakaran.
3. Alat Tidak semua pekerja di Peraturan menteri Mensosialisasi
pelindung PT. Panca Permata tenaga kerja dan kan manfaat
diri menggunakan APD transmigrasi RI penggunaan
nomor APD dengan
PER.08/MEN/VII baik terhadap
/2010 tentang keehatan
Alat Pelindung pekerja dan
Diri menyediakan
APD yang
sesuai standart
dan hazard
yang ada di
lingkungan
kerja kepada
pekerja
4. Tanggap Titik evakuasi kurang Undang-undang Memberi
darurat dan memadai No 18 Tahun masukan
jalur Belum tersedianya 1999 tentang jasa kepada
evakuasi route map maupun konstruksi perusahaan
petunuk evakuasi Undang-undang untuk
dasar No 1 Tahun membuat jalur
1970 Undang- evakuasi yang
undang No 28 dilengkapi
Tahun 2002 dengan route
tentang map beserta
petunjuk
evakuasi
5. Personil Pada PT. Panca Peraturan Masukan
keselamatan Permata belum Perundangan UU kepada
kerja dibentuknya personil No. 1 Tahun 1970 perusahaan
keselamatan kerja (Pasal 10 ayat 1, untuk
2) yang membentuk
mewajibkan P2K untuk
perusahaan meningkatkan
membentuk P2K upaya promosi
Undang-undang tentang
Republik keselamatan
Indonesia No. 13 kerja.
Tahun 2003
tentang
Ketenagakerjaan
PP No 50 Tahun
2012 tentang
Penerapan Sistem
Manajeman
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan, secara keseluruhan PT. Panca Permata belum
menjalankan program K3 dengan cukup baik, memenuhi standar, dimana beberapa
hal yang perlu diperbaiki antara lain:
1. Tata ruang yang kurang rapi, dimana barang barang yang berantakan
sehingga dapat menghalangi akses jalan, yang telah disesuaikan dengan
prosedur K3.Selain itu tidak terdapat tanda peringatan pada tempat-tempat
tertentu yang merupakan tempat dengan risiko tinggi (resiko jatuh) Tanda
peringatan juga tidak terdapat pada alat-alat yang dapat memberi resiko
bahaya tertentu.Di bagian pengemasan terdapat pegawai yang bertugas
dengan tidak menaati SOP
2. Tidak semua pekerja di PT. Panca Permata mengetahui cara penggunaan
alat-alat penanggulangan kebakaran.
3. Tidak semua pekerja di PT. Panca Permata menggunakan APD
4. Titik evakuasi kurang memadai, serta belum tersedianya route map maupun
petunuk evakuasi
5. Pada PT. Panca Permata belum dibentuknya personil keselamatan kerja

B. SARAN

Dari pemaparan makalah di atas, maka beberapa saran yang dapat diajukan
untuk PT. Panca Permata adalah:

1. Mensosialisasikan agar penataan ruangan yang lebih rapih sehingga tidak


menghalangi akses jalan, dan menaruh tanda peringatan pada tempat-tempat
dan alat-alat tertentu dengan resiko tinggi Diadakan briefing untuk
mengecek kelengkapan APD sebelum memulai kerja di setiap shift.
2. Mensosialisasikan kepada pekerja tentang penggunaan alat-alat
penangulangan kebakaran.Rambu sebaiknya diletakkan di daerah yang
mudah terlihat dan dapat berjumlah lebih dari satu yang dapat terlihat dari
berbagai sisi.
3. Mensosialisasikan manfaat penggunaan APD dengan baik terhadap
keehatan pekerja dan menyediakan APD yang sesuai standart dan hazard
yang ada di lingkungan kerja kepada pekerja
4. Memberi masukan kepada perusahaan untuk membuat jalur evakuasi yang
dilengkapi dengan route map beserta petunjuk evakuasi
5. Masukan kepada perusahaan untuk membentuk P2K untuk meningkatkan
upaya promosi tentang keselamatan kerja
BAB VI

PENUTUP

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun
emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan
keselamatan kerja tidak selalu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental,
psikologis dan emosional.

Karena masih ada beberapa perusahaan yang belum memenuhi standar keselamatan
dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja, perlu dilakukannya
sosialisasi dan peningkatan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di
masyarakat ini sehingga tercapainya terciptanya lingkungan kerja yang aman dan nyaman
sehingga dapat meningkatkan produktivitas.

You might also like