You are on page 1of 9

Jurnal Nutrisi Ternak Tropis Maret 2019

Vol 2 No 1 pp 1-9

PENGARUH LAMA WAKTU FERMENTASI LIMBAH BUAH NANAS


(Ananas comosus L. Merr) TERHADAP KUALITAS FISIK DAN
KANDUNGAN NUTRIEN MENGGUNAKAN Aspergillus niger

The Effect Lenght of Fermentation of Pineapple Fruit Waste (Ananas comosus


L. Merr) on the Physical Quality and Nutrient Content Using Aspergillus niger

Adi Prasetya Kusuma1), Siti Chuzaemi2), dan Mashudi2)


1)
Mahasiswa Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Jalan Veteran,
Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145
2)
Dosen Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Jalan Veteran,
Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145
Email : adiprasetyakusuma17@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama waktu fermentasi
limbah buah nanas dengan menggunakan Aspergillus niger 2% terhadap kualitas fisik dan
kandungan nutrien. Materi dalam penelitian ini adalah limbah buah nanas kering berupa
bagian mahkota, kulit nanas, mata nanas, hati nanas, dan Aspergillus niger. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan dengan menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan penelitian ini yaitu,
P0 = limbah buah nanas kering tanpa fermentasi, P1= limbah buah nanas kering + Aspergillus
niger 2% difermentasi selama 4 hari, P2 = limbah buah nanas kering + Aspergillus niger 2%
difermentasi selama 6 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan karakteristik fisik campuran
limbah buah nanas dengan Aspergillus niger menghasilkan warna hijau kecokelatan sampai
hijau kekuningan, memiliki aroma segar dan asam, tekstur tidak terlalu keras, dan ada
tidaknya keberadaan jamur. Hasil analisis proksimat kandungan nutrien fermentasi limbah
buah nanas menggunakan Aspergillus niger dengan lama waktu yang berbeda memberikan
pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap perubahan kandungan nutrien BK,
BO, dan PK, tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap SK. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah fermentasi limbah buah nanas dengan lama waktu fermentasi 4 hari dengan
menggunakan Aspergillus niger 2% dapat mengubah kualitas fisik dan meningkatkan
kandungan nutrien.

Kata Kunci : Limbah buah nanas, fermentasi, dan aspergillus niger

How to Cite : *Corresponding author :

Kusuma, A. P., Chuzaemi, S., & Mashudi. (2019). Adi Prasetya Kusuma
Pengaruh Lama Waktu Fermentasi Limbah Buah Email : adiprasetyakusuma17@gmail.com
Nanas (Ananas comosus L. Merr) Terhadap Kualitas Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Jalan
Fisik dan Kandungan Nutrien Menggunakan Veteran, Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota
Aspergillus niger. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis 2 (1) Malang, Jawa Timur 65145
1-9

1
Adi Prasetya Kusuma, Dkk. 2019

ABSTARCT

The purpose of this research was to know how long the fermentation of waste pineapple
fruit with Aspergillus niger 2% on the physical quality and nutrient contents. The material in
this research was the dried pineapple fruit waste in the crown section, the pineapple peels,
pineapple eyes, axis, and Aspergillus niger. The method used in this study was an experiment
with Completely Randomized Design. The experiment with 3 treatments and 4 replications. The
3 treatments were P0 (pineapple waste without fermentation), P 1 (pineapple waste +
Aspergillus niger 2% during four days), P 2 (pineapple waste + Aspergillus niger 2% during
six days). The result showed the pyhsical characteristics of mixed waste pineapple fruit with
Aspergillus niger produces the color of green tanned until yellowish green, having the fresh
smells and acid, the texture wasn’t hard and not malleable, and almost no fungi in all
treatments or the existence of fungi only slightly. The proximate analysis showed that waste
fermentation lenght of pineapple fruit waste using Aspergillus niger 2% gave highly significant
(P<0.01) to changes in the nutrients DM, OM, CP, and did not gave significantly different
(P>0.05) on CF. It could be concluded that fermentation of waste pineapple fruit for 4 days
and using Aspergillus niger 2% increased physical quality and nutrient contents value.

Keyword : Pineapple fruit waste, fermentation, aspergillus niger

PENDAHULUAN 1,15%. Limbah buah nanas yang tidak


dimanfaatkan akan menimbulkan bau yang
Buah nanas (Ananas comosus L. tidak sedap, terjadi kekurangan O2 karena
Merr) merupakan salah satu jenis buah selama proses perombakan oleh
tropis yang terdapat di Indonesia dengan mikroorganisme memerlukan oksigen untuk
penyebaran merata. Buah nanas banyak mendukung pertumbuhannya serta terjadi
dimanfaatkan oleh sebagian besar pelepasan gas metan (CH4) dan CO2 yang
masyarakat untuk kebutuhan konsumsi. menaikkan emisi penyebab efek rumah kaca
Selain dikonsumsi dalam kondisi segar, yang memicu global warming.
nanas juga banyak digunakan sebagai bahan Potensi limbah buah nanas sampai
baku industri perkebunan dengan berbagai saat ini sebagai sumber pakan ternak cukup
hasil produk macam olahan nanas seperti tinggi, karena tingkat rendemen sekitar
selai, manisan, sirup, dodol, keripik, buah 15%, dapat diartikan bahwa hasil dari
kaleng, dan lain-lain. Berdasarkan data dari limbah kulit nanas dan limbah perasan
Badan Pusat Statistika (2016) produksi buah daging buah berkisar 85% dari produksi
nanas pada tahun 2016 adalah sebesar nanas. Terdapat sekiar 596 ribu ton per
1.396.153 ton. Pencapaian tersebut tahun limbah kulit nanas yang dapat
menghasilkan limbah dari buah nanas yang digunakan sebagai bahan pakan ternak
mencapai 27% dari total produksi buah alternatif. Kulit nanas memiliki nutrien yang
nanas (Nurhayati dan Berliana, 2014). cukup tinggi yaitu bahan kering 14,22%,
Limbah buah nanas terdiri dari: kulit, protein kasar 3,50%, serat kasar 19,69%,
mata, dan hati. Kulit nanas mengandung air lemak kasar 3,49%, dan Neutral Deterget
81,72%, karbohidrat 17,53%, protein Fibre (NDF) 57,27% dan merupakan
4,41%, gula pereduksi 13,65%, dan serat sumber energi dengan kandungan Gross
kasar 20,87%. Sedangkan Nurhayati dan Energy 4481 kkal/kg (Ginting, dkk. 2005).
Berliana (2014) menjelaskan bahwa kulit Kulit nanas masih memiliki nutrien yang
nanas masih memiliki nilai gizi yang baik cukup baik yaitu bahan kering 88,95%, abu
yaitu bahan kering (BK) 88,95%, abu 3,82%, serat kasar 27,09%, protein kasar
3,82%, serat kasar (SK) 27,09%, protein 8,78%, dan lemak kasar 1,15%. Kulit nanas
kasar (PK) 8,78%, dan lemak kasar (LK) berpotensi sebagai sumber pakan ternak

2
Adi Prasetya Kusuma, Dkk. 2019

(Nurhayati, 2013). Limbah nanas yang Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4
belum banyak dimanfaatkan dan hanya kali ulangan. Perlakuan tersebut adalah
dibuang sehingga akan menimbulkan sebagai berikut:
masalah lingkungan atau pencemaraan P0 = Limbah nanas kering tanpa perlakuan.
lingkungan maka pemanfaatan limbah buah P1 = Limbah nanas kering + Aspergillus
nanas perlu diperhatikan untuk mengatasi niger 2% difermentasi selama 4 hari.
hal tersebut. Salah satu alternatif P2 = Limbah nanas kering + Aspergillus
pemanfaatan dari limbah buah nanas yaitu niger 2% difermentasi selama 6 hari.
dapat dilakukan dengan fermentasi.
Fermentasi merupakan suatu proses Variabel Penelitian
terjadinya perubahan kimia pada suatu a) Penentuan kualitas fisik berupa warna,
substrat organik melalui aktivitas enzim aroma, tekstur, dan keberadaan jamur
yang dihasilkan oleh mikroorganisme. dilakukan secara organoleptik
Nutrien yang paling dibutuhkan oleh menggunakan 20 panelis semi terlatih.
mikroba baik untuk tumbuh maupun untuk b) Penentuan kandungan nutrien berupa
menghasilkan produk fermentasi adalah BK, BO, PK, dan SK dilakukan
karbohidrat. Karbohidrat merupakan menggunakan analisis proksimat.
sumber karbon yang berfungsi sebagai
penghasil energi bagi mikroba, sedangkan HASIL DAN PEMBAHASAN
nutrien lain seperti protein dibutuhkan
dalam jumlah lebih sedikit daripada Warna
karbohidrat (Azizah, dkk. 2012). Tujuan Pengujian kualitas fisik warna
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dilakukan dengan pengamatan sampel
lama waktu fermentasi limbah buah nanas dengan menggunakan penglihatan panelis.
menggunakan Aspergillus niger terhadap Umumnya warna fermentasi yang baik
kualitas fisik dan kandungan nutrien. adalah hijau atau kecokelatan. Data pada
Tabel 1 menunjukkan bahwa lama waktu
MATERI DAN METODE fermentasi limbah buah nanas yang berbeda
menggunakan Aspergillus niger
Lokasi dan Waktu Penelitian menghasilkan warna hijau kecokelatan
Penelitian dilaksanakan pada tanggal sampai hijau kekuningan.
24 September-30 Oktober 2017 di Perubahan warna terjadi disebabkan
Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak oleh peningkatan suhu fermentasi anaerob
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. berlangsung, perubahan warna yang terjadi
pada tanaman yang mengalami proses
Materi Penelitian fermentasi terjadi karena proses respirasi
Bahan pembuatan fermentasi limbah buah aerobik yang berlangsung selama
nanas: persediaan oksigen masih ada hingga
1. Limbah buah nanas (mahkota, daging, persediaan gula tanaman habis. Gula akan
mata, dan kulit). teroksidasi menjadi CO2 dan air sehingga
2. Aspergillus niger (kepadatan ± 3×107 terjadi panas yang mengakibatkan
yang didapat dari Pusat Studi Pangan dan temperatur naik.
Gizi Universitas Gadjah Mada Apabila temperatur tidak terkendali
Yogyakarta). maka pakan fermentasi akan berwarna
cokelat tua hingga hitam. Hal ini
Metode Penelitian menyebabkan turunnya nilai nutrien pada
Metode yang digunakan dalam pakan. Abelhadi, Santini, and Galgiostro
penelitian ini adalah percobaan dengan (2005) menyatakan bahwa fermentasi yang
menganalisis kualitas fisik dan kandungan baik memiliki warna yang tidak jauh
nutrien menggunakan Rancangan Acak berbeda dengan warna bahan bakunya.

3
Adi Prasetya Kusuma, Dkk. 2019

Aroma Tekstur padat dan keras dihasilkan


Pengujian karakteristik fisik aroma karena penurunan pH yang cepat pada
fermentasi limbah buah nanas menggunakan proses fermentasi sehingga menekan
Aspergillus niger dengan lama waktu pertumbuhan mikroba pembusuk. (Heinritz,
fermentasi yang berbeda didapatkan bahwa 2011 dalam Kurnianingtyas dkk., 2012)
rata-rata perlakuan memiliki aroma segar menyatakan pH yang rendah akan
dan sedikit asam. Hal ini berdasarkan menyebabkan mikroba pembusuk tidak
seluruh data panelis yang ada. Pada dapat tumbuh sehingga tekstur yang
perlakuan P2 dengan lama inkubasi 6 hari dihasilkan padat dan tidak berlendir.
memiliki dominasi rata-rata aroma sedikit Keberadaan Jamur
asam dibandingkan dengan perlakuan Berdasarkan hasil uji karakteristik
lainnya. Fermentasi yang baik memiliki fisik keberadaan jamur yang terdapat pada
aroma asam segar karena mengandung asam Tabel 1 menunjukkan bahwa lama
laktat, bukan aroma yang menyengat fermentasi berbeda memberikan pengaruh
(Lamid, dkk. 2012). yang tidak berbeda nyata (P>0,05).
Aroma asam fermentasi pakan Pengujian keberadaan jamur yang dilakukan
disebabkan karena pada proses fermentasi oleh para panelis didapatkan hasil bahwa
terjadi penguraian nutrien khususnya hampir semua perlakuan tidak terdapat
karbohidrat menjadi asam organik. adanya jamur atau hanya sedikit keberadaan
Kurnianingtyas dkk., (2012) aroma jamur yang terdapat pada limbah buah nanas
dihasilkan selama proses fermentasi terfermentasi. Hal ini disebabkan dalam
disebabkan dalam proses pembuatan bakteri proses fermentasi terdapat bakteri anaerob
anaerob aktif bekerja menghasilkan asam saja yang masih aktif terutama bakteri
organik. Terbentuknya asam pada waktu pembentuk asam.
fermentasi mengakibatkan penuruan pH, Bakteri anaerob tersebut berkembang
keadaan ini menghambat proses respirasi, dengan baik karena adanya penggunaan
proteolisis, dan mencegah aktifnya bakteri sumber karbon yang menstimulasi
Clostridia. Fermentasi Clostridia akan perkembangan bakteri asam laktat yang
menimbulkan bau busuk (Mc Donald, mengubah karbohidrat bahan menjadi asam
2002). Pada perlakuan fermentasi limbah laktat sehingga pH rendah. pH yang kurang
buah nanas menggunakan Aspergillus niger dari 4 akan dapat menghambat tumbuhnya
dengan lama fermentasi berbeda didapatkan jamur dan terbentuknya lendir. Kondisi
hasil sedikit asam dan aroma khas anaerob didalam silo tercapai dengan baik
fermentasi yang baik. sehingga jamur sukar untuk tumbuh. Tidak
Tekstur adanya jamur disebabkan karena tidak
Berdasarkan hasil dari uji karakteristik adanya oksigen dalam silo, sehingga hanya
fisik tekstur yang terdapat pada Tabel 1 bakteri anaerob yang masih aktif untuk
menunjukkan bahwa lama fermentasi proses ensilase (Raldi, dkk. 2015).
berbeda memiliki pengaruh yang sangat Kandungan Bahan Kering (BK)
berbeda nyata (P<0,01) terhadap tekstur Data pada Tabel 2 menunjukkan
pakan fermentasi. Perlakuan terbaik pada P1 bahwa kandungan nutrisi limbah buah nanas
karena memiliki tekstur yang baik, yaitu yang difermentasi menggunakaan
tidak terlalu keras dan tidak terlalu lunak. Aspergillus niger dengan lama inkubasi
Hal ini sesuai dengan Raldi dkk., (2015) yang berbeda mengalami perubahan
menyatakan bahwa tekstur fermentasi yang dibandingkan dengan limbah buah nanas
baik adalah sesuai dengan tekstur bahan yang tidak difermentasi (P0). Kurniawan
awal dan tidak terlalu lunak. Fermentasi dkk., (2016) menjelaskan bahwa fermentasi
berkualitas baik yaitu mempunyai tekstur menyebabkan penurunan kandungan BO
segar yang masih seperti bahan baku awal. yang diikuti dengan penurunan kandungan
BK yang dimanfaatkan mikroba sebagai

4
Adi Prasetya Kusuma, Dkk. 2019

sumber energi akibat terjadi penguraian oleh BK tertinggi terdapat pada perlakuan P0
aktivitas mikroba yang menghasilkan enzim dengan BK 40,15%, kemudian diikuti
sehingga dapat mendegradasi BO dan dengan P1 32,77% dan P2 31,73%.
kandungan abu menjadi naik. Perlakuan terbaik pada P1 dan P2
Lama waktu inkubasi yang berbeda karena memiliki kandungan BK yang paling
mempengaruhi kandungan bahan kering. ideal dibandingkan perlakuan lainnya yaitu
Persentase kandungan bahan kering pakan BK 32,77% dan 31,73%. Hal ini sesuai
disajikan pada Tabel 2 hasil analisis dengan pendapat Kaiser, et al. (2004)
proksimat kandungan nutrien limbah buah menyatakan bahwa kandungan BK yang
nanas dengan lama waktu fermentasi yang mengindikasikan fermentasi berkualitas
berbeda menggunakan Aspergillus niger baik adalah yang memiliki kandungan BK
memberikan pengaruh yang berbeda sangat antara 30-40%. Pakan fermentasi yang
nyata (P<0,01) terhadap perubahan kandungan bahan kering terlalu tinggi
kandungan nutrisi bahan kering. Penurunan beresiko terbakar dan yang memiliki kadar
kandungan bahan kering seiring dengan bahan kering terlalu rendah beresiko
semakin lama waktu inkubasi pada ditumbuhi jamur.
fermentasi limbah buah nanas. Kandungan

Kandungan Nutrien Pakan Perlakuan


Tabel 1. Rataan kualitas fisik fermentasi limbah buah nanas dengan Aspergillus niger.
Karakteristik Perlakuan
P0 P1 P2
b b a
Warna 3 ± 1,13 3 ± 1,06 2 ± 0,89
Aroma 3a ± 1,05 3a ± 1,00 4b ± 1,01
Tekstur 2a ± 0,82 3b ± 0,92 4c ± 1,29
Keberadaan Jamur 2 ± 1,09 2 ± 0,85 2 ± 1,05
Keterangan :
1). Superskrip berbeda(a-b) pada kolom yang sama (warna) memberikan pengaruh
yang sangat berbeda nyata (P<0,01).
2). Superskrip berbeda(a-b) pada kolom yang sama (aroma) memberikan pengaruh
yang sangat berbeda nyata (P<0,01).
3). Superskrip berbeda(a-b) pada kolom yang sama (tekstur) memberikan pengaruh
yang sangat berbeda nyata (P<0,01).
Tabel 2. Rataan kandungan nutrien pakan limbah buah nanas yang difermentasi pada masing-
masing perlakuan.
Perlakuan BK (%) BO (%) PK (%) SK (%)
b b a
P0 40,15 ± 0,90 93,56 ± 0,18 6,75 ± 0,51 13,23 ± 2,21
P1 32,77a ± 0,86 92,79a ± 0,28 9,55b ± 0,69 14,69 ± 1,18
a a b
P2 31,73 ± 1,53 92,80 ± 0,26 9,02 ± 0,41 16,85 ± 1,52
Keterangan : a-b) Superksrip yang berbeda pada kolom yang sama memberikan perbedaan yang
sangat nyata (P<0,01)
*Berdasarkan 100% BK

Kandungan Bahan Organik (BO) memberikan pengaruh yang berbeda sangat


Hasil analisis proksimat kandungan nyata (P<0,01) terhadap perubahan
nutrien limbah buah nanas dengan lama kandungan nutrisi bahan organik. Data pada
waktu fermentasi yang berbeda Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan BO
menggunakan Aspergillus niger tertinggi pada P0 93,56% dan terendah pada

5
Adi Prasetya Kusuma, Dkk. 2019

P1 92,79%. Perubahan kimiawi yang terjadi bertambahnya waktu fermentasi. Akan


selama proses fermentasi akibat aktivitas tetapi, terjadi pula penurunan seiring dengan
mikroba yang mendegradasi salah satu bertambahnya waktu fermentasi karena
komponen dari BO yaitu SK sehingga konsentrasi substrat mulai menurun,
mikroba memanfaatkan sebagai sumber sehingga menyebabkan laju pertumbuhan
karbon untuk perkembangan, pertumbuhan, menurun. Menurut Riswandi (2014),
dan aktivitasnya. menyatakan bahwa perubahan hasil
Hal ini sesuai dengan Christi, Ana, fermentasi pakan terjadi akibat aktivitas
dan Iman (2016) bahwa dalam proses mikroba dan terjadi interaksi antara hasil
fermentasi menyebabkan penurunan jumlah degradasi oleh enzim atau mikroba dengan
bahan kering yang diakibatkan karena komponen yang ada dalam bahan pakan.
adanya kebutuhan energi oleh mikroba yang Hal ini juga sesuai dengan Wina
memecah substrat karbohidrat yang (2005) bahwa terjadinya penurunan protein
menghasilkan energi dalam bentuk panas, disebabkan oleh adanya degradasi protein
CO2, dan H2O. selama proses penyimpanan karena aktivitas
Kandungan Protein Kasar (PK) mikroba dan larut dalam air. Mikroba yang
Hasil analisis proksimat kandungan menyebabkan penurunan protein adalah
nutrien limbah buah nanas dengan lama jenis proteolitik. Protein akan dirombak oleh
waktu fermentasi yang berbeda mikroba proteolitik menjadi asam amino
menggunakan Aspergillus niger dan NH3 selama proses fermentasi sehingga
memberikan pengaruh yang berbeda sangat akan mengakibatkan penurunan protein.
nyata (P<0,01) terhadap kandungan nutrisi Perlakuan terbaik didapat pada
protein kasar. Peningkatan kandungan PK perlakuan P1 karena terjadi peningkatan
pada masing-masing perlakuan limbah buah protein kasar yang cukup tinggi mencapai
nanas yang telah difermentasi menggunakan 9,55%. Peningkatan ini diduga terjadi
Aspergillus niger meningkat, pada awalnya karena bakteri mampu menggunakan bagian
tanpa perlakuan (P0) sebesar 6,75% dari substrat untuk pertumbuhan dan
mengalami peningkatan pada perlakuan hari pembentukan protein mikroba selama
ke-4 (P1) sebesar 9,55% kemudian proses fermentasi dengan sempurna. Selain
mengalami penurunan seiring bertambahnya itu juga waktu terbaik fermentasi
waktu fermentasi yaitu pada hari ke-6 (P2) menggunakan Aspergillus niger yaitu 4 hari
sebesar 9,02%. Peningkatan protein diduga yang juga merupakan lama waktu inkubasi
karena adanya penambahan protein yang dari perlakuan P1.
disumbangkan oleh sel mikroba akibat Peningkatan PK pada perlakuan yang
pertumbuhannya yang menghasilkan produk terjadi selama proses fermentasi
protein sel tunggal (PST) atau biomassa sel berlangsung dipengaruhi oleh adanya
yang mengandung sekitar 40-65% protein protein yang disumbangkan oleh tubuh
(Krisnan et al., 2005). mikroba akibat pertumbuhan. Menurut
Penurunan PK pada proses fermentasi Anggorodi (2005) bahwa kandungan protein
ini disebabkan karena pada lama waktu kasar setelah fermentasi sering mengalami
fermentasi 6 hari pertumbuhan Aspergillus peningkatan yang disebabkan karena
niger sudah pada fase death phase (fase mikroba mempunyai pertumbuhan dan
kematian) sehingga mengalami lisis dan perkembangbiakan yang baik, dapat
protein yang terkandung didalam selnya mengubah lebih banyak komponen
terurai menjadi non protein misalnya berupa penyusun yang berasal dari tubuh mikroba
amonia, hal ini menyebabkan kadar PK dari itu sendiri yang akan meningkatkan
produk fermentasi menjadi turun. kandungan protein kasar dari substrat.
Idiawati dkk., (2014) mengatakan Meningkatnya kandungan protein kasar
bahwa aktivitas enzim selulase akan disebabkan karena bakteri berkembangbiak
semakin meningkat seiring dengan pada ransum ruminansia. Protein kasar yang

6
Adi Prasetya Kusuma, Dkk. 2019

terkandung dalam bakteri yaitu 60% KESIMPULAN


(Moran, 2005), oleh sebab itu bakteri yang
berkembang biak dalam ransum ruminansia 1. Fermentasi limbah buah nanas
dapat meningkatkan protein kasar dalam menggunakan Aspergillus niger 2%
ransum tersebut (Samadi, Sitti, dan Sabda dengan lama waktu fermentasi 4 hari
2015). dapat merubah karakteristik fisik limbah
Kandungan Serat Kasar (SK) buah nanas baik dari warna, aroma, dan
Hasil analisis proksimat kandungan tekstur.
nutrien limbah buah nanas dengan lama 2. Fermentasi limbah buah nanas
waktu fermentasi yang berbeda menggunakan Aspergillus niger 2%
menggunakan Aspergillus niger dengan lama waktu inkubasi 4 hari
memberikan pengaruh yang tidak berbeda merupakan waktu optimal untuk
nyata (P>0,05) terhadap perubahan menghasilkan nilai kandungan nutrien
kandungan nutrisi serat kasar. Data pada terbaik dengan kandungan sebesar BO
Tabel 2 diketahui bahwa kandungan SK 92,79%, PK 9,55%, SK 14,69%.
semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya waktu fermentasi, dapat SARAN
dilihat dari kandungan SK limbah buah
nanas tanpa perlakuan P0 sebesar 13,23%, Perlu dilakukan penelitian lebih
P1 14,69% kemudian meningkat hingga lanjut mengenai fermentasi limbah buah
16,85% pada P2. nanas menggunakan Aspergillus niger 2%
Peningkatan SK pada proses dengan lama waktu fermentasi (0, 4, dan 6
fermentasi disebabkan karena terjadi hari) terhadap kecernaan secara in vivo.
akumulasi SK seiring dengan
perkembangbiakan Aspergillus niger yang DAFTAR PUSTAKA
diikuti dengan meningkatnya miselium. Hal
ini sesuai dengan penelitian Mirwandhono Abdelhadi, L., Santini, F., & Gagliostro, G.
dkk., (2006) yang menyatakan bahwa (2005). Corn silage or high moisture
kandungan serat kasar pakan hasil corn supplements for beef heifers
fermentasi dipengaruhi oleh pertumbuhan grazing temperate pastures: Effects on
jamur (miselium) pada kapang, sehingga performance, ruminal fermentation and
semakin lama waktu fermentasi maka akan in situ pasture digestion. Animal Feed
semakin menghasilkan pertumbuhan Science and Technology, 118(1–2),
miselium yang lebat dan terjadi peningkatan 63–78.
kandungan serat kasar.
Hal ini didukung oleh Ria, Nora, dan Anggorodi, R. (2005). Ilmu Makanan
Lia (2012) menyatakan bahwa semakin Ternak Umum. Yogyakarta: Gadjah
lama waktu inkubasi pada proses fermentasi Mada University Press.
maka kandungan serat kasar semakin tinggi
pula. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan Azizah, N., Al-Barrii, A. N., & Mulyani, S.
kapang yang ikut menyumbang serat kasar (2012). Pengaruh lama fermentasi
yang berasal dari miselium sehingga terhadap kadar alkohol, ph, dan
semakin banyak massa sel makin tinggi produksi gas pada proses fermentasio
kadar seratnya. bioetanol dari whey dengan substitusi
kulit nanas. Jurnal Aplikasi Teknologi
Pangan, 1(3), 72–78.

7
Adi Prasetya Kusuma, Dkk. 2019

Badan Pusat Statistik. (2016). Produksi Krisnan, R. (2005). The effect of application
Buah-Buahan dan Sayuran Tahunan di of tea waste (Camellia sinensis)
Indonesia. Jakarta: Badan Pusat fermented with Aspergillus niger on
Statistik. broiler. Jurnal Ilmu Ternak Dan
Veteriner, 10(1), 1–5.
Christi, Febrianto, R., Rochana, A., & https://doi.org/10.14334/JITV.V10I1.470
Hernaman, I. (2016). Pengaruh
Konsentrat Terfermentast erhadap Kurnianingtyas, I., Pandasari, P. R., Astuti,
Kandungan Energi Bruto, Serat Kasar, I., Widyawat, S. D., & Suprayogi, W.
dan Protein Kasar. Sumedang: P. S. (2012). Pengaruh macam
Prosiding Seminar Nasional akselerator terhadap kualitas fisik,
Peternakan Berkelanjutan. kimiawi, dan biologi silase rumput
kolonjono. Tropical Animal Husbandy, 1(1), 7–14.
Fransistika, R., Idiawati, N., & Dest, L.
(2013). Pengaruh waktu fermentasi Kurniawan, H. (2016). Kualitas nutrisi
campuran trichoderma reesei dan ampas kelapa (cocos nuficena)
aspergillus niger terhadap kandungan fermentasi menggunakan aspergillus
protein dan serat kasar ampas sagu. niger. Buletin Peternakan, 40(1), 26–33.
https://doi.org/10.21059/buletinpeternak.v40i1.9822
Jurnal Kimia Khatulistiwa, 1(1), 35–39.

Ginting, S. P., Krisnan, R., & Simanihuruk, Lamid, M., Ismudiono, Koestono, S.,
K. (2005). Substitusi Hijauan Dengan Chusniati, & Vina. (2012).
Limbah Nanas Dalam Pakan Komplit Karakteristik silase pucuk tebu
Pada Kambing. Seminar Nasional (saccharum officinarum, linn) dengan
Teknologi Peternakan dan Veteriner. penambahan lactobacillus plantarum.
Jurnal Agroveteriner, 1(1), 1–10.
Heinritz, S. N., Martens, S. D., Avila, P., &
Hoedtke, S. (2012). The effect of McDonald, I. (1981). A revised model for
inoculant and sucrose addition on the the estimation of protein degradability
silage quality of tropical forage in the rumen. The Journal of
legumes with varying ensilability. Animal Agricultural Science, 96(1), 251–252.
Feed Science and Technology, 174(3–4), 201–210. https://doi.org/10.1017/S0021859600032081
https://doi.org/10.1016/j.anifeedsci.2012.03.017
Mirwandhono, E., Situmorang, D., &
Idiawati, N., Harfinda, E. M., & Arianie, L. Bachari, I. (2006). Uji nilai nutrisi kulit
(2014). Produksi enzim selulase oleh ubi kayu yang difermentasi dengan
aspergillus niger pada ampas sagu. aspergillus niger. Jurnal Agribisnis
Jurnal Natur Indonesia, 16(1), 1–9. Peternakan, 2(3), 91–95.

Kaiser, A. G., Piltz, J., Burns, H. M., & Moran, J. (2005). Tropical Dairy Farming:
Griffiths, N. W. (2004). Successful Feeding Management for Small Holder
Silage. Dairy Australia and New South Dairy Farmers in the Humid Tropics.
Wales Department of Primary Collingwood. Australia: Landlinks
Industries. Press.

Kojo, R. M., Rustandi, Y. R. L., Tulung, & Nurhayati. (2013). Penampilan ayam
Malalantang, S. S. (2015). Pengaruh pedaging yang mengkonsumsi pakan
penambahan dedak padi dan tepung mengandung kulit nanas
jagung terhadap kualitas fisik silase disuplementasi dengan yoghurt.
rumput gajah (pennisetum purpureum Agripet, 13(2), 15–20.
cv. hawaii). Jurnal Zootek, 35(1), 21–29.

8
Adi Prasetya Kusuma, Dkk. 2019

Nurhayati, N., & Berliana. (2014). Samadi, Wajizah, S., & Sabda. (2015).
Perubahan kandungan protein dan serat Peningkatan kualitas ampas tebu
kasar kulit nanas yang difermentasi sebagai pakan ternak melalui
dengan plain yoghurt. Jurnal Ilmiah fermentasi dengan penambahan level
Ilmu-Ilmu Peternakan, 15(1). tepung sagu yang berbeda. Agripet,
15(2), 104–111.
Riswandi. (2014). Kualitas silase eceng
gondok (eichhornia crassipes) dengan Wina, E. (2005). Teknologi pemanfaatan
penambahan dedak halus dan ubi kayu. mikroorganisme dalam pakan untuk
Jurnal Peternakan Sriwijaya, 3(1), 1–6. meningkatkan produktivitas ternak
ruminansia di indonesia. Wartazoa,
15(4), 173–186.

You might also like