Professional Documents
Culture Documents
Epidemiologi KLP 2 Fiks
Epidemiologi KLP 2 Fiks
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah Statistika Dasar yang berjudul
"Skrining/Penapisan Dalam Epidemiologi"
Sholawat Serta Salam tidak lupa kita panjatkan kepada Rasulullah Saw. Sebagai wujud cinta
kepada Baginda Nabi. Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah
Bapak Imam Syahputra Yamin, S.K.M., M.Epid. atas bimbingannya untuk menyelesaikan
makalah ini.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Teman Kelompok yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari kelompok sebaik mungkin.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya makalah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
A. KESIMPULAN.............................................................................................................15
B. SARAN.........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang,
Manusia yang kadang terlihat sehat dari fisik, masih belum tentu sehat secara total. Ada
kondisi dimana kesehatan manusia yang mungkin kurang sehat atau terindikasi penyakit
tertentu, namun tidak diketahui penyakitnya. Mengetahui penyakit seorang manusia harus
memeriksakan dirinya kepada para ahli kesehatan, baik dokter ahli penyakit secara umum
yang ada di rumah sakit, klinik atau puskesmas. Hasil pemeriksaan kesehatan tersebut
memberikan informasi kesehatan seseorang, yang pada umumnya di informasikan dalam
bentuk surat keterangan sehat.
Epidemiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit dan kesehatan
masyarakat. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi pola dan faktor risiko yang
mempengaruhi distribusi penyakit dan kesehatan di populasi tertentu, serta merancang
strategi pencegahan dan pengendalian penyakit.
Salah satu alat yang digunakan dalam epidemiologi adalah skrining epidemiologi.
Skrining epidemiologi adalah metode yang digunakan untuk mendeteksi penyakit atau
kondisi tertentu pada populasi yang lebih luas, dengan cara melakukan pemeriksaan atau
tes pada sekelompok orang yang dianggap berisiko tinggi.
Program skrining dalam epidemiologi adalah suatu strategi untuk mendeteksi dini suatu
penyakit atau kondisi kesehatan pada populasi yang memiliki risiko tinggi terkena
penyakit tersebut. Tujuan dari program skrining adalah untuk mengidentifikasi individu
yang membutuhkan diagnosis lebih lanjut dan perawatan lebih awal, sehingga dapat
meningkatkan peluang kesembuhan atau pengendalian penyakit secara efektif.
Disiplin ilmu kesehatan masyarakat dengan metode epidemiologi disampaikan oleh last
(2001) sebagai distribusi, determinan keadaan atau peristiwa terkait kesehatan pada
perkembangannya serta penerapannya untuk mengenanggulangi masalah kesehatan,
sedangkan Komisi penyakit kronis AS (1951) pada kamus epidemiologi (A Dictionary of
Epidemiology), identifikasi penyakit, kecacatan yang belum dikenali oleh manusia
dengan menerapkan pemeriksaan atau pengujian yang dapat diterapkan dengan cepat,
merupakan skrining atau penapisan. Skrining atau penapisan sebagai tes kesehatan yang
memilah atau memisahkan orang – orang yang terlihat sehat untuk di kelompokan
menjadi kelompok yang mungkin memiliki penyakit dan kelompok orang yang mungkin
sehat.
4
Program skrining dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti tes darah, tes urine,
atau pemeriksaan fisik. Program skrining yang efektif harus memenuhi beberapa kriteria,
seperti memiliki tes yang akurat dan sensitif, memiliki efek samping yang minimal, serta
dapat diakses dan diterima oleh populasi yang dituju.
Latar belakang program skrining dalam epidemiologi berasal dari kebutuhan untuk
mengendalikan penyakit menular yang dapat menyebar dengan cepat di populasi. Sebagai
contoh, pada awal abad ke-20, program skrining digunakan untuk mengidentifikasi
individu yang terinfeksi tuberkulosis (TB), sebuah penyakit menular yang sangat menular
pada saat itu.
Seiring waktu, program skrining telah diterapkan untuk mendeteksi dini berbagai jenis
penyakit, termasuk kanker, penyakit jantung, dan diabetes. Dalam beberapa kasus,
program skrining telah terbukti efektif dalam mengurangi angka kematian dan morbiditas
dari penyakit tersebut.
Namun, program skrining juga memiliki beberapa kelemahan dan tantangan, seperti biaya
yang tinggi, risiko false positive atau false negative, dan potensi overdiagnosis dan
overtreatment. Oleh karena itu, program skrining harus dirancang dan dievaluasi dengan
hati-hati untuk memastikan manfaatnya lebih besar daripada risikonya.
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah yang kita dapat rumuskan sebagai
berikut:
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu progam skrining dan mengapa penting untuk dilakukan dalam epidemiologi?
2. Apa Tujuan Skrining dalam epidemiologi ?
3. Bagaimana Syarat serta Skrining dan macam-macam skrining dalam epidemiologi?
4. Bagaimana cara mengukur efektivitas program Skrining dalam mendeteksi dan
mencegah penyebaran penyakit?
5. Apa dampak program skrining pada kehidupan pasien dan keluarga mereka?
6. Apa saja tantangan dan peluang dalam mengimplementasikan program skrining?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Program Skrining dalam Epidemiologi
2. Mengetahui Tujuan Program Skrining dalam Epidemiologi
3. Mengidentifikasi Syarat Skrining dan Macam-macam Skrining dalam Epidemiologi
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
sebagai usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum
jelas, dengan menggunakan tes atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara
cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat atau benar-benar sehat tapi
sesungguhnya menderita kelainan
Skrining merupakan salah satu cara yang digunakan dalam epidemiologi untuk
mengetahui prevalensi suatu penyakit yang tidak dapat didiagnosis atau keadaan
ketika angka kesakitan tinggi pada suatu kelompok individu atau masyarakat yang
beresiko tinggi serta pada keadaan yang kritis dan serius yang memerlukan
penanganan segera. Namun demikian, masih harus dilengkapi dengan pemeriksaan
lain untuk menentukan diagnosis definitif.
Berbeda dengan diagnosis, yang merupakan suatu tindakan untuk menganalisis suatu
permasalahan, mengidentifikasi penyebabnya secara tepat untuk tujuan pengambilan
keputusan dan hasil. Keputusan tersebut dilaporkan dalam bentuk deskriptif. Skrining
bukanlah diagnosis, sehinggga hasil yang diperoleh betul-betul hanya didasarkan pada
hasil pemeriksaan tes skrining tertentu, sehingga kepastian diagnosis klinis dilakukan
kemudian secara terpisah, jika hasil dari skrining tersebut menunjukkan hasil yang
positif.
Uji skrining digunakan untuk mengidentifikasi suatu penanda awal perkembangan
suatu penyakit sehingga intervensi dapat ditetapkan untuk menghambat proses
penyakit. Selanjutnya, akan digunakan istilah penyakit awal untuk menyabut setiap
peristiwa dalam proses penyakit, termasuk perkembangannya atau setiap
kompikasinya. Test skrining adalah sebuah cara untuk mengetahui atau
mengidentikfikasi apakah seseorang yang masih asimtomatik menderita suatu
penyakit atau tidak. Tanpa skrining, diagnosis suatu penyakit hanya bisa ditegakkan
setelah muncul tanda dan gejala, padahal sebuah penyakit telah ada jauh sebelum
tanda dan gejala muncul yang sebenarnya dapat diketahui kalau kita melakukan
skrining. Waktu antara kemungkinan terdeteksi secara awal lewat skrining dan deteksi
kemudian setelah munculnya tanda dan gejala disebut “detectable pre-clinical phase”
atau DPCP. Jika sebuah penyakit dapat diketahui pada masa DPCP maka treatment
bisa dilakukan lebih awal dan outcome nya pun lebih baik. Test diagnostik dilakukan
setelah seseorang dinyatakan positif pada test skrining untuk menegakkan diagnsosis
secara lebih pasti (definitif).
1. Pada umumnya skrining dilakukan hanya ketika syarat-syarat perpenuhi, yakni
penyakit tersebut merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan.
2. terdapat sebuah uji yang sudah terbukti dan dapat diterima untuk mendeteksi
individu-individu pada suatu tahap awal penyakit yang dapat dimodifikasi dan
3. pengobatan yang aman dan efektif untuk mencegah penyakit atau akibat-
akibat penyakit
Screening atau disebut juga dengan uji tapis adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit
yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan
cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang mungkin
tidak menderita penyakit. Uji tapis bukan untuk mendiagnosis tapi untuk menentukan apakah
yang bersangkutan memang sakit atau tidak kemudian bagi yang diagnosisnya positif
7
dilakukan pengobatan intensif agar tidak menular. Screening pada umumnya bukan
merupakan uji diagnostik dan oleh karenanya memerlukan penelitian followup yang cepat
dan pengobatan yang tepat pula.
Skrining/penapisan merupakan proses pendeteksian kasus/kondisi kesehatan pada populasi
sehat pada kelompok tertentu sesuai dengan jenis penyakit yang akan dideteksi dini dengan
upaya meningkatkan kesadaran pencegahan dan diagnosis dini bagi kelompok yang termasuk
resiko tinggi. Pada negara maju, umumnya proses skrining/penapisan dilakukan pada
penyakit tidak menular, misalnya kanker payudara yang dilakukan pada kelompok beresiko
seperti wanita terlahir kembar, ada genetik keluarga, wanita yang tidak menikah, wanita yang
tidak menyusui (red ngASI) anaknya dan pola diet dan gaya hidup yang tidak sehat, wanita
pengguna KB hormonal, wanita yang menstruasi pertama dibawah 12 tahun dan menopause
diatas 55 tahun. Berikut dijelaskan definisi skrining/penapisan menurut beberapa ahli
Epidemiologi.
Menurut Webb (2005), skrining/penapisan merupakan metode test sederhana yang digunakan
secara luas pada populasi sehat atau populasi yang tanpa gejala penyakit (asimptomatik).
Skrining/penapisan tidak dilakukan untuk mendiagnosa kehadiran suatu penyakit, tetapi
untuk memisahkan populasi subjek skrining/penapisan menjadi dua kelompok yaitu orang-
orang yang lebih beresiko menderita penyakit tersebut dan orang-orang yang cenderung
kurang beresiko terhadap penyakit tertentu. Mereka yang mungkin memiliki penyakit (yaitu,
mereka yang hasilnya positif) dapat menjalani pemeriksaan diagnostik lebih lanjut dan
melakukan pengobatan jika diperlukan.
Menurut Komisi Penyakit Kronis AS (1951) dalam kamus Epidemiologi (A Dictionary of
Epidemiology), skrining/penapisan didefinisikan sebagai "identifikasi dugaan penyakit atau
kecacatan yang belum dikenali dengan menerapkan pengujian, pemeriksaan atau prosedur
lain yang dapat diterapkan dengan cepat. Tes skrining/penapisan memilah/memisahkan
orang-orang yang terlihat sehat untuk dikelompokkan menjadi kelompok orang yang
mungkin memiliki penyakit dan kelompok orang yang mungkin sehat. Sebuah tes
skrining/penapisan ini tidak dimaksudkan untuk menjadi upaya diagnosa. Orang dengan
temuan positif menurut hasil skrining/penapisan atau suspek suatu kasus harus dirujuk ke
dokter untuk diagnosis dan menjalani pengobatan yang diperlukan.
1. Jenis penyakit harus termasuk jenis penyakit yang parah, yang relatif umum dan dianggap
sebagai masalah kesehatan masyarakat oleh masyarakat.
2. Skrining/penapisan harus aman dan dapat diterima oleh masyarakat luas. Dalam proses
skrining/penapisan membutuhkan partisipasi dari masyarakat yang dinilai cocok untuk
menjalani pemeriksaan. Oleh karena itu skrining/penapisan harus aman dan tidak
mempengaruhi kesehatannya.
8
3. Skrining/penapisan harus akurat dan reliable. Tingkat akurasi menggambarkan sejauh
mana hasil tes sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dari kondisi kesehatan/penyakit yang
diukur. Sedangkan reliabilitas biasanya berhubungan salah satu dengan standardisasi atau
kalibrasi peralatan pengujian atau keterampilan dan keahlian dari orang-orang
menginterpretasikan hasil tes.
4. Harus mengerti riwayat alamiah penyakit dengan baik dan percaya bahwa dengan
melakukan skrining/penapisan maka akan menghasilkan kondisi kesehatan yang jauh lebih
baik.
5. Skrining/penapisan akan sangat bermanfaat jika dilakukan pada saat yang tepat.
6. Kebijakan, prosedur dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan siapa yang harus
dirujuk untuk pemeriksaan, diagnosis dan tindakan lebih lanjut.
Keuntungan Skrining
Skrining dapat mendeteksi kondisi medis pada tahap awal sebelum gejala menyajikan
sedangkan pengobatan lebih efektif daripada untuk nanti deteksi. Dalam kasus terbaik dari
kehidupan diselamatkan
Kekurangan Skrining
1. Seperti tes medis, tes yang digunakan dalam penyaringan tidak sempurna.
2. Hasil pengujian tidak tepat dapat menunjukkan positif untuk mereka yang tanpa penyakit
(false positif), atau negatif bagi orang yang memiliki kondisi (negatif palsu). Khususnya
ketika skrining untuk kondisi probabilitas rendah jumlah mutlak positif palsu mungkin tinggi
walaupun memiliki persentase positif palsu sangat rendah
3. Penyaringan melibatkan biaya dan penggunaan sumber daya medis pada sebagian besar
orang yang tidak membutuhkan pengobatan.
5. Stres dan kecemasan yang disebabkan oleh hasil skrining positif palsu.
6. Tidak Perlu investigasi dan pengobatan hasil positif palsu.Stres dan kecemasan yang
disebabkan oleh memperpanjang pengetahuan tentang penyakit tanpa peningkatan hasil.
7. Rasa aman palsu yang disebabkan oleh negatif palsu, yang dapat menunda diagnosis akhir.
Pada sekelompok individu yang tampak sehat, dilakukan pemeriksaan (tes) dan hasil tes
dapat positif atau negative. Individu dengan hasil tes yang negatif pada suatu saat dapat
dilakukan tes ulang, sedangkan pada individu dengan hasil tes yang positif dilakukan
pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik dan bila hasilnya positif maka pengobatan secara
intensif, sedangkan pada individu dengan hasil tes yang negatif, dilakukan tes ulang dan
seterusnya sampai semua penderita terjaring.
9
Tes skrining pada umumnya dilakukan secara masal pada suatu kelompok populasi tertentu
yang menjadi sasaran skrining. Namun demikian bila suatu penyakit diperkirakan
mempunyai sifat risiko tinggi pada kelompok populasi tertentu, maka tes ini dapat pula
dilakukan secara selektif (misalnya khusus pada wanita dewasa) maupun secara random yang
sarannya ditujukan terutama kepada mereka dengan risiko tinggi. Tes ini dapat dilakukan
khusus untuk satu jenis penyakit tertentu, tetapi dapat pula dilakukan secara serentak untuk
lebih dari satu penyakit (Noor, 2008).
10
4. X-ray
5. Diagnostic Imaging
11
Macam-macam scrining
1. Mass screening
2. Selective screening
Adalah penyaringan yang hanya ditujukan pada satu jenis penyakit. Misalnya, skrining
terhadap penderita penyakit TBC, jadi lebih tertuju pada satu jenis penyakit.
Adalah penyaringan yang ditujukan untuk mendeteksi suatu kasus tertentu. Case finding
adalah upaya dokter atau tenagga kesehatan untuk menyelidiki suatu kelainan yang tidak
berhubungan dengan kelompok pasien yang datang untuk kepentingan pemeriksaan
kesehatan. Penderita yang datang dengan keluhan diare kemudian dilakukan pemeriksaan
terhadap mamografi atau rongen torax.
5. Multiphase screening
12
Identifikasi kasus penyakit: Program skrining epidemiologi dapat membantu
dalam mengidentifikasi kasus penyakit yang terjadi pada suatu populasi tertentu.
Hal ini dapat membantu dalam mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah
penyebaran penyakit.
Pencegahan penyebaran penyakit: Dengan mengidentifikasi kasus penyakit,
program skrining epidemiologi dapat membantu dalam pencegahan penyebaran
penyakit yang lebih luas. Pasien yang terinfeksi dapat diisolasi dan diberikan
perawatan yang tepat, sementara orang yang terpapar dapat diberikan tindakan
pencegahan yang tepat.
Pengawasan penyakit: Program skrining epidemiologi dapat membantu dalam
pengawasan penyakit di suatu wilayah tertentu. Dengan memantau kasus-kasus
penyakit yang teridentifikasi, program skrining dapat membantu dalam
mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Evaluasi kebijakan kesehatan: Data dari program skrining epidemiologi dapat
digunakan untuk evaluasi kebijakan kesehatan yang telah dilakukan. Hal ini dapat
membantu dalam menentukan apakah kebijakan kesehatan yang telah dilakukan
efektif dalam mencegah atau mengendalikan penyebaran penyakit.
Namun, program skrining epidemiologi juga dapat memiliki dampak negatif,
seperti memperburuk stigma sosial terhadap orang yang terinfeksi penyakit
tertentu. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa program skrining
dilakukan dengan cara yang terbuka, sensitif, dan tidak diskriminatif terhadap
kelompok tertentu.
13
Dukungan sosial: Program skrining epidemiologi dapat memberikan dukungan
sosial bagi keluarga pasien yang terinfeksi penyakit. Hal ini dapat membantu
keluarga pasien untuk mengatasi kecemasan dan stress yang mungkin dialami,
serta meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya.
Namun, program skrining epidemiologi juga dapat memiliki dampak negatif pada
keluarga pasien, seperti meningkatkan stigma sosial dan diskriminasi. Oleh karena
itu, penting untuk memastikan bahwa program skrining dilakukan dengan cara
yang sensitif, terbuka, dan tidak diskriminatif terhadap kelompok tertentu,
termasuk keluarga pasien.
14
Dalam mengimplementasikan program skrining epidemiologi, perlu diperhatikan
tantangan dan peluang yang ada agar program ini dapat berjalan dengan baik dan
memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Skrining/penapisan merupakan proses pendeteksian kasus/kondisi kesehatan pada populasi
sehat pada kelompok tertentu sesuai dengan jenis penyakit yang akan dideteksi dini dengan
upaya meningkatkan kesadaran pencegahan dan diagnosis dini bagi kelompok yang termasuk
resiko tinggi.Program skrining dalam epidemiologi adalah suatu strategi untuk mendeteksi
15
dini suatu penyakit atau kondisi kesehatan pada populasi yang memiliki risiko tinggi terkena
penyakit tersebut. Tujuan dari program skrining adalah untuk mengidentifikasi individu yang
membutuhkan diagnosis lebih lanjut dan perawatan lebih awal, sehingga dapat meningkatkan
peluang kesembuhan atau pengendalian penyakit secara efektif.
B. SARAN
Eukasi masyarakat tentang pentingnya program screening sangat penting untuk
meningkatkan partisipasi dan kesadaran masyarakat. Peningkatan kesadaran dan partisipasi
masyarakat dapat membantu meningkatkan efektivitas program screening. Keterlibatan
aktif dari tenaga kesehatan dan organisasi terkait sangat penting untuk keberhasilan
program screening epidemiologi. Pastikan bahwa tenaga kesehatan dan organisasi terkait
memiliki peran yang jelas dalam program dan memahami pentingnya program screening
epidemiologi.
DAFTAR PUSTAKA
A.Keles & U. Yafuz. 2011. “Expert system based on neuro-fuzzyrules for diagnosisbreast
cancer”. Expert system with Application, 38 (5), pp. 5719-5726.
16
Queen, Najmah. 2014. Definisi Dan Prinsip Pelaksanaan Skrining (Penapisan). Retrieved juli
15, 2017.
Morton, Richard. 2009. Panduan Studi Epidemiologi dan Biostatistik. Jakarta: EGC.
Sulistiani, Karlina dkk. 2012. Pelaksanaan Kegiatan Skrinning/Deteksi Aktif Kasus PTM
yang Dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
17