Professional Documents
Culture Documents
Laporan Kasus Hipermetropi Dan Presbiopi
Laporan Kasus Hipermetropi Dan Presbiopi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT karena atas segala berkat
dan rahmat Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan referat mengenai otitis
media akut dalam rangka memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Departemen
Ilmu Penyakit Mata di RSUD Waled Cirebon periode 27 Agustus - 22 September
2018.
Ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya penyusun ucapkan kepada
semua pihak yang telah membantu serta para dokter yang telah memberikan
kesempatan demi penyelesaian referat ini.
Penyusun berharap laporan kasus mengenai hypermetropia dan presbiopia
ini dapat memberi masukan khususnya kepada penyusun sendiri dan juga rekan –
rekan sejawat lainnya. Penyusun juga mohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan dalam pembuatan referat ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1 Anatomi Media Refraksi Mata...........................................................................6
2.1.1 Kornea.........................................................................................................7
2.1.2 Humor Aquoesus.........................................................................................7
2.1.3 Lensa...........................................................................................................8
2.1.4 Humor Vitreus.............................................................................................9
2.2 Fisiologi Penglihatan Manusia...........................................................................9
2.3 Refraksi..............................................................................................................9
2.3.1 Emetropia..................................................................................................11
2.3.2 Akomodasi.................................................................................................12
2.2.3 Kelainan Refraksi......................................................................................13
2.4 Hipermetropia................................................................................................14p
2.4.1 Etiologi......................................................................................................15
2.4.2 Klasifikasi..................................................................................................15
2.4.3 Manifestasi Klinis......................................................................................11
2.4.4 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................16
2.4.5 Penatalaksanaan.........................................................................................17
2.4.6 Komplikasi................................................................................................20
2.5 Presbiopia.........................................................................................................20
2.5.1 Etiologi......................................................................................................21
2.5.2 Patogenesis................................................................................................21
2.5.3 Manifestasi Klinis......................................................................................20
2.4.5 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................21
2.5.4 Penatalaksanaan.........................................................................................21
BAB III ANALISIS KASUS.................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................30
iii
1
BAB I
STATUS PASIEN
A. Identitas pasien
Nama : Ny. O
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 60 tahun
Alamat : Ciledug
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal pemeriksaan : 07 September 2018
B. Anamnesis
Keluhan utama
Pandangan kabur pada mata kanan maupun kiri sejak 1 bulan yang lalu
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda Vital : Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 85 x/menit, regular, isi kuat
Frekuensi Napas : 18 x/menit
Suhu : 36,1 0C
1. Pemeriksaan Oftalmologi
Ikterik (-), warna putih (+) Sklera Ikterik (-),warna putih (+)
Jernih, sikatrik (-), infiltrat Kornea Jernih, sikatrik (-), infiltrat
(-), ulkus (-), edema (-), (-), ulkus (-), edema (-),
arcus senilis (+) arcus senilis (+)
Kedalaman cukup Camera Oculi Anterior Kedalaman cukup
Reguler, warna coklat, Iris Reguler, warna coklat,
sinekia posterior (-) sinekia posterior (-)
Bulat, sentral, Pupil Bulat, sentral,
reguler, Diameter reguler, Diameter
3mm Direct: (+) 3mm Direct: (+)
Indirect : (+) Indirect : (+)
Jernih Lensa Jernih
Refleks fundus (+) Funduskopi Refleks fundus (+)
Papil bulat, batas tegas Papil bulat, batas tegas
Normal, nyeri tekan (-) Palpasi TIO Normal, nyeri tekan (-)
Sesuai pemeriksa Lapang Pandang Sesuai pemeriksa
Visus 20/100 : 0.1 Koreksi kacamata Visus 20/100 : 0.1
S : +3.00 add +3.00 S : +3.00 add +3.00
4
D. Resume
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Waled dengan keluhan pandangan
kabur pada mata kanan maupun kiri sejak 1 bulan yang lalu ketika melihat
jarak jauh dan dekat. Pasien secara perlahan merasakan bahwa dirinya
kesulitan untuk membaca sesuatu yang dekat, hal ini terjadi setiap hari dan
semakin memberat. Pasien juga mengeluhkan bahwa matanya dirasakan cepat
terasa lelah, perih, berat serta kepalanya kadang-kadang terasa pusing. Keluhan
pusing tersebut muncul sejak pandangan kabur dimulai.. Pasien mengaku telah
menggunakan kacamata sejak usia 50 tahun dan akhir-akhir ini matanya
dirasakan semakin kabur meskipun sudah menggunakan kacamatanya. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda tanda vital tekanan darah 130/80mmHg,
suhu 36,1°C, nadi 85x/menit, RR 18x/menit dan pemeriksaan status
oftalmologi didapatkan penurunan visus OD 20/100, OS 20/100. Hasil koreksi
OD: S+3.00 D add +3.00 D dan OS: S +3.00 D add +3.00 D PD : 60/58.
E. Diagnosa Banding
Hipermetropi ODS + Presbiopi
F. Diagnosis Kerja
Hipermetropi ODS + Presbiopi
G. Saran tatalaksana
1. Nonfarmakologi :
a. Menjelaskan bahwa penglihatan kaburnya disebabkan kelainan
pembiasan pada mata dan salah satunya dipengaruhi oleh usia.
b. Mengistirahatkan mata
c. Menjelaskan bahwa keluhan ini tidak bisa sembuh
d. Koreksi dengan pemakaian kaca mata bifokal dengan S +3.00 D dan add
+3.00 D untuk ODS PD 60/58
2. Farmakologi :
Artificial tears and lubricant :
C. lyteers 4x1 gtt ODS
E. Prognosis
Quo ad Vitam : Ad Bonam ODS
Quo ad Functionam : Ad Bonam ODS
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
silier dan iris yang disebut juga lapisan vaskuler, dan lapisan dalam yang
terdiri dari jaringan saraf, retina2.
d. Membran Descemet,
e. Lapisan endotel
Kornea mata mempunyai kekuatan refraksi sebesar 40 dioptri.
Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh-pembuluh darah
limbus, humor aqueous, dan air mata. Kornea superfisialis juga
mendapatkan oksigen sebagian besar dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik
kornea didapat dari percabangan pertama dari N. Trigeminus 1,2.
2.1.2 Humor aqueous
Humor aqueous diproduksi oleh badan siliaris. Setelah memasuki
camera oculi posterior, humor aqueous melalui pupil dan masuk ke camera
oculi anterior dan kemudian ke perifer menuju ke sudut camera oculi
anterior. Humor aqueous difiltrasi dari darah, dimodifikasi komposisinya,
baru disekresikan oleh badan siliaris di camera oculi posterior. Humor
aqueous diproduksi dengan kecepatan 2-3 μL/menit dan mengisi kamera
okuli anterior sebanyak 250 μL serta camera oculi posterior sebanyak 60 μL.
Humor aqueous mengalir di sekitar lensa dan melewati pupil ke ruang
anterior. Sebagian air keluar mata melalui lorong-lorong dari trabecular
meshwork. Trabecular meshwork adalah saluran seperti saringan yang
mengelilingi tepi luar dari iris dalam sudut ruang anterior, dibentuk di mana
menyisipkan iris ke dalam badan siliaris. Jumlah yang lebih sedikit masuk
ke dalam badan siliaris yang terbuka dan ke iris, di mana ia akhirnya
berdifusi ke dalam pembuluh darah di sekitar bola mata 2.
2.1.3 Lensa
Lensa adalah struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa
digantung di belakang iris oleh zonula yang menghubungkannya dengan
badan siliare. Di anterior lensa terdapat humor aqueous, di sebelah
posteriornya terdapat vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran yang
semipermeabel (sedikit lebih permeabel daripada dinding kapiler) yang akan
memungkinkan air dan elektrolit masuk. Selapis epitel subskapular terdapat
di depan. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan
bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi, sehingga
lensa semakin lama menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan
8
melihat dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang
berhubungan dengan retina atau foveola bila mata istirahat2.
2.3.1 Emetropia
Pada mata ini daya bias mata adalah normal, di mana sinar jauh
difokuskan sempurna di makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Bila
sinar sejajar tidak difokuskan pada makula lutea disebut ametropia.
Mata emetropia akan mempunyai penglihatan normal atau 6/6 atau
100%. Bila media penglihatan seperti kornea, lensa, dan badan kaca
keruh maka sinar tidak dapat diteruskan di makula lutea. Pada
keadaan media penglihatan keruh maka penglihatan tidak akan 100%
atau 6/6. Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan
oleh dataran depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola
mata. kornea mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding
bagian mata lainnya. Lensa memegang peranan membiaskan sinar
terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda
yang dekat. 2
Ga mb
ar 3.
2.4 Hipermetropia
Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hyperopia atau rabun dekat.
Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan
bayangan di belakang retina2.
Gambar 4. Presbiopia
- Bingkai percobaan8
b. Teknik
- Penderita yang akan diperiksa penglihatan sentral untuk jauh
dan diberikan kacamata jauh sesuai yang diperlukan (dapat
poitif, negatif ataupun astigmatisma)
- Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jarak baca)
- Penderita disuruh membaca huruf terkecil pada kartu baca
dekat
- Diberikan lensa positif mulai S +1 yang dinaikkan perlahan-
lahan sampai terbaca huruf terkecil pada kartu baca dekat dan
kekuatan lensa ini ditentukan
- Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu
c. Nilai
Ukuran lensa yang memberikan ketajaman penglihatan
sempurna merupakan ukuran lensa yang diperlukan untuk adisi
kacamata baca. Hubungan lensa adisi dan umur biasanya:6,8
1. +1,0 D untuk usia 40 tahun
2. +1,5D untuk usia 45 tahun
3. + 2,0 D untuk usia 50 tahun
4. + 2,5 D untuk usia 55 tahun
5. + 3,0 D untul usia 60 tahun
2.5.5 Penatalaksanaan
Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman umur
yaitu umur 40 tahun (umur rata – rata) diberikan tambahan sferis
+1.00 dan setiap 5 tahun diatasnya ditambahkan lagi sferis +0.50 .
Lensa sferis (+) yang ditambahkan dapat diberikan dalam berbagai
cara:
1. kacamata baca untuk melihat dekat saja
2. kacamata bifokal untuk sekaligus mengoreksi kelainan yang
lain
3. kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh di segmen
atas, penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan
dekat di segmen bawah
2
BAB III
ANALISIS KASUS
I. Identitas Pasien
Pasien perempuan berusia 60 tahun datang ke poliklinik mata, hal ini
termasuk dalam klasifikasi presbiopia. Seseorang dengan mata emetrop (tanpa
kesalahan refraksi) akan mulai merasakan ketidakmampuan membaca huruf
kecil atau membedakan benda-benda kecil yang terletak berdekatan pada usia
sekitar 44-46 tahun. Hal ini akan semakin buruk pada cahaya temaram dan
biasanya lebih nyata pada pagi hari atau saat subyek lelah. Gejala-gejala ini
meningkat sampai usia 55 tahun, menjadi stabil tetapi menetap2.
II. Anamnesis
1. Keluhan pandangan kabur pada mata kanan maupun kiri sejak 1 bulan yang
lalu. Beberapa faktor yang menyebabkan pasien merasa buram yakni
kelainan refraksi. Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas
tidak dibentuk pada retina (makula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi
ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan
bayangan kabur.2 Pada orang normal susunan pembiasan oleh media
penglihatan dan diameter anteroposterior bola mata demikian seimbang
sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat
di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia
2
IV. Resume
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Waled dengan keluhan pandangan
kabur pada mata kanan maupun kiri sejak 1 bulan yang lalu. Pasien secara
2
V. Diagnosis Banding
Berdasarkan usia 60 tahun, hal ini termasuk dalam klasifikasi presbiopia,
timbul pada usia lanjut. Seseorang dengan mata emetrop (tanpa kesalahan
refraksi) akan mulai merasakan ketidakmampuan membaca huruf kecil atau
membedakan benda-benda kecil yang terletak berdekatan pada usia sekitar 44-
46 tahun. Hal ini akan semakin buruk pada cahaya temaram dan biasanya lebih
nyata pada pagi hari atau saat subyek lelah. Gejala-gejala ini meningkat sampai
usia 55 tahun, menjadi stabil tetapi menetap2.
Keluhan pandangan kabur pada mata kanan maupun kiri sejak 1 bulan yang
lalu. Beberapa faktor yang menyebabkan pasien merasa buram yakni kelainan
refraksi. Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak
dibentuk pada retina (makula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi
ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan
kabur.2
Buram dirasakan apabila melihat jarak dekat dan jarak jauh. Hal ini
disebakan karena bayangan benda yang terletak jauh difokuskan di belakang
retina oleh mata yang tidak berakomodasi. Sehingga apabila objek digeser
lebih jauh dari 6 meter, maka bayangan akan bergerak mendekati retina dan
terlihat lebih fokus. Titik tempat bayangan terlihat paling tajam fokusnya di
retina sebagai “titik jauh”2,6. Sedangkan buram pada jarak jauh diakibatkan
2
karena, pada usia yang lebih lanjut mata mungkin tidak mampu mengoreksi
bayangan oleh akomodasi karena, adanya penurunan fungsi pada M. Siliaris
sehingga kerja dari lensa pun akan berkurang2
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan yang didapatkan ada dugaan adanya
Hipermetropia ODS dan Presbiopia.
VIII. Penatalaksanaan
Kacamata : resep kacamata
OD: S+ 3.00 D
2
OS: S+ 3.00 D
Add : + 3.00 D
PD: 60/58
ODS : Penggunaan kacamata lensa konveks atau lensa positif, bahwa cahaya
yang melalui lensa konveks untuk membiaskan sinar lebih kuat ke dalam
mata sehingga jatuh tepat di retina. Penambahan lensa (Add) sebesar
+3.00 D adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan sesuai usia pasien
yaitu 60 tahun agar pasien lebih mudah untuk membaca dalam jarak dekat
yaitu 33cm.
IX. Prognosa
a. Prognosis pasien ini baik, dimana ad vitam secara keseluruhan pasien
adalah ad bonam ODS, karena gangguan yang dialami pasien tidak
mengancam jiwa.
b. Prognosis ad functionam pada kedua mata adalah ad bonam, karena
dengan penggunaan kacamata menggunakan kekuatan lensa yang tepat
dapat mengembalikan tajam penglihatan penderita menjadi 6/6.
c. Prognosis sanationam pada kedua mata adalah ad bonam karena Dengan
penggunaan kacamata menggunakan kekuatan lensa yang tepat dapat
mengembalikan tajam penglihatan penderita menjadi.
2
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton dan Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta; 2012
2. Snell, RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6.
Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta;2012
3. Vaughan, Daniel G. Oftamologi Umum Edisi Ke 17. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta; 2015
4. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi Ke 6.
Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta;2012
5. Schachar, Ronald. Presbyopia. 2014. Medscape. Diakses tanggal 12
September 2018 dan diakses dari
https://emedicine.medscape.com/article/1219573-overview