Professional Documents
Culture Documents
Referat - Disleksia Pada Anak - Khairun Nisa 2207501010166
Referat - Disleksia Pada Anak - Khairun Nisa 2207501010166
Disusun Oleh :
Khairun Nisa
220750101016
6
Pembimbing :
dr. T.M. Thaib, Sp.A(K)
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul
“Disleksia Pada Anak”. Shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada
Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia ke masa yang menjunjung
tinggi ilmu pengetahuan.
Penyusunan referat ini adalah sebagai salah satu tugas dalam menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala Rumah Sakit dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh. Ucapan terima kasih serta penghargaan yang tulus penulis sampaikan
kepada dr. T. M. Thaib, Sp. A (K) yang telah bersedia meluangkan waktu
membimbing penulis dalam penulisan referat ini.
Akhir kata penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan bagi semua pihak khususnya di bidang kedokteran dan berguna bagi
para pembaca dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu kedokteran pada
umumnya dan ilmu kesehatan anak khususnya. Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak untuk referat ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
BAB II.................................................................................................................................2
2.1 Definisi.................................................................................................................2
2.2 Epidemiologi........................................................................................................2
2.3 Patofisiologi.........................................................................................................3
2.4 Gejala Klinis........................................................................................................4
2.5 Diagnosis..............................................................................................................6
2.6 Tatalaksana...........................................................................................................8
2.7 Prognosis..............................................................................................................9
2.8 Pecegahan.............................................................................................................9
BAB III..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUA
N
Kesulitan belajar pada umumnya dari kesulitan belajar spesifik khususnya
pada anak merupakan masalah, baik di sekolah maupun di lingkungan sosialnya.
Bila tidak ditangani dapat merupakan masalah seumur hidupnya. Salah satu dari
kesulitan belajar spesifik yang mendapat perhatian adalah kesulitan membaca atau
disleksia, karena kemampun membaca merupakan dasar atau fondasi untuk
memperoleh kepandaian skolastik lainnya (Rapin, 1993). Frank Wood (1993)
bahkan menyatakan dalam penelitian epidemiologisnya, kesulitan membaca
merupakan lebih dari 90% dari kelainan non-psikiatris pada anak – anak sekolah.
Pada anak-anak disebut disleksia perkembangan karena terjadinya pada masa
perkembangan anak.1
2.1 Definisi
Disleksia didefinisikan sebagai gangguan membaca primer dan dibedakan
dari gangguan membaca sekunder. Kata disleksia berasal dari bahasa Yunani yang
berarti kesulitan membaca kata. Disleksia sekunder adalah kesulitan membaca yang
disebabkan oleh berbagai kondisi seperti gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran, cacat intelektual, kurang belajar/berlatih, dan sebab-sebab lainnya. 2
Ada lima kriteria yang harus dipenuhi untuk mendefinisikan disleksia. 1)
Anak tidak mempunyai kelainan saraf yang serius seperti Cerebral Palsy. 2) fungsi
sensorik utama normal dan anak tidak buta atau tuli; 3) anak tidak mempunyai
masalah kejiwaan yang serius (karena masalah kemunduran diri sering terjadi pada
anak penderita disleksia). 4) Kecerdasan anak harus normal. 5) Anak hidup dalam
lingkungan sosial dan pendidikan yang kondusif untuk belajar membaca.3,4
Menurut WHO, disleksia didefinisikan sebagai gangguan spesifik pada
kemampuan membaca bermakna yang tidak dapat dijelaskan berdasarkan berbagai
defisiensi pada kecerdasan umum, kesempatan belajar, kemauan, atau kemampuan
sensorik. 4
Menurut DSM IV, disleksia adalah gangguan kemampuan membaca,
meskipun yang bersangkutan mempunyai kecerdasan normal, tidak memiliki cacat
fisik atau psikis, dan telah memperoleh pendidikan formal yang sesuai.4
2.2 Epidemiologi
Prevalensi disleksia pada anak usia sekolah di Amerika diperkirakan
sebesar 5% hingga 17%. Dan 40% memiliki pemahaman bacaan yang sangat
rendah. Prevalensi yang hampir sama juga terdapat di wilayah Persia yaitu 5,2%.
Gangguan ini terjadi pada setidaknya 80% dari semua orang yang didiagnosis
dengan ketidakmampuan belajar. 6,9
Studi pada populasi yang dipilih secara acak menunjukkan bahwa anak
laki-laki dan perempuan sama-sama terkena disleksia. Beberapa penelitian pada
populasi besar menunjukkan bahwa disleksia dua hingga tiga kali lebih sering
terjadi pada pria. Saat membedakan antara disleksia dan gangguan mengeja,
penelitian menunjukkan bahwa disleksia serupa pada pria dan wanita, sedangkan
gangguan mengeja lebih sering terjadi pada pria. 7,8
3
Indonesia sendiri memiliki prevalensi disleksia yang belum dapat
diketahui secara pasti. Namun, hasil penelitian Masroza (2013) menunjukkan
bahwa 59% siswa pada 24 sekolah dasar di Kecamatan Pauh Padang mengalami
kesulitan belajar membaca. Selain itu, hasil survei dari The Programme for
International Student Assessment (PISA) tahun 2018 pada kategori kemampuan
membaca menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 74 dari 79 negara
dengan skor rata-rata 371. Artinya, Indonesia berada di bawah rata- rata skor
kemampuan membaca seluruh negara menurut Schleicher (2019). Menurut data
Dyslexia Center Indonesia (2019) diperkirakan prevalensi disleksia di Indonesia
berada diangka 3-10% pada skala internasional. Seperti yang diungkapkan juga
oleh Ursula Yudith, ketua DPSG (Dyslexia Parents Support Group) Jawa Timur,
bahwa di Indonesia penyandang disleksia cukup tinggi, yakni sekitar 10% dari
jumlah penduduk (Jawa Pos, 2016), yang artinya pada rata- rata setiap kelas dengan
jumlah 25 siswa, terdapat 2 sampai 3 siswa yang mengalami disleksia. 9
Membaca
Kesulitan memisahkan suku kata
Kesulitan membaca kata-kata yang tidak umum
Membaca dengan susah payah dan tidak akurat
Membaca dengan kecepatan yang sangat lambat
Pemahaman lebih baik darpada kemampuan membaca
Sangat kesulitan dalam mengeja
Berbahasa
Hasil yang buruk pada tes pencarian kata
Hasil yang baik pada tes pengenalan kata
Hasil yang buruk pada tes fonologis
Tabel 2. Jenis pemeriksaan untuk mengidentifikasi faktor risiko disleksia pada usia
sekolah. 12
Pengenalan huruf
Hubungan antara huruf dengan suara
Kemampuan fonologis
Memori verbal
Penamaan cepat (benda, angka, huruf, atau warna)
Kosakata ekspresif atau pemilihan kata
Sumber : Current Concepts Dyslexia, 1998
2.6 Tatalaksana
Penatalaksanaan disleksia terdiri atas menentukan kelainan serta memberi
pengetahuan kepada orang tua dan guru. Selanjutnya, penatalaksanaan tergantung
pada beratnya disleksia dan kelainan psikologis lain yang menyertai.
Medikamentosa tidak bermanfaat untuk disleksia. Apabila dislkesia disertai ADHD,
medikamentosa dapat memperbaiki kesulitan belajar yang ditimbulkan.18
9
Intervensi ditujukan untuk memperbaiki kemampuan memanipulasi fonem
pada suku kata dengan cara memfokuskan instruksi pada satu atau dua jenis fonem,
mengajar anak-anak dalam kelompok kecil, dan memberikan instruksi yang
eksplisit. (daripada insidentil). Keberhasilan terapi mengacu pada kemampuan
membaca secara oral dengan kecepatan, akurasi, dan ekspresi yang tepat. Metode
yang digunakan adalah membangun minat baca dengan panduan, yaitu anak
membaca dengan suara keras berulang kali di hadapan guru, orang dewasa, atau
reman-temannya, dan menerima umpan balik. Bukti-bukti menunjukkan bahwa
membaca-oral dengan-panduan memiliki dampak yang jelas dan positif terhadap
pengenalan kata, kelancaran, dan pemahaman membaca. Metode yang harus
dihindari adalah mendorong membaca dalam jumlah besar dan membaca dalam hati
(diam), tanpa umpan balik kepada siswa.18,19
Perangkat untuk terapi disleksia dapat berupa komputer dan perekam
suara. Penderita disleksia biasanya mempunyai tulisan tangan yang tidak dapat
dibaca. Komputer akan sangat bermanfaat karena dilengkapi dengan program
pemantau ejaan, sehingga dapat mengkoreksi kesalahan ejaan yang sering
didapatkan pada penderita disleksia. Perekam suara dapat menyimpan gagasan-
gagasan penderita yang susah dituangkan dalam bentuk tulisan.17
Pada terapi dengan Read Write and Type (RWT) dan Lindamood Phoneme
Sequencing Program for Reading, Spelling, and Speech (LIPS) selama 1 tahun,
didapatkan perbaikan pada phonological awareness, rapid naming. phonemic
decoding, akurasi dan kelancaran membaca, mengeja, membaca secara
komperehensif. Intervensi jangka panjang sering dilakukan pada disleksia. Namun,
terapi dengan intervensi jangka pendek pada anak kelas 1 sekolah dasar yang
berisiko disleksi-pada sebuah studi- memberikan perbaikan yang bermakna
terhadap kemampuan membaca.19
Intervensi keluarga dilakukan pada lingkungan keluarga berisiko yang
berfokus pada phoneme awareness dan pengenalan huruf pada tahun-tahun sebelum
anak diberi pendidikan formal. Anak yang diberi intervensi keluarga mempunyai
pengenalan huruf yang lebih baik.20
Besar dan bentuk huruf dapat memengaruhi kemampuan membaca anak.
Didapatkan hubungan yang berbanding lurus antara besar huruf dengan
kemampuan membaca.Penderita disleksia memerlukan ukuran huruf yang lebib
besar untuk mencapai kecepatan membaca maksimum.20
2.7 Prognosis
Sekitar seperlima penderita disleksia yang menerima intervensi memiliki
keterampilan membaca yang memadai hingga dewasa. Prognosisnya bergantung
10
pada tingkat keparahan disleksia, kekuatan dan kelemahan penderita, serta luas,
waktu, dan ketepatan pengobatan. Diperlukan perawatan intensif dalam jangka
waktu yang cukup untuk mencapai efek yang baik. Deteksi dan pengobatan dini
adalah kunci untuk mendukung anak-anak penderita disleksia, karena anak-anak di
bawah usia delapan tahun memiliki peluang lebih besar untuk mengalami
perbaikan. 20
2.8 Pencegahan
Pencegahan dengan melibatkan anak dalam kelompok bermain/PAUD,
Sanghar Parthant meningkatkan kemampuan berbahasa. Pencegahan berfokus pada
aktivitas permainan bahasa, kesadaran ritme, kesadaran suku kata, dan pengenalan
ucapan. Penelitian jangka panjang menunjukkan bahwa kegiatan ini bermanfaat
bagi perkembangan bahasa tertulis. Pengajaran yang efektif membutuhkan guru
yang terlatih dan termotivasi. Keluarga memegang peranan yang sangat penting
dalam mengembangkan keterampilan berbahasa. Program membaca bersama di
kelompok prasekolah dapat meningkatkan pengetahuan alfabet. Sebelum anak
mulai bersekolah, orang tua dapat mengenalkan kegiatan alfabet selama 15 menit
setiap hari. Permainan yang mengenalkan ritme dan kreativitas, rima, pengenalan
huruf dan kalimat, serta bunyi huruf sangat berguna dalam program pencegahan
disleksia. Kegiatan kelompok bermain sangat menyenangkan bagi anak-anak dan
mempersiapkan mereka untuk sekolah saat mereka mengerjakan tugas-tugas
tertentu.20,21
11
BAB III
KESIMPULA
N
12
DAFTAR PUSTAKA
13
dyslexia:Outcomes from two instructional approaches". Ann Dyslexia
2010;60:40-56.
18. Case LP, Speece DL, Silverman R. Ritchey KD, Schatschneider C, Cooper DH, et
al. "Reading intervention for first-grade children". Learn Disabil. 2010:43.402
19. Otterloo SG, Lei A. Dutch home-based pre-reading intervention with children at
familial risk of dyslexia. Ann. of Dyslexia. 2009 59:169.95.
20. O'Brien BA, Mansfield IS, Legge CE. "The effect of print size on reading speed
in dyslexia". J Res Read. 2005;28-33249
21. Hoeft E, McCandliss BD, Black IM. Gantman A, Zakerani N, Hulme C,
etal."Neural systems predicting long termoutcome in dyslexia".
PNAS.2011;108:361-6
14