Professional Documents
Culture Documents
Facial Contouring Surgery in A Final - Patient With Square Face Syndrome
Facial Contouring Surgery in A Final - Patient With Square Face Syndrome
Background:
A short square face with prominent zygoma is a unique facial
deformity in the East Asian population. Patients suffering
from “square face syndrome” may seek treatment to improve
their facial contour and thus their self-esteem. This deformity
can be corrected by the combination of bilateral reduction
malarplasty, bilateral mandibular angle reduction and vertical
chin augmentation.
Purpose:
To present a case report to demonstrate the combination of
these surgical techniques to reduce a prominent zygoma,
reshape mandibular angles, and to lengthen the anterior
mandibular height to obtain a slender and appealing oval face
with a better facial proportion.
Case:
A 21-year-old female patient presented with a square face
appearance. Clinically, she presents with mild skeletal Class
II relationship, increased intermalar width, increased
intergonial width, reduced lower anterior facial height and
mandibular plane angle. The clinical diagnosis of square face
syndrome was made.
Case Management:
Bilateral inverted-C reduction malarplasty and bilateral
mandibular angle reduction were performed to reduce the
intermalar and intergonial width, consecutively. Vertical chin
augmentation with autogenous bone graft from the
mandibular angles was also performed to increase the lower
anterior facial height.
Conclusion:
Bilateral reduction malarplasty and bilateral mandibular
angle reduction combined with vertical chin augmentation
could effectively improve the shape and proportion of face
and change the square and short face into a slender and oval
face with a better facial proportion.
Keywords:
Square face syndrome, Reduction malarplasty, Mandibular
angle reduction, Chin augmentation
Background
Concepts of beauty are extensively determined by
ethnic and cultural backgrounds. The Caucasian is identical
with narrow and long face, while the Asian is identical with
wide and short face.1,2 Therefore, the prominent zygoma and
mandibular angle in the Caucasian will look more balanced
and feminine,3 however in Asia such a characteristic will
produce a square, coarse and muscular appearance.4
Because of these differences, face skeletal
contouring mostly involve augmentation in Caucasian
population, whereas skeletal reduction will be frequently
encountered in Asian population especially in East Asian
population.
There are various operative techniques have been
developed to correct square face syndrome in Asia, such as
malarplasty (zygoma reduction), mandibular angle reduction,
genioplasty, and so forth. However, if the patient presents
with a wide and short face, reduction malarplasty and
mandibular angle are insufficient to achieve harmonious
facial proportion. To produce the better facial proportion in
short face patient, vertical chin augmentation with bone
grafts or allografts have been recommended. 4,5
This report describes the clinical and surgical
technique of inverted-C reduction malarplasty, mandibular
angle reduction, vertical chin augmentation and chin
advancement to manage the patient with square face
syndrome.
Objective
A 21-year-old woman who had a complaint of a
short and square face appearance sought a treatment for such
facial contour (Fig. 1). Facial appearance characteristics
including: on the frontal view, the middle face was increased
in intermalar width with bilateral prominent zygoma, whilst
the lower face was short and square with increased
intergonial width and reduced lower third of face, where
lower third of the face was shorter by 10mm compared to
middle third of face. On the lateral view, the mandibular
plane angle was reduced, and the chin was slightly deficient,
which was not harmonious with Ricketts E-line.
Surgery of C-inverted reduction malarplasty,
mandibular angle reduction and vertical chin augmentation
were proposed as treatment plan to reduce a prominent
zygoma, reshape mandibular angles, and to lengthen the
anterior mandibular height to obtain a slender and appealing
oval face with a better facial proportion. Surgical stents for
reduction malarplasty and mandibular angle reduction were
designed according to 3D model from CT images in DICOM
(Fig. 2).
C-inverted reduction malarplasty was performed
through intraoral incision, two parallel osteotomy lines were
made according to surgical stent around
zygomaticomaxillary suture area, the lines were curved
posterolaterally along the lateral orbital rim (Fig. 3). The
entire zygomatic segment is then mobilized superiorly and
medially and fixed in intended position using a mini plate
and screws (Fig. 3). Symmetry was carefully observed
during the surgery.
Intraoral incision was started on labial side of the
buccal sulcus for mandibular angle reduction. After the
lateral surface of mandibular corpus and angle were widely
exposed, the surgical stent was inserted and fixed with screw
(Fig. 4). The mandibular angle ostectomy was performed
according to the surgical stent. The bony segment of
mandibular angle was then removed in total (Fig. 4).
Vertical chin augmentation and advancement was
initiated with the bony osteotomy through lower border of
mandible. The gonial segment was then positioned anteriorly
and inferiorly by 4mm and 6.5mm, respectively, and fixed
with chin plates (Fig. 5). Finally, the interpositional
autogenous bone graft from mandibular angle reduction was
placed in gap produced by the downward sliding of the
genial segment and fixed with L-plates (Fig. 5).
At a following visit 5 months after the operation, the
facial contour was improved. The facial height proportion
was more balanced and harmonious (Fig. 6).
Obejective
Wanita berumur 21 tahun dengan keluhan wajah
yang berbentuk kotak dan pendek mencari perawatan untuk
kontur wajah (Gambar. 1). Karakteristik wajah meliputi:
pada pandangan frontal, wajah bagian tengah mengalami
peningkatan pada lebar intermalar dengan penonjolan
bilateral tulang zygoma, sedangkan pada wajah bagian
bawah terlihat pendek dan kotak dengan peningkatan lebar
intergonial dan pengurangan tinggi sepertiga wajah bawah,
yang mana sepertiga wajah bawah lebih pendek sebanyak
10mm dibandingkan dengan sepertiga wajah bagian tengah.
Pada pandangan lateral, sudut angle mandibula terlihat
berkurang dan dagu terlihat tidak harmonis apabila
mengikuti standar Ricket E-line.
Operasi dari pengurangan C-inverted malarplasty,
pengurangan angle mandibular, dan peningkatan tinggi
vertical dari dagu dianjurkan sebagai rencana perawatan
untuk mengurangi penonjolan tulang zygoma, membentuk
sudut dari angle mandibula, dan untuk meningkatkan tinggi
dari anterior mandibular sehingga mendapatkan wajah yang
ramping dan oval dengan proporsi wajah yang lebih baik.
Template bedah untuk pengurangan malarplasty dan
pengurangan angle mandibular direncanakan berdasarkan
model 3D dari gambar CT dengan format DICOM (Gambar.
2)
Pengurangan C-inverted malarplasty dilakukan
melalui insisi intraoral, dua garis parallel osteotomi dibuat
berdasrkan template bedah sekitar daerah sutura
zygomaticomaxilla , garis dilengkungkan kearah posterior
lateral sepanjang pinggiran lateral orbit (Gambar. 3).
Keseluruhan bagian zygoma di mobilisasi ke arah superior
dan medial dan di fiksasi dengan mini plate dan screw
(Gambar. 3). Kesimetrisan dengan hati-hati diamati selama
operasi.
Insisi intraoral dimulai pada sisi labial dari sulkus
bukal untuk pengurangan angle mandibular. Setelah
permukaan lateral dari mandibula terbuka, template bedah
dimasukkan dan difiksasi dengan screw (Gambar. 4).
Ostektomi angle mandibula dilakukan berdasarkan template
bedah. Bagian tulang dari angle mandibula dilepaskan
(Gambar. 4).
Penambahan tinggi vertical dari dagu dan pemajuan
dagu dimulai dengan osteotomy melewati bagian bawah dari
mandibula. Bagian gonial diposisikan anterior dan inferior
sebanyak 4mm dan 6.5mm, dan di fiksasi dengan plate
(Gambar. 5). Akhirnya, interposisi autogenous bone graft
dari pengurangan tulang angle mandibula ditempatkan pada
celah yang dibuat dari penurunan dagu kebawah dan difiksasi
dengan L-plate (Gambar. 5).
Pada kunjungan 5 bulan setelah operasi, kontur
wajah sudah mengalami peningkatan. Tinggi proporsi wajah
terlihat lebih harmonis ( Gambar. 6).
Discussion
Secara general, pola skeletal dari populasi Asia
adalah mechophalic, sedangkan populasi Kaukasus adalah
dolichocephalic;6 yang mana wajah lebih lebar dan pendek
pada populasi Asia dibandingkan populasi Kaukasus.
Dengan wajah kotak, hanya pengurangan
malarplasty akan menimbulkan ketidak seimbangan pada
bentuk wajah karena sudut mandibula masih terlihat
menonjol. Oleh karena itu, untuk menghasilkan wajah yang
oval, pengurangan angle mandibula sebaiknya dilakukan
secara bersamaan. Sebagai tambahan, proporsi tinggi wajah
merupakan point penting lainnya pada pasien dengan wajah
kotak dan pendek, pengurangan lebar wajah secara horizontal
tanpa meningkatkan tinggi vertical wajah tidak akan
menghasilkan hasil yang memuaskan.
Pengurangan malarplasty, telah diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1983 oleh Onizuka et al 7 dengan
teknik intraoral untuk mengikis penonjolan pada tulang
zygoma. Dari saat ini hingga sekarang, berbagai teknik telah
dihasilkan yang didasarkan keparahan klinis dari penonjolan
tulang zygoma dan lengkung tulang zygoma, seperti
osteotomi I-type, L-shaped, modifed L-shaped,10-12 dan
lainnya.
Dari teknik tersebut, prosedur dari pengikisan tulang zygoma
merupakan salah satu teknik dasar yang dilakukan untuk
penonjolan yang ringan dari tulang zygoma, tetapi
kekurangan dari teknik ini sangat jelas seperti kesulitan
untuk membandingkan kesimetrisan dari kedua sisi, dan
kemungkinan dari pengikisan yang berlebihan dan bisa
menyebabkan fraktur setelah operasi. 11
Osteotomi I-type sebagain besar digunakan untuk penonjolan
yang sedang. Tetapi, teknik ini dapat menghasilkan ketidak
cukupan dari pengurangan tulang (≤5mm).13 Terlebih lagi,
jika terdapat step yang besar, penampilan seperti anak tangga
dapat terlihat pada persimpangan antara tulang zygoma dan
lengkung tulang zygoma.11 Osteotomi L-shaped biasanya
diindikasikan pada pasien dengan penonjolan tulang zygoma
yang aprah, dan lebih lagi, teknik ini juga memberikan
9
kontur wajah yang lebih natural. Sebaliknya, teknik ini
dapat merusak sinus maxilla. Meskipun pada sebagain besar
kasus pembukaan dari sinus tidak akan menyebabkan
masalah yang serius. 14
Kami melakukan pengurangan C-inverted
malarplasty pada kasus ini. Teknik kami serupa dengan
osteotomy L-shaped, tetapi teknik kami memiliki ujung yang
membulat pada bagian tengah. Oleh karena itu, garis
osteotomi ditempatkan lebih ke arah lateral daripada
osteotomi L-shaped dan kemungkinan untuk menerobos
sinus maxilla menjadi lebih kecil. Selain itu, tulang zygoma
dapat dipindahkan ke arah medial atau superior, yang akan
menghasilkan step yang kecil dan bertempat pada bagian
bawah pada tulang zygoma yang lebih memiliki lebih banyak
jaringan lunak. Sehingga apabila ada step yang besar, hal ini
dapat seluruhnya ditutupi oleh jaringan lunak yang melimpah
pada area ini.
Pengurangan angle mandibula sudah terkenal sejak
1989 setelah Baek et al15 memperkenalkannya. Kemudian,
mereka membagi teknik kontur menjadi ostektomi angle
mandibula dan cortectomi angle mandible untuk setiap tipe
dari penonjolan angle mandibula agar mendapatkan
penampilan wajah yang lebih baik pada pandangan lateral
dan frontal.16 Ostektomi angle mandibula biasanya
diindikasikan untuk pasien dengan pengurangan sudut
mandibula dan penonjolan angle,17 sedangkan corticetomi
angle mandibula lebih tepat digunakan hanya untuk
mengurangi lebar dari wajah bawah dengan tetap
4
mempertahankan sudut dari mandibula. Pada kasus ini,
pasien memiliki kombinasi dari pengurangan sedang sudut
mandibula dan peningkatan sedikit lebar intergonial. Oleh
karena itu ostektomi angle mandibula telah dipilih pada
kasus ini.
Pasien dengan wajah kotak biasanya mempunyai
dagu yang tidak proporsional pada struktur skeletalnya,
seperti retrusi dagu dan pengurangan tinggi sepertiga wajah
bawah. 18 Untuk mendapatkan proporsi wajah yang ideal pada
pasien dengan dagu yang tidak proporsional, dibutuhkan
prosedur seperti peningkatan tinggi vertical dari dagu dan
pemajuan dagu. Dua metode umum yang digunakan untuk
meningkatkan tinggi vertikal dari dagu, penggunaan dari
materi implant (silicone dan medpor) dan penggunaan
autologous bone graft. Penggunaan dari materi implant
secara relatif lebih mudah dengan bagian donor morbiditas
yang lebih kecil. Tetapi, terdapat beberapa kekurangan yang
dapat dijadikan pertimbangan untuk menggunakan materi
implant seperti, resorpsi tulang bagian bawah dari implant,
19, 20
malposisi implant dan infeksi. Penggunaan dari free
autologous bone graft masih menjadi standar emas dari
semua bahan grafting yang tersedia. Tetapi, resiko dari
morbiditas dari bagian donor dan kemungkinan resorpsi bone
graft masih menjadi kekurangan dari metode ini.