Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
Nining Kholifah 20102200038
Disetujui Oleh :
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoeteker
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik serta
hidayah- Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam tak lupa selalu tercurah
kepada bagindaRasulullah Muhammad SAW yang selalu kita semua harapkan
syafaatnya hingga di hari kiamat. Alhamdulillahirobbilalamin, atas segala
limpahan rahmat dan hidayah yang diberikan sehingga penulis dapat
melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Parit Padang
Global (PPG) yang dilaksanakan sejak 15 Agustus 2022 sampai 15 Juli 2022
dengan lancar dan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing :
1. Ibu Dr. Naniek Widyaningrum, Msc., Apt selaku Ketua Program Studi
Profesi Apoteker Universitas Islam Sultan Agung Semarang
2. Ibu Apt. Yuyun Darma,. M.Farm selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan arahan dalam penyusunan laporan ini.
3. Bapak Sunaryo selaku Kepala Cabang PT. Parit Padang Global
Semarang yang telah memberikan support sehingga pelaksanaan PKPA
berjalan dengan lancar.
4. Ibu apt. Putri Rachmasari., S.Farm selaku Apoteker Penanggung Jawab
dan Preseptor, Ibu apt. Dewi Permana Sari., S.Farm selaku Apoteker
Penanggung Jawab Alkes, dan Ibu apt. Olivia Garnet Santosa, M.Farm
selaku Kapala Logistik di PBF Parit Padang Global Semarang yang telah
memberikan arahan, bimbingan, motivasi, serta memberikan kesempatan
untuk belajar sehingga bertambah pengalaman dan pengetahuan selama
praktik di PBF.
5. Seluruh tenaga kerja PBF Parit Padang Global Semarang, yang telah
memberikan dukungan motivasi serta membimbing penulis selama
Praktek Kerja Profesi Apoteker berlangsung.
ii
pengetahuan bagi yang membacanya.
Nining Kholifah
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB V .................................................................................................................................... 69
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................... 69
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 69
B. Saran ........................................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 1
LAMPIRAN.......................................................................................................................... 2
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR SINGKATAN
vii
RKAP : Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
SA : Sales Administrator
SAP : Sistem Aphention Product
SIPTTK : Surat Izin Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian
TO-DO : Transfer Order-Delivery Order
WA : Warehouse Admin
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peraturan tentang distribusi sediaan farmasi telah diatur secara resmi oleh
pemerintah dalam undang-undang. Sebagaimana yang dimaksud sediaan farmasi
terdiri atas obat, bahan obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, PKRT
(Perbekalan rumah tangga), kosmetik, dan termasuk alat kesehatan. Penyaluran
sampai dengan penyerahan sediaan farmasi harus dilakukan dengan memnuhi
ketentuan penyaluran dan penyerahan yang baik sesuai CDOB. Menurut (BPOM
RI, 2019) CDOB adalah cara distribusi/penyaluran obat dan/bahan obat yang
bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai
persyaratan dan tujuan penggunaanya. Karena itu agar mendapat tujuan mutu
yang dimaksud obat harus di distribusikan secara resmi melalui Pedagang Besar
Farmasi (PBF).
3. Untuk memahami praktik serta penerapan Cara distribusi Obat yang Baik
(CDOB) dan Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (CDAKB) secara
langsung di Pedagang Besar Farmasi di PT.Parit Padang Global cabang
semarang
2
4. Mengetahui kegiatan pedagang besar farmasi (PBF) di PT. Parit Padang
Global cabang Semarang dalam penyediaan, pendistribusian, sampai dengan
retur sediaan farmasi apakah telah mengiplementasikan CDOB.
5. Mengetahui secara langsung apa saja kasus-kasus internal dan eksternal terkait
kualitas maupun distribusi sediaan farmasi yang terjadi di PBF PT. Parit
Padang Global cabang Semarang.
1. Melalui materi dan praktik yang diperoleh selama Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) diharapkan dapat memantapkan pemahaman dan ilmu
yang diperoleh selama perkuliahan yang berkaitan dengan peran Apoteker di
PBF.
PBF dan PBF Cabang hanya dapat mengadakan, menyimpan dan menyalurkan
obat dan/atau bahan obat yang memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan
oleh Menteri. Dalam melaksanakan tugasnya, PBF harus ada apoteker yang
berperan apoteker penanggung jawab (APJ) yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan ketentuan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat dan/atau
bahan obat (Kemenkes RI 2014)
5
B. Pendirian PBF
Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus mengajukan permohonan kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM (Kemenkes RI 2017)sedangkan
untuk pendirian PBF Cabang harus memiliki izin dan pengakuan dari Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi di wilayah PBF Cabang berada. Izin yang dimiliki oleh
PBF ini berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang selama PBF tersebut
memiliki persyaratan yang dibutuhkan (Kemenkes RI 2014).
Menurut permenkes No. 34 tahun 2014, untuk memperoleh izin PBF, pemohon
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Menurut Perka BPOM No. 6 Tahun 2020, setiap fasilitas distribusi harus
diwajibkan untuk menunjuk seorang penanggung jawab. Penanggung jawab harus
memenuhi tanggung jawabnya, bertugas purnawaktu serta memenuhi persyaratan
sesuai dengan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
Apabila penanggung jawab fasilitas distribusi tidak dapat melaksanakan tugasnya
dalam waktu yang ditentukan, maka harus dilakukan pendelegasian tugas kepada
tenaga teknis kefarmasian. Tenaga kefarmasian yang mendapat pendelegasian
wajib melaporkan kegiatan yang dilakukan kepada penanggung jawab.
Penanggung jawab sarana distribusi farmasi harus seorang Apoteker yang
memenuhi kualifikasi dan kompetensi sesuai peraturan perundang-undangan.
7
Selain itu, apoteker tersebut telah memiliki pengetahuan dan mengikuti pelatihan
CDOB yang memuat aspek keamanan, identifikasi obat dan/ atau bahan obat,
deteksi dan pencegahan masuknya obat dan/ atau bahan obat palsu ke dalam rantai
distribusi.
8
j. Mendelegasikan tugasnya kepada Apoteker / tenaga teknis kefarmasian yang
telah mendapatkan persetujuan dari instansi berwenang ketika sedang tidak
berada di tempat dalam jangka waktu tertentu dan menyimpan dokumen yang
terkait dengan setiap pendelegasian yang dilakukan
k. Turut serta dalam setiap pengambilan keputusan untuk mengkarantina atau
memusnahkan obat dan/ atau bahan obat kembalian, rusak, hasil penarikan
kembali atau diduga palsu
l. Memastikan pemenuhan persyaratan lain yang diwajibkan untuk obat
dan/atau bahan obat tertentu sesuai peraturan perundang-undangan
D. Aspek CDOB
1. Manejemen Mutu
PBF harus memelihara dan memastikan sistem mutu yang mencakup tanggung
jawab, proses, dan langkah-langkah manajemen risiko dari aktivitas yang
dilakukan. Semua aktivitas distribusi harus didefinisikan dengan jelas, ditinjau
secara sistematis, dan semua langkah kritis dalam proses distribusi dan setiap
perubahan signifikan diidentifikasi dan didokumentasikan. Pencapaian sasaran
mutu merupakan tanggung jawab penanggung jawab sarana distribusi,
memerlukan kepemimpinan dan partisipasi aktif, serta harus didukung oleh
komitmen dari manajemen puncak. Pemastian mutu dalam suatu organisasi
berfungsi sebagai alat manajemen. Sistem manajemen mutu harus mencakup
struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya, serta kegiatan yang
diperlukan untuk memastikan bahwa obat dan/atau bahan medis yang masuk
tidak terkontaminasi selama penyimpanan dan/atau pengangkutan. Semua
tindakan ini dianggap sistem mutu (BPOM 2020).
Sistem mutu harus memastikan bahwa:
a. obat dan/atau bahan obat diperoleh, disimpan, disediakan, dikirimkan atau
diekspor dengan cara yang sesuai dengan persyaratan CDOB
9
b. tanggung jawab manajemen ditetapkan secara jelas;
c. obat dan/atau bahan obat dikirimkan ke penerima yang tepat dalam angka
waktu yang sesuai
d. kegiatan yang terkait dengan mutu dicatat pada saat kegiatan tersebut
dilakukan
e. penyimpangan terhadap prosedur yang sudah ditetapkan
didokumentasikan dan diselidikif tindakan perbaikan dan pencegahan
(CAPA) yang tepat diambil untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya
penyimpangan sesuai dengan prinsip manajemen risiko mutu.
10
yang bertanggung jawab harus melaksanakan tanggung jawabnya dengan
benar, bekerja penuh waktu, dan memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh
undang-undang. Jika manajer fasilitas pengeluaran tidak dapat melakukan
tugasnya dalam waktu yang tersedia, tugas itu harus didelegasikan kepada
teknisi farmasi. Petugas apotek yang berwenang harus melaporkan kegiatan
yang dilakukan kepada pengelola. Semua karyawan harus memenuhi standar
yang dipersyaratkan oleh CDOB dengan mengikuti pelatihan dan kualifikasi
sebelum mulai bekerja, berdasarkan prosedur tertulis, dan sesuai dengan
program pelatihan termasuk keselamatan kerja. Manajer juga harus
mempertahankan kompetensi mereka di CDOB melalui kursus pelatihan
reguler (BPOM 2020).
3. Bangunan dan Peralatan
Bangunan dan peralatan harus mampu menjamin keamanan dan mutu obat
dan bahan obat. Persyaratan bangunan menurut peraturan BPOM No 6
tahun 2020 meliputi:
a. Fasilitas distribusi harus menguasai bangunan dan sarana yang
memadai dalam hal pengadaan, penyimpanan, penyaluran agar
menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi PBF, menguasai
gudang sebagai tempat penyimpanan yang menjamin keamanan obat yang
disimpan.
b. Bangunan harus dirancang dan disesuaikan untuk memastikan bahwa
kondisi Menyimpanan yang baik meliputi: memiliki system keamanan
yang memadai, kapasitas penyimpanan dan penanganan obat yang
baik, area penyimpanan dilengkapi dengan pencahayaan yang memadai.
c. Jika bangunan bukan milik sendiri maka harus memiliki kontrak
tertulis dan pengelolaan bangunan harus menjadi tanggung jawab dari
fasilitas distribusi.
11
d. Memiliki area terpisah dan terkunci antara obat dan/bahan obat yang
menunggu keputusan lebih lanjut mengenai statusnya meliputi obat
dan/atau bahan obat yang diduga palsu, yang dikembalikan, di tolak,
dimusnahkan, ditarik dan kadaluarsa dari obat dan /bahan obat yang
disalurkan.
e. Area penyimpanan dengan kondisi khusus harus memiliki parameter
suhu, kelembaban dan pencahayaan yang dipersyaratkan.
f. Area penyimpanan khusus bagiobat narkotik, psikotropik, prekusor
dan obat-obat tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undang.
g. Area penyimpanan dengan kondisi khusus seperti bahan yang
mengandung radioaktif dan bahan lain yang dapat menimbulkan risiko
kebakaran atau ledakan harus sesuai persyaratan keselamatan dan
keamanan.
h. Area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman harus terpisah,
terlindungi dari kondisi cuaca yang dilengkapi dengan peralatan yang
memadai.
i. Setiap area harus memiliki petugas yang bertanggung jawab
j. Memiliki prosedur tertulis yang mengatur petugas termasuk petugas
kontrak yang memiliki akses di area tersebut.
k. Bangunan dan fasilitas penyimpanan harus bersih dan bebas dari
sampah dan debu serta harus memiliki prosedur tertulis, program
pembersihan dan dokumentasi pelaksanaan pembersihan.
l. Bangunan dan fasilitas harus merancang program pencegahan dan
pengendalian hama harus tersedia.
m. Ruang istirahat, toilet, kantin dan lain-lain harus terpisah dengan area
penyimpanan.
12
Dalam pemantauan mutu obat juga perlu diperhatikan suhu dan pengendalian
lingkunganya sebagai berikut:
a. Memiliki prosedur tertulis dan peralatan yang sesuai antara lain suhu,
kelembapan dan kebersihan bangunan.
b. Memiliki prosedur tertulis terkait pemetaan awal sebelum dilakukan
penyimpanan dan harus diulang. Peralatan pemantauan suhu harus
ditempatkan sesuai dengan hasil pemetaan.
4. Operasional
Fasilitas distribusi harus menggunakan semua perangkat dan cara yang tersedia
untuk memastikan bahwa sumber obat dan/atau bahan obat yang diterima
berasal dari industri farmasi dan/atau fasilitas distribusi lain yang
mempunyai izin sesuai peraturan perundang-undangan untuk meminimalkan
risiko obat dan/atau bahan obat palsu memasuki rantai distribusi.
Operasional meliputi:
a. Kualifikasi Pemasok
b. Kualifikasi Pelanggan
c. Penerimaan
d. Penyimpanan
13
e. Pemisahan Obat dan/atau Bahan Obat
f. Pemusnahan Obat dan/atau Bahan Obat
g. Penerimaan Pesanan
h. Pengambilan
i. Pengemasan
j. Pengiriman
k. Ekspor dan Impor
5. Inpeksi Diri
Inspeksi diri harus dilakukan untuk memantau implementasi dan kepatuhan
CDOB dan untuk melacak tindakan korektif yang diperlukan. Program inspeksi
diri harus diselesaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan mencakup
semua aspek CDOB dan mematuhi undang-undang, instruksi tertulis, dan
prosedur yang berlaku. Inspeksi diri tidak hanya dilakukan pada bagian tertentu
saja. Inspeksi diri harus dilakukan dengan cara yang independen dan rinci
oleh personil yang kompeten dan ditunjuk oleh perusahaan. Audit eksternal
yang dilakukan oleh ahli independen dapat membantu, namun tidak bias
di jadikan sebagai satu-satunya cara memastikan kepatuhan terhadap
penerapan CDOB. Audit terhadap kegiatan yang di subkontrakan harus
menjadi bagian dari program inspeksi diri (BPOM, 2020).
Semua pelaksanaan inspeksi diri harus dicatat. Laporan harus berisi semua
pengamatan yang dilakukan selama inspeksi. Jika dalam pengamatan terdapat
ketidaksesuaian dan/atau kesenjangan, penyebabnya harus diidentifikasi dan
CAPA diterapkan, CAPA harus didokumentasikan dan ditindaklanjuti. Inspeksi
diri harus dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan dan kepatuhan
terhadap pemenuhan CDOB dan untuk bahan tindak lanjut langkah langkah
perbaikan yang diperlukan. Program inspeksi diri harus dilaksanakan dalam
14
jangka waktu yang ditetapkan dan mencakup semua aspek CDOB serta
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, pedoman dan prosedur
tertulis. Inspeksi diri tidak hanya dilakukan pada bagian tertentu saja. Inspeksi
diri harus dilakukan dengan cara yang independen dan rinci oleh personil
yang kompeten dan ditunjuk oleh perusahaan. Audit eksternal yang
dilakukan oleh ahli independen dapat membantu, namun tidak bisa di
jadikan sebagai satu-satunya cara memastikan kepatuhan terhadap
penerapan CDOB. Audit terhadap kegiatan yang di subkontrakan harus
menjadi bagian dari program inspeksi diri (BPOM, 2020).
6. Keluhan Obat dan/atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu dan Penarikan
Kembali
Semua Keluhan dan Informasi lain tentang obat dan/atau bahan obat
berpotensi rusak harus dikumpulkan, dikaji dan diselidiki sesuai dengan
prosedur tertulis. Obat dan/atau bahan obat yang akan dijual kembali harus
melalui persetujuan dari personil yang bertanggung jawab sesuai dengan
kewenangannya. Diperlukan koordinasi dari setiap instansi, industry farmasi
dan fasilitas distribusi dalam menangani obat an/atau bahan obat yang diduga
palsu. Jika diperlukan, di butuhkan suatu system yang komprehensif untuk
menangani semua kasus, termasuk cara penarikan kembali. Harus tersedia
dokumentasi untuk setiap proses penanganan keluhan termasuk pengembalian
dan penarikan kembali serta dilaporkan kepada pihak yang berwenang (BPOM
2020).
15
b. Jumlah dan identifikasi obat dan/atau bahan obat kembalian harus dicatat
dalam catatan penerimaan dan pengembalian barang.
Persyaratan obat dan/atau bahan obat yang layak dijual kembali, antara
lain :
a. Obat dan/atau bahan obat dalam kemasan asli dan kondisi yang
memenuhi syarat serta memenuhi ketentuan.
b. Obat dan/atau bahan obat kembalian selama pengiriman dan
penyimpanan ditangani sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan.
c. Obat dan/atau bahan obat kembalian diperiksa dan dinilai oleh
penanggung jawab atau personil yang terlatih, kompeten dan berwenang.
d. Fasilitas distribusi mempunyai bukti dokumentasi tentang kebenaran
asal-usul obat dan/atau bahan obat termasuk identitas obat dan/atau
bahan obat untuk memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat
kembalian tersebut bukan obat dan/atau bahan obat palsu
7. Transportasi
Selama proses transportasi, harus diterapkan metode transportasi yang
memadai. Obat dan/atau bahan obat harus diangkut dengan kondisi
penyimpanan sesuai dengan informasi pada kemasan. Metode transportasi
yang tepat harus digunakan mencakup transportasi melalui darat, laut, udara
atau kombinasi di atas. Apapun model transportasi yang dipilih, harus dapat
menjamin bahwa obat dan/atau bahan obat tidak mengalami perubahan
kondisi selama transportasi yang dapat mengurangi mutu. Pendekatan berbasis
risiko harus digunakan ketika merencanakan rute transportasi (BPOM, 2020).
Obat dan/atau bahan obat dan kontainer pengiriman harus aman untuk
mencegah akses yang tidak sah. Kendaraan dan personil yang terlibat
16
dalam pengiriman harus dilengkapi dengan peralatan keamanan tambahan
yang sesuai untuk mencegah pencurian obat dan/atau bahan obat dan
penyelewengan lainnya selama transportasi. Kondisi penyimpanan yang
dipersyaratkan untuk obat dan/atau bahan obat harus dipertahankan selama
transportasi sesuai dengan yang ditetapkan pada informasi kemasan. (BPOM,
2020).
Harus tersedia prosedur yang dapat menjamin integritas obat dan/ atau bahan
obat di ternpat transit. Sebagai contoh, jika digunakan program
pengendalian segel untuk pengiriman transit, penomoran harus dibuat secara
berurutan dan mudah tertelusur. Selama transit dan pada saat penerimaan,
integritas segel harus dimonitor dan penomoran harus diverifikasi. Harus
tersedia prosedur tertulis yang dapat digunakan apabila ditemukan obat
dan/atau bahan obat palsu atau diduga palsu (BPOM, 2020).
17
Semua kegiatan kontrak harus tertulis antara pemberi kontrak dan penerima
kontrak serta setiap kegiatan harus sesuai dengan persyaratan CDOB (BPOM,
2020).
18
a. Sistem elektronik harus bisa menjamin otoritas penggunaan sistem hanya
oleh Apoteker Penanggung Jawab.
b. Mencantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin) dan alamat
lengkap (termasuk nomor telepon/faksimili bila ada) sarana
c. Mencantumkan nama dan nomor Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
penanggung jawab sarana
d. Mencantumkan nama fasilitas pemasok beserta alamat lengka.
e. Mencantumkan nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam
bentuk angka dan huruf) dan isi kemasan dari Obat/Bahan Obat yang dipesan
f. Mencantumkan nomor urut surat pesanan, nama kota dan tanggal dengan
penulisan yang jelas
g. sistem elektronik yang digunakan harus bisa menjamin ketertelusuran
produk, sekurang kurangnya dalam batas waktu 3 (tiga) tahun terakhir
h. Surat Pesanan elektronik harus dapat ditunjukkan dan
dipertanggungjawabkan kebenarannya pada saat pemeriksaan, baik oleh
pihak yang menerbitkan surat pesanan maupun pihak yang menerima
surat pesanan
i. Sistem pesanan elekronik harus memudahkan dalam evaluasi dan
penarikan data pada saat dibutuhkan oleh pihak yang menerbitkan surat
pesanan dan/atau oleh pihak yang menerima surat pesanan
j. Pesanan secara elektronik yang dikirimkan ke pemasok harus dipastikan
diterima oleh pemasok, yang dapat dibuktikan melalui adanya
pemberitahuan secara elektronik dari pihak pemasok bahwa pesanan
tersebut telah diterima.
10. Ketentuan Khusus Bahan Obat
Pelaksanaan penggabungan bahan obat dalam bets yang sama,
pengemasan ulang dan/atau pelabelan ulang adalah proses pembuatan
19
bahan obat sehingga pelaksanaannya harus sesuai dengan CPOB (BPOM,
2020).
Perhatian khusus harus diberikan kepada hal-hal sebagai berikut:
a. Pencegahan terhadap kontaminasi, kontaminasi silang dan campur baur
b. Pengamanan stok label, pemeriksaan jalur pengemasan, pemeriksaan
dalam proses, pemusnahan kelebihan label yang sudah tercetak nomor
betsnya
c. Cara sanitasi dan higiene yang baik
d. Menjaga integritas bets (pencampuran bets yang berbeda dari bahan
obat yang sama tidak boleh dilakukan)
e. Semua label yang dilepas dari wadah aslinya dan contoh label baru
yang dipasang selama kegiatan harus disimpan sebagai bagian catatan
pengemasan bets
f. Jika dalam prosesnya digunakan lebih dari satu bets label, maka
contoh masing-masing bets label harus disimpan sebagai bagian catatan
pengemasan bets
g. Mempertahankan identitas dan integritas produk.
20
a. Ruangan dengan suhu terjaga, cold room dan freezer room Untuk
menyimpan vaksin dan serum dengan suhu penyimpanan 2° s/ d 8°C,
biasanya digunakan untuk penyimpaan vaksin campak, BCG, DPT, TI, OT,
Hepatitis B, DPT-HB.
b. Chiller dan Freezer Suhu -15° s/d -25°C) untuk menyimpan vaksin OPV.
21
Laporan kegiatan eksportasi narkotika, psiotropika dan/atau prekursor
farmasi kepada Badan POM harus dilakukan secara sistem elektronik (BPOM,
2020).
2. Penerimaan
Proses penerimaan bertujuan untuk memastikan bahwa kiriman obat dan/ atau
22
bahan obat yang diterima benar dan sesuai dengan pemesanan, berasal dari
pemasok yang disetujui, tidak rusak atau tidak mengalami perubahan selama
transportasi. Obat dan/atau bahan obat yang memerlukan penyimpanan atau
tindakan pengamanan khusus, harus segera dipindahkan ke tempat
penyimpanan yang sesuai setelah dilakukan pemeriksaan. Nomor bets dan
tanggal kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat harus dicatat pada saat
penerimaan, untuk mempermudah penelusuran. Jika ditemukan obat dan/ atau
bahan obat diduga palsu, bets tersebut harus segera dipisahkan dan dilaporkan
ke instansi berwenang, dan ke pemegang izin edar. Pengiriman obat dan
bahan obat yang diterima dari sarana transportasi harus diperiksa sebagai
bentuk verifikasi terhadap keutuhan kontainer sistem penutup, fisik dan
fitur kemasan serta label kemasan (BPOM 2020).
3. Penyimpanan
Dalam Perka BPOM No. 6 tahun 2020,. Kondisi penyimpanan untuk obat
harus sesuai dengan rekomendasi dari industri farmasi atau non-farmasi yang
memproduksi bahan obat standar mutu farmasi. Volume pemesanan obat
harus memperhitungkan kapasitas sarana penyimpanan. Obat harus disimpan
terpisah dari produk selain obat dan terlindung dari dampak yang tidak
diinginkan akibat paparan cahaya matahari, suhu, kelembaban atau faktor
eksternal lain. Perhatian khusus harus diberikan untuk obat yang
membutuhkan kondisi penyimpanan khusus. Kontainer obat dan/ atau bahan
obat yang diterima harus dibersihkan sebelum disimpan. Kegiatan yang terkait
dengan penyimpanan obat dan harus memastikan terpenuhinya kondisi
penyimpanan yang dipersyaratkan dan memungkinkan penyimpanan secara
teratur sesuai kategorinya obat dalam status karantina, diluluskan, ditolak,
dikembalikan, ditarik atau diduga palsu. Harus diambil langkah-langkah
untuk memastikan rotasi stock sesuai dengan tanggal kedaluwarsa mengikuti
23
kaidah First Expired First Out (FEFO).
Obat dan bahan obat harus disimpan terpisah dari produk selain obat atau
bahan obat dan terlindung dari dampak yang tidak diinginkan akibat
paparan cahaya matahari, suhu, kelembaban atau faktor eksternal lain.
Perhatian khusus harus diberikan untuk obat atau bahan obat yang
membutuhkan kondisi penyimpanan khusus seperti obat golongan
psikotropika, narkotika dan obat prekursor. Untuk menjaga akurasi persediaan
stok, harus dilakukan stock opname secara berkala berdasarkan pendekatan
risiko. Perbedaan stok harus diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis yang
ditentukan untuk memeriksa ada tidaknya campur-baur, kesalahan keluar-
masuk, pencurian, penyalahgunaan obat dan/atau bahan obat. Dokumentasi
yang berkaitan dengan penyelidikan harus disimpan untuk jangka waktu yang
telah ditentukan (BPOM 2020).
24
Menurut Perka BPOM No.6 Tahun 2020 Pemusnahan dilaksanakan terhadap
obat dan/atau bahan obat yang tidak memenuhi syarat untuk didistribusikan.
Obat dan/ atau bahan obat yang akan dimusnahkan harus diidentifikasi secara
tepat, diberi label yang jelas, disimpan secara terpisah dan terkunci serta
ditangani sesuai dengan prosedur tertulis. Prosedur tertulis tersebut harus
memperhatikan dampak terhadap kesehatan, pencegahan pencemaran
lingkungan dan kebocoran/ penyimpangan obat dan/ atau bahan obat kepada
pihak yang tidak berwenang. Dalam hal pemusnahan menggunakan jasa pihak
ketiga, maka harus memastikan bahwa pemusnahan disaksikan dan dilakukan
sesuai ketentuan di bidang lingkungan hidup. dan intensitas obat dan bahan
obat yang akan dimusnahkan harus disesuaikan dengan ketersediaan waktu
penyaksian pelaksanaan pemusnahan sampai selesai, sehingga tidak
berpotensi terjadinya kebocoran obat dan bahan obat yang akan dimusnahkan.
Obat dan bahan obat yang akan dimusnahkan dilakukan predestroy dengan
merusak bentuk sediaan dan menghilangkan identitas produk. Hasil pre-
destroy dikemas sedemikian rupa sehingga rincian obat dan bahan tidak dapat
diketahui oleh pihak yang melakukan pemusnahan. Pre-destroy dilakukan
untuk mencegah pemanfaatan kembali atau terjadinya kebocoran obat dan
bahan obat. Pelaksanaan pre-destroy harus mempertimbangkan aspek
keamanan lingkungan dan personel. Proses pemusnahan obat dan/ atau bahan
obat termasuk pelaporannya harus dilaksanakan peraturan perundang-
undangan. Dokumentasi terkait pemusnahan obat dan/ atau bahan obat
termasuk laporannya harus disimpan sesuai ketentuan.
6. Penerimaan Pesanan
Pada saat penerimaan surat pesanan baik secara manual maupun secara
elektronik, penanggung jawab harus memastikan:
25
a. pemesan terdaftar sebagai pelanggan atau anggota yang terverifikasi
dalam sistem aplikasi;
b. kebenaran dan keabsahan surat pesanan, meliputi:
1) nama dan alamat penanggung jawab sarana pemesan
2) nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam bentuk angka dan
huruf) dan isi kemasan dari Obat/Bahan Obat yang dipesan;
3) nomor surat pesanan
4) nama, alamat, dan izin sarana pemesan
5) nama, Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)/Surat Izin Praktik Tenaga
Teknis Kefarmasian (SIPTTK) Penanggung Jawab sarana pemesan
c. kewajaran pesanan dengan mempertimbangkan
1) jumlah dan frekuensi pesanan termasuk kapasitas tempat penyim
panan sarana pemesan
2) jenis Obat yang dipesan mencakup pertimbangan terhadap Obat-Obat
yang sering disalahgunakan
3) lokasi sarana dan kondisi pelayanan mencakup lokasi sarana di
wilayah keramaian atau dekat dengan fasilitas pelayanan kesehatan
dan pertimbangan jumlah pelayanan resep atau tersedianya praktik
dokter di sarana pemesan.
7. Pengambilan
Proses pengambilan obat dan/atau bahan obat harus dilakukan dengan tepat
sesuai dengan dokumen yang tersedia untuk memastikan obat dan/atau bahan
obat yang diambil benar. Obat dan/atau bahan obat yang diambil harus
26
memiliki masa simpan yang cukup sebelum kedaluwarsa dan berdasarkan
FEFO. Nomor bets obat dan/ atau bahan obat harus dicatat. Pengecualian
dapat diizinkan jika ada kontrol yang memadai untuk mencegah
pendistribusian obat dan/ atau bahan obat kedaluwarsa (BPOM 2020).
8. Pengamasan
Obat dan/atau bahan obat harus dikemas sedemikian rupa sehingga kerusakan,
kontaminasi dan pencurian dapat dihindari. Kemasan harus memadai untuk
mempertahankan kondisi penyimpanan obat dan/atau bahan obat selama
transportasi. Kontainer obat dan/atau bahan obat yang akan dikirimkan harus
disegel (BPOM 2020).
9. Pengiriman
Menurut Perka BPOM No.6 Tahun 2020, pengiriman obat dan/ atau bahan
obat harus ditujukan kepada pelanggan yang mempunyai izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk penyaluran obat dan/atau
bahan obat ke orang / pihak yang berwenang atau berhak untuk keperluan
khusus, seperti penelitian, special access dan uji klinik, haru s dilengkapi
dengan dokumen yang mencakup tanggal, nama obat dan/ atau bahan obat,
bentuk sediaan, nomor bets, jumlah, nama dan alamat pemasok, nama dan
alamat pemesan /penerima. Proses pengiriman dan kondisi penyimpanan
harus sesuai dengan persyaratan obat dan/ a tau bahan obat dari industri
farmasi. Dokumentasi harus disimpan dan mampu tertelusur. Prosedur tertulis
untuk peng1nman obat dan/ atau bahan obat harus tersedia. Prosedur tersebut
harus mempertimbangkan sifat obat dan/ atau bahan obat serta tindakan
pencegahan khusus. Dokumen untuk pengiriman obat dan/atau bahan obat
harus disiapkan dan harus mencakup sekurang-kurangnya informasi berikut:
a. tanggal pengiriman
27
b. nama lengkap, alamat (tanpa akronim), nomor telepon dan status dari
penerima (misalnya Apotek, rumah sakit atau klinik
c. deskripsi obat dan/atau bahan obat, misalnya nama, bentuk sediaan dan
kekuatan (jika perlu
d. nomor bets dan tanggal kedaluwarsa
e. kuantitas obat dan/ atau bahan obat, yaitu jumlah kontainer dan kuantitas
per kontainer (jika perlu
f. nomor dokumen untuk identifikasi order pengiriman
g. transportasi yang digunakan mencakup nama dan alamat perusahaan
ekspedisi serta tanda tangan dan nama jelas Personel ekspedisi yang
menerima (jika menggunakan jasa ekspedisi) dan kondisi penyimpanan.
28
BAB III
TINJAUAN UMUM
Implementasi SAP di PT. Parit Padang Global yaitu pada januari 2017 dengan
menerapkan sistem menejemen yang baru diharapkan dapat mendorong efisiensi
dan memastikan integritas data dan akurasi diseluruh Perusahan. Sampai saat ini
PPG dapat mengoprasikan distribusi yang luas dengan cakupan untuk produk
29
perawatan Kesehatan Indonesia. Jaringan yang luas menjangkau 95% rumah sakit
dan apotek nasional dan gerai konsumen dan outlet modern melalui 25 cabang 3
kantor penjualan dan jaringan sub distributor. Selain mendistribusikan produk
milik Grup, PPG mendistribusikan produk kurang lebih 40 prinsipal yang berada
seluruh Indonesia. PPG menyediakan distribusi terpadu, SCM, dan layanan
logistic untuk berbagi produk farmasi, medical device, dan produk konsumen.
B. Struktur Organisasi
Menurut Robbins and coulter struktur organisasi merupakan sebuah kerangka
kerja formal organisasi yang dengan kerangka kerja tugas-tugas pekerjaan dibagi-
bagi, dikelompokan, dan dikordinasikan, dan beberapa pakar ahli lainya
mengatakan bahwa struktur organisasi ini sangat penting keberadaanya karena
struktur organisasi ini menjelaskan kedudukan, tugas, dan fungsi dialokasikan
didalam organisasi. Berikut merupakan pembagian tugas dan wewenang dari
masing-masing bagian yang ada berdasarkan struktur organisasi PT parit padang
global.
30
1. Kepala Cabang
a. Fungsi Utama
Mengelola dan mengembangkan usaha cabang melalui kegiatan
operasional yang mencakup aspek persediaan, penjualan, keuangan, aset
dan sumber daya manusia.
b. Tugas
1) Melakukan upaya strategis dengan memanfaatkan sumber daya
internal dan eksternal perusahaan untuk mencapai net profit (EBIT)
dan target penjualan sesuai dengan RKAP berjalan pada wilayah kerja
31
cabang yang telah ditetapkan.
2) Melakukan upaya pengelolaan persediaan barang dagangan (ITO)
untuk mencapai sasaran penjualan pada wilayah kerja cabang yang
telah ditetapkan
3) Melakukan pengelolaan keuangan melalui kegiatan pengendalian
biaya opersional dan penagihan piutang usaha (ARTO) untuk
mencapai sasaran operasional pada wilayah kerja cabang.
4) Melakukan pengelolaan aset yang ada untuk kegiatan operasional
cabang pada wilayah cabang.
5) Melakukan pengelolaan SDM melalui kegiatan pengembangan dan
peningkatan pengetahuan serta keterampilan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan dalam wilayah kerja cabang untuk mencapai sasaran
operasional yang telah ditetapkan.
b. Tugas
1) Mengawasi dan memastikan atas terlaksananya proses pengelolaan,
pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk pengembalian obat
dan perbekalan farmasi dicabang yang menjadi tanggung jawabnya
sesuai dengan pedoman teknis cara distribusi obat yang baik (CDOB)
2) Memimpin dan mengarahkan secara teknis dan adminstrasi semua
pelaksanan pengelolaan, pengadaan, penyimpanan, penyaluraan
termasuk pengembalian obat dan perbekalan farmasi di cabang sesuai
dengan pedoman teknis cara distribusi obat yang baik dan ketentuan
32
perundang-undangan yang berlaku.
3) Melakukan dokumentasi yang benar dan lengkap untuk mencatat
semua kegiatan yang dilaksanakandalam pengelolaan, pengadaan,
penyimpanan, penyaluran termasuk pengambilan obat dan perbekalan
farmasi dicabang sesuai dengan pedoman teknis cara distribusi obat
yang baik dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
4) Memastikan seluruh pengelolaan, pengadaan, penyimpanan,
penyaluiran termasuk pengembalian obat dan perbekalan farmasi
dicabang memenuhi persyaratan mutu sesuai dengan aspek-aspek
CDOB yang dituangkan pedoman teknis cara distribusi obat yang baik
(CDOB) dan ketentuan perundang-undangan.
5) Membuat, mengelola, dan memastikan seluruh pelaporan terkait
pengelolaan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk
pengembalian obat dan perbekalan farmasi dilaporkan secara berkala
kepada instansi pemerintah terkait dan sesuai dengan format yang
ditentukan, akurat, dan tepat waktu.
6) Memastikan sosialisasi atau pelatihan prosedur dan kebijakan-
kebijakan yang berkaitan dengan proses pengelolaan, pengadaan,
penyimpanan, penyaluran termasuk pengembalian obat dan perbeklan
farmasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
7) Memeriksa dan menandatangani dokumen pemesanan obat dan
perbekalan farmasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
8) Memastikan kelengkapan dokumen dan administrasi faktur atau surat
pesanan (asli dan salinan) dan simpan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan periode yang telah ditentukan
9) Memeriksa dan menandatangani dokumen pengeluaran obat dan
perbekalan farmasi atas faktur dan juga retur sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
33
10) Memeriksa bukti pengiriman obat dan perbekalan farmasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
11) Melaksanakan dan memonitoring proses penarikan obat/product recall
bersama pihak terkait agar dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang
berlaku dan serta efektif efisien
12) Melakukan stockopname secara berlaku untuk produk psikotropika
precursor, obat-obatan tertentu (OOT) dan obat yang mengandung
misoprostol
13) Melakukan analisa batas kewajaran pemenuhan dalam penyaluran
produk psikotropika, prekursor, obat-obat tertentu (OOT) dan obat
yang mengandung misoprostol serta roduk-produk reguler lain yang
berpotensi disalahgunakan sesuai dengan prosedur yang berlaku
14) Melakukan pemeriksaan secara berkala dan rutin terhadap alat-alat
kritis yang digunakan dalam penanganan produk suhu dingin 2-8
derajat celcius
15) Melakukan seluruh proses pengelolaan, pengadaan, penyimpanan,
penyaluran termasuk pengembalian produk obat suhu dingin 2-8
derajat celcius dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku
16) Memonitor mengawasi penyaluran obat ke sarana pelayanan
kefarmasian yang berwenang sesuai peraturan yang berlaku. SIA/Izin
RS/Izin TO/ Izin PBF/Izin Klinik/ SIPA/ SIPTTK pelanggan masih
aktif serta melakukan monitor terhadap izin penanggung jawab yang
akan habis masa berlakunya
17) Secara proaktif mengupdate dan mengiplementasikan selurh peraturan
perundang-undangan terbaru (regulatory compliance)
18) Secara proaktif memberikan usaha-usaha perbaikan atau perubahan
terhadapproses atau prosedur yang berlaku sebagai bentuk perbaikan
yang berkelanjutan
34
19) Melaporkan dan melakukan sosialisasi peraturan pemerintah atau
pihak eksternal dan pengendalian internal yang berlaku kepada pihak-
pihak terkait dicabang dan pusat agar dapat disesuaikan dengan
operasional cabang setempat
20) Memonitor impelemntasi regulasi terbaru dari badan POM, kemenkes,
dan peraturan lain yang terkait lainya
21) Melakukan tindak lanjut atas laporan hasil pemeriksaan auditor
internal dan eksternal sesuai dengan waktu yang diterapkan
22) Mengekslasi kendala atau masalah yang dapat mengakibatkan
berhentinya operasional dicabang
23) Menjalin komunikasi yang baik dengan regulator dan mengupdate
informasi-informasi yang berkaitan dengan distribusi obat dan
perbekalan farmasi
24) Mengelola kunci lemari atau kunci gudang penyimpanan psikotropika
dan prekursor sebagai penanggungjawab fasilitas distribus sesuai
ketentuan yang berlaku dan mendelegasikan pengelolaan kunci lemari
atau kunci gudang penyimpanan psikotropika dan prekursor apabila
berhalangan hadir dengan menggunakan surat pendelegasian tugas
25) Menyampaikan laporan pelaksanaan kerja sesuai dengan kebutuhan
4. Pelaksanaan Gudang
a. Fungsi Utama
Melaksanakan dan melakukan koordinasi dan kegiatan operasional terkait
penerimaan, penyimpanan, penyiapan, pengembalian (retur) barang
dagangan farmasi dan non farmasi maupun alkes di Gudang cabang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
b. Tugas
1) Melakukan proses operasional penerimaan, pengembalian (retur),
penyimpanan, pemeliharaan, dan penyiapan orderan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
36
2) Melakukan pemeriksaan fisik produk saat penerimaan pembalian
(retur), penyimpanan, pemeliharaan, dan penyiapan barang dagangan
maupun non dagangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3) Melaksanakan stock opname persediaan barang dagangan maupun non
dagangan baik farmasi maupun non-farmasi di gudang cabang
4) Melaksanakan implementasi sistem mutu dikantor cabang sesuai
dengan dengan ketentuaan yang berlaku
6. Kolektor
a. Fungsi Utama
Melaksanakan seluruh kegiatan atau aktivitas pra hingga pasca transaksi
penjualan regular dan institusi
b. Tugas
1) Membuat rencana kunjungan secara periodik
2) Melaksanakan, memberikan informasi kepada pelanggan melakukan
negosiasi serta mengajukan, dan meminta persetujuan atas program
penjualan untuk mencapai target penjualan
3) Memberikan negosiasi serta mengajukan, dan meminta persetujuan
atas program penjualan untuk mencapai target penjualan
4) Memberikan informasi produk to order (MTO) kepada supervisor
sales berdasarkan kebutuhan pelanggan
5) Melakukan serah terima faktur jatuh tempo dan inkasi untuk dilakukan
penagihan kepada pelanggan
6) Membuat laporan atas hasil penagihan dari pelanggan kepada inkaso
7) Menyampaikan informasi pasar kepada atasan dan marketing
8) Memeriksa kelengkapan surat pesanan dan pasa saat diterima untuk
diserahkan kepada Apoteker Penanggung Jawab
9) Membuat monitoring surat pesanan yang telah diterima untuk
mengetahui status pelayanan surat pesanan tersebut
10) Menampung serta menindaklanjuti semua keluhan pelanggan sampai
dengan keluhan tersebut teratasi
11) Melakukan survei kepuasan pelanggan setiap 6 (enam) bulan untuk
38
dilaporkan kepada supervisor sales
12) Melaporkan aktivitas penjualan harian termasuk kartu kunjungan
pelanggan
13) Membina komunikasi dan melakukan hubungan baik dengan
pelanggan
7. Inkaso
a. Fungsi Utama
Memastikan pelaksanaan administrasi penagihan ke pelanggan
b. Tugas
1) Melakukan dan memonitoring aktivitas administrasi penagihan
dicabang
2) Melakukan konfirmasi piutang ke pelanggan
3) Melakukan pengajuan tambahan limit atau pengajuan izin buka
fakturasi informasi dan fakturis
4) Melakukan proses billing atas surat pengiriman barang (SPB) atau
Delivery Order (DO) kembali dari fakturis
39
9. Transporter/Exspedisi
a. Fungsi Utama
Melakukan aktivitas pengantaran barang dagangan dokumen delivery
order atau faktur
b. Tugas
1) Menerima barang dari gudang sesuai dengan dokumen delivery order
atau faktur
2) Mengantarkan barang kepaada pelanggan atau pihak yang berhak
menerimanya sesuai dengan surat pesanan dan delivery order atau
faktur sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3) Meminta kelengkapan penerimaan barang sebagai bukti yang sah
bahwa pesanan telah diterima oleh pelanggan sesuai dengan
deliveryorder atau faktur
4) Menyerahkan delivery order atau faktur yang telah ditanda tangani dan
distempel oleh pelanggan serta mengisi form serah terima delivery
order atau faktur ke fakturis dan lembar tembusan ke bagian logistik
5) Menerima barang retur dari pelanggan sesuai persetujuan retur dari
atasan dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
6) Menyerahkan barang retur ke gudang sesuai dengan dokumen
pendukung atau faktur
7) Melakukan pencatatan suhu penerimaan pada stampel pencatatan suhu
pengiriman dan penerimaan CCP agar ditandatangani serta distempel
serta distempel oleh pelanggan
41
b. Perjanjian dengan pihak lain/Vendor
1) Transporter : PT.Siera dan PT. Tritana Bella Transindo
2) Pest control : PT. Proton Gemilang (Pest management)
3) Kalibrasi alat : PT. Multi Instrument Mandiri
4) Alarm monitoring system : PT. Surya Hawila perkasa
5) Pemusnahan berkas : PT. Multifiling Mitra Indonesia
6) Security dan cleaning Servis: PT. Siera
42
diterima keputusan mengenai barang tersebut setelah barang datang
maka akan di simpan di ruangan masing-masing sesuai dengan jenis
barang serta suhu penyimpananya. Di parit padang produk-produk
kefarmasian dipisahkan berdasarkan jenisnya dan suhunya, yaitu :
No Ruang Keterangan
Untuk penyimpanan produk consumer yang
1 A1 terbagi atas dua ruangan besar dengan
suhu < 30°C
Untuk penyimpanan produk consumer yang
terbagi atas dua ruangan besar dengan
2 A2
suhu <30°C
d. Peralatan
43
PT. Parit Padang Global terdapat berbagai peralatan yang menunjang serta
membantu mempermudah melakukan pekerjaan PBF, diantaranya :
a. Apar adalah alat yang digunakan untuk memadamkan kebakaran kecil
dengan berat 3 Kg. Apar harus di isi ulang setiap dua tahun sekali agar
tidak kering ketika akan digunakan. Digudang terdapat 8Apar yang di
tempatkan di beberapa titik yang berbeda.
b. CCTV atau Close circuit Televition ada sebanyak 7 titik digudang dan
terhubung langsung ke monitor TV yang ada di security
c. Termohigrometer adalah alat untuk mengukur suhu dan kelembaban
udara di ruangan dimana harus dikalibrasi minimal 1 tahun sekali
d. Forklift elektrik adalah kendaraan yang berfungsi sebagai alat angkat
dan angkut dalam memindahkan barang di PPG ada dua buah foklift
yaitu yang kecil (kapasitas 2 ton) dan yang besar (kapasitas 3 ton)
e. Hand pallet merupakan alat angkut yang menggunakan sistem hidrolik
untuk mengangkat beban di PPG terdapat empat buah hand pallet yang
digunakan untuk meringankan pekerjaan petugas gudang
f. Pallet kayu dan Pallet Plastic adalah susunan yang berbentuk rangka
yang biasanya digunakan sebagai alat tempat menyimpan suatu barang.
PPG terdapat banyak sekali pallet kayu yang sudah diproses sedemikian
rupa agar terhindar dari hama rayap.
g. Rak adalah tempat menaruh produk yang telah sampai di gudang rak di
PPG terbuat dari besi yang sudah di cat anti karat. Ukuran rak beragam
dan memiliki kapasitas penyimpanan yang beragam
h. Alarm monitoring system merupakan alarm yang digunakan untuk
memonitor suhu ruangan CCP dimana akan menyala jika terdeteksi
suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
i. Genset (Generator Set) adalah perangkat yang terdiri dari pembangkit
listrik ketika mati listrik maka bisa segera nyala kembali dan mutu
44
produk tetap terjaga
j. Pest control adalah metode yang digunakan untuk mengatasi hama di
PPG terdapat dua alat yang digunakan untuk mengontrol hama. Hama
tikus, kecoa, laba-laba, cicak, jangkrik, semut dan hewan merayap
lainya dikontrol dengan menggunakan lem tikus dan racun tikus yang
ditaruh di beberapa titik dalam (27 titik) maupun di luar (13 titik)
gudang sedangkan untuk hama terbang seperti lalat, ngengat, kupu-kupu
dan serangga terbang lainya dijebak menggunakan lem yang diletakkan
di lampu UV didalam gudang (12 titik).
k. Chiller adalah tempat untuk meletakkan produk rantai dingin (suhu 2-
8°C) yang memiliki pengaturan suhu serta dapat dipantau kenaikan dan
penurunan suhu yang terjadi PPG terdapat enam buah chiller untuk
menyimpan produk rantai dingin.
l. Trolley adalah alat peralatan yang berbentuk kereta dorong yang
diugunakan untuk mebawa barang-barang yang akan didistribusikan
PPG terdapat 8 buah trolley yang digunakan oleh petugas gudang untuk
menyiapkan pesanan dari outlet
m. Mobile scanner dan collector (RF) adalah alat yang dimudahkan
petugas gudang dalam menyiapkan pesanan karena dalam RF sudah
terhubung langsung dengan sistem sehingga meminimalisir kesalahan
pengambilan produk PPG terdapat 7 RF yang digunakan oleh petugas
gudang.
n. Tangan di PPG berjumlah empat buah dimana dua buah tangga besar
dan dua buah tangga kecil. Tangga yang digunakan memiliki roda agar
mudah dalam memindahkannya.
o. Freezer (lemari pembeku) di PPG terdapat dua buah freezer yang
digunakan untuk membekukan ice gel dan ice pack yang akan dipakai
untuk pendistribusian CCP
45
12. Transportasi
Untuk mendisribusikan produk PPG bekerjasama dengan beberapa vendor,
transportasi dibagi menjadi transportasi dalam kota dan luar kota. Berikut
adalah alat transportasi Dalamkota dan Luar Kota. Berikut adalah alat
transportasi yang digunakan oleh PPG :
a. Luar kota: 7 mobil box yang terbagi berdasarkan arah mata angin
b. Dalam Kota : 6 Motor dan 4 mobil yang terbagi berdasarkan wilayah.
46
BAB IV
PEMBAHASAN
PT. Parit Padang Global (PPG) merupakan distributor produk farmasi dari SOHO
Group. Produk farmasi yang didistribusikan yaitu obat dan alat kesehatan. PT. Parit
Padang Global (PPG) memiliki 25 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, salah
satu cabang tersebut adalah PT. Parit Padang Global cabang Semarang.
PT. Parit Padang Global telah memiliki izin untuk mendistribusikan obat dan alat
kesehatan, yaitu sertifikat Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan sertifikat Cara
Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (CDAKB). Selain distribusi obat dan alat
kesehatan, PT. Parit Padang Global juga melakukan pendistribusian produk rantai
dingin (Cold Chain Product atau CCP).
47
telah melakukan pengkajian sebagai bentuk kualifikasi untuk
memastikan calon pemasok, diantaranya penawaran obat dalam jumlah
besar yang biasanya tersedia dalam jumlah terbatas, reputasi serta
keabsahan operasionalnya, harga yang tidak wajar, dan obat-obat
tertentu yang rawan pemalsuan. PBF dalam melakukan
kualifikasi pemasok harus tersedia prosedur dan teknis terkait
wewenang pengadaan dan pendistribusian, untuk memastikan obat
hanya diperoleh dari pemasok yang memiliki izin legal dan memiliki
sertifikat CPOB maupun CDOB (BPOM RI, 2020).
2) Kualifikasi Pelanggan
Kualifikasi pelanggan adalah hal yang dilakukan PBF dalam
menentukan calon pelanggan sebelum melakukan proses pendistribusian
produk farmasi. Kualifikasi pemasok bertujuan untuk memastikan
bahwa obat hanya disalurkan kepada pihak yang berwenang untuk
menyerahkan obat kemasyarakat. PT. Parit Padang Global cabang
Semarang juga melakukan kegiatan kualifikasi pelanggan sesuai CDOB
dengan cara melakukan pemantauan tiap transaksi, melakukan
penyelidikan jika ditemukan penyimpangan yang berisiko terhadap
penyalahgunaan, serta memastikan pelayanan distribusi obat kepada
masyarakat terpenuhi. Proses penyelidikan dapat ditelusuri dari
mekanisme pembayaran yang dilakukan oleh pemesan. PT. Parit Padang
Global cabang Semarang juga melakukan penyaluran psikotropika dan
precursor kesarana farmasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, sehingga juga dilakukan kualifikasi pelanggan untuk
memastikan obat benar-benar disalurkan kepada pihak yang berwenang.
(BPOM, 2020)
b. Pelaporan
Apoteker Penanggung Jawab (APJ) di PT. Parit Padang Global terbagi atas
2 orang, yaitu apoteker penanggung jawab obat-obatan dan apoteker
penanggung jawab alat kesehatan. Pelaporan atas distribusi obat yang
48
dilakukan di PT. Parit Padang Global cabang Semarang dilakukan oleh APJ
masing-masing.
50
SPGM maka forecast akan dikirim kembali Demand
Plannning lewat email dan diperiksa kembali. Kemudian dikirimkan kepada
distribusi regional operation support dan dilakukan upload ke sistem SAP
(System Aplication Product). Demand Planning melakukan analisis forecast
dan mengirimkannya kepada Branch Manager, APJ, dan Sales Supervisor
untuk diberikan persetujuan. Jika tidak disetujui maka Branch Manager, APJ,
dan Sales Supervisor akan melakukan revisi. Jika telah dilakukan revisi dan
sudah baik dan disetujui, maka akan dikirim kembali kepada SPGM melalui
email. SPGM akan menginput kembali jumlah produk sesuai forecast yang
disetujui oleh Branch Manager, APJ, dan Sales Supervisor ke sistem SAP.
SPGM melakukan analisis dan membuat PO-STO. PO-STO akan dikirim ke
APJ, kemudian APJ mencetak dan APJ beserta BM menandatangani PO-
STO. Kemudian dilakukan penyimpanan di ruang terpisah dengan produk
reguler serta diberi kartu stok sebagai pencatatan. Untuk produk psikoptropika
menggunakan kartu stok berwarna merah muda, sedangkan untuk produk
prekursor dan OOT menggunakan kartu stok berwarna biru. Setiap bulan,
seluruh produk OOT, prekursor dan psikotropika dilakukan stok opname
secara menyeluruh.
Pengadaan ke outlet oleh distributor cabang, untuk obat-obat tersebut dengan
cara:
1) Surat Pesanan Psikotropika, Prekursor dan OOT (asli) harus diterima
terlebih dahalu oleh APJ sebelum surat pesanan tersebut difakturkan.
2) APJ melakukan verifikasi dengan memperhatikan SIA, SIPA, tanda
tangan Apoteker dari outlet yang dicocokkan dengan form pelanggan
yang terdapat di distributor cabang.
3) APJ juga melakukan pengecekan terhadap stempel sarana, tanggal
penulisan surat pesanan yang jelas, serta mencantumkan nama, bentuk dan
kekuatan sediaan (bilangan dan huruf) yang dipesan. Kemudian surat pesanan
tersebut diberikan ke CSSA, untuk dibuatkan Transaksi Order-Delivery Order
(TO-DO).
51
4) Setelah terbit Transaksi Order-Delivery Order (TO-DO), kemudian di-print
oleh Werehouse Admin (WA) untuk dilakukan pengambilan barang oleh
petugas gudang.
5) Setelah itu petugas gudang mengambil barang sesuai Transaksi Order
Delivery Order (TO-DO) menggunakan RF dan mengisi kartu stok.
6) Petugas gudang melakukan konfirmasi ke Werehouse Admin (WA) untuk
diterbitkan faktur dan meminta surat pengiriman produk Psikotropika,
Prekursor atau OOT ke APJ.
7) Setelah itu barang akan dilakukan pengemasan dan pengecekan oleh
petugas checker sebelum diberikan ke pengirim untuk dikirimkan sesuai
Outlet yang memesan.
8) Sesampainya di outlet, APJ planggan menandatangani penerimaan
produk psikotopika, prekursor atau OOT, jika berlangganan hadir maka
penerimaan produk Psikotropika, Prekursor atau OOT dapat
mendelegasikan kepada apoteker lain yang memiliki SIPA di sarana
tersebut atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki SIPTTK di
sarana tersebut yang ditunjuk oleh APJ dilengkapi dengan surat
pendelegasian penerimaan.
Catatan : Untuk psikotropika pada saat penerimaan Apoteker
bertandatangan pada faktur, namun untuk OOT dan perkursor bisa diterima
oleh TTK yang memiliki SIPTTK yang masih berlaku. Dan untuk
pembuatan SP psikotropika harus APJ atau bisa juga oleh APING tapi
dengan surat delegasi dari APJ dan harus diketahui oleh dinkes setempat.
52
cabang Semarang melakukan pelatihan personil meliputi penanganan produk
CCP sesuai peratuan perundangan-undangan dan CDOB. Prosedur yang dibuat
secara tertulis. Personil harus mampu melakukan monitoring suhu yang
terdokumentasi serta personil harus memiliki respon terhadap kedaruratan dan
masalah keselamatan apabila terjadi penyimpangan pada proses penerimaan,
penyimpanan, dan pengiriman. Pelatihan juga dilakukan terhadap transporter
dalam proses pengiriman produk CCP. PT. Parit Padang Global cabang Semarang
juga melakukan posttest untuk mengetahui pemahaman setiap personil dalam
penanganan produk CCP (BPOM, 2020).
1) Penerimaan
a) Barang masuk ke PBF langsung dipindahkan ke ruang dengan suhu >
25oC. Barang tersebut dilakukan pengecekan sesuai Packing List (nama
barang, jumlah barang, no batch, dan expired date) di ruang dengan suhu
>25oC.
b) Petugas gudang mencatat suhu yang tertera pada termometer, apabila
produk yang diterima merupakan produk dengan penyimpanan suhu 2-
8°C dan melakukan pelaporan ke pusat.
c) Jika terdapat penyimpangan, petugas gudang diharapkan segera
melaporkan penyimpangan tersebut kepengirim produk CCP untuk
dilakukan penyelidikan dengan membuat berita acara.
2) Penyimpanan
a) Petugas gudang memasukkan produk CCP pada Chiller sesuai label
palet yang diterima petugas gudang dari Werehouse Admin.
b) Penyimpanan barang pada Chiller diberi jarak antar barang satu dengan
yang lain yaitu kurang lebih 1-2 cm dan jarak Chiller satu dengan
yang lain minimal l15 cm.
c) Suhu penyimpanan terdokumentasi minimal 3 kali sehari, yaitu pagi,
siang, sore sehingga produk terjamin mutunya.
d) Jika terdapat suatu kendala seperti pemadaman listrik, maka
generator harus segera dihidupkan agar suhu penyimpanan dan
53
mutu produk tetap terjaga.
3) Pengiriman
a) Pengambilan barang mengikuti sitem FEFO untuk barang yang memiliki
tanggal expired date lebih pendek dan sistem FIFO untuk
barang yang lebih awal diterima agar lebih dulu didistribusikan.
b) Petugas gudang melakukan pengepakan sesuai SOP dalam ruangan
suhu > 25°C. Produk yang penyimpanannya pada suhu 2-8°C, petugas
perlu melengkapi form checklist Pengiriman Produk Suhu Khusus 2-
8°C untuk memudahkan penelusuran apabila terjadi penyimpangan.
c) Barang yang sudah dipacking dapat diletakkan di dispatch area
paling lama 3 jam kemudian diserahkan kepetugas checker, kecuali
barang mengggunakan pengepakan tas pendingin jika lebih dari 3 jam,
dilakukan repacking. Barang yang siap dikirim akan di-check terlebih
dulu oleh petugas checker dan pengirim barang untuk memastikan
kesesuain barang yang dipesanan.
d) Pengirim barang melakukan pengiriman ke outlet dengan membawa
faktur, checklist Pengiriman Produk dan Thermometer. Outlet mencatat
suhu pada saat produk diterima pada checklist Pengiriman Produk.
e) Jika terjadi penyimpangan pada saat penerimaan barang ke Outlet,
petugas gudang menginformasikan ke kepala gudang, dilakukan
penelusuran dan di buatkan berita acara ketidaksesuaian.
54
4) Letakkan masing-masing 2 pcs ice gel beku pada sisi yang panjang dan
masing-masing 1 pcs ice gel beku pada sisi yang pendek. Kemudian
letakkan thermometer di dalam dus. Tunggu selama 30 menit menit
dalam keadaan terbuka di dalam ruang AC (15-25oC).
5) Keluarkan ice gel beku, dus, dan thermometer dari Styrofoam yang telah
dilakukan pengkondisian.
6) Siapkan 6 pcs ice gel dingin yang disimpan di Chiller dan tetap keadaan
lembek minimal selama24 jam.
7) Letakkan 2 pcs ice gel dingin di dasar Styrofoam
8) Masukkan dus coklat (22,5 x 13,5 x 19 cm) sebagai media penyimpanan
produk.
9) Letakkan masing-masing 2 pcs ice gel beku pada sisi yang panjang dan
masing-masing 2 pcs ice gel dingin pada sisi yang pendek.
10) Siapkan produk, kemudian cocokkan nomor batch dengan tanggal
kadaluwarsa berdasarkan Delivery Order (Cabang) atau Delivey Order
picking (Pusat).
11) Masukkan produk ke dalam kantong plastic, lalu bungkus dengan
lakban. Letakkan produk yang sudah dibungkus dan thermometer ke
dalam dus coklat, kemudian catat suhu saat pengepakan pada Check List
pengiriman produk suhu 2-8oC.
12) Tutup dus coklat dengan lakban sampai benar-benar tertutup rapat.
13) Letakkan 2 pcs ice gel beku di atas dus.
14) Tutup Styrofoam dengan tutupnya dan lakban dus sepanjang sisi antara
Styrofoam, kemudian tempelkan label vaksin Cold Chain Product
(CCP).
55
2) Siapkan Check List pengiriman produk suhu 2-8oC dan isi selama
proses pengepakan, thermometer yang telah diletakkan di ruang idngin,
label Cold Chain Product (CCP) dan lakban.
3) Siapkan 16 pcs thermafreezer beku dan 8 thermafreezer dingin. Satu
bungkus plastic berisi 4 pcs thermafreezer.
4) Masukkan 4 pcs thermafreezer beku di setiap sisi, yaitu sisi depan,
belakang, kiri, dan kanan tas pendingin.
5) Masukkan4 pcs thermafreezer dingin di dasar tas pendingin.
6) Letakkan Styrofoam tipis di atas 4 sachet thermafreezer tersebut.
7) Masukkan thermometer
8) Letakkan Styrofoam tipis di atas thermometer.
9) Letakkan 4 sachet thermafreezer di atas Styrofoam tipis. Tutup tas
pendingin. Tunggu thermometer menunjukan suhu 2-8oC.
10) Siapkan produk, cocokkan nomor batcg dan tanggal kadaluwarsa
dengan delivery order. Ambil thermometer dari tas pendingin,
kemudian masukkan produk ke dalam kantongplastik dan bungkus.
11) Letakkan produk yang sudah dibungkus di atas Styrofoam tipis yang
menutupi thermafreezer bagian bawah tas pendingin.
12) Masukkan thermometer
13) Letakkan Styrofoam tipis di atas thermometer.
14) Letakkan 4 pcs thermafreezer di atas Styrofoam tipis.
15) Tutup tas pendingin, tempelkan label cold chain product pada tas
pendingin dan masukkan check list pengiriman produk suhu 2-8oC yang
sudah diisi lengkap ke dalam tas pendingin.
56
3) Siapkan 2 ice gel beku dan 8 ie gel dingin.
4) Letakkan 2 pcs ice gel beku di dasar Styrofoam.
5) Letakkan Styrofoam tipis di atas ice gel beku.
6) Masukkan kardus sebagai media penyimpanan barang. Letakkan 4 ice
gel dingin pada sisi yang panjang (2 pcs di setiap sisi). Letakkan 2 pcs
ice gel dingin pada sisi yang pendek (1 pcs di setiap sisi). Kemudian
masukkan thermometer ke dalam dus.
7) Letakkan 2 pcs ice gel dingin di atas kardus.
8) Tutup syrofoam dengan tutupnya dan tunggu sampai suhu menunjukkan
15-25oC.
9) Buka penutup dan pastikan suhu sudah mencapai 15-25oC.
10) Siapkan produk. Cocokkan nomor batcg dan tanggal kadaluwarsa
dengan Delivery Order.
11) Masukkan produk ke dalam kantong plastic, letakkan produk yang telah
dibungkus ke dalam dus.
12) Tutup kardus dengan dengan lakban sampai benar-benar tertutup rapat.
13) Letakkan 2 pcs ice gel dingin di atas dus.
14) Tutup Styrofoam dengan tutupnya dan lakban di sepanjang sisi
Styrofoam.
Pengepakan Produk Suhu Khusus 15-25oC menggunakan Sun Ice Gel ( Tas
Pendingin)
1) Pengepakan menggunakan tas pendingin (Cooler Bag) (Ukuran 23 x 21
x 20 cm).
2) Siapkan check list pengiriman suhu 15-25°C da nisi selama proses
pengepakan, thermometer yang telah diletakkan di ruang dingin dan
lakban.
3) Siapkan 4 pcs ice gel dingin.
4) Masukkan 4 pcs ice gel dingin tersebut di setiap sisi kantong yang ada
di dalam tas pendingin ( masing-maisng 1 pcs di sisi kiri, kanan, depan,
belakang), kemudian masukkan thermometer ke dalam tas pendingin.
57
5) Tutup rapat tas pendingin dan tunggu hingga suhu mencapai 15-25°C.
6) Siapkan produk, cocokkan jumlah, nomor batch, dan tanggal
kadaluwarsa dengan Delivery Order. Tutup rapat tas pendingin selama
proses penyiapan produk.
7) Keluarkan thermometer dari tas pendingin, kemudian masukkan produk
ke dalam kantong plastic dan tutup dengan lakban.
8) Masukkan produk yang telah dibungkus ke dalam tas pendingin.
9) Masukkan form check list pengiriman produk suhu 15-25°C yang sudah
diisi lengkap kemudian tutup tas pendingin.
f. Recall
Recall adalah proses penarikan obat dari rantai distribusi karena
disebabkan hal-hal teretntu. Penarikn obat terjadi apabila obat tersebut
tidak memenuhi standar dan atau persyaratan kemanannya, khasiat dan
mutu obat tersebut. Penarikan bisa terjadi karena prosuk cacat, adanya
pengaduan efek samping yang serius dari obat palsu atau diduga palsu.
Recall atau penarikan terbagi menjadi dua, yaitu recall mandatory dan
recall volountery. Recall mandatory adalah penarikan yang wajib
dilakukan karena merupakan penarikan yang diperintahkan langsung oleh
kepala badan kepada pemilik izin melalui instruksi penarikan. Recall
mandatory dilakukan berdasarkan.
1) Hasil sampling dan pengujian
2) System kewaspadaan cepat
3) Hasil verifikasi terhadap keamanan, dan atau khasiat obat; temuan hasil
inspeksi
4) Masa berlaku izin edar yang telah berakhir dan tidak dilakukan
perpanjangan izin edar
5) Izin edar telah dicabut
58
6) Persetujuan penggunaan darurat (emergency use authorization) untuk
penggunaan obat selama kondisi kedaruratan kesehatan masyarakat
telah dicabut.
59
3. Logistik
a. Supply Chain Management
Supply Chain Management adalah istilah yang digunakan untuk
mengendalikan dan mengatur rantai pasokan. Supply Chain Management
juga merupakan suatu aktivitas yang terdiri dari penjadwalan, koordinasi,
dan pengendalian terhadap pengadaan, pembuatan, penyediaan ataupun
pengiriman produk ataupun jasa kepada konsumen.
60
pencatatan pada penerimaan, yaitu nomor bets dan tanggal kadaluwarsa
obat. Pada obat yang memerlukan perlakuan khusus, maka obat tersebut
segera dipindahkan ke tempat penyimpanan yang sesuai setelah
dilakukan pemeriksaan. Misalnya seperti produk CCP, pada saat
penerimaannya, setelah melakukan pengecekan suhu pada saat datang
barang tersebut, maka produk CCP tersebut akan langsung dibawa ke
ruang pemeriksaan khusus yang sesuai dengan suhunya, setelah
dilakukan pemeriksaan, produk CCP tersebut akan dipindah ke Chiller
sesuai dengan suhu untuk produk CCP tersebut.
c. Penyimpanan
61
Penyimpanan barang di PT. Parit Padang Global cabang Semarang,
diantaranya yaitu untuk obat-obatan dan alat kesehatan, disimpan secara
terpisah. Penympanan dilakukan dengan menggunakan sistem FEFO.
Untuk obat-obatan, penyimpanannya disimpan berdasarkan suhu dan
kriteria dari obat tersebut/jenis obat. Keterpisahan penyimpanan
tersebut bertuuan agar tidak terjadi kebercampuran atau kontaminasi
silang. Dalam penyimpanannya, juga sudah memiliki fasilitas yang
mendukung, yaitu seperti genset, apar, thermometer, alarm serta bebas
hama, banjir dan bocor. Dilakukan juga stock opname secara berkala
untuk menjaga akurasi stok barang yang ada.
d. Pengiriman
Pengirimian dilakukan ketika barang sudah siap untuk dikirim, yaitu
sudah sesuai antara barang dengan pesanan yang teah dipesan.
Sebelumnya, setelah pesanan masuk, maka akan dibuatkan daftar
Transfer Ordernya yaitu delivery order yang akan diberikan kepada
petugas gudang untuk menyiapkan barang tersebut. Di PPG, untuk
transfer order, baik itu pada saat memasukkan barang atau
mengeluarkan barang, sudahmenggunakan alat Radio Frekuensi atau
RF, yang mana alat tersebut sudah terhubung langsung dengan sistem
sehingga bisa meminimalisir terjadinya kesalahan sehingga sangat
memudahkan dalam pengerjaannya. Baramg yang sudah diambil
kemudian disimpan di rak, di mana arak tersebut sudah dipisahkan
berdasarkan tujuan tempat pengirimannya. Pemisahan rak terbagi atas
dalam kota dan luar kota untuk memudahkan saat pengirimannya.
Sebelum dikirim, barang akan ddiperiksa kembali oleh bagian chcker.
Pengiriman barang dilakukan sehari ada beberapa kali. Pengiriman
dilakukan oleh transporter yang sudah melakukan kontrak atau
perjanjian dengan pihak PPG. Pada saat pengiriman, ada beberapa hal
62
yang perlu diperhatikan, yaitu untuk produk CCP harus dikemas sesuai
dengan yang seharusnya, serta disertai thermometer pada saat
pengirimannya untuk memantau suhunya selama perjalanan, selain itu
juga dilakukan pencatatan suhu pada saat barang tersebut diterima ke
outlet. Kemudian yaitu untuk pengiriman obat golongan psikotropika,
maka harus diterima langsung oleh apoteker yang beratnggung jawab di
Outlet tersebut.
63
dijual kembali. Barang good stok biasanya adalah barang yang tidak
sesuai pesanan, salah faktur atau overstock di outlet. Sedangkan barang
bad stok adalah barangyang rusak, mendekati expired date, recall dan
karena adanya keluhan produk (berdasar persetujuan principal).
4. Inkaso
64
Inkaso adalah divisi yang bertugas melakukan pengelolaan penagihan pada
outlet yang belum lunas. Selain itu, inkaso juga bertugas untuk melakukan
pengelolaan faktur pajak, penagihan pada outlet yang sudah habis masa
temponya, dan pemberkasan pada outlet yang sudah lunas. Inkaso berada di
bawah divisi accounting.
66
3. Kimia Farma memesan satu. Pihak outlet memesan Barang dikembalikan
Tapi, pengiriman barang dua kali di sistem, ke rak dan di jual lagi.
tersebut double. sehingga pihak PBF
menerbitkan dua
faktur yang berbeda
dengan item pesanan
yang sama.
4. Adanya pembatalan pesanan Adanya kelalaian dari Barang tetap diterima
dari apotek K24 tapi barangnya pihak transporter oleh pihak PBF
sudah sampai di outlet, saat dalam pengiriman namun untuk pajak
dilakukan retur barang pihak barang retur ditanggung oleh
PBF memberikan tenggat pihak transporter.
waktu retur selama 1 bulan,
jika lewat dari waktu tersebut
maka pihak outlet dikenakan
biaya pajak. Saat dilakukan
retur, barang yang sampai di
PBF melewati batas waktu
yang ditentukan namun pihak
outlet tidak mau membayarkan
pajak barang
5. Truk pengirim barang dari Tidak adanya Pengiriman barang
pusat diganti truk yang lain, koordinasi dari PBF selanjutnya, hanya
dan barang di truk tidak pusat terkait dengan memakai satu truk
tersusun rapi sesuai batch dan penggatian truk yang sesuai dengan
produk yang sama. perjanjian awal. Dan
untuk penyusunan
barang disampaikan
67
kembali ke pusat
untuk lebih ditata
agar tidak terjadi
kekeliruan dalam
penerimaan barang.
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan PKPA di PT. Parit Padang Global, didapat beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Peran, tugas dan tanggung jawab apoteker sebagai Apoteker Penanggung
jawab (APJ) adalah semua yang menyangkut pengamana obat dan/atau bahan
obat serta alat kesehatan mulai dari pengadaan, penyimpanan, pendistribusian,
pelaporan, sampai pemusnahan yang sesuai dengan Cara Distribusi Obat yang
Baik (CDOB) di Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Parit Padang Global.
2. PBF PT. Parit Padang Global telah mengimplementasikan dan menjalankan
Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang sesuai.
3. Ada beberapa kasus yang terjadi di PBF PT.Parit Padang Global terkait
dengan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) diantaranya kurang
konsistennya petugas gudang dalam menjalankan CDOB namun langsung
dilakukan penanganan dan pencegahan agar kasus tersebut tidak terulang
kembali.
B. Saran
Terus mempertahankan dan meningkatkan penerapan Cara Distribusi Obat yang
Baik (CDOB) dan Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (CDAKB) dalam
setiap aspek-aspek terkait mutu obat agar obat dapat sampai ke tangan pasien
dalam keadaan yang layak dan efek yang maksimal.
69
DAFTAR PUSTAKA
BPOM. (2020). Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 6 Tahun 2020
Tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
9 Tahun 2019 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik. BPOM
RI.
BPOM RI. (2018). Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 26 Tahun
2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
Sektor Obat Dan Makanan. In Bpom Ri.
BPOM RI. (2019). Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia No 9 Tahun 2019. Badan Pengawas Obat Dan Makanan, 53, 1689–
1699.
KEMENKES RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1148/Menkes/Per/Vi/2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi.
KEMENKES RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor34 Tahun 2014 Tentang Pedagang Besar Farmasi (Vol. 39, Issue 1).
KEMENKES RI. (2015). Permenkes No. 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan
Prekursor Farmasi. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 37.
Presentasi Tugas
Chileer
Gudang Penyimpanan
Alarm Monitor
Termohigrometer Loger
Alarm Monitoring Suhu Chiller Forklif
Lampiran Tugas Presentasi