Professional Documents
Culture Documents
Buku Pai SM I & II
Buku Pai SM I & II
Menuntut ilmu penting dengan segala hikmah dan fadhilahnya, namun tidak
kalah pentingnya bagaimana ilmu yang kita pelajari dapat kita amalkan.
Pepatah Arab mengatakan (artinya): “Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa
buah.”. Ilmu apabila tidak diamalkan, baik untuk diri sendiri maupun bagi
orang lain (umat), maka selain tidak bermanfaat, juga akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt kelak diakhirat. Sedangkan ilmu
apabila diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, maka Allah telah berjanji
dalam firman-Nya :
1
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam Keadaan beriman, maka akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. An Nahl ; 97).
Pemilik ilmu adalah Allah maka Ia akan memberikan-nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dengan disertai kebaikan dan kemudahan memahaminya
dalam soal agama, tentunya yang dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan
secara luas, tidak seperti pandangan Barat yang sekuler. Pada prinsifnya ilmu
pengetahuan dipandang sebagai kesatuan, kemudian dipisahkan sesuai
dengan objeknya, dan pembidangan ilmu pengetahuan bertujuan untuk
merumuskan spesialisasinya serta menunjukkan bentuk dan sifat ilmu. Dalam
hadis ini terlihat bahwa, pertama, fungsi atau tujuan ilmu adalah membuat
kebaikan, ilmu adalah untuk kemaslahatan, bukan ilmu untuk ilmu. Kedua,
ada hubungan kebaikan dengan kefahaman, khususnya kefahaman ilmu
agama, dimana dasar ilmu agama memberikan sifat kebaikan meskipun
seseorang itu menguasai ilmu-ilmu lainnya, demikian pentingnya dasar ilmu
agama bagi dasar penguasaan ilmu pengetahuan, lemahnya dasar ilmu
agama maka penguasaan ilmu pengetahuan menyebabkan kerusakan,
kesombongan dan kesewenang-wenangan. Dasar ilmu agama itu adalah
pengetahuan tentang Allah sebagai satu-satunya sesembahan (Tuhan).
“ Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan)
selain Allah (QS. Muhammad : 19)
Hadis berikut menjelaskan amal yang uatama dalah berilmu mengenai Allah,
merupakan dasar kefahaman agama dan dasar ilmu pengetahuan.
افضل االعمال العلم با هلل ان العلم ينفعك معه قليل العمل وكثيره وان الجهل الينفعك معه قليل
العمل وال كثير
Amal yang paling utama adalah berilmu mengenai Allah, sesungguhnya ilmu
itu mendatangkan manfaat bagimu (bila engkau) bersamanya sedikit maupun
banyak amal. Dan sesungguhnya bodoh itu tidaklah mendatangkan manfaat
bagimu (bila engkau) bersamanya, sedikit maupun banyak amal itu (HR.
Hakim, Turmudzi dalam Nawaadir dan ibnu Abdil Baar dan lain keduanya dari
Anas ra)
Anas meriwayatkan bahwa seorang laki-lakin datang menemui Nabi saw. Dia
berkata; Apa amal yang utama ?, beliau menjawab; Berilmu mengenai Allah.
Kemudian dia bertanya lagi (setelah datang kedua kalinya), lalu beliau
menjawab seperti itu juga.Maka laki-laki itu berkata; Ya Rasulallah,
sesungguhnya aku bertanya padamu mengenai amal. Maka Nabi saw.,
meneruskan : Sesungguhnya ilmu itu mendatangkan manfaat bagimu ….. dan
seterusnya bunyi hadits.
2
Hadits ini diterangkan sebagai berikut :
[1258] Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui
kebesaran dan kekuasaan Allah.
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada
yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (QS. Al Ankabut : 43)
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran. (QS. Az Zumar : 9)
3
Menuntut Ilmu di dalam ajaran Islam hukumnya Fardhu `Ain, artinya
kewajiban yang dibebankan kepada setiap individu muslim dan jika tidak
dilakukan disamping berdosa juga akan merugikan diri sendiri, karena selain
akan menjadi bodoh, juga tidak dapat membedakan mana yang hak dan
bathil, mana yang benar atau salah, mana yang halal atau haram, sehingga
akan tersesatlah kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat. Rasulullah
saw sendiri selalu menuntut ilmu melalui wahyu Allah yang diajarkan oleh
Malaikat Jibril as, dan beliau diperintahkan untuk belajar dengan adab-adab
yang baik, serta senantiasa berdoa, sebagaimana difirmankan Allah :
“Maka Maha Tinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu
tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya
kepadamu, dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan." (QS. Thaha ; 114).
Maksud ayat tersebut: Nabi Muhammad s.a.w. dilarang oleh Allah menirukan
bacaan Jibril a.s. kalimat demi kalimat, sebelum Jibril a.s. selesai
membacakannya, agar dapat Nabi Muhammad s.a.w. menghafal dan
memahami betul-betul ayat yang diturunkan itu.
Kewajiban menuntut ilmu bagi kita sebagaimana telah disabdakan oleh
Rasulullah saw:
)َط َلُب اْلِع ْلم َفِر ْي َض ٌة َع َلى ٌك ِّل ٌمْس ِلٍم (َر َو اٌه ابن ماجه
“ Menuntut Ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Sesungguhnya manusia makhluk yang lemah dan bodoh di sisi Allah, ia tidak
mengetahui apapun selain yang diajarkan oleh Allah SWT, oleh karenanya
akan berbeda bagi orang yang telah diberi ilmu oleh Allah dengan orang yang
tidak berilmu. Orang yang berilmu lebih tinggi derajatnya di sisi Allah
dibandingkan dengan orang tidak berilmu, sebagaimana firman Allah berikut:
“ Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!". Mereka menjawab: "Maha suci
Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana." (QS Al Baqarah : 31-32)
4
“Katakanlah : Adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang
yang tidak mengetahui “. (QS. Az Zumar : 9)
“Allah akan meninggikan (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujadalah ; 11)
Orang berilmu adalah orang yang paling takut kepada Allah, karenanya ia
akan diselamatkan dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah
(maksiat), dan ia senantiasa akan menuju kepada ketaatan kepada-Nya, hal
ini telah dijelaskan oleh Allah dalam Al Qur-an :
“ Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama*. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
(QS. Faathir : 28)
* Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran
dan kekuasaan Allah.
َم ْن َس َلَك َط ِر ْي ًقا َي ْط ُلُب ِفْيِه ِع ْلًما َس َلَك ُهلّلا ِبِه َط ِر ْي ًقا ِاَلى اْلَج َّن ِة َو َإَّن اْلَم َالِئَك َة َلَت َض ُع َأْج َن َح َت َه ا ِر ًض ى
(أخرجه أبو داود والترمذي. ِلَط اِلِب اْلِع ْلِم
“Barang siapa yang melewati jalan untuk keperluan menuntut ilmu, maka
Allah akan memudahkan baginya berjalan menuju syurga. Dan sesungguhnys
para malaikat akan membentangkan sayapnya karena senang kepada
penunutut ilmu. (HR. Abu Daud & Tirmidzi).
ع بن انس عن..ر بي..حدثنا نصربن علي اخبرنا خا لد بن يزيد العتلي عن ابي جعفر الرازي عن ال
تي..بلى هللا ح..و في س..رج في طلب علم فه..انس بن مالك قال رسول هللا صلي هللا عليه وسلم من خ
يرجع
Nasr bin Ali menceritakan kepada kami , Khalid bin Yazid al-Attall
memberitahukan kepada kami, dari Abu Ja’far ar-Razi dari ar-Rabi bin Anas,
dari Anas bin malik Rasulullah saw. Berkata : “Barang siapa keluar (dari
rumahnya) untuk mencari ilmu maka dia jihad di jalan Allah sehingga ia
kembali (Hadis ini Hasan Garib dan sebahagian ahli hadis meriwayatkan
hadis ini tapi tidak meriwayatkannya secara marfu)
“Seorang mukmin tidak akan pernah merasa kenyang dari kebaikan (ilmu)
yang ia dengar . Ia terus terus mendengar pembicaraan ilmu tersebut hingga
ia masuk ke dalam syurga.” (HR. Thirmidzi).
“Kebaikan di dunia dan akhirat beserta ilmu, kemuliaan di dunia dan akhirat
juga dengan ilmu, dan seorang yang alim lebih besar keutamaannya bagi
Allah Ta`ala dari pada seribu pejuang yang mati syahid “.
5
Masih banyak lagi fadhilah atau keutamaan ilmu, yang tidak mungkin ditulis
semua dalam buku ini. Maka sangat dianjurkan untuk mempelajari ilmu ini
kepada ulama-ulama (guru-guru) yang beriman dan bertakwa kepada Allah
swt, sebab apabila kita belajar kepada mereka, bukan hanya mendapatkan
ilmu semata, tetapi doa untuk muridnya, serta keberkahan ilmu yang mereka
ajarkan akan menjadi keberkahan bagi kehidupan kita, sehingga bermanfaat
bagi diri dan umat di dunia dan akhirat.
Agar kita memiliki kekuatan untuk menuntut ilmu dan mengamalkannya, maka
harus ditempuh dengan cara-cara sebagai berikut :
6
8. Menerima dan mengikuti suatu kebenaran walaupun dari orang yang lebih
rendah ketika mengalami suatu kesalahan
9. Melarang penuntut ilmu untuk menggunakan ilmunya kepada tujuan selain
mencari ridho Allah dan kebahagian akhirat
10. Memperbaiki dhohir dan bathinnya dengan taqwa agar menjadi tauladan
bagi penuntut ilmu
Ilmu adalah karunia paling berharga yang diberikan Allah swt., kepada
manusia. Kemuliaan ilmu ini banyak ditegaskan oleh Al-Qur'an maupun hadis
Rasulullah SAW seperti hadis yang mewajibkan seluruh umat Islam, baik laki-
laki maupun perempuan, atau keharusan menuntut ilmu dari sejak manusia
dilahirkan hingga meninggal dunia (long life education).
Sedangkan ilmu tidak dapat dikatakan ilmu jika ia tidak dihubungkan dengan
amal perbuatan manusia. Rasulullah SAW mengibaratkan hubungan ilmu dan
amal ini dengan pohon dan buahnya. Jika ilmu adalah sebatang pohon maka
amal adalah buahnya. Jika ilmu tidak disertai dengan amal kebajikan maka
ilmu tersebut tidak banyak berguna laksana pohon yang tak berbuah.
Dalam sebuah ayat Al-Quran Allah swt, menjelaskan tentang kedudukan ilmu
ketika beramal :
“Dan janganlah engkau turut apa-apa yang engkau tidak ada ilmu padanya,
sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan ditanya,”
(QS. Al Isra : 36).
7
Dan diterangkan juga dalam hadits tentang hubungan ilmu dan pentingnya
mengamalkan ilmu, diantaranya :
العالم والعلم والعمل في الجنه فان لم يعمل العالم بما يعلم كان العلم والعمل في الجنه وكان العالم
فى النار
Orang ‘alim, ilmu dan amalnya berada dalam syurga, apabila seorang ‘alim
tidak mengamalkan ilmunya maka yang berada dalam syurga hanyalah ilmu
dan amalnya saja, sedang orang ‘alimnya berada dalam neraka.
Hadis ini seiring dengan ancaman Allah swt., dalam Al Quran yang berbunyi :
“ Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS. Ash Shaaf : 2-3)
حدثنا ابواالشعث احمدبن المقدام العجلى البسرى اخبرنا امية بن خالد اخبرنا اسحاق بن يحي بن
ول من.لم يق.ه وس.لى هللا علي..طلحة حدثى ابن كعب بن مالك عن ابيه قال سمعت رسول هللا ص
طلب العلم ليجارى به العلماء اوليمارى به السفهاء ويصرف به وجوة الناس اليه ادخله هللا النار
Abu al Asy`ats Ahmad bin al Miqdam al `AJili al Basri, menceritakan kepada
kami Umayyah bin Khalid, memberitahukan kepada kami Ishaq bin Yahya
bin Thalhah, memberitahukan kepada kami Ibnu Ka`ab bin Malik dari
ayahnya berkata; Aku mendengar Rasulullah saw., bersabda : Barang siapa
mencari ilmu agar diperlakukan sebagai seorang yang pandai atau untuk
berbantah dengan orang-orang yang bodoh atau menarik perhatian manusia
kepadanya niscaya kelak Allah memasukkannya ke neraka (hadis ini gharib)
وبي.ارك عن اي.ا علي بن المب.ائي اخبرن.اد الهن.دبن عب.ا محم.ربن علي احبرن..دثنا علي بن نص.ح
ا..ال من تعلم علم..لم ق..ه وس..لى هللا علي..بي ص..ر عن الن..ك عن ابن عم..دبن دري..ختيانى عن خال..الس
لغيرهللا او اراد به غيرهللا فليتبوا مقعده من النار
Ali bin Nasr bin Ali menceritakan kepada kami Muhammad bin Abbad al-
Hunaini, memberitahukan kepada kami Ali al Mubarak dari Ayyub as-
Shakhutiyani dari Khalid bin Duraik dari ibnu Umar dari Nabi saw,
Bersabda : Barang siapa belajar ilmu karena selain Allah atau menghendaki
dengan ilmu itu selain Allah, maka hendaklah ia menyiapkan tempat
duduknya di neraka
8
Menurut Syekh Zarnuji, kegagalan ini disebabkan oleh kekeliruan motivasi
menuntut ilmu (niat), memilih disiplin ilmu, guru dan teman, kurangnya
penghormatan terhadap guru dan orang yang berilmu, kemalasan dalam
belajar, kurangnya ibadah dan rendahnya sikap tawakkal (berserah diri
kepada Allah swt.,), wara` (menjauhi memakan barang haram), zuhud
(melepaskan ketergantungan terhadap materi). Sementara seluruh hal di atas
merupakan syarat-syarat dan jalan yang dibutuhkan oleh setiap pelajar dalam
mencapai ilmu pengetahuan yang diridhai Allah SWT.
”Man zada ilman wa lam yazdad hudan lam yazdad minallahi illa bu`dan.”
ه عن..روه عن ابي..ام ين ع..ليمان عن هش..ا عبدهللا بن س..داني اخبرن..حاق الهم..حدثنا هارون بن اس
عبدهللا بن عمر وبن العاص قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ان هللا اليقبض العلم انتزاعا
ا..اس رؤس..ذ الن..ا اتخ..ترك عالم..تى اذا لم ي..اء ح..ى العلم..ينتزعه من الناس ولكن يقبض العلم بقبض
جهاالء فسئلوا فافتوا بغير علم فضّلوا واضّلوا
9
AL ISLAM
10
3. Sesuatu yang tidak berubah (kekal).
4. Suatu jalan yang tidak kacau, tenang, tentram dan teratur.
5. Suatu cara untuk mencapai keridhaan Tuhan.
Kata lain dari agama adalah religion (Inggris) artinya mengumpulkan dan
membaca atau mengikat. Dengan demikian agama berarti kumpulan cara-
cara mengabdi manusia yang terikat dengan Tuhan-nya, yang tertulis dalam
suatu kitab suci dan hanya dapat diketahui dengan cara membaca.
Sedangkan dalam bahasa Arab kata agama disebut dengan “Dien” atau
“Millah.”
Akan tetapi baik dien maupun millah memiliki pengertian yang sama dalam
materinya. Perbedaannya hanya dalam kesan, yaitu dien dinisbatkan kepada
Allah, misalnya “Dienullah” (dien atau agama yang diturunkan Allah). Millah
dinisbatkan kepada Nabi tertentu, misalnya “Millata Ibrahim” (dien atau agama
yang dibawa oleh Nabi Ibrahim).
Melihat dari berbagai pengertian di atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa
agama adalah peraturan-peraturan Tuhan untuk manusia melalui para Rasul-
Nya (utsan-Nya) untuk mengapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
B. Klasifikasi Agama
Ditinjau dari sumbernya, agama di bagi ke dalam dua golongan, yaitu Agama
Wahyu dan Agama Budaya. Agama Wahyu disebut juga Agama Samawi
(agama langit), sedangkan Agama Budaya disebut Agama Ardhi (agama
bumi). Kedua macam agama tersebut memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda,
yaitu :
a. Berasal dari wahyu Allah, jadi bukan ciptaan manusia atau siapapun selain
Allah swt.
b. Ajaran Ke-Tuhanannya monotheisme (Tauhid) mutlak.
c. Disampaikan oleh para Rasul atau Nabi.
d. Mempunyai kitab suci yang otentik (asli), bersih dari campur tangan
manusia.
e. Ajaran-ajarannya bersifat tetap, tidak berubah-ubah.
Yang termasuk Agama Wahyu adalah Agama Islam (masih asli), Nasrani dan
Yahudi (yang asli) sekarang kedua agama ini sudah tidak asli lagi.
C. Pengertian Al Islam
11
Mempelajari dan memahami Islam secara utuh dan menyeluruh adalah
penting walaupun tidak secara detail. Hal ini dimaksudkan agar tidak
menimbulkan kesalah pahaman yang akan menimbulkan pandangan dan
sikap negatif terhadap Islam. Disamping itu untuk menumbuhkan sikap
hormat bagi pemeluk agama lain.
Pertama, Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli yaitu Al Qur’an dan
Sunnah Rasulullah saw,. Kekeliruan memahami Islam dapat terjadi jika
manusia hanya mengenal dan mempelajarinya dari sebagian orang dan
pemeluk-pemeluknya yang telah jauh dari pimpinan Al Qur’an dan Sunnah.
Kedua, Islam harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara partial,
artinya Islam harus dipelajari secara menyeluruh sebagai suatu kesatuan
yang utuh, tidak sebagian saja. Apabila Islam dipelajari secara partial saja dari
ajarannya, apalagi yang bukan ajaran pokok, dan hanya dalam bidang-bidang
khilafiyah, maka tentulah pengetahunnya tentang Islam sebatas apa yang
dipelajarinya, yaitu bagian kecil dari masalah dalam Islam dan bukan pokok,
sehingga apabila hal ini terjadi maka seseorang akan merasa skeptis (ragu,
bimbang) terhadap Islam, dengan adanya hal-hal yang nampaknya
mengandung antagonisme.
Nama Islam mempunyai perbedaan yang luar biasa dengan agama dan
ajaran kepercayaan lainnya. Kata Islam tidak mempunyai hubungan dengan
orang atau golongan manusia bahkan dari suatu negara tertentu. Tetapi Islam
adalah agama wahyu dari Allah swt, dan juga satu-satunya agama yang
diridhoi-Nya, maka untuk mempelajarinya terlebih dahulu diperlukan
pemahaman terhadap makna atau pengertian Islam, sehingga tidak keliru
dalam menafsirkan atau memberi definisi tentang Islam itu, karena akan
ditemukan akar kata dari kata Islam itu sendiri.
Secara umum pengertian Islam berasal dari kata “Aslama”, yang berarti
tunduk, patuh dan berserah diri. Islam adalah nama dari agama wahyu yang
diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat
manusia. Agama Islam berisi ajaran-ajaran Allah yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam.
Pengertian “Islam” yang lainnya menurut bahasa berasal dari bahasa Arab
“Salima”, yang berarti selamat, maksudnya selamat dunia dan akhirat.
“Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-
Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan
orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang
dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. Al Maa-
idah ; 16).
12
Dari asal kata itu dibentuk kata “aslama”, yang artinya menyerah atau tunduk,
mentaati atau mematuhi, maksudnya adalah menyerah, mentaati atau
mematuhi segala perintah Allah SWT.
“ Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu
keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya. (QS. An Nisaa : 65)
Menurut Istilah, pengertian Islam adalah tunduk dan menyerah kepada Allah
baik lahir maupun bathin dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan
meninggalkan segala larangan-Nya, sesuai cara Rasulullah saw., untuk
kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.
Terdapat beberapa ciri khas Dienul (Agama) Islam yang harus difahami oleh
semua manusia, sehingga tidak terjadi kesalah fahaman, antara lain :
a. Robbaniyah
Maksudnya adalah bahwa Islam bersumber dari Robb Semesta Alam (Allah
swt) bukan dari manusia atau makhluk lainnya.
“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu
dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu:
Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat
berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.
Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. Asy
Syuura ; 13).
“Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi;
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan
mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang
Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-
kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS. Al
A`raaf ; 158).
Maksudnya adalah bahwa hukum dan ajaran Islam mencakup seluruh aspek
kehidupan. Tidak ada suatu aktifitas, baik yang kecil maupun besar, kecuali
Islam telah menerangkan hukumnya.
“Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu.
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS. Al An`aam ; 38).
14
“(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat
seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan
kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.” (QS. An Nahl ; 89).
d. Al Basathoh (mudah)
Maksudnya adalah bahwa ajaran Islam mudah untuk dikerjakan, tidak ada
kesulitan sedikitpun, sebab islam tidak membebankan manusia kecuali
sebatas kemampuannya.
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-
benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk
kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim.
Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu
dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas
dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka
dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali
Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan
sebaik- baik penolong.” (QS. Al Hajj ; 78).
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang
melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka
hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan
penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar
kamu ingat.” (QS. Al An’am ; 152).
16
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia kaya ataupun miskin, Maka Allah
lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan
(kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah
Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. An nisaa ; 135).
f. Tawazun (keseimbangan)
17
pertama disebut rukun-rukun iman, sedangkan yang kedua disebut rukun-
rukun Islam. Secara garis besar, pokok-pokok Ajaran Islam meliputi tiga
bidang, yaitu Aqidah, Syari’ah dan Akhlak. Masing-masing ajaran pokok
tersebut memiliki unsur-unsurnya, sebagaimana digambarkan dalam skema di
bawah ini. Peraturan Allah yang mengatur manusia dengan Tuhan disebut
Ibadah, dan yang mengatur hubungan manusia dengan sesama dan alam
semesta disebut Mu’amalah.
1. Dienul Islam
*Yang dimaksud: agama di sini ialah meng-Esakan Allah Swt. beriman kepada-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta mentaati segala perintah dan larangan-Nya.
b. Agama yang hak (dienul hak), Inilah yang mengantarkan manusia ke jalan
hidayah
18
“Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekuturmu ada yang menunjuki
kepada kebenaran (hak)?" Katakanlah "Allah-lah yang menunjuki kepada
kebenaran". Maka Apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran
itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk
kecuali (bila) diberi petunjuk? mengapa kamu (berbuat demikian)?
Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?” (QS. Yunus ; 35).
Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-
surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan
sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya
kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada
pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang
memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa
huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar
supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al
Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-
huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah
dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka
buat semacam Al Quran itu, niscaya mereka tidak akan mampu membuatnya,
walau meminta bantuan seluruh manusia, jin dan makhluk-makhluk lainnya di
seluruh dunia.
19
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain
hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah).” (QS. Al an`am ; 116).
“Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan
semua yang ada di bumi. dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu
selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). mereka tidak mengikuti
kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga.” QS. Yunus
; 66).
“Dan mereka berkata: "Jikalau Allah yang Maha Pemurah menghendaki
tentulah Kami tidak menyembah mereka (malaikat)". mereka tidak
mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang itu, mereka tidak lain hanyalah
menduga-duga belaka.” (QS. Az Zukhruf; 20).
c. Undang-undang/peraturan bathil
“Maka (Zat yang demikian) Itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; Maka
tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka Bagaimanakah
kamu dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS. Yunus ; 32).
“Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekuturmu ada yang menunjuki
kepada kebenaran?" Katakanlah "Allah-lah yang menunjuki kepada
20
kebenaran". Maka Apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran
itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk
kecuali (bila) diberi petunjuk? mengapa kamu (berbuat demikian)?
Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?” (QS. Yunus ; 35).
Berikut ini ayat-ayat Allah yang menjelaskan hukuman bagi hambanya yang
mengingkari hukum (keputusan) Allah swt., diantaranya :
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan
perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah,
oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan
mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi
saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi)
takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan
harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. Dan Kami
telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa
(dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga
dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya.
Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu
(menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang
yang dzhalim. (QS. Al Maa-idah : 44-45)
21
“Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah didalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang
yang fasik. (QS. Al Maa-idah : 47)
Penjelasan :
Orang yang tidak memutuskan perkara menurut hukum Allah, ada tiga macam
:
a). Karena benci dan ingkarnya kepada hukum Allah, orang yang semacam ini
kafir
Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah,
Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. Al Maa-idah : 44).
b). Karena menurut hawa nafsu dan merugikan orang lain dinamakan dzhalim
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah,
Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. (QS. Al Maa-idah : 45).
22
d. Beranggapan bahwa manusia dapat leluasa keluar dari syariat yang
dibawa Rasulullah saw,
.
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-
orang yang rugi.(QS. Al Maa-idah : 85)
Keterangan ayat :
23
* Yang dibaca syaitan-syaitan maksudnya: Kitab-Kitab sihir.
**Syaitan-syaitan itu menyebarkan berita-berita bohong, bahwa Nabi Sulaiman menyimpan
lembaran-lembaran sihir (Ibnu Katsir).
***Berbacam-macam sihir yang dikerjakan orang Yahudi, sampai kepada sihir untuk
mencerai-beraikan masyarakat seperti mencerai-beraikan suami isteri.
h. Berpaling dari dienullah (Islam), tidak mau belajar serta tidak mau
mengamalkannya.
“Dan siapakah yang lebih dzhalim daripada orang yang telah diperingatkan
dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya?
Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang
yang berdosa. “ (QS. As Sajdah ; 22)
24
AQIDAH & SYARI`AH
A. Pengertian Aqidah
1. Ikatan (al-rabthu)
2. Janji (al-ahdu)
3. Keyakinan yang mantap (al-jazmu)
Menurut Sayyid Sabiq, pengertian aqidah itu tersusun dari enam perkara :
25
wujud atau adaNya serta kenyataan sifat keagunganNya dalam alam
semesta atau di dunia ini.
2. Ma’rifat dengan alam yang ada dibalik alam semesta ini Yakni alam
yang tidak dapat dilihat. Demikian pula kekuatan-kekuatan kebaikan yang
terkandung didalamnya yakni yang berbentuk malaikat, juga kekuatan-
kekuatan jahat yang berbentuk iblis dan sekalian tentaranya dari golongan
syaithan. Selain itu pula ma’rifat dengan apa yang ada didalam alam yang
lain lagi seperti jin dan ruh.
3. Ma’rifat dengan kitab-kitab Allah Ta’ala yang diturunkan olehNya
kepada para rasul. Kepentingannya ialah dijadikan sebagai batas untuk
mengetahui antara yang hak dan yang bathil, yang baik dan yang jelek,
yang halal dan yang haram, juga antara yang bagus dan yang buruk.
4. ma’rifat dengan nabi-nabi serta rasul-rasul Allah Ta’ala yang dipilih
olehNya untuk menjadi pembimbing kearah petunjuk serta pemimpin
seluruh mahluk guna menuju kepada yang hak.
5. Ma’rifat dengan hari akhir dan peristiwa-peristiwa yang terjadi disaat
itu seperti kebangkitan dari alam kubur (hidup lagi sesudah mati),
memperoleh balasan, pahala atau siksa, surga atau neraka.
6. Ma’rifat kepada takdir (qadha dan qadar) yang diatas landasannya
itulah berjalannya peraturan segala yang ada dialam semesta ini, baik
dalam penciptaan atau cara mengaturnya.
Inilah yang merupakan pengertian pokok dalam keimanan, yakni aqidah yang
menyatakan dan memberitahukan serta menyiarkannya itulah Allah Ta’ala
menurunkan kitab-kitab suci-Nya, mengutus semua rasul-rasul-Nya dan
dijadikan sebagai wasiat-Nya baik untuk golongan awwalin (orang-orang
dahulu) dan golongan akhirin (orang-orang belakangan).
*Yang dimaksud: agama di sini ialah meng-Esakan Allah s.w.t., beriman kepada-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta mentaati segala perintah dan larangan-Nya.
Jelaslah dari ayat diatas itu bahwa agama yang disyari’atkan oleh Allah ta’ala
kepada kita itu adalah sebagaimana yang pernah diwasiatkan kepada Rasul-
rasul-Nya yang dahulu-dahulu, yakni agama yang merupakan pokok-pokok
26
aqidah dan tiang-tiang atau rukun-rukun keimanan. Jadi bukannya cabang-
cabangnya agama atau syari’at-syari’atnya yang berupa amalan. Sebabnya
ialah karena setiap umat itu tentu memiliki syari’at-syari’at amaliah yang
sesuai dengan keadaan mereka sendiri, hal Ihwal serta jalan fikiran serta
kerohanian mereka itu pula. Hal ini diterangkan dalam firman Allah Ta’ala
yang berbunyi :
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian* terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang
telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu**, Kami berikan
aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.
hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,(QS. Al Maa-idah : 48)
*Maksudnya: Al Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang
diturunkan dalam Kitab-Kitab sebelumnya.
**Maksudnya: umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya.
RUKUN IMAN
27
kesepakatan mereka bahwa Allah swt., itu wajib ada dan Dia adalah Maha
Pencipta dan Maha Pengendali alam semesta.
28
“ Katakanlah ! Siapakah yang memberi Rizki kepadamu dari langit dan bumi,
atau siapakah yang berkuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan,
dan siapakah yang megeluarkan yang hidup dari yang mati dan
mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur
segala urusan ? Maka mereka menjawab : “ Allah “. Maka katakanlah : “
Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya ? “.(QS. Yunus : 31)
“ Dan jika kamu tanya mereka itu (orang-orang jahiliyah), siapakah yang
menjadikan langit dan bumi, niscaya mereka menjawab, yang
menciptakannya ialah Tuhan Yang Maha Gagah lagi Maha Mengetahui “.
(QS. Az Zuhruf : 9)
Dalam kehidupan moderenpun akan kita jumpai hal-hal yang hakikatnya sama
dengan keadaan manusia jahiliyah. Menurut cara yang primitif masyarakat
jahiliyah menyembah patung-patung, pohon-pohon, gunung-gunung, sungai-
sungai dan sebagainya dengan dalih sebagai perantara. Sedangkan dalam
kehidupan masyarakat moderen cara tersebut nampak pada penghormatan-
penghormatan pada monumen-monumen, pusaka-pusaka, tongkat-tongkat
keramat dan sebagainya. Bahkan ada diantara sebagian mereka mengambil
dukun-dukun sebagai tempat konsultasi untuk menyelesaikan berbagai
masalah mereka dalam berbagai asfek dan persoalan baik pribadi, sosial,
politik, karir, dan kedudukan penting dalam negara dan pemerintahan. Yang
semua itu hakikatnya sama seperti keimanan masyarakat jahiliyah yang
hukumnya adalah syirik dan merupakan dosa yang paling besar disisi Allah
swt.
Masalah Iman kepada Allah adalah masalah yang paling azas dan yang
paling pokok. Alim ulam berkata, “Permulaan agama adalah mengenal
Allah.``. Firman Allah swt,. :
29
“ Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama
yang satu* dan aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah aku.(QS. Al Anbiyaa`
: 92)
Orang yang tidak mengenal Allah adalah orang yang tidak mengenal dirinya.
Jika tidak mengenal dirinya, tentu ia tidak akan mengetahui hakikat mana
yang baik dan mana yang buruk bagi kehidupannya. Untuk itu sangatlah perlu
bagi kita untuk mengetahui cara mengimani Allah swt melalui dua macam,
yaitu :
Beriman kepada Allah swt. Secara ijmali artinya kita meyakini, bahwa Allah itu
tiada bandingan-Nya, yang memiliki segala sifat ke-Tuhanan dengan segala
sifat Keindahan, Keagungan dan Kesempurnaan-Nya. Maha Suci dari sifat-
sifat kekurangan, kelemahan, kerendahan, dan sebagainya.
Sedang beriman kepada Allah secara tafshili artinya, dengan satu persatu.
Yaitu mempercayai dan meyakini bahwa : Allah itu Ada, Allah itu Kekal, Allah
itu berlainan dengan sekalian makhluk, Allah Berdiri dengan sendiri-Nya, Allah
itu Maha Tunggal, Allah itu Maha Berkuasa, Allah itu Maha Berkehendak,
Allah itu Maha Mengetahui, Allah itu Maha Hidup, Allah itu Maha Mendengar,
Allah itu Maha Melihat, Allah itu Berkata-kata.
Tanpa harus di dahului dengan berfikir dan sebelumnya. Fitrah ini tidak akan
berubah kecuali ada sesuatu pengaruh lain yang mengubah hatinya. Nabi
Shallahu’alaihi wa sallam bersabda :
”Tidaklah anak itu lahir melainkan dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanya
lah yang menjadikan mereka Yahudi, Nashrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori)
Bahwa makhluk tersebut tidak muncul begitu saja secara kebetulan, karena
segala sesuatu yang wujud pasti ada yang mewujudkan yang tidak lain adalah
Allah, Tuhan semesta alam. Allah berfirman,
”Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang
menciptakan (diri mereka sendiri)?” (QS. Ath-Thur : 35)
Maksudnya, tidak mungkin mereka tercipta tanpa ada yang menciptakan dan
tidak mungkin mereka mampu menciptakan dirinya sendiri. Berarti mereka
pasti ada yang menciptakan, yaitu Allah yang maha suci. Lebih jelasnya kita
ambil contoh, seandainya ada orang yang memberitahu anda ada sebuah
30
istana yang sangat megah yang dikelilingi taman, terdapat sungai yang
mengalir di sekitarnya, di dalamnya penuh permadani, perhiasan dan
ornamen-ornamen indah. Lalu orang tersebut berkata kepada anda, istana
yang lengkap beserta isinya itu ada dengan sendirinya atau muncul begitu
saja tanpa ada yang membangunnya. Maka anda pasti segera mengingkari
dan tidak mempercayai cerita tersebut dan anda menganggap ucapannya itu
sebagai suatu kebodohan.Lalu apa mungkin alam semesta yang begitu luas
yang dilengkapi dengan bumi, langit, bintang, dan planet yang tertata rapi,
muncul dengan sendirinya atau muncul dengan tiba-tiba tanpa ada yang
menciptakan?
Yang membicarakan tentang adanya Allah. Demikian pula hukum serta aturan
dalam kitab-kitab tersebut yang mengatur kehidupan demi kemaslahatan dan
kebahagiaan manusia, ini menunjukkan bahwa kitab-kitab tersebut berasal
dari Tuhan Yang Maha Esa.
Yang disebut mukjizat adalah suatu bukti kuat adanya Dzat yang mengutus
mereka yang tidak lain Dia adalah Allah Azza wa Jalla.
Contoh lain adalah mukjizat yang diberikan kepada Nabi Isa ’Alaihis
salam yang berupa burung yang terbuat dari tanah, kemudian meniupnya
dengan izin Allah dapat hidup dan terbang menjadi burung yang sebenarnya,
menyembuhkan orang buta sejak lahirnya dan orang yang berpenyakit
sopak/kusta (sejenis penyakit kulit), menghidupkan orang mati dan
mengeluarkan dari kuburannya atas izin Allah. Allah berfirman :
31
“Sesungguhnya Aku Telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu
tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu Aku membuat untuk kamu dari tanah
berbentuk burung; Kemudian Aku meniupnya, Maka ia menjadi seekor burung
dengan seizin Allah; dan Aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari
lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan Aku menghidupkan orang
mati dengan seizin Allah; dan Aku kabarkan kepadamu apa yang kamu
makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. ” (QS. Ali Imran: 49)
Yaitu mengimani hanya Dia lah sesembahan yang tidak ada sekutu bagi-Nya,
mengesakan Allah melalui segala ibadah yang memang disyariatkan dan
diperintahkan-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun
baik malaikat, nabi, wali maupun yang lainnya.
Tauhid rububiyah saja tanpa adanya tauhid uluhiyah belum bisa dikatakan
beriman kepada Allah karena kaum musyrikin pada zaman
Rasulullah Shallahu’alaihi wa sallam juga mengaku mengimani tauhid
rububiyah saja tanpa mengimani tauhid uluhiyah, mereka mengakui bahwa
Allah yang memberi rizki dan mengatur segala urusan tetapi mereka juga
menyembah sesembahan selain Allah. firman Allah :
“Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi rizki kepadamu, dari langit dan bumi,
atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang
mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala
urusan.’ Maka, mereka men-jawab: ‘Allah.’ Maka, katakanlah: ‘Mengapa
kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?’ (QS. Yunus : 31)
Yaitu menetapkan apa-apa yang Allah dan Rasul-Nya telah tetapkan atas diri-
Nya baik itu yang berkenaan dengan nama-nama Allah maupun sifat-sifat-
Nya, tanpa takhriif, ta’thiil, tanpa takyiif, dan tanpa tamtsiil serta tasybih.
32
Takhriif () تخريف
.
Tahriif secara bahasa ialah merubah Adapun menurut istilah ialah merubah nash dari segi lafazh atau
maknanya. Perubahan pada lafazh yang disertai merubah maknanya dan terkadang tidak merubah
maknanya, sehingga terbagi menjadi tiga jenis :
a. Takhriif pada Lafazh sekaligus merubah makna ; Sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang
terhadap firman Allah ta’ala :
َو َك َّلَم ُهَّللا ُموَس ٰى َتْك ِليًما
“Dan Allah telah berbicara dengan langsung” (QS. An Nisaa` : 164)
Mereka me-nashab-kan (fat-hah) [ ]َو َك َّلَم َهَّللاlafazh Allah agar yang berbicara adalah Musa.
b. Takhriif pada lafazh tanpa disertai perubahan makna; Seperi mem-fathah-kan huruf dal pada
firman Allah ta’ala:
اْلَح ْم ُد ِهّلل َر ِّب اْلَع اَلِميَن
“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam” (QS. Al-Fatihah: 2)
Hal ini pada umumnya tidak terjadi kecuali dari seorang yang bodoh, karena pada dasarnya
mengandung maksud atau tujuan yang buruk dari pelakunya.
c. Takhriif Ma’nawi
Yaitu menyimpangkan sebuah lafazh dari zhahirnya tanpa disertai dalil, seperti tahrif makna “Kedua
tangan” yang disandarkan kepada Allah ta’ala menjadi “kekuatan”, “nikmat” dan sejenisnya.
Ta’thil menurut arti bahasa ialah mengosongkan. Adapun menurut istilah ialah mengingkari apa yang
wajib ditetapkan untuk Allah dari asma’ dan shifat-Nya atau mengingkari sebagiannya saja, sehingga
ta’thil terbagi menjadi dua jenis :
a. Ta’thiil Keseluruhan
Sebagaimana ta’thil yang dilakukan sekte sesat Jahmiyyah yang mengingkari semua shifat Allah
dan bahkan sekte ekstrim mereka mengingkari nama-nama (asma’) Allah pula.
b. Ta’thiil Sebagian
Sebagaimana ta’thil yang dilakukan oleh Asy’ariyyah yang mengingkari sebagian shifat saja.
Orang pertama yang dikenal melakukan ta’thil dari ummat ini adalah Ja’d bin Dirham.
Tamtsiil adalah menetapkan sesuatu serupa dengan sesuatu yang lainnya. Tasybiih adalah
menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Tamtsiil mengandung persamaan dari segala segi dan Tasybiih mengandung persamaan pada
sebagian besar shifat. Keduanya itu terkait satu sama lainnya, adapun perbedaan antara keduanya
dengan Takyiif dari dua sisi :
a. Takyiif ialah mengilustrasikan kaifiyah (bagaimananya) secara umum maupun khusus dan
menyamakannya dengan sesuatu yang lain. Tamtsiil & Tasybiih menunjukkan bentuk atau cara
yang dipersempit dengan menyamakannya atau menyerupakannya dengan sesuatu. Di sini takyiif
bersifat umum, karena setiap pelaku tamtsiil di saat yang sama melakukan takyiif pula, bukan
sebaliknya.
b. Takyiif Khusus pada masalah shifat, adapun Tamtsiil terjadi pada masalah ukuran (kadar), shifat
dan dzat.Di sini tamtsiil menjadi lebih umum, karena berkaitan dengan dzat, sifat dan ukuran.
Adapun Tasybiih yang telah menyesatkan sebagian orang terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Seperti perbuatan orang yang melakukan kesyirikan dalam tauhid Rububiyah yang menyangka ada
pencipta lain bersama Allah.
33
b. Seperti perbuatan kaum musyrikin terhadap berhala-berhala mereka, yang mana mereka
menganggap berhala-berhala itu memiliki hak untuk diibadahi sehingga mereka menyembahnya
seperti menyembah Allah ta’ala.
c. Seperti perbuatan orang-orang yang berlebihan dalam memuji Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
atau lainnya. Seperti perkataan Al-Mutanabbi ketika memuji Abdullah bin Yahya Al-Bahturi :
“Maka jadilah seperi yang engkau kehendaki, wahai yang tiada sesuatu pun yang menyamainya.”
Jadilah bagaimanapun yang engkau kehendaki, karena tak ada satu makhluk pun yang
menyamaimu.
Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata : “ Di dalam Al Qu`an disebutkan " يد
( " هللاTangan Allah) memiliki tangan, ""وجه هللا, (Wajah Allah), dan lainnya.
Maka apa yang disebutkan oleh Allah swt., tentang wajah, tangan dan diri
menunjukkan bahwa Allah swt., mempunyai sifat yang tidak boleh direka-reka
bentuknya oleh manusia. Beliau juga berkata : “Allah tidak serupa dengan
makhluk-Nya, dan makhluk-Nya juga tidak serupa dengan Allah swt.. Allah
swt., itu tetap akan selalu memiliki nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Allah swt.,
berfirman :
”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia.” (QS. Asy-Syuura’ : 11)
Iman kepada Allah `Azza wa Jall merupakan pokok keimanan yang menjiwai
seluruh rukun iman lainnya yakni suatu kepercayaan yang mantap dan
kepercayaan itu menyebabkan orang tersebut melakukan kehidupannya
sesuai dengan keimanannya itu. Keimanan seseorang tidak dapat diketahui
dari kepercayaan dan ucapannya saja, keimanan seseorang dapat diketahui
dari perbuatannya dalam menjalani hidup. Karena itu dalam sejumlah ayat al
Qur’an disebutkan bahwa kata iman senantiasa diikuti dengan “amal shalih”.
Dari perilaku tersebut sebatas manusia dapat mengenali bagaiman kualitas
iman seseorang yang jelas berbeda dengan ukuran Allah Yang Maha Tahu.
Adapun keenam rukun iman yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat,
iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada para rasul, iman kepada hari
akhir, dan iman kepada qadlha’ dan qadar merupakan landasan atau fondasi
bagi orang yang menyatakan dirinya sebagai muslim beserta
konsekwensinya. Dari landasan kepercayaan yang kokoh sesuai dengan
petunjuk Allah ini seseorang disebut memiliki aqidah. Aqidah merupakan
keyakinan yang keluar dari interpretasi ajaran yang dipastikan kebenarannya
34
(berdasarkan wahyu). Dari aqidah inilah dibangun syari’ah dan etika moral
yang menjadikan kesempurnaan hidup manusia sebagai hamba Allah yang
mampu melakukan hubungan vertikal dengan benar dan baik kepada Dzat
Yang Maha Sempurna, dan melakukan hubungan baik dengan sesama
manusia.
Sifat-sifat Allah
Yaitu sifat yang berhubungan dengan Zat Allah swt,. Maksudnya sesuatu
yang tidak bisa diterima oleh akal jika Allah tidak disifatkan dengan sifat ini.
Atau bisa juga dikatakan sifat wujubul wujud, Allah wajib ada, dan sifat ini
untuk menentukan adanya Allah swt,. Sedangkan keberadaan alam ini, atau
adanya setiap makhluk ada yang membuatnya (Khalik) yaitu Allah swt,..
Adapun yang tergolong sifat ini hanya satu yaitu sifat :
1. Sifat Wujud, artinya Ada, maka Mustahil bersifat `Adam artinya tidak ada.
Allah Taala itu ada. Mustahil Allah itu tiada.
Sifat yang menolak yang tidak layak bagi Allah swt., atau sifat yang digunakan
untuk meniadakan sesuatu yang tidak layak bagi Allah swt., dan dengan sifat
ini meniadakan sebaliknya, hukum kausalitas (hukum sebab akibat), Sifat
Salbiyah ini ada lima, yaitu Sifat Qidam (Lebih dahulu), Baqa’ (Kekal),
Mukhalafatu Lil Hawaditsi (berbeda dengan Makhluk-Nya), Qiyamuhu
binafsihi (berdiri sendiri), Wahdaniyah (Esa).
Allah Taala itu sedia/terdahulu, tidak ada permulaanya. Mustahil Allah itu
didahului oleh ‘Adam (Tiada), maupun Huduts (ada permulaanya).
Allah itu wajib bersifat kekal dan mustahil bagi Allah dikatakan fana
(binasa)
3. Sifat Mukhalafah Lilhawaditsi artinya : Tidak sama dengan yang baru dan
mustahil bersifat : Mumatsilatu Lilhawaaditsi artinya Sama (Serupa)
dengan yang baharu
Allah itu tidak mempunyai sifat-sifat yang baru yakni dijadikan dan
dihancurkan. Mustahil bersamaan dengan yang baru.
35
4. Sifat Qiyamuhu Binafsihi artinya : Berdiri dengan dirinya sendiri dan
mustahil bersifat Ihtiyaj Ila Mahal Wa Mukhashshash artinya memerlukan
kepada tempat tertentu.
Allah Taala itu berdiri sendiri. Mustahil tidak berdiri dengan dirinya sendiri
atau berdiri pada lainnya dan berdirinya tidak memerlukan tempat tertentu
Allah itu Maha Esa Dzat-Nya , Esa Sifat-Nya dan Esa juga Perangai-Nya.
Mustahil ia mempunyai Dzat, Sifat dan Perangai yang berbilang-bilang.
Sifat yang diwajibkan bagi zat Allah suatu hukum atau sifat yang memastikan
yang disifati itu bersifat dengan sifat tersebut ada pada Dzat Allah. Sifat ini
terdiri dari tujuh sifat yaitu, Qudrat (Maha Berkuasa), Iradah (Maha
Berkehendak), Ilmu (Maha Mengetahui), Hayat (Maha Hidup), Sama’ (Maha
Mendengar), dan Bashar (Maha Melihat).
1. Sifat Qudrat artinya : Kuasa dan mustahil : bersifa ’Ajz artinya : Lemah
Alah Taala itu Maha Berkuasa, apapun bisa dilakukannya. Mustahil Allah
itu lemah atau tidak berkuasa.
3. Sifat ’Ilim artinya : Mengetahui dan mustahil bersifat : Jahil artinya : Bodoh
4. Sifat Hayat artinya : Hidup dan mustahil bersifat : Maut artinya : Mati
Allah Taala itu sentiasa hidup yakni sentiasa ada. Mustahil Allah Taala itu
bisa mati, dianiyaya atau dibunuh.
Allah Taala itu mendengar. Mustahil Allah tuli atau tidak mendengar.
6. Sifat Bashar artinya : Melihat dan mustahil bersifat : ’Ama artinya : Buta
Allah Taala itu sentiasa melihat. Mustahil Allah Taala itu buta.
Ma`nawiyah adalah sifat Allah yang dilazimkan atau tidak bisa dipisahkan
dengan Sifat Ma’ani. Sifat Ma’nawiyah sifat yang mulazimah atau menjadi
akibat dari sifat ma’ani, sifat yang bergantung dan berhubungan dengan sifat
ma’ani. Tiap-tiap ma’ani tentu ada sifat ma’nawiyah, yakni kelanjutan daripada
sifat ma’ani dan bukan merupakan sifat tersendiri. Sifat ma’nawiyah ada tujuh
yaitu : Kaunuh Qadiran (Maha Kuasa), kaunuh Muridan (Maha Berkehendak),
Kaunuhu Aliman (Maha Mengetahui), Kaunuhu Hayyan (Maha Hidup),
Kaunuh Sami-’an (Maha Mendengar), Kaunuhu Bashiran (Maha Melihat), dan
Kaunuhu Mutakalliman (Maha berfirman).
Allah Taala itu maha mengetahui. Mustahil Allah Taala itu jahil/bodoh atau
tidak mengetahui.
Allah Taala itu Maha Hidup dan menghidupkan alam ini. Mustahil Allah itu
bisa mati atau dibunuh.
Allah Taala itu maha mendengar. Mustahil jika Allah Taala tidak
mendengar atau tuli.
Allah Taala itu melihat semua kejadian di muka bumi. Mustahil jika sifat
Allah itu tidak melihat atau buta.
37
7. Sifat Kaunuhu Mutakalliman artinya : Maha Berkata-kata dan mustahil
bersifat Kaunuhu Abkama artinya : Bisu
Allah Taala itu berkata-kata. Mustahil jika Allah Ta’ala bisu atau tidak bisa
berkata-kata.
Selain memiliki Sifat Wajib dan Mustahil, Allah swt. juga memiliki sifat jaiz.
Menurut bahasa jaiz artinya boleh, maka sifat jaiz boleh ada dan boleh tidak
ada pada Allah swt.
Sifat Jaiz bagi Allah swt., hanya ada satu, yaitu : ( “ (كّل ممكن اوتركهفعلFi'lu
Kulli Mumkinin Au Tarkuhu.” yang berarti menjadikan sesuatu yang mungkin
terjadi atau meninggalkannya (tidak menjadikannya). Maksudnya bahwa Allah
berwenang untuk menciptakan dan berbuat sesuatu sesuai kehendak-Nya,
atau tidak menciptakan dan berbuat sesuatu sesuai kehendak-Nya.
Asma`ul Husna
Kebaikan dan kasih sayang Allah swt., tersebut tergambar pada seluruh Al-
Asma’ul Husna. Rasulullah saw., menjelaskan bahwa Al-Asma’ul Husna
(nama-nama yang baik) ada 99 nama, sebagaimana yang beliau saw.,
sabdakan :
)اّن هلل تسعة وتسعين اسما مائة اال واحدا من احصاها دخل الجنة (رواه البخاري ومسلم
38
sembilan puluh sembilan nama tersebut semuanya menjelaskan dan
menggambarkan betapa baiknya dan sempurnannya Allah swt., tersebut. Al-
Asma’ul Husna hanya milik Allah SWT. Manusia sebagai makhluk ciptaan-
Nya hanya dapat memahami, mempelajari dan meniru kandungan makna dari
nama-nama yang baik tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya
diucapkan ketika berdzikir atau berdoa. Ketika berdoa, nama-nama dalam Al-
Asma’ul Husna kita baca dan kita pilih sesuai dengan permintaan kita.
Misalnya kita mohon diberi sifat kasih sayang, maka bacalah Ar-Rahman,
artinya Maha Pengasih. Bila kita mohon petunjuk, maka yang kita baca adalah
Al-HAdi, yang berarti Maha Pemberi Petunjuk, dan demikian selanjutnya
dengan nama-nama yang lain. Al Asma ul Husna adalah nama-nama baik
milik Allah yang mengandung makna sangat dalam jika kita mampu
menggalinya pada setiap nama tersebut. Disebutkan dalam ayat al Qur’an :
Daftar 99 Asmaul Husna atau Nama-Nama yang Baik itu adalah sebagai
berikut :
39
6 Al Mu`min المؤمن Yang Maha Memberi Keamanan
7 Al Muhaimin المهيمن Yang Maha Pemelihara
8 Al `Aziiz العزيز Yang Maha Perkasa
9 Al Jabbar الجبار Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
10 Al Mutakabbir المتكبر Yang Maha Megah, Yang Memiliki
Kebesaran
11 Al Khaliq الخالق Yang Maha Pencipta
12 Al Baari` البارئ Yang Maha Melepaskan (Membuat,
Membentuk, Menyeimbangkan)
13 Al Mushawwir المصور Yang Maha Membentuk Rupa (makhluk-
Nya)
14 Al Ghaffaar الغفار Yang Maha Pengampun
15 Al Qahhaar القهار Yang Maha Memaksa
16 Al Wahhaab الوهاب Yang Maha Pemberi Karunia
17 Ar Razzaaq الرزاق Yang Maha Pemberi Rezeki
18 Al Fattaah الفتاح Yang Maha Pembuka Rahmat
19 Al `Aliim العليم Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)
20 Al Qaabidh القابض Yang Maha Menyempitkan (makhluk-
Nya)
21 Al Baasith الباسط Yang Maha Melapangkan (makhluk-Nya)
22 Al Khaafidh الخافض Yang Maha Merendahkan (makhluk-Nya)
23 Ar Raafi` الرافع Yang Maha Meninggikan (makhluk-Nya)
24 Al Mu`izz المعز Yang Maha Memuliakan (makhluk-Nya)
25 Al Mudzil المذل Yang Maha Menghinakan (makhluk-Nya)
26 Al Samii` السميع Yang Maha Mendengar
27 Al Bashiir البصير Yang Maha Melihat
28 Al Hakam الحكم Yang Maha Menetapkan
29 Al `Adl العدل Yang Maha Adil
30 Al Lathiif اللطيف Yang Maha Lembut
31 Al Khabiir الخبير Yang Maha Mengenal
32 Al Haliim الحليم Yang Maha Penyantun
33 Al `Azhiim العظيم Yang Maha Agung
34 Al Ghafuur الغفور Yang Maha Pengampun
35 As Syakuur الشكور Yang Maha Pembalas Budi
(Menghargai)
40
36 Al `Aliy العلى Yang Maha Tinggi
37 Al Kabiir الكبير Yang Maha Besar
38 Al Hafizh الحفيظ Yang Maha Memelihara
39 Al Muqiit المقيت Yang Maha Pemberi Kecukupan
40 Al Hasiib الحسيب Yang Maha Membuat Perhitungan
41 Al Jaliil الجليل Yang Maha Mulia
42 Al Kariim الكريم Yang Maha Mulia
43 Ar Raqiib الرقيب Yang Maha Mengawasi
44 Al Mujiib المجيب Yang Maha Mengabulkan
45 Al Waasi` الواسع Yang Maha Luas
46 Al Hakiim الحكيم Yang Maha Maka Bijaksana
47 Al Waduud الودود Yang Maha Mengasihi
48 Al Majiid المجيد Yang Maha Mulia
49 Al Baa`its الباعث Yang Maha Membangkitkan
50 As Syahiid الشهيد Yang Maha Menyaksikan
51 Al Haqq الحق Yang Maha Benar
52 Al Wakiil الوكيل Yang Maha Memelihara
53 Al Qawiyyu القوى Yang Maha Kuat
54 Al Matiin المتين Yang Maha Kokoh
55 Al Waliyy الولى Yang Maha Melindungi
56 Al Hamiid الحميد Yang Maha Terpuji
57 Al Muhshii المحصى Yang Maha Mengkalkulasi
58 Al Mubdi` المبدئ Yang Maha Memulai
59 Al Mu`iid المعيد Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
60 Al Muhyii المحيى Yang Maha Menghidupkan
61 Al Mumiitu المميت Yang Maha Mematikan
62 Al Hayyu الحي Yang Maha Hidup
63 Al Qayyuum القيوم Yang Maha Mandiri
64 Al Waajid الواجد Yang Maha Penemu
65 Al Maajid الماجد Yang Maha Mulia
66 Al Wahiid الواحد Yang Maha Tunggal
67 Al Ahad االحد Yang Maha Esa
68 As Shamad الصمد Yang Maha Dibutuhkan, Tempat
41
Meminta
69 Al Qaadir القادر Yang Maha Menentukan, Maha
Menyeimbangkan
70 Al Muqtadir المقتدر Yang Maha Berkuasa
71 Al Muqaddim المقدم Yang Maha Mendahulukan
72 Al Mu`akkhir المؤخر Yang Maha Mengakhirkan
73 Al Awwal األول Yang Maha Awal
74 Al Aakhir األخر Yang Maha Akhir
75 Az Zhaahir الظاهر Yang Maha Nyata
76 Al Baathin الباطن Yang Maha Ghaib
77 Al Waali الوالي Yang Maha Memerintah
78 Al Muta`aalii المتعالي Yang Maha Tinggi
79 Al Barri البر Yang Maha Penderma
80 At Tawwaab التواب Yang Maha Penerima Tobat
81 Al Muntaqim المنتقم Yang Maha Pemberi Balasan
82 Al Afuww العفو Yang Maha Pemaaf
83 Ar Ra`uuf الرؤوف Yang Maha Pengasuh
84 Malikul Mulk مالك الملك Yang Maha Penguasa Kerajaan
85 Dzul Jalaali ذو الجالل وYang Maha Pemilik Kebesaran dan
Wal Ikraam اإلكرام Kemuliaan
42
99 As Shabuur الصبور Yang Maha Sabar
Sebelum membahas tentang kitab-kitab yang diturunkan Allah swt., dan juga
Al Qur’an ada baiknya penulis sajikan pengetahuan tentang wahyu Allah.
Dimana Allah swt menurunksn wahyu kepada para Rasul melalui perantaraan
Malaikat atau tidak melalui Malaikat. Materi wahyu merupakan sistem nilai
dan norma Ilahi (Wad`un Ilaahiyun) yang melandasi sistem berfikir dan
berprilaku yang mengatur tata cara hubungan manusia kepada Khaliq
(Pencipta), manusia dengan dirinya, manusia dengan manusia, manusia
43
dengan alam dan manusia dengan makhluq lainnya yang melahirkan karya
budaya dan peradaban untuk mencapai ridha Allah swt.
Wahyu dalam arti bahasa mempunyai pengertian isyarat yang cepat, menurut
terminologi Islam wahyu berarti petunjuk yang disampaikan dan atau
diresapkan kepada Rasul. Sedangkan llham adalah daya gerak yang
diberikan Allah untuk memahami atau melakukan sesuatu. Dan menurut
sifatnya llham dapat diterima oleh setiap orang yang dikehendaki oleh Allah
swt.. Perbedaan antara wahyu dengan llham bahwa wahyu hanya diberikan
kepada Rasul saja.
44
AL QUR’AN
Pengertian Kitab menurut bahasa berati sesuatu yang ditulis. Sedang menurut
terminologi Islam Kitab berarti himpunan perintah atau ketentuan-ketentuan.
Sehingga Kitabullah merupakan himpunan perintah atau ketentuan-ketentuan
Allah swt.
Di samping itu ada juga yang disebut shuhuf yang berarti wahyu-wahyu Allah
yang diturunkan kepada para Rasul yang dikumpulkan dalam lembaran-
lembaran seperti shuhuf yang diberikan kepada Nabi Adam as., Ibrahim as.,
Syits as., Musa as., sebelum turunnya Taurat, dan sebagainya. Jadi wahyu-
wahyu Allah swt., disamping berbentuk kitab ada juga yang berbentuk
lembaran-lembaran atau shuhuf-shuhuf seperti tersebut di atas, sedang 4
45
kitab-kitab besar yang wajib ketahui dan diimani ada 4 yaitu : Taurat, Zabur,
Injil, dan Al Qur-anul Karim.
Abu Dzar ra. Bercerita, “Saya bertanya kepada Rasulullah saw, “Berapa
banyakkah kitab yang telah diturunkan Allah swt.? Jawab Beliau saw. ,
“Seratus shuhuf atau mushhaf dan 4 kitab suci. Lima puluh shuhuf diturunkan
kepada Nabi Syits as. , Tiga puluh shuhuf kepada Nabi Idris as., Sepuluh
shuhuf kepada Nabi Ibrahim as. , dan Sepuluh shuhuf diturunkan kepada Nabi
Musa as., sebelum diturunkan kepadanya Kitab Taurat. Dan selain shuhuf-
shuhuf tersebut, ada empat kitab suci yang diturunkan, Taurat, Zabur, Injil,
dan Al Qur-an. “
Lalu Abu Dzar ra., bertanya lagi, “Apa isi kandungan shuhuf-shuhuf yang
diturunkan kepada Nabi Ibrahim as. ? Jawab Beliau saw., “Isinya
mengandung pribahasa-pribahasa, misalnya, “ Wahai raja yang kuat dan
angkuh. Aku tidak melantikmu untuk mengumpulkan harta, tetapi Aku
melantikmu untuk mencegah sampainya doa seseorang yang didzholimi
sebelum kamu memperbaikinya, karena Aku tidak menolak doa orang yang
didzholomi walaupun doa seorang musyrik.’’
Abu Dzar ra., bertanya lagi, “Ya Rasulullah, apa kandungan shuhuf yang
diturunkan kepada Nabi Musa as.? “Jawab Beliau saw., “Semua
mengandung pelajaran-pelajaran, misalnya, “Aku sangat heran kepada
seseorang yang mencari kesenangan dari sesuatu yang lain, padahal ia
meyakini adanya maut. Aku heran kepada seseorang yang meyakini
kematiannya, tetapi ia masih tertawa. Aku heran kepada seseorang yang
selalu memperhatikan kejadian-kejadian, perubahan-perubahan, dan gejolak-
gejolak dunia, tetapi ia masih mencari ketenangan darinya. Aku heran
terhadap seseorang yang meyakini takdir, tetapi ia masih berduka cita dan
bersedih hati. Aku heran kepada seseorang yang meyakini hisab itu dekat,
tetapi ia tidak beramal sholeh.’’
B. Macam-Macam Kitabullah
Bagi setiap muslim wajib hukumnya untuk mengimani semua kitab-kitab yang
diturunkan Allah swt., karena kitab-kitab tersebut termaktub di dalam Al
Qur’an seperti :
1. Taurat, Kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa as. Allah firmankan :
“Dan (Ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan
keterangan yang membedakan antara yang hak dan yang bathil, agar kamu
mendapat petunjuk.” (QS. Al Baqarah : 53)
“Dia menurunkan Al Kitab ( Al Qur-an ) kepadamu dengan sebenarnya,
membenarkan kitab yang telah diturnkan sebelumnya dan menurunkan
Taurat dan Injil.’’ (QS. Ali Imran : 3)
2. Zabur, Kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud as. Firman Allah :
46
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana
Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya
dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, lsmail, lshaq,
Ya`qub dan anak cucunya, Isa, Ayub, Yunus, Harun, dan Sulaiman dan Kami
berikan Zabur kepada Daud.’’ (QS. An Nisaa : 163)
“Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan
sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian
(yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud.’’ (QS. Al lsraa : 55)
3. lnjil, Kitab yang diturunkan kepada Nabi lsa as. Sebagaimana yang telah
Allah firmankan dalam surat Ali Imran ayat 3 (lihat di atas).
Ketidak aslian atau dicampurnya oleh hasil tangan manusia, kitab lain selain
Al Qu’ran baik Taurat maupun lnjil diberitahukan dalam Al Qu’ran, firman Allah
:
47
“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-
tempatnya. Mereka berkata : Kami mendengar, tetapi kami tidak mau
menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula) : “Dengarlah ‘’semoga kamu
tidak dapat mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan) “ Ra`ina, dengan
memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan
: “Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami, “
tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah
mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali
dengan keimanan yang sangat tipis.’’ (QS. An Nisaa : 46)
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami
jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka merobah Perkataan (Allah)
dari tempat-tempatnya[407], dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari
apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad)
Senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara
mereka (yang tidak berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan biarkan
mereka, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS.
Al Maaidah ; 13)
“ Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al kitab
dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan
maksud) untuk memperoleh Keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu.
Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh
tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat
apa yang mereka kerjakan. (QS. Al Baqarah : 79)
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami,
menjelaskan kepada kalian banyak dari isi Al Kitab yang kalian sembunyikan,
dan banyak ( pula yang ) dibiarkannya. Seseungguhnya telah datang kepada
kalian cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.’’ (QS. Al maaidah :
15)
C. Pengertian Al Qur’an
Menurut lughat atau bahasa, Al Qur-an berarti bacaan. Arti ini dapat diketahui
atau dilihat dalam firman-Nya, sebagai berikut :
.
48
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu)
dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya, maka ikutilah bacaan itu.’’(QS. Al Qiyamah : 17-18)
Adapun definisi/arti Al Qur’an menurut Istilah, adalah : Kalam Allah swt., yang
diwahyukan kepada Nabi dan Rasul terakhir Muhammad saw., sebagai
mu`zijat dan membacanya adalah ibadah.’’
,,,
Berdasarkan definisi di atas, maka wahyu atau kalam-kalam Allah yang lain
yang diturunkan kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad
saw., tidak dinamakan Al Qur’an dan membacanya tidak dianggap sebagai
ibadah.
1. Periode Makkah
2. Periode Madinah.
Periode pertama ialah ayat-ayat yang turun ketika Nabi muhammad saw.,
masih bermukim di Makkatul Mukarromah sejak sa`at pengangkatannya
menjadi Rasul sampai hijrahnya ke Madinah, selama 12 tahun dan 13 hari.
Sedang periode kedua adalah ayat-ayat yang turun ketika Nabi saw. telah
memindahkan tempat pusat perjuangan dan da`wahnya di Madinatul
Munawwarah, walaupun ada ayat yang diturun tidak di Kota Madinah sendiri,
tetapi tetap ayat-ayat tersebut dinamakan ayat-ayat “Madaniyah‘’ meliputi
11/30 dari isi Al Qur-an, terdiri dari 28 surat, dengan jumlah ayat sebanyak
1.456 ayat.
49
Urutan turunnya Al Qur’an tidak sebagaimana susunan yang ada sekarang,
tetapi AlQur’an turun terpencar. Ayat-ayat yang turun itu ada kalanya karena
suatu sebab dan ada kalanya tanpa sebab apapun. Setiap turun ayat baru,
Rasulullah saw., selalu memernintahkan mencatatnya dan
menggandengkannya dengan ayat-ayat yang ditunjukkan oleh beliau sendiri.
Rasulullah saw., mempunyai beberapa orang shahabat yang menjadi
sekretaris untuk mencatatkan wahyu-wahyu yang turun. Rasulullah selalu
mengadakan persesuaian bacaan bacaan surat dengan Jibril as., dan begitu
pula beliau selalu melakukan kontrol bacaan terhadap para shahabatnya. Jadi
mengenai susunan Al Qur’an dan tertib surat adalah berdasarkan bimbingan
langsung dari Allah swt., melalui Jibril as yang selalu mengontrol dan
membacakannya kepada Rasulullah saw.
Mengenai susunan Al Qur’an dan tertib surat yang ada sampai sekarang ini,
adalah menyusul, dilakukan oleh sebuah panitia penyusun mushaf yang
diketahui oleh Zaid bin Tsabit selaku sekretaris pencatat wahyu di zaman
Rasulullah saw., dibentuk oleh Khalifah ke III, Utsman bin Affan ra., yang
sebenarnya usaha lanjutan yang telah dirintis oleh Khalifah I, Abu Bakar
Shidiq ra. Dahulu yang hasil penyusunan pertama itu dinamakan Shahiifah,
dimana kodifikasi pertama juga dipimpin oleh Zaid bin Tsabit.
Karenanya Al Qur’an yang sekarang ini, dalam susunan dan urutan surat hasil
usaha kodifikasi Khalifah Utsman ra., yang sangat besar jasanya sehingga di
manapun kita pergi di seluruh permukaan bumi ini, pasti kita temukansatu
macam dan satu macam sistem Al Qur’an yaitu : satu ejaan, satu susunan
surat-surat dan satu bacaan yang disebut dengan Mushhaf Utsmany.
Dan suatu keluar biasaan Kitab Suci Al Qur’an ini, bahwa sejak masa hidup
Rasulullah saw., menyusul zaman Khalifah yang empat, terdapat ratusan
bahkan ribuan shahabat yang menghafal Al Qur’an di luar kepala, hatta pada
kurun kita sekarang ini terdapat ribuan bahkan ratusan ribu ummat Islam yang
menghafal Al Qur’an dengan baik. Tidak pernah terdapat di dunia ini suatu
buku yang terhafal dengan teliti sebagaimana halnya Al Qur’an.
a. Fungsi Al Qur’an :
50
“Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (Al Quran) kepada
hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”
(QS. Al- Furqan:1).
b. Kedudukan Al Qur’an
Al Qur’an juga memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama yakni sebagai
sumber hukum yang utama dan pertama yang absolut, sebagaimana
dijelaskan dalam Al Qur’an.
“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah,
Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (QS. al-Maidah: 44).
Ayat ini menegaskan kepada kita untuk selalu berpegang teguh pada Al
Qur’an dan hadits sebagai dasar dan sumber hukum-hukum islam dan
melarang kita untuk menetapkan suatu perkara yang tidak sesuai dengan Al
Qur’an dan hadis serta dilarang untuk mendurhakai Allah dan Rasul-Nya.
2. Untuk diikuti
51
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil
pelajaran (daripadanya).” (QS. Al A’raf ;3)
7. Sebagai Peringatan
“Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka
ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu
dalam menyampaikan (Al-Quran)." Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan
untuk seluruh ummat.” (QS. Al An’am ; 90).
: ول..َلم يق.ه وس..ّلى هللا علي. سمعت الّنبّي ص: عن الّنواس ابن سمعان الكالبّي رضي هللا عنه يقول
(رواه.ران..رة وآل عم..ورة البق..ه س.. تقدم,ه..ون ب..انوا يعمل..يؤتى بالقرآن يوم القيامة وأهله اّلذين ك
)المسلم
Dari Nawwas bin sam`an Al Kilabiy ra., berkata, Aku mendengar Rasulullah
saw. Bersabda : “Pada hari kiamat, akan didatangkan Al Qur-an dan orang-
orang yang mengamalkannya di dunia. Didahului oleh surat Al Baqarah dan
Ali lmran akan membela dan mempertahankan orang yang menta`atinya.’’
( HR. Muslim )
Di dalam kitab Ihya tertulis bahwa jika seseorang mulai membaca suatu surat
dari Al Qur’an, dengan dipenuhi adab kepada Al Qur’an, maka Malaikat mulai
memohonkan rahmat untuknya dan mereka terus berdoa untuknya sampai ia
selesai membaca Al Qur’an. Tetapi ada pula seseorang yang mulai membaca
suatu surat dari Al Qur’an dan malaikat pun mulai melaknatnya, demikian
seterusnya, sehingga ia selesai membaca, ini disebabkan karena ketiadaan
adab kepada Al Qur’an.
53
Adab Lahiriyah, di antaranya :
Pada suatu malam, Said bin Jubair rah.a. membaca satu ayat dari surat
Yaasiin
“Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir); “ Berpisahlah kamu dari (orang-
orang Mu`min ) pada hari ini, wahai orang-orang yang berbuat jahat.’’ (QS.
Yaasiin : 59)
5. Hati hendaknya mengikuti ayat-ayat yang kita baca. misalnya, jika yang
kita baca ayat-ayat rahmat, hendaknya hati merasa gembira. Sebaliknya
ketika membaca ayat-ayat adzab hendaknya merasa takut.
6. Telinga benar-benar ditawajuhkan seolah-olah Allah sendiri sedang
berbicara dengan kita melalui Kalamnya dan kita mendengarkannya
54
اّل..ال الح..ل؟ ق..ال االفض..ول هللا أّي االعم..ا رس..ال ي..ا أّن رجال ق..ي هللا عنهم..عن ابن عّب اس رض
قال يا رسول هللا ماالحاّل المرتحل؟ قال صاحب القران يضرب من أّوله حّتى يبلغ آخره,المرتحل
) (رواه الّترمذّي.ومن آخره حّتى يبلغ أّوله كّلما حّل ارتحل
“Barang siapa membaca Al Qur’an, maka dia adalah orang kaya.’’ (HR. Ibnu
Ady)
“Membaca (Al Qur-an) itu suatu kekayaan dan tiada lagi kemiskinan
sesudahnya.”’ (HR. Thabrani)
خيركم من تعّلم: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسّلم: عن عسمان ابن عّفان رضي هللا عنه قال
) (رواه البخاري وأبوداود والّترمذّي والّنساء وابن ماجه.القرآن وعّلمه
Dari Sayyidina `Utsman ibnu Affan ra, berkata : bersabda Rasulullah saw.,
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al Qur’an dan
mengajarkannya.” (HR. Bukhari, Abu Dawud, Thirmidzi, Nasa’I dan Ibnu
Majah).
Hak-Hak Al Qur`an
1. Memuliakannya
2. Membacanya, minimal 2 kali khatam dalam setahun
3. Memahami maknanya
4. Mengamalkan isinya
5. Menyebarkan dan mengajarkanya kepada orang lain.
55
Allah swt., sendiri menyatakan bahwa seorang hafidz Al Qur’an adalah ahli
atau keluarga Allah. Sebagaimana Sabda Nabi saw:
‘’Barang siapa tidak menghormati ketiga orang ini, yaitu ; Orang tua muslim,
ulama, dan hafidz Al Qur’an, maka mereka bukanlah golonganku.’’ (HR.
Thabrani)
56
yang penuh dengan kasturi, baunya semerbak menyebar ke seluruh tempat.
Dan orang belajar Al Qur’an, tetapi tidur sedangkan Al Qur’an berada dalam
hatinya, adalah seperti mangkuk yang penuh dengan kasturi, tetapi mulutnya
tertutup.’’ (HR. Tirmidzi, Nasa`i, Ibnu Majah).
57
terpercaya, pandai, bijak, paling taat, berbakti, pemberi petunjuk, yang diberi
petunjuk serta diamanahkan untuk menyampaikan risalahnya kepada ummat
manusia agar dapat bahagia, sukses, jaya hidupnya di dunia akhirat serta
terselamat dari petaka dunia yang sementara dan akhirat yang Abadan
abadaa. Para nabi dan rasul adalah manusia terbaik dan suci dari
mempersekutukan Allah dari sejak lahir hingga wafatnya.
Jumlah keseluruhan nabi dan rasul secara pastinya sangat banyak, tetapi
ulama beritahukan ada sekitar 124.000,- nabi dan 313 rasul, ada yang
kisahnya diketahui dan adapula yang tidak diketahui semua ini disebutkan
dalam kitab-Nya Al Qur-anul Kariim.
“Dan Sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di
antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada
(pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. tidak dapat bagi seorang Rasul
membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; Maka apabila telah
datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. dan ketika itu
rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil. (QS. Al Mu`min : 78)
Dari sekian banyak nabi dan rasul yang Allah swt., telah utus ada 25 nabi dan
Rasul yang wajib kita ketahui, yaitu :
Bagi ummat Islam tidak boleh membeda-bedakan antara para rasul dan para
nabi satu dengan lainnya, karena mereka semua adalah manusia pilihan Allah
swt., yang semuanya Allah hiasi dalam diri-diri mereka 4 sifat mulia, yaitu :
1. Shiddiq
Artinya setiap Rasul itu wajib berkata, bersikap, dan berbuat benar dalam
kehidupannya, mustahil para Rasul sebagai utusan Allah swt., itu berdusta
didalam menyampaikan wahyu yang datangnya dari Allah, karena para
Rasul itu senantiasa terjaga dari perbuatan dosa (maksum).
2. Amanah
Artinya setiap Rasul yang diutus oleh Allah swt., wajib berlaku amanah
baik terhadap Allah SWT maupun terhadap umatnya, tidak mungkin para
Rasul itu berkhianat terhadap yang diamanatkan oleh Allah kepadanya
3. Tabligh
Artinya Para utusan Allah swt., pasti menyampaikan wahyu yang ia terima
kepada umatnya. Ia tidak menambah atau mengurangi wahyu Allah swt.,
tersebut. Ia sampaikan semua wahyu Allah kepada semua manusia tanpa
58
melihat suku, ras , atau pangkat dan kedudukan. Seorang Rasul tidak
mungkin menyembunyikan apa yang ia peroleh dari wahyu Allah swt.
4. Fathanah
Tugas para Rasul itu sangat berat, berbagai rintangan, tantangan, dan
hambatan senantiasa berada di depan mereka pada saat melaksanakan
misi dakwah, para Rasul dituntut untuk bisa menyelesaikan dan mengatasi
berbagai persoalan yang ada pada umatnya, untuk itu para Rasul diberi
sifat fathonah (kecerdasan) oleh Allah swt., sehingga dapat
menyelesaikan semua persolan yang dihadapinya, mustahil para utusan
Allah itu bersifat bodoh (baladah).
Yang dimaksud dengan sifat jaiz bagi rasul adalah semua sifat kemanusiaan
yang ada pada diri rasul sebagai seorang manusia dan tidak mengurangi
kedudukannya sebagai utusan Allah SWT. Sifat jaiz tersebut ada pada diri
rasul dan juga ada pada diri manusia biasa. Sifat tersebut antara lain adalah
seperti rasa lapar, haus, sakit, tidur, sedih, senang, berkeluarga dan lain
sebagainya. Bahkan seorang rasul tetap meninggal dunia karena mereka
adalah seorang manusia yang diciptakan oleh Allah swt,. Allah swt.,
berfirman :
َم ا َهَذ آ ِإَّال َبَش ٌر ِّم ْثُلُك ْم َيْأُك ُل ِمَّم ا َتْأُك ُلْو َن ِم ْنُه َو َيْش َر ُب ِمَّم ا َتْش َر ُبْو َن
“(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan seperti apa
yang kamu makan dan ia minum seperti apa yang kamu minum.” (QS. Al
Mu’minun : 33).
ْأ
َو َم آ َأْر َس ْلَنا ِم ْن َقْبِلَك ِم َن اْلُم ْر َسِلْيَن ِإَّال َأَّنُهْم َلَي ُك ُلْو َن الَّطَع اَم َو َيْم ُش ْو َن ِفى اَألْس َو اِق
“Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelum kamu melainkan mereka
sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.” (QS. Al Furqon :
20).
Sifat Jaiz bagi Rasul/Nabi ada satu macam saja, yaitu : A’radhul
Basyariyah artinya sifat-sifat sebagaimana sifat manusia akan tetapi sifat-sifat
tersebut tidak sampai mengurangi derajat kemuliaan para Rasul.
59
6. Iman Kepada Qadar / Taqdir.
Beriman kepada qadar, yakni meyakini tentang taqdir atau ketentuan Allah
swt., bahwa segala yang terjadi dan menimpa atas diri seorang manusia, baik
ataupun buruk itu semuanya dari Allah swt., yakni karena telah ditakdirkan
Allah swt., dan sesungguhnya Allah berbuat dan menentukan segala yang
terjadi atau yang akan terjadi sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.
Rasulullah saw., bersabda :
ه..انت رحمت..و رحمهم ك.. ول,الم لهم..ير ظ..و غ..لو أّن هللا عّذ ب أهل سمواته وأهل أرضه عذبهم وه
در.ؤمن بالق.تى ت.ك ح.ه هللا من.ا قبل.بيل هللا م. ولو أنفقت مثل احد ذهبا فى س,خيرا لهم من أعمالهم
ذا..ير ه..و مّت على غ..يبك ول..اك لم يكن ليص..ا أخط.. وأّن م,ك..ابك لم يكن ليخطئ..ا أص..وتعلم أّن م
)(رواه أحمد وأبو داود.لدخلت الّنار
“Seandainya Allah menyiksa penduduk langit dan bumi, maka adzab-Nya itu
bukanlah merupakan kedzhaliman terhadap mereka, begitu juga seandainya
Allah memberikan rahmat-Nya atas mereka, maka rahmat-Nya itu lebih baik
dari semua amal kebajikan mereka sendiri. Seandainya engkau menginfaqkan
emas sebesar gunung Uhud di jalan Allah, maka Allah tidak akan
menerimanya sehingga engkau beriman kepada taqdir, dan engkau
mengetahui (meyakini) bahwa apa saja yang menimpamu tidak akan mungkin
meleset darimu, dan apa saja yang terluput darimu, tidak akan mungkin
menimpamu. Kalau engkau meninggal dunia di atas selain keyakinan ini,
niscaya engkau masuk nerak. (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Dan bagi manusia hanya ada usaha dan ikhtiar. Usaha dan ikhtiar manusia itu
tidak dapat tercapai, jika tidak sesuai dengan kehendak Allah Robbul
`Aalaamin. Semua rancangan dan usaha-usaha manusia yang telah tercapai
bukanlah asbab kepandaiannya, namun semuanya itu memang telah
ditentukan Allah Yang Maha Adil dan Maha Kuasa. Bahkan pikiran dan akal
yang ada pada manusia merupakan karunia dan anugrah dari Allah swt.. Oleh
karena itu, setiap manusia yang benar-benar mengimani qadha dan qadar
Allah Ta`aalaa, pasti tidak akan menyesali dengan apa saja yang telah
menimpanya dan tidak akan sombong ketika memperoleh kesenangan dan
keberhasilan di dunia ini, karena dia yakin itu semua berasal dari Allah swt.,
dan bukan karena kepandaian dan kehebatan yang ada pada dirinya.
1. Meyakini bahwa Allah swt., mengetahui segala sesuatu, baik secara global
maupun rinci.
2. Meyakini bahwasanya Allah swt., telah menulis hal tersebut di dalam
Lauhil Makhfudzh. Nabi saw., bersabda :
) (رواه مسلم.كتب هللا مقادير الخالئق قبل ان يخلق الّسموات واالرض بخمسين الف سنة
60
“Allah swt., telah menulis taqdir seluruh makhluknya lima puluh ribu tahun
sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. “(HR. Muslim)
3. Meyakini bahwa kehendak Allah yang berlaku tidak dapat ditolak oleh
apapun juga, dan kekuasaan-Nya tidak akan dapat dikalahkan oleh
apapun juga. Setiap apa saja yang dikehendaki Allah pasti terjadi, dan
setiap apa saja yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi
4. Yakin bahwa hanya Allah-lah Sang Maha Pencipta, yang menciptakan
segala sesuatu, adapun selain Allah adalah makhluk ciptaan-Nya.
Beriman dengan rukun iman yang keenam ini, dapat mendidik dan membina
manusia agar sabar terhadap bencana yang menimpa dirinya dan agar
senantiasa dapat mensyukuri atas karunia dan ni`mat-ni`mat yang
dianugrahkan Allah swt., kepadanya.
AS-SUNNAH
A. Pengertian As-Sunnah
61
atas sama dengan Al Hadist. Yang dalam bahasa Al Hadist itu artinya bahasa
atau kabar.
Selain hal tersebut di atas, terdapat beberapa terminologi yang ada sangkut
paut dengan As-Sunnah atau Al-Hadist, seperti :
a. Fungsi As-Sunnah
b. Kedudukan As-Sunnah
62
Setiap mu`min wajib ta`at kepada Allah dan kepada Rasul-Nya serta
kepada apa yang diturunkan kepadanya. Firman Allah swt., :
“Hai orang-orang yang beriman, ta`atlah kepada Allah dan Rasl-Nya, dan
janganlah kalian berpaling dari pada-Nya sedang kalian mendengar (perintah-
perintah-Nya).” (QS. Al Anfal : 20)
“Hai orang-orang yang beriman, ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada
Rasul dan janganlah kalian merusakkan (pahala) amal-amal kalian. “ (QS.
Muhammad ; 33)
“Hai orang-orang yang beriman, ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kalian, kemudian jika kalian berselisih
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an)
dan Rasul-Nya (As Sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik
akibatnya. “ (QS. An Nisa ; 59)
“Katakanlah : “ Ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu berpaling,
maksesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir. “(QS. Ali Imran:
32)
Orang yang menyalahi sunnah akan mendapat siksa. Firman Allah swt., :
“(Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka
menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barang siapa menentang Allah dan
Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya. “ (QS. Al
Anfal : 13)
63
“Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya pasti
mendapat kehinaan sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka telah
mendapat kehinaan. Sesungguhnya Kami telah menurunkan bukti-bukti yang
nyata. Dan bagi orang-orang yang kafir ada siksa yang menghinakan. “ ( QS.
Al Mujaadilah : 5 )
Adalah penjelasan dari ayat Al Qur’an “Aqiimush sholaah“. Di samping itu ada
juga hadits yang hanya memperkokoh pernyataan Al Qur’an seperti , hadits :
“Berpuasalah kalian karena melihat bulan dan beridul fitrilah dengan melihat
bulan .” (Al Hadist)
a) Segala yang ditetapkan oleh Al Qur’an absolut nilainya, sedang apa yang
ditetapkan hadits tidak semuanya bersifat absolut, ada yang bersifat
absolut, ada yang nisbi, ada yang tidak perlu dan bahkan ada yang tidak
boleh digunakan.
64
b) Penerimaan seorang muslim terhadap Al Qur’an adalah dengan
keyakinan, sedang terhadap As Sunnah, sebagian besar hanyalah dengan
dugaan-dugaan yang kuat.
c) Kedudukan As Sunnah sebagai dasar tasyri` (sumber hukum) serimg
menjadi bahan pembicaraam di kalangan ulam pemikir Islam . Hal ini
disebabkan karena adanya kebijaksanaan di zaman Rasulullah saw. yang
tidak memerintahkan para sahabatnya untuk menulis dan membukukan
hadits.
Pembukuan hadits baru dilakukan setelah lama Nabi Muhammad saw, wafat.
Tepatnya usaha penulisan hadits secara resmi baru dimulai sekitar tahun 100
Hijriyah, yaitu pada pemerintahan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz, khalifah
kedelapan dari bani umayah. Dan kitab kitab yang ditulis sa`at itu juga tidak
sampai ke tangan kita sekarang. Kitab-kitab hadits yang sampai kepada kita
sekarang adalah kita-kitab hadits yang lahir pada priode-priode berikutnya.
Namun demikian sangat sulit bahkan haram hukumnya bagi seorang muslim
untuk menolak seluruh hadits-hadits Rasulullah saw yang ada sekarang, dan
menjadikan Al Qur’an sebagai satu-satunya sumber hukum. Hal ini
disebabkan, oleh :
65
Para Ulama ahli hadits (Muhadditsiin) terdahulu telah melakukan seleksi
hadits, sehingga menghasilkan rumusan-rumusan seleksi yang kita kenal
sekarang dengan ilmu hadits dan ilmu musthalahul hadits, dan lahirrnya
sejumlah kitab-kitab hadits yang dinilai selektif seperti yang dihimpun oleh
Imam Bukhari dan Muslim.
4. Pembagian As-Sunnah
1) Mutawatir, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh orang banyak yang menurut
akal tidak mungkin mereka bersepakat dusta serta disampaikan melalui
jalan indra.
2) Masyhur, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh orang bayak kepada orang
banyak tetapi tidak sampai kepada derajat mutawatir, baik karena
jumlahnya maupun karena tidak dengan indra.
3) Ahad, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh seseorang atau lebih yang tidak
sampai kepada tingkat masyhur maupun mutawatir. Ada sementara ulama
yang memasukkan masyhur pada bagian hadist khabar ahad.
1) Shahih, yaitu hadist yang sehat, yang diriwayatkan oleh orang-orang yang
baik dan persambungan sanadnya dapat dipertanggung jawabkan, tidak
punya cacat dan tidak bertentangan dengan dalil yang lebih.
2) Hasan, yaitu hadist yang memenuhi persyaratan hadist shahih kecuali dari
segi hafalan pembawaanya yang kurang baik.
3) Dla’if, yaitu hadist lemah, baik karena terputus salah satu sanadnya atau
karena salah seorang pembawanya kurang baik dan lain-lain.
4) Maudlu, yaitu hadis palsu, hadist yang dibikin oleh seseorang dan
dikatakan sebagai sabda atau perbuatan rasul.
66
2. Mardud, yaitu hadis yang harus ditolak.
e. Ditinjau dari orang yang berperan dalam berbuat atau berkata, terbagi
menjadi :
Tiada tokoh panutan dan metode hidup yang dapat menjamin kesuksesan
hidup dunia dan akhirat, selain contoh dan teladan hidup Rasulullah saw.
Adalah dusta yang sangat besar jika seseorang mengaku mencintai
Rasulullah saw., tetapi tidak bersedia mengikuti dan mengamalkan
sunnahnya. Karena kehidupan yang sesuai dengan cara Sunnah Rasulullah
adalah kehidupan yang terbimbing langsung dari yang Maha Pencipta,
kehidupan yang mendapat garansi sukses dari Allah Robb Pemilik dan
Pencipta seluruh `alam. Allah swt. Berfirman :
“Sungguh telah ada bagi kalian dalam diri Nabi saw. contoh teladan yang
baik, yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah.“ (QS. Al Ahzab :
21)
67
3. Mendapat Kemuliaan dan Karunia Ummat Akhir Zaman. Firman Allah :
“Sesunnguhnya Allah telah memuliakan orang-orang yang beriman ketika
Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka
sendiri . “ (QS. Ali lmran : 164)
Kerugian dan akibat yang buruk pasti akan kita dapatkan tatkala kita tidak lagi
mau mentaati dan mengambil cara hidup Nabi Muhammad Saw, diantara
akibat tersebut antara lain, yaitu :
68
“Dan barang siapa menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan orang-orang mu`min. Kami biarkan ia berkuasa
atas kesesatan yang dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam neraka
Jahannam.“ (QS. An Nisaa : 115)
“Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar
ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api
neraka, sedang ia kekal di dalamnya.“ (QS. An Nisaa : 14)
“Barang siapa berbuat dalam urusan kami ini, yang bukan darinya (contoh
Nabi), maka tertolak (HR. Bukhari – Muslim)
Mengenai hal ini kita harus bertanggung jawab penuh. Syeh Maulana Zakaria
rah.a. menuliskan bahwa jika kita bandingkan kehidupan ummat (kaum
muslimin) sekarang ini dengan kehidupan ummat muslim di zaman kekasih
kita Muhammad saw., kita terpaksa mengakui bahwa setiap sunnah, tanpa
segan lagi telah dibuang dan disingkirkan secara halus. Yang sangat
menyedihkan adalah bahwa setiap sunnah ditentang, dan mereka yang ingin
mengembalikan perhatian terhadap sunnah dicap sebagai kuno, jahil, kolot,
dan bid`ah. Inilah kedzoliman yang paling hebat dan yang sangat menakutkan
dalam kehidupan ummat Islam.
69
HUKUM
Hukum Syar`i
Hukum Syar’i adalah hukum yang berkaitan dengan perintah dan larangan
Allah terhadap manusia. Hukum syar’i tentu bidangnya lebih lengkap dan
luas. Kelengkapan ini timbul karena hukum syar’i tidak dibuat oleh manusia
dan tidak dipengaruhi oleh perbuatan manusia, murni dari Allah. Hukum ini
dibuat dan ditentukan oleh syara’ atau agama. Maka tidak ada suatu apapun
dari kehidupan manusia yang tidak diatur oleh agama Islam. Hukum Syar’i
ialah hukum-hukum Islam yang merupakan perintah dan larangan Allah dan
setiap muslim mukallaf yakni yang sudah akil baligh dan ber’akal sehat wajib
baginya untuk mengetahui hukum-hukum tersebut. (Penjelasannya akan
dibahas setelah hokum aqli)
Misalnya api itu panas dan dapat membakar kertas. Jika orang berpegang
teguh pada kebiasaan yang telah diketahui secara berulang-ulang itu, maka
ditetapkan suatu hukum bahwa setiap api itu panas dan mesti dapat
70
membakar segala macam kertas. Dan apabila dikatakan sebaliknya maka
adalah muhal atau mustahil, atau hal yang aneh atau tidak bisa dipercaya dan
tidak diterima oleh akal.
Maka dari itu, jelas bahwa hukum adat/kebiasaan tidak sama dengan hukum
akal. Menurut akal, masih perlu diselidiki apakah yang menyebabkan adanya
adat atau kebiasaan itu? Apakah yang menyebabkan api itu panas dan dapat
membakar? Dan apakah yang menyebabkan air mengalir ke tempat yang
rendah? Dan apa yang menyebabkan tiap-tiap zat mempunyai sifat dan tabiat
yang berlainan? Demikian seterusnya.
Arti hukum Akal itu, adalah menetapkan sesuatu keadaan untuk adanya
sesuatu. Atau mentiadakan sesuatu karena ketidakadaanya sesuatu itu.
Misalnya, tidak mungkin ada sebuah rumah jika tidak ada tukang pembuat
rumah tersebut. Maka jatuhlah hukum mustahil adanya. Karena tidak mungkin
rumah itu bisa membentuk dirinya sendiri. Jadi harus ada yang membentuk
rumah itu. Rumah merupakan bukti nyata akan keberadaanya tukang
pembuat rumah. Demikian pula kayu tidak mungkin akan bisa menjadi kursi
dengan sendirinya jika tidak ada tukang kayu yang memotong kayu lalu
membuatnya menjadi kursi. Jadi kursi merupakan bukti nyata akan
keberadaannya tukan kayu. Demikianlah suatu contoh pengambilan hukum
akal. Dan kita bisa mengkiyaskan dengan contoh contoh yang lainya sehingga
selanjutnya menjadi berkembang pengertiannya yang kemudian menjadi
suatu cabang ilmu yang sangat penting bagi masyarakat.
Dari contoh contoh diatas kita bisa menggambil bukti akan keberadaan Allah.
Allah itu ada karena adanya ciptaan yang diciptakan-Nya. Adanya langit, bumi
dan seisi isinya merupakan bukti kuat akan keberadaan Allah. Tidak mungkin
langit, bumi dan seisi isinya jadi dengan sedirinya. Sudah pasti ada yang
menciptakannya.yaitu Allah.
Ada satu kisah menarik. Seorang Arab Badui (Arab dari pegunungan) ditanya
”Dari mana kamu mengetahui bahwa Allah itu ada” . kebetulan di muka orang
Badui tadi ada segunduk kotoran unta. Badui itu menjawab ”Kamu lihat
kotoran unta ini! Setiap ada kotoran unta pasti ada untanya”.
Jadi yang dinamakan akal yang sempurna ialah suatu cahaya yang gemilang
dan terletak di dalam hati seorang mukmin dan dengan akal yang jernih itu
kita akan bisa membagi hukum akal ini menjadi tiga bagian :
1. Wajib
2. Mustahil
3. Jaiz (Mungkin)
71
Wajib aqli yaitu sesuatu yang tidak dapat diterima oleh akal akan
ketidakberadaanya. Wajib di sini terbagi atas dua bagian :
a. Wajib Dharuri yaitu sesuatu yang bisa dimengerti tanpa bukti, atau sesuatu
yang tidak bisa diterima oleh akal akan ketidak beradaanya tanpa
memerlukan dalil atau keterangan secara rinci. Contohnya setiap dzat
yang hidup itu wajib ada nyawanya, jika tidak bernyawa maka sudah pasti
ia tidak akan bisa hidup alias mati.
b. Wajib Nadhari yaitu sesuatu yang bisa dimengerti setelah menggunakan
bukti, atau sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal akan ketidak
beradaanya dengan bersandarkan kepada dalil atau keterangan. Misalnya
Allah itu wajib ada. Hal ini memerlukan dalil dan keterangan yang kuat.
Mustahil aqli merupakan kebalikan dari wajib yaitu sesuatu yang tidak bisa
diterima akal akan keberadaanya. Mustahil juga dibagai menjadi dua bagian :
a. Mustahil Dharuri yaitu sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal akan
keberadaanya tanpa memerlukan dalil atau keterangan. Misalnya mustahil
seorang anak melahirkan Ibunya. Mustahil keberadaan sang ibu berasal
dari anaknya. Bukankah ini sesuatu yang mustahil? Sudah pasti ini
merupakan hal yang mustahil terjadi tanpa menggunakan dalil atau
keterangan.
b. Mustahil Nadhari yaitu suatu yang tidak bisa diterima oleh akal akan
keberadanya dengan memerlukan dalil atau keterangan. Misalnya Allah itu
mustahil mempunyai anak. Ini memerlukan dalil dan keterangan yang kuat.
Jaiz aqli yaitu sesuatu yang mungkin saja ada atau mungkin tidak adanya.
Jaiz ini pula dibagi dua :
a. Jaiz Dharuri yaitu jaiz yang tidak memerlukan dalil atau keterangan,
contohnya, ada seorang ibu melahirkan anak kembar sebanyak 4.
Kejadian seperti ini mungkin saja bisa terjadi atau mungkin saja tidak
terjadi tanpa menggunakan dalil atau keterangan lebih dahulu.
b. Jaiz Nadhari: yaitu Jaiz yang memerlukan dalil atau keterangan yang kuat.
Contohnya sebuah batu mungkin bisa berobah menjadi emas. Hal ini
memerlukan dalil dan keterangan yang kuat. Contoh lainya sebuah tongkat
mungkin bisa berobah mejadi ular. Kemungkinan ini memerlukan dalil dan
keterangan yang kuat. Tentu semua ini terjadi dengan seizin Allah tapi
harus menggunakan dalil dan keterangan yang kuat.
Yang tertera diatas adalah pengambilan contoh pada hukum akal. Dan kita
bisa mengembangkannya jauh lebih luas lagi, sehingga benar-benar bisa
menjadi pelajaran yang mendalam tentang ilmu tauhid.
jika ada orang mengatakan wajib atas tiap tiap Mukallaf (akil dan baligh)
maksudnya adalah wajib menurut hukum syara’. Dan jika orang mengatakan
wajib bagi Allah dan Rasul-Nya maksudnya adalah wajib menurut hukum
akal. Dan jika orang mengatakan wajib bagi makhluk Nya, maksudnya adalah
wajib menurut hukum ‘adi atau hukum adat/kebiasaan, dan seterusnya.
Wallahua’lam
72
SYARI`AH ISLAM
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang
mensyariahkan untuk mereka agama yang tidak diijinkan Allah ? sekiranya tak
ada ketetapan yang menentukan (dari Allah tentukanlah mereka dibinasakan.
Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang
pedih. (QS. Asy Syura : 21)
73
Adapun pengertian syariah secara etimologis kata Syari’ah berakar
kata syara’a yang berarti “sesuatu yang dibuka secara lebar kepadanya”. Dari
sinilah terbentuk kata syari’ah yang berarti “sumber air minum”. Kata ini
kemudian dikonotasikan oleh bangsa Arab dengan jalan yang lurus yang
harus diikuti. Secara terminologis, Muhammad Ali al-Sayis mengartikan
syari’ah dengan jalan “yang lurus”. Kemudian pengertian ini dijabarkan
menjadi: “Hukum Syara’ mengenai perbuatan manusia yang dihasilkan dari
dalil-dalil terperinci”. Syekh Mahmud Syaltut mengartikan syari’ah sebagai
hukum- hukum dan tata aturan yang disyariahkan oleh Allah bagi hamba-Nya
untuk diikuti.
Tujuan dari syariah adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan kehidupan kita.
Paling tidak ada 8 tujuan .
Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung-
jawab yang hendak merusak aqidah, ibadah dan akhlak umat. Ajaran Islam
memberikan kebebasan untuk memilih agama, seperti ayat Al-Quran: “Tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)..” QS. Al-Baqarah:256.
Dengan adanya Syariah Islam, maka para pemilik harta benda akan merasa
lebih aman, karena Islam mengenal hukuman Had, yaitu potong tangan
74
dan/atau kaki. Dengan demikian Syariah Islam akan menjadi andalan dalam
menjaga suasana tertib masyarakat terhadap berbagai tindak pencurian.
Dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang harus aman dari rasa lapar dan
takut. Sehingga seorang pemimpin dalam Islam harus bisa menciptakan
lingkungan yang kondusif agar masyarakat yang di bawah kepemimpinannya
itu “tidak mengalami kelaparan dan ketakutan”
75
piutang, pungutan, warisan, wasiat, nafkah, titipan, jizyah, pesanan, dan
lain-lain.
3. Munakahat, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan
orang lain dalam hubungan berkeluarga (nikah, dan yang berhubungan
dengannya), diantaranya : perkawinan, perceraian, pengaturan nafkah,
penyusunan, memelihara anak, pergaulan suami istri, mas kawin,
berkabung dari suami yang wafat, meminang, khulu’, li’am dzilar, ilam
walimah, wasiyat, dan lain-lain.
4. Jinayat, yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya : qishsash,
diyat, kifarat, pembunuhan, zinah, minuman keras, murtad, khianat dalam
perjuangan, kesaksian dan lain-lain.
5. Siyasah, yaitu yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan
(politik), diantaranya : ukhuwa (persaudaraan) musyawarah (persamaan),
‘adalah (keadilan), ta’awun (tolong menolong), tasamu (toleransi), takafulul
ijtimah (tanggung jawab sosial), zi’amah (kepemimpinan) pemerintahan
dan lain-lain.
6. Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, diantaranya : syukur,
sabar, tawadlu, (rendah hati), pemaaf, tawakal, istiqomah (konsekwen),
syaja’ah (berani), birrul walidain (berbuat baik pada ayah ibu), dan lain-
lain.
7. Peraturan-peraturan lainnya seperti : makanan, minuman, sembelihan,
berburu, nazar, pemberantasan kemiskinan, pemeliharaan anak yatim,
mesjid, da’wah, perang, dan lain-lain.
76
mereka hendak melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah
mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti Apakah mereka akan melakukan atau
tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. kalau yang
terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali lagi.
b. Bila kita ditanya tentang masalah jual beli dan riba, maka kita dapatkan
hukum hal tersebut dalam Kitab Allah
“Orang-orang yang Makan (mengambil) riba* tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila**. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu*** (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya. (QS. Al Baqarah : 275).
*Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang
disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan
barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan
mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan
sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum
terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.
**Maksudnya: orang yang mengambil Riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan
syaitan.
***Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.
Dan masih banyak contoh-contoh yang lain yang tidak memungkinkan untuk
di perinci satu persatu.
77
Contoh perbuatan:
Contoh persetujuan :
apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (Hadits no.1267) bahwa Nabi
pernah melihat seseorang shalat dua rakaat setelah sholat subuh, maka
Nabi berkata kepadanya:
Dan dalil akan hal tersebut sebagaimana yang dikabarkan Nabi saw, bahwa
tidaklah umat ini akan berkumpul (bersepakat) dalam kesesatan, dan apa
yang telah menjadi kesepakatan adalah hak (benar).
78
Dari Abu Bashrah ra, bahwa Nabi saw bersabda :
Contohnya:
Ijma para sahabat ra bahwa kakek mendapatkan bagian 1/6 dari harta
warisan bersama anak laki-laki apabila tidak terdapat bapak.
Ijma’ merupakan sumber rujukan ketiga. Jika kita tidak mendapatkan didalam
Al Qur’an dan demikian pula sunnah, maka untuk hal yang seperti ini kita
melihat, apakah hal tersebut telah disepakatai oleh para ulama muslimin,
apabila sudah, maka wajib bagi kita mengambilnya dan beramal dengannya.
Pada qiyas inilah kita meruju’ apabila kita tidak mendapatkan nash dalam
suatu hukum dari suatu permasalahan, baik di dalam Al Qur’an, sunnah
maupun ijma’. Ia merupakan sumber rujukan keempat setelah Al Qur’an, as
Sunnah dan Ijma’.
Rukun Qiyas
1. Dasar (dalil),
2. Masalah yang akan diqiyaskan,
3. Hukum yang terdapat pada dalil,
4. Kesamaan sebab/alasan antara dalil dan masalah yang diqiyaskan.
Contoh:
79
Hukum Syariah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Wajib / Fardhu
2. Haram
3. Mandub / Sunnah
4. Makhruh
5. Mubah
Wajib (Fardhu)
Wajib merupakan suatu hal yang wajib atau harus dilakukan atas diri setiap
muslim mukallaf (akil dan baligh) baik laki-laki atau perempuan. Wajib atau
Fardhu ialah suatu hukum yang apabila dilakukan mendapat pahala atau
balasan baik dari Allah dan jika ditinggalkan maka akan berdosa dan
mendapat ganjaran siksaan di akhirat.
Wajib ‘Ain atau Fardhu ‘Ain: ialah wajib yang harus dilakukan atas diri setiap
muslim mukalaf (berakal sehat dan baligh) baik ia laki-laki atau perempuan.
Karena ia mengandung wajib yang berat, maka harus dilakukan dan tidak
boleh ditinggalkan terkecuali memiliki udzur yang kuat, itupun wajib dilakukan
walaupun dengan isyarat, atau menggantinya pada hari yang lain, atau
membayar fidhyah. Contohnya sholat lima waktu sehari semalam. Sholat ini
wajib dilakukan oleh setiap muslim akil dan baligh, laki laki atau perempuan
dalam keadaan apapun sholat ini wajib dilakukan, jika memiliki udzur
sholatnya wajib atau harus dilakukan, walaupun dengan isyarat hukum sholat
ini wajib atau harus dilakukan. Jika sudah tidak mampu sama sekali untuk
dilakukan maka wajib diganti dengan membayar fidyah. Begitu pula puasa
pada bulan Ramadhan, membayar zakat setelah sampai nishabnya dan
melaksanakan ibadah haji jika mampu dan lain sebagainya.
Wajib Kifayah atau Fardhu Kifayah: yaitu pekerjaan yang wajib dilaksanakan
oleh setiap muslim mukallaf (berakal sehat dan baligh). Tetapi jika sudah ada
satu diantara sekian banyak orang yang sanggup melaksanakannya, maka
terlepaslah kewajibannya untuk dilakukan. Contohnya: mendirikan sholat
jenazah. Sholat ini wajib dilakukan oleh setiap muslim. Jika tidak dilakukan
sholat bagi mayat maka semua muslim akan berdosa dan jika salah seorang
telah melakukanya maka terlepaslah kewajiban bagi semuanya.
Haram
Haram ialah suatu larangan yang apabila ditinggalkan mendapat pahala dan
jika dilakukan akan berdosa. Setiap pelanggaran dari perbuatan yang dilarang
itu dinamakan perbuatan ma’siat dan dosa, diantaranya: minum arak, berzina,
membunuh, berjudi, berdusta, menipu, mencuri, mencaci maki dan masih
banyak lagi contoh contoh lainnya. Dengan sangsi, jika seorang muslim mati
80
dan belum sempat bertaubat, menurut hukum syara’ ia akan disiksa karena
dosa-dosa yang telah diperbuatnya.
Mandub (Sunnah)
Ada yang perlu diketahui bahwa di dalam Wajib ada yang terkandung
Sunnah, contohnya, sebelum shalat dianjurkan untuk berwudhu’. Dan
berwudhu’ itu wajib hukumnya, adapun meratakan air ke tempat anggota
wudhu’ adalah sunah. Begitu pula sebaliknya di dalam Sunnah ada yang
terkandung Wajib. Contohnya: jika seseorang melaksanakan sholat sunnat
tanpa wudhu’, maka sudah pasti sholatnya tidak sah. Karena wudhu’
merupakan perbuatan yang wajib dilakukan oleh seseorang sebelum
melaksanakan sholat, tidak perduli apakah itu sholat sunnat atau sholat wajib.
Sebagaimana wajib Berwudhu’, wajib pula menghadap kiblat, wajib pula
membaca surat Fatihah dalam sholat, wajib pula ruku’ dan sujud dan wajib
pula salam. Demikian seterusnya.
Makruh
Makruh ialah sesuatu perbuatan yang dibenci didalam agama Islam, tetapi
tidak berdosa jika dilakukan, dan berpahala jika ditinggalkan, misalnya
memakan makanan yang membuat mulut menjadi bau seperti memakan
bawang putih, jengkol dan petai, juga merokok dan lain sebagainya.
81
Mubah
Mubah dalam Syara’ ialah sesuatu pekerjaan yang boleh dilakukan atau boleh
juga ditinggalkan. Jika ditinggalkan tidak berdosa dan jika dikerjakan tidak
berpahala, misalnya makan, minum, tidur, mandi dan masih banyak lagi
contoh contoh lainya. Mubah dinamakan juga Halal atau Jaiz. Namun,
kadang-kadang yang mubah itu, bisa menjadi sunnah. Umpamanya, kita
makan tetapi diniatkan untuk menguatkan tubuh agar lebih giat beribadah
kepada Allah, atau berpakaian yang bagus dengan niat untuk menambah
bersihnya dalam beribadah kepada Allah, bukan untuk ria’ atau menunjukkan
kesombongan dalam berpakaian, dan lain sebagainya. (lihat kitab Ad-Durusul
Fiqhiyyah juz ke 4 oleh Habib Abdurahman bin Saggaf Assagaf)
Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan kami kemukakan tiga periode tasryi’ Al-
Quran, yaitu :
82
a. Mendiamkan, yakni ketika Al-Quran hendak melarang sesuatu, maka
sebelumnya tidak menetapkan hukum apa-apa tapi memberikan contoh
yang sebaliknya.
b. Menyinggung manfaat ataupun madlharatnya secara global. Dalam
contoh khamr di atas, sebagai langkah kedua, turun ayat yang
menerangkan tentang manfaat dan madlarat minum khamr. Dalam ayat
tersebut, Allah menunjukkan bahwa efek sampingnya lebih besar daripada
kemanfaatannya
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar* dan judi. Katakanlah: "Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari
keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu
supaya kamu berfikir,(QS. Al Baqarah : 219)
*Segala minuman yang memabukkan.
Islam bukan hanya doktrin belaka yang identik dengan pembebanan, tetapi
juga ajaran yang bertujuan untuk menyejahterakan manusia. Karenanya,
segala sesuatu yang ada di mayapada ini merupakan fasilitas yang berguna
bagi manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
Persamaan hak di muka adalah salah satu prinsip utama syariah Islam, baik
yang berkaitan dengan ibadah atau muamalah. Persamaan hak tersebut tidak
hanya berlaku bagi umat Islam, tatpi juga bagi seluruh agama. Mereka diberi
hak untuk memutuskan hukum sesuai dengan ajaran masing-masing, kecuali
kalau mereka dengan sukarela meminta keputusan hukum sesuai hukum
Islam.
83
ARKANUL ISLAM
84
A. Pengertian Arkanul Islam
Arkanul Islam berasal dari kata : “Arkan dan Islam” Arkan berasal dari rukun
yang berarti bagian yang inheren (tidak terpisahkan) berbeda dengan syarat
yang berarti kondisi yang harus ada pada rukun sehingga suatu peribadatan
menjadi sah. Rukun atau arkanul Islam bagian-bagian dari pada suatu
kebulatan Islam.
Islam berasal dari kata aslama yang berarti menyerah / menyerahkan diri
kepada Allah dan dari kata salima yang berarti selamat/ mendapat
keselamatan dari Allah.
a. Pengertian Syahadatain
85
1. Syahadatain berasal dari kata syahadah yang berarti persaksian atau
pengakuan. Jadi syahadatain artinya dua persaksian/ pengakuan, yaitu
syahadah Ilahiyah (Syahadat Tauhid) dan syahadah kerasulan (Syahadat
Rasul). Dua kalimat syahadat ialah :
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Muhammad pembawa risalah yaitu agama sebagai pesan Allah yang abadi.
Agama adalah merupakan sistem nilai dan norma yaitu ketentuan dasar dan
peraturan pelaksana yang disebut akidah dan syari’ah.
86
“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu
dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu :
Tegakkanlah agama dan janganlah kamu terpecah belah tentangnya. Amat
berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.
Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya dan memberi
petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepadaNya).”(QS. Asy
Syuura : 13)
87
IBADAH PRAKTIS (THAHAROH)
A. Pengertian Thaharah
Definisi/Arti : menurut bahasa thaharah berarti bersih dan suci dari segala
kotoran, baik yang nyata seperti najis maupun yang tidak nyata contohnya
sperti aib. Menurut syariat, thaharah artinya; melakukan sesuatu agar diijinkan
shalat atau hal-hal lain yang sehukum dengannya, seperti wudlu, mandi wajib,
dan menghilangkan najis dari pakaian, tubuh dan tempat shalat.
88
“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika
kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit* atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh** perempuan, lalu
kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al; Maa-
idah : 6)
*Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air.** Artinya: menyentuh. menurut jumhur Ialah: menyentuh sedang
sebagian mufassirin Ialah: menyetubuhi.
HikmahBersuci :
89
1. Bersuci dari najis, dan
2. Bersuci dari hadats.
1. Air yang turun dari langit, contohnya air hujan, air es, dsb. Dasar
hukumnya. Firman Allah : :
(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu
penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari
langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari
kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan
mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu)*. (QS. Al Anfaal :11)
* Memperteguh telapak kaki disini dapat juga diartikan dengan keteguhan hati dan keteguhan
pendirian.
2. Air yang keluar dari dalam bumi, contohnya air laut, air sumur, air sungai,
air dari mata air.
“ Karena laut itu sangat suci airnya dan halal bangkainya. ( Hadits Riwayat
Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’I ,Ibnu Majah dan Ahmad)
Pembagian/klasifikasi air :
1. Air suci lagi mensucikan (Thahir Muthahhir) adalah Air mutlak, yaitu air
yang masih tetap pada sifat keasliannya sebagaiman yang diciptakan
Allah swt (HR Bukhari)
2. Air suci mensucikan tetapi makruh. (Thahir Muthahhir Makruh). Air
musyammas, yaitu air yang terkena panas matahari.Air ini akan menjadi
makruh bila;
3. Air suci tapi tidak mensucikan ( Thahir Ghoiru Muthahhir ). Adalah air
sedikit yang sudah digunakan untuk bersuci yang fardhu. ( Bukhari,
Muslim ).
90
4. Air terkena najis. ( Mutanajjis ), yaitu air yang kemasukan najis. Air ini
terbagi menjadi dua macam:
Air sedikit, yaitu yang kurang dari 2 kulah. Air ini akan otomatis menjadi
najis, begitu kemasukan najis meskipun sedikit dan tidak merubah
sifat-sifat air seperti warna, bau dan rasa. (HR Muslim, Kitab Al
Khamis). Ukuran 2 kulah= 60cm x 60cm x 60 cm.
Air banyak, yaitu air 2 kulah atau lebih. Air ini tidak otomatis menjadi
najis jika kemasukan najis. Air ini baru menjadi najis, jika najis tersebut
mampu merubah salah satu sifat-sifat dasar air yang tiga yaitu warna,
rasa atau baunya. (Ibnu Mundzir, Imam Nawawi)
NAJIS
Definisi najis menurut bahasa, Apa saja yang kotor, sedangkan menurut
Syara` berarti kotoran yang mengakibatkan shalat tidak sah, Contoh ; darah
dan air kencing.
* Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. orang Arab Jahiliyah menggunakan anak
panah yang belum pakai bulu untuk menentukan Apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau
tidak. Caranya Ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. setelah ditulis masing-
masing Yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan
dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. bila mereka hendak melakukan sesuatu Maka
mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti
Apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah
yang diambil itu. kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali
lagi.
91
* Ialah: darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam surat Al An-aam ayat
145.
** Maksudnya Ialah: binatang yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan
yang diterkam binatang buas adalah halal kalau sempat disembelih sebelum mati.
Jasad orang Islam. (Sesungguhnya orang Islam itu tidak najis). (HR.
Bukhari),
Bangkai ikan dan belalang. (HR Ibnu Majah:” Dihalalkan 2 macam bangkai
dan dua macam darah, yaitu bangkai ikan dan belalang. Dan darah hati
serta anak limpa)
92
7. Susu hewan yang haram dimakan dagingnya, seperti keledai, karena
hukum susunya sama dengan dagingnya. Sedangkan dagingnya itu najis.
Tingkatan Najis:
a. Percikan air kencing yang sangat sedikit, yang tidak bisa ditangkap oleh
mata telanjang.
b. Sedikit darah, nanah, darah kutu, tahi lalat, tahi cicak dan sejenisnya,
selagi hal itu bukan perbuatan yang disengaja.
c. Darah dan nanah dari luka, sekalipun banyak, dengan syarat berasal dari
orang itu sendiri, bukan atas perbuatan yang disengaja, dan najis itu tidak
melampaui dari tempatnya yang biasa.
d. Tahi binatang yang mengenai biji-bijian ketika ditebah, dan tahi binatang
ternak yang mengenai susu ketika diperah, asalkan sedikit dan tidak
merubah sifat susu itu.
e. Tahi ikan dalam air apabila tidak sampai merubahnya dan tahi burung-
burung di tempat yang biasa mereka datangi, seperti burung-burung di
Masjidil Haram di Makkah dan Madinah dan yang lainnya. Karena tahi
hewan itu tersebar merata dimana-mana sehingga sulit untuk dihindari.
f. Darah yang mengenai baju tukang potong hewan, asalkan sedikit.
g. Darah yang menempel di daging, asalkan sedikit.
h. Mulut anak kecil yang terkena najis muntahannya sendiri, ketika ia
menetek dari ibunya.
i. Debu yang menerpa di jalanan.
j. Bangkai hewan yang darahnya tidak mengalir, seperti lalat, lebah, semut,
dengan syarat binatang itu tercebur sendiri dan tidak merubah sifat air
yang dimasukinya. (HR. Bukhari)
93
sesudah disamak, kulit itu masih wajib dicuci dengan air bersih, karena ia
telah bertemu dengan obat-obatan yang najis, yang digunakan untuk
menyamaknya.
Dalam kehidupan sehari hari kita tentu tak bisa tidak harus ke kamar mandi/
wc, baik tujuannya untuk bersuci, membersihkan diri ataupun buang hajat.
Maka sudah selayaknya kita memperhatikan sunnah sunnah Nabi ketika
masuk dan keluar dari kamar mandi, diantaranya :
، َع ْن َأَنِس ْبِن َم اِلٍك َرِض َي ُهللا َع ْن ُه َأَّن الَنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو آِل ِه َو َس َّلَم َك اَن ِإَذ ا َد َخ َل اْلَخ الَء
)َو َض َع َخاَتَم ُه (حسن صحيح غريب الترمذي
Dari Anas bin Malik ra, telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi saw jika
memasuki WC beliau melepaskan cincinya (HR at-Tirmidzi). Cincin beliau
tertulis ”Mumammad Rasulallah”
2. Masuk WC/ Kamar mandi dengan melangkahkan kaki kiri telebih dulu. (HR
Tirmidzi). Memasuki tempat najis, maka seharusnya ia mendahulukan kaki
kiri. Berbeda halnya ketika memasuki tempat yang terhormat dan mulia,
94
hendaknya ia mendahulukan kaki kanan, misalnya masuk ke masjid.
Setiap pekerjaan baik dan mulia hendaknya di mulai dengan sebelah
kanan. Dan apabila pekerjaan itu sebaliknya, maka di dahului yang
sebelah kiri, salah satunya ketika hendak masuk ke kamar mandi/wc.
3. Kamar mandi/wc adalah tempat tinggal setan. Karena karena itu
hendaknya kita memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan
laki laki dan perempuan dengan mengucapkan do’a :
“ Dengan nama Allah. Ya Allah” (HR.Ibn Abi Syaibah (2902) dari Anas bin
Malik. shahih al-jami’ (4714), Dzikir ini berfungsi untuk menutup aurat
manusia dari penglihatan jin.
بسم هللا الَّلُهَّم ِإِّن ي َأُعوُذ ِبَك ِمْن اْلُخ ُبِث َو اْلَخ َباِئِث
Allahumma inniy a'udzubika minal khubusi walkhobaais
ا.. ِس ْتُر م: َع ْن َع ِلِّي ابن َأِبي َطاِلٍب َر ِض ي ُهَّللا َع ْنُه َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو آِلِه َو َس َّلَم َقاَل
ناده ليس..ذي و إس..َبْيَن َأْع ُيِن الِج ّن َو َعْو َر اِت َبِني آَد َم إَذ ا َد َخ َل الَك ِنيَف أْن َيُقوَل باْس ِم ِهَّللا (الترم
)بالقوة
Dari Ali bin Abi Thalib ra, bahwa Rasulallah saw bersabda: penutup
(dinding) antara Jin dan aurat manusia jika memasuki WC ia berkata:
“bismillah” (HR at-Tirmidzi).
َك اَن الَنِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو آِل ِه َو َس َّلَم ِإَذ ا َد َخ َل الَخ َالَء: َع ْن َأَنِس ْبِن َم اِلٍك َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل
) الَّلُهَّم ِإِّني َأُعوُذ ِبَك ِم ْن اْلُخ ُبِث َو اْلَخ َباِئِث (رواه الشيخان: َقاَل
Hadits lainnya dari Anas bin Malik ra sesungguhnya Rasulallah saw jika
memasuki WC beliau berkata ”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari godaan syetan laki- laki dan syetan perempuan” (HR
Bukhari Muslim)
95
Doa masuk WC/Kamar mandi (dianjurkan baca doanya di luar pintu
WC/Kamar mandi, kira-kira 3 langkah)
“Aku minta ampun kepadaMu” (HR.Ahmad (VI/155), Abu Dawud (30), An-
Nasaa’I dalam kitab Al-Kubra (9907), At Tirmidzi (7), dan ia
menghasankan hadist ini, Ibn Majah (300), Ibnu Hibban (1441) Ihsaan, Al-
Hakim (I/158), Ad-Daarimi (I/174), Ibn Jaaruud (42), Al_Bukhari dalam
Adabul Mufraad (693/97), Ibnu As-Sunni (23), dari ‘Aisyah
radhiallahu’anha. Shaihi al-jami’ (4707).)
Aku memohon ampnan-Mu Ya Allah. Segala puji bagi Allah yang telah
menghilangkan penyakit dariku dan telah menyembuhkanku (HR Tirmidzi,
Nasa’i, Ibnu Majah)
َم ا َخ َر َج َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو آِلِه َو َس َّلَم ِم َن اْلَغاِئِط ِإال: َع ْن َعاِئَش َة َر ِض َي ُهللا َع ْنُها َقاَلْت
) ُغ ْفَر اَنَك ” (أبو داود وابن ماجه والترمذي: َقاَل
Sesuai dengan hadits dari Aisyah ra, ia berkata: Rasulallah saw tidak
keluar dari WC kecuali beliau berkata ”pengampunan-Mu ya Allah” (HR
Abu Daud, Ibnu Majah, At-Tirmidzi).
: َع ْن َأِبي َذ ٍّر َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُه َأَّن الَنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو آِلِه َو َس َّلَم َك اَن ِإَذ ا َخ َر َج ِم ْن اْلَخ اَل ِء َق اَل
)اْلَحْم ُد ِهَّلِل اَّلِذ ي َأْذ َهَب َع ِّني اَأْلَذ ى َو َعاَفاِني (ابن ماجه ضعيف يعمل به في الفضائل
Hadits lainnya dari Abu Dzarr ra sesungguhnya Rasulallah saw jika keluar
dari WC beliau berkata: ”Segala puji bagi Allah yang telah mengeluarkan
kotoran dariku dan memberikan kepadaku kesehatan ” (HR Ibnu Majah,
dhaif untuk pelengkap ibadah)
الَّلُهَّم َح ِّصْن َفْر ِج ي ِمْن اْلَفَو اِح ِش َو َط ِّهْر َق ْلِبي ِمْن الِّن َفاِق
96
Ya Allah jagalah kemaluanku dari perbuatan keji dan bersihkanlah hatikau
dari nifak
َأَّن الَن ِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو آِلِه َو َس َّلَم َك اَن ِإَذ ا َذ َهَب ِإَلى اْلَغ اِئِط َأْب َع َد (صحيح، َع ْن َي ْع َلى ْب ِن ُمَّر َة
)أحمد والترمذي وغيرهما
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw jika hendak buang air besar maka
beliau pergi jauh. (HR Ahmad, At-Tirmidzi dll).
َم ْن َأَت ى الَغ اِئ َط: َع ْن َأِبي هَر ْي َر َة َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه َأَّن الَن ِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو آِل ِه َو َس َّلَم َق اَل
)َف ْلَي ْس َت ِتْر َفِإْن َلْم َي ِج ْد إَّال َأْن َي ْج َمَع َك ِثيبًا ِمْن َر ْم ٍل َف ْلَي ْس َت ِتْر ِبِه (أحمد و أبو داود بأسانيد حسنة
Dari Abu Hurairah ra, Rasulallah saw bersabda “ Barangsiapa yang hendak
buang hajat maka hendaklah bertabir. Kalau dia tidak mendapatkan tabir (tutup)
hendaklah dengan cara mengumpulkan pasir (untuk dijadikan tabir), maka lakukanlah"
(HR Ahmad, Abu Daud dengan sanad baik)
َع ْن َج اِبٍر َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه َأَّن َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو آِل ِه َو َس َّلَم َن َه ى أْن ُيَب اَل في الَم اِء
)الَّر اِكِد (رواه مسلم
Dari Jabir ra, bahwa Rasulallah saw telah melarang seseorang itu kencing di air
yang tenang. (HR Muslim)
3. Jangan buang air di lubang karena kemungkinan ada jin dan binatang.
َع ْن َعْبِد ِهللا ْب ِن َس ْر ِج َس َأَّن َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو آِل ِه َو َس َّلَم َن َه ى َع ِن اْلَب ْو ِل، َع ْن َقَت اَد َة
)في اْلُجْح ِر (صحيح أحمد وأبو داود والنسائي والحاكم والبيهقي
Dari Qatadah ra, dari Abdullah bin Sarjis ra, sesungguhnya Rasulullah saw telah
melarang seseorang kencing di suatu lubang" (Ahmad, Abu Daud, An-Nasa'I, Al-Hakim,
dan Al-Baihaqi)
. ِاَّتُق وا اللَّع اَن يْن: َق اَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو آِلِه َو َس َّلَم، َع ْن َأِبي هَر ْي َر َة َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه
” اَّل ِذي َي َت خَّلى في َط ِر ْي ِق الَّن اِس َأْو ِفي ِظ ِّلِه ْم ” (رواه: َو َم ا الَلَّع اَن اِن َي ا َر ُسْو َل هللا؟ َق اَل:َق اُلْو ا
)مسلم
97
Dari Abu Hurairah ra, Rasulallah saw bersabda “Jauhilah dua (perbuatan) yang
menyebabkan laknat, yaitu buang hajat (besar/kecil) di jalan umum atau diperteduhan
mereka" (HR Muslim)
5. Jangan buang air di bawah pohon ridang atau berbuah dan di tempat yang
ada angin kencang
6. Jangan berbicara disaat buang air.
اَل َي ْخ ُرْج: َس ِمْع ُت الَن ِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو آِل ِه َو َس َّلَم َق اَل: َع ْن َأِبي َس ِعْيٍد َر ِض َي ُهَّللا َع ْن ُه َق اَل
الَّر ُج اَل ِن َي ْض ِر َب اِن اْلَغ اِئَط َك اِش َفْي ِن َع ْن َع ْو َر ِتِه َم ا َي َت َح َّد َث اِن َف ِإَّن َهَّللا َع َّز َو َج َّل َي ْم ُقُت َع َلى َذ ِل َك
)(رواه أحمد و أبو داود
Dari abu Said ra, ia mendengar Rasulallah saw bersabda ” Tidaklah dua
orang laki-laki keluar bersama untuk buang hajat lalu mereka membuka aurat mereka dan
bercakap-cakap, maka sungguh Allah murka atas hal itu" (HR Ahmad,Abu Dawud)
ِإَذ ا: َق اَل َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو آِل ِه َو َس َّلَم، َع ْن َأِبي َأُّيوَب اَألْن َص اِر َّي َر ِض َي ُهَّللا َع ْن ُه
)َذ َهَب َأَح ُد ُك ُم الى اْلَغ اِئَط َفَال َي ْس َت ْق ِبِل اْل ِقْب َلَة َو َال َي ْس َتْد ِبْر َه ا ِلَغاِئٍط َأْو َب ْو ٍل (صحيح الشافعي
Rasulallah saw bersabda: “Apabila salah seorang diantara kalian pergi untuk buang
hajat, maka janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya ketika buang air besar
dan kecil" (HR shahih Syafie)
Istinja’ (Cebok)
98
Istinja’ dalam bahasa Arab artinya mencari keselamatan dan dalam ilmu fiqih
ialah menghilangkan najis yang keluar dari kedua aurat depan dan belakang
dengan memakai air atau batu dan hukumnya wajib.
1. Cara pertama dengan mengunakan air dan batu, ini merupakan cara yang
paling sempurna dan disunahkan karena bisa menghilangkan bekas najis
secara keseluruhan.
2. Cara kedua dengan menggunakan air saja, ini merupakan cara yang
cukup. Cara ini pernah dilakukan oleh Nabi saw.
َك اَن َر ُسوُل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو آِلِه َو َس َّلَم َيْأِتي: َع ْن َأَنِس ْبِن َم اِلٍك َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل
) َفَأْتَبَع ُه َأَنا َو ُغ َالٌم ِم َن اَألْنَص اِر ِبِإَداَو ٍة ِم ْن َم اٍء َفَيْسَتْنِج ي ِبَها (رواه الشيخان، اْلَخَالَء
Sesuai dengan Hadits dari Anas bin Malik ra, ia berkata: Bahwa Rasulullah
saw. pernah memasuki kebun, diikuti olehku dan seorang anak muda yang
membawa kendi berisi air, maka beliau beristinja dengan air. (HR Bukhari
Muslim)
3. cara ketiga dengan menggunakan batu saja ini merupakan cara yang
paling ringan atau sedikitnya.
ِإَّنَم ا َأَن ا َلُك ْم ِم ْث ُل: َع ْن َأِبي هَر ْيَر َة َرِض َي ُهللا َع ْن ُه َأَّن الَنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو آِل ِه َو َس َّلَم َق اَل
َو ْلَيْسَتْنِج، َو ال َيْس َتْد ِبْر َها ِلَغاِئٍط َو ال َبْو ٍل، َفِإَذ ا َذ َهَب َأَح ُد ُك ْم ِإَلى اْلَغاِئِط َفال َيْسَتْقِبِل اْلِقْبَلَة، اْلَو اِلِد
)ِبَثالَثِة َأْح َج اٍر (الشافعي وأبو داود والنسائي وابن ماجه
َأَم َر َن ا َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو آِل ِه َو َس َّلَم َأْن َال: َع ْن َس ْلَم ان الَفاِر ِسِّي َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َق اَل
)َيْج َتِزَئ بأقِّل ِم ْن َثَالَثِة َأْح َج اٍر (رواه مسلم
Sesuai dengan hadits dari Salman al-Farisi ra, ia berkata: “Rasulallah saw
memerintahkan kami untuk tidak beristinja’ (cebok) kurang dari tiga batu”
(HR Muslim)
99
Benda-benda yang diperbolehkan untuk beristinja, yaitu :
air, batu, tanah liat yang keras, dan kertas/ tissue. Digunakan sebanyak 3 kali
atau jumlah ganjil. (HR Bukhari, Ibnu Majah). Jika sudah suci pada kali yang
ke-2, sempurnakan dengan yang ke-3. Jika sudah merasa suci di tahap ke-4,
maka sempurnakan dengan kelima, dst. Lebih diutamakan menggunakan
gabungan batu dengan air (Imam Nawawi).
MANDI
100
dengan darah haid, nifas, dan istihadhah, sebab hal yang demikian sangat
banyak sangkut pautnya dengan amal-amal ibadat dan pergaulan antara
suami istri. Jika suaminya pandai dalam hal ini wajiblah untuk mengajarkan
istrinya dan putri-putrinya, jika tidak maka wajiblah baginya untuk belajar
kepada orang lain yang dapat dipercaya.
Yaitu darah yang keluar dari rahim wanita yang telah sampai umur atau baligh
dengan tidak ada penyebabnya, melainkan memang sudah menjadi
kebiasaan yang sehat, yang juga merupakan ketentuan dari Allah swt., atas
tiap-tiap wanita keterunan Adam. Wanita mulai mengalami haid ketika
berumur sekurang-kurangnya 9 tahun dan biasanya akan berhenti sendiri
ketika telah berumur 60 tahun keatas. Lamanya haid akan dialami oleh wanita
adalah sedikit-dikit sehari semalam, umumnya satu minggu, dan paling
lamanya adalah 15 hari 15 malam. Suci antara dua haid paling sedikit 15 hari
15 malam, sebanyak-banyaknya tidak terbatas karena ada sebagian wanita
hanya satu kali haid dalam seumur hidupnya. Menurut penelitian ulama-ulama
terdahulu, hal ini dinamakan “ Istiqa`.’’
2. Darah Nifas
Yaitu darah yang keluar dari rahim wanita setelah melahirkan anak. Masa
nifas sedikitnya sekejap, golibnya atau umumnya selama 40 hari, dan selama-
lamanya 60 hari.
3. Darah Wiladah
Yaitu darah yang keluar dari rahim wanita yang keluarnya beriringan saat
melahirkan bayi.
Yaitu darah yang keluar dari rahim wanita karena suatu penyakit, bukan
diwaktu haid atau nifas. Wanita yang mengalami keadaan seperti ini wajib
mengerjakan shalat, dan ibadah lainnya, sebagaimana yang diwajibkan bagi
orang yang berpenyakit lainnya. Dalam keadaan seperti ini, maka hendaklah
wanita yang bersangkutan mengejakan sebagai berikut, sabda Rasulullah
saw. :
a. Jika ia dapat membedakan antara dua jenis darah dengan sifat-sifatnya,
hendaklah ia mengerjakan kewajiban-kewajibannya menurut keadaan
sifat-sifat itu. Kalau kelihatan darah haid, hendaklah ia berhenti shalat.
Sebaliknya jika kelihatan sifat-sifat darah istihadhah, hendakalah ia
mengerjakan shalat.
101
ول هللا.ا رس.ال له.تحاض فق.انت تس.بيش ك.ة بنت ابي ح.ا ان فاطم.عن عائشة رضي هللا عنه
اذا.. فاذا كان ذالك فامسكى عن الصالة ف, ان دم الحيض دم اسود يعرف: صلى هللا عليه وسلم
)كان أخر فتوْض ي وصلي (رواه ْابو داود والنسائ
“Dari Aisyah r.ha. Sesungguhnya Fatimah binti Abi Hubaisy telah berdarah
penyakit. Rasulullah saw., berkata kepadanya, “ Sesungguhnya darah
haid itu berwarna hitam, dikenal oleh wanita. Maka apabila ada darah
semacam itu, hendaklah enkau tinggalkan shalat ; apabila keadaan darah
tidak seperti itu, hendaklah engkau berwudhu` dan kerjakanlah shalat.’’
(HR. Abu Daud dan Nasaa`i)
b. Jika darah haid keluar tetap pada waktunya sebelum darah isthiadhah,
umpamanya selalu di awal bulan atau di akhir bulan, maka hendaklah ia
mempergunakannya sebagai ketentuan itu. Maksudnya waktu haidnya
yang dahulu ditetapkan menjadi waktu haid sekarang dan ia tidak boleh
shalat selain pada waktu yang dipandang sebagai waktu sucinya. Sabda
Rasulullah saw. :
لم..ه وس..عن عائشة رضي هللا عنها ان أم حبيبة بنت جحش شكت الى رسول هللا صلى هللا علي
الة (رواه..ل ص..ئ لك..لى وتوض..تك ثم اغتس..ك حيض..انت تحبس..ا ك..در م..الدم فقال لها امكثي ق
)البخارى ومسلم
“Dari Aisyah r.ha, bahwa Ummu Habibah binti Jahsy r.ha., telah bertanya
kepada Rasulullah saw., tentang hukum darah. Beliau bersabda kepada
Ummu Habibah, “ Diamlah engkau selam masa haidmu yang biasa,
kemudian hendaklah engkau mandi dan berwudhu` untuk tiap-tiap shalat.’’
(HR. Bukhari - Muslim)
c. Jika tidak dapat membedakan darah haid dan istihadhah dan juga waktu
haidnya yang biasa tidak menurut waktunya yang tetentu, atau ia lupa
waktunya. Maka waktu golib atau kebiasaan kebanyakkan wanita dalam
haid, yaitu enam atau tujuh hari. Hendaklah ia meninggalkan shalat dan
ibadah lainnya selama enam atau tujuh hari tiap-tiap bulan dan wajib
melaksanakan shalat dan melakukan ibadat lainnya selama 23 atau 24
hari tiap-tiap bulan.
ْاتيت.ديدة ف..يرة ش..ة كث.. كنت استحاض حيض: عن حمنة بنت ابي جحش رضي هللا عنها قالت
ام او..تة اي..ي س..يطان فتحيض..ة من الش..ا هي ركض..النبي صلى هللا عليه وسلم استفتيه فقال انم
لي..سبعة ايام ثم اغتسلي فاذا استنقْات فصلي اربعة وعشرين او ثالثة وعشرين وصومي وص
) (رواه البخارى ومسلم. فان ذالك يجزئك وكذالك فافعلي كل شهركما تحيض النسْا
“Dari Hamnah binti Jahsy r.ha. Ia berkata, “Saya pernah haid yang sangat
banyak (lama), maka saya datang kepada Nabi saw., untuk
menanyakannya. Beliau bersabda, “Sesungguhnya itu tipu daya (godaan)
syaithan. Oleh karenanya jadikanlah haidmu enam atau tujuh hari,
sesudah itu hendaklah engkau mandi. Apabila telah cukup bilangan hari
haidmu, hendaklah engkau shalat 24 atau 23 hari, lalu puasa dan
shalatlah. Sesungguhnya yang demikian sah untukmu, dan juga
hendaklah engkau lakukan tiap-tiap bulan sebagaimana haid wanita yang
lain.’’ ( HR. Bukhari - Muslim )
Darah istihadhah adalah darah yang keluar pada selain hari-hari haidh dan
nifas. Wanita yang mengeluarkan darah istihadhah hukumnya berbeda
dengan wanita haid atau nifas. Wanita yang istihadhah tetap wajib shalat,
puasa, dan suaminya boleh mempergaulinya walaupun disertai dengan
keluarnya darah. Wanita yang istihadhah yang ingin melaksanakan shalat
diharuskan melakukan hal-hal sebagai berikut :
Hukumnya :
1. Memperoleh pahala, karena bersuci adalah bagian dari iman (HR. Muslim)
2. Memperoleh kebersihan (HR. Bukhari, Muslim)
3. Memperoleh semangat dan kesegaran.
103
1. Niat mandi menghilamgkan hadats besar
2. Memgalirkan dan meratakan air ke seluruh tubuh
نويت الغسل لرفع الحدث االصغر عن جميع البدني فرضا هلل تعالى
“Aku berniat mandi untuk mengangkat hadats besar dari seluruh tubuhku
fardhu karena Allah Ta`aalaa.”
Sunnah-sunnah Mandi :
104
Mandi yang disunnahkan, antara lain :
Mandi pada dua Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adhha (Imam Malik),
Hari Jum’at (Tirmidzi, Bukhari, Muslim),
Saat terjadi gerhana matahari dan bulan,
Sesudah memandikan jenazah (Imam Ahmad, Tirmidzi),
Setelah kembali dari peperangan (Muslim),
Mandi tatkala hendak ihram haji atau ihram umrah (Bukhari),
Ketika wuquf di Arafah (Bukhari),
Ketika memasuki kota Makkah (Bukhari, Abu Dawud).
Mandi hendak shalat Istisqa (shalat mohon hujan)
Mandi bagi orang pingsan setelah sadar
Mandi untuk thawaf (qudum, ifadhah, dan wada`)
Orang kafir setelah masuk Islam
Mandi orang gila apabila sembuh dari penyakit gilanya
Mandi untuk memasuki Madinah
Mandi untuk sai
Mandi melempar tiga Jumroh
Mandi hendak bermalam di Mudzdalifah
a. Boros air. Nabi saw mandi dengan 1 sha’ air atau 5 mud. (1 sha’ = 4 mud
= 40 cm3). (Bukhari - Muslim),
b. Mandi di air yang tergenang. (Muslim). Jika terpaksa, harus diambil
dengan hati-hati agar tidak mustakmal.
Sebagian ulama berpendapat bahwa tidak ada halangan bagi orang yang
berhadats kecil untuk menyentuh Al Qur-an, dikarenakan tidak ada dalil yang
kuat menurut pendapat mereka.
Hal yang dilarang karena hadats besar karena haid dan nifas :
WUDHU`
Wudhu` adalah satu amalan yang menjadi bagian dari syarat sahnya shalat.
Awal perintah wajib wudhu` bersamaan dengan perintah wajibnya shalat lima
waktu, yaitu satu setengah tahun sebelum Hijriyah. Sebagaiman yang
termaktub di dalam Al Qur-an yang berbunyi, sbb :
“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai kedua mata kaki.” (QS. Al Maa-idah : 6).
Niat. Karena wudhu adalah ibadah dan harus diawali dengan niat, ibadah
bisa dibedakan dari pekerjaan biasa. Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya amal itu bergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya
setiap orang hanya akan memperoleh apa yang ia niatkan.” (Bukhari,
Muslim).
Niat bersuci dari hadats kecil. Jangan sampai tertinggal niat, hingga
membasuh muka. (As-Syafi’i). * Sebaiknya berniat bukan hanya untuk
mensucikan badan, tetapi juga membersihkan kotoran hati. (Imam Hanafi).
Disunnahkan berwudhu di rumah sebelum pergi ke masjid, sebab setiap
langkah yang dilangkahkan ke masjid dalam keadaan wudhu yang
sempurna akan berpahala menghapus dosa dan mengangkat derajat.
(Bukhari).
Memulai wudhu dengan membaca basmalah. (Tirmidzi, Ibnu Majah,
Nasa’i).
“ Dengan nama Allah Yang Maha Agung, dan segala puji bagi-Nya ( karena
telah memeliharaku tetap ) di dalam agama Islam.’’
106
اللهم اغفرلي ذنبي ووسعلي في داري وباركلي في رزقي
107
Jangan berwudhu di tempat orang buang air. Khawatir ada air najis yang
tersisa, sehingga mengenai badan kita ketika berwudhu. (Tirmidzi,
Dailami). * Bila terpaksa wudhu di WC, siramlah dulu sampai bersih
sebelum berwudhu.
Sunnah menjaga kelangsungan wudhu dan menggantinya setiap batal.
(Hakim). * Menjaga wudhu berarti menjaga kelangsungan kelapangan
rezeki. Allah berfirman, “Hai Musa, jika engkau mengalami musibah
sedang engkau tidak dalam keadaan wudhu, maka jangan engkau
menyalahkan kecuali dirimu.” (Hadits Qudsi).
Dianjurkan agar melamakan ‘ghurah’ dan ‘tahjil’. (Muslim, Bukhari). *
Ghurrah, adalah membasuh sebagian dari kepala bagian depan. Sedang
‘Tahjil’ adalah membasuh sebelah atas siku, ketika membasuh kedua
tangan, dan sebelah atas mata kaki ketika membasuh kedua kaki.
“Sesungguhnya umat ini akan diseru pada hari Kiamat dalam keadaan
cemerlang kening, kedua tangan dan kedua kaki mereka, karena bekas-
bekas wudhu. (Bukhari, Muslim).
Diwajibkan berwudhu ketika akan melaksanakan shalat, membaca
Alquran, sa’i, wuquf, jumrah, baligh, setelah tertawa keras dalam shalat.
Dan disunnahkan berwudhu ketika akan tidur (Bukhari), akan mengulangi
persetubuhan dengan istri (Abu Dawud), menengok orang sakit (Bukhari),
setelah makan sesuatu yang dimasak (Muslim), setelah memakan daging
kambing dan unta (Muslim), setelah menyentuh kemaluan (Baihaqi), ketika
marah, agar reda marahnya (Ahmad, Abu Dawud), keluar dari WC
(Ahmad), akan adzan, akan menziarahi kubur Nabi saw., mempelajari
hadits atau tafsir, setelah berghibah atau berbohong.
Jangan berbicara ketika berwudhu. (Nasa’i).
Jangan boros. Dianjurkan menggunakan air sehemat mungkin. (Bukhari,
Ibnu Majah, Abu Dawud). Nabi saw. bersabda, “Hematlah dalam memakai
air walaupun di atas lautan. (Ahmad, Ibnu Majah).
Air bekas wudhu dapat dipakai sebagai obat (Bukhari). Air bekas wudhu
dapat menyembuhkan tujuh puluh penyakit (Dailami). * Caranya: Kita
berwudhu di atas ember, sehingga air bekas wudhu itu akan jatuh ke
dalam ember. Kemudian air itu diminumkan kepada si sakit.
Sebaiknya jangan berwudhu dibantu orang lain. (Ibnu Najjar, Al-Bazzar).
Fardhu-Fadhu Whudu`
Fardhu atau hal-hal yang wajib dalam wuduh` ada 6 perkara, yaitu :
“Saya niat wudhu` untuk menghilangkan hadats kecil, fardhu karena Allah
Ta`alaa.”
2. Membasuh wajah. Batas wajah yang wajib dibasuh adalah antara tempat
tumbuhnya rambut kepala, hingga akhir dagu (batas memanjang), dan
antara dua telinga (batas melebar)
3. Membasuh dua tangan sekaligus kedua siku
4. Menyapu sebagian kepala
5. Membasuh kedua kaki sekaligus kedua mata kaki
6. Tertib/Berurutan
“ Dengan nama Allah Yang Maha Agung, dan segala puji bagi-Nya
( karena telah memeliharaku tetap ) di dalam agama Islam.’’
109
Doa Bersiwak :
اللهّم طّهر فمي ونّور قلبي وطّهر بدني وحّرم جسدي على الّنار
اللهم بيض وجهي بنور هدايتك يىم تبيض وجوه اوليائك والتسود وجهي بظلومتك يوم تسود
وجوه اعدائك
110
“ Alloohumma bayyidh wajhii bi nuuri hidayatika yauma tubayyidhu
wujuuha auliyaa-ika wa laa tusawwid wajhii bi dzhuluumatika yauma
tusawwidu wujuuha a`daa-ika. “
9. Membasuh tangan kanan, dimulai dari ujung jari tangan sampai ke atas
siku,seraya membaca :
اللهم اعطني كتابي بيمني وحاسبني حسابا يسيرا
10. Membasuh tangan kiri sampai siku, sama seperti membasuh tangan
kanan
اللهم اني اعوذ بك ان تعطيني كتاب بسمالي او من وراء ظهري
اللهم اجعلني من الذين يستمعون القول فيتبعون احسنه اللهم اسمعني منادي الجنة مع
االبرار
111
13. Ketika mengusap tengkuk
اللهم اني اعوذ بك ان تزل قدمي على الصراط يوم تزل اقدام المنافقين فى النار
أشهد ان الاله االهللا وحده الشريك له وأشهد اّن محّمدا عبده ورسوله اللهّم اجعلني من
الّتوابين واجعلني من المتطّهرين واجعلني من عبادك الّصالحين
“ Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah diriku dari golongan
orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah diriku dari golongan orang
yang bersuci,” (Muslim). * Barangsiapa membaca doa di atas setelah
wudhu, niscaya akan dibukakan baginya delapan pintu surga yang
darimana saja ia dapat memasukinya. (Tirmidzi, Nasa’i).
112
Hal-Hal Yang Membatalkan Wudhu :
1. Ada sesuatu yang keluar dari salah satu di antara dua jalan, seperti
kencing, tahi, darah atau angin. (An-Nisa’: 443 - Bukhari, Muslim). * Allah
tidak menerima shalat seorang apabila berhadats, sebelum ia berwudhu.
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu
dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan
junub*, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu
sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau
kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air,
Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah
mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha
Pengampun. (QS. An Nisaa : 43)
* Menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan untuk bersembahyang bagi
orang junub yang belum mandi.
2. Tidur yang tidak mantap. Maksud mantap ialah tidur sambil duduk, dan
pantat menempel rapat di tempat duduk. Dan tidak mantap, yaitu jika
pantat renggang dari tempat duduk. Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa
tidur, maka hendaklah berwudhu.” (Abu Dawud). * Tidur dengan sikap
mantap, tidak membatalkan wudhunya. (Bukhari, Muslim).
3. Hilang akal, baik dikarenakan mabuk, pingsan, sakit, ataupun gila.
4. Bersentuhan antara laki-laki dengan istrinya atau wanita asing, tanpa ada
penghalang. Firman Allah :
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu
dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan
junub[301], terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika
kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air
atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat
air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah
mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha
Pengampun. (QS. An Nisaa : 43)
5. Menyentuh farji/ alat vital sendiri atau farji orang lain, baik dubur maupun
qubul(penis/vagina), dengan telapak tangan atau jari-jari, tanpa adanya
penghalang.
113
Hal-Hal Yang Dimakruhkan Ketika Wudhu`
Maharim adalah semua wanita yang haram dinikahi dan hukumnya tidak
membatalkan wudhu` apabila bersentuhan dengan salah seorang dari
mereka. Mereka itu adalah :
Tayammum
Seseorang boleh bertayammum untuk bersuci dari hadats besar dan hadats
kecil jika tidak bisa mendapatkan air, atau airnya lebih dibutuhkan untuk
minum, atau tubuh dan jiwanya akan mengalami bahaya jika terkena air, atau
ada binatang buas dan musuh yang dapat membahayakan keselamatannya di
tempat air itu berada.
114
3. Tidak mendapatkan air sama sekali, atau sulit mendapatkannya, atau
terlalu mahal untuk mendapatkannya, atau air lebih dibutuhkan untuk
minum. Dan kondisi ini masih berlangsung setelah ikhtiar yang maksimal.
4. Menggunakan tanah yang suci dan ada debunya. Tidak syah
menggunakan bongkahan tanah, atau lumpur, atau tanah yang terkena
najis. Tayammum dapat dilakukan dengan pasir atau dengan menpukkan
dua telapak tangan ke bumi, lalu meniupnya sebelum mengusapkannya ke
muka dan tangan. Alasannya berdasarkan hadits Nabi saw, yang
diriwayatkan oleh Sayyidina Hudzaifah r.a, “ Untukku, bumi ini dijadikan
Rabb sebagai yang bersih suci, serta sebagai tempat sujud.” (HR.
Bukhori-Muslim)
5. Tubuh telah suci dari najis
Fardhu Tayammum :
1. Niat
2. Mengusap muka
3. Mengusap kedua tangan sampai sikut
Sunnah Tayammum :
1. Membaca basmalah
2. Mendahulukan wajah bagian atas daripada bagian bawah dan
mendahulukan tangan yang kanan daripada yang kiri
3. Dilakukan langsung, yakni sambung menyambung
A. Pengertian Shalat
115
Shalat menurut bahasa artinya : do’a. Dinamakan dengan shalat karena di
dalamnya meliputi doa-doa, bahkan hampir semua isi dari aktifitas ucapan
dalam shalat tidak terlepas dari doa, pujian dan permohonan. Sedang arti
menurut istilah syara` : Perbuatan & perkataan yang diajarkan oleh syariah
yang dimulai dengan takbir (Takbiratul ihram mengucapkan lafadzh “Allahu
Akbar”. {بر.. }هللا اكtatkala berdiri dengan mengangkat kedua tangan keatas
sejajar dengan telinga), dan diakhiri dengan salam (mengucapkan
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh).” serta wajib
melaksanakannya pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Karena shalat
merupakan tiang agama. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., :
الّصالة عماد الّد ين فمن اقامها فقد اقام الّد ين ومن تركها فقد هدم الّد ين
Shalat itu tiang agama, barang siapa yang mendirikannya maka
sesungguhnya telah menegakkan agama dan barang siapa yang
meninggalkannya maka sesungguhnya telah menghancurkan agama.
Dan Shalat dalam ajaran Islam juga memiliki kedudukan yang sangat penting
terlihat dari pernyataan-pernyataan terdapat pada Al Qur’an dan sunnah Nabi,
antara lain :
Shalat adalah amalan yang pertama kali yang akan dihisab pada hari
qiyamat (Hadist Nabi)
Sebagai barometer baiknya amal yang lain
Kewajiban pertama setelah iman adalah Shalat.
Perintah yang langsung Nabi saw sendiri yang menerimanya dari Allah swt
sedangkan perintah yang lainnya melalui malaikat Jibril (peristiwa Isra
mi’raj)
Shalat merupakan kewajiban universal yang telah diwajibkan kepada nabi-
nabi sebelum Nabi Muhammad saw.
Shalat merupakan wasiat Nabi yang terakhir.
Shalat adalah ciri dari orang yang taqwa.
“ (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib**, yang mendirikan shalat,
dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka
(QS. Al Baqarah : 3)
Ada lima shalat yang difardhukan dalam sehari semalam untuk dikerjakan
ummat Islam, yaitu :
116
5. Shalat Shubuh dikerjakan 2 raka`at
Waktu-Waktu Shalat
1. Shalat Dzhuhur
َأَّمِني ِج ْب ِر يُل ِع ْن َد الَبْيِت: َع ِن اْب ِن َع َّباٍس َر ِض َي ُهللا َع ْن ُهَم ا َأَّن الَن ِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو آِلِه َو َس َّلَم َق اَل
ُثَّم َص َّلى الَع ْص َر ِحيَن َك اَن، َفَص َّلى الُّظ ْه َر ِفي اُألوَلى ِم ْن ُهَم ا ِحيَن َك اَن الَفْي ُء ِم ْث َل الِّش َر اِك، َم َّر َت ْي ِن
ُثَّم َص َّلى الِع َش اَء ِحيَن، ُثَّم َص َّلى الَم ْغ ِر َب ِحيَن َو َج َبِت الَّش ْم ُس َو َأْفَط َر الَّص اِئُم،ُك ُّل َش ْي ٍء ِم ْث َل ِظ ِّلِه
َو َص َّلى الَم َّر َة الَّث اِنَي َة، ُثَّم َص َّلى الَفْج َر ِحيَن َبَر َق الَفْج ُر َو َح ُر َم الَّط َع اُم َع َلى الَّص اِئِم، َغ اَب الَّش َفُق
ُثَّم َص َّلى الَع ْص َر ِحيَن َك اَن ِظ ُّل ُك ِّل، الُّظ ْه َر ِحيَن َك اَن ِظ ُّل ُك ِّل َش ْي ٍء ِم ْث َلُه ِلَو ْق ِت الَع ْص ِر ِباَألْم ِس
ُثَّم، ُثَّم َص َّلى الِع َش اَء اآلِخ َر َة ِحيَن َذ َهَب ُثُلُث الَّلْي ِل، ُثَّم َص َّلى الَم ْغ ِر َب ِلَو ْق ِت ِه اَألَّو ِل،َش ْي ٍء ِم ْث َلْيِه
َه َذ ا َو ْق ُت اَألْن ِبَي اِء ِمْن، َي ا ُم َح َّم ُد: َفَقاَل، ُثَّم اْل َتَفَت ِإَلَّي ِج ْب ِر يُل، َص َّلى الُّصْب َح ِحيَن َأْس َفَر ِت اَألْر ُض
) َو الَو ْق ُت ِفيَم ا َب ْي َن َه َذ ْي ِن الَو ْق َت ْي ِن (صحيح أبو داود والترمذي وغيرها، َق ْب ِلَك
Sesuai dengan hadits dari Ibnu Abbas ra, Rasulallah saw bersabda: “Jibril
datang mengimamiku di sisi Baitullah sebanyak dua kali. Pertama kali, ia
shalat dhuhur ketika kadar bayangan matahari semisal tali sandal. Ia shalat
ashar ketika bayangan benda sama dengan bendanya. Ia shalat maghrib
ketika orang yang puasa berbuka. Ia shalat isya ketika syafaq telah
tenggelam. Ia shalat fajar bersamaku ketika makan dan minum telah
diharamkan bagi orang yang puasa. kemudian Jibril kembali shalat dhuhur
yang kedua kalinya. Ia shalat dhuhur saat bayangan benda sama dengan
bendanya. Ia shalat ashar saat bayangan benda dua kali bendanya. Ia shalat
maghrib seperti waktu shalat pertama (ketika orang yang puasa berbuka). Ia
shalat isya ketika telah berlalu sepertiga malam. Dan ia shalat fajar ketika
bumi kemerah-merahan. Kemudian ia menoleh kepadaku seraya berkata,
“Wahai Muhammad, inilah waktu shalat para nabi sebelummu dan waktunya
berada di antara dua waktu yang ada.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dll)
2. Shalat Ashar
Waktu shalat ashar mulai dari keluarnya waktu shalat dhuhur (hadist tersebut
di atas), hingga terbenam matahari.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulallah saw bersabda: “Barangsiapa shalat Subuh
satu raka’at sebelum terbit matahari maka ia telah mendapatkannya, dan
barangsiapa shalat Ashar sebelum tenggelam matahari maka ia telah
mendapatkanya” (HR Bukhari Muslim)
3. Shalat Maghrib
117
Waktu shalat maghrib mulai dari terbenam matahari (hadits tersebut di atas)
hingga hilang sinar merah ketika matahari tenggelam.
َو َو ْق ُت َص اَل ِة اْلَم ْغ ِر ِب َم ا َلْم َي ِغْب الَّش َفُق (رواه: ِلَم ا َص َّح َأَّن الَن ِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو آِلِه َو َس َّلَم َقاَل
)مسلم
4. Shalat Isya’
Waktu shalat isya’ dimulai jika telah hilang syafaq yaitu sinar merah di langit
(hadist tersebut di atas) sampai terbit fajar shadiq (fajar kedua).
إَّن ُه َلْي َس ِفي الَّن ْو َت ْف يٌط إَّن َم ا الَّتْف يُط: َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو آِلِه َو َس َّلَم، َع ْن َأِبي َقَت اَد َة
ِر ِم ِر
)َع َلى َم ْن َلْم ُيَص ِّل الصالَة َح َّت ي َي ِج ْي َئ َو ْق ُت اُأْلْخ َر ى (رواه مسلم
Dari Abi Qatadah ra, Rasulallah saw bersabda: “Orang yang ketiduran tidak
dikatakan tafrith (meremehkan). Sesungguhnya yang dinamakan
meremehkan adalah orang yang tidak mengerjakan shalat sampai datang
waktu shalat berikutnya.” (HR. Muslim)
5. Shalat Subuh
Shalat subuh dimulai dari terbitnya fajar shadiq yaitu fajar kedua (hadits
tersebut di atas) hingga terbit matahari.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulallah saw bersabda: “Barangsiapa shalat Subuh
satu raka’at sebelum terbit matahari maka ia telah mendapatkannya” (HR
Muslim)
َأَّن الَن ِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو آِل ِه َو َس َّلَم َن َه ى َع ِن الَّص َالِة َب ْع َد، َع ْن َأِبي هَر ْي َر َة َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه
)الَع ْص ِر َح َّت ى َتْغ ُر َب الَّش ْم ُس َو َب ْع َد الُّصْب ِح َح َّت ى َت ْط ـُلَع الَّش ْم ُس (رواه مسلم
118
Sesuai dengan hadits Rasulallah saw dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya
beliau melarang shalat setelah ashar sampai matahari tenggelam dan setelah
shalat subuh sampai terbit matahari” (HR. Muslim).
َث َالُث َس اَع اٍت َك اَن َر ُسوُل ِهّللا َي ْن َه اَن ا َأْن ُنَص ِّلَي ِفيِه َّن َأْو: َع ْن ُع ْق َب َة اْب ِن َعاِم ٍر َر ِض َي ُهَّللا َع ْن ُه َق اَل
َو ِحيَن َي ُقوُم َق اِئُم الَّظ ِه يَر ِة َح َّت ى َت ِميَل. ِحيَن َت ْط ُلُع الَّش ْم ُس َب اِز َغ ًة َح َّت ى َت ْر َت ِفَع:َأْن َن ْق ُبَر ِفيِه َّن َم ْو َت اَن ا
) َو ِحيَن تضّيُف الَّش ْم ُس ِلْلُغ ُروِب َح َّت ى َتْغ ُر َب (رواه مسلم. الَّش ْم ُس
Sesuai dengan hadits dari ‘Uqbah bin ‘Amir ra, ia berkata: “Ada tiga waktu di
mana Nabi saw melarang kami untuk melaksanakan shalat di tiga waktu
tersebut atau menguburkan jenazah kami, yaitu ketika matahari terbit sampai
tinggi, ketika seseorang berdiri di tengah hari saat matahari berada tinggi di
tengah langit (tidak ada bayangan di timur dan di barat) sampai matahari
tergelincir dan ketika matahari miring hendak tenggelam sampai benar-benar
tenggelam.” (HR. Muslim)
Keterangan :
اَل َي ْغ َت ِس ُل: َق اَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو آِل ِه َو َس َّلَم، َع ْن َس ْلَم ان الَفاِر ِس ِّي َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه
َر ُجٌل َي ْو َم اْلُجُم َع ِة َو َي َت َط َّهُر َم ا اْس َت َط اَع ِمْن ُط ْه ٍر َو َي َّد ِهُن ِمْن ُد ْه ِن ِه َأْو َيَم ُّس ِمْن ِط يِب َبْيِت ِه ُثَّم
َي ْخ ُرُج َف اَل ُيَفِّر ُق َب ْي َن اْث َن ْي ِن ُثَّم ُيَص ِّلي َم ا ُك ِتَب َلُه ُثَّم ُيْن ِص ُت ِإَذ ا َتَك َّلَم اِإْلَم اُم ِإاَّل ُغ ِفَر َل ُه َم ا َب ْي َن ُه
)َو َب ْي َن اْلُجُم َع ِة اُأْلْخ َر ى (رواه البخاري
2. Semua yang tersebut diatas diharamkan sholat kecuali bagi orang yang
berada di Masjidil Haram Makkah. Hal ini karena kemuliaan dan
keagungan tempatnya.
َي ا َب ِني َع ْب ِد: َع ْن ُج َب ْي ِر ْب ِن ُم ْط َع ٍم َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه َأَّن الَن ِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو آِل ِه َو َس َّلَم َق اَل
وjjَم َن اٍف اَل َت ْم َن ُعوا َأَح ًد ا َط اَف ِبَه َذ ا اْل َبْيِت أَو َص َّلى ِفْيِه َأَّي َس اَع ٍة ِمْن َلْي ٍل َأْو َن َه اٍر (مسلم و أب
)داود و غيرهما
119
Dari Jubair bin Muth’am ra, Rasulallah saw bersabda: “Wahai Bani Abdi
Manaf, janganlah kalian melarang seseorang thawaf di Baitullah ini dan
shalat kapan saja, baik malam ataupun siang.” (HR Muslim, Abu Daud dll).
Kesempurnaan Shalat
Shalat merupakan rukun Islam yang kedua. Mengetahui ilmu tentang shalat
adalah fardhu `ain (wajib bagi setiap individu). Karena, shalat wajib dikerjakan
oleh setiap Muslim yang baligh dan berakal. Shalat dapat dinilai apabila
memenuhi semua syarat dan rukun-rukunnya. Kewajiban shalat sama halnya
dengan kewajiban lainnya dalam Islam, dengan ini seseorang dipandang
sebagai subyek hukum atau mukalaf (kewajiban melaksanakan peraturan
Allah), yaitu apabila :
a. Bersuci (thaharah)
b. Mengetahui masuknya waktu,
c. Menutup Aurat,
d. Menghadap Kiblat. Firman Allah :
“ Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanlah wajahmu ke arah
Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka Palingkanlah
wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali
orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada
mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku
atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk. (QS. Al Baqarah : 150)
Tiga hal yang disunnahkan sebelum shalat, yaitu: Adzan, iqamat, dan
memasang sutrah (penghalang). (HR. Bukhari, Muslim).
120
yang dilakukan shalat, juga tentang kefardhuannya. Dan tidak
dipersyaratkan menggerakkan lidah dalam berniat.
2. Berdiri dalam shalat fardhu jika mampu. Jika kamu tidak mampu karena
udzur, boleh duduk. Jika tidak mampu juga, maka berbaringlah miring.
(HR. Bukhari). * Berdiri adalah tegak lurus. Tidak boleh membungkuk
tanpa udzur. Boleh duduk dalam shalat sunnah, baik ia mampu ataupun
tidak. (HR. Bukhari).
3. Takbiratul Ihram. Kunci shalat ia bersuci, tahrimnya ialah takbir, dan
tahlilnya ialah mengucapkan salam. (HR. Tirmidzi, Abu Dawud).
4. Membaca Al-Fatihah. Tidak sah shalat seseorang tanpa membaca Al-
Fatihah. (HR. Bukhari, Muslim).
5. Ruku’. Minimal menunduk seukuran yang memungkinkan orang yang
shalat meletakkan telapak tangannya di lututnya. Ruku’ yang sempurna
ialah menunduk sehingga punggung menjadi rata. (Al-Hajj: 77, HR.
Bukhari,-Muslim).
6. Thuma’ninah (diam sebentar) ketika ruku’.
7. Berdiri Tegak Sesudah Ruku’ (I’tidal). Yaitu berdiri tegak memisahkan
antara ruku dan sujud. (HR. Bukhari, Muslim).
8. Thuma’ninah ketika i’tidal.
9. Sujud Dua Kali Pada Setiap Rakaat. (Al-Hajj: 77, HR. Bukhari).
10. Thuma’ninah ketika sujud.
11. Duduk Antara Dua Sujud
12. Thuma’ninah ketika duduk.
13. Duduk Terakhir. Yaitu duduk pada akhir rakaat yang terakhir dari shalat
itu, diakhiri dengan salam.
14. Tasyahhud Pada Duduk Terakhir. Wajib membaca Tasyahhud. (HR.
Bukhari, Muslim, Baihaqi, Daruquthni). * Terdapat berbagai riwayat
mengenai ucapan tasyahud yang semuanya shahih.
15. Shalawat Atas Nabi saw.. Yaitu membaca shalawat atas Nabi Muhammad
saw. sesudah membaca tasyahud di atas, sebelum salam. (Al-Ahzab: 56 –
HR. Ibnu Hibban, Hakim, Tirmidzi, Abu Dawud, Bukhari, Muslim).
16. Salam Yang Pertama. Yaitu mengucapkan “Assalamu ‘alaikum Wa
rahmatullah..” Dua kali. Sekali sambil menengok ke sebelah kanan dan
sekali lagi sambil menengok ke sebelah kiri, hingga terlihat pipinya dari
belakang. (HR. Muslim, Abu Dawud Tirmidzi).
17. Tertib. Yakni dimulai dengan niat dan Takbiratul ihram, kemudian
membaca Al-Fatihah, lalu ruku’, i’tidal, sujud..... .dan seterusnya.
I. Shala Dzhuhur
أصّلى فرض الّظ هر اربع ركعات مستقبل القبلة اداء هلل تعالى
121
III. Shalat Maghrib
أصّلى فرض المغرب ثالث ركعات مستقبل القبلة اداء هلل تعالى
V. Shalat Shubuh
أصّلى فرض الّصبح ركعتين مستقبل القبلة اداء هلل تعالى
Amalan yang paling utama adalah shalat tepat pada waktunya. (HR.
Bukhari, Muslim). * Hendaknya sedih, jika tertinggal shalat tepat pada
waktunya.
Wajib khusyu’ di dalam shalat. Dan Allah menyediakan neraka ‘Wail’ bagi
orang-orang yang tidak khusyu’ dalam shalatnya. Firman Allah swt., :
.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang
yang lalai dari shalatnya,(QS. Al Maa-uun : 4-5)
1) Niat.
Sahnya niat shalat, harus berbareng dengan Takbiratul Ihram dan hati sadar
betul bermaksud akan shalat, dengan mengingat apa yang dilakukan dalam
shalat, juga tentang kefardhuannya. Dan tempat niat adalah hati, adapun
122
melafadzhkannya dalam lisan adalah sunnah dan waktu memulainya ketika
Takbiratul Ihram, dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu,
posisi ibu jari setinggi anak telinga menghadap ke arah kiblat.
أصّلي فرض الّصبح ركعتين مستقبل القبلة اداء اماما (مْاموما) هلل تعالى
Tujuan dari talafudzh binniyah menurut kitab-kitab fiqh ahlus sunnah adalah :
Dengan demikian melafadzhkan niat dengan lisan akan dicatat oleh malaikat
sebagai amal kebaikan.
Kepada-Nya (Allah) jualah naiknya kalimat yang baik (QS. Faathir : 10).
Malsudnya segala perkataan hamba Allah yang baik akan diterima oleh Allah
(Allah akan menerima dan meridhoi amalan tersebut) termasuk ucapan
lafadzh niat melakukan amal shalih (niat shalat, haji, wudhu, puasa dsb).
1. Diriwayatkan dari Abu bakar Al-Muzani dari Anas Ra. Beliau berkata :
َع ْن َأَن ٍس َر ِض َي هللاُ َع ْن ُه َق اَل َس ِمْع ُت َر ُسْو َل ِهللا َص َّلى هللاُ َع َلْيِه َو َس ّلَم َي ُقْو ُل َلَّبْي َك ُعْم َر ًة َو َح ًّج ا
123
“Aku pernah mendengar rasulullah Saw. Melakukan talbiyah haji dan umrah
bersama-sama sambil mengucapkan : “Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah
untuk melaksanakan haji dan umrah”. (HR. Muslim – Syarah Muslim Juz VIII,
hal 216)).
Hadits ini menunjukan bahwa Rasulullah Saw. Mengucapkan niat atau
talafudz binniyah diwaktu beliau melakukan haji dan umrah.
Imam Ibnu Hajar mengatakan dalam Tuhfah, bahawa Usholli ini diqiyaskan
kepada haji. Qiyas adalah salah satu sumber hukum agama.
2. Hadits Riwayat Bukhari dari Umar ra. Bahwa beliau mendengar Rasulullah
bersabda
Semua ini jelas menunjukan lafadzh niat. Dan hukum sebagaimana dia tetap
dengan nash juga bisa tetap dengan qiyas.
“Aku pernah shalat idul adha bersama Rasulullah Saw., maka ketika beliau
hendak pulang dibawakanlah beliau seekor kambing lalu beliau
menyembelihnya sambil berkata : “Dengan nama Allah, Allah maha besar,
Ya Allah, inilah kurban dariku dan dari orang-orang yang tidak sempat
berkurban diantara ummatku” (HR Ahmad, Abu dawud dan turmudzi)
Hadits ini menunjukan bahwa Rasulullah mengucapkan niat dengan lisan atau
talafudz binniyah diketika beliau menyembelih qurban.
D. Pendapat Imam-Imam ahlus sunnah (sunni) mengenai melafadzkan
niat
“Terlebih lagi yang telah tetap dalam fatwa para shahabat (Ulama
syafiiyyah) bahwa sunnat melafadzhkan niat (ushalli) itu. Sebagian Ulama
mengqiyaskan hal tersebut kepada hadits yang tersebut dalam shahihain
yakni Bukhari – Muslim.
124
Pertama : Diriwayatkan Muslim dari Anas Ra. Beliau berkata :
َع ْن َأَن ٍس َر ِض َي هللاُ َع ْن ُه َق اَل َس ِمْع ُت َر ُسْو َل ِهللا َص َّلى هللاُ َع َلْيِه َو َس ّلَم َي ُقْو ُل َلَّبْي َك ُعْم َر ًة َو َح ًّج ا
“Aku pernah mendengar rasulullah Saw. Melakukan talbiyah haji dan umrah
bersama-sama sambil mengucapkan : “Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah
untuk melaksanakan haji dan umrah”.
Kedua, Hadits Riwayat Bukhari dari Umar ra. Bahwa beliau mendengar
Rasulullah bersabda ketika tengah berada di wadi aqiq :”Shalatlah engkau di
lembah yang penuh berkah ini dan ucapkanlah “sengaja aku umrah didalam
haji”.
Semua ini jelas menunjukan lafadzh niat. Dan hukum sebagaimana dia tetap
dengan nash juga bisa tetap dengan qiyas.”
Adapun menurut madzab maliki diterangkan dalam kitab yang sama jilid I/214
bahwa :
“Yang utama adalah tidak melafadzkan niat kecuali bagi orang-orang yang
berpenyakit was-was, maka disunnatkan baginya agar hilang daripadanya
keragu-raguan”.
1. Niat di dalam hati ketika mengucapkan takbiratul ihram ()ُهللَا َاْك َبُر
125
Adapun jikalau Shalat Sunnat yang ada waktunya atau ada sebabnya,
maka wajib qashad dan wajib ta’yin saja. Sedangkan jikalau Shalat Sunnat
yang tidak ada waktu dan tidak ada sebabnya, yaitu nafal muthlaq maka wajib
qashad saja, sebagian lagi mengatakan wajib maqarinah ‘arfiyah yaitu wajib
mengadakan qashad ta’ridh ta’yin di dalam hati ketika mengucapkan ُهللَا َاْك َب ُر
(takbiratul ihram).
Adapun jikalau Shalat Jum’at maka wajib hukumnya atas imam menambah
niat ِاَم اًماartinya menjadi imam.
Sedangkan pada Shalat yang lain seperti Shalat Dzhuhur atau Ashar atau
lainnya, maka hukumnya Sunnah bagi imam niat ِاَم اًما.
F. Kesimpulan-Kesimpulan
Lihatlah bagaimana fatwa dari para Imam Mujtahid baik dari madzhab Syafii,
Hambali dan Hanafi bahwa melafadzkan niat adalah sunnah. Sedangkan
menurut madzab Maliki disunnahkan bagi orang yang berpenyakit was-was.
126
hal yang sama ketika telah selesai membaca bacaan sebelum ruku` , juga
ketika bangkit dari ruku`, Beliau tidak melakukan hal tersebut saat duduk,
akan tetapi jika bangkit setelah dua kali sujud beliau mengangkat kedua
tangannya kembali seraya bertakbir.” (HR. Abu Daud, Ahmad dan Tirmidzi)
)صل قائما فان لم تستطع فقاعدا فان لم تستطع فعلى جنب (رواه البخاري
“ Shalatlah dengan berdiri jika engkau tidak mampu, maka shalatlah dengan
duduk dan jika tidak mampu, maka shalatlah engkau dengan berbaring.” (HR.
Bukhari)
فانتزعها, وقد وضع يده اليسرى على اليمنى,مررسول هللا صلى هللا عليه وسلم برجل وهويصلي
ووضع اليمنى على اليسرى
“Rasulullah saw. Pernah berjalan melewati seorang yang sedang shalat.
Orang tersebut, meletakkan tangan kirinya di atas tangan kanannya, lalu
127
beliau saw, melepaskan tangan tersebut dan meletakkan tangan kanannya di
atas tangan kirinya “. (HR. Ahmad dengan sanad yang sahih)
واالحسن ان يكون نظره الى موضع سجوده,اما النظر الى الشيء فال بْاس به فى الصالة
“Melihat sesuatu tidak masalah di dalam shalat, akan tetapi yang lebih afdhal
adalah mengarahkan pandangan ke tempat sujud.”
“Setelah Rasulullah saw. Bertakbiratul lhrom dalam shalat, maka beliau saw,
berdiam sejenak sebelum membaca (Al Fatihah), aku bertanya : “wahai
Rasulullah saw, demi ayah dan ibu engkau, tidakkah engkau beritahukan
diamnya engkau di antara Takbiratul lhram dan membaca surat, apakah yang
engkau ucapkan ? Beliau saw, menjawab, aku mengucapkan :
ا..ا كم..ني من الخطاي.رب اللهم نق..رق والمغ..دت بين المش.اللهم باعض بيني وبين خطاياي كما باع
ينقث ثوب ابيض من الدنس اللهم اغسل خطاياي بالثلج والماء والبرد
وجهت وجهي للذي فطرالسموات واالرض حنيفا مسلما وما انا من المشركين ان صالتي ونسكي
ك..لمين اللهم انت المل..ا من المس..رت وان..ذالك ام..ه وب..ومحياي ومماتي هلل رب العالمين ال شريك ل
ا...بي جميع...اغفرلي ذن...ذنبي ف...ترفت ب...ي واع...دك ظلمت نفس...ا عب...ه اال انت انت ربي وان...الال
ني...رف ع...نها اال انت واص...دي الحس...ن االخالق اليه...دني الحس...ذنوب االانت واه...اليغفرال
ك..سيئهااليصرف عني سيئها االانت لبيك وسعديك والخير كله في يديك وشرليس اليك انا بك والي
تباركت وتعليت استغفرك واتوب اليك
“Aku hadapkan wajahku kepada Tuhan Pencipta seluruh langit dan bumi
dengan penuh kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
syirik. Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku, dan matiku semata-mata
untuk Allah, Tuhan semestea alam, tiada sesuatupun yang menyekutui-Nya.
Demikianlah aku diperintah dan aku termasuk orang-orang menyerah diri
(muslim). Ya Allah, Engkaulah Penguasa, tiada Tuhan selain Engkau semata.
Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah menganiaya diriku
dan aku mengakui dosa-dosaku. Oleh karena itu, ampunilah semua dosa-
dosaku. Sesungguhnya hanya engkaulah yang berhak mengampuni semua
dosa. Berilah aku petunjuk kepada akhlak yang terbaik, karena hanya
Engkaulah yang dapat memberi petunjuk kepada akhlak yang terbaik dan
jauhkanlah diriku dari akhlak yang buruk karena hanya Engkaulah yang dapat
menjauhkannya dariku. Aku menjawab seruan-Mu dan aku memohon
pertolongan-Mu. Segala kebaikan dalam gemgaman-Mu, sedang segala
keburukan tidak datang dari-Mu. Aku berada dalam kekuasaan-Mu dan akan
kembali kepada-Mu. Engkaulah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi, aku
memohon ampun kepada-Mu dan bertobat kepada-Mu.” (HR. Ahmad, Muslim,
dan Tirmidzi, danTarmidzi menshohihkannya)
2. Dalam riwayat lmam Bukhari, Muslim, dan Ibnu Abi Syaibah bisebutkan
bahwa Rasulullah saw, membaca doa sebagai berikut dalam shalat fardhu
(shalat shubuh)
كي..وجهت وجهي للذي فطرالسموات واالرض جميعا مسلما وماانامن المشركين ان صالتي ونس
ك..لمين اللهم انت المل..ا اول المس..رت وان..ذالك ام..ه وب..ومحياي ومماتي هلل رب العالمين الشريك ل
ه في..ير كل..ذنبي والخ..ترفت ب..الاله االانت سبحانك وبحمدك انت ربي واناعبدك ظلمت نفسي واع
يديك وشر ليس اليك والمهدي من هديت انابك واليك المنجا والملجئ منك االاليك تبركت وتعليت
استغفرك واتوب اليك
“Aku hadapkan wajahku kepada Tuhan Pencipta seluruh langit dan bumi
dengan penuh kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
syirik. Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku, dan matiku semata-mata
untuk Allah, Tuhan semestea alam, tiada sesuatupun yang menyekutui-Nya.
Demikianlah aku diperintah dan aku termasuk orang-orang pertama berserah
diri kepada Allah (muslim). Ya Allah, Engkaulah Penguasa, tiada Tuhan selain
129
Engkau semata. (Engkau Maha Suci dan Maha Terpuji). Engkaulah Tuhanku
dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah menganiaya diriku dan aku mengakui
dosa-dosaku. Oleh karena itu, ampunilah semua dosa-dosaku.
Sesungguhnya hanya engkaulah yang berhak mengampuni semua dosa.dan
segala kebaikan ada dalam gemgaman-Mu, sedang segala keburukan
tidaklah bersumber dari-Mu. (orang yang terpimpin adalah orang yang
Engkau beri petunjuk), aku berada dalam kekuasaan-Mu dan kembali
kepada-Mu, (tiada tempat memohon keselamatan dan perlindungan dari
siksa-Mu kecuali hanya Engkau semata) . Engkau Maha Mulia dan Maha
Tinggi, aku mohon ampun kepada-Mu dan bertobat kepada-Mu.” (Sifat Shalat
Nabi : 110)
3. Hadits yang diriwayatkan dari beberapa jalur dengan sanad yang shahih.
سبحانك اللهم وبحمدك وتبارك اسمك وتعالى جدك والاله االهللا غيرك
“Maha Suci Engkau, Ya Allah, Maha Terpuji lagi Maha Mulia nama-Mu serta
Maha Tinggi Kehormatan-Mu, tiada Tuhan selain Engkau semata.” (HR. Abu
Daud dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui oleh Adz Dzahabi [Shifat
Shalat Nabi : 112])
Rasulullah saw, bersabda , “Kalimat ini yang paling Allah cintai untuk
diucapkan oleh hamba-Nya.” (HR. Nasa`i)
هللا أكبر كبيرا والحمد هلل كثيرا وسبحان هللا بكرة واصيال
Keterangan :
130
Berkata, “Semenjak itu, aku tidak tinggalkan membaca kalimat tersebut. “
(HR. Muslim [Fiqh Syafiiyah I : 186])
“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Al Fatihah.“ (HR. Jama`ah)
“Tidak cukup shalat bagi orang yang tidak membaca Al Fatihah. “ (HR.
Daruquthni)
Membaca Al Fatihah wajib dalam semua shalat, baik shalat sir maupun shalat
jahr dalam setiap raka`at, baik bagi imam maupun ma`mum, ataupun dalam
shalat sendirian. Perhatikan mengenai hal-hal dalam surat Al Fatihah, berikut:
Basmalah wajib dibaca di awal suratul fatihah saat shalat, karena basmalah
merupakan ayat pertama darinya. Ada beberapa hadits shahih dan kuat dari
Rasulullah saw, yang menjadi argumen atau dalil tentangnya.
Abu Hurairah r.a, meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda. “Jika kamu
hendak membaca Alhamdulillaah (alfatihah), bacalah Bismillaahir rohmaanir
rohiim, karena sesungguhnya Alhamdulillaah adalah induk Al Qur’an, induk Al
Kitab, Sab`ul Matsanii (tujuh ayat yang diulang-ulang), dan Bismillaahir
rohmaanir rohiim merupakan salah satu ayatnya.” (HR. Ad Daruquthni [I:312],
Imam Baihaqi [II:45], dan yang lainnya dengan isnad shahih, [Fiqih
Syafi`iyyah] 149])
131
Disunnahkan membaca basmalah dengan keras apabila bacaan fatihahnya
keras dan membacanya dengan pelan jika jika bacaan fatihahnyapun pelan.
Ibnu Abbas r.a huma, berkata. “Nabi saw, mengeraskan bacaan bismillaahi
rohmaanir rohiim.” (HR. Ad Daruquthni dalam Sunan Abu Daud), dan yang
lainnya dengan sanad shahih.
1. Tertib urutannya
2. Berkesinambungan
3. Memelihara huruf-hurufnya
4. Memelihara tasydid-tasydidnya
5. Tidak menyengaja diam dalam jeda antar ayat dengan maksud memutus
bacaan
6. Tidak lahn (salah pengucapan)
7. Dilakukan saat berdiri dalam shalat fardhu
8. Dengan suara minimal yang bisa didengar diri sendir
9. Tidak menyelingi pembacaan antar ayat dengan dzikir yang lain
Abu Sa`id Al Khudri r.a, meriwayatkan bahwa bila Nabi saw, berdiri shalat,
beliau membaca doa lftitah, lalu membaca a`uudzu billaahis samii`il `aliimi
minasy syaithoonir rojiimi min hamadziihi wa nafhihii wa nafaatsihii (aku
berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari
godaan setan yang terkutuk, dari godaannya, dari tipuannya, dan dari
semburannya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
d. Membaca Aamiin
132
ia menghasankannya, sedangkan Hakim mengesahkannya. (Bulughul Maram,
hadits no. 271)
133
a. Cara Ruku` Dan Batas Minimalnya
Rifa`ah bin Rafi` meriwayatkan bahwa Nabi saw., bersabda: “Dan apabila
kamu ruku`, letakkanlah kedua tapak tanganmu di kedua lututmu. “ (HR. Abu
Dawud). Rasulullah saw., bersabda, “Jika kamu ruku`, letakkanlah tanganmu
pada lutut dan luruskanlah punggungmu serta tekankan tanganmu untuk
ruku`. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Batas minmal ruku` adalah memiringkan badan sampai pada suatu kondisi
sekira ia meletakkan kedua telapak tangan pada lutut, lengannya akan lurus
dan betisnya tegak. Setiap orang yang shalat, mestilah menjaga ruku` dan
tidak meninggalkannya, lebih dari itu, ia juga wajib thuma`ninah dalam
ruku`nya. Sedangkan ruku` yang sempurna adalah yang dimulai dengan
takbir intiqal bersamaan dengan mengangkat kedua belah tangan sampai
sejajar dengan bahu dan ujung jari mendekati anak telinga. Setelah itu badan
dimiringkan ke depan berbarengan dengan turunnya kedua belah tangan
hingga meletak pada lutut dengan jemari terbuka renggan. Punggung, leher
serta kepala dibuat merata seperti garis lurus. Siku direnggangkan (bagi laki-
laki, dan dirapatkan bagi perempuan), mata memandang ke tempat sujud,
tidak menengadah dan tidak menoleh ke kiri atau ke kanan. Kemudian diam
sejenak tanpa gerakan badan dalam posisi ini, seraya membaca tasbih dan
doa ruku` .
Syarat-syarat Ruku’:
Sayyidina Hudzaifah lbnu Al Yamani r.a, berkata, “Aku pernah shalat berama
Nabi saw., dan dalam ruku`nya beliau membaca subhaana robbiyal adzhiim
(Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung), dan dalam sujudnya beliau
membaca subhaana robbiyal a`laa (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi).
(HR. oleh lmam yang lima)
Sayyidina `Uqbah bin `Amir r.a, berkata: “Ketika ayat fasabbih bismi robbikal
`adzhiim turun, Rasulullah saw, bersabda kepada kami, jadikanlah ia sebagai
134
bacaan dalam ruku`mu.` dan ketika ayat yang berbunyi subhaana robbiyal
a`laa turun beliau bersabda, “Jadikanlah ia bacaan dalam ruku`mu.` (HR.
Ahmad, Abu Daud, dan lbnu Majah)
Aun bin `Abdullah bin `Uthbah meriwayatkan dari Sayyidina Ibnu Mas`ud r.a,
bahwa Nabi saw., bersabda, “ Apabila salah seorang dari kalian ruku`, dan
dalam ruku`nya membaca subhaana robbiyal adzhiim 3 X, berarti telah
sempurna ruku`nya, dan itulah yang terpendek. Apabila sujud ia membaca
subhaana robbiyal a`laa 3 X, berarti telah sempurna sujudnya, dan itulah
yang terpendek. “ (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, dan lbnu Majah).` Tetapi hadits
ini dianggap mursal, karena `Aun tidak pernah berjumpa dengan Sayyidina
Abdullah ibnu Mas`ud r.a.
Dalam hadits hasan yang diriwayatkan Abu Dawud, Daruquthni, Ahamad, dan
Baihaqi, bacaan ruku` itu adala subhaana robbiyal `adzhiimi wa bihamdih
(Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dengan segala puji-Nya) 3 X.
اللهم لك ركعت وبك ْامنت ولك ْا سلمت خشع لك سمعي وبصري ومخي وعظامي وعصبي
Sayyidina `Ali r.a, berkata, “Apabila Nabi saw, ruku`, beliau membaca “Ya
Allah hanya kepada-Mu aku ruku`, hanya kepada-Mu aku beriman, hanya
kepada-Mu aku berserah diri, pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulang
belulangku, dan pembuluh darahku khusu` kepada-Mu.” (HR. Muslim).
135
خشع سمعي وبصري ومخي وعظمي ومااستقلت به قدمي هلل رب العالمين
اللهم ركعت وبك امنت ولك اسلمت وعليك توكلت انت ربي جشع سمعي وبصري ودمي ولهمي
وعظمي وعصبي هلل رب العالمين
اللهم ركعت وبك امنت ولك اسلمت وعليك توكلت انت ربي جشع سمعي وبصري ودمي ولهمي
وعظمي وعصبي هلل رب العالمين
136
ربنا لك الحمد ملءالسموات واالرض وملء ما شئت من شئ بعد اهل الثناء والمجد احق ما قال
العبد وكلنا لك عبد اللهم ال مانع لما اعطيت والمعطي لما منعت وال ينفع ذاالجد منك الجد
Robbanaa lakal hamdu mil-us samaawaati wal ardhi wa mil-u ma syi`ta min
syai-im ba`du, ahlats tsanaa-I wal majdi ahaqqu maa qoolal `abdu wa
kullunaa laka `abdun. Alloohumma laa mani-`a lima a`thoita wa laa mu`thiya
lima mana`ta wa laa yanfa-`u dzal jaddi minkal jadd
“(Ya Tuhan kami, hanya milik-Mu segala puji sepenuh langit dan sepenuh
bumi, dan sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki setelah itu, Engkaulah
yang paling berhak mendapat sanjungan dan (pemilik) keagungan; (Itulah)
yang paling benar (hak) yang dikatakan seorang hamba, dan masing-masing
kami adalah hamba-Mu Ya Allah, tak ada yang dapat mencegah apa yang
Engkau berikan dan tak ada yang dapat member apa yang Engkau cegah
(untuk diberikan). Tak ada manfaat orang yang mempunyai keagungan (dan
kekuasaan) di hadapan-Mu; dari Engkaulah keagungan itu).”
Makna kata al jadd adalah keagungan dan kebesaran, seperti yang termaktub
dalam firman Allah ta`alaa dalam surat Al Jinn ayat 3, yang berbunyi :
“Dan bahwasanya Maha Tinggi Kebesaran Tuhan kami; Dia tidak beristri dan
tidak (pula) beranak.”
Dalam redaksi yang diriwayatkan dari Sayyidina Abu Sa`id Al Khudri r.a,
bacaan tersebut berawal dengan Allaahuma, tidak langsung pada kata
rabbanaa lakal hamd….. (HR. Muslim). Sedangkan dalam hadits Sayyidina
Ibnu Abbas r.a huma, yg diriwayatkan Imam Muslim redaksinya hanya sampai
pada kalimat Syai`im ba`du.’’
Bahkan dalam riwayat lain sebagaimana yang diceritakan oleh Rifa`ah bin
Rafi` az-Zarqi r.a, “Suatu hari kami melaksanakan shalat dibelakang Nabi
saw. Manakala beliau mengangkat kepalanya dari ruku`, beliau membaca
sami`allaahu liman hamidah, lalu seorang lelaki dibelakang kami
menyambutnya dengan ucapan rabbanaa wa lakal hamd, hamdan katsiiran
thayyibban mubaarakan fiih. Usai shalat, Nabi bertanya tentang siapa yang
mengucapkan dzikir tadi, dan setelah orang itu mengaku, beliau saw,
bersabda, “ Kulihat lebih dari 30 malaikat berebut untuk menjadi yang paling
awal mencatatnya.” (HR. Bukhari)
I`tidal artinya bangun (bankit-tegak) dari ruku`, dan berdiri tegak kembali
seperti sebelum ruku`. Adapun thuma`ninah ketika I`tidal adalah sekedar diam
sejenak untuk membaca doa yang disunnahkan padanya. Batas minimal
I`tidal adalah kembalinya tulang punggung atau tulang belakang seperti
sebelum ruku`. Abu Humaid as-Sa`idi r.a, menerangkan sifat-sifat shalat Nabi
saw., “…… Maka ketika beliau saw., bangkit (mengangkat kepalanya), beliau
tegak sehingga setiap (sendi) punggung kembali ke tempat (semula).” (HR.
Bukhari)
137
Abu Hurairah r.a., berkata, “ Ketika Rasulullah saw., mengangkat
punggungnya dari ruku`, beliau saw, berucap sami`allaahu liman hamidah,
dan setelah tegak berdiri (I`tidal) beliau berucap rabbanaa wa lakal hamd.”
(HR. Bukhari-Muslim)
Syarat-syarat I’tidal :
a. Syarat-Syarat Sujud
Ketujuh anggota yang dimaksud dalam point 1 adalah : dahi, bagian dalam,
telapak tangan, dua lutut, bagian dalam jemari kedua kaki.
138
Abbas bin Abdul Mutholib r.a, pernah mendengar Rasulullah saw., bersabda:
“Apabila seorang hamba sujud, bersamanya tujuh anggota tubuh: dahinya,
dua telapak tangannya, dua lututnya, dan dua kakinya.” (HR. Jama`ah,
kecuali Bukhari)
Ibnu `Abbas r.a huma, berkata, “Nabi saw, memerintahkan supaya
(seseorang) sujud dengan tujuh tulang dan tidak terhalang oleh rambut dan
baju, yaitu: dahi, dua telapak tangan, dua lutut, dan dua kaki.” (HR. Bukhari-
Muslim)
Pertama, mengucapkan takbir ketika turun dari posisi I`tidal untuk sujud tanpa
mengangkat tangan, diterangkan, “Bila hendak sujud, Nabi saw.,
mengucapkan takbir (dan merenggangkan tangan dari lambungnya),
kemudian sujud.”
Hadits yang digunakan sebagai hujjah tidak mengangkat tangan ketika sujud
adalah riwayat dari Sayyidina Abdullah ibnu Umar r.anhuma., “Saya melihat
Rasulullah saw., membuka shalat dengan takbir dan beliau mengangkat
kedua tangannya…….., tetapi beliau tidak melakukan hal itu ketika akan
bersujud, juga tidak melakukannya ketika mengangkat kepalanya dari sujud.”
(HR. Bukhari).
Kedua, meletakkan lutut ke tempat sujud lebih dahulu, disusul dengan dua
tangan, dahi dan hidung secara berurut. Ada perbedaan pendapat dalam
masalah ini, apakah tangan yang lebih dahulu turun, atau lutut. Perbedaan ini
muncul karena ada dua hadits yang tampak seperti bertentangan.
Hadits dari Wa`il bin Hujr, “Aku pernah melihat Rasulullah saw (Shalat),
apabila sujud beliau meletakkan kedua lututnya sebelum tangannya, dan bila
bangkit (dari sujud), beliau mengangkat kedua tangannya sebelum kedua
lututnya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Hadits dari Sayyidina Abu Hurairah r.a, “Rasulullah saw., bersabda, “ Apabila
salah seorang kalian sujud, jangan turun seperti unta menderum, tetapi
hendaklah ia meletakkan kedua tangannya sebelum lututnya.” (HR. Ahmad,
Abu Dawud dan Nasa`i)
139
Akhir matan hadits itu berbunyi: …. “Hendaklah ia meletakkan kedua
tangannya sebelum kedua lututnya.“ Meletakkan tangan sebelum lutut itu
seperti unta menderum, dan itu dilarang oleh Nabi saw., sebagaimana
diterangkan dalam bagian awal hadits yang sama. Oleh karena itu,
seharusnya susunan matan bagian akhir hadits tersebut adalah:…….
Hendaklah ia meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya.”
Dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah
saw., meletakkan tangannya sejajar dengan bahunya saat sujud. Sedangkan
dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Nasa`i dengan sanad shahih,
dikemukakan, “Terkadang beliau saw., meletakkan tangannya sejajar dengan
daun telinga.”
140
Rasulullah saw., sujud di bumi sambil meletakkan dahi dan hidungnya dalam
sujud itu.”
“Tidak sah shalat seseorang bila hidung dan dahinya tidak menekan ke
tanah.” (HR. Daruquthni, Thabrani, dan Abu Nu`aim)
Saat sujud, ujung punggung harus lebih tinggi dari kepala, sebagaimana yang
termaktub dalam hadits `Amar bin Abdullah r.a., Al Barra` bin `Azib pernah
menerangkan kepada kami tentang sifat shalat Rasulullah saw., Ia
meletakkan kedua tangannya dan bertumpu pada kedua lututnya sambil
mengangkat tulang punggung paling bawah. Lalu ia berkata, “Demikianlah
Rasulullah saw., sujud.” (HR. Ahmad)
g. Sujud Yang Sempurna
Diawali dengan takbir intiqal tanpa perlu mengangkat kedua tangan. Lalu
meletakkan tujuh anggota sujud secara berurutan sesuai tempat dan caranya
masing-masing, sebagaimana yang telah diuraikan. Kemudian diam sejenak
pada posisi tersebut serta diisi dengan dzikir tasbih dan doa sujud.
Beberapa untaian redaksi tasbih dan doa yang biasa dibaca dalam sujud di
antaranya :
Pertama,
Kedua,
سبحانك اللهم ربنا وبحمدك اللهم اغفرلي
141
Subhaanaka Allahumma Robbanaa Wabihamdika Faghfirlii
(Maha Suci Engkau, Ya Allah Tuhan Kami, dan dengan semua puji-Mu, Ya
Allah, ampunilah aku).” (HR. Abu Dawud, Daruquthni, Ahmad, dan Baihaqi)
Ketiga,
سبح قدس رب المالئكة والروح
Keempat,
Sayyidina Ali r.a, meriwayatkan bahwa saat ruku` dan sujud, Rasulullah saw,
membaca
اللهم سجدت لك امنت ولك اسلمت وجهي للذي خلقه وصوره وسق سمعه وبصره تبارك هللا
احسن الخالقين
Kelima
سبحان ذي الجبروت والمالكة والكبرياءوالعظمة
“ Maha Suci Sang Pemilik kuasa alam malaikat, kebesaran dan keagungan. “
(HR. Abu Daud, Nasaa-i, dan Tirmidzi)
Keenam
اللهم اغفرلي ذنبي كله ودقه وجله واوله واخره وعالنيته وسره
“ Ya Allah ampunilah semua dosaku, yang kecil maupun yang besar, yang
telah lalu maupun yang akan dating, yang tampak maupun yang
tersembunyi.” (HR. Muslim dan Abu Daud)
Ketujuh
سبحانك اللهم وبحمدك الاله االانت
142
“ Maha Suci Engkau Ya Allah, dengan segala puji-Mu tiada Tuhan selain
Engkau.” (HR. Muslim, Abu `Awwanah, Nasaa-i, dan Ibnu Nashr
Kedelapan
اللهم اغفرلي ما اسررت ومااعلنت
Kesembilan
اللهم اني ْاعوذبك برضاك من سختك وْاعوذبك بمعافتك من عقوبك وْاعوذبك الْاحصي ثناء عليك
ْانت ْاثنيت على نفسك
Pertama,
Hudzaifah r.a, meriwayatkan bahwa Nabi saw, pernah membaca doa berikut
dalam duduk antara dua sujutnya,
اللهم اغفرلي اللهم اغفرلي
Allaamummaghfirlii – Allaahummaghfirlii
Kedua,
“ Ya Allah, ampunilah aku, berilah aku rahmat, tolonglah aku, pimpinlah aku,
dan limpahi aku rezeki. “ (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud)
Ketiga
ربي اغفرلي وارحمني واجبرني وارفعني واهدني وعافني وارزقني
Keempat
ربي اغفرلي وارحمني واجبرني وارفعني وارزقني واهدني وعافني واعف عني
Robbighfirlii war hamnii waj burnii war fa`nii war zuqnii wah dinii wa `aafinii
wa`fu `annii
Dan membaca tasbih lagi seperti pada sujud pertama, usai sujud yang kedua
dengan thuma`ninah, bangkit untuk meneruskan raka`at berikutnya, namun
sebelum berdiri, disunnahkan untuk duduk sejenak (duduk istirahat) setelah
sujud. Duduknya seperti duduk iftirasy, hal ini berdasarkan pada beberapa
riwayat hadits, di antaranya hadits Malik bin Al Huwairits, “ .. Pada raka`at witir
(ganjil), beliau tidak langsung berdiri (setelah sujud kedua) tanpa terlebih
dahulu duduk dengan tegak.” (HR. Bukhori).
144
“ Katakanlah (hai Muhammad) : Jika kalian benar mencintai Allah, maka
ikutilah aku, pasti Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian ,“
dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali lmron : 31)
Pada shalat dzhuhur, ashar, maghrib, dan isya, disunnahkan duduk iftirosy
sambil membaca Tasyahud sebelum bangkit berdiri memasukki raka`at ketiga
setelah sujud kedua pada raka`at kedua. Tasyahud awal ini hukumnya
sunnah, tidak wajib. Nabi saw, pernah langsung bangkit berdiri setelah sujud
kedua pada raka`at kedua tanpa kembali duduk untuk tasyahud awwal.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Bukhori dan Muslim dari
Abdullah bin Buhainah r.a. Tentang hadits ini, Al Hafidz Ibnu Hajjar Al
Asqalani mengatakan bahwa, kalaulah tasyahud awwal itu wajib, pasti
Rasulullah saw., akan kembali duduk sebelum meneruskan shalatnya pada
raka`at ketiga.” (fathul baari jilid II hal : 310)
Syarat Tasyahud:
Pertama,
ا وعلى..الم علين..ه الس..االنبي ورحمةهللا وبركات..ك ْايه..الم علي..التحيات هلل والصلوات والطيبات الس
عبادهللا الصالحين ْاشهد ان الاله االهللا وْاشهدان محمدا عبده ورسوله
145
“ At tahiyyaatu lillaahi wash sholawaatu wath thoyyibaatu. Assalamu `alaika
ayyuhan nabiyyu wa rohmatulloohi wa barokaatuhu, assalaamu `alainaa wa
`alaa `ibaadillaahish shoolihiin. Asy-hadu allaa ilaaha illalloohu wa asy-hadu
anna muhammadan `abduhu wa rosuuluh.”
Kedua,
التحيات المباركة الصلوات الطيبات هلل السالم عليك ْا يهاالنبي ورحمة هللا وبركاته السالم علينا
وعلى عبادهللا الصالحين أشهد ان الاله اّالهللا وأشهد ان محمدا رسول هللا
Ketiga,
Ibnu Umar r.anhuma berkata,” pada bacaan ini aku tambahkan kalimat :
146
Wahdahu laa syariika lahu. Wa asy-hadu anna Muhammadan `abduhu wa
rosuuluhu.”
Dua tambahan dari lbnu Umar ini sah, karena datang dari Nabi saw., tidak
murni dari lbnu Umar. Ia menerima dari shahabat-shahabat lainnya yang
meriwayatkan dari Nabi saw. Jadi, tambahan pada bacaan tersebut
didengarnya dari nabi saw, secara langsung.
Keempat,
ا وعلى..الم علين..ه الس..ة هللا وبركات..االنبي ورحم..ك ايه..الم علي..التحيات الطيبات الصلوات هلل الس
عبادهللا الصالحين اشهد ان الاله االهللا وحده الشريك له وأشهد اّن محمدا عبده ورسوله
“ Attahiyyaatuth thoyyibaatush sholawaatu lillaahi. Assalaamu `alaika ayyuhan
Nabiyyu wa rohmatulloohi wa barokaatuhu. Assalaamu `alainaa wa `alaa
`ibaadillaahish shoolihiin. Asy-hadu allaa ilaaha illalloohu wahdahu laa
syariika lahu wa asy-hadu anna Muhammadan `abduhu wa rosuuluhu,”
Kelima,
`Umar bin Khoththob r.a, mengajarkan redaksi tasyahud berikut kepada orang
banyak :
Keenam
,
Qosim bin Muhammad berkata, “ Aisyah r.anha pernah mengajari kami
bacaan tasyahud. Sambil member isyarat dengan tangannya ia berucap :
Imam syafi`I rah, berkata,” Dalam tasyahud awwal ini disunnahkan pula
bershalawat kepada Nabi saw., dan tidak atas keluarganya.”
“ Jika Nabi saw., duduk tasyahud, beliau saw., meletakkan tangan kirinya di
atas lutut kirinya, dan tangan kanannya di atas lutut kanannya serta
mengepalkan jarinya seakan membentuk angka 53, lalu berisyarat dengan
jari telunjuknya.” (HR, Muslim)
Shalawat Atas Nabi saw.. Yaitu membaca shalawat atas Nabi Muhammad
saw. sesudah membaca tasyahud di atas, sebelum salam. (QS. Al Ahzab :
56, HR. Ibnu Hibban, Hakim, Tirmidzi, Abu Dawud, Bukhari, Muslim).
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi*. Hai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya**. (QS. Al Ahzab : 56)
*Bershalawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat: dari Malaikat berarti memintakan
ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan
perkataan:Allahuma shalli ala Muhammad.
**Dengan mengucapkan Perkataan seperti:Assalamu'alaika ayyuhan Nabi artinya: semoga keselamatan
tercurah kepadamu Hai Nabi.
Nabi saw., membaca shalawat atas dirinya pada tasyahud awwal dan
tasyahud akhir. Beliau juga menganjurkan kepada ummatnya agar
mengucapkan shalawat setelah mengucapkan salam kepadanya. Hukum
mengucapkan shalawat pada Nabi pada tasyahud awwal adalah sunnah, dan
fardhu dalam tasyahud akhir serta harus membacanya dengan lengkap
termasuk untuk keluarganya. Tentang redaksi shalawat ada terdapat
beberapa riwayat.
Menurut lbnu Qoyyim, madzhab yang benar dalam hal kewajiban membaca
shalawat dalam tasyahud akhir ketika shalat adalah madzhab Syafi`i, menurut
lbnu Qoyyim, dalam tasyahud awwal pun dituntut untuk membaca shalawat,
namun tidak sekeras tuntutan dalam tasyahud akhir (membaca shalawat
dalam tasyahud awwal hukunya sunnah sedangkan dalam tasyahud akhir
hukumnya wajib).
148
Rasulullah saw., bersabda,” Apabila seseorang di antara kalian bershalawat
setelah tasyahud dalam shalat, hendaklah ia mengucapkan :
)اللهم صل على محمد (سّيدنا) وعلى ال (سّيدنا) محمد كما صليت وباركت وترحمت على (سّيدنا
ابراهيم وعلى ال (سّيدنا) ابراهيم انك حميد مجيد
Syarat-syarat Shalawat :
Apabila orang yang melaksanakan shalat telah sampai pada raka`at terakhir,
maka ia wajib duduk, yaitu duduk yang mengiringi salam. Cara duduknya
dinamakan duduk tawarruk, yaitu duduk dengan kaki melintang kea rah kanan
dan telapaknya di bawah betis kanan, pinggul merapat ke bumi, telapak kaki
kanan tegak dengan jemarinya yang ditekan dan menghadap kiblat. Duduk
tawarruk ini hukumnya sunnah.
Abu Humaid berkata, “ …… saat duduk pada raka`at terakhir, beliau saw,
memajukan (melintangkan) kaki kirinya dan menegakkan yang lain (yang
kanan) sambil duduk dengan pantat merapat ke bumi (duduk tawarruk).” (HR.
Bukhari)
Tasyahud yang dibaca pada saat duduk terakhir sama dengan yang dibaca
pada tahiyyat awwal. Hanya saja cara duduknya yang sedikit berbeda,
sebagaimana telah diuraikan di atas. Demikian pula posisi tangan dan letak-
letaknya. Membaca tasyahud akhir hukumnya wajib, karena termasuk salah
satu rukun daripada rukun shalat. Ketika membaca syahadat, tepatnya ketika
mengucapkan illallaah disunnahkan mengangkat jari telunjuk kanan sebagai
149
isyarat tauhidullah, sebagaimana dibaca pada tasyahud awwal. Jari telunjuk
terus dalam keadaan terangkat sampai mengucapkan salam.
Rasulullah saw., bersabda, “ Tidak shalat bagi orang yang tidak bershalawat
kepadaku …. “
Shalat dan doa seseorang akan tergantung di antara langit dan bumi sebelum
pelakunya bershalawat kepada Nabi saw.
Imam Ja`far Ash Shadiq meriwayatkan dari lbnu Mas`ud r.a, dari Nabi saw., “
Barang siapa mengerjakan shalat tanpa membaca shalawat bagiku dan ahli
baitku maka shalatnya tidak diterima.”
Imam Daaruquthni berkata, “ Redaksi yang benar dari riwayat Ja`far Ash
Shadiq bin `Ali bin Husain r.a, itu adala, Jika aku shalat tanpa bershalawat
kepada Nabi saw., dan ahlu baitnya, aku menganggap shalat itu tidak
sempurna.”
)اللهم صل على (سّيدنا) محمد وعلى ال (سّيدنا) محمد كما صليت وباركت وترحمت على (سّيدنا
ابراهيم وعلى ال (سّيدنا) ابراهيم انك حميد مجيد
Abdur Rahman bin Abu laila berkata, “ Suatu hari, aku berjumpa Ka`ab bin
Ujrah r.a, ia berkata kepadaku, “Apakah kau senang apabila kuhadiahkan
sesuatu yang kudapat dari Rasulullah saw ?, “Aku menjawab, “ya. Hadiahkan
padaku !” kemudian ia berkata, “ Aku pernah memohon kepada Rasulullah
150
saw., ( “Ya Rasulullah, bagaimana cara membaca shalawat bagimu dan ahli
baitmu ?”) dan beliau saw., menjawab, ucapkanlah:
راهيم وعلى ال..ّيدنا) اب..اللهم صل على (سّيدنا) محمد وعلى ال (سّيدنا) محمد كما صليت على (س
ا..د كم..ّيدنا) محم..د وعلى ال (س..ّيدنا) محم..ارك على (س..د اللهم ب..د مجي..ك حمي..راهيم ان..(سّيدنا) اب
باركت على (سّيدنا) ابراهيم وعلى ال (سّيدنا) ابراهيم انك حميد مجيد
Mengenai shalawat, tidak ada ketentuan khusus dalam hal bentuknya. Usai
membaca shalawat, sebelum salam disunnahkan untuk membaca doa, baik
doa yang berkaitan dengan kepentingan dunia maupun ukhrawi, teapi yang
terutama dalam kesempatan ini, lebih diutamakan doa untuk kepentingan
kemaslahatan akhirat sebagaimana yang doa yang diajarkan Rasulullah
kepada shahabat-shahabatnya, di antaranya :
Sayyidina Ali r.a, mengatakan bahwa Nabi mengucapkan untaian doa sebagai
berikut di antara tasyahud dan salam.
اللهم اغفرلي قدمت وما ْاخرت وما ْاسررت وما ْاعلنت وما ْاسرفت وما ْانت ْاعلم به مني ْانت
المقدم وْانت المؤخر الاله االْانت
“ Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang telah berlalu dan yang akan datang,
yang kulakukan dalam sembunyi, yang terang-terangan dan berlebihan, serta
semua dosa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku, Engkaulah
yang mendahulukan ajal seseorang dan Engkau pula yang mengakhirkannya.
Tidak ada Tuhan selain Engkau.”
151
Dalam hadits riwayat Imam Nasaa-i, melalui sanad yang shahih disebutkan,
bila seseorang di antara kalian usai membaca tasyahud, hendaklah ia
memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara : (Ya Allah, sungguh
aku berlindung kepada-Mu) dari siksa neraka jahannam, dari siksa jubur, dari
fitnah hidup dan mati, dan dari fitnah Dajjal. Kemudian memohonlah untuk
dirinya sendiri sesuai kebutuhannya.”
Dalam riwayat lmam Muslim, Abu `Awanah, Nasaa-i, dabn lbnu Jarud
disebutkan bahwa Nabi saw., biasa membaca doa tersebut dalam tasyahud
akhirnya, kemudian beliau mengajarkannya kepada para shahabatnya seperti
mana beliau mengajarkan surat Al Qur-an kepada mereka.
Pertama,
ا..ة المحي..ك من فتن..وذ ب.دجال وْاع..يح ال..اللهم اني ْاعوذبك من عذاب القبر وْاعوذ بك من فتنة المس
والممات اللهم اني ْاعوذ بك من المْاثم والمغرم
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur, aku belindung kepada-
Mu dari fitnah Dajjal, aku belindung kepada-Mu dari fitnah hidup dan mati. Ya
Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari dosa-dosa dan terbelit
hutang.”
Kedua,
Ketiga,
152
“ Ya Allah, hisablah aku dengan hisab yang mudah.”
Keempat,
Nabi saw., mengajarkan bacaan berikut ini kepada Sayyidina Abu Bakar
Shidiq r.a :
ات..انت الوف..ني اذا ك..اللهم بعلمك الغيب وقدرتك على الخلق احيني ما عملت الحياة خيرا لي وتوف
ب..دل فى الغض..ق والحكم والع..ة الح..خيرا لي اللهم اسْالك خشيتك فى الغيب والشهادة واسْالك كلم
ع..د وال تنقط..والرضى واسْالك القصد فى الفقر والغنى واسْالك نعيما التبيد واسْالك قرة عين التنف
ْالك. ك واس..واسْالك الرضى بعد القضاء واسْالك برد العيش بعد الموت واسْالك لذة النظر الى وجه
داة.ا ه.ان واجعلن.ة االيم.الشوق الى لقائك فى غير الضراء مضرة وال فتنة مضلين اللهم زينا بزين
مهتدين
“ Ya Allah, dengan ilmu-Mu yang ghoib dan kuasa-Mu atas semua makhluk,
hidupkanlah aku jika menurut Engkau hidup ini lebih baik bagiku; matikanlah
aku jika kematian ini lebih baik bagiku, Ya Allah aku memohon kepada-Mu
rasa takut kepada-Mu di saat sendiri maupun di tengah orang banyak, dan
aku memohon kepada-Mu agar aku dapat berlaku adil pada waktu marah atau
senang. Aku memohon kepada-Mu keserhanaan di dalam kekurangan dan
kecukupan serta menjadi terlalu kaya. Aku memohon kepada-Mu kenikmatan
yang tidak akan hancur dan kesenangan yang tidak terputus. Aku memohon
kepada-Mu dijadikan ridho menerima ketetapan-Mu. Aku memohon kepada-
Mu hidup yang menyenangkan setelah mati. Aku memohon kepada-Mu
kelezatan memandang wajah-Mu dan kerinduan untuk berjumpa dengan-Mu,
bukan karena bencana dan bukan karena fitnah. Ya Allah hiasilah hidupku
dengan iman dan kumpulkan aku dengan golongan orang yang mendapat
petunjuk.”
اللهم اني ظلمت نفسي ظلما كثيرا وال يغفرالذنوب اال ْانت فاغفرلي مغفرة من عندك وارحمني
انك ْانت العفور الرحيم
153
16) Mengucapkan Salam
Mengucapkan salam yang pertama dilakukan ketika akan keluar dari shalat
hukumnya wajib karena termasuk di antara rukun shalat. Setelah
mengucapkan salam yang wajib juga disunnahkan untuk mengucapkan salam
yang kedua. Wajib mengucapkan salam dalam keadaan duduk, minimal
dengan ucapan Assalaamu `alaikum, satu kali. Dan yang sempurnanya
adalah :
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
sampai putih pipi beliau saw., tampak (HR. Imam yang lima dan dishahihkan
oleh lmam Tirmidzii)
Jabir bin Samurah r.a, berkata, “ Apabila kami shalat bersama Rasulullah
saw., beliau selalu mengucapkan :
Dalam riwayat lain disebutkan, “ Kami pernah shalat di belakang Nabi saw.,
lalu Nabi saw., bertanya, “ Mengapa mereka memberi salam dengan tangan
mereka seperti ekor kuda larat ? Sebenarnya cukup bagi salah seorang di
antara kalian meletakkan tangannya di atas paha, kemudian mengucapkan
Rukun Sholat adalah sesuatu yang harus terpenuhi di dalam sholat yang
seandainya tidak terpenuhi maka akan bisa mengakibatkan sholatnya tidak
sah apabila sampai selesai salam belum juga terpenuhi. (Untuk rukun telah
dijelaskan di atas)
Cara melakukan sujud syahwi adalah sujud dua kali sebelum salam dengan
membaca :
سبحان من الينم واليسح
1. Tasyahud awal.
2. Duduk tasyahud awal.
3. Membaca shalawat untuk Nabi Muhammad saw ketika tasyahud awal.
4. Membaca shalawat untuk keluarga nabi ketika tasyahud akhir.
5. Do’a qunut.
6. Berdiri ketika do’a qunut.
7. Membaca shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad saw, keluarga dan
sahabat ketika do’a qunut.
)ا..ارك لي(ن..وّليت وب..ا) فيمن ت.. وتوّل ني(ن, وعافني (نا) فيمن عافيت,اللهّم اهدني (نا) فيمن هديت
,ذّل من واليت. وإّن ه الي,ك.ى علي.ي وال يقض. فإّن ك تقض,يت.ّر ما قض.ا) ش.ني(ن. وق,ا أعطيت.فيم
فأستغفر(فنستغفرك) وأتوب, فلك الحمد على ما قضيت, تباركت رّبنا وتعاليت,واليعّز من عاديت
وصّلى هللا على سّيدنا محّم د اّنبّي االّمّي وعلى اله وصحبه وبرك وسّلم,(ونتوب) إليك.
Allaahummah dinii (naa) fii man Hadait, wa `aafinii (naa) fii man `aafait, wa
tawallanii (naa) fii man tawallait, wa baariklii (lanaa) fii maa a`thoit, wa qinnii
(naa) syarro maa qodhoit, fa-innaka taqdhii wa laa yuqdhoo `alaik, wa innahu
laa yadzillu maw waalaita, wa laa ya-`izzu man `aadait, tabaarokta robbanaa
wa ta-`aalait, falakal hamdu `alaa maa qodhoit, faastaghfiruka
155
(fanastaghfiruka) wa atuubu (wanatuubu) ilaik, wa sholallaahu `alaa
sayyidinaa muhammadin nabiyyil ummiyyi wa `alaa aalihi wa shohbihii wa
baroka wasallam.
“Dalam madzhab syafi`i disunnatkan qunut pada waktu shalat shubuh baik
ketika turun bencana atau tidak. Dengan hukum inilah berpegang mayoritas
ulama salaf dan orang-orang yang sesudah mereka. Dan diantara yang
berpendapat demikian adalah Abu Bakar Ash Shidiq, Umar bin Khattab,
Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, Barra’ bin Azib r.anhum
ajma`iin, Ini diriwayatkan oleh Baihaqi dengan sanad yang shahih. Banyak
pula orang-orang dari kalangan tabi’in dan yang sesudah mereka
berpendapat demikian. Inilah madzhabnya Ibnu Abi Laila, Hasan bin Shalih,
Malik dan Daud.”
Dalam kitab Al Umm jilid I hal. 205 disebutkan bahwa Imam Syafi`I rah.a.,
berkata :
“Tidak ada qunut pada shalat lima waktu selain shalat shubuh. Kecuali jika
terjadi bencana, maka boleh qunut pada semua shalat jika imam menyukai”.
Imam Jalaluddin Al Mahalli berkata dalam kitab Al Mahalli jilid I hal. 157 :
“Disunnahkan qunut pada I’tidal di rakaat kedua pada shalat shubuh dan dia
adalah “Allahummahdinii fiman hadait….hingga akhirnya”. Demikian
keputusan hukum tentang qunut shubuh dalam Madzhab Syafii.
156
Sesuai dengan ketentuan-ketentuan diatas, shalat akan menjadi batal
apabila :
1) Gugur salah satu syarat, seperti batal wudhu, terbuka aurat dan
sebagainya.
2) Meninggalkan dan menambah rukun dengan sengaja seperti
meninggalkan rukun, sujud dan sebagainya.
3) Dengan sengaja mengeluarkan suara di luar bacaan shalat.
4) Makan dan minum.
5) Banyak bergerak.
1) Apabila shalat tidak dapat dilakukan berdiri, maka boleh duduk, dan
apabila duduk tidak mampu boleh dilakukan sambil berbaring (bagi orang
sakit) sesuai dengan kemampuan.
2) Menyatukan shalat (jama’) yaitu menyatukan shalat dzuhur dengan ashar
dan magrib dengan Isya, apabila dilakukan waktu shalat yang pertama
disebut jama’ taqdim (shalat dzuhur dahulu kemudian shalat ashar) dan
pada waktu yang kedua disebut jama’ takhir ( shalat ashar kemudian
shalat dzuhur). Hal ini boleh dilakukan dalam perjalanan jauh atau sakit.
3) Meringkas shalat yang empat rakaat menjadi dua rakaat (qashar), dan
pelaksanaanya bisa disatukan dengan jama’ (jama qashar) dilakukan
apabila dalam perjalanan jauh atau sakit.
َم ْن َن اَم َع ْن َص اَل ٍة َأْو َم ْن َن ِس َيَه ا َفْلُيَص ِّل ِإَذ ا: َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو آِلِه َو َس َّلَم
)َذ َك َر َه ا (رواه الشيخان
Rasulallah saw bersabda: “Siapa yang tertidur atau lupa shalat, maka
shalatlah ketika ingat” (HR Bukhari Muslim).
157
ُكَّن ا ِفي َس َفٍر َم َع الَّن ِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه: َع ْن ِع ْم َر اَن اْب ِن ُح َص ْين َر ِض َي ُهَّللا َع ْن ُه َقاَل
َأ َأ
َو ِإَّن ا ْس َر ْي َن ا َح َّت ى ُكَّن ا ِفي آِخِر الَّلْي ِل َو َقْع َن ا َو ْق َع ًة َو اَل َو ْق َع َة ْح َلى ِع ْن َد اْلُم َس اِفِر، َو َس َّلَم
ُيَس ِّميِه ْم، ِم ْن َه ا َفَم ا َأْي َقَظ َن ا ِإاَّل َح ُّر الَّش ْم ِس َو َك اَن َأَّو َل َم ْن اْس َت ْي َقَظ ُفاَل ٌن ُثَّم ُفاَل ٌن ُثَّم ُفاَل ٌن
َو َك اَن الَّن ِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم،َأُبو َر َج اٍء َفَن ِس َي َع ْو ٌف ُثَّم ُع َم ُر ْبُن اْلَخ َّط اِب الَّر اِبُع
َفَلَّم ا،ِإَذ ا َن اَم َلْم ُيوَقْظ َح َّت ى َي ُك وَن ُه َو َي ْس َت ْي ِقُظ َأِلَّن ا اَل َن ْد ِر ي َم ا َي ْح ُد ُث َل ُه ِفي َن ْو ِم ِه
َأ َأ
اْس َت ْي َقَظ ُع َم ُر َو َر ى َم ا َص اَب الَّن اَس َو َك اَن َر ُج اًل َج ِليًد ا َفَك َّب َر َو َر َف َع َص ْو َت ُه ِب الَّتْك ِبيِر
، َفَم ا َز اَل ُيَك ِّبُر َو َي ْر َفُع َص ْو َت ُه ِبالَّتْك ِبيِر َح َّت ى اْس َت ْي َقَظ ِبَص ْو ِتِه الَّن ِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم
َفاْر َت َح َل،) اْر َت ِحُلوا-َأْو اَل َيِض يُر- (اَل َض ْي َر: َقاَل، َفَلَّما اْس َت ْي َقَظ َشَك ْو ا ِإَلْي ِه اَّلِذي َأَص اَب ُهْم
(رواه،َفَس اَر َغ ْي َر َب ِعيٍد ُثَّم َنَز َل َفَد َع ا ِباْلَو ُضوِء َفَت َو َّض َأ َو ُنوِدَي ِبالَّص اَل ِة َفَص َّلى ِبالَّن اس
)الشيخان
Dari Imran bin Hushain ra, ia berkata: “Pernah kami pada suatu perjalanan
bersama dengan Nabi saw dan kami berjalan malam hari sehingga larut
malam. Lalu kami tidur dan tidak ada tidur yang lebih nyenyak dari itu bagi
orang musafir, dan tidak ada yang membangunkan kami selain panas
matahari.
Orang yang pertama bangun adalah Fulan, kemudian Fulan, dan kemudian
Fulan (nama-nama orang itu ada disebutkan oleh Abu Raja’ yang menerima
hadits ini dari ‘Imran, tetapi ‘Auf yang menerima hadits ini dari Abu Raja’ telah
lupa), kemudian setelah itu Umar bin Khathab orang yang keempat bangun.
Nabi saw apabila beliau tidur tidak dibangunkan sampai beliau bangun
sendirinya, kami tidak tahu apa yang sedang terjadi dalam tidurnya. Setelah
umar bangun dan dilihatnya apa yang terjadi pada orang banyak (mereka
masih tidur sementara matahari telah tinggi) maka umar yang berkepribadian
keras lalu bertakbir dan dikeraskannya suaranya membaca takbir itu hingga
bangunlah Nabi Saw;
158
Dari Abu Hurairah ra berkata. “Aku mendengar Rasulullah saw, bersabda;
“Apakah pendapat kalian jika ada sebuah sungai didepan pintu rumah
seseorang dari kalian, lalu ia mandi di dalamnya lima kali sehari, apakah
kotoran masih melekat di tubuhnya?, para Sahabat menjawab; “tidak akan
melekat kotoran di tubuhnya. Beliau bersabda, ‘Itulah perumpamaan shalat
lima waktu, dengan mengerjakannya, Allah akan menghapuskan dosa-
dosanya.” (HR. Ibnu Majah- at Targhib).
Rasulullah adalah seorang Nabi yang ma’shum (bersih dari dosa) dan sudah
dijamin masuk syurga, tapi beliau tidak pernah meninggalkan shalat fardhu
diawal waktu dengan berjamaah di Masjid. Karena memiliki keutaman yang
sangat besar dibandingkan dengan shalat di akhir waktu dan sendirian,
sebagaiman sabda beliau:
Dari Ibnu Umar r.a. huma, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Shalat
berjamaah 27 derajat lebih utama daripada shalat sendirian.” (HR. Bukhari,
Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i).
Dari Ibnu Abbas r.huma berkata, bahwa Rasulullah saw, bersabda; “Barang
siapa mendengar seruan adzan, tetapi tidak memenuhinya tanpa suatu uzur
yang menghalanginya, maka shalat yang dikerjakannya tidak akan diterima.”
159
Para sahabat bertanya, “Apakah uzurnya?, Beliau menjawab, “Ketakutan atau
sakit” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
“Yang pertama kali akan dihisab (ditanya) amal seorang hamba oleh Allah
pada hari kiamat adalah shalat, apabila shalatnya baik, maka baiklah semua
amalnya, dan apabila shalatnya rusak, maka rusaklah semua amalnya.” (Al
Hadts).
Karena shalat merupakan amalan yang paling utama setelah iman, maka
wajib bagi setiap Muslim, terutama yang mukallaf untuk memelihara shalat
agar tetap diamalkan sampai akhir hayatnya, dimana ia sudah tidak bisa lagi
shalat, tetapi di shalatkan oleh orang lain, caranya :
Sehebat apapun amal seseorang, tidak akan diterima apabila tidak disertai
dengan ilmu. Banyak sekali ilmu-ilmu yang berkaitan dengan shalat,
sebagaimana telah diterangkan di atas. Demikian juga ketika shalat harus
memperhatikan gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan shalat yang
dicontohkan Nabi Muhammad saw.
160
Lima hal yang membuat kita khusyu’ :
161
e. Menguap, karena syetan akan masuk jika menguap terbuka. (Thabrani,
Ibnu Majah),
f. Mengantuk (Jamaah),
g. Menoleh atau melihat sesuatu yang melalaikan shalat, seperti; gambar-
gambar di dinding, dan sebagainya. (Bukhari, Muslim).
162
SHAUM (PUASA) DAN ADAB-ADABNYA
163
3. Mendapatkan ampunan dari Allah swt, sebagaimana sabda Nabi saw,
berikut:
“Barang siapa yang berpuasa disertai iman dan mengharap pahala dari
Allah, maka dosa-dosanya di masa lalu diampuni.” (HR. Ahmad).
“Hai para pemuda barang siapa diantara kamu mampu kawin (menikah) ,
maka kawinlah. Karena sesungguhnya dia dapat menundukkan dan dapat
menjaga kemaluan, dan barang siapa tidak mampu maka hendaklah ia
berpuasa, karena berpuasa itu merupakan pengekang baginya.” (HR.
Muslim).
Kesempurnaan dalam puasa bukan hanya menahan diri dari makan, minum,
dan bersetubuh atau menjaga dari segala sesuatu yang membatalkan puasa
disiang hari saja, tetapi juga mengandung maksud menahan diri dari segala
sesuatu dari yang membatalkan pahala puasa atau segala sesuatu yang tidak
sesuai dengan hikmah dan tujuan puasa. Karena Nabi bersabda dalam
haditsnya:
“Barang siapa yang tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan jelek, maka
Allah tidak akan menerima puasanya.” (HR. Bukhari).
1. Beragama Islam
2. Berakal sehat, sehingga dapat membedakan mana yang hak mana yang
bathil, mana yang baik dan mana yang buruk
3. Sudah baligh, akan tetapi walaupun demikian, orang tua dianjurkan untuk
melatih dan mengajari anak-anaknya yang belum baligh untuk berpuasa
walaupun tidak sampai sehari penuh
4. Mampu untuk mengerjakannya (tidak dalam keadaan sakit atau udzur
lainnya menurut syara`. Seperti sakit atau bepergian jauh)
5. Suci dari haidh dan nifas (bagi wanita)
164
1. Wajib berniat di waktu malam untuk puasa fardhu bukan puasa sunnah,
maka boleh berniat untuk puasa sunnah sebelum matahari tergelincir. Dan
menentukannya pula niat fardhu dalam puasa fardhu dan menentukan
sunnah dalam shaum sunnah
2. Tidak melakukan hubungan suami istri dan melakukan onani
3. Tidak menyegaja muntah
4. Menjaga dari masuknya sesuatu ke dalam lubang, seperti lubang telinga,
lubang kemaluan, dengan syarat masuknya melalui jalan terbuka.
“Barang siapa tidak berniat akan berpuasa pada sebelum fajar, tidak ada
puasa baginya.” (HR. Jamaah).
2. Menahan diri dari makan, minum, dan apapun yang dapat membatalkan
puasa dari semenjak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, Firman
Allah :
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah
pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat
menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af
kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah
puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka
itu, sedang kamu beri'tikaf[115] dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.” (QS. Al Baqarah ; 187).
165
kurma. Jika tidak ada, cukup dengan minum air. (Tirmidzi. Nasa’i, Ibnu
Majah).
Puasa dimulai dari terbit Fajar Shubuh sampai Maghrib tiba. (HR. Bukhari,
Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah).
Berpuasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjaga
lidah, mata, telinga, dan pikiran dari perbuatan yang dilarang agama. (HR.
Bukhari, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah)
Jika ditawari makanan ketika berpuasa, sunnah menyatakan, ‘aku sedang
berpuasa’. (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah).
Haram bagi wanita berpuasa tanpa seijin suaminya, kecuali puasa yang
wajib, seperti puasa Ramadhan. (HR. Muslim)..
Ketika berbuka puasa disunnahkan berdoa, sbb :
َذ َه َب الَّظ َم اُء َو اْب َتَلِت اْلُعُرْو ُق َو َثَبَت اَآلْج ُر ِإْن َش اَء اهلل
“Telah lenyap dahaga, dan telah basah urat-urat, dan tetap berpahala
Insya Allah.” (HR. Nasa’i). atau beberapa doa berikut,
“Ya Allah, karena Engkau aku berpuasa dan kepada Engkau aku beriman,
dan atas rezeki Engkau aku berbuka puasa.” (HR. Ibnu Majah).
) (رواه الّدار قطنى. اللهّم َلَك ُص ْم ُت َو َع َلى ِر ْز ِق َك َأْفَط ْر ُت َف َتَق َّبل ِم َّنا ِإَّنَك َأْن َت الَّس ِم ْيُع اْلَع ِلْيُم
“Ya Allah Ya Tuhanku, hanya untuk-Mu aku berpuasa, dan dengan rizqi-
Mu aku berbuka maka terimalah dari kami. Sesungguhnya Engkau Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (HR. Ad Daaru Quthni)
الَّلُه َّم َلَك ُص ْم ُت َو ِبَك أَم ْن ُت َو َع لْي َك َتَو َّك لُت وَع َلى ِر ْز ِق َك َاْفَط ْر ُت
“Ya Allah Ya Tuhanku, hanya untuk-Mu aku berpuasa dan hanya dengan-
Mu aku beriman dan hanya kepada-Mu aku bertwakkal, dan atas rizki-
Mulah aku bernuka.”
الَّلُه َّم ِإِّني َأْس َأُلَك ِبَرْح َم ِتَك اَّلِتي َو ِس َع ْت ُك َّل َش ٍئ َأْن َتْغ ِف ْر ِلْي
“Allaahumma innii as-aluka birohmatikal latii wasi`at kulla syai-in
antaghfirlii.”
166
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang luas, yang
meliputi segala sesuatu, agar Engkau mengampuni aku.”
Sahur artinya, makan menjelang fajar yang dimulai setelah lewat tengah
malam (Mirqat). Syaikh `Aini rah.a telah mengutip demikian banyak fadhilah
dalam makan sahur dari tujuh belas orang sahabat yang berbeda.
Diantaranya ialah :
Dalam shaum ada hal-hal yang membatalkan shaum yang secara umum
dibagi kedalam dua kategori :
Bersumpah palsu
Berdusta
Mengumpat atau mencela orang lain
Nadzhru bi syahwat (memandang dengan gairah nafsu)
Emosi yang berlebihana, dll. Sehingga puasanya tidak mendapatkan apa-
apa. Sebagaimana sabda Nabi saw :
“Berapa banyak orang yang puasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari
puasanya, kecuali lapar dan dahaga.” (HR. Bukhari).
168
G. Keutamaan Ibadah Shaum.
“Islam didirikan atas lima dasar, salah satunya adalah Shaum Ramadhan.
(HR. Bukhari-Muslim)
Hadits lainya “ Azas Islam ada tiga, barang siapa meninggalkan salah
satunya, berarti ia telah mengingkari dasar-dasar itu, di antaranya, yaitu
Shaum Ramadhan.” (HR. Abu Ya`la & Dailami)
169
Shaum amalan yang lebih mujahadah dari ibadah lainnya. Dalam ihram
yang tidak diperbolehkan hanya berhubungan dengan istri, tetapi makan
dan minum tetap dibolehkan, dalam shalat hanya sebentar saja kita
menahan diri tetapi dalam bershaum terasa benar kesulitan menahan
makan, minum, mendekati istri serta hal-hal lainnya yang dilarang dalam
bershaum.
Ditinjau dari kedudukan hukumnya, puasa di bagi tiga, yaitu puasa wajib,
sunnah dan puasa haram.
1. Puasa wajib
Puasa wajib adalah puasa yang harus dikerjakan oleh para mukallah
(dewasa/baligh) dan ia akan mendapatkan pahala, sedangkan apabila
ditinggalkannya, maka akan berdosakecuali mengkodonya atau membayar
fidyah bagi yang tidak mampu berpuasa. Puasa wajib itu ada 3, seperti
berikut:
Hukumnya wajib bagi setiap muslim dan muslimah yang sudah baligh serta
tidak mempunyai halangan tertentu untuk tidak shaum. Sebagaimana firman
Allah :
…. Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. (QS. Al
Baqarah : 185)
“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa. (QS. Al Baqarah : 183)
“ Islam didirikan atas lima dasar, salah satunya adalah Shaum Ramadhan.
(HR. Bukhari-Muslim)
170
Mafhum Hadits lainya
“ Azas Islam ada tiga, barang siapa meninggalkan salah satunya, berarti ia
telah mengingkari dasar-dasar itu, di antaranya, yaitu Shaum Ramadhan.”
(HR. Abu Ya`la & Dailami)
Hamzah bin Amru bertanya kepada Nabi saw., tentang berpuasa ketika safar,
Rasulullah saw., mejawab : “Jika kamu mau berpuasalah jika tidak
berbukalah.” (HR. Muslim). Sabda lainya, “Bukanlah kebaikan ketika
safar.”(HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasa-i)
Oleh karena itu ada rukhshoh bagi yang kesulitan dalam mejalani puasa
ketika safar.
171
akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka.
Perbanyaklah empat amalan pada bulan itu. Dua di antaranya
menyenangkan Tuhannya, dan dua lainnya kamu pasti akan
memerlukannya. Adapun dua perkara yang dengannya kamu akan
menyenangkan Tuhanmu adalah: Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Allah, dan kamu memohon ampunan-Nya. Dan dua perkara yang pasti
kamu akan memerlukannya adalah: kamu memohon surga kepada Allah
dan kamu berlindung kepada-Nya dari api neraka. Barangsiapa memberi
minum kepada orang yang berpuasa, maka Allah akan memberinya
seteguk minum dari telagaku yang ia tidak akan haus hingga ia masuk
surga.”(HR. Ibnu Khuzaimah, Baihaqi, Ibnu Hibban)
Mengucapkan Tahniyah Atas Kedatangan Bulan Ramadhan
Nabi saw., dalam tahniyahnya dalam menyambut datangnya bulan suci
Ramadhan selalu dengan kata-kata yang menyenamgkan sahabat-
sahabatnya. Yaitu dengan ucapan, “Sesungguhnya telah datangkepadamu
bulan Ramadhan, bulan yang diberkati. Allah swt., memerintahkanmu agar
berpuasa di dalamnya.” Beliau saw., juga bersabda, “Telah datamg
kepadamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan, maka sampaikanlah
ucapan selamat datang kepadanya. Telah datang bulan puasa pembawa
segala keberkahan, maka alangkah mulianya tamu yang datang itu.” (HR.
Thabrani)
Penghapus Dosa
Sabda Rasulullah saw., “Dari Ramadhan ke Ramadhan menutupi dosa-
dosa yang telah dilakukan diantaranya, selama ia menjauhi dosa-dosa
besar.”(HR. Muslim)
Diturunkannya Al Qur`an
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu
hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
172
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur.(QS. Al Baqarah : 185)
Beberapa Keutamaan Lainya :
Sabda Rasulullah saw., “Telah diberikan kepada ummatku di bulan
Ramadhan lima hal yang belum pernah diberikan kepada seorang Nabi
sebelumku, yaitu :
Beberapa orang yang yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa, mereka itu
adalah :
Keterangan :
Untuk wanita hamil dan menyusui, maka hukum atasnya dalam hal shaum
Ramadhan ada beberapa hukum, yaitu :
173
syari`at tentang shaum, sehingga seseorang tidak langsung begitu saja
memutuskan masalah ini menurut pendapatnya sendiri, jika kita mau jujur
dan mau menteladani generasi-generasi awwal maka kita akan malu pada
diri-diri kita, sebagai kejadian yang terjadi pada zaman Rasulullah saw.,
sebagaimana dikisahkan di bawah ini :
Mafhum Hadits :
Sabda lainya “Orang tua renta (yang tidak kuat lagi untuk berpuasa) yang
orang tahu jika lapar dan haus akan mati.” (HR. Dailami)
Salah satu hal yang dapat membatalkan puasa adalah melakukan hubungan
suami-istri (bersetubuh) pada siang hari di Bulan Ramadhan. Apabila ada
seseorang yang tidak mampu mengendalikan dirinya sehingga melakukan hal
yang demikian, maka hukumannya adalah :
174
2. Ia wajib membayar kifarat, yaitu dengan :
Shaum Qadha
Puasa Qadha, yaitu puasa yang wajib dikerjakan, untuk mengganti puasa di
bulan Ramadhan yang ditinggalkan karena alasan syar’i (disebabkan sakit
atau musafir, dll). Sebagaimana firman Allah swt, berikut:
“Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari
yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah ; 185).
Shaum Nazar
Nabi bersabda :
Puasa Kifarat
175
“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak
dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan
sumpah-sumpah yang kamu sengaja, Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu,
ialah memberi Makan sepuluh orang miskin, Yaitu dari makanan yang biasa
kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka
atau memerdekakan seorang budak. barang siapa tidak sanggup melakukan
yang demikian, Maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. yang demikian itu
adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu
langgar). dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu
hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya).” (QS. Al Maidah ;
89).
Keutamaan Puasa Daud dijauhkan wajahnya dari api neraka sejauh tujuh
puluh tahun perjalanan. Dan maksimal berpuasa adalah berpuasa sehari
dan berbuka sehari (Puasa Dawud). (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i).
Disunnahkan Puasa Asyura dan Tasu’a yaitu berpuasa pada tanggal 10
dan 9 Muharram. (Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i). * Di antara
keuntungannya ialah Allah akan menghapuskan dosa-dosanya pada tahun
lalu. (HR. Muslim).
Sunnah Puasa Yaumul Bidh [tiga hari pada pertengahan bulan Hijriah].
(HR. Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah). * Di antara keuntungannya ialah akan
disamakan pahalanya seperti berpuasa setahun penuh. (Alquran – HR.
Ahmad, Tirmidzi).
Sunnah Berpuasa enam hari pada bulan Syawal. (Muslim, Tirmidzi,
Nasa’i, Ibnu Majah). * Di antara keuntungannya ialah :
Puasa Pada Hari Arafah. Disunnahkan berpuasa pada hari Arafah bagi
yang sedang tidak berhaji. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah).
Keuntungannya ialah Dihapuskan dosa-dosa dua tahun yang lalu dan
tahun-tahun yang akan datang. (HR. Muslim).
Puasa Senin Kamis. Disunnahkan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.
(HR. Muslim, Tirmidzi, Nasa’i). Keuntungannya ialah pada “hari Senin
Kamis manusia diperiksa amalnya. Nabi saw. senang jika diperiksa
amalnya dalam keadaan berpuasa. (HR. Tirmidzi).
176
Puasa Pada Bulan Sya’ban. Sunnah berpuasa di pertengahan bulan
Sya’ban. (HR. Nasa’i, Baihaqi, Ibnu Majah). Rasulullah saw. selalu
berpuasa sebulan penuh pada bulan Sya’ban hingga bersambung ke bulan
Ramadhan. (HR. Imam yang Lima).
Puasa Pada Bulan Dzulhijjah. Sunnah berpuasa sepuluh hari di awal
bulan Dzulhijjah, yaitu dari tanggal 1 sampai tanggal 9 Dzulhijjah. (HR.
Bukhari). Di antara keuntungannya ialah akan disamakan pahalanya
dengan puasa setahun penuh. (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi).
J. Hikmah Puasa
1. Disiplin Rohaniah
Ibadah puasa merupakan ibadah rahasia bagi diri sendiri, hubungannya
hanya dengan Allah, ia puasa hanya karena Allah, merasa diawasi oleh
Allah, harapannya hanya dari dan kepada Allah. Ia tetap bersabar atas
hukum dan ketentuan Allah. Oleh karenanya orang yang puasa seperti itu
tidak akan membatalkannya, walaupun dalam keadaan sendirian dan ia
177
merasa mampu untuk berbuka, inilah puasa yang akan melatih
kedisiplinan rohaninya.
“Puasa adalah separuh dari kesabaran, dan sabar itu sebagian dari iman.”
(HR. Baihaqi).
Kesempurnaan dalam puasa bukan hanya menahan diri dari makan, minum
serta bersetubuh saja atau hanya menjaga diri dari sesuatu yang
membatalkan puasa di siang hari tetapi juga mengandung maksud menahan
diri dari segala yang membatalkan pahala puasa atau segala sesuatu yang
tidak sesuai dengan hikmah dan tujuan puasa. Karena Rasulullah saw
bersabda dalam haditsnya :
,(رواه ابن ماجه. ُر َّب َص اِئٍم َليَس َلُه ِمْن ِص َياِمِه ِاَآل اْلُج ْو ِع َو ُر َّب َقاِئٍم َلْيَس َلُه ِمْن ِقَياِمِه ِاَآلَس ْهُر
)النسائ وابن خزيمه
178
)(رواه البخاري. َك ْم ِمْن َص اِئٍم َلْيَس َلُه ِمْن ِص َياِمِه ِاآلْلُج ْو ِع َو اْلَع ْط َس
“ Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari
puasanya, kecuali lapar dan haus saja.” (HR. Bukhori)
Oleh karena itu, berpuasa yang baik adalah dengan kita tunaikan segala
adab-adab dalam bershaum, alim ulama mengarahkan kepada kita untuk
memelihara kesempurnaan ibadah shaum yang kita lakukan,minimal ada
enam hal yang harus kita perhatikan dalam bershaum, diantaranya, sbb :
1. Tingkatan Puasa Umum, yaitu puasa yang hanya menahan perut dari
makan, minum, dan menahan nafsu syahwat saja.
2. Tingkatan Puasa Khusus, yaitu selain menjaga hal-hal di atas, juga
menjaga pandangan, pendengaran, dan anggota badan lainnya dari hal-hal
yang dilarangan agama.
179
3. Tingkatan Puasa Istimewa, yaitu kedua hal-hal yang diatas dan menjaga
hati dari berpaling kepada selain Allah swt,.
. َم ْن َاْفَط َر َيْو ًم ا َر َم َض اَن ِمْن َغ ْيِر ُر ْخ َص ٍة َو َال َمَر ٍض َلْم َيْقِض ِه َص ْو ُم الَّدْه ِر ُك ِّل ِه َو ِإْن َص اَم ُه
)(رواه أحمد والترمذي وابو داود وابن ماجه
“Barang siapa yang berbuka walau hanya sehari pada bulan Ramadhan
tanpa ada rukhshah (kebolehan menurut syari`at) atau sakit, maka ia tidak
akan dapat menggantinya walaupun ia berpuasa hingga akhir hayatnya.”(HR.
Ahmad, Tirmidzi, Abu Daud & Ibnu Majah)
180
ZAKAT, INFAQ & SHADAQAH (ZIS)
A. Pengertian Zakat
181
Sedangkan menurut istilah zakat adalah sejumlah harta tertentu yang
pemiliknya diwajibkan untuk memberikannya kepada orang-orang yang
berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu juga
1. Kalau menurut ahli Fiqih, tahun dimulainya zakat yaitu pada tahun ke 2
Hijriyah di bulan Sya' ban.
2. Kalau menurut ahli hadist, tahun dimulainya zakat yaitu pada tahun ke 2
Hijriyah di bulan Syawal.
3. Kalau zakat fitir (zakat fitrah), yakni 2 hari sebelum hari pada bulan
Romadlon tahun ke 2 Hijriyah.
B. Pengertian Infak
Infak dari akar kata : Nafaqa (Nun, Fa’, dan Qaf), yang mempunyai arti keluar.
Dari akar kata inilah muncul istilah Nifaq-Munafiq, yang mempunyai arti orang
yang keluar dari ajaran Islam.
Kata (infaq), yang huruf akhirnya mestinya “Qaf”, oleh orang Indonesia
dirubah menjadi huruf “ Kaf ”, sehingga menjadi (infak). Maka, Infaq juga
bisa diartikan mengeluarkan sesuatu (harta) untuk suatu kepentingan yang
baik, maupun kepentingan yang buruk. Ini sesuai dengan firman Allah yang
menyebutkan bahwa orang-orang kafirpun meng "infak" kan harta mereka
untuk menghalangi jalan Allah :
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk
menghalangi (orang) dari jalan Allah. mereka akan menafkahkan harta itu,
kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. dan ke
dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan” (Qs. Al Anfal :
36)
I. Untuk menunjukkan harta yang wajib dikeluarkan, yaitu zakat. Infak dalam
pengertian ini berarti zakat wajib.
II. Untuk menunjukkan harta yang wajib dikeluarkan selain zakat, seperti
kewajiban seorang suami memberikan nafkah untuk istri dan anak-
anaknya. Kata infak disini berubah menjadi nafkah atau nafaqah.
III. Untuk menunjukkan harta yang dianjurkan untuk dikeluarkan, tetapi tidak
sampai derajat wajib, seperti memberi uang untuk fakir miskin,
menyumbang untuk pembangunan masjid atau menolong orang yang
terkena musibah. Mengeluarkan harta untuk keperluan-keperluan di atas
disebut juga dengan infak.
182
C. Pengertian Sedekah.
Sedangkan “Sedekah“ secara bahasa berasal dari akar kata (shodaqa) yang
terdiri dari tiga huruf (Shod- dal- qaf), yang berarti sesuatu yang benar atau
jujur. Kemudian orang Indonesia merubahnya menjadi Sedekah.Sedekah bisa
diartikan mengeluarkan harta di jalan Allah, sebagai bukti kejujuran atau
kebenaran iman seseorang. Maka Rasulullah menyebut sedekah sebagai
burhan (bukti), sebagaimana sabda Rasulullah saw., :
َقاَل رسوُل اهلل صلى اهلل: وعن أبي مالٍك الحارث بن عاصم األشعرِّي رضي اهلل عنه َقاَل
َو ُس ْبَح اَن اهلل والَح مُدهلل َتمَأل نى، والَح مُد هلل َتْم ُأل الميَز اَن، الُّط ُه وُر َش ْط ُر اِإليمان: عليه وسلم
ْو َتْم ُأل َم اَبيَن الَّس موا ت واالرِض والَّص الُة نوٌر والصدقة برهان والصبر ضياء والقرأن حج**ة
)لك اوعليك كّنا لنا سيغد وقبائعن فسهف معتقها اوموبقها (رواه مسلم
Dari Abu Malik Al harits Bin Ashim Al As 'ariy ra.. ia berkata: Rasulullah saw
bersabda: "Bersuci adalah sebagian dari iman, membaca Al-hamdulillah
dapat memenuhi timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah dapat memenuhi
semua yang ada diantara langit dan bumi, shalat adalah cahaya, sedekah itu
adalah bukti iman, sabar adalah pelita dan AlQuran untuk berhujjah
terhadap yang kamu sukai ataupun terhadap yang tidak kamu sukai. Semua
orang pada waktu pagi menjual dirinya, kemudian ada yang membebaskan
dirinya dan ada pula yang membinasakan dirinya.”(HR. Muslim).
Sedekah bisa diartikan juga dengan mengeluarkan harta yang tidak wajib di
jalan Allah. Tetapi kadang diartikan sebagai bantuan yang non materi, atau
ibadah-ibadah fisik non materi, seperti menolong orang lain dengan tenaga
dan pikirannya, mengajarkan ilmu, bertasbih, berdzikir, bahkan melakukan
hubungan suami istri, disebut juga sedekah. Ini sesuai dengan hadits :
ُيَص ُّلوَن َك َم ا، َذ َهَب أهُل الُّد ُثور باُألُجوِر، َي ا َر ُسوَل هللا: عْن َأِبي َذ ارٍّ رضي هللا عنه أّن َ ناسًا قالوا
َأَو َليَس َق ْد َج َع َل ُهللا َلُك ْم َم ا: َق اَل، َو َي َت َص َّد ُقوَن ِبُفُض وِل أْم َو اِلِه ْم، َو َي ُصوُموَن َك َم ا َن ُص وُم،ُنَص ِّلي
، َو ُك ّلِ َت ْهِليَلٍة َص َد َق ًة، َو ُك ِّل َت حِميَد ٍة َص َد َق ًة، َو ُك ِّل َت كبيَر ٍة َص َد َق ًة، إّن َ ِبُك ِّل َت ْس ِبيَح ٍة َص َد قًة: َت َص َّد ُقوَن ِبِه
أَي أِتي، َي ا رسواَل ِهلل: وفيُبْض ِع َأَح ِد ُك ْم َص َد َق ٌة قالوا، َو َن هٌي َع ِن الُم ْن َك ِر َص َد َق ٌة، َو أْمٌربالَم ْع ُروِف َص َد َق ٌة
أَر أيُتْم َلْو َو َض َعَه ا في َح راٍم َأَك اَن َع َليِه ِو زٌر؟ فكَذ ِلَك: َأَح ُد َن ا َش ْه َو َت ُه َو َي ُك وُن َلُه ِفيَه ا أْج ٌر؟ َق اَل
)ِإَذ اَو َض َعَه افي الَح الِل َك اَن َلُه َأْج ٌر (رواه مسلم
Dari Abu Dzar radhiallahu 'anhu : Sesungguhnya sebagian dari para sahabat
berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Wahai Rasulullah, orang-
orang kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat
sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa,
dan mereka bershadaqah dengan kelebihan harta mereka”. Nabi bersabda :
“Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bershadaqah?
Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shadaqah, tiap-tiap tahmid adalah
shadaqah, tiap-tiap tahlil adalah shadaqah, menyuruh kepada kebaikan
adalah shadaqah, mencegah kemungkaran adalah shadaqah dan
persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah
shadaqah“. Mereka bertanya : “ Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah
seorang di antara kami memenuhi syahwatnya, ia mendapat pahala?”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab“ Tahukah engkau jika
seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia berdosa, demikian
183
pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia mendapat pahala”.
(HR. Muslim)
Kesimpulan
Zakat kalau disebut dalam al-Qur’an dan Hadist berarti zakat wajib yang
dikenal kaum muslimin sebagai rukun Islam ketiga. Sedangkan Infaq kadang
dipakai untuk menyebut infaq wajib (zakat), kadang dipakai untuk menyebut
infaq wajib selain zakat (nafkah keluarga). Kadang dipakai untuk menyebut
infaq yang tidak wajib. Begitu juga Sedekah, kadang berarti zakat wajib,
kadang untuk sesuatu yang tidak wajib. Wallahu A’lam.
“ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah
dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS.
At Taubah : 60)
* Yang berhak menerima zakat Ialah: 1. orang fakir: orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak
mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 2. orang miskin: orang yang tidak
cukup penghidupannya dan dalam Keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas
untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam
dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. 5. memerdekakan budak: mencakup
juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. 6. orang berhutang: orang yang
berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun
orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat,
walaupun ia mampu membayarnya. 7. pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan
Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup
juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8. orang
yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
“ Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan* dan mensucikan** mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui(QS. At Taubah : 103) .
* Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada
harta benda
** Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan
harta benda mereka.
D. PEMBAGIAN ZAKAT
a. Zakat Harta Kekayaan (Zakat Mal). Ialah zakat dari harta yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun harta kekayaan tersebut antara
lain :
a. Hewan ternak (An 'am) : yaitu kambing, sapi, kerbau dan unta.
184
2. Memelihara dan memiliki selama 1 tahun penuh (kurang dari satu jam,
tidak wajib mengeluarkan zakat).
3. Digembala / diangon / diberi makan di padang rumput umum (tidak
bertuan), maksudnya diberi makan yang tanpa mengeluarkan biaya.
4. Tidak dibuat tunggangan (dibuat mencari penghasilan).
Kambing
1. 30 ekor sapi mengeluarkan 1 ekor anak sapi yang berumur 1 tahun (jantan
/ betina).
2. 40 ekor sapi mengeluarkan 1 ekor anak sapi yang berumur 2 tahun
(betina).
3. 60 ekor sapi mengeluarkan 2 ekor anak sapi yang berumur 1 tahun
(jantan)
4. Selebihnya setiap 30 ekor sapi mengeluarkan 1 ekor sapi jantan yang
berumur 1 tahun.
5. Selebihnya setiap 40 ekor sapi mengeluarkan 1 ekor sapi betina yang
berumur 2 tahun.
Keterangan :
Mengeluarkan zakat harus sehat tanpa aib / penyakit (cacat, korengan, hilang
mata satu / penyakit mata, dan hilang tanduk satu dan juga hilangnya satu
testis / sangklir)
Unta
185
2. 10 ekor unta mengeluarkan 2 ekor kambing domba.
3. 15 ekor unta mengeluarkan 3 ekor kambing domba.
4. 20 ekor unta mengeluarkan 4 ekor kambing domba.
5. 25 ekor unta mengeluarkan 1 ekor anak unta yang berumur 1 tahun.
6. 36 ekor unta mengeluarkan 1 ekor anak unta yang berumur 2 tahun.
7. 46 ekor unta mengeluarkan 1 ekor anak unta yang berumur 3 tahun.
8. 61 ekor unta mengeluarkan 1 ekor anak unta yang berumur 4 tahun.
9. 76 ekor unta mengeluarkan 2 ekor anak unta yang berumur 2 tahun.
10. 91 ekor unta mengeluarkan 2 ekor anak unta yang berumur 3 tahun.
11. 121 ekor unta mengeluarkan 3 ekor anak unta yang berumur 2 tahun.
12. 130 ekor unta mengeluarkan 1 ekor anak unta yang berumur 3 tahun dan
1 ekor anak unta yang berumur 2 tahun.
13. Kelebihan dari 130 setelah itu setiap 40 ekor unta + mengeluarkan 1 ekor
anak unta yang berumur 2 tahun.
14. Setiap 50 ekor unta + mengeluarkan 1 ekor anak unta yang ber umur 3
tahun.
Keterangan :
Keterangan :
186
Abdullah berdagang dimulai dari tanggal 1 Januari 2007 sampai tanggal 31
Desember 2007 (1 satu tahun penuh dengan tidak memutuskan niat atau
tidak berganti dagangan) maka jumlah barang dan uang yang ada pada
tanggal 31 Desember 2007 dijumlah dan dikurskan dengan harga emas atau
perak, apabila masuk nishob maka wajib mengeluarkan zakat 2.5 %.
d. Tanaman (Muasarot)
Syarat wajib zakat yaitu : Telah sampai nishob, dan nishobnya yaitu 825 kg
hasil panen.
Keterangan :
Yaitu harta yang terpendam di dalam tanah (harta karun). Syarat wajib zakat
yaitu :
Keterangan :
Dimaksud zaman Islam adalah terdapat label yang tertera 559 M atau
sebelumnya, maka masuk harta jahiliyah, maka wajib mengeluarkan zakat
5%, tetapi setelah 559 M dan tertera bahasa Arab maka wajib mengeluarkan
zakat 20 %, diberikan untuk fakir miskin, muslimin yang ada ditempat
tersebut, atau yang lainnya akan tetapi kalau tidak tertera bahasa Arab
mengeluarkan zakat 5% dan apabila tidak ada label tahun maka
mengeluarkan zakat 5 %.
Yaitu hasil tambang yang di keluarkan dari tanah umum (emas, perak). Syarat
wajib zakat Ma'dan yaitu :
187
1. Berupa emas dan perak, maka selain itu tidak wajib dizakati.
2. Sampai ke nishob emas dan perak.
Wajib mengeluarkan zakatnya sebanyak 2.5%.
g. Zakat Fitrah
Zakat Fitrah Adalah Zakat yang diwajibkan kepada setiap muslim sebagai
santunan kepada orang-orang miskin, tanda berakhirnya bulan Ramadlan
sebagai pembersih dari hal-hal yang mengotori puasa. Kewajiban membayar
zakat fitrah bersamaan dengan disyariatkan puasa Ramadhan, yaitu pada
tahun kedua Hijriyah. Kewajiban membayar zakat fitrah dibebankan kepada
setiap muslim dan muslimah, baligh atau belum, kaya atau tidak, dengan
ketentuan bahwa dia masih hidup pada malam hari raya dan memiliki
kelebihan dari kebutuhan pokoknya untuk sehari. Zakat fitrah ini dibayarkan
maksimal sebelum shalat idul fitri.Waktu-waktu pembayaran zakat fitrah
terbagi atas :
Waktu Fadhilah (utama), yaitu setelah adzan subuh hari raya sampai
sebelum, sholat 'ied, kalau tidak bisa maka malam harinya.
Waktu Jawaz (diperbolehkan), yaitu dari awal Romadlon.
Waktu Karohah (dimakruhkan), yaitu setelah sholat Iedul Fitri sampai
terbenam matahari.
Waktu Tahrim (Haram), yaitu setelah terbenam matahari di hari raya,
maka tidak dinamakan zakat Fitrah tetapi sodakoh.
Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu sha’ kurma atau
gandum atas orang muslim baik budak dan orang biasa, laki-laki dan wanita,
anak-anak dan orang dewasa, Beliau memerintahkan membayar zakat fitrah
sebelum berangkat (ke masjid) untuk shalat idul fitri. (HR Bukhari - Muslim)
1. Islam
2. Niat, supaya membedakan antara zakat wajib dan shodaqoh.
Caranya : Sambil memegang beras zakat fitrah atau boleh tidak
memegang beras dan mengucap ini zakat fitrahku.
3. Yang memiliki pangan dari hari raya sampai malamnya.
4. Besar atau kecil laki-laki atau perempuan.
188
Yang ditanggung zakat fitrah yaitu :
Ada 8 golongan yang berhak menerima zakat fitrah dan zakat harta, yaitu
sesui dengan firman Allah SWT :
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah
dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS.
At Taubah : 60)
Delapan golongan yang berhak menerima zakat sesuai ayat diatas adalah :
1. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta
dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
2. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam
keadaan kekurangan .
3. Amil/Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan
membagikan zakat. (kalau tidak dibayar atau tidak mengharap bayaran
atau ikhlas).
4. Mu’allaf: orang kafir yang ada harapan masuk islam yang imannya masih
lemah.
5. Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang
ditawan oleh orang-orang kafir.
6. Orang berhutang : orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang
bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang
berhutang untuk memelihara persatuan umat islam dibayar hutangnya itu
dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
7. Orang yang berjuang dijalan Allah (sabilillah) : yaitu untuk keperluan
pertahanan islam dan kaum muslimin. Diantara mufasirin ada yang
berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingn
umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit, da`wah, dan lain-lain.
8. Ibnu Sabil/Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat
mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya. (termasuk orang yang
berdakwah ke luar kota yang kehabisan bekal walaupun pada dasarnya
dia kaya)
Besarnya zakat fitrah adalah 1 sha’ yaitu 2176 gram atau 2,2 kg beras atau
makanan pokok. Dalam prakteknya jumlah ini digenapkan menjadi 2,5 kg,
189
karena untuk kehati-hatian . Hal ini di anggap baik oleh para ulama. atau
dikeluarkan sebanyak 3 Kg, (kenapa 3 kg? karena wajib zakat fitrah yaitu 4
Amdad nabawi, 1 Mud Nabawi ukurannya belum ada yang bisa memastikan
(1 satu mud yaitu 2 telapak tangan digabungkan jadi satu) dan Ulama' belum
bisa memastikan, maka Al Imam Al Habib Zein bin Smit mengambil 3 kg untuk
menjaga kekurangannya dan sesuatu yang lebih itu lebih afdhol. (Jika
ditimbang kurang lebih 2,75 kg dan ada yang menjumlah 2,80 kg). Zakat
Fitrah harus berupa beras (kalau zakat Mal boleh berupa uang).
Keterangan :
190
Fatawa, XXV/83).Dalil mereka antara lain firman Allah SWT ,”Ambillah zakat
dari sebagian harta mereka.” (QS at-Taubah [9] : 103).
Menurut mereka, ayat ini menunjukkan zakat asalnya diambil dari harta (mal),
yaitu apa yang dimiliki berupa emas dan perak (termasuk uang). Jadi ayat ini
membolehkan membayar zakat fitrah dalam bentuk uang. (Rabi’ Ahmad
Sayyid, Tadzkir al-Anam bi Wujub Ikhraj Zakat al-Fithr Tha’am, hal. 4).
Menurut mereka, memberi kecukupan (ighna`) kepada fakir dan miskin dalam
zakat fitrah dapat terwujud dengan memberikan uang. (Abdullah Al-Ghafili,
Hukm Ikhraj al-Qimah fi Zakat al-Fithr, hal. 3).
Kedua, pendapat yang tidak membolehkan dan mewajibkan zakat fitrah dalam
bentuk bahan makanan pokok (ghalib quut al-balad). Ini adalah pendapat
jumhur ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah. (Al-Mudawwanah al-
Kubra, I/392; Al-Majmu’, VI/112; Al-Mughni, IV/295)
Karena ada dua pendapat yang berbeda, maka kita harus bijak dalam
menyikapinya. Ulama sekaliber Imam Syafi’i, mujtahid yang sangat andal saja
berkomentar tentang pendapatnya dengan mengatakan, ”Bisa jadi
pendapatku benar, tapi bukan tak mungkin di dalamnya mengandung
kekeliruan. Bisa jadi pendapat orang lain salah, tapi bukan tak mungkin di
dalamnya juga mengandung kebenaran.”
Dalam masalah ini, sebagai orang awam (kebanyakan), kita boleh bertaqlid
(mengikuti salah satu madzhab yang menjadi panutan dan diterima oleh
umat). Allah swt., tidak membebani kita di luar batas kemampuan yang kita
miliki.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya…” (QS. Al-Baqarah : 286).
Menurut kami, membayar zakat fitrah dengan uang itu boleh, bahkan dalam
keadaan tertentu lebih utama. Bisa jadi pada saat Idul Fitri jumlah makanan
(beras) yang dimiliki para fakir miskin jumlahnya berlebihan. Karena itu,
mereka menjualnya untuk kepentingan yang lain. Dengan membayarkan
menggunakan uang, mereka tidak perlu repot-repot menjualnya kembali yang
justru nilainya menjadi lebih rendah. Dan dengan uang itu pula, mereka dapat
membelanjakannya sebagian untuk makanan, selebihnya untuk pakaian dan
keperluan lainnya. Wallahu a’lam bish-shawab.
191
Macam-Macam Zakat Lainnya
1. Zakat Profesi
“ Bila zakat bercampur dengan harta lainnya maka ia akan merusak harta itu”.
(HR. Al Bazzar dan Baihaqi)
Perhitungan Nishabnya
Nishab adalah batas minimal harta yang dimiliki sehingga wajib dikeluarkan
zakatnya. Nishab zakat profesi/ penghasilan adalah diqiyaskan dengan nishab
zakat hasil pertanian yakni sebesar 5 wasaq atau 653 kg berupa gabah atau
setara 520 kg berupa beras. Jika harga beras yang biasa dimakan, misalnya
(yang paling murah) seharga Rp.6.500/kg, maka nishab zakat profesi adalah
520kg x Rp.6.500 setara dengan Rp.3.380.000,-
Rasulullah SAW bersabda: “Hasil tanaman yang kurang dari lima wasaq tidak
wajib zakat” (HR. Ahmad dan al-Baihaqi)
192
“Bila engkau memiliki 20 dinar (emas) dan sudah mencapai satu tahun, maka
zakat yang wajib dikeluarkan adalah setengah dinar (2,5%)”. (HR. ahmad,
Abu Daud dan al-Baihaqi).
Rasulullah SAW bersabda:
“berikanlah zakat perak dari 40 dirham dikeluarkan satu dirham., Tidak ada
zakat pada 190 dirham (perak), dan jika telah mencapai 200 dirham maka
dikeluarkan lima dirham”. (HR. Ashabus Sunan)
Harta simpanan berupa uang, baik dalam bentuk tabungan, deposito, emas,
perak, perhiasan yang berharga dan lain-lain, dikenakan kewajiban zakat
maal (zakat harta).
193
Hadist Nabi SAW :
“Tidak ada kewajiban zakat atas harta sehingga telah berlalu satu tahun.”
(HR. Abu Daud).
Apabila harga emas saat ini adalah Rp.400.000,- per gram, maka nishab uang
simpanan adalah 85 gram x Rp.400.000,- = Rp.34.000.000,- Artinya jika
jumlah harta simpanan yang dimiliki sama dengan atau lebih dari Rp.34 Juta
selama satu tahun, maka wajib dikeluarkan zakatnya.
Cara Menghitung Zakat Uang Simpanan
Tabungan Uang Simpanan di Bank Syariah
Contoh : Pak Jamal mempunyai Deposito di Bank Syariah Mandiri dengan
setoran awal tanggal 20 Ramadhan 1432 H sebesar Rp.75.000.000,- dengan
jumlah bagi hasil Rp.3.850.000 setahun. Maka zakatnya wajib dikeluarkan
pada tanggal 19 Ramadhan 1433 H, jika deposito tersebut melebihi nishab
yaitu sebesar Rp.34.000.000,-. Dengan demikian, zakat yang harus
dikeluarkan Pak Sabar sebesar : Rp.75.000.000 (pokok) + Rp.3.850.000 (bagi
hasil) = Rp.78.850.000,-x 2,5% = Rp.1.971.250.
Catatan :
Jika bagi hasil yang ada di tabungan BSM selama ini sudah melalui
pemotongan zakat, maka zakat yang harus dikeluarkan adalah dari pokoknya
saja.
Contoh :
194
(“Bersedekahlah) bagi orang-orang fakir yang terikat pada jalan Allah, mereka
tidak dapat berusaha dibumi mencari penghidupan. Orang yang tidak tahu,
mengira mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Engkau
dapat mengetahui dengan tanda-tanda mereka, tidak meminta kepada orang
secara mendesak. Dan apa-apa yang kamu nafkahkan dari harta maka
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui” ( QS. Al Baqarah : 273)
Sabda Nabi saw., “Jika kamu telah menunaikan zakat, maka sudah
tertunaikan kewajibanmu (atas hartamu).” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud)
Sabda Nabi saw., “ Allah tidak menerima iman dan shalat, kecuali dengan
zakat.” (HR. Dailami)
Sabda Nabi saw., “Bentengilah harta kalian dengan zakat.” (HR. Abu Daud
dan Thabrani)
5. Penolak bencana
Sabda Nabi saw., “Jika kalian telah tunaikan zakat harta kalian, berarti
kalian telah singkirkan bahayanya.” (HR. Hakim dan Ibnu Khuzaimah)
195
15. Memudahkan melintasi shirath
16. Meningkatkan derajat di dalam jannah, dll.
Ada beberapa ancaman bahaya yang ditimpakan bagi orang yang enggan
menunaikan zakat, di antaranya :
196
Dalam melasanakan pembayaran zakat hendaklah juga menunaikan adab-
adabnya, di antara adab-adab yang harus ditunaikan adalah sebagai berikut :
Orang yang terbaik untuk menerima zakat dari 8 golongan ashnaf zakat yang
mesti diprioritaskan adalah :
197
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta.
kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta
kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.
(QS. Al Baqarah : 273)
1. Menyakini bahwa semua yang didapatkan tersebut dari Allah swt., dan
wajiblah bersyukur kepada-Nya.
Sabda Nabi saw., “ Barang siapa yang suka tidak berterima kasih kepada
manusia, hakikatnya ia tidak berterima kasih kepada Allah.”
Sabda lainnya. “ Siapa yang berbuat kebaikan kepada kalian, maka
balaslah kebaikan itu. Jika kalian tidak mampu maka doakanlah orang
tersebut, sehingga kalian mengetahui bahwa kalian telah dapat
membalasnya.”
3. Wajib berani menolaknya, jika mengetahui harta yang dikeluarkan itu tidak
halal
4. Tanamkan sifat rasa cukup dan mengambilnya hanya sekedar
keperluannya saja
5. Mendoakannya dengan mengucapkan “ Jazaakallaahu Khair.”
198
IBADAH PRAKTIS (HAJI & UMRAH)
Orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal ibadah haji ini yang
mereka warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan
disana-sini. Akan tetapi, bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada,
seperti thawaf, wukuf, dan melontar jumrah. Hanya saja pelaksanaannya
banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat yang sebenarnya. Untuk itu,
Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap menjalankan
apa-apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara' (syariat), sebagaimana
yang diatur dalam al-Qur'an dan sunnah rasul.
Ibadah haji ini juga didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh
nabi-nabi dalam agama Islam, terutama Nabi Ibrahim as., (nabinya agama
Tauhid). Ritual thawaf didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan
oleh umat-umat sebelum nabi Ibarahim. Ritual sa'i, yakni berlari antara bukit
Shafa dan Marwah (daerah agak tinggi di sekitar Ka'bah yang sudah menjadi
satu kesatuan Masjid Al Haram, Makkah), juga didasarkan untuk mengenang
ritual istri kedua nabi Ibrahim ketika mencari susu untuk anaknya nabi Ismail.
Sementara wukuf di Arafah adalah ritual untuk mengenang tempat
bertemunya nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi, yaitu asal mula dari
kelahiran seluruh umat manusia. Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis
ibadah haji yang ingin dilaksanakannya. Rasulullah SAW memberi kebebasan
dalam hal itu, sebagaimana hadis berikut yang artinya: Aisyah RA berkata:
Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW dalam tahun hajjatul
wada. Diantara kami ada yang berihram, untuk haji dan umrah dan ada pula
yang berihram untuk haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-tahallul
ketika telah berada di Baitullah. Sedang orang yang berihram untuk haji jika ia
mengumpulkan haji dan umrah. Maka ia tidak melakukan tahallul sampai
dengan selesai dari nahar.
Pengertian Haji secara lughat mempunyai arti menyengaja dan secara istilah
syariah berarti menyengaja mengunjungi Ka’bah untuk mengerjakan ibadah
yang meliputi thawaf, sa’i, wuquf dan ibadah-ibadah lainnya untuk memenuhi
perintah Allah SWT dan mengharap keridlaan-Nya dalam masa yang tertentu,
sebagaimana yang termaktub dalam firman-Nya :
199
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim*;
Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang
sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah**. Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari semesta alam.(QS. Ali Imran : 97)
*Ialah: tempat Nabi Ibrahim a.s. berdiri membangun Ka'bah.
**Yaitu: orang yang sanggup mendapatkan perbekalan dan alat-alat pengangkutan serta sehat jasmani
dan perjalananpun aman.
Dari Ibnu Abbas telah bersabda Nabi SAW hendaklah kamu bersegera
mengerjakan haji, maka sesungguhnya seseorang tidak akan menyadari
suatu halangan yang akan merintanginya. (HR. Ahmad)
Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim
yang mampu untuk mengerjakan. Jumhur Ulama sepakat bahwa awal
mulanya disyari’atkan ibadah haji tersebut pada tahun ke enam Hijrah, tetapi
ada juga yang mengatakan tahun ke sembilan hijrah.
Ibadah Haji hukumnya adalah wajib ‘ain bagi yang mampu memenuhi rukun
Islam ke lima. Setiap muslim/mah hanya diwajibkan mengerjakan ibadah haji
satu kali saja dalam seumur hidupnya, tetapi tidak ada larangan untuk
mengerjakan lebih dari satu kali. untuk haji sunnah, yang dikerjakan pada
kesempatan selanjutnya,
Dalil wajibnya haji adalah firman Allah swt., yang menyatakan sebagai
berikut :
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi)
orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah*. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali Imran : 97)
*Yaitu: orang yang sanggup mendapatkan perbekalan dan alat-alat pengangkutan serta sehat jasmani
dan perjalananpun aman.
Nabi bersabda di dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh imam Ahmad yang
mafhumnya sebagai berikut :
“Dari ibnu Abbas, telah berkata Nabi SAW : Hendaklah kamu bersegera
mengerjakan haji, maka sesungguhnya seseorang tidak akan menyadari,
sesuatu halangan yang akan merintanginya”. (H.R. Ahmad)
200
Syarat wajibnya haji (Criteria Orang Yang Wajib Haji) itu ada 7 perkara,
menurut sebagian keterangan, yaitu :
Rukun Haji
i. Sa’i yaitu lari-lari kecil antara shafa dan marwah di mulai dari bukit shafa
dan di sudahi di bukit marwah,dilakukan sebanyak 7 kali.
Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syi’ar Allah, aku
(Nabi) mulai dengan apa yang dimulai dengan Allah. (Al-Hadits)
6. Tertib yaitu berurutan ( maksudnya antara rukun yang satu dengan yang
lainnya dikerjakan secara berurutan ).
Wajib Haji
Yaitu sesuatu yang perlu dikerjakan, tapi sahnya haji tidak tergantung
atasnya, karena boleh diganti dengan dam (denda) yaitu menyembelih
201
binatang. Berikut berapa hal yang termasuk wajib haji yang mesti dikerjakan,
yaitu :
1. Ihram dari Miqat, yaitu memakai pakaian Ihram (tidak berjahit), dimulai dari
tempat-tempat yang sudah ditentukan, terus menerus sampai selesainya
ibadah haji.
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang ditentukan” (QS. Al
Baqarah: 197)
Sunnah-sunnah Haji
لبْيك الّلهّم لبْيك لبْيك الشريك لك لبْيك إَن الحمد والّنعمة لك والملك الشريك لك
Macam-macam haji yang dimksud di sini ialah dilihat dari segi cara
pelaksanaannya. Haji dibagi kepada tiga macam; haji ifrad, tamattu, dan haji
qiran. Pembagian ini didasarkan kepada hadis Nabi saw sebagai berikut :
عن عاءشة ٔانها قالت َخ َر ْج نَا مع رسول هللا صلي هللا عليه وسلم َح َّج ًة اْلَو َداع َفِم َّن َاَم ْن َٔاَه َّل ِبُع ْم َر ِة
ّل..العمرة فح..ّل ب..ومّنامن ٔاهّل بحّج وعمرة ومّنا من ٔاهّل بالحّج ؤاهّل رسول هللا بالحّج فٔاّم ا من ٔاه
202
د..ر (رواه ٔاحم..وم الّنح..ان ي..ّل حّتي ك..رة فلم يح..ع بين الحّج والعم..بقدومه ؤاّم امن ٔاهّل بحّج وجم
)والبخاري ومسلم
Dari ‘Aisyahra. Berkata: “Kami berangkat untuk haji bersama Rasulullah SAW
dalam haji wada’; di antara kami ada yang melakukan ihram untuk umrah,
dan ada pula yang melakukan ihram untuk haji dan umrah, dan ada pula yang
ihram untuk haji saja. Sedang Rasul SAW ihram untuk haji. Orang yang
melakukan ihram untuk umrah tahallul ketika tiba di Baitullah, sedang yang
ihram untuk haji atau untuk haji bersama umrah tidak melakukan tahallul
sampai selesai pada hari Nahar.”( HR Ahmad,al-Bukhori dan Muslim).
1. Haji Ifrad
Ifrad dalam bahasa Arab berarti menyendirikan. Disebut haji ifrad karena
seseorang melakukan haji dan umrah secara sendiri- sendiri atau satu
persatu, tidak melakukan keduanya sekaligus. Haji ifrad dapat dilakukan
dengan cara menyendirikan haji atau umrah, dan dalam hal ini yang
didahulukan adalah melakukan ibadah haji.
2. Haji Tamattu’
Secara bahasa tamattu’ berarti bersenang-senang. Dalam konteks haji
tamattu’ diartikan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan haji, yaitu yang
dimulai dengan melakukan umrah di bulan-bulan haji dan setelah itu
melakukan ibadah haji di tahun ketika ia melakukan umrah tersebut.
Dinamakan haji tamattu’ karena melakukan dua ibadah (haji dan umrah)
di bulan-bulan haji dalam tahun yang sama tanpa kembali ke negeri
asalnya lebih dahulu.
3. Haji Qiran
Qiran dalam bahasa Arab diartikan dengan menyertakan atau
menggabungkan. Dalam konteks haji, qiran diartikan sebgai ibadah haji
dan umrah yang niatnya digabungkan ketika ihram dengan lafal labbaika
bi hajj wa’umrah (Aku datang memenuhi panggilan-Mu dengan niat haji
dan umrah). Sejak ihram dari miqat ia tetap dalam keadaan berpakaian
ihram sampai seluruh kewajiban haji dan umrah selesai ditunaikan atau
sampai tahallul dengan mencukur atau memotong rambut kepala setelah
melontar jumrah’aqabah.
Niatnya :
203
رة..ك عم..ول لّبي..رة يق..الحّج ِو لعم..لم يلّبي ب..ه وس..لي هللا علي..بي ص..ك ٔان الن..عن ٔانس بن مال
)وحّجة (رواه البخاري ومسلم
Dari Anas ra., berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW ihram dengan
haji dan umrah dan dia berkata:”Aku datang memenuhi panggilan-Mu
dengan niat haji dan umrah.”( HR Bukhari dan Muslim).
لبْيك الّلهّم لبْيك لبْيك الشريك لك لبْيك إَن الحمد والّنعمة لك والملك الشريك لك
Di Arafah
Di Mina
Kembali ke Mekkah
1. Thawaf Ifadah
2. Thawaf Wada
3. Selesai melakukan thawaf wada bagi jama’ah gelombang pertama,
berangkat ke Jeddah untuk kembali ke tanah air.
205
Ibadah haji merupakan muktamar akbar umat islam sedunia, yang
peserta-pesertanya berdatangan dari seluruh penjuru dunia dan Ka’bahlah
yang menjadi symbol kesatuan dan persatuan.
Memperkuat fisik dan mental, kerena ibadah haji maupun umrah
merupakan ibadah yang berat memerlukan persiapan fisik yang kuat,
biaya besar dan memerlukan kesabaran serta ketabahan dalam
menghadapi segala godaan dan rintangan.
Menumbuhkan semangat berkorban, karena ibadah haji maupun umrah,
banyak meminta pengorbanan baik harta, benda, jiwa besar dan pemurah,
tenaga serta waktu untuk melakukannya.
Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membina
persatuan dan kesatuan umat Islam sedunia.
a. Rukun Umrah
1. Ihram
2. Thawaf
3. Sa’i
4. Tahallul
5. Tertib
perbedaan antara haji dan umrah adalah jika umrah dapat dikerjakan
sepanjang tahun, sedangkan ibadah haji hanya boleh dilakukan dalam waktu
yang telah di tentukan, yaitu mulai tanggal 08 sampai 13 Dzulhjjah.
Jika di perhatikan keterangan di atas, maka ihram ada 2 macam, yaitu ihram
untuk umrah dan haji. Ihram untuk umrah di mulai miqat kemudian di
teruskan dengan tawaf, sa’i, dan tahallul. Sedang ihram untuk haji dikerjakan
ketika berangkat ke padang arafah pada tanggal 8 Djulhijjah.
Umat islam adalah bagian terbesar bangsa Indonesia. Setiap tahun ratusan
ribu orang melaksanakan ibadah haji & umrah ke tanah
suci. Penyelenggaraan dan pengaturan ibadah haji umat Islam Indonesia
merupakan tugas pemerintah yang pada dasarnya bertujuan supaya berjalan
lancar, tertib, aman dan sempurna ibadahnya.
206
yang bertuang dalam GHBN yang pada dasarnya berisi kehendak nasional
dalam melanjutkan usaha-usaha peningkatan pelayanan sesuai dengan
kemampuan masyarakat atas dasar itu pemerintah mengatur mulai dari
proses pemberangkatan, dalam perjalanan selama menunaikan ibadah haji
sampai kembali ke tanah air.
207
AKHLAK
A. Pengertian Akhlak
Dari beberapa definisi tersebut dapat kita fahami bahwa akhlak merupakan
suatu perlakuan yang tetap sifatnya di dalam jiwa seseorang yang tidak
memerlukan daya pemikiran di dalam melakukan sesuatu tindakan. Akhlak
dapat disebut juga sebagai tingkah laku atau sikap seseorang yang
dimanisfestasikan kedalam perbuatan.
Sikap seseorang mungkin saja tidak digambarkan dalam perbuatan atau tidak
tercermin dalam perilakunya sehari-hari, dengan perkataan lain adanya
kontradiksi antara sikap dan tingkah laku. Oleh karena itu meskipun secara
teoritis hal itu terjadi tetapi dipandang dari sudut ajaran Islam itu tidak boleh
terjadi atau kalaupun itu terjadi menurut ajaran Islam itu termasuk iman yang
rendah. Kehidupan muslim yang baik adalah yang dapat menyepurnakan
akhlaknya sesuai dengan akhlak yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw
(akhlakul karimah).
Nabi Muhammad saw adalah seorang Rasul Allah yang terakhir, beliau diutus
untuk menyempurnakan akhlak manusia yang sebelumnya sangat rusak dan
bodoh (jahiliyah), sebagaimana sabdanya :
208
Allah sendiri menyatakan dalam Al Qur’an, bahwa beliau adalah orang yang
memiliki akhlak yang mulia dan agung yang perlu dicontoh oleh manusia,
dengan ungkapan “uswatun hasanah”, (teladan paling baik) bagi manusia.
Sebagaimana dalam firman-Nya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab ; 21).
Kenapa Rasulullah harus dicontoh dan diikuti? Karena di dalam diri beliau
terdapat akhlak yang mulia, sehingga tidak ada satu akhlak-pun yang buruk,
baik dimasa kanak-kanak yang sering mendapatkan jululkan “al amiin, as-
shiddiq, dsb,” dan tidak nampak akhlak yang buruk padanya. Berikut ini
beberapa akhlak yang mulia dalam diri Rasulullah saw:
Allah SWT adalah Dzat yang selalu menyertai kita dimanapun kita berada, di
rumah, dalam perjalanan, ketika terjaga & juga tidur, ketika hidup maupun
setelah meninggal; Allah swt., selalu mengawasi gerak gerik kita,
mendengarkan bisikan & permohonan kita. Untuk lebih mengenal Allah SWT,
209
sehingga tidak ada yg kita cintai selain Allah, tidak ada yg kita takuti selain
Allah, tidak ada yg kita mintai kecuali Allah & tidak ada yang kita maksud
(tuju) kecuali Allah maka perlunya kita mengetahuh akhlak & adab-adab kita
kepada Allah kemudian mengamalkan & menjaganya setiap hari pada setiap
saat dan keadaan, diantaranya :
2. Meluruskan tujuan & bersandar hanya kepada Allah dalam setiap amalan
10. Tidak condong & terlalu percaya kepada usaha-usaha keduniaan semata-
mata hanya karena yakin & percaya kepada jaminan Allah dalam masalah
rezekinya
11. Selalu menghadirkan perasaan takutk arena belum bisa menunaikan hak-
hak Allah secara sempurna
Dalam beramal, akhlak & adab atau tertib beramal tidak kalah pentingnya
untuk diperhatikan, karena amalan yang baik kalau tidak dikerjakan dengan
akhlak & adab / tertib yang betul, maka amalan tersebut akan rusak & tidak
ada faedahnya. Karenanya catatan di atas mengajak kepada kita semua
untuk menjaga adab / tertib dalam beramal sehingga apa yang telah Allah
berikan kepada orang-orang terdahulu akan Allah berikan juga kepada kita
semua. Bersikap baik terhadap Allah swt adalah suatu kewajiban, karena
manusia sebagai hamba yang diciptakan, dipelihara dan diberi rizki oleh Allah,
maka sudah sewajarnyalah berakhlak yang baik kepada-Nya.
210
III. Akhlak Yang Berhubungan Dengan Manusia
Dengan guru : Maksud dari sebuah hadith Nabi saw: "Muliakanlah orang
yang kamu belajar daripadanya." Setiap murid dikehendaki memuliakan
dan menghormati gurunya kerana peranan guru mengajarkan sesuatu ilmu
yang merupakan perkara penting di mana dengan ilmu tersebut manusia
dapat menduduki tempat yang mulia dan terhormat dan dapat mengatasi
berbagai kesulitan hidup sama ada kehidupan di dunia ataupun di akhirat.
Dengan tetangga : Umat Islam dituntut supaya berbuat baik terhadap
jiran tetangga. Contohnya tidak menyusahkan atau mengganggu mereka
seperti membunyikan radio kuat-kuat, tidak membuang sampah di muka
rumah jiran, tidak menyakiti hati mereka dengan perkataan-perkataan
kasar atau tidak sopan dan sebagainya. Malah berbuat baik terhadap jiran
tetangga dalam pengertiannya itu dapat memberikan sesuatu pemberian
kepada mereka sama ada sokongan moral atau material.
Hubungan suami-isteri : Firman Allah swt yang bermaksud : "Dan
gaulilah olehmu isteri-isteri itu dengan baik."
Dengan anak-anak : Islam menetapkan peraturan terhadap anak-anak,
yaitu dengan memeliharanya dengan penuh kasih sayang tanpa
membedakan satu dengan lainnya baik itu anak laki-laki ataupun wanita
dengan tidak berprilaku seperti orang-orang kafir sebagaiman yang Allah
swt., firmankan dalam., :
211
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat
marah.Dia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan
buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah Dia akan
memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan
menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. ketahuilah, Alangkah
buruknya apa yang mereka tetapkan itu.(QS. An Nahl : 58-59)
212
c. Adil (An-Nisaa ayat 58)
d. Pemurah (Ali-Imran ayat 92)
e. Penyantun (Ali-Imran ayat 133-134)
f. Pemaaf (Ali-Imran ayat 159)
g. Menepati janji (Al-Isra ayat 34)
h. Musyawarah (Ali-Imran ayat 159 dan Asy-syura ayat 38)
i. Wasiat didalam kebenaran (Al-ashr ayat 1-3)
213
Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".(QS. Yunus : 101)
Doa adalah induknya ibadah, kekuatan doa akan membawa manusia kepada
kesuksesan dunia dan akhirat. Kadang-kadang kita seperti orang sombong
yang seolah-olah bisa menyelesaikan suatu masalah dengan kemampuan
sendiri, padahal apapun aktifitas dan kemapuan manusia pasti ada campur
tangan Allah. Termasuk juga shalat, maka ketika sang muadzin
mengumandangkan suara adzan, dari takbir Allahu Akbar sampai Asyhadu
anna Muhammadar-Rosulullah, diperintahkan untuk menjawab dengan
kalimat yang sama, namun ketika kalimat Hayya ‘alas-shalah dan Hayya ‘alal
214
falah, maka disunnahkan menjawabnya dengan kalimat Laa hawla walaa
quwwata illaa billah (tiada daya dan upaya kecuali dari Allah). Ini menandakan
manusia adalah makhluk yang lemah, dan seseorang yang bisa
melaksanakan shalat bukan karena kesehatannya, kekuatannya, bahkan
ilmunya, tetapi karena rahmat dan hidayah dari Allah swt,.
Seperti yang sudah disebutkan, antara dzikir dan doa sangat erat kaitannya,
bahkan sering diidentikkan. Setiap muslim yang berdoa kepada Allah Swt.,
misalnya meminta barakah dan keselamatan di dunia dan akhirat, maka
secara otomatis muslim tersebut telah berdzikir kepada Allah swt,. Oleh
karena itu, sebagian ulama ada yang mengatakan doa adalah dzikir karena
identiknya.
Meskipun demikian, baik secara lughah (bahasa) dan istilah, tentu saja
pengertian dzikir dan doa berbeda, meskipun keduanya identik dan sama-
sama amal baik. Berikut ini penjelasan mengenai pengertian dari dzikir dan
doa menurut para ulama.
Pengertian Dzikir
Fadhilah Dzikir
215
1. Orang yang lidahnya senantiasa sibuk dengan dzikrullah akan memasuki
surga sambil tersenyum
2. Dzikrullah adalah amalan yang dapat meninggikan derajat ke peringkat
paling tinggi dan lebih mulia disisi Allah swt daripada menafkahkan emas
dan perak dijalan Allah swt dan lebih utama daripada menghadapi musuh
di tengah-tengah medan jihad.
3. Dzikrullah lebih utama 700.000 X daripada membelanjakan sesuatu pada
jalan Allah swt.
4. Barangsiapa berdzikir sebanyak-banyaknya maka akan selamat dari
kemunafikan dan akan mengecap nikmat-nikmat surga dengan sepuas-
puasnya.
5. Jamaah yang duduk sambil berdzikir akan diberikan sakinah, dicucuri
rahmat, dikelilingi oleh malaikat dan mereka disebut-sebut oleh Allah swt
dihadapan majlis para malaikat.
6. Orang yang berkumpul berdzikrullah untuk mendapatkan ridha Allah swt.,
maka malaikat akan berseru dari langit bahwa dosa-dosa mu telah
diampunkan dan kejahatan-kejahatanmu telah digantikan dengan
kebaikan.
7. Orang yang datang berkumpul di suatu tempat lalu mencintai Allah swt
dengan berdzikrullah, akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan muka
cemerlang menyilaukan mata dan mereka berada di mimbar-mimbar
mutiara sementara orang banyak memcemburui dan beriri hati, sedangkan
mereka bukan nabi atau syahid
8. Jika seseorang tidak berani untuk beramal di malam hari, tidak dapat
membelanjakan hartanya di jalan Allah swt dan tidak dapat berjuang di
jalan Allah karena takut, maka hendaklah berdzikir sebanyak-banyaknya
9. Barangsiapa yang mengingat Allah swt sebanyak-banyaknya di tengah-
tengah jalan, di rumah dan ketika berada di keramaian atau
diperkampungan, maka ia akan mempunyai pembela-pembela yang
banyak sekali dihari hisab.
10. Dzikir di dalam hati yang tidak terdengar oleh malaikat sekalipun adalah 70
X lebih utama dari pada dzikir jihri (terdengar jelas).
11. Barangsiapa mengingat kepada Allah swt dalam kesenangan, maka Allah
swt akan ingat kepadanya ketika dia dalam kesusahan / kesempitan.
12. Barangsiapa mengerjakan shalat dan duduk di tempat shalatnya tanpa
berbicara apa-apa lalu membaca :
الاله اّالاهلل وحده الشريك له له الملك وله الحمد يحي ويميت وهوعلى كّل شئ قدير
216
17. Kelebihan& Keutamaan : :
18. 100 X bertasbih pada pagi dan petang hari adalah tanda sayang / cinta
pada Allah swt
19. 100 X bershalawat pada pagi dan petang hari adalah tanda sayang / cinta
pada Rasulullah saw dan banyak bershalawat akan mendapatkan lidah
hikmah serta tidak akan haus dan lapar di hari kiamat.
20. 100 X beristighfar pada pagi dan petang hari sebagai tanda kasih sayang
pada diri kita dan merasa banyak dosa.
21. Majlis dzikrullah adalah sumber kekuatan agama yang akan bersinar,
kekusutan dan keraguan hatinya akan lenyap sehingga hatinya akan kuat.
22. Dzikir yang termulia adalah Laailaahaillallaah dan do`a yang terbaik
adalah Alhamdulillah.
23. Orang yang mengucapkan kalimah Laailaahaillallaah dengan hati yang
ikhlash adalah orang yang akan mencapai kebahagiaan dan keuntungan
akhirat.
24. Sebaik-baiknya dzikir ialah dzikir khafi dan sebaik-baik rizki ialah yang
mencukupi ( tidak kurang sampai membukakan pintu kepapaan dan tidak
lebih yang akan bisa mendatangkan takabur dan melemparnya dalam
kejahatan).
25. Barangsiapa membaca laa ilaaha illallaah pada waktu malam dan siang
hari niscaya segala dosa dari perbuatannya akan terhapus dan digantikan
dengan kebaikan.
26. Bacalah 10 X
الاله اّالاهلل وحده الشريك له له الملك وله الحمد يحي ويميت وهوعلى كل شئ قدير
27. Takutlah kepada Allah swt jika kamu terlanjur melakukan suatu keburukan,
hendaklah mengerjakan kebaikan sebagai kifarahnya agar keburukan itu
dapat dihapuskan. Bacaan laa ilaaha illallaah adalah suatu kebaikan yang
afdhal.
28. Jika 7 lapis langit dan 7 lapis bumi ditimbang dengan kalimat laa ilaaha
illallaah, maka timbangan kalimat itu akan lebih berat.
29. Yang akan mencapai kebahagiaan dan leuntungan melalui syafaatku ialah
orang yang mengucapkan kalimah laa ilaaha illallaah.
30. Barangsiapa yang mengucapkan kalimah laa ilaaha illallaah dengan ikhlas
maka akan dimasukkan ke alam surga (ikhlas yang mencegah dari
melakukan perbuatan-perbuatan yang haram dan yakin pada kalimat itu).
31. Barangsiapa yang mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah tanpa campur
aduk, maka wajiblah surga baginya (campur aduk = mencintai dunia dan
217
berusaha dengan sungguh hati untuk mendapatkannya/orang yang
berbicara seperti orang `alim tapi berbuat seperti orang dzalim dan
sombong ).
32. Tiada seorang hamba yang mengucapkan laa ilaaha illallaah melainkan
dibukakan baginya pintu-pintu langit sehingga kalimat itu terus menuju
arasy, kecuali orang yang terlibat dalam dosa besar.
33. Kalimat laa ilaaha illallaah mempunyai tempat disamping arasy yang tak
terhingga luasnya dan Allahu akbar adalah cahaya yang mengisi seluruh
bumi dan langit.
34. Kalimah laa ilaaha illallaah adalah anak kunci surga.
35. Ahli laa ilaaha illallaah tidak akan berduka cita di dalam kubur dan padang
mahsyar.
36. ada sebuah tiang nur dihadapan arasy Illahi, manakala seorang hamba
mengucapkan laa ilaaha illallaah maka tiang itu bergoyang-goyang,
kamudian Allah swt., menyuruh tiang itu berhenti tapi tiang itu berkata,
bagaimana aku akan berhenti sedangkan yang mengucapkan kalimat itu
belum lagi diampunkan, maka Allah swt berfirman : “sesungguhnya Aku
telah mengampuninya.”, lalu tiang itupun berhenti.
37. Barangsiapa mengucapkan laai laaha illallaah 100 kali, maka dia akan
dibangkitkan oleh Allah swt didalam keadaan yang mukanya bercahaya
seperti bulan purnama.
Adab berdzikir :
Manfaat Dzikir :
Hati gelisah
Maksiat merajalela.
Dianggap sebagai orang yang mat
218
“ Dan bersabarlah Engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru
Tuhanya pada pagi dan senja hari dengan mengharapkan keridaan-Nya; dan
janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan
perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang
hatinya Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta mengikuti keinginannya dan
keadaannya sudah melewati batas.”(QS. Al Kahfi : 28)
Dzikir qalbi adalah dzikir yang dilakukan untuk mengingat Allah Swt.
dengan hati. Sebagaimana kita tahu, hati manusia sangat mudah sekali
berubah. Baru saja senang, tak lama kemudian sedih. Tadi terharu,
sekarang tiba-tiba kecewa, bahkan tanpa alasan yang jelas. Begitulah hati
manusia yang rapuh dan labil. Alangkah mulianya Rasulullah saw. yang
menganjurkan umat Islam untuk selalu berdoa untuk menjaga keimanan
dan stabilitas hatinya supaya senantiasa tenang, ikhtiar, dan tawakal.
Adapun doanya adalah, “Wahai yang membolak-balikkan hati (Allah Swt.),
tetapkanlah hati kami dalam agama-Mu”
Dzikir lisani adalah dzikir yang dilakukan untuk mengingat Allah Swt.
dengan lisan. Sebagimana tadi sudah dijelaskan bahwa dzikir adalah
bagian dari iman. Sementara iman adalah membenarkan dengan hati,
mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan.
Maka, setantiasa menjaga lisan dan ucapan, menyaringkan dzikir setelah
salat, dan amal baik lainnya melalui lisan bisa dikategirikan dzikir lisani
Pengertian Doa
Secara bahasa, doa adalah permintaan atau permohonan. Dalam ilmu ushul
fiqih, paling tidak, ada 3 jenis permintaan yang ditinjau dari hubungan
berbeda, sehingga istilahnya pun berbeda, yaitu sebagai berikut :
Permintaan dari hamba kepada hamba yang lain, istilahnya adalah iltimas.
Dari penjelasan singkat di atas, kita bisa mendapatkan gambaran bahwa doa
adalah permintaan atau permohonan dari seorang hamba kepada Tuhannya.
Tentu caranya pun khusus dan istimewa supaya doanya dikabulkan.
219
Berdoa dengan sepenuh hati banyak sekali dijelaskan dalam ayat-ayat Al-
Quran. Di sana dijelaskan bahwa timbulnya rasa sepenuh hati ketika berdoa
hanya bisa terwujud jika berdoa disertai keikhlasan. Sebagaimana firman
Allah Swt. dalam Al Qur-an :
“ Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah hati dan dengan suara yang
lembut, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampui batas.”
(QS. Al A`raaf : 55)
Doa yang disertai keikhlasan adalah kebiasaan yang dilakukan oleh orang
yang shaleh. Mengapa berdoa harus dengan sepenuh hati? Sebab dengan
sikap itu akan memantapkan jiwa umat Islam, menjaga lisan, dan selalu
menghiasinya dengan untaian doa, baik ketika senang maupun sedih, ketika
bahagia maupun menderita, ketika lapang maupun dalam keadaan sempit,
ketika mudah maupun kesulitan.
Tak hanya berdoa sepenuh hati dan ikhlas, Al-Quran pun menjelaskan orang-
orang yang taat beribadah selalu taqarub (mendekatkan diri) dengan cara
terus-menerus memanjatkan doa. Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa
dikabulkannya doa dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut :
Ibadah sangat luas ruang lingkupnya, doa pun termasuk ibadah. Ibadah yang
dimaksud di sini, jika diibaratkan seperti tiang masjid, pilar bangunan, bagian
yang berfungsi untuk memperkuat bagian yang lain. Dikatakan demikian,
sebab doa adalah bentuk lain dari pengakuan seorang hamba kepada
Tuhannya disertai kebersihan jiwanya agar terhindar dari musibah dan
diselamatkan di dunia dan akhirat.
Lain halnya dengan orang yang tebal imannya. Mereka punya perisai untuk
melindungi dirinya sekaligus pedang sebagai atau tombak sebagai senjat
untuk menyerang balik musuhnya. Mengapa demikian ? karena orang yang
kuat imannya mempunyai dzikir dan doa.
Ikhtiar disertai dzikir dan doa, kemudian menyerahkan hasil akhirnya kepada
Allah swt., (tawakkal) bagi orang yang kuat imannya merupakan solusi bagi
220
semua permasalahannya sehingga terasa ringan, walaupun kenyataannya
berat dan sulit.
Sikap tawakal tersebut kini semakin jarang. Sekarang, semakin banyak orang
yang menganggap dzkir dan doa hanyalah omong kosong, sehingga sudah
menjadi barang langka. Padahal, bukankah Allah Swt. telah berfirman dalam
Al Qur-an :
“ Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari menyembah-Ku* akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina
dina".(QS. Al Mu`min : 60)
* Yang dimaksud dengan menyembah-Ku di sini ialah berdoa kepada-Ku.
TEKNIS PELAKSANAAN
Materi kegiatan
221
a. Orientasi Masjid dan Lingkungan (OML) : Diawali dengan bayan hidyah
(pembekalan OML), sesampainya di lokasi OML, maka dilaksanakan
musyawarah program, diteruskan dengan program Ta’lim Fadilah A’mal
(seluruh fadhilah), Halakah (tahsin) Qur’an (10 surat pendek, An-Naas –
Al-Fiil), dan Mudzakarah 6 sifat Sahabat, waktu yang ditempuh selama 2,5
jam. Dilanjutkan dengan Shalat dzuhur berjamaah dan Ta’lim fadhilah
shalat (5-10 menit), selepas shalat ba’diyah Mudzakarah (materi sesuai
musyawarah), Makan dan istirahat, Shalat Ashar berjamaah dilanjutkan
dengan ta’lim fadhilah dzikir dan tablig (5-10 menit), Dzikir petang (10
menit), Mudzakarah (materi sesuai musyawarah), Silaturrahim dengan
masyarakat sekitar Masjid, Shalat Maghrib berjamaah, dilanjutkan dengan
Bayan (taushiyah) sampai Isya, Setelah shalat Isya berjamaah, makan
malam, menjelang tidur Mudzakarah adab tidur/lainnya dan targhib
pentingnya shalat Tahajjud, lalu istirahat, Bangun di sepertiga malam akhir
untuk Tahajjud, dzikir dan do’a, Setelah shalat subuh berjamaah
mendengarkan Bayan subuh (30 menit), dilanjutkan dengan dzikir pagi
dan musyawarah program, demikian seterusnya sampai hari terakhir.
Ditutup dengan bayan wabsyi (nasehat pembekalan pulang dan doa.
b. Ta’lim Masturot (TM) : Mahasiswi dan pembimbingnya berkumpul di satu
tempat (tertutup/berhijab), tidak boleh ada satu laki-lakipun di dalamnya, di
awali dengan bayan hidayah (pembekalan TM), diberikan mudzkakarah
adab-adab majlis (15 menit), Ta’lim Fadilah A’mal (seluruh fadhilah),
Halakah (tahsin) Qur’an (10 surat pendek, An-Naas – Al-Fiil), dan
Mudzakarah 6 sifat Sahabat, waktu yang ditempuh selama 2,5 jam. Shalat
dzuhur di awal waktu, dilanjutkan dengan Mudzakarah adab sehari-hari
(materi sesuai musyawarah), setelah makan siang dilanjutkan dengan
mudzakarah, kemudian Bayan Masturot/Tausiyah tentang peranan wanita
shalihah oleh seorang ustadz (laki-laki) yang ditunjuk dari balik hijab,
ditutup dengan do’a. Selepas shalat ashar di awal waktu, TM ditutup
(selesai).
Biaya OML / TM
Biaya kegiatan OML maupun TM, seperti transport, makan, dll, ditanggung
oleh mahasiswa masing-masing, kecuali apabila pihak lembaga (cabang)
telah meng-anggarkan sebelumnya sebagai bagian dari biaya kuliah, maka
biaya wajib dikeluarkan oleh lembaga. Apabila belum, maka dianjurkan
kepada pihak lembaga untuk berinfak guna membantu kekurangan dana
kegiatan dimaksud (secara suka rela), dengan cara diajukan oleh pihak
penyelenggara melalui kordinator pendidikan agama kepada pihak kampus
tersebut.
Adapun bagi pembimbing (Dosen) diberikan penggantian uang transport dan
biaya makan selama kegiatan tersebut berlangsung, sesuai kebijaksanaan
cabang, dan honor mengajar dihitung sebanyak 3 (dua) kali pertemuan .
222
JADWAL KEGIATAN TA’LIM MUSLIMAH POLTEK LP3I KRAMAT RAYA
Hari / Tanggal Waktu Materi Keterangan
Gelombang I 09.00 – Bayan Hidayah/Petunjuk Jamaah digabung
09.30 Ta’lim Kitabi: Jamaah dibagi 3
09.30 – 1. Fadhilah Al Qur’an dan kelompok
11.30 Halaqah (masing-masing
10 Surat (An-Naas – Al Fiil) kelompok di pimpin oleh
2. Fadhilah Shalat salah satu ustadzah
3. Fadhilah Dzikir yang ditunjuk)
4. Fadhilah Tabligh
5. Kisah Sahabat dan
Sahabiyah
6. Mudzakarah 6 sifat sahabat Targhibiyah dan Taqrar
11.30 – Coffee Break dan Shalat Jamaah satu kelompok
12.30 Dzuhur Tho’am/ Makan siang Jamaah satu kelompok
12.30 – Mudzakarah: Sesuai kelompok
13.00 1. Adab istinja, masing-masing
13.00 – 2. Adab mandi
15.00 3. Adab Wudhu
4. Adab Rumah Tangga
Persiapan dan Shalat Ashar
Coffee Break Jamaah satu kelompok
Mudzakarah: Sesuai kelompok
223
15.00 – 1. Adab makan/minum masing-masing
15.30 2. Adab tidur
15.30 – 3. Adab berpakaian muslimah
15.45
15.45 –
17.00
Gelombang II 09.00 – Ta’lim Kitabi: Sesuai kelompok
11.30 1. Fadhilah Al Qur’an dan masing-masing
Halaqah
10 Surat (di hafal)
2. Fadhilah Shalat
3. Fadhilah Dzikir
4. Fadhilah Tabligh
5. Kisah Sahabat dan Taqrar 2-3 orang
Sahabiyah Jamaah satu kelompok
11.30 – 6. Mudzakarah 6 sifat sahabat Jamaah satu kelompok
12.00 Coffee Break dan Shalat Sesuai kelompok
12.00 – Dzuhur masing-masing
13.00 Tho’am/makan siang
13.00 – Mudzakarah: Jamaah satu kelompok
14.00 1. Pentingnya Shalat awal
waktu
2. Adab mendidik anak Islami
14.00 – Bayan /Taushiyah dan doa
15.00
Hari I / Jum’at .
Hari II / Sabtu
Hari III / Ahad : Kegiatannya sama seperti pada kegiatan Hari Sabtu
I. Kalam Dakwah
Segala yang nampak ataupun yang tidak nampak berasal dari khazanah
Allah. Untuk kejayaan, kebahagiaan, kemuliaan, dan keselamatan umat
manusia Allah telah menghantarkan Agama Islam yang sempurna. Agama
adalah seluruh perintah Allah ikut sunnah Rasulullah saw. Ketiadaan dan
kekurangan dalam amal agama akan menyebabkan kerugian, penderitaan,
kegagalan, dan kehinaan baik di dunia maupun di akhirat yang kekal abadi
selama-lamanya.
Agama penting namun usaha atas agama jauh lebih penting. Agama lebih
penting dari tanah, air, api, dan udara. Bagaimana agama dapat wujud dalam
diri kita dan seluruh umat serta dapat tersebar ke seluruh alam sampai hari
kiamat? Jawabnya : Hanya ada satu cara, yaitu dengan usaha dan cara
225
Rasulullah saw, tidak dapat dengan cara lain. Sebagaimana kita melihat
hanya dengan mata, mendengar dengan telinga, berbicara dengan mulut,
berjalan dengan kaki, dan sebagainya.
Rasulullah saw adalah penutup para Nabi. Allah SWT tidak akan menurunkan
Nabi lagi, tetapi tugas kenabian harus tetap berlanjut sampai hari kiamat.
Siapakah yang akan meneruskan Usaha Kenabian? Maka Allah telah memilih
dan menerima umat ini bertanggungjawab untuk meneruskan Usaha
Kenabian.
Apakah Usaha Rasulullah saw itu? Usaha Rasulullah saw adalah kumpulan
dari beberapa usaha amal, yaitu :
Sebagai contoh usaha pertanian ialah kumpulan dari beberapa hal yaitu harus
ada sawah, air, benih, alat, dan petani. Apabila salah satu unsurtadi tidak ada
maka usaha pertanian tidak dapat berjalan. Demikian juga dengan Usaha
Rasulullah saw, apabila salah satu amalan tidak dapat dihidupkan maka
Usaha Rasulullah tidak dapat berjalan.
Musyawarah Harian
Luangkan Waktu 2,5 jam Untuk Silaturrahmi
Hidupkan Amalan Ta`lim di Masjid dan Ta`lim di Rumah
Jaulah di masjid sendiri dan jaulah di masjid tetangga
Infaqkan Waktu Selam 3 Hari Setiap Bulan Untuk Hidupkan Suasana
Agama di Masjid Kampung Terdekat dengan Kampung Kita
Agar Usaha dan amalan tersebut dapat terwujud harus dijalankan dengan 6
sifat dalam diri kita, yaitu :
Jemaah adalah berkumpulnya ahlul haq dalam suatu tempat yang memiliki
syarat-syarat tertentu yaitu :
226
2. Maksud dan tujuan yang sama
3. Semangat dan gerak yang sama
4. Pembicaraan yang sama dalam perkara yang sama
5. Kefahaman agama yang sama atas perkara yang sama
6. Satu hati dan kasih sayang
Apabila Usaha, Amalan, Sifat, dan Syarat-Syarat tersebut dapat wujud pada
diri seseorang, satu jemaah, rumah, tempat usaha, masjid dan
kampungselama 24 jam, maka :
1. Allah akan jadikan asbab turunnya hidayah bagi semua umat di seluruh
alam sampai hari kiamat.
2. Allah akan menjaga rumah, tempat usaha, masjid, dan kampung kita
sebagaimana Allah menjaga baitullah dari serangan tentara Abrahah.
3. Allah menjaga keluarga dan keturunan kita sebagaimana Allah menjaga
keturunan Nabi Ibrahim
4. Allah akan memberikan keberkahan rizki dan rizki yang tidak disangka-
sangka
5. Allah akan tegakkan yang haq dan hancurkan yang bathil
6. Allah akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang adil.
7. Allah akan jaga diri kita dari fitnah dunia dan fitnah dajjal.
Agama penting namun usaha atas agama jauh lebih penting. Bagaimana
menjadikan agama dan usaha atas agama menjadi maksud dan tujuan hidup
kita. Pentingnya usaha dan cara tersebut di atas, maka setiap orang apapun
profesinya dan strata sosialnya perlu untuk mempelajarinya.
Kepahaman dalam usaha dakwah yaitu bagaimana maksud hidup kita untuk
usaha dakwah. Usaha untuk menjadikan :
Untuk tahap awal. Usaha dan cara tersebut dengan meluangkan waktu :
Ushul dakwah adalah tertib yang dipakai jamaah dalam da`wah sewaktu
keluar fisabilillah maupun amal maqomi
227
Empat Yang Diperbanyak
:
1. Dakwah illallah
2. Ta'lim wa'talum
3. Dzikir Ibadah
4. Khidmat
228
sempurna karena mereka memiliki sifat-sifat dasar yang terkandung dalam
enam sifat sahabat yang meliputi,
Arti dari kalimat tersebut adalah, “ Tidak ada yang berhak disembah selain
Allah Swt., dan Baginda Muhammad saw., adalah utusan Allah swt,.
Fadhilahnya :
1. Barang siapa yang mati sedangkan dia yakin tidak ada yang berhak
disembah selain Allah Swt., maka dijamin masuk surga.
2. Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain
Allah dan hatinya membenarkan lisannya, maka dipersilahkan masuk
surga dari pintu mana yang dia suka.
3. Sekecil-kecil iman dalam hati maka akan Allah berikan surga yang luasnya
10 kali dunia.
Cara mendapatkan :
Fadhilah :
229
1. Rasulullah Saw. bersabda, Tidak akan masuk neraka seseorang yang
bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan Aku
(Muhammad) sebagai utusan Allah.
2. Rasulullah Saw. bersabda barang siapa yang berpegang teguh dengan
sunnahku dikala rusaknya ummatku maka baginya pahala 100 orang mati
syahid.
3. Rasulullah Saw. Bersabda barang siapa menghidupkan sunnahku
sungguh dia cinta padaku, dan barangsiapa yang cinta padaku maka akan
bersamaku didalam surga.
Cara mendapatkan :
Artinya shalat khusu` wal khudlhu` adala shalat dengan konsentrasi batin dan
merendahkan diri dengan mengikut cara yang dicontohkan oleh Rasulullah
saw.
Yaitu membawa sifat-sifat ketaatan kepada Allah Swt didalam shalat kedalam
kehidupan sehari-hari.
Fadhilah :
Cara mendapatkan :
3. Berdoa kepada Allah agar diberikan hakekat shalat khusyu dan khudu.
Ilmu ma’adzikir
230
Arti Ilmu : Semua petunjuk yang dating dari Allah Swt melalui Baginda
Rasulullah saw. Dan arti Dzikir adalah mengingat Allah swt., sebagaimana
agungnya Allah.
Mengamalkan perintah Allah Swt. Pada setiap saat dan keadaan dengan
menghadirkan keagungan Allah didalam hati dan ikut cara Rasulullah Saw.
Fadhilah Ilmu :
Fadhilah Dzikir :
231
a. Setiap hari membaca Al Quran (usahakan 1 juz).
b. Membaca tasbihat, shalawat dan istigfar masing-masing 100 X.
c. Ketika membaca tasbihat maka hadirkan kemahasucian Allah,
d. Ketika membaca shalawat maka ingat jasa-jasa Rasulullah kepada kita,
dan
e. ketika membaca istigfar maka hadirkan sifat Maha Pengampunnya Allah.
c. Amalkan doa-doa masnunah (harian) .
Ikromul Muslimin
Fadhilah :
Cara mendapatkan :
a. Memberi salam kepada orang yang kita kenal ataupun yang tidak kita
kenal.
b. Menyayangi yang muda, menghormati yang tua, memuliakan uloama dan
menghormati sesama.
c. Berbaur dengan semua orang yang berbeda-beda wataknya.
Tashhihun niat
Maksud dari tashihun niat adalah membersihkan niat pada setiap amalan
semata-mata karena Allah Swt.
Fadhilah :
232
2. Sesungguhnya Allah tidak memandang pada rupamu dan hartamu tetapi
Dia akan memandang pada hatimu dan amalanmu.
3. Baginda Rasulullah Saw. Bersabda : Wahai Muadz jagalah keihklasan
karena amal yang ikhlas walau sedikit akan mencukupi.
Cara mendapatkan :
Maksud
1. Memperbaiki diri, yaitu bagaimana agar dapat menggunakan harta diri dan
waktu sebagaimana yang diperintahkan Allah.swt,.
2. Menghidupkan agama secara sempurna pada diri sendiri dan semua
manusia diseluruh alam dengan menggunakan harta dan diri sendiri.
Fadhilah :
Cara mendapatkan :
233
Agar dalam aktifitas makan mendatangkan ridha` dan manfaat yang lebih,
hendaklah kita memperhatikan beberapa adab-adab yang diajarkan Baginda
Rasulullah saw., di antaranya sebagai berikut :
“Ya Allah berkahilah untuk kami rezeki yang telah Engkau karuniakan
kepada kami dan selamatkanlah kami dari siksa nerak.”
Duduk pada lantai dan tidak bersandar dengan cara kaki kiri dan lutut di
tegakkan agar perut terlipat menjadi 3 bagian : sepertiga bagian untuk
makanan, sepertiga bagian untuk air dan sepertiga bagian lagi untuk
udara.
234
Tidak mencium makanan dan meniup makanan yang masih panas tunggu
hingga layak untuk disantap.
Makan dan minum dengan menggunakan tangan kanan.
Sebelum makan disunnahkan mencicipi garam dengan jari manis.
Makan diawali dengan ucapan :
Apabila kita lupa berdoa sebelum makan dan teringat ketika makan maka
ucapkanlah :
Disunnahkan dengan tiga jari (tiga suapan pertama) dan seterusnya boleh
dengan lima jari.
Disunnahkan memuji makanan.
Meminum air putih diawali dengan tiga kali tegukan. Pada setiap tegukan
diawali dengan Basmalah dan di akhiri dengan Hamdalah selanjutnya
boleh dengan sekali teguk.
Hindari minum pada gelas atau suatu yang bibir gelasnya pecah atau retak
dengan meletakkan mulut pada tempat yang pecah itu.
Tidak menggunakan wadah makanan dan minuman yang terbuat dari
emas dan perak.
Dibolehkan minum susu dengan sekali teguk.
Disunnahkan berkumur-kumur sesudah minum susu.
Disunnahkan meminum air Zam-Zam dengan berdiri.
Mendoakan orang yang memberi makanan atau minuman.
Makanan yang pernah dimakan oleh Nabi saw., adalah : semangka, labu,
kurma, manisan, tepung roti/roti gandum, bekatul, anggur, ketimun, daging
unta, daging kambing, daging ayam, daging kelinci, daging burung
khubara, belalang, susu murni, madu, air tepung gandum dan air
rendaman kurma.
Rasulullah saw., menyukai dlhafaf (makanan yang banyak tangan
memakannya)
Membaca doa yang bermaksud :
235
Makan cara hamba semasa duduk makan, baginda merapatkan antara
kedua lututnya dan antara kedua tapak kakinya, tapak kaki kanan di atas
tapak kaki kiri.
Tidak memakan makanan yang sangat panas karena tidak (ada) berkah
(diumpamakan memakan api).
Tidak makan dengan dua anak jari karena cara demikian adalah cara
makan syaitan.
Menyukai kueh faludzaj, ramuan, minyak samin, madu lebah, dan tepung
gandum.
Menyukai roti syair, mentimun dan ruthab (kurma yang belum kering)
ditambah dengan garam.
Menyukai anggur dan semangka dimakan bersama roti dan gula atau
ruthab.
Makan ruthab dengan tangan kanan dan biji di tangan kiri baginda diberi
makan kepada kambing yang lalu lalang di tempat baginda makan.
Makan anggur dengan memegang tangkainya sehingga air anggur
kelihatang pada janggutnya seperti benang mutiara.
Menyukai susu dengan tamar (al-athyabin – dua yang terbaik)
Menggemari daging – penghulu makanan di dunia dan di akhirat – khasiat
menguatkan pendengaran.
Menyukai roti berkuah dengan daging dan buah labu dan bersabda bahwa
labu itu adalah pohon Nabi Allah Yunus a.s. Beliau saw., pernah
menyarankan Aisyah r.ha memasak gulai dengan membanyakkan labu –
akan menguatkan hati orang yang berduka
Menyukai daging burung (tetapi tidak pula ikut menangkap burung).
Tidak menundukkan kepala saat makan daging burung tetapi
mengangkatkan daging ke mulutnya dan menggigitnya.
Menyukai roti dengan minyak samin.
Menggemari daging kambing – bagian lengan dan bahu, kurma madinah
(al-ajwah – berasal dari syurga) – penawar racun dan sihir – adalah antara
yang paling digemari di kalangan tamar.
Sayur-sayuran yang digemari baginda pula adalah al-handaba, al-badzaruj
dan al-hamqa’/ar-rajlah.
Tidak menyukai bagian daging seperti : buah pinggang, zakar, biji zakar,
ghudad, darah empedu dll.
Tidak menyukai bawang putih, bawang merah dan daun bawang prei (al-
kurrats).
Tidak pernah mencela makanan kalau disukai, dimakan kalau tidak
disukai, ditinggalkan.
Tidak menggemari dhab.
Suka menghabiskan sisa makanan dengan anak jarinya, makanan yang
penghabisan banyak barakahnya.
Menjilat sisa makanan pada anak jari, yang tidak diketahui makanan mana
yang paling berkat.
Tidak menyapu dengan sapu tangan.
Selesai makan dibaca
236
Membasuh tangan dan menyapu sisa air ke muka.
Minum dengan tiga kali teguk dan dibaca sebelum setiap teguk : Bismillah
dan selepas setiap teguk : Alhamdulliah.
Minum senafas dan tidak bernafas dalam bekas minuman yang diminum
melainkan semasa menghisap.
Memberikan kelebihan air kepada orang yang lebih mulia kedudukannya
baik di sisi di kiri atau di kanan baginda dan bersabda kepada orang yang
tidak mendapat air bahwa sunnah mengutamakan (orang yang lebih mulia
kedudukannya).
Tidak menyukai air susu dan madu diminum bersama karena tidak
melambangkan tawadhu`
Pemalu dalam perihal makan, tidak meminta kepada keluarga baginda
makanan/minuman tetapi kalau diberi baru baginda makan atau minum.
Kadangkala bangun sendiri untuk mendapatkan makanan/minuman.
Tidur merupakan salah satu nikmat yang Alloh swt berikan kepada hamba-
hambanya. Alloh swt berfirman :
" Dan Karena rohmat-Nya, dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya
kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari
karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya". (QS.
Al Qoshosh : 73).
" Dan kami jadikan tidurmu untuk istirahat". (QS. An Naba' : 9)
237
Berbaring dengan lambung kanan dan menghadap kiblat.
Diantara dzikir, do'a dan perbuatan yang biasa dilakukan Rosululloh saw
adalah :
238
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari
kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Robb kami, janganlah Engkau hukum
kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Robb kami, janganlah Engkau
bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan
kepada orang-orang sebelum kami. Ya Robb kami, janganlah Engkau
pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah
Kami; ampunilah Kami; dan rohmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (QS. Al Baqoroh: 285-286)
d. Meletakkan tangan kanan dibawah pipi (tangan kanan sebagai bantalnya).
e. Berdo'a dengan do'a tidur.
بسمك الّلهّم أموت وأحيا
“ Bismika Alloohumma amuutu wa ahyaa “.
"Ya Alloh, jauhkan aku dari siksaanMu pada hari engkau membangkitkan
hamba-hambaMu". (dibaca tiga kali) (lihat shohih Tirmidzi: 3/ 143).
"Tidak ada iIlah selain Alloh, Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa, Rob Yang
Menguasai langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya, Yang Maha
Mulia lagi Maha Pengampun". (HR. Hakim dan lihat Shohihul Jami': 4/231).
اعوذ بكلمات هللا التامات من غضبه وعقابه وشر عباده ومن همزات اشيطان ان يحضرون
"Aku berlindung dengan kalimat Alloh yang sempurna, dari kemarahan dan
siksaanNya, dan dari kejahatan hamba-hambaNya dan dari godaan syaithon
dan agar jangan sampai mereka hadir dihadapanku". (HR. Abu Daud: 4/12
dan lihat Shohih Tirmidzi: 3/ 171).
Jika bermimpi baik, jangan diceritakan kecuali kepada orang yang senang
mendengarkannya
239
Jika bermimpi buruk, meludahlah kekiri tiga kali (dengan sedikit percikan)
dan berta'awudz (berlindung kepada Alloh) tiga kali :
“ Aku berlindung kepada Alloh dari (godaan syaithon) dan dari keburukan apa
yang aku lihat.”
.
Tidak menceritakan kepada orang lain.
Mengubah posisi tidur
Bangun dan sholat malam paling sedikit sholat witir satu roka'at
240
akan berbangga-bangga dalam membangun masjid, tetapi mereka tidak
meramaikannya, kecuali sebagian kecil saja.” (HR. Syarhus Sunnah)
Jika melihat masjid hendaklah membaca basmallah dan shalawat atas
Nabi saw.. (HR. Ahmad, Ibnu Majah).
Masuk masjid hendaknya mendahulukan kaki kanan dengan niat I’tikaf.
(HR. Ibnu Nu’aim, Abu Dawud). Lafadzh niat I’tikaf, ialah :
Caranya : Melepaskan sendal kaki kiri dan diinjak oleh kaki kiri. Kemudian
lepaskan sendal kaki kanan dan melangkah masuk. (Imam Nawawi).
Masuk masjid disunnahkan membaca doa :
* Caranya : Melangkah keluar dengan kaki kiri dan injak sendal bagian
kiri. Kemudian masukkan kaki kanan ke sendal kanan, lalu masukkan kaki
kiri ke sendal kiri. (Imam Nawawi).
242
VII. Mudzakkarah Keutamaan Menjadi Wanita Sholehah
Point-point dari halaman ini terdapat di dalam kitab Kanzul ‘Ummal, Misykah,
Riadlush Shalihin, Uqudilijjain, Bhahishti Zewar, Al-Hijab, dan lain-lain,
checking satu persatu belum dibuat. Mudah-mudahan dapat diambil ibrah
darinya.
Doa wanita lebih maqbul dari laki-laki karena sifat penyayang yang lebih kuat
dari laki-laki. Ketika ditanya kepada Rasulallah SAW akan hal tersebut, jawab
baginda “Ibu lebih penyayang dari bapak dan doa orang yang penyayang
tidak akan sia-sia.”
Wanita yang sholehah itu lebih baik dari 1,000 orang laki-laki yang tidak
sholeh. Seorang wanita solehah lebih baik dari 70 orang wali. seorang wanita
solehah lebih baik dari 70 laki-laki sholeh.
Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah)
lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedakah.
Hendaklah mendahulukan anak perempuan terhadap anak laki-laki. Maka
barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia
memerdekakan anak Nabi Ismail AS
Tidaklah seorang wanita yang haidh itu, kecuali haidhnya merupakan kifarah
(tebusan) untuk dosa-dosanya yang telah lalu, dan apabila pada hari pertama
haidhnya membaca “Alhamdulillahi’alaa Kulli Halin Wa Astaghfirullah”. Segala
puji bagi Allah dalam segala keadaan dan aku mohon ampun kepada Allah
dari segala dosa.”; maka Allah menetapkan dia bebas dari neraka dan dengan
mudah melalui shiratul mustaqim yang aman dari seksa, bahkan AllahTa’ala
mengangkat derajatnya, seperti derajatnya 40 orang yang mati syahid,
apabila dia selalu berzikir kepada Allah selama haidhnya.
243
Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan
atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap
ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh
rasa taqwa serta bertanggung jawab, maka baginya adalah syurga.
Dari ‘Aisyah r.ha. “Barang siapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak
perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan
menjadi penghalang baginya dari api neraka.”
Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara,
malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama
mana dia taat kepada suaminya dan meredhainya. (serta menjaga
sembahyang dan puasanya)
‘Aisyah r.ha. berkata “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW. siapakah yang
lebih besar haknya terhadap wanita ?” Jawab baginda, “Suaminya”. “Siapa
pula berhak terhadap laki-laki ?” Jawab Rasulullah SAW. “Ibunya”.
Seorang wanita yang apabila mengerjakan solat lima waktu, berpuasa wajib
sebulan (Ramadhan), memelihara kehormatannya serta taat kepada
suaminya, maka pasti akan masuk syurga dari pintu mana saja yang dia
kehendaki.
Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah
SWT memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu dari suaminya (10,000
tahun).
Dua rakaat solat dari wanita yang hamil adalah lebih baik dari 80 rakaat solat
wanita yang tidak hamil. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada
siang hari. Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadah pada malam hari.
Seorang wanita yang mengalami sakit saat melahirkan, maka Allah SWT
memberi pahala kepadanya seperti pahala orang yang berjihad dijalan Allah
SWT
Wanita yang melahirkan akan mendapat pahala 70 tahun solat dan puasa dan
tiap rasa sakit dan pada satu uratnya Allah memberikan satu pahala haji.
244
Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia dari dosa-dosa
seperti keadaan ibunya melahirkannya. Wanita yang meninggal dalam masa
40 hari sesudah melahirkan akan dianggap syahid.
Wanita yang memberi minum susu kepada anaknya dari badannya (susu
badan) akan dapat satu pahala dari tiap-tiap titik susu yang diberikannya.
Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup (2 1/2 tahun), maka malaikat-
malaikat di langit akan memberikan kabar gembira bahwa syurga adalah
balasannya. Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang
menangis, Allah akan memberi pahala satu tahun solat dan puasa.
Wanita yang habiskan malamnya dengan tidur yang tidak nyaman karena
menjaga anaknya yang sakit akan mendapat pahala seperti membebaskan 20
orang hamba. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari karena
menjaga anak yang sakit akan diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya
dan bila dia menghibur hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadat.
Apabila seorang wanita mencucikan pakaian suaminya, maka Allah
mencatatkan baginya seribu kebaikan, dan mengampuni dua ribu
kesalahannya,bahkan segala sesuatu yang disinari matahari akan
memohonkan ampun untuknya, dan Allah mengangkatkannya seribu darjat.
Seorang wanita yang solehah lebih baik dari seribu orang laki-laki yang tidak
soleh, dan seorang wanita yang melayani suaminya selama seminggu, maka
ditutupkan baginya tujuh pintu neraka dan dibukakan baginya delapan pintu
syurga, yang dia dapat masuk dari pintu mana saja tanpa dihisab.
Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suaminya melihat
isterinya dengan kasih sayang akan di pandang Allah dengan penuh rahmat.
Jika wanita melayan suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun
solat.
Wanita yang melayani dengan baik kepada suami yang pulang ke rumah
dalam keadaan letih akan medapat pahala jihad.
Jika wanita memijat suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 emas dan
jika wanita memijat suami bila disuruh akan mendapat pahala perak.
245
Dari Hadrat Muaz ra.: Wanita yang berdiri atas dua kakinya membakar roti
untuk suaminya hingga muka dan tangannya kepanasan oleh api,maka
diharamkan muka dan tangannya dari bakaran api neraka.
Tsabit Al Banani berkata : Seorang wanita dari Bani Israel yang buta sebelah
matanya sangat baik khidmatnya kepada suaminya. Apabila ia
menghidangkan makanan dihadapan suaminya, dipegangnya pelita sehingga
suaminya selesai makan. Pada suatu malam pelitanya kehabisan sumbu,
maka diambilnya rambutnya dijadikan sumbu pelita. Pada keesokkannya
matanya yang buta telah celik. Allah kurniakan keramat (kemuliaan pada
perempuan itu karena memuliakan dan menghormati suaminya).
Wanita yang memerah susu binatang dengan “Bismillah” akan didoakan oleh
binatang itu dengan doa keberkatan.
Wanita yang membuat adonan tepung gandum dengan “Bismillah” , Allah
akan berkahkan rezekinya.
Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti
meyapu lantai di Baitullah.
“Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang, Allah akan
mencatatkan untuknya perbuatan baik sebanyak utus benang yang dibuat dan
memadamkan seratus perbuatan jahat.”
“Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang menenun kain, Allah telah
menentukan satu tempat khusus untuknya di atas tahta di hari akhirat.”
“Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang dan kemudian
dibuat pakaian untuk anak-anaknya maka Allah akan memberikan pahala
sama seperti orang yang memberi makan kepada 1000 orang lapar dan
memberi pakaian kepada 1000 orang yang tidak berpakaian.”
Sabda Nabi SAW: “Ya Fatimah barang mana wanita meminyakkan rambut
dan janggut suaminya, memotong kumis (misai) dan mengerat kukunya, Allah
akan memberinya minum dari sungai-sungai serta diringankan Allah baginya
246
sakaratul maut dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari
taman- taman syurga dan dicatatkan Allah baginya kelepasan dari api neraka
dan selamatlah ia melintas Titian Shirat.”
Jika suami mengajarkan isterinya satu hal akan mendapat pahala 80 tahun
ibadat.
Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan
kemudian menjaga adab rumah tangganya akan masuk syurga 500 tahun
lebih awal dari suaminya, akan menjadi ketua 70,000 malaikat dan bidadari
dan wanita itu akan dimandikan di dalam syurga, dan menunggu suaminya
dengan menunggang kuda yang dibuat dari yakut.
Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat,tetapi Allah
akan datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya iaitu memakai
purdah di dunia ini dengan istiqamah.
Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita (isteri)
yang solehah.
Salah satu tanda keberkatan wanita itu ialah cepat perkahwinannya,cepat
pula kehamilannya dan ringan pula maharnya (mas kahwin).
“Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik,
daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan)” (HR. Ibnu Ady
dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah)
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berpikir” (QS. Ar-Ruum : 21)
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-
orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-
hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN
MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas
(pemberianNya) dan Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur : 32)
247
“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu
mengingat kebesaran Allah” (QS. Adz Dzariyaat : 49)
“Janganlah kalian mendekati zina, karena zina itu perbuatan keji dan suatu
jalan yang buruk” (QS. Al-Isra : 32)
“Dialah yang menciptakan kalian dari satu orang, kemudian darinya Dia
menciptakan istrinya, agar menjadi cocok dan tenteram kepadanya” (QS. Al-
A’raf : 189)
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang
keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik
adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-
wanita yang baik (pula)” (QS. An-Nur : 26)
“Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian dengan penuh kerelaan” ( An Nisaa : 4)
“Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku” (HR.
Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.)
“Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk
kawin, maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat
menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa
yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya
puasa itu bisa menjadi perisai baginya” (HR. Bukhori-Muslim)
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah tidak
melakukan khalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya,
karena sesungguhnya yang ketiga adalah syetan” (Al Hadits)
“Dunia ini dijadikan Allah penuh perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan hidup
adalah istri yang sholihah” (HR. Muslim)
“Jika datang (melamar) kepadamu orang yang engkau senangi agama dan
akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan putrimu). Jika kamu tidak menerima
248
(lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan kerusakan yang luas”
(H.R. At-Turmidzi)
“Barang siapa yang diberi istri yang sholihah oleh Allah, berarti telah ditolong
oleh-Nya pada separuh agamanya. Oleh karena itu, hendaknya ia bertaqwa
pada separuh yang lain” (Al Hadits)
“Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah : a. Orang yang berjihad /
berperang di jalan Allah. b. Budak yang menebus dirinya dari tuannya. c.
Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)
“Diantara kamu semua yang paling buruk adalah yang hidup membujang, dan
kematian kamu semua yang paling hina adalah kematian orang yang memilih
hidup membujang” (HR. Abu Ya،¦la dan Thabrani)
“Dari Anas, Rasulullah SAW. pernah bersabda : Barang siapa mau bertemu
dengan Allah dalam keadaan bersih lagi suci, maka kawinkanlah dengan
perempuan terhormat” (HR. Ibnu Majah,dhaif)
249
mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah
kebarakahan itu padanya” (HR. Thabrani)
“Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang paling ringan maharnya”
(HR. Ahmad, Al Hakim, Al Baihaqi dengan sanad yang shahih)
“Dari Anas, dia berkata : ” Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim dengan
mahar berupa keIslamannya” (Ditakhrij dari An Nasa’i)
1. Usaha melalui individu atau usaha berjamaah dan bukan usaha ijtima
besar-besaran. Usaha dakwah ini tidak mengandalkan bayan atau
ceramah atau kefasihan dalam berbicara akan tetapi kerja, zuhud. Inilah
usaha yang mesti dikerjakan oleh setiap individu, atau mesti dilakukan
dalam berjemaah.
2. Usaha melalui hati dan bukan pikiran. Sejauh mana hatimu menangis,
sejauh mana hatimu risau atau sejauh mana terbakarnya hati, atau sejauh
mana risau runsingnya hati bukan bagaimana pemikiranmu bekerja, atau
bagaimana pemikiranmu membuat rancangan, atau bukan bagaimana
pemikiranmu membuat rencana atau bukan bagaimana pemikiran filosofi
yang tinggi-tinggi untuk mendapatkan gagasan-gagasan.
3. Usaha melalui qadam dan bukan kalam. Azas usaha ini adalah
pergerakan kaki dan bukan penamu. Sejauhmana kakimu bergerak,
sejauh mana anda bergerak melalui kaki-kakimu. Sebab anda mesti pergi
kepada khalayak ramai. Mereka yang sudah datang ke mesjid mereka
mencintai agama. Sedangkan mereka yang belum datang ke mesjid belum
mencintai agama. Oleh karena itu maksud dakwah adalah untuk orang-
250
orang ini. Jamaah yang sudah datang ke mesjid kita beri ta'lim. Usaha
ta'lim dengan duduk dalam majlis. Akan tetapi dakwah dengan terjun ke
bawah, kita datang dari orang ke orang, dari toko ke toko, maksudnya
sejauh mana anda bergerak dengan kaki-kakimu, karena kerja ini
bukanlah kerja 'sastrawan'. Anda harus berenang dalam lautan manusia,
menyelam dalam laut dan mendapatkan mutiara-mutiara. Kita berusaha
mendapatkan sedemikian orang yang dapat menerima fikir iman dan amal.
4. Usaha melalui Jasad dan bukan Mal, usaha melalui diri bukan harta.
Mal (harta) adalah keperluan bagi kita, mal untuk kesenangan kita.
Sebagai umpama: jika anda hendak menghafalkan surat Fathihah, apakah
anda mesti membelanjakan ratusan ribu atau jutaan rupiah untuk
menghafal? Tentu tidak! yang diperlukan adalah masa dan kesungguhan.
Karena itu tasykil (ajakan) kita adalah orangnya bukan uangnya atau
hartanya. Apabila anda hendak mentasykil, seseorang katakan bahwa
"kami memerlukan diri anda dan bukan uang anda".
5. Usaha dengan tawadhu` dan bukan ananiah. Azas usaha dakwah adalah
merendah diri dan bukan sombong atau membanggakan diri. Sombong
adalah sifat syaitan. Kita mesti merasa tidak ada apa-apanya. Saya ini
kecil. Kita mesti merendah. Sebagaimana pohon apabila sarat dengan
buahnya maka ia merunduk. Atau seperti timba apabila hendak menimba
air, maka harus dicemlungkan. Demikian pula apabila anda hendak
merunduk hatinya maka anda akan dapat buat usaha dalam semua
kalangan masyarakat, jika tidak anda akan mengalami berbagai kesulitan.
6. Usaha dakwah dengan damai dan bukan perang (bermusuhan). Anda
mesti berdamai dengan semua orang baru anda akan dapat buat usaha.
7. Usaha melalui ittihad dan bukan ikhtilaf. Azas usaha dakwah adalah
kesatuan dan bukan perbedaan-perbedaan. Anda berusaha menjauhi
perbedaan-perbedaan. Banyak perkara yang dapat kita cari yang
membawa pada persatuan. Jikalau anda hendak menyatukan umat, maka
sedapat mungkin menjauhkan hal-hal yang membawa kepada
perpecahan.
8. Usaha melalui musyawarah dan bukan melalui kediktatoran. Musyawarah
adalah mengambil usulan (cadangan) atau pendapat sebelum membuat
keputusan. Apabila sudah diambil keputusan maka semua bersifat sami'na
waatho'na. Tetapi seorang diktator tidak memerlukan musyawarah, tidak
memerlukan pendapat orang lain. Dalam perkara-perkara kolektif yang
menyangkut ummat, maka musyawarah adalah sangat penting.
9. Usaha melalui amru bil ma'ruf bermuatan nahi anil munkar. Azas usaha
dakwah kita adalah yad'una ilakhoir, menyeru kepada yang baik.
Sebagaimana enam sifat kita semua ma'ruf. Apabila gelap maka
adakanlah lampu. Apabila amal yang baik hidup maka amal-amal buruk
akan pergi. Ketika muadzin melaungkan adzan, apa yang ia serukan? Ia
tidak membuat larangan-larangan atau jangan buat ini atau itu. Dengan
demikian usaha dakwah kita yaitu mengajak manusia: Hai saudara!
marilah ke mesjid, mari duduk ta'lim, mari hadir dalam mesyuwarah, mari
duduk dalam majlis, mari ikut jaulah, mari ikut keluar khuruj di jalan Allah,
251
inilah dakwah kita. Bayi yang baru lahir memerlukan ASI (Air Susu Ibu)
yang segar dari ibunya bukan daging dan buah-buahan.
10. Bicara Ushul dan bukan Furu`. Azas usaha dakwah kita adalah usaha
atas akar dan bukan cabang-cabangnya.
11. Azas usaha dakwah kita adalah Kulliyat dan bukan Juz'iyah. Hal-hal yang
bersifat universal, hukum-hukum yang umum akan diterima oleh semua
orang, tetapi hati-hati karena diantaranya terdapat banyak masalah yang
membawa kepada khilafiah. Sebagai contoh: mengajak kepada shalat
dapat diterima oleh semua orang, tetapi bahasan shalat secara detail
terdapat masalah masail.
12. Azas usaha dakwah kita adalah Ijmali dan bukan Tafshili. Ijmal artinya
singkat, tepat, pendek dan bukan tafsir artinya uraian-uraian secara
panjang lebar, penjelasan, argumentasi secara mendetail. Usaha dakwah
adalah deklarasi (keterangan atau maklumat), karena itu mesti pendek,
tepat dan ringkas.
13. Azas usaha kita adalah Tabshir bukan Tanzir. Tabshir artinya kabar
gembira dan bukan tanzir artinya kabar buruk, kebencian. Dalam usaha
dakwah ini kita sampaikan kabar gembira. Memberitahukan keutamaan-
keutamaan, pahala-pahala, fadhilah-fadhilah, menyampaikan perkara-
perkara yang manis, supaya semua orang dapat menerimanya. Jangan
kita mengkritik, menyakiti perasaan orang lain dan kita mencerca atau
melukai.
14. Azas usaha dakwah kita adalah Istisar dan bukan Idzhtihar. Istisar
maknanya secara senyap-senyap dan bukan Idzhtihar artinya propaganda
dengan publikasi untuk pamer kehebatan. Maulana Ilyas rah.a berkata:
"Sekiranya usaha ini telah berjalan 1000 km tetapi kita mesti merasa
masih pendek." Usaha ini adalah kerja kerohanian yang berkaitan dengan
iman yakin, dan ikhlas. Sifat-sifat ini ada di dalam hati dan bukan untuk
kemasyhuran.
15. Azas usaha dakwah kita adalah Akhirat dan bukan Dunia. Setiap orang
berfikir untuk memperbaiki kehidupan dunia mereka, kebalikan dari ini
dimana semua nabi memberitahu manusia tentang kesenangan akhirat.
Setiap orang berfikir bagaimana dunia saya dapat lebih baik, kebalikan
dari ini, Da'i berfikir bagaimana akhirat saya menjadi lebih baik.
Wallahu a'lam.
252
DAFTAR PUSTAKA
253
27. Mahmud Syaltut dan Ali As-Sayis, (Perbandingan Madzhab Dalam
Masalah Fikih, Bandung : Al-Ma’arif, 1973)
28. Daradjat, Zakiah, Ilmu Fiqih, Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1995.
29. Hasan, M. Ali, Perbandingan Mazhab Fiqih, Jakarta: Grafindo Persada,
1997.
30. Nur, Djamaan, Fiqih Munakahat, Semarang: Dina Utama, 1993).
31. Daradjat, Zakiah, dkk. Dasar-Dasar Agama Islam, Bulan Bintang, 1999
32. Rifa’i, Moh. Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: Toha Putra, 1978
33. Shahih Bukhari-Muslim, Jabal Bandung, 2010
34. Ibn Rusyd al Hafid, Bidayatul Mujtahid, Dar Ihya Kutubil Arabiyyah
254