You are on page 1of 4

Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani

NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Sumber Daya Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

Interdependensi Lingkungan Abiotik, Biotik dan Kultural Dalam Keberlanjutan


Ekosistem, Termasuk Isu Perubahan Iklim

Lingkungan diartikan sebagai penjumlahan dan hubungan datu dengan lain antara undara dan
tanah dengan organisme-organisme hidup, yaitu flora dan fauna. Termasuk di dalamnya semua ruang
lingkup, baik fisik maupun bilogis dan interaksinya satu dengan yang lain. (Sembel, 2015).
Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalaha semua benda, daya dan kondisi yang
terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk hidup berada yang dapat
mempengaruhi hidupnya. (Siahaan, 2004).
Komponen Lingkungan yang merupakan bagian dari ekosistem terdiri dari, komponen biotik,
abiotik, dan kultural. Berikut penjelasannya :
a. Komponen Biotik  komponen yang bersifat hidup atau hayati, seperti manusia,
hewan, makhluk-makhluk organis, dan tumbuh-tumbuhan
b. Komponen Abiotik  komponen yang bersifat non-hayati, seperti udara, tanah,
gunung, gaya tarik bumi, cuaca, cahaya, arus laut, dsb.
c. Komponen Kultural  komponen yang tak terlihat dan bersifat abstrak, seperti
aturan, sistem, nilai, gagasan, dan keyakinan.
Lingkungan terbentuk dari komponen biotik (makhluk hidup) yang melakukan tindakan
sosial dan berbudaya (kultural). kemudian ditambah dengan adanya makhluk abiotik (non
hidup) yang menjadi pendorong terbentuknya suatu lingkungan.
Interdependensi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata interdependensi adalah
kesalingbergantungan. Komponen abiotik, biotik dan kultural dalam lingkungan dapat saling
berinterkasi/mempengaruhi, saling ketergantungan atau interdependensi dan saling
berhubungan/interelasi
Ekosistem
Pola interaksi anatara manusia dan lingkungannya disebut dengan ekosistem. Proses interaksi
yang berwusut sebagai ekosistem tidak hanya manusia dengan lingkunganya, melainkan juga antara
makhluk-makhluk lain. Prof Otto Semarwoto dalam buku Ekologi, Lingkungan Hidup, dan
Pembangunan mengartikan ekosistem sebagai suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen
yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan.
Semua komponen lingkungan pada hakikatnya mampu dan berpotensi untuk
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sesama komponen lain. Dengan potensi ini timbul
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Sumber Daya Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

interaksi lingkungan yang untk selanjutnya berwujud dan berfungsi sebagai mata rantai
kehidupan.
Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai pembangunan yang dilaksanakan secara
kontinyu dan berlanjut untuk generasi sekarang dan yang akan datang, dimana tingkat hidurp dan
kualitas generasi yang akan datang diharapkan lebih baik daripada generasi sekarang. Keberlanjutan
pembangunan dapat didefinisikan dalam “arti luas” adalah bahwa generasi yang akan datang harus
berada pada tatanan kehidupan yang lebih baik daripada generasi sekarang (akan berpengaruh pada
generasi akan datang).
Dalam hal ini lingkungan menjadi modal penting dalam melaksanakan pembangunan, sehingga
perlu dijaga keberadaannya untuk pemanfaatan jangka panjang. Untuk mencapai aspek keseimbangan
usaha perlu dilakukan pengelolaan SDA dan lingkunga secara ekonomis dan ekologi yang positif,
sehingga pembangunan berkelanjutanlah solusinya.
Secara umum terdapat keterkaitan antara manusia dan lingunan dalam pembangunan
berkelanjutan, dimana kedua unsur tersebut saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Berdasarkan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat seperti kualitas air, udara, tanah, dan SDA lainnya harus
dilestarikan pada masa mendatang, karena pertumbuhan ekonomi dan kualitas kehidupan di masa
mendatang ditentukan oleh kualitas lingkungan saat ini. Jadi lingkungan dituntut dapat mendukung
pembangunan berkelanjutan dengan terus-menerus karena tidak habisany sumberdaya yang menjadi
modal pembangunan.
Konsep pembangunan berkelanjutan timbul dan berkembang karena timbulnya kesadaran bahwa
pembangunan ekonomi dan sosial tidak dapat dilepaskan dari kondisi lingungan hidup sehingga
pembangunan berkelanjutan merupaka pembangunan yang tidak akan berhenti dan mempunyai
kesinambungan anata ekonomi, sosial, dan alam yang terencana untuk menciptakan kondisi-kondisi
bagi kemjuan sosial ekonomi masyarakat dengan meningkatkan partisipasi masyarakat serta
kesadarannya terhadap alam. Kualitas lingkungan yang baik dan memadai terdapat potensi untuk
bekermbangnya kualitas hidup yag lebih tinggi (Marfai, 2019).
Iklim
Iklim adalah peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angin,
kelembaban, yang terjadi disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang. Iklim tidak hanya
merupakan rata-rata dari kondisi atmosfer atau rata-rata cuaca lokasi tersebut. Untuk mempelajari
iklim disuatu daerah perlu diketaui bagaimana keadaan atmosfer dan sistem iklim secara global.
Sistem iklim terdiri dari lima komponen yaitu atmosfer, litosfer, hidrosfer, kriosfer dan biosfer.
(Kusumawardhani & Gernowo, 2015). Iklim berubah secara terus menerus karena interaksi antara
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Sumber Daya Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

komponen-komponennya dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, dan
faktor-faktor disebabkan oleh kegiatan manusia seperti misalnya perubahan pengunaan lahan dan
penggunaan bahan bakar fosil.

Perubahan Iklim
Perubahan temperatur atmosfer menyebabkan kondisi fisik atmosfer semakin tak stabil dan
menimbulkan terjadinya anomalianomali terhadap parameter cuaca yang berlangsung lama. Dalam
jangka panjang anomalianomali parameter cuaca tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan
iklim. Perubahan Iklim adalah perubahan signifikan kepada iklim, suhu udara dan curah hujan mulai
dari dasawarsa sampai jutaan tahun. Perubahan iklim terjadi karena meningkatnya konsentrasi gas
karbon dioksida dan gas-gas lainnya di atmosfer yang menyebabkan efek gas rumah kaca.
Penyebab Perubahan Iklim
a. Peningkatan gas rumah kaca
Gas rumah kaca utama yang terus meningkat adalah karbon dioksida. Gas ini adalah
salah satu gas yang secara alamiah keluar ketika kita menghembuskan napas, juga
dihasilkan dari pembakaran batu bara, atau kayu, atau dari penggunaan kendaraan berbahan
bakar bensin dan solar.
Sebagian dari karbon dioksida ini dapat diserap kembali, antara lain melalui proses
‘fotosintesis’ yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan tanaman atau pohon.
Namun, kini kebanyakan negara memproduksi karbon dioksida secara jauh lebih cepat
ketimbang kecepatan penyerapannya oleh tanaman atau pohon, sehingga konsentrasinya
di atmosfer meningkat secara bertahap.
b. Berkurangnya lahan yang menyerap karbon dioksida
Banyak negara telah menggunduli jutaan hektar hutan sehingga menyebabkan
hilangnya pepohonan yang dapat menyerap karbon dioksida. Dengan meningkatnya emisi
dan berkurangnya penyerapan, tingkat gas rumah kaca di atmosfer kini menjadi lebih
tinggi.(Yuniarti, 2009).
Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim tersebut diantaranya:
1. Semakin banyaknya penyakit (Tifus, Malaria, Demam, dll)
2. Meningkatnya frekuensi bencana alam /cuaca ekstrim (tanah longsor, banjir, kekeringan,
badai tropis, dll.)
3. Mengancam ketersediaan air
4. Mengakibatkan pergeseran musim dan perubahan pola hujan
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Sumber Daya Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.

5. Menurunkan produktivitas pertanian


6. Peningkatan temperatur akan mengakibatkan kebakaran hutan
7. Mengancam biodiversitas dan keanekaragaman hayati
8. Kenaikan muka laut menyebabkan banjir permanen dan kerusakan infrastruktur di daerah
pantai
Referensi :
Kusumawardhani, I. D., & Gernowo, R. (2015). Analisis Perubahan Iklim Berbagai
Variabilitas Curah Hujan dan Emisi Gas Metana (Ch4) dengan Metode Grid Analysis
And Display System (Grads) di Kabupaten Semarang. Youngster Physics Journal, 4(1),
49–54.
Marfai, M. A. (2019). Pengantar etika lingkungan dan Kearifan lokal. UGM PRESS.
Sembel, D. T. (2015). Toksikologi lingkungan. Penerbit Andi.
Siahaan, N. H. T. (2004). Hukum lingkungan dan ekologi pembangunan. Erlangga.
Yuniarti, A. (2009). Hubungan Iklim (Curah Hujan, Kelembaban dan Suhu Udara) dengan
Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Administrasi Jakarta Timur
Tahun 2004-2008. Skripsi: Universitas Indonesia.

You might also like