You are on page 1of 7

TUGAS KELOMPOK 10 HUKUM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

“Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Fidusia Dalam Lampiran I Peraturan


Presiden Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2020-2024”

Nama dan NIM :


1. Richan Simanjuntak (01659220115);
2. Nancy Margaretha Indra (01659220117);
3. Angelos Gogo Siregar (01659220123).
Mata Kuliah : Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi

Dosen : Dr. Maria Soetopo, S.H., LL.M.

The Plaza Semanggi, Jl. Jend. Sudirman No.50, RT.1/RW.4, Karet Semanggi,
Kecamatan Setiabudi, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta

2023
TOPIK : Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Fidusia Dalam Lampiran I Peraturan Presiden
Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2020-2024
SASARAN : Bab 8 Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik
INDIKATOR
AGENDA : Bahwa hal yang ingin dicapai dalam topik penelitian dalam hukum dan ekonomi sesuai
PEMBANGUNAN RPJMN 2020-2024 mengenai “Penegakan Hukum Nasional” dengan pencapaian
& TARGET sasaran pokok pembangunan bidang hukum ke depan dilaksanakan melalui arah
PEMBANGUNAN kebijakan dan strategi sebagai berikut:
1. Pembentukan Lembaga Pengelola Regulasi dan Pelaksana Regulasi yang salah
satunya ialah membuat peraturan tentang pelaksanaan Eksekusi Jaminan
Fidusia;
2. Pembaruan substansi hukum mengenai jaminan benda bergerak dalam hal
merubah Undang-undang Fidusia setelah adanya Putusan Mahkamah Konstitusi
tentang pelaksanaan Eksekusi Jaminan Fidusia;
3. Membatalkan Putusan Mahkamah Konstitusi terkait dengan pelaksanan eksekusi
Jaminan Fidusia yang telah mendegradasi Undang-undang Fidusia terkait
dengan Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Fidusia dimana hal ini agar dapat
mencapai poin 8 terhadap Indeks Akses terhadap Keadilan yang ditargetkan
meningkat hingga 71-80% dari 69,6% ditahun 2019.
KELEMBAGAAN Hukum: Pelaksanaan Eksekusi Jaminan Fidusia
DAN REGULASI Kelembagaan: Kepolisian, Lembaga Peradilan & Arbitrase
Regulasi:
a. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945;
b. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia;
c. Putusan Mahkamah Konstitusi No.18/PUU-XVII/2019 (“Putusan MK 18/2019”);
d. Putusan Mahkamah Konstitusi No.2/PUU-XVII/2021 (“Putusan MK 2/2021”);
e. Putusan Mahkamah Konstitusi No.71/PUU-XIX/2021 (“Putusan MK 71/2021”);
f. Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia.
DATA Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 18/PUU-XVII/2019 Jo Putusan Mahkamah
Konstitusi No.2/PUU-XVII/2021 Jo Putusan Nomor 2/PUU-XIX/2021 dinilai memberi
kelemahan bagi kreditur untuk melaksanakan eksekusi jaminan fidusia karena memberi
peluang adanya ketidaksepakatan mengenai cidera janji diantara kreditur dan debitur.
Dampak yang dapat ditimbulkan dari pemberlakuan eksekusi jaminan fidusia setelah
keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi, antara lain proses eksekusi jaminan fidusia
memakan waktu dan biaya, adanya unsur itikad tidak baik debitur, meningkatnya
permohonan eksekusi fidusia di pengadilan, dicapnya perusahaan pembiayaan yang
tidak dapat melaksanakan eksekusi langsung, dan mengganggu tingkat kesehatan
keuangan perusahaan pembiayaan. Solusi perlindungan hukum yang berkeadilan bagi
para pihak setelah adanya Putusan Mahkamah Konstitusi, antara lain dibuatnya
peraturan pelaksana lebih lanjut tentang pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia melalui
pengadilan, alternatif pengajuan gugatan pelaksanaan eksekusi dengan gugatan
sederhana.
Jaminan Fidusia harus dipahami lebih dari sekedar instrumen untuk mendaftarkan
jaminan pembayaran oleh Debitur, namun sebagai alat untuk mendukung akses kepada
pendanaan secara komprehensif. Penting juga dilakukan edukasi terhadap pengambil
kebijakan, tidak hanya di sektor hukum, namun juga di sektor keuangan/pembiayaan
dan juga sektor penguatan UMKM, supaya potensi optimal Fidusia dapat dicapai
dan pada gilirannya menciptakan kepercayaan publik terhadap instrumen Fidusia.

Berdasarkan Data Direktori Putusan Mahkamah Agung sebelum dan setalah adanya
Putusan Mahkamah konstitusi tentang pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia dengan
mengelompokkan data sebelum dan pasca pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
18/PUU-XVII/2019 Jo Putusan Mahkamah Konstitusi No.2/PUU-XVII/2021 Jo Putusan
Nomor 2/PUU-XIX/2021. Adapun data yang kami ambil menggunakan metode
perbandingan (compare) data berdasarkan Direktori Putusan Mahkamah Agung RI
dengan kurun waktu 5 tahun sebelum putusan MK yakni pada periode 2014 hingga 2018
dan pasca putusan MK periode 2019 dan 2020. Perbandingan datanya dapat dilihat
sebagai berikut:
A. Pra Putusan MK berdasarkan Direktori MA – RI

1) Tahun 2014

Berdasarkan data direktori tahun 2014, terdapat 19.351 putusan terkait dengan
pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia.
2) Tahun 2015

Berdasarkan data direktori tahun 2015, terdapat 21.532 putusan terkait dengan
pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia.

3) Tahun 2016

Berdasarkan data direktori tahun 2016, terdapat 27.672 putusan yang diputus terkait
dengan pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia.
4) Tahun 2017

Berdasarkan data direktori tahun 2017, terdapat 29.287 putusan terkait dengan
pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia.

5) Tahun 2018

Berdasarkan data direktori tahun 2018, terdapat 30.841 putusan terkait dengan
pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia.
B. Pasca Putusan MK Berdasarkan Direktori MA – RI

1) Tahun 2019

Berdasarkan data direktori tahun 2019 terdapat 37.162 putusan terkait dengan
pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia.

2) Tahun 2020

Berdasarkan data direktori tahun 2020 terdapat 38.164 putusan terkait dengan
pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia.

Berdasarkan data tersebut, terdapat peningkatan pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia


melalui Pengadilan Negeri setelah adanya Putusan Mahkamah Konstitusi tentang
pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia sehingga menyebabkan proses eksekusi jaminan
fidusia memakan waktu dan biaya, adanya unsur itikad tidak baik debitur, meningkatnya
permohonan eksekusi fidusia di pengadilan, dicapnya perusahaan pembiayaan yang
tidak dapat melaksanakan eksekusi langsung, dan mengganggu tingkat kesehatan
keuangan perusahaan pembiayaan.

You might also like