You are on page 1of 21
Bab 2 Teori Ilmu Sosial sebagai Variabel Sosial Swuatu Tinjauan Filsafat-Sosial Imu, Teori dan Praktek Dalam pen; sosial) dapat dikelompokkan ke dalam teoritis dan ilmu praktis. Gita-cita ilmu teoritis ialah memberi penjelasan tentang suatu Kenyataan tanpa sikap berpihak, dan tanpa dipengaruhi has- rat dan keinginan tertentu, Dengan sikap semacam itu diharapkan dapat diperoleh pengetahuan sejati tentang kenyataan dan keadaan yaitu pengetahuan yang berasal dari realitas obyektif. Apabila pengetahuan obyektif tersebut kemudian diterapkan untuk suatu enggunaan tertentu, maka kita memasuki ilmu praktis yang di- tandai secara khas oleh aplikasi teknis dari pengetahuan teoritis Pengetahuan teoritis melukiskan kenyataan sebagaimana yang ada, dan bukannya melukiskan sesuatu yang diinginkan atau yang dike- hendaki supaya tefjadi. Dalam segi ini kita berbicara tang sfat cempiris dan sifat normatif dari yaitu ilmu yang berurusan dengan kenyataan atau realitas, dan menjadi deskriptif, serta ilmu yang berurusan dengan nilai dan menjadi preskriptif.? Yang menarik di sini ialah pembedaan yang dibuat antara sifat ilmu yang teoritis dan praktis. Semakin kurang orang me! manfaat ilmu, semakin tak peduli seorang ilmuwan tentang apa yang bisa dihasilkan oleh ilmunya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan kebutuhan orang lain, semakin terjamin pula mutu teo- ritis ilmu bersangkutan, yang berarti semakin terjamin obye! The Restructuring of Social and Pol Teori Iimu Sosial 25 ngetahuan yang dihasilkannya. Apabila dalam melakukan kerja Imiahnya seseorang terlalu dipengaruhi oleh pikiran tentang man- faat ilmunya, tentang kemungkinan bagaimana ilmu itu diterap- kan secara teknis, dan juga tentang keinginannya mengenai apa yang akan dibuatnya dengan ilmu itu, semakin ada kemungkinan byektivitas pengetahuan yang dihasitkannya akan berkurang, dan mutu teoritisnya pun dengan sendirinya menurun. Pengetahuan yang dihasilkan oleh ilmu teoritis jelas'dapat dan, harus diterapkan dan dimanfaatkan. Tetapi pemanfaatan ilmu dalam suatu aplikasi teknis adalah suatu tahap lain dalam kerja imiah, yaitu tahap praktisnya. Sedangkan dalam menghasilkan lan menyusun pengetahuan itu sendiri, ilmuwan dituntut untuk mungkin bersikap teoritis, dan tidak terpengaruh oleh kebu- tuhan-kebutuhan praktis. Singkatnya, sikap praktis dalam melaku- kan kerja teoritis akan menghasilkan pengetahuan yang kurang obyektif, yang berpihak pada kepentingan dan keinginan tertentu, yang tidak lagi d Sepintas lalu tampaklah bahwa te dua tahapan yang terpisah dan tanpa saling pengaruh. ikhtiar menyiapkan pengetahuan yang terjamin obyel yang kemudian dimanfaatkan dalam praktek. Dalam karangan ini praktek juga memberikan sesuatu isa dipelajari oleh para teoritisi dari tahap penting dalam tas juga tidak berarti menghindar sejauh mung i praktis. Di dalam kata*praktek” ferkandung dua unsur wtama, P ‘ma adalah masalalnitat-yang menyebabkan orang bersikap netral ‘atau berpihak, dan yang kemudian menimbulkan masalah apakah ilmu bersifat bebas nilai atau tidak. Kedua adalah unsur_kepen- tingan, yang mungkin hendak ich pengetahuan yang Gibangannya, yang kemudian menimbulkan masalah apakah ilmu (khususnya ilmu-ilmu sosial) mengandung ideologi tertentu atau lan praktek merupakan ‘cori ber- 26 Sikap lmiah dan Kritik Kebudayaan _masalah yang termasuk dalam kompleks persoalan dalam ilmu? Pertama, adalah persoalan pemilihan tema/masalah dalam ilmu. Adalah truisme lama untuk mengatakan bahwa pengetahu- an dimulai dengan memilih pokok atau tema atau masalah yang diteliti. Persoalan di ialah menentukan identifikasi faktor-fak- tor mana saja yang ikut berpengaruh dalam menentukan pemilih- an suatu tema. Salah satu faktor utama ialah ukuran mengenai penting-tidaknya suatu tema yang diambil atau suatu masalah yang hendak ditclit, Umumnya kualitas masalah ilmu sosial dan ke- kuatan tema itu akan sangat tergantung dari seberapa pentingnya masalah tersebut bagi realitas sosial yang sesungguhnya, dan hal ini tergantung lagi dari dekatnya seorang ilmuwan dengan kehidupan sosial dan akrabnya seorang pencliti dengan perkembangan yang tengah berlangsung dalam suatu masyarakat. Di sini kelihatan beta- pa besar peranan keterlibatan sosial seorang menghayati perasaan anggota suatu ki ngerti masalah dan kesulitan yang mereka hadapi, ‘baginya untuk mengambil suatu pokok masalah yang relevan dan berharga untuk diselidiki, Namun demikian, pemilihan tema belum seluruhnya merupakan persoalan ilmu sosial. Dia ditentukan di "serambi depan” ilmu sosial. Kedua, ‘masalah penciptaan teori. Keberatan yang sering diaju- kan ialah bahwa para abli ilmu sosial dalam membangun teorinya hanya melihat hal-hal tertentu dan tidak melihat hal-hal lainnya. (ERSSteaselnds teityai setihatisp ss ¥ensibensak sieatnyes Mane cul kemudian anjuran untuk memanfaatkan bantuan psikoanalisa dan Wissenssoziologie, agar sikap obyektif selalu bisa dikontrol, Hal ini dimaksudkan untuk mencegah agar dalam menggarap tema yang telah dipilihnya, seorang ilmuwan sosial tidak terjebak untuk hanya "melihat apa yang hendak dilihatnya,” melainkan juga ini didasarkan kepada Ralf Dah- per & Co. Verlag 1968), hal. 74 inzip. Zur Frage der dimuat dalam E. To- Teor’ Imu Sosial 27 .ebanyak mungkin segi yang relevan dalam masa- fang ditelitinya. Dapat disebutkan beberapa contoh mengenai Jektifnya pandangan seorang ilmuwan. Dalam menyelidiki mun- ya kapitalisme industri di Barat, Max Weber hanya melihat ngaruh Calvinisme, dan tidak (mau) melihat“pengaruh yang sangat besar dari penemuan-penemuan baru di bidang teknik. Tal- ott Parsons hanya membatasi uraiannya tentang integrasi sosial \da tingkat normatif saja, dan tidak mempedulikan faktor-faktor inj ialah: adakah sesuatu yang salah dalam sikap selektif seorang ilmuwan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut jedakan dahulu aspek psikologi dan aspek logis dari suatu , misalnya.? Sikap selektif seorang ilmuwan menjelaskan mengapa dan bagaimana dia sampai kepada hi tertentu. Yang terlihat di sini hanyalah suatu proses psikologis, yang tidak berkata apa-apa tentang salah-benarnya hipotesa yang iihnya. Nilai dan proscs berpikimnya tidak menerangkan sesua- tu pun tentang kebenaran hipotesanya, yang kemudian baru bisa ditentukan berdasarkan suatu test empi Kesalahan yang mungkin dibuat mn ialah bahwa dia demikian mem dan menganggap bahwa dengan teor la hal yang tercakup dalam tema/masalah yang dit Ketiga, masalah nilai sebagai obyek penelitian. Sejak Max We- ber dan kemudian dengan karya-karya Talcott Parsons (khusus- nya The Structure of Social Action) penelitian.terhadap nilai men- dapat tempat penting dalam ilmu-ilmu sosial. Pertanyaan yang di- stugas menyelidiki kenyataan ilue)? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut sudah diberikan oleh Max Weber sendiri: ila sesuatu yang berlaku secara normatif dijadikan obyek suatu pene hat me der Erkenntnistheorie, (mu Sosiat 29 Sikap miah dan Kritik Kebudayean Titian emy ia akan dip . maka sebagai obyek, ia kehilangan iakukan sebagai keny menjadi ialah apakah scorang ilmuwan sosial hanya bertugas menye- sial yang ada, ataukah dia pun yang harus diperj pandangan. Yang satu. mengatakar as dan tanggungjawab ilmuwan, sebaiknya antara mimbar kuliah dan kantor atau parle. Ada perbedaan hakekat antara tanggungjawab lah bahwa ada pi mukakan secara tersemb! menjelaskan segala kenyataan sosial hanya berdasarkan inggal seper' alat produksi. Kemungkinan yang ke derungan untuk mengemukakan suat gai suatu proposisi ilmiah. Pemikiran- pei mungkin banyak gunanya sebagai rangsangan dalam hal demi JJainkan tanggungjawab sosial p 1 dia tidak bertindak lagi atas we- api sebagai seorang warga negara ala Weber, pend ran spekulatif seba- kiran. semacam sadar misalnya, Dengan an tersebut mendapat tanyaan misalnya), tetapi tidak bisa dianggap il Pandangan lainnya sel ta: test secara empiris. atas, dengan argumen bahwa g membedakan adalah masalah penerap: i tanggungjawab sosial politik hanyalah ah sejauh mana tugas scorang ilmuwan sosial dalam erhadapan dengan suai ‘atau perubahan sosial y Jah satu pendirian, yang memang hingga sekarang banyak dianut, tapi sebets a merupakan hasil dari suatu perkembangan storis tertentu. Berarti per semacam itu bisa dipersoalkan bali berdasarkan pendirian lainnya. Sikap ilmiah tidak identik gan cara para ilmuwan de facto mempraktekkan ilmunya hing: ga sckarang. Yaitu atas cara yang hendak memisahkan tanggung- jawab politik. Dengan cara sema- ini para ilmuwan sosial umpamanya, hanya akan membatasi diri pada penjelasan tentang suatu struktur sosial menurut apa ada- nya, cenderung bersikap afirmatif terhadap struktur tersebut dan -mpertahankan status quo. Se- suatt. perubahan sosial yang diinginkan misalnya? Dalam praktek, itu lalu berarti menin. jau kembali kedudukan ilmuwan sebagai pei suatu kelompok sosial sebagai dan obyek yang gm Ausfactze zur Wissenschaftslehre, (Tuebi 30 Sikap Hmiah dn Krth Kebudeyaan tanggung jawab sosial politik tertentu, maka ilmuwan sosial dalam bethadapan dengan suatu struktur sosial tertentu, tidak hanya akan menjelaskan secara netral, melainkan sekaligus mempertanyakan apakah struktur sosial yang ditelitinya itu patut dipertahankan atau malahan harus diubah. Di sinilah sementara pemikir ilmu sosial melihat perbedaan antara teori-teori yang bersifat tradisio- nal dan teori-teori yang bersifat kritis.¢ Dengan pendirian kri acam itu akan sangat sukarlah membedakan apa yang disebut ilmiah dan apa yang bersifat ideo- logis. Sikap . "bebas- (Wertfreiheit) yang dianjurkan’ Max Weber olch para pengritiknya dianggap sebagai bukan pendirian ilmiah tetapi pendirian ideologis, yang bisa membawa akibat. akibat langsung pada ilmuwan, misalnya dengan menyingkirkan ilmuwan ke dalam suatu splendid isolation, yang sedikit sekali ber- sentuhan dengan pergolakan dan masalah sosial yang justeru harus diatasi. Demi kejelasan, perlu dikemukakan bahwa predikat ideologis 4i sini digunakan dalam pengertian yang seluasluasnya, yaitu baik dalam arti studi sejarah intelektual yang lebih menekankan peran- daripada segi epistemologis, baik dalam arti suatu kons- ikologis yang _merupakan dorongan yang berasal dari berbagai struktur intra-psikis, maupun dalam arti studi yang menekankan sikap-sikap normatif yang pen. ting artinya untuk adanya keserasian, stabilitas maupun persisten- si dalam masyarakat. Ideologi akan mengandung sejumlah keper- i dan yang dikenal sebagai Weltanschauung, tetapi sekaligus juga merupakan suatu sudut pan dangan tertentu dalam memandang seluruh realitas. Ideologi sekaligus mempengaruhi pemilihan tentang apa yang dilihat dan bagaimana melihatnya. Dalam semua itu selalu terlihat suatu keter- PeoriImu Sosiat 31 1m hubungan dengan tindakan manusia, terdapat banyak le yang secara terselubung sclalu siap dipakai sebagai penje- dan pembenaran motif suatu tindakan, sebagai pengganti yang sebenarnya (alasan yang dikemukakan untuk masuk ‘an tinggi adalah demi perkembangan bakat dan kematang- lektual, padahal sangat mungkin alasan sebenarnya yang di Kalau pembenaran diri tersebut berlangsung pada tingkat di mana ada motif-motif kepentingan tertentu yang tak iari lagi, dan di mana selalu ada beberapa motif sadar yang ikemukakan sebagai pembenaran tindakan suatu kelompok sosial, aka terjadilah suatu proses di mana kesadaran manusia semakin olch ideologi, yaitu oleh ide-ide yang sangat dipercayai wai alasan tindakan tapi tak pernah efektif sebagai motif tin kan, karena yang menggerakkan tindakan kelompok sosial yang ssangkutan adalah motif yang sengaja disembunyikan dan lam- wun tak disadari lagi.® Dalam hubungan dengan pengetahuan, maka penting sekali ;buka kembali motif-motif tersembunyi yang mempengaruhi jetahuan kita, untuk melihat seberapa jauh peranan motif ff kepentingan itu dalam proses kognitif kita, seberapa jauh jerespraktis membimbing atau menyesatkan kesadaran kita. jugas yang dianjurkan oleh pendekatan kritik:ideologi dalam_ ‘emologi_moderen, yaitu semacam tugaspsikoanalisa pada kat Kolektif untuk melakukan kritik tentang obyektivitas pe- fhuan.? Pengetahuan adalah hasil kreasi manusia yang lang- yengaruhi oleh situasi yang dialaminya dalam sejarah. Maka yengaruh-pengaruh historis pada terbentuknya penge- u pengetahuan akan bermanfaat untuk mencegah ‘mutlakan suatu hasil kognitif yang berhubungan dengan masa 8 J. Habermas, Technik und Wissenschaft als ‘Tdeologie,” (Frankfurt ‘aM: Suhrkamp Verlag 1981), hal. 153. 9 JeHabermas, op.cit, hal. 158. 32 ‘Sikap Himiah dan Kritik Kebudayoan sejarah’ tertentu, merclatifkannya, dan membuka ker untuk berkembang. Kecenderungan ahistoris (yang sifat historis relatif dari pengetahuan) adalah awal proses peman- dulan ilmu dan pengetahuan, ing sangat_menarik tentang kritik ideologi leh Juergen Habermas.!° Menurut penjelasannya, utama yang langsung mempengaruhi dan menen ik tindakan dan bentuk pengetahuan manusia, kerja, komunikasi/interaksi dan kekuasaan. Kerja dibimbing interesse yang bersifat te mempengaruhi la proses terbentuknya ilmu pengetahuan, yaitu ilmu-ilmu yang ‘ermasuk dalam kelompok empiris-analitis, kemudian ilmu-ilmu yang dapat dibi dan yang terakl sosiologi, p ng sama, yang menentukan » peraturan untuk konstruksi suate ntang test empiris yang akan dikena. jeori_yang kemudian de- jemungkinkan_diturunkannya ak isi em merupakan proposisi tentang kore- dalam suatu: obye © Hipotesa-hipotesa lasi_antarvariabel (ova yang kemudian dapat pula a, Technik und Wissense yahasan_mengenai pemi ddan interes terdapat dalam Rupert Teori Thmu Sosial 33 wana_yang ditentukan oleh aturan-aturan tentang aplikasi k memperoleh informasi, yang diperlukan untuk mengawasi mengembangkan kemampuan teknis manusia dengan bantuan 1 model feed back-monitoring (suatu test empiris akan men- ansfer-balik konfirmasi atau falsifikasi kepada hipotesa). * lah kelompok ilmu yang metode dan teknik- luas dalam pelajaran ilmu sosial di universi- fersitas di Indonesia. Keperluan metodis yang terpokok m kelompok ilmu ini ialah mengadakan isolasi peristiwa-peris- 1. Korelasi ini perlu untuk memberikan informasi dan mengada- kan prognose yang memungkinkan penguasaan dan kontrol teknis \dap proses-proses yang sudah diobyektifkan. Kelompok ilmu-ilmu historis-hermeneutis memperlihatkan berikut: Jalan untuk mendekati kenyataan bukannya melalui obser- Interpretasi_yang benar akan meningkatkan inter itas, sedangkan interpretasi yang salah akan mendatang- kan sanksi (untuk mengambil contoh yang kocak dapatlah diba- yangkan apa akibatnya kalau senyum basa-basi diinterpretasikan sebagai senyuman cinta!). ‘© Suatu pemahaman hermeneutis selalu merupakan pema- wan berdasarkan pra-pengertian (Voru idnis). Pemaham- ‘an situasi orang lain hanya mungkin tercapai melalui pemahaman tuasi diri sendiri terlebih dahulu. Pemahaman_berarti takan komunikasi antara kedua situasi tersebut. Komunikasi tersebut akan menjadi semakin intensif, apa- i yang hendak dipahami, oleh pihak yang hendak mema a diaplikasikan kepada dirinya senditi © Interesse yang ada di sini adalah interesse untuk memper- 34 Sikap Imiah dan Kritik Kebudayaan tahankan dan memperluas intersubyektivitas dalam komunik ‘Apa yang mengikat komunikasi adalah norma berdasarkan kon- sensus mengenai tingkah laku yang diakui dan diterima. © Kekuatan norma-norma sosial tersebut didasarkan pada saling pengertian tentang maksud pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi, yang dijamin dan diawasi olch pengakuan umum ten- tang kewajiban yang diharus ditaat Secara umum, ilmu-ilmu homaniora (Geisteswissenschaften) termasuk dalam kelompok ini. Kelompok ketiga adalah ilmu-ilmu sosial kritis: S ilmu-ilmu empiris-analitis, maka kelompok ilmu- ilmu sosial kritis pun menghasilkan pengetahuan nomologis yang diturunkan dari suatu sistem referensi yang sama. © Namun langkah lebih jauh yang ditempuh oleh kelompok ilmu sosial kritis ialah meneliti juga apakah teori-te Khususnya theories of action, betul menangkap korel sungguh-sungguh ada dalam social action. dan bukannya hanya menunjuk suatu korelasi semu yang dipaksakan secara ideologis. Kalau diketahui bahwa korelasi itu hanya ideologis sifatnya, maka pada prinsipnya ia pun bisa berubah, © Tujuan yang hendak dicapai olch kelompok kritis ialah mengguncang kembali lapisan kesadaran yang sudah malas (non- reflective) yang menjadi kondisi yang sangat cocok bagi mun: culnya hubungan-hubungan yang bersifat ketergantungan. © Tujuan tersebut dicapai dengan cara self-reflection, Ketiga jenis ilmu tersebut masing-masing menghasilkan tiga jenis pengetahuan, yang juga berbeda fungsinya satu sama lain, Mmu-ilmu empiris-analitis menghasilkan informasi-informasi, yang. akan memperbesar penguasaan teknis pada manusia. {muilmu. historis-hermeneutis. menghasilkan interpretasi-interpretasi_ yang memungkinkan adanya suatu orientasi bagi tindakan manusia dalam kehidupan bersama, Imu-ilmu sosial-kritis. menghasilkan analisa yang membebaskan kesadaran manusia ungkungan’ ketergantungan kepada kekuasaan 12, Lihat artikel J. Habermas "Der Universalitaetsanspruch der Herme- PeoriHlmu Sosiat 35 Ketiga_kelompok ini_pun mempunyai hubungan kritis satu lain. Lmu-ilmu empiris-analitis mencegah kelompok historis- eneutis dari subyektivisme yang ditandai oleh interpretasi ig sewenang-wenang. Sebaliknya ilmu-ilmu historis-hermeneutis ‘gah _kelompok empirisanalitis supaya tidak terjebak ke » determinisme buta. Imu-ilmu kritis mencegah kelompok is dari pengelabuan kesadaran oleh apa yang dinamakan hu- jah dan obyektivisme, dan memberi perspektif kepada iit “erent cee" baie fella” Kesey aye telat sosial adalah dua dunia yang berbeda. Sebaliknya ilmu em: is mencegah ilmu kritis dari bahaya penciptaan mitos karena isa yang terlampau politis istem: Habermas versus Parsons Uraian pada bagian depan mengemukakan beberapa pengaruh ktek kepada teori dan beberapa persoalan yang ditimbulkan- lau — untuk keperluan tema karangan ini — yang dimaksud n praktek adalah kenyataan sosial dan perubahan sosial, ka dapat pula diajukan pertanyaan apakah ada pengaruh terten- wri suatu struktur atau perubahan sosial terhadap teori ilmu sebaliknya? Ke dalam suatu perubahan sosial yang hen- i yang digunakan) adalah variabel yang sama-sama harus diper jtungkan dalam meneliti sebuah perubahan sosial. Sesuai dengan dan sebuah contoh dalam sejaral ‘uk menunjukkan, bahwa pergeseran suatu teo sial — (meskipun ilmu alam pun sebe- tidak hanya menunjuk kepada suatu 34 Sikap Imiah dan Kritik Kebudayaan tahankan dan memperluas intersubyektivitas dalam komunikasi. ‘Apa yang mengikat komunikasi adalah norma berdasarkan kon- sensus mengenai tingkah laku yang diakui dan diterima. © Kekuatan norma-norma sosial tersebut didasarkan pada saling pengertian tentang maksud pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi, yang dijamin dan diawasi olch pengakuan umum ten- tang kewajiban yang diharus ditaat Secara umum, ilmu-ilmu homaniora (Geisteswissenschaften) termasuk dalam kelompok ini. Kelompok ketiga adalah ilmu-ilmu sosial kritis: © Seperti ilmu-ilmu empiris-analitis, maka kelompok ilmu- ilmu sosial kritis pun menghasilkan pengetahuan nomologis yang diturunkan dari suatu sistem referensi yang sama. © Namun langkah lebih jauh yang ditempuh oleh kelompok ilmu sosial kritis ialah meneliti juga apakah teori-teori yang ada, khususnya theories of action, betul menangkap korclasi tetap yang sungguh-sungguh ada dalam social action. dan bukannya hanya menunjuk suatu korelasi semu yang dipaksakan secara ideologis. jui bahwa korelasi itu hanya ideologis sifatnya, maka ‘ipnya ia pun bisa berubah, ing hendak dicapai oleh kelompok kritis ialah mengguncang kembali lapisan kesadaran yang sudah malas (non: reflective) yang menjadi kondisi yang sangat cocok bagi mu culnya hubungan-hubungan yang bersifat ketergantungan, © Tujuan tersebut dicapai dengan cara self-reflection. Ketiga jenis ilmu tersebut masing-masing menghasilkan tiga jenis pengetahuan, yang juga berbeda fungsinya satu sama lain, Mmu-ilmu empiris-analitis menghasilkan informasi-informasi, yang akan memperbesar penguasaan teknis pada manusia. [mu-ilmu. historis-hermencutis. menghasilkan_ interpretasi-interpretasi_ yang memungkinkan adanya suatu orientasi bagi tindakan manusia dalam kehidupan bersama, Imu-ilmu sosial-kritis menghasilkan’ analisa yang membebaskan kesadaran manusia dari kungkungan kepercayaan yang didikte oleh ketergantungan kepada kekuasaan. atau pun oleh keterg 18 12 Lihat artikel J. Habermas "Der Universaitaetsanspruch der Hermes Teor’ Hmu Sosial 35 Ketiga_kelompok ini pun mempunyai hubungan kritis satu n. IImu-ilmu empiris-analitis mencegah kelompok historis neutis dati subyektivisme yang ditandai oleh interpretasi venang-wenang. Sebaliknya ilmu-ilmu historis-hermeneutis ‘gah kelompok empiris-analitis supaya tidak terjebak ke determinisme buta. Imu-ilmu kritis mencegah kelompok is dati pengelabuan kesadaran oleh apa yang dinamakan hu Imiah dan obyektivisme, dan memberi perspektif kepada mu hermencutis, bahwa dunia kesadaran subyektif dan sial adalah dua dunia yang berbeda. Sebaliknya ilmu em is dari bahaya penciptaan mitos karena ‘Sistem: Habermas versus Parsons Uraian pada bagian depan mengemukakan beberapa pengaruh praktek kepada tcori dan beberapa persoalan yang ditimbulkan. ja. Kalau — untuk keperluan tema karangan ini — yang dimaksud n praktek adalah kenyataan sosial dan perubahan sosial, aka dapat pula diajukan pertanyaan apakah ada pengaruh terten- 1 dari suatu struktur atau perubahan sosial tethadap teori ilmu al, atau sebaliknya? Ke dalam suatu perubahan sosial yang hen- ak diteliti oleh imu sosial tidak saja termasuk suatu obyek pene- in, melainkan juga peneliti, teknik penelitian dan teori yang ipergunakan dalam penelitian, Berarti semua unsur tersebut ick penelitian, pencliti, metode dan teknik penelitian maupun yang digunakan) adalah variabel yang sama-sama harus diper- jtungkan dalam meneliti sebuah perubahan sosial. Sesuai dengan dulnya, maka karangan ini akan hanya membahas teori ilmu il sebagai variabel sosial. Dengan singkat hendak dikemukakan yeberapa argumen dan sebuah contoh dalam sejarah ilmu sosial an, bahwa pergeseran suatu teori lama ol 37 Teori mu Sosiat Sikap Mmiah dan Kritik Kebuday rgeseran ilmiah dalam arti pergantian suatu logik lama oleh logik lain, melainkan juga menunjuk suatu pergeseran sosial, khu- ya pergeseran cita-cita sosialnya. a teori-teori dari kelompok teori-sistem (system theories) muncul dalam ilmu-ilmu sosial, maka banyak orang merasa suatu. pendobrakan besar tethadap , khususnya terhadap ilmu-ilmu, sosial pengembangan intersubycktivitas Tujuan penguasaan teknis pembebasan kesadaran non- reflektif Karena perubahan pandangan yang diajukan oleh yyentuh berbagai-bagai bidang yang digarap oleh ilmu sosial. Secara terperinci bidang-bidang yang diguncang oleh perubahan pandangan itu akan coba kami uraikan di bawah ini. Hal yang pertama adalah menyangkut pengertian sistem itu |. Dengan berorientasi kepada metafisika, maka pengertian tentang sistem ‘akan berintikan suatu substansi yang tetap ma dan tak berubah. Sistem adalah keseluruhan organisasi untuk jaga substansi tersebut. Dilihat dalam kerangka "tujuan dan .” maka sistem adalah suatu cara dalam bentuk organisasi k-menjaga tujuan yaitu substansi, yang sekaligus menjadi naan dan dasar rasional seluruh sistem, Pandangan se- menimbulkan. kecenderungan untuk memisahkan san tegas sistem dari lingkungan (Umwelt). Dengan begitu ilmu jukum, misalnya hanya akan dipahami sebagai sistem norma- orma hukum, yang tidak perlu mempertimbangkan keadaan-kea- n dalam lingkungannya, yang akan mempengaruhi sistem norma- 1p tindakan manusia coba dite- pemahaman arti melalui Akses kepada bahasa self: reflection : ° : é a z Jeni Ima ima alam & ims sosial cempiris umaniora dari Juergen Habermas, melankan merupakan hal interpretasi penulis ini dan Karena itu se- Sifat mu historia hhermeneutis indakan dengan tindakan itu sendiri sebagai sarana mencapai tu juan. Dalam teori-sistem tujuan tidak dilihat sebagai penyempumna- Interesse Praktis Komunikasi Kekuasaan Ikchtisar Epistemologi Juergen Habermas CATATAN: Inhusar di atas tidak berasal enuhny menjadi 38 Sikap Himiah dan Kritik Kebudayaan an dan dasar rasional suatu sistem, melainkan hanya sebagai rumusan provisoris untuk hal lain yang lebih pokok, yai hanan sistem dalam suatu hubungan tukar-menukar (Tauschleis- tungen) antara sistem dan lingkungan. Ketahanan sistem, Lisi maintenance) adalah sesuatu yang terlalu besar dan sukar gang dalam ingatan dan pengertian, sehingga perlu diterjemahkan ke dalam bentuk yang lebih bisa dipegang dan diingat, yait yang dirumuskan sebagai tujuan. Apa yang dalam penge: dikenal sebagai tujuan yang harus dicari dasarnya pada dalam teori-sistem hanya dianggap scbagai ung. yang harus mempertahankan sistem. la sebabnya dalam teori-sistem tak ada pembedaan tegas antara pihak luar dan pihak dalam, antara lingkungan dan sistem, ibedakan untuk menentukan suatu titik Konstan dalam menjelaskan perubahan, Untuk menje= laskan perubahan di luar (dalam lingkungan), maka untuk semen- tara sistem sendiri harus dianggap scbag ygkungan untuk sementara hiarus dianggap sebagai konstan. Pengandaian titik konstan yang bersifat relatif ini diperlukan khususnya supaya mungkin juga ada waktu untuk Sesuatu perencanaan, Untuk me- terjadi verubahan ike perdi perubahan tersebut m kan waktu, dan selama itu lingkungan tersebut bisa/b gap sebagai Konstan, Mal “yang_kedua_menyangkut pengertian_masalah. Dalam lak sesuai dengan. ‘aka di sana timbul masalah, Masalah ini berubah moister ioe jologis, problem muncul 39 Peoritimu Sosiat ketegangan antara tahu dan tidak tahu. Kalau dari sesuatu yang kita ketahui (misalnya masalah KB) muncul kemudian ipa hal yang tidak/belum kita ketahui (misalnya konsekuensi kasi pendidikan dalam suatu keluarga batih), maka disana masalah. Masalah ini pun segera menghilang apabila ia ipecahkan dengan pengetahuan baru yang kemudian diper- Pada tingkat ilmiah, seperti pada teori-sistem misalnya, bukanlah sesuatu yang tidak stabil dan sementara sifat: \elainkan sesuatu yang menetap atau permanen sifainya, disebabkan karena sistem dan lingkungan selalu dipandang suatu kesatuan, padahal keduanya tidak selalu berjalan Dalam hal ini kescimbangan dan stabilitas sistem hanya bisa ich dengan mengadakan kombinasi-kombinasi baru dari fan sistem yang disesuaikan dengan lingkungan. Setiap per- xetiap perubahan dalam lingkungan akan aka sementara sistem terus mengalami in dan begitu pula lingkungan, maka masalah pun bersifat alau sistem dimantapkan oleh fungsi m berarti-tergangy |. Akan tetapi hu- Jasan ini, maka fyngsi laten akan menjadi jembatan yang jubungkan keduanya. Menyingkapkan semua fungsi laten, fat bermanfaat untuk mendefinisikan kembali masalah-masa- ian rupa, sehingga setiap masalah a perasaan iri terhadap rekan yang terlampau dalam kerja. mempunyai fungsi untuk mempertahankan esan, bahwa semua orang yang bekerja dalam suatu perusahaan Yang lebih menarik ialah bahwa bukan hanya peristiwa dalam kchidupan sehari-hari mempunyai fungsi yang tersembunyi melain- der deutschen Soziologie, (Dar 04 40 Sikap Iimiah dan Kritik Kebudayaart kan juga teori-teori ilmu, khususnya teori ilmu-ilmu sosial sering pula bisa ditunjuk dan dibuktikan fungsinya yang tersembunyi. Salah satu contohnya ialah kritik Marcuse kepada teori kebuda- yaan Freud.'® Kebudayaan oleh Freud diterangkan dalam kerang- ka hubungan antara prinsip kesenangan (Litstprinzip) dan prinsip kenyataan (Realitactsprinzip). Menurut dia, naluri-naluri, yang muncul dari prinsip kesenangan ini harus ditckan, supaya seseo- rang bisa diterima dalam masyarakat yang menganut norma-norma tertentu. Kontrol terhadap prinsip kesenangan ini diberikan oleh kebudayaan, Dengan demikian prinsip kesenangan dipertentang. kan dengan prinsip kenyataan. Menurut Marcuse, ada suatu fungsi laten (istilah fungsi laten dari saya, IK) dalam kesimpulan tersebut. Yaitu semacam “pesan” Freud supaya orang jangan mengobral tenaga psikisnya hanya untuk kesenangan, karena tenaga-tenaga tersebut masih lebih diperlukan untuk kerja dalam mengatasi alam ‘guna pengadaan bahan-bahan pemenuh kebutuban hidup yang pokok, Menurut Marcuse, ”pesan” inilah yang menyebabkan mengapaprinsip kesenangan dipertentangkan dengan prinsip kenyataan (dan bukannya diperdamaikan), dan mengapa pula prin sip kenyataan menjadi begitu dominan, Ini pula yang menyebab- kan mengapa Freud melihat kebudayaan hanya sebagai suatu n dan mengabaikan sama sckali unsur fantasi yang demi. kian penting peranannya dalam penciptaan kebudayaan. Freud Pun mengabaikan kenyataan bahwa dalam kerja kebudayaan, orang mendapat_ pula banyak perasaansenang yang, diberikan oleh prestasi-prestasi yang dicapainya, Betapa lemahnya argumen Freud ini telah ditunjuk oleh Adler, yang melihat suatu logika-melingkar dalam argumen Freud dan menyamakannya de. gan “argumen ayam-telur” dari scorang anak kecil. Karena "Kalau Anda bertanya dari mana asalnya peradaban, maka Anda akan mendapat jawaban: dari represi; dan kalau Anda bertanya dari mana asalnya represi, maka Anda akan mendapat jawaban: dari peradaban,”"® 15 Dr. K. Berterns, Filsafat Barat dalam Abad XX, ji 199.202, 16 Dieter Wyss, Depth Psychology: A Critical History, (New York W.W. Norton & Company Inc. 1966), hal, 187 Jakarta: Gra i Himu Sosial 41 Dalam ilmu sosial yang paling maju pun, seperti ilmu ekono- lapat’diperolch berbagai contoh tentang adanya fungsi laten berbagai teori. Salah satu jasa penting dari Gunnar Myrdal menyingkapkan kenyataan bahwa dalam berbagai teori cko- Kbususnya ekonomi klasik — tersembunyi sesuatu "pe- suatu fungsi laten, suatu ideologi, yang mau mempertahan- sistem yang ada. Dengan menarik garis pisah yang tegas antara ri-teori tentang produksi dan teori-teori tentang distribusi sti yang dilakukan oleh J.S. Mill) diperlihatkan suatu tenden- si yang cukup jelas untuk membela produksi, dan membela laissez faire dan mengabaikan distribusi, karena katanya produksi dikua: oleh hukum-hukum alam (mekanisme pasar) dan campur \gan kebijaksanaan dalam bentuk apa pun hanya akan mengha- igi produksi; sebaliknya distribusi pendapatan dari kekayaan bidang yang harus diatur oleh kebijaksanaan. Malah timbul ri yang ingin membuktikan bahwa distribusi pendapatan dan kebijaksanaan untuk meningkatkan pendapatan para peker Jalah sia-sia, karena hal itu secara alamiah tak akan mungkin. anya, ada satu tingkat upah seimbang yang akan ditentukan .ya produksi yang diperlukan untuk menghasilkan sarana ipah tersebut, yang dipergunakan untuk mbeli barang-barang dan jasa riil, dapatlah dianggap sebagai konstan, karena peningkatan upah yang melebihi standar terscbut akan menaikkan tingkat reproduksi. Reproduksi yang meningkat terscbut menyebabkan laba berkurang, dan ini akan menyebabkan la berkurangnya pembentukan modal. Reproduksi juga akan nycbabkan meningkatnya sewa tanah (karena lebih banyak yrang yang memerlukan tanah), dan ini pun tambah mengurangi ya. Dengan demikian, diukur menurut sarana kebutuhan subsis (en, upah akan dengan sendirinya kembali ke tingkatnya yang se mula, Dengan tcori upah alamiah ini, Ricardo membuktikan bah wa perbaikan nasib para pekerja adalah sesuatu yang tak mungkin patut disayangkan.!” Kembali ke pengertian masalah, maka teori-sistem pun meng: 17° Gunnar Myrdal, Bangea-bangsa Kaye dan Miskin, (Jakarta: Grame dia, 1980), hal, 176 dan seterusnya, 42 Sikap llmiah dan Kritik Kebudayaan fajukan suatu pendapat baru tentang kontradiksi. Dalam pandangan lama dituntut bahwa tindakan seseorang atau sekelompok orang harus selalu logis-konsisten dengan tujuannya. Logis berarti bahwa. suatu tindakan dapat dijelaskan dengan tujuan sebagai alasannya, dan konsisten berarti bahwa dalam kerangka tujuan, tindakan yang. satu tidak boleh bertentangan dengan tindakan lainnya. Artinya, ig harus dicapai, harus sanggup pula mengeliminir sctiap, is yang demikian itu. Sebab- nya ialah, karena setiap tindakan sclalu dapat membawa akibat yang tidak sesuai dengan tujuan sistem. Setiap harus bergulat dengan organizational dilem mas. S karena itu mampu dan harus mampu bertahan, meskipun ada berbagai kontradiksi dalam dit mungkin mencegah timbulnya disfungsionalisme dalam Dengan adanya akibatakibat yang disfungsional itu, maka suatu sistem ngan satu cara pemecahan, Yang mungkin dibuat ialah menyiapkan beberapa alternatif peme- cahan yang untuk sementara boleh dianggap ekuivalen secara fung- sional, dan baru — pada waktu diperlukan — ditentukan mana yang mendapat prioritas, Karena secara fungsional juga lebih ber- Pemecahan ini pun tidak mempunyai kekuatan untuk melainkan paling. itu sedemikian rupa, organisasi_mi paling hanya sehingga dia dalam sistem, Kembali terlihat di sini bahwa bagi teori-sistem, pro- blem adalah sesuatu yang permanen. Penyelesaian masalah kemudian dilakukan oleh sistem melalui pembentukan struktur. Seperti sudah disebutkan, sistem sosial terdiri dari tindakan-tindakan yang dalam maknanya berhubungan. satu sama lain. Hubungan makna antara suatu tindakan dan tindakan lainnya kemudian dimantapkan sedemikian rupa — frekuensi, konsistensi, dan konsensus —, schingga kem J bul suatu ex; uw harapan yang khas kepada tindakan tersebut. Dengan demikian suatu tindakan kemudian berhubung- mu Sosial 43 dengan sistem bukannya dalam suatu hubungan kausal antara /syarat dan akibatnya, melainkan oleh distabilkannya apan-harapan terhadap tindakan tersebut. Stimulus (S) dan idak sanggup menjelaskan suatu ‘melampaui batas-batas sistem yang harapan-harapan. Struktur suatu sharapan tertentti sudah diman ‘an menjadi stabil. Struktur inilah yang kemudian membuat suatu sistem, dan membuat sistem tersebut mempunyai hubungan yang stabil pula dengan lingkungannya. Dengan struktur yang ada, suatu sistem dapat menampung berbagai akibat indakan. Salah satu cara untuk menam- \dakari yang bertentangan dengan namun harapan-harapan mengenai action fara dan distabilkan. Norma harus tetap ipertahankan, peran sescorang tidak b; pi harus memberi cukup ruang untuk ekspresi dirinya secara dai, sementara konsensus harus terus mencrus diperluas dan mbagakan. Bagaimanapun juga struktur sistem tersebut tidak pernah ber- sifat eksklusif dan tertutup terhadap lingkungannya, Kenyataan ini \yebabkan sangat sulitnya menjelaskan hubungan sistem dan Jkungan secara kausal. Hubungan sebab dan akibat adalah suatu gan tertutup, yang diisolasikan sejauh mungkin dari faktor faktor yang mengganggun itu dapat diramalkat mentara itu kita tahu bahwa dalam interdependensi antara sistem dan lingkungan, keduanya praktis berjalan sendiri-sendiri, di mana sistem tidak mampu mengontrol lingkungan nenurut rencana dan programnya. Akibatnya, dituntut suatu sikap mobil untuk menje- askan perubahan yang terjadi dengan memakai beberapa kemung- kinan sebab dan beberapa kemungkinan akibat. Prinsip kausalitas ich prinsip perbandingan. Sebagai contoh, terhadap indakannya tidak memenuhi harapan kita, kita iga cara: 1, menghentikan sama cecewaan; atau 3, menjatubkan dapat memberikan reaksi melal sckali hardpan; 2. menjelaskan a4 Sikap Imiah dan Kritik Kebudayaan sanksi kepadanya. Buat sementara, ketiga kemungkinan itu harus dianggap fungsional ekuivalen. Harapan bisa dihentikan apabila dengan itu struktur sistem tidak dirugikan. P kekecewaan bi itu dapat diisol rupa, schingga daripadanya tak perlu ditarik konscku ensi_ yang prinsipil. Sanksi boleh dianjurkan apabil k timbul akibat-akibat sampingan. yi demikian, maka ketahana pilihan mana yang akan di kkarena dia cukup mobi tabilitas sistem justeru terjamin, ntuk menyiapkan beberapa kemungkin- an reaksi. Konsekuensi_pentin, n di atas ialah, bahwa suatu tindak: ngkin.dilihat secara.tunggal. dan terpisah dari tindakan lainnya, Rasionalitas: si dapat lagi dijelaskan berdasarkan laskan dalam kerangka action s \kan harus dije- m, sebagai rasionalitas sistem. Suatu action system menjadi rasional apabila kepenting: dapat digeneralisasi sedemikian rupa, schingga dalam kondis kungan yang berubah-ubah, tetap ada beberapa kemun| untuk pemuasan kebutuhannya. Di bagian depan sudal sistem dianggap membawa banyak perubahan penting dalam ilmu sosial, karena memberikan snatu sangat i maupun pengertian rasionalitas. Cukup sul sini seberapa jauh hasil yang telah dicapai rapa jauh dia ditcrapkan dalam praktek ilmu sosial, dan seberapa jauh dia sanggup mempengaruhi pikiran orang banyak. Yang penting bagi tulisan ini ialah bahwa dengan munculnya teori-sis tem, banyak pandangan lama dalam ilmu sosial telah mendapatkan perlawanan yang tangguh. Pada pokoknya pandangan-pandangan Jama itu berputar sekitar ke si tetap, yang harus disclamatkan, yang tertutup, yang melihat dirinya sebagai pusat, dan yang menerangkan perubahan-perubah- 1 Sosial = di sckitamya sebagai kebetulan (aksidensia). Substansi yang kemudian diterjemahkan menjadi hukum kodrat, fh sumber utama dari banyak pandangan konservatif yang jpertahankan status quo. Kodrat adalah sesuatu yang tak ber- karena itu setiap pembaharuan tak banyak Tama yang diserangnya. istem ialah ketahan: juan, peran dan lembaga. Dalam teori ini perubahan Ginafikan, tetapi semua perubahan tersebut hanya diterang- kan sebagai berlangsung dalam sistem, dalam kerangka fungsi-fung- ji sistem yang biasa, dan kemudian dicarikan hubungannya nsur-unsur lainnya dalam sistem yang sama. Yang tidak dijelaskannya ialah bagaimana mungkin dapat terjadi suatu bahan yang cukup mendasar yang melampaui batas-batas tem schingga dari perubahan itu lahir suatu sistem yang baru kombi- ingan dengan lingkungan, dia akan sanggup mengadakan ‘ombinasi baru dalam fungsi-fungsinya, schingga ae dapat dipulihkan, Juga masalah dan kontradiksi yang Se ee ia walt akan cukup kuat untuk jatuhkan — ati ksi akan dirangkul sebagai anti an) dan mengukuhkan sistem itu sendiri.!® Di sinilah tei tak berbedanya "ideologi” te ologi ; i substansialistis yang diserangnya. Dia hanya mengganti stansi dengan sistem, dan membuat perubahan penjelasan bebe- op. cit. hal. 288. 46 Sikap Himiah dan Kritik Kebudeyaan rapa unsur teori substansi (tujuan, norma, rasionalitas). Sifat_konservatif teori-sistem ini dapat dicari sebabnya pada identifikasi antara suatu sistem. sosial dan sistem organisasi yang menjadi model dan teori sistem. Suatu sistem sosial kemudian di- anggapnya sama dengan sistem organis, padahal ada perbedaan yang sangat hakiki antara keduanya. Kalau suatu sistem organis bethenti fungsi-fungsinya, maka berakhir pulalah cksistensinya sebagai suatu sistem organis. Sebaliknya apabila suatu sistem sosial berhenti berfungsi, maka sebagai sistem dia justeru tidak mati melainkan menjelma menjadi suatu sistem apa yang dalam sistem organis dipandang sebagai |, dapat saja menjadi suatu rangsang yang sangat kreatif dalam suatu sistem sosial.2° mengembangkan suatu t mn dengan orientasi normatif, dan baru kemudian mengembangkan suatu teori sistem, di mana tindakan seorang bukannya dikontrol oleh norma lai, me. semata-mata oleh mekanisme peran. Pernyataannya ialah: menga- pa Parsons telah wry of action ke dalam teori sistem dan bukannya berusaha menerangkan teori sistem dalam kerangka theory of action? as telah menunjukkan bahwa ke- ion memang tidak dibuat cukup luas, sching. i pengertian-penger- ‘ap, sehingga akhimya hanya bisa tem?! Seandainya kerangka teori tentang action dapat dibuat cukup luas, niscaya ia bisa pula ial yang bulat, seperti yang dibuktikan ol heim dengan teori tentang "representasikolektif, in teori interaksi simbolik, dan oleh Habermas dengan teori ng das kommunikative Handeln. Langkah-langkah yang di th Parsons dalam peralihan dati n akan dibicarakan secara singkat di baw: \g bersifat normatif, yang dipertentangkan dengan teori-teori tradisi empiris. Di sini ia bergerak dari dua jurusan. Dari menguraikan pengertian tindakan manusia berdasar- in ia membahas teori-teori icial order, untuk menunjuk ‘a tak sanggup men- an bagaimana mungki jobbes). Di sini pihak: : dalam dua kubu, yang menurut dia, sama-sama gagal menje- dakan manusia: Kelompok rasionalis dan empiris gagal sedangkan kelompok mate- imitas dalam tindakan-tin an yang saling berhubungan, yang didasarkan smatif yang diajukan Parsons ialah suatu konsep tentang kan yang bersifat voluntaristis dan suatu konsep tentang sosial yang ber Pada tahap ini tindakan sese- ang masih dijelaskan dalam kerangka tujuan dan cara, Dengan \dakannya, scorang aktor berikhtiar mencapai suatu tujuan ‘an dalam situasi- 48 ‘Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan ‘menentukan pilihan di antara beberapa alternatif. Pada tahap berikutnya, tindakan tidak lagi hanya dijelaskan berdasarkan konsep-konsep seperti aktor, situasi dan orientasi, melainkan orientasi tindakan dijelaskan sebagai hasil interaksi antara kebudayaan, sistem sosial dan sistem kepribadian, Di sini uraian seakan-akan dimulai dari belakang, yaitu dengan sekaligus melihat bagaimana ketiga Komponen tersebut bersama-sama mem- Pengaruhi munculnya suatu tindakan, Uraian tidak lagi dimulai dengan unsurunsur suatu action-system, akan tetapi langsung dimulai dengan action-system itu sendiri (yang terdiri dari sistem kepribadian, sistem sosial, dan sistem budaya), sebagai unit analisa- nya. Sistem kebudayaan dilihat sebagai sistem utama, yang diinsti tusionalisasi dalam sistem sosial dan diinternalisir dalam sistem kepribadian. Dengan demikian sistem kepribadian dan sistem sosial bagaikan dua saluran, di mana nilai-nilai budaya diterjemahkan menjadi tindakan berdasarkan motif tertenta, Pada tahap ini konsep sistem dipergunakan masih dalam arti yang agak longgar, Pada tahap ketiga, Parsons memperkenalkan konsep sistem dan fungsi. “Setiap sistem mempunyai tujuan mempertahankan diri, Khusustiya dengan menjaga batas-batas sistem terhadap suatu ling. kungan (Umwelt) yang kompleks dan sclalu berubah-ubah. Dalam usaha menjaga keutuhan struktur sistemnya, maka act pun dipandang tak lebih hanya sebagai fungs Di sini struk- tur-fungsionalisme antropologi budaya diganti oleh siste1 i nalisme biokibern kkebetulan tak sesuai ngan expectation tidak akan membuat terganggunya harapan, peran dan lemb: dan hanya akan diterangkan sebagai tindakan fungsional, menyeleweng dan bahkan pat demikian kebebasan bertindak yang dalam tahap dibela oleh Parsons dalam menghadapi kaum tahap Di sebetulnya ber. usaha memodifikasi theory of a aang semula cukup baik di- kembangkannya, agar supaya peranan teori itu semakin kecil dan fori Ilmu Sosial an hanya mungkin dijelaskan dalam kerangka sistem. of action dan teori tas individu dan prioritas erorangan dan mekanisme kontrol sistem, antara pencatian bahan atau perbaikan dan sta i paradigma ilmu pengetahuan, khususnya dalam pengertian ana diajarkan olch T.S. Kuhn. Dengan sengaja persoalan igma ini hendak ditinjau di sini karena ia sering dianggap vagai suatu sistem referensi yang secara menyeluruh mempeng- luruh kegiatan ilmiah seorang ilmuwan. Paradigma bagai rule of the game, yang menentukan baga juwan akan "mempermainkan” ilmunya.®* Ke dalam paradigma termasuk sejumlah sikap intuitif dasar yang dianut bersama sekelompok orang dalam berhadapan dengan suatu bidang omena. Paradigmalah yang akan menentukan persoalan mana yang boleh dianggap penting dan relevan untuk diteliti, sekali- pula metode-metode mana yang dianggap sesuai untuk ti masalah-masalah tersebut. Lebih jauh dari itu paradigma ik hanya menetapkan/menentukan unsur teoritis, melainkan ga menentukan sebagai apa orang dapat memandang sesuatu . Seorang peng. ig tethalang sebagai gerakan pen ‘ak pernah ada terlepas ijadi suatu unsur konsti- jan observasi pun tidak pemah eh paradigma si pengamat.# 50 Sikap Iimiah dan Kritik Kebudayoan dari suatu paradigma ke paradigma lainnya adalah suatu peralihan dan perkembangan logis-rasional atau suatu perkembangan yang. harus dijelaskan secara sosiologis? Pertanyaan kedua adalah: apa- kah dengan lahimya suatu paradigma baru, ilmu pengetahuan pun dengan sendirinya bertambah maju? beranggapan bahwa suatu teori baru na kalau sudah terbukti bahwa ia dapat meruntuhkan kekuatan dua teori akan yaitu suatu test yang direncanakan untuk memfa « lam test tersebut sebu sedangkan teori 3 akan diterima, sampai yang bertahan dan lolos dalam test terseb ditemukannya cara pengujian yang lebih ketat untuk mengujinya’ sini pengetahuan menjadi maju, bukannya karena has pengetahuan dari waktu ke waktu, kan oleh proses climinasi yang semakin keras terhadap kemungkinan kekhi fan dan kesalahan. Jumlah besar pengetahuan tidak banyak man- faatnya, karena setiap pengetahuan hanya bersifat hi selalu. hanya mengandung kemungkinan salah atau yang disebut kebenaran obyektif ti 1a yang bisa dilakukan dalam sampai sejauh_mungkin dapat. mendekati kebenaran obyektif. Pengetahuan tidak akan maju secara kumulatif, melainkan hanya berupa suatu a {semakin mendekati) kebenaran.?* Dari segi lain sifat hipot dari pengetah imina’ terus-menerus, yang berarti melakukan kritik yang terus Maka kemajuan pengetahuan sebetulnya berarti pula meningk: a sikap kritis. Sebuah model yang diajukan Popper kiranya akan lebih menjelaskan hal ini. Pengetahuan akan maju menurut prose dur sebagai berikut dengan perkataan lain, a perah akan tercapai, Kare R. Popper, Objective Knowledge, (Oxford: Clarendon Press 1979), one — Tentative Theory — Error Elimination — wo)? Berarti suatu pengetahuan akan dimulai dengan Untuk memecahkan masalah tersebut yang bersifat tentatif untuk memecahkannya. tersebut cukup sesuai dan berguna, maka dengan ban: aa dapat tersingkir kekeliruan-kekeliruan yang antara‘lain » Akan ngan dipecahkannya P (P,), tidak pedub kita: menghenda jdak, Dan P,” Kembali harus aahkan dengan prosedur pada P, dan begitu seterusnya, la diringkas dalam suatu ikhtisar, maka_paradigma.fali. 1a Popper akan mengandung tiga unsur utama, yaitu: Sebagai métode untuk testing hanya bisa digunakan meto- Metode induksi yang semenjak adanya kritik Hume prinsip induksi, belum mendapat dasar rasionalnya, harus Kekuatan suatu teori tidak bisa diukur berdasarkan verifi- jinkan hanya mungkin berdasarkan falsifikasi.?? Pengetahuan tidak bisa dicari dasamya pada observasi, kan hanya mungkin pada teori, yaitu teori yang diajukan Sebagai ikhtiar memecahkan suatu masalah.°? Berturut-turut akan dibahas di sini ketiga unsur tersebut. Pe- ian metode deduksi akan mengikuti prosedur yang berikut. jatu teori yang dikemukakan sebagai conjecture (duguan kemudian diturunkan secara deduktif beberapa konse- tersebut kemudian dibandingkan satu sama lain, untuk me- ‘ori yang telah menurunkan beberapa konseku- itu tidak mengandung kontradiksi dalam diri- Jah itu diadakan suatu penelitian terhadap bentuk logis teori tersebut, untuk melihat apakah teori itu sungguh-sung imiah dan bukannya hanya suatu teori yang chung, hal. 8 52 Sikap Ihmiah dan Kritik Kebuday tautologis. Teori ini kemudian diperbandingkan dengan nya, untuk melihat, apakah teori yang akan dix dia bisa lolos dari test empiris terhadapnya, akan dapat di sebagai teori yang lebih maju dari teo kalau semua hal itu sudah hipotesa-hipotesa yang diturunkan d: Falsifikasi dijalankan menurut peraturan suatu teori ter! kalau p salah, maka t pun harus salah. Dalam p arti bahwa dari suatu teori diturunkan beberapa pro} a prognose-prognose yang diturunkan dari teori tersebut, an hanya dipilih beberapa prognose yang tidak bisa ditarik seb: prognose dari tcori-teori lain yang sudah ada, dan bahkan berad dalam kontradiksi dengan teori-teori yang sudah ada. Prognos prognose baru tersebut kemudian diuji melalui suatu eksperime atau penerapan praktis, Kalau terbukti prognose itu tetap bert han dalam test tersebut, maka buat sementara — yaitu samp ditemukannya prosedur pengujian yang lebih ketat — teori yi jose tersebut dapat diterima. Kalau progno bersangkutan tidak terbuk i ditolak, dan tidak boleh diselamatkan dengan memasukkan tesa-hipotesa bantu, atau dengan mengubah definisi div sana untuk mendapatkan penjelasan lain.?? lalam hubungan dengan mas karena pengetahuan selalu dimulai dengan masalah. Jah timbul jikalau antara pengetahuan kita dan kenyataan diamati terdapat suatu pertentangan atau kontradiksi. Perten kemudian dibuktikan apal bila kepadanya dikenakan suatu test 81 KAR. Poy 82. KR. Popp Piemerangi kee 58 nia ketiga. Terhadap kesadaran dunia 3 juga mendapat prio- karena kesadaran manusia tak pemah merupakan kesadaran jainkan selalu berupa kesadaran yang terisi, yaitu terisi kepercayaan dan pengetahuan yang berasal yengetahuan obyektif, karena 3 tidak lagi bisa dikon- melahirkannya. Sekali 3 dinamakan juga duni jan yang terkumpul dalam Aoygapan diajukan, maka akibat apa saja yang akan dan anggapan tersebut tidak bisa di ia berkembang menurut suatu oto- Dengan paradigma falibilisme yang dikemukakannya, dapatlah P y akan: apakah yang sebetulnya dikehendaki Popper, khu- yaitu mengenai ke mana dalam pengujian, Popper ca asi alamiah pada mam lerungan dasar manusia ila iri dan bukannya kecende- Hampir untuk tiap k fa, seseorang selalu bisa menemukan suatu alasan membenar- Karena itulah maka kenyataan bahwa suatu teori adalah membuktikan bahwa teori tersebut adalah Hat secara psi snderungan untuk membenarkan untuk mempersalahkan Ausgangspunkte, (Hamburg: Hoffmann und Campe yer, Das Blend des His ne J.C. Sikap Iimiah dan Kritik Kebude benar, Akan tetapi kenyataan bahwa suatu teori sudah terbant membuktikan bahwa teori tersebut adalah salah. Dengan kata lai onsistensi suatu sistem pengetahwan nya sistem tersebut. Akan tetapi sel sistem pengetahi wna kebenaran tetap merupakan dugaan dan perki an sedangkan kesalahan merupakan suatu kepastian. Moraln terletak dalam pengakuan bahwa "saya bisa salah, Anda benar, karena itu marilah kita membicarakannya bersama-sama/ Falsifikasi adalah epistemologi kaum demokrat. , penolakan induksi dan pri d teori dan bukannya kepada data, menunjukkan bahwa pada das ya pengetahuan tak lebih dari ciptaan manusia ir dalam bentuk dugaan-dugaan (co: tif dan hipotetis si ‘masih mengandung mungkinan salah, dan karena’ itu dibutuhkan kritik yang teru menerus untuk "error berarti tidak mung kin ada Klaim tentang kebenaran mutlak, yang dianggap si Dengan begitu, hipotetisisme akat an—khususnya oleh T.S. Kuhn?” —juste! kapkan _aspek-aspek yaitu keyakin: bahwa perkembangan pengetahuan — seperti juga e ta ~ akan berjalan secara linear, dan bahwa setiap perganti digma lama Poor Hmu Sosial 55 mu tentang evolusi sudah membuktikan bahwa idak benar, maka atas cara yang sama T.S. ya berusaha menunjukkan bahwa linear yang diajarkan Popper, lebih aang ahistoris yang tidak terbukti dalam jukkan bahwa apabila suatu eksperimen ‘membuktikan sebuah prognose, maka yang pertama- 1 harus dipersalahkan bukanlah teori yang menjadi dasar prog- , melainkan ilmuwan yang merencanakan prosedur ekspe Menghadapi sebuah masalah tak banyak bedanya dengan Maka memecahkan masalah berarti puzzle teka-teki adalah suffi- -buru menyalahkan yang menyalahkan dengan model yang dipesan. Kedua, bahwa experimentum erucis, yaitu eksperimen_yang suatu bidang ima tertentu, dan karena ‘uwan untuk mengatasinya. Krisis yang jumnya dimulai dengan munculnya persoalan-per- \g tak bisa dipecahkan dengan menggunakan teori yang a prognose tak terbukti dalam suatu test misal- bul pertanyaan apakah teori yang menurunkan tersebut itulah yang salah, ataukah syarat-syarat pen, \ Kurang sempurna? Inilah keadaan yang dinamakan anomali. hipotesa tidak terbukti dalam 38 TS, Kuhn, Joccit, hal. 801 56 Sikap Himiah dan Kritik Kebudayaan mulai_mencari teori yang ada. Akan muncul teori-teori baru dengan penganjurp anjur baru, dan teori Jama dilupakan — sekurang-kurangnya sel ma jangka waktu tertentu — karena para penganjurnya telah me- prakteknya, suatu teori disingkirkan sering- Hal yang ketiga ialah bahwa Popper tak membedakan dua jenis kerja ilmiah yang cukup berbeda, yaitu_kerja ilmiah normal dan kerja ilmiah revolusioner. IImu normal adalah tahap di mana suatu teoridikembangkan dan diterapkan, sedangkan revolusi ilmia ialah tahap di mana suatu teori ditest dan kemudian sebagai seluruh kegiatan ilmiah, dan mengabaikan sama sckal tahapan ilmu normal, padahal sebagian besar/terbesar k it sekali yang mempersiapkan diri untuk mengada- jah, Demikian pun banyak penemuan pen lah berlangsang dalam tahapan normal, di mana jah diterapkan dan dimanfaatkan. Apalagi tanpa tahapan normal, revolusi ilmiah sama sekali tak mungkin ada, karena misalnya prosedur suatu test justeru dalam tahapan normal. Revolusi ilmiah adalah bagaikan rencana-rencana baru. yang membawa perubahan penting, sedang- kan imu normal dapat dibandingkan dengan rutin, yang jikalau tak ada akan mengakibatkan suatu proyck ilmiah tak terpikir- kan. Hal_keempat ialah bahwa setiap teori dengan sendi lung sifat kebal (immun) terhadap falsifikasi. Immunisa mungkinkan_kare jap teori selalu mengandung dua unsur utama dalam dirinya, yaitu inti teori yang terdiri dari suatu hukum utama, yang merupakan unsur logis suatu teori, dan unsur empiris Kun, The Structure of or fu Sosial 87 tukan seberapa luas bidang empiris di mana teori kan. Bidang terapan ini selalu dapat diper- erapan praktis suatu teori ilmu sebetulnya dalam suatu terapan teori tertentu tidak | dua kemungkinan lainnya. Kemungkinan pertamaialah, bah- ori bersangkutan belum bisa diperluas bidang terapannya. Ke- ykinan kedua ialah bahwa bidang bersangkutan disingkirkan ii dalam bidang-bidang di mana dalam suatu terapan pt jadi ialah perluasan dan penyempitan bidan; -yang tidak ada kena-mengenanya dengan inti teori itu sen- perkataan, suatu teori ilmiah akan cenderung jam sebuah contoh dari sebagai ilustrasi yang mekanika yang dikembangkan- menjelaskan. gejalagejala mekanika, maka tidak lalu disimpul- hwa teori mekanika Newton temyata salah, melainkan lak terdiri dari partikel-partikel paradigma B, adalah sua karena paradigma ‘akan cenderung untuk melakukan immunisasi terhadap falsi- umpamanya, dalam perkem- jadi paradigma ilmiah asal saja ya cukup banyak igsang untuk menca- Bagaimana caranya meyakinkan orang igang Ste; 58 Sikap Iimiah dan Kritik Kebudayean tentang manfaat paradigma tertentu tidak selalu dapat dilakukan dengan bantuan argumen ilmiah, karena paradigma lain pun mung kin saja mengajukan argumen ilmiah yang sama kuatnya. Cara g sering digunakan ialah melalui persuasi yang sanggup menarik. “S. Kuhny penyebar cara yang tak banyak bedanya dengan penyebaran suat pun suatu misi keagamaan. Hal ini pun sepenuhnya bisa diterang- ya ialah sisi metafisis berupa kt sia, yang justeru lebih menarik dan lebi imiahnya, walaupun scgi ini tak bisa ditest.*? Para penganjur t wiraswasta dalam dunia usaha misalnya, bisa saja mengemukakanl berbagai argument tulang punggung utama kel of achievement)-nya David G. McClelland barangkali bisa dibukti- ‘mempertahan- yang membuat nderlay yang tersembunyi di baliknya, 1 varian saja dan teori kodrat manusia, M i selembar kertas putih, pada kertas itu semuanya berasal dari ia hanya mungkin dijalankan .gkungan, dan men, ori tentang kodrat akan mengajarkan bahwa manusia adalah sesuatu yang akan tetap tinggal sama, dan tak ber- ubah-ubah. Karena itu perubahan lingkungan tak banyak gunanya atau antrop teori tabula rasa, mat Normal’ Se Teor’ Tims Sosial 59 ‘a tak akan mengubah kodrat manusia. Selanjutnya teori ten- ula rasa dan kodra i akan berhubungan dengan akan membuat orang menjadi ilmu sosial tidak pernah terlepas dari jal atau perubahan sosial yang hendak dijelaskan: variable dari perubahan sosial yang dijelaskanny: tapi dia pun bisa berperan sebagai independent variable, apabi menciptakan keadaan yang diramalkan atau memantap- ti halnya seorang anak yang IGNAS KLEDEN SIKAP ILMIAH DAN KRITIK KEBUDAYAAN Perpustakaan Nasional : katalog dalam terbitan (KD) KLEDEN, Ignas ik kebudayaan : kumpulan karangan / Ignas Kleden, — Get, 1. — Jakarta : LPSES, 1987. xlvii + 282 hal. ; 21 cm. Indeks. ISBN 979-8015~31-2. 1, Sosial, Perubahan. 2. Kebudayaan Indonesia. "1. Judul, 303.482 Cetakan Pertama, Agustus 1987 jakarta, anggota IKAPL © Hakcipta pada pengarang, dilindungi Undang-unda Diterbitkan atas kerjasama dengan USAID sampul Idjas Shaham Aksara Pratama Dipersembahkan kepaita kedua orang yang mengajar aku membaca dan menulis: ayah dan ibu.

You might also like