Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
DISUSUN OLEH :
Rais (001007252022)
Puspita Sari. R (001307252022)
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Manajemen Pengelolaan
Limbah Cair Pada Industri Kelapa Sawit” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
melengkapi serta memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Manajemen & Pengelolaan
Lingkungan Industri yang telah diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah, yakni Bapak
Dr. Ir. Lamatinulu, ST.,MT.,IPM.,ASEAN Eng.
Pada penyusunan makalah ini kami dapat dari beberapa sumber dan merupakan
hasil kerja sama dalam kelompok kami. Kelompok kami juga banyak mendapat
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu
bisa teratasi. Olehnya itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
I. PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
II. PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Biodiesel...............................................................................................................6
D. Minyak Jelantah..........................................................................................10
E. Seleksi Proses..............................................................................................11
G. Katalis.........................................................................................................14
III. PENUTUP..............................................................................................................17
A. Kesimpulan.................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................18
3
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5
II. PEMBAHASAN
A. Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar yang berupa ester mono alkil atau
methyl ester yang diturunkan dari rantai panjang yang diturunkan dari minyak
nabati atau lemak hewani. Ester mono alkil merupakan produk reaksi alkohol
rantai lurus seperti metanol dan etanol, dengan asam lemak atau minyak
(trigliserida) membentuk gliserol dan ester dari asam lemak rantai panjang.
(Srivastava dan
Prasad, 2000).
Biodiesel memiliki sifat fisis yang sama dengan minyak solar
sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan
bermesin diesel. Dibanding bahan bakar solar, biodiesel memiliki beberapa
keunggulan, yaitu:
a. Biodiesel diproduksi dari bahan pertanian, sehingga dapat
diperbaharui,
b. Memiliki bilangan cetane yang tinggi, (iii) ramah lingkungan karena
biodiesel tidak mengandung sulfur sehingga tidak ada emisi sox,
c. Aman dalam penyimpanan dan transportasi karena tidak mengandung
racun. Biodiesel tidak mudah terbakar karena memiliki titik bakar yang
relatif tinggi,
d. Meningkatkan nilai produk pertanian indonesia,
e. Memungkinkan diproduksi dalam skala kecil menengah sehingga bisa
diproduksi di pedesaan,
f. Menurunkan ketergantungan suplai minyak dari negara asing dan
g. Biodegradable : jauh lebih mudah terurai oleh mikroorganisme
dibandingkan minyak mineral (susilo, 2006, georgogianni dkk, 2007).
6
Selain itu, biodiesel memiliki sifat pelumasan yang sangat baik, lebih
baik daripada bahan bakar diesel konvensional, sehingga dapat
memperpanjang masa pakai mesin. Kekurangan dari biodiesel karena saat ini
sebagian besar biodiesel diproduksi dari jagung dan tumbuhan pokok lainnya
yang berpotensi menyebabkan berkurangnya sumber pangan dan bahkan
meningkatnya harga pangan. Biodiesel secara nyata dapat mengurangi
pencemaran. Kandungan belerang yang sangat rendah akan memungkinkan
penggunaan katalis pada sistem gas buang. Jika dipergunakan bersama minyak
solar, biodiesel dapat mengurangi atau menghilangkan kebutuhan belerang
dalam minyak diesel. Biasanya belerang dibutuhkan lebih 500 ppm (per 1 juta
bagian) atau 0,05% dalam minyak solar untuk menambah pelumasan.
Pencampuran biodiesel dengan solar dapat mengurangi kadar belerang hingga
15 ppm atau 0,0015%. Pencampuran yang dilakukan dengan 1% biodiesel
akan memperoleh 65% pelumasan. Untuk maksud pengurangan kadar
belerang ini cukup hanya dengan menambahkan biodiesel kedalam solar
sebanyak 0,4-0,5%. Biodiesel memiliki kandungan energi yang jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan diesel konvensional. Terdapat beberapa standar
spesifikasi biodiesel yang menjadi acuan dalam penetepan standar mutu
biodiesel di Indonesia seperti: Standar biodiesel Eropa EN 14214:2002(E),
ASTM D130, ASTM D613, ASTM D1796, ASTM D4007, AOSC Cd 1d-92
dan AOCS Cd 6-38. Persyaratan mutu biodiesel Indonesia ditetapkan dalam
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7182:2015, persyaratan biodiesel ini
merupakan revisi dari SNI 7128:2012.
7
5 Titik Kabut oC 18
8
tiga produk dalam proses pirolisis yakni: gas, pyrolisis oil, dan arang yang
mana proporsinya tergantung dari metode pirolisis, karakteristik biomassa dan
parameter reaksi. Masing masing produk pirolisis merupakan bahan bakar
yang dapat di konversi menjadi listrik melalui berbagai cara yang berbeda.
Proses pirolisis merupakan tahap awal dari rangkaian proses yang terjadi
dalam proses gasifikasi dan melibatkan proses kimia dan fisik yang kompleks
dimana suatu perubahan dalam kondisi operasi berpengaruh pada proses
secara keseluruhan. Pirolisis (juga disebut termalisis) dekomposisi termal
(panas) dari bahan organik, seperti pada waktu batubara dipanaskan lebih dari
300 °C tanpa udara atmosfer.
9
Tabel I.2 Jenis Proses Produk
Produk
Proses
Cair Arang Gas
Proses Cepat
Temperatur 400-600oC, Waktu
75 % 12% 13%
tinggal uap panas pendek(<2
detik)
Pirolisis Menengah
Temperatur 500oC, Waktu 50% 25% 25%
tinggal uap panas sedang
Pirolisis Lambat
Temperatur 350-400oC, Waktu 30% 35% 35%
tinggal uap panas lebih lama
Grafikasasi
Temperatur 800oC, Waktu 5% 10% 85%
tinggal uap panas lebih lama
D. Minyak Jelantah
10
sifat-sifat ester dari minyak jelanta tidak berbeda jauh dari sifat biodiesel dari
minyak baru dan juga sifat minyak solar. Minyak jelantah adalah minyak yang
telah digunakan lebih dari dua atau tiga kali penggorengan dan dikategorikan
sebagai limbah karena dapat merusak lingkungan dan dapat menimbulkan
sejumlah penyakit. Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa orang-orang yang
menggunakan minyak jelantah lebih mungkin mengidap tekanan darah tinggi
dibandingkan dengan mereka yang sering mengganti minyak gorengnya untuk
memasak.
Minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat
karsinogeni yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa
pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak
kesehatanmanusia dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan
generasi berikutnya. Minyak jelantah jika dipakai untuk menggoreng makanan
akan sangat berbahaya bagi kesehatankarena mengandung senyawa-senyawa
karsinogen yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa
pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan
manusia. Penggunaan minyak jelantah yang sudah berulang kali mengandung
radikal bebas yang bersifat karsinogenik seperti peroksida, epioksida dan lain-
lain. Pada percobaan terhadap binatang konsumsi makanan yang kaya akan
gugus peroksida ini menimbulkan kanker usus. Perkembangan biodiesel dari
minyak jelantah semakin pesat dengan dilarangnya pemakaian minyak
jelantah untuk campuran pakan ternak karena sifatnya yang karsinogenik.
Sekarang biodiesel dari minyak jelantah telah di produksi di mana-mana.
E. Seleksi Proses
11
Dari jenis-jenis proses pembuatan bio oil yaitu biodesel dapat dilihat
bahwa proses pirolisis cepat akan menghasilkan yield bio oil yaitu biodiesel
yang tinggi, menggunakan reaktor fluidized bed yang mempunyai perpindahan
panas dan massa yang baik untuk memfluidisasi biomassa yang ada di dalam
reaktor tersebut. Reaktor fluidized bed membutuhkan ukuran biomassa yang
kecil yaitu 2 – 3 mm. Berikut adalah skema reaktor fluidized bed.
12
senyawa asam karboksilat dalam pirolisat menyebabkan bio fuel bersifat asam
(pH~2). Sifat asam bio fuel ini perlu di atasi dengan cara esterifikasi. Pada
proses esterifikasi, asam karboksilat diubah menjadi alkohol (Laird dkk.,
2009).
Pirolisis dipengaruhi oleh waktu, kadar air bahan, suhu, dan ukuran
bahan. Menurut Danarto dkk (2010) kadar air umpan yang tinggi
menyebabkan waktu pirolisis menjadi lama dan hasil cair menjadi rendah
konsentrasinya. Ukuran bahan terkait jenis bahan dan alat yang digunakan.
Semakin kecil ukuran bahan luas permukaan per satuan massa semakin besar,
sehingga dapat mempercepat perambatan panas keseluruh umpan. Pengaruh
suhu terhadap yield yang dihasilkan dari proses pirolisis yaitu semakin
menurun dengan adanya kenaikan suhu. Suhu pirolisis memiliki pengaruh
besar pada jumlah yield dari masing-masing konstituen yang diidentifikasi
dalam bio oil (Deshmukh dkk., 2015). Suhu optimal pada pirolisis yang
menyediakan hasil bio oil maksimum dan proporsi terendah dari hidrokarbon
aromatik polisiklik yaitu 500-550 oC (Mantilla dkk., 2014; Fan dkk., 2014).
Proses pirolisis dilakukan dalam tabung reaktor, dimana dalam tabung
reaktor terdapat wadah katalis yang berada di atas sampel minyak jelantah.
Fase uap yang dihasilkan dalam proses pembakaran/pemanasan akan melewati
katalis, uap yang lolos melewati katalis akan mengalir menuju kondensor,
dimana uap yang dihasilkan didinginkan. Kemudian pemisahan menggunakan
destilasi dengan penambahan metanol pemisahan biodiesel dengan metanol,
untuk unit pencucian dimana cuci biodiesel dengan air hangat untuk
menghilangkan sisa katalis. Hasil pirolisat ditampung dalam 3 fraksi (fraksi
I : mulai menetes-180 oC, fraksi II : 180-250 oC, dan fraksi III : 250 oC-
terakhir menetes). Produk hasil fraksinasi selanjutnya dianalisis untuk
menentukan rendemen, berat jenis, viskositas, dan dianalisis menggunakan
GC-MS.
13
Gambar 2. Sketsa rangkaian alat pirolisis
Filtrasi/ Penyaringan
Minyak Jelantah
menghilangkan partikel makanan
dan padatan lain dari minyak
jelantah
450-500 oC
Kondensor
Biodiesel metanol
Destilasi
14
G. Katalis
15
Pada proses aktivasi dengan NaOH, akan terjadi proses pelarutan silika yang
merupakan salah satu komponen dalam kerangka zeolit (Jozefaciuk &
Bowanko, 2002). Pelarutan silika akan menyebabkan perubahan struktur zeolit
serta berkurangnya silika dalam kerangka zeolit sehingga rasio Si/Al menurun.
Penurunan rasio ini akan meningkatkan kapasitas adsorpsi dan selektivitas
zeolit terhadap molekul-molekul polar seperti uap air (Bonenfant dkk., 2008).
Aktivasi dengan NaOH juga bertujuan untuk menghilangkan ion-ion tertentu
dari kerangka zeolit dan menggantinya dengan ion Na+ sehingga zeolit alam
mempunyai kondisi yang semakin mendekati bentuk homoionik (Inglezakis
dkk., 2001). Dengan bentuk homoionik, molekul zeolit akan mempunyai
ukuran pori yang relatif sama, sehingga diharapkan kemampuan dan
selektivitas adsorpsinya terhadap uap air juga akan lebih baik. Menurut
Kurniasari dkk (2011) kondisi operasi aktivasi dengan NaOH terbaik
diperoleh pada konsentrasi 1M. Pada kondisi ini, penurunan rasio Si/Al serta
kemampuan tukar kation pada zeolit alam kemungkinan telah maksimal,
sehingga pada kondisi diatas itu sudah tidak lagi memberikan perubahan daya
adsorpsi yang signifikan.
16
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Biodiesel merupakan bahan bakar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau
lemak hewan. Biodiesel juga dikenal dengan bahan bakar ramah
lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang relatif lebih bersih
dibandingkan dengan solar. Selain itu, penggunaan biodiesel umumnya
mudah, karena tidak perlu memodifikasi mesin diesel. Sebagai bahan bakar
alternatif, biodiesel dapat digunakan dalam bentuk murni atau dicampur
dengan minyak diesel pada perbandingan tertentu.
17
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, F., & Sunarno. 2013. Sintesis Katalis Ni/ZSM-5 untuk Pirolisis Cangkang
Sawit Menjadi Bio-Oil. Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau. 11:23-24
Hambali, M., & T.I. Sari. 2009. Pengaruh Katalis Rasio Umpan Terhadap
Konversi CPO Pada Pembuatan Bahan Bakar Diesel. Jurnal Teknik Kimia.
16:41-42.
Helwani Z., MR. Othman, N. Aziz, J. Kim, & W.J.N. Fernando. 2009. Solid
heterogeneous catalysts for transesterification of triglycerides with methanol:
A review. Applied Catalysis A: General Journal. 363: 1–10.
Inglezakis, V.J., C.D. Papadeas, M.D. Loizidou, & H.P. Grigoropoulou. 2001.
Effects of Pretreatment on Physical and Ion Exchange Properties of Natural
Clinoptilolite. Environmental Technology. 22:75-82.
Jozefaciuk, G., & G. Bowanko. 2002. Effect of Acid and Alkali Treatments on
Surface Areas and Adsorption Energies of Selected Minerals, Journal Clays
and Clay Minerals. 50:771-783.
18
Ketaren, S. 2005. Minyak Dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
Khanday, W.A., & K. Garba, B.H. Hameed. 2016. Catalytic pyrolysis of oil palm
mesocarp fibre on a zeolite derived from low-cost oil palm ash. Energy
Conversion and Management. 127:265–272.
Kurniasari, L., M, Djaeni, & A. Purbasari. 2011. Aktivasi Zeolit Alam Sebagai
Adsorben Pada Alat Pengering Bersuhu Rendah. 13:178-184.
Laird, D.A., R.C. Brown, J.E. Amonette, & J. Lehmann. 2009. Review of The
Pyrolisis Platform form Coproducing Bio-oil and Biochar. Biofuels,
Bioproducts and Biorefining 3:547-562.
Ringer M., V. Putsche, & J. Scahill. 2006. Large-Scale Pyrolysis Oil Production:
A Technology Assessment and Economic Analysis. Department of Energy
Office of Energy Efficiency & Renewable Enery. A national laboratory of the
U.S.
Rohmah, E.N., A. Rochmat., & S.D. Sumbogo. 2012. Biogasoline from Catalytic
Hydrocracking Reaction of Waste Cooking Oil Using Bayah Natural Zeoite.
International Journal of Environment and Bioenergy. 3:201 –209.
19