You are on page 1of 19

MAKALAH

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH PROSES


PIROLISIS

DOSEN PENGAMPU : Dr.Ir.Ruslan Kalla,ST.,MT.,IPM.

DISUSUN OLEH :

Rais (001007252022)
Puspita Sari. R (001307252022)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Manajemen Pengelolaan
Limbah Cair Pada Industri Kelapa Sawit” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
melengkapi serta memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Manajemen & Pengelolaan
Lingkungan Industri yang telah diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah, yakni Bapak
Dr. Ir. Lamatinulu, ST.,MT.,IPM.,ASEAN Eng.

Pada penyusunan makalah ini kami dapat dari beberapa sumber dan merupakan
hasil kerja sama dalam kelompok kami. Kelompok kami juga banyak mendapat
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu
bisa teratasi. Olehnya itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Makassar, 09 Desember 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................3

I. PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................5

C. Tujuan...........................................................................................................5

II. PEMBAHASAN......................................................................................................6

A. Biodiesel...............................................................................................................6

B. Pyrolisis (Thermal Cracking)........................................................................8

C. Macam-Macam Proses Pirolisis....................................................................9

D. Minyak Jelantah..........................................................................................10

E. Seleksi Proses..............................................................................................11

F. Uraian Proses Pirolisis Minyak Jelantah.....................................................12

G. Katalis.........................................................................................................14

III. PENUTUP..............................................................................................................17

A. Kesimpulan.................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................18

3
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan akan energi semakin meningkat dari waktu ke waktu.


Salah satu sumber energi yang popular adalah bahan bakar fosil yang tidak
terbarukan, seperti minyak bumi. Kebutuhan energi dari bahan bakar minyak
bumi (BBM) di berbagai negara di dunia dalam beberapa tahun terakhir ini
mengalami peningkatan cukup tajam. Selain di negara-negara maju, di negara
berkembang seperti Indonesia juga mengkonsumsi bahan bakar minyak bumi
diatas kapasitas seharusnya. Hal ini diperkirakan akan terus berlangsung pada
tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu, jika dibiarkan saja tentunya dapat
dipastikan akan terjadi kelangkaan akan bahan bakar minyak (BBM) tidak
hanya di indonesia namun juga di berbagai belahan dunia. Ketidaktentuan
dari ketersediaan bahan bakar tersebut, dipertimbangkan oleh para peneliti
sebagai pemicu utama untuk mencari energi alternatif sebagai pengganti
bahan bakar fosil (Harun dkk., 2010; Mata dkk., 2010).
Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternaltif yang dapat
dikembangkan di Indonesia. Bahan bakar ini dapat diproduksi dari minyak
nabati maupun lemak hewan yang memiliki sifat menyerupai diesel.
Biodiesel terdiri dari monoalkyl ester yang dapat terbakar dengan bersih
(Schumacher dkk., 1996). Biodiesel bersifat terbarukan, dapat menurunkan
emisi kendaraan, bersifat melumasi, dan dapat meningkatkan kinerja mesin.
Indonesia yang memiliki iklim tropis dan wilayah yang luas memberikan
potensi yang berlimpah. Negara kepulauan dengan 2/3 wilayahnya adalah
laut, dan garis pantai terpanjang di dunia, 80.791,42 km kaya akan sumber
daya perairan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan biodiesel. Meskipun
masih dalam tahap riset yang mendalam, potensi mikroalga laut sebagai
penghasil biodiesel sangat menjanjikan di masa mendatang.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dengan biodisel?


2. Bagaimana proses pembuatan biodisel dari CPO melalui proses pirolisis?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui maksud dari biodiesel


2. Untuk mengetahui proses pembuatan biodiesel dari CPO melalui proses
pirolisis

5
II. PEMBAHASAN

A. Biodiesel

Biodiesel adalah bahan bakar yang berupa ester mono alkil atau
methyl ester yang diturunkan dari rantai panjang yang diturunkan dari minyak
nabati atau lemak hewani. Ester mono alkil merupakan produk reaksi alkohol
rantai lurus seperti metanol dan etanol, dengan asam lemak atau minyak
(trigliserida) membentuk gliserol dan ester dari asam lemak rantai panjang.
(Srivastava dan
Prasad, 2000).
Biodiesel memiliki sifat fisis yang sama dengan minyak solar
sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan
bermesin diesel. Dibanding bahan bakar solar, biodiesel memiliki beberapa
keunggulan, yaitu:
a. Biodiesel diproduksi dari bahan pertanian, sehingga dapat
diperbaharui,
b. Memiliki bilangan cetane yang tinggi, (iii) ramah lingkungan karena
biodiesel tidak mengandung sulfur sehingga tidak ada emisi sox,
c. Aman dalam penyimpanan dan transportasi karena tidak mengandung
racun. Biodiesel tidak mudah terbakar karena memiliki titik bakar yang
relatif tinggi,
d. Meningkatkan nilai produk pertanian indonesia,
e. Memungkinkan diproduksi dalam skala kecil menengah sehingga bisa
diproduksi di pedesaan,
f. Menurunkan ketergantungan suplai minyak dari negara asing dan
g. Biodegradable : jauh lebih mudah terurai oleh mikroorganisme
dibandingkan minyak mineral (susilo, 2006, georgogianni dkk, 2007).

6
Selain itu, biodiesel memiliki sifat pelumasan yang sangat baik, lebih
baik daripada bahan bakar diesel konvensional, sehingga dapat
memperpanjang masa pakai mesin. Kekurangan dari biodiesel karena saat ini
sebagian besar biodiesel diproduksi dari jagung dan tumbuhan pokok lainnya
yang berpotensi menyebabkan berkurangnya sumber pangan dan bahkan
meningkatnya harga pangan. Biodiesel secara nyata dapat mengurangi
pencemaran. Kandungan belerang yang sangat rendah akan memungkinkan
penggunaan katalis pada sistem gas buang. Jika dipergunakan bersama minyak
solar, biodiesel dapat mengurangi atau menghilangkan kebutuhan belerang
dalam minyak diesel. Biasanya belerang dibutuhkan lebih 500 ppm (per 1 juta
bagian) atau 0,05% dalam minyak solar untuk menambah pelumasan.
Pencampuran biodiesel dengan solar dapat mengurangi kadar belerang hingga
15 ppm atau 0,0015%. Pencampuran yang dilakukan dengan 1% biodiesel
akan memperoleh 65% pelumasan. Untuk maksud pengurangan kadar
belerang ini cukup hanya dengan menambahkan biodiesel kedalam solar
sebanyak 0,4-0,5%. Biodiesel memiliki kandungan energi yang jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan diesel konvensional. Terdapat beberapa standar
spesifikasi biodiesel yang menjadi acuan dalam penetepan standar mutu
biodiesel di Indonesia seperti: Standar biodiesel Eropa EN 14214:2002(E),
ASTM D130, ASTM D613, ASTM D1796, ASTM D4007, AOSC Cd 1d-92
dan AOCS Cd 6-38. Persyaratan mutu biodiesel Indonesia ditetapkan dalam
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7182:2015, persyaratan biodiesel ini
merupakan revisi dari SNI 7128:2012.

Tabel 1.1. Standarisasi Mutu Biodiesel di Indonesia (SNI 7182:2015)


No. Parameter Satuan Persyarata
n
1 Berat Jenis (40oC) Kg/m3 850 – 890
2 Viskositas (40oC) mm2/s (CSt) 2,3 – 6
3 Angka Cetana - 51
4 Titik Nyala oC 100

7
5 Titik Kabut oC 18

6 Korosi Bilah Tembaga - 51


7 Air dan Sedimen %-volume 0,05
8 Temperatur Destilasi oC 360

9 Abu %-massa 0,02


10 Belerang Ppm, mg/kg 50
11 Fosfor Ppm, mg/kg 4
12 Angka asam Mg-KOH/g 0,5
13 Gliserol bebas %-massa 0,02
14 Gliserol total %-massa 0,24
15 Kadar Biodiesel %-massa, min 96,5
%-massa
17 Angka iodium (g-l2/100g),maks 115
18 Trigliserida %-massa, maks 0,8

Diharapkan dengan pemakaian biodiesel, pengurangan pencemaran


udara dari emisi kendaraan bermotor (khususnya dari mesin diesel) tidak
berbanding lurus dengan pengurangan kinerja tenaga mesin diesel itu sendiri.
Maka dari itu, dengan memperhatikan parameter-parameter spesifikasi
tersebut diharapkan biodiesel dapat selalu on spesification, sehingga
menjadikan biodiesel bagian dari solusi transformasi energi bersih dan ramah
lingkungan di Indonesia.

B. Pyrolisis (Thermal Cracking)

Pyrolisis didefinisikan sebagai konversi dari satu senyawa ke senyawa


lain akibat pemanasan pada 4500C-8500C atau pemanasan disertai dengan
penggunaan katalis (Khan 2002). Proses tersebut berlangsung dengan
pemanasan tanpa adanya udara dan oksigen, sehingga terjadi pemutusan ikatan
rantai dan dihasilkan molekul-molekul yang lebih kecil. Dengan demikian
senyawa yang dihasilkan dari pyrolisis sangat bervariasi. Biasanya terdapat

8
tiga produk dalam proses pirolisis yakni: gas, pyrolisis oil, dan arang yang
mana proporsinya tergantung dari metode pirolisis, karakteristik biomassa dan
parameter reaksi. Masing masing produk pirolisis merupakan bahan bakar
yang dapat di konversi menjadi listrik melalui berbagai cara yang berbeda.
Proses pirolisis merupakan tahap awal dari rangkaian proses yang terjadi
dalam proses gasifikasi dan melibatkan proses kimia dan fisik yang kompleks
dimana suatu perubahan dalam kondisi operasi berpengaruh pada proses
secara keseluruhan. Pirolisis (juga disebut termalisis) dekomposisi termal
(panas) dari bahan organik, seperti pada waktu batubara dipanaskan lebih dari
300 °C tanpa udara atmosfer.

C. Macam-Macam Proses Pirolisis

1. Pirolisis konvensional (pirolisis lambat)


Pirolisis lambat sudah diaplikasikan sejak beribu tahun yang lalu dan
digunakan untuk produksi arang. Pada pirolisis lambat, biomassa
dipanaskan hingga 500oC dengan waktu tinggal antara 5 – 30 menit. Panas
reaksi dari pirolisis lambat ini lebih rendah dari yang digunakan di pirolisis
cepat (Tifany Dinovita, 2015).
2. Pirolisis cepat
Pirolisis cepat adalah proses dengan temperatur tinggi dimana biomassa
dipanaskan tanpa kehadiran oksigen. Pirolisis cepat menghasilkan 60 –
75% bio oil, 15 – 25% berat dari arang padat dan 10 – 20% gas yang tidak
terkondensasi tergantung dari bahan baku yang digunakan. Tidak ada
limbah yang dihasilkan, karena bio oil dan arang dapat digunakan sebagai
bahan bakar dan gas dapat digunakan kembali di dalam proses. Pirolisis
cepat menggunakan panas reaksi yang lebih tinggi dari pirolisis
lambat.Temperatur reaksi dari pirolisis cepat adalah sekitar 425 – 500oC
dengan waktu tinggal < 2 detik (Tifany Dinovita, 2015)

9
Tabel I.2 Jenis Proses Produk

Produk
Proses
Cair Arang Gas
Proses Cepat
Temperatur 400-600oC, Waktu
75 % 12% 13%
tinggal uap panas pendek(<2
detik)
Pirolisis Menengah
Temperatur 500oC, Waktu 50% 25% 25%
tinggal uap panas sedang
Pirolisis Lambat
Temperatur 350-400oC, Waktu 30% 35% 35%
tinggal uap panas lebih lama
Grafikasasi
Temperatur 800oC, Waktu 5% 10% 85%
tinggal uap panas lebih lama

D. Minyak Jelantah

Minyak goreng bekas yang biasa disebut minyak jelantah sangat


potensial untuk diolah menjadi biodiesel. Sementara ini pemanfaatan minyak
jelantah di Indonesia masih dinilai kontraversial. Minyak jelantah dari
perusahaan besar dijual ke pedagang kaki lima dan kemudian digunakanuntuk
menggoreng makanan dagangannya dan sebagian lagi hilang begitu saja ke
saluran pembuangan. Selanjutnya telah melakukan penelitian tentang biodiesel
dari minyak jelantah dengan metode pirolisis dua tahap menyimpulkan bahwa

10
sifat-sifat ester dari minyak jelanta tidak berbeda jauh dari sifat biodiesel dari
minyak baru dan juga sifat minyak solar. Minyak jelantah adalah minyak yang
telah digunakan lebih dari dua atau tiga kali penggorengan dan dikategorikan
sebagai limbah karena dapat merusak lingkungan dan dapat menimbulkan
sejumlah penyakit. Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa orang-orang yang
menggunakan minyak jelantah lebih mungkin mengidap tekanan darah tinggi
dibandingkan dengan mereka yang sering mengganti minyak gorengnya untuk
memasak.
Minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat
karsinogeni yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa
pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak
kesehatanmanusia dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan
generasi berikutnya. Minyak jelantah jika dipakai untuk menggoreng makanan
akan sangat berbahaya bagi kesehatankarena mengandung senyawa-senyawa
karsinogen yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa
pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan
manusia. Penggunaan minyak jelantah yang sudah berulang kali mengandung
radikal bebas yang bersifat karsinogenik seperti peroksida, epioksida dan lain-
lain. Pada percobaan terhadap binatang konsumsi makanan yang kaya akan
gugus peroksida ini menimbulkan kanker usus. Perkembangan biodiesel dari
minyak jelantah semakin pesat dengan dilarangnya pemakaian minyak
jelantah untuk campuran pakan ternak karena sifatnya yang karsinogenik.
Sekarang biodiesel dari minyak jelantah telah di produksi di mana-mana.

E. Seleksi Proses

11
Dari jenis-jenis proses pembuatan bio oil yaitu biodesel dapat dilihat
bahwa proses pirolisis cepat akan menghasilkan yield bio oil yaitu biodiesel
yang tinggi, menggunakan reaktor fluidized bed yang mempunyai perpindahan
panas dan massa yang baik untuk memfluidisasi biomassa yang ada di dalam
reaktor tersebut. Reaktor fluidized bed membutuhkan ukuran biomassa yang
kecil yaitu 2 – 3 mm. Berikut adalah skema reaktor fluidized bed.

Gambar 1. Reaktor Fluidized Bed

F. Uraian Proses Pirolisis Minyak Jelantah

Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses


pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, di mana material
mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas
(Bridgwater, 2003). Pirolisis pada umumnya diawali pada suhu 200 oC dan
bertahan pada suhu sekitar 450 – 500 oC (Sheth & Babu, 2006). Pinsip dasar
pirolisis yaitu degradasi ikatan kimia pada umpan yang terjadi akibat
pemanasan dengan temperature tinggi. Struktur asli dari umpan mengalami
perengkahan sehingga berbentuk beberapa fragmen yang terdapat pada fasa
cair, gas, dan padat (Danarto dkk., 2010).
Melalui proses pirolisis, suatu senyawa dengan ukuran molekul besar
diubah menjadi kecil, sehingga lebih mudah menguap dan terbakar. Dengan
demikian, senyawa yang dihasilkan dari proses pirolisis berpotensi sebagai
bahan bakar. Pirolisat yang dihasilkan dalam proses pirolisis merupakan
emulsi yang terdiri dari air (~20%,b/b) dan sisanya merupakan senyawa

organik oksigenat (mengandung oksigen) seperti asam karboksilat, aldehida,


alkohol, fenol, karbohidrat dan beberapa senyawa turunan lignin. Keberadaan

12
senyawa asam karboksilat dalam pirolisat menyebabkan bio fuel bersifat asam
(pH~2). Sifat asam bio fuel ini perlu di atasi dengan cara esterifikasi. Pada
proses esterifikasi, asam karboksilat diubah menjadi alkohol (Laird dkk.,
2009).
Pirolisis dipengaruhi oleh waktu, kadar air bahan, suhu, dan ukuran
bahan. Menurut Danarto dkk (2010) kadar air umpan yang tinggi
menyebabkan waktu pirolisis menjadi lama dan hasil cair menjadi rendah
konsentrasinya. Ukuran bahan terkait jenis bahan dan alat yang digunakan.
Semakin kecil ukuran bahan luas permukaan per satuan massa semakin besar,
sehingga dapat mempercepat perambatan panas keseluruh umpan. Pengaruh
suhu terhadap yield yang dihasilkan dari proses pirolisis yaitu semakin
menurun dengan adanya kenaikan suhu. Suhu pirolisis memiliki pengaruh
besar pada jumlah yield dari masing-masing konstituen yang diidentifikasi
dalam bio oil (Deshmukh dkk., 2015). Suhu optimal pada pirolisis yang
menyediakan hasil bio oil maksimum dan proporsi terendah dari hidrokarbon
aromatik polisiklik yaitu 500-550 oC (Mantilla dkk., 2014; Fan dkk., 2014).
Proses pirolisis dilakukan dalam tabung reaktor, dimana dalam tabung
reaktor terdapat wadah katalis yang berada di atas sampel minyak jelantah.
Fase uap yang dihasilkan dalam proses pembakaran/pemanasan akan melewati
katalis, uap yang lolos melewati katalis akan mengalir menuju kondensor,
dimana uap yang dihasilkan didinginkan. Kemudian pemisahan menggunakan
destilasi dengan penambahan metanol pemisahan biodiesel dengan metanol,
untuk unit pencucian dimana cuci biodiesel dengan air hangat untuk
menghilangkan sisa katalis. Hasil pirolisat ditampung dalam 3 fraksi (fraksi
I : mulai menetes-180 oC, fraksi II : 180-250 oC, dan fraksi III : 250 oC-
terakhir menetes). Produk hasil fraksinasi selanjutnya dianalisis untuk
menentukan rendemen, berat jenis, viskositas, dan dianalisis menggunakan
GC-MS.

13
Gambar 2. Sketsa rangkaian alat pirolisis

Filtrasi/ Penyaringan
Minyak Jelantah
menghilangkan partikel makanan
dan padatan lain dari minyak
jelantah

Pemanasan Suhu Penambahan Katalis


reaktor
awal 200oC sampai Fluized
mencapai suhu tetap bed

450-500 oC

Kondensor

Biodiesel metanol
Destilasi

Gambar 3. Diagram balok pembuatan biodiesel dari minyak jelantah

14
G. Katalis

Katalis merupakan suatu senyawa yang dapat meningkatkan laju


reaksi tetapi tidak terkonsumsi oleh reaksi. Katalis digunakan secara luas baik
di alam, laboratorium dan industri. Menurut Helwani (2009), katalis yang
berada pada fase yang sama (liquid) dengan reaktan disebut sebagai katalis
homogen, Sedangkan katalis yang berada pada fase yang berbeda dengan
reaktannya (dapat berupa padatan, cairan yang tidak dapat bercampur ataupun
gas) disebut sebagai katalis heterogen. Katalis memungkinkan reaksi dapat
berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah
akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan jalur
pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis akan mengurangi
energi yang dibutuhkan (energi aktivasi) untuk berlangsungnya reaksi
sehingga reaksi akan bertambah cepat (Utomo & Laksono, 2007). Satu yang
harus diketahui tentang prinsip kerja katalis adalah bahwa katalis tersebut
tetap ikut dalam jalannya reaksi, tetapi pada kondisi akhir, katalis akan keluar
lagi dalam bentuk yang sama. Sifat-sifat kimia katalis akan sama sebelum dan
sesudah mengkatalis suatu reaksi.
Salah satu langkah penting dalam pirolisis berkatalis adalah aktivasi
katalis. Aktivasi katalis bertujuan untuk meningkatkan kemampuan katalis
mengkonversi reaktan menjadi produk yang diinginkan. Menurut Srihapsari
(2006), hasil penelitian menunjukkan bahwa zeolit alam yang telah diaktivasi
dengan larutan HCl mampu menjerap logam-logam penyebab kesadahan air,
sehingga dapat menurunkan tingkat kesadahan air. Kemampuan penjerapan
maksimal zeolit yang diperoleh dari penelitian ditunjukan pada konsentrasi
HCl 2M. Hasil analisis FTIR (Fourier transform infrared spectroscopy)
menunjukkan bahwa dengan perlakuan asam padatan zeolit lebih bersih dari
pengotor sehingga pori-pori zeolit lebih terbuka dan kemampuannya dalam
menjerap logam-logam penyebab kesadahan air juga besar.

15
Pada proses aktivasi dengan NaOH, akan terjadi proses pelarutan silika yang
merupakan salah satu komponen dalam kerangka zeolit (Jozefaciuk &
Bowanko, 2002). Pelarutan silika akan menyebabkan perubahan struktur zeolit
serta berkurangnya silika dalam kerangka zeolit sehingga rasio Si/Al menurun.
Penurunan rasio ini akan meningkatkan kapasitas adsorpsi dan selektivitas
zeolit terhadap molekul-molekul polar seperti uap air (Bonenfant dkk., 2008).
Aktivasi dengan NaOH juga bertujuan untuk menghilangkan ion-ion tertentu
dari kerangka zeolit dan menggantinya dengan ion Na+ sehingga zeolit alam
mempunyai kondisi yang semakin mendekati bentuk homoionik (Inglezakis
dkk., 2001). Dengan bentuk homoionik, molekul zeolit akan mempunyai
ukuran pori yang relatif sama, sehingga diharapkan kemampuan dan
selektivitas adsorpsinya terhadap uap air juga akan lebih baik. Menurut
Kurniasari dkk (2011) kondisi operasi aktivasi dengan NaOH terbaik
diperoleh pada konsentrasi 1M. Pada kondisi ini, penurunan rasio Si/Al serta
kemampuan tukar kation pada zeolit alam kemungkinan telah maksimal,
sehingga pada kondisi diatas itu sudah tidak lagi memberikan perubahan daya
adsorpsi yang signifikan.

16
III. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Biodiesel merupakan bahan bakar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau
lemak hewan. Biodiesel juga dikenal dengan bahan bakar ramah
lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang relatif lebih bersih
dibandingkan dengan solar. Selain itu, penggunaan biodiesel umumnya
mudah, karena tidak perlu memodifikasi mesin diesel. Sebagai bahan bakar
alternatif, biodiesel dapat digunakan dalam bentuk murni atau dicampur
dengan minyak diesel pada perbandingan tertentu.

2. Proses pembuatan biodiesel dari minyak jelanta menggunakan proses


pirolisis dengan reaktor fluidized bed dengan pemanasan awal 200 oC
sampai suhu naik menjadi 450-500 oC. Proses pirolisis dilakukan dalam
tabung reaktor, dimana dalam tabung reaktor terdapat wadah katalis yang
berada di atas sampel minyak jelantah. Fase uap yang dihasilkan dalam
proses pembakaran/pemanasan akan melewati katalis, uap yang lolos
melewati katalis akan mengalir menuju kondensor, dimana uap yang
dihasilkan didinginkan. Kemudian pemisahan menggunakan destilasi
dengan penambahan metanol pemisahan biodiesel dengan metanol, untuk
unit pencucian dimana cuci biodiesel dengan air hangat untuk
menghilangkan sisa katalis. Hasil pirolisat ditampung dalam 3 fraksi
(fraksi I : mulai menetes-180 oC, fraksi II : 180-250 oC, dan fraksi III : 250
o
C-terakhir menetes). Produk hasil fraksinasi selanjutnya dianalisis untuk
menentukan rendemen, berat jenis, viskositas, dan dianalisis menggunakan
GC-MS.

17
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, F., & Sunarno. 2013. Sintesis Katalis Ni/ZSM-5 untuk Pirolisis Cangkang
Sawit Menjadi Bio-Oil. Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau. 11:23-24

Antonakou, E., A. Lappas, M.H. Nilsen, A. Bouzga, M. Stocker. 2006. Evaluation


of various types of Al-MCM-41 materials as catalysts in biomass pyrolysis
for the production of bio-fuels and chemicals. Fuel. 85:2202–2212
Gercel, H.F. 2011. Bio-oil production from Onopordum acanthium L. by slow
pyrolysis. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis. 92:233–238.

Hambali, E. 2007. Teknologi Bioenergi. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Hambali, M., & T.I. Sari. 2009. Pengaruh Katalis Rasio Umpan Terhadap
Konversi CPO Pada Pembuatan Bahan Bakar Diesel. Jurnal Teknik Kimia.
16:41-42.

Helwani Z., MR. Othman, N. Aziz, J. Kim, & W.J.N. Fernando. 2009. Solid
heterogeneous catalysts for transesterification of triglycerides with methanol:
A review. Applied Catalysis A: General Journal. 363: 1–10.

Inglezakis, V.J., C.D. Papadeas, M.D. Loizidou, & H.P. Grigoropoulou. 2001.
Effects of Pretreatment on Physical and Ion Exchange Properties of Natural
Clinoptilolite. Environmental Technology. 22:75-82.

Jozefaciuk, G., & G. Bowanko. 2002. Effect of Acid and Alkali Treatments on
Surface Areas and Adsorption Energies of Selected Minerals, Journal Clays
and Clay Minerals. 50:771-783.

18
Ketaren, S. 2005. Minyak Dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.

Ketaren, S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Universitas


Indonesia Press, Jakarta.

Khanday, W.A., & K. Garba, B.H. Hameed. 2016. Catalytic pyrolysis of oil palm
mesocarp fibre on a zeolite derived from low-cost oil palm ash. Energy
Conversion and Management. 127:265–272.

Kurniasari, L., M, Djaeni, & A. Purbasari. 2011. Aktivasi Zeolit Alam Sebagai
Adsorben Pada Alat Pengering Bersuhu Rendah. 13:178-184.

Laird, D.A., R.C. Brown, J.E. Amonette, & J. Lehmann. 2009. Review of The
Pyrolisis Platform form Coproducing Bio-oil and Biochar. Biofuels,
Bioproducts and Biorefining 3:547-562.

Ringer M., V. Putsche, & J. Scahill. 2006. Large-Scale Pyrolysis Oil Production:
A Technology Assessment and Economic Analysis. Department of Energy
Office of Energy Efficiency & Renewable Enery. A national laboratory of the
U.S.

Rohmah, E.N., A. Rochmat., & S.D. Sumbogo. 2012. Biogasoline from Catalytic
Hydrocracking Reaction of Waste Cooking Oil Using Bayah Natural Zeoite.
International Journal of Environment and Bioenergy. 3:201 –209.

19

You might also like