You are on page 1of 12

11 DINAMIC : Directory Journal of Economic Volume 1 Nomor 2

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH DAN


PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DI INDONESIA TAHUN 1988-2017

ANALYSIS OF THE EFFECT OF GOVERNMENT CONSUMPTION


EXPENDITURE AND HOUSEHOLD CONSUMPTION EXPENDITURE IN
INDONESIA IN 1988-2017
1
Ari Tri Afiftah, 2 Whinarko Juliprijanto, 3 Rian Destiningsih
Fakultas Ekonomi, Universitas Tidar, Magelang, Indonesia.
Atafiftah12@gmail.com

Abstrak
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan suatu negara.
Di Indonesia selama 30 tahun terakhir yaitu tahun 1988 sampai dengan tahun 2017 pertumbuhan
ekonominya mengalami fluktuatif namun cenderung stabil. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif. Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang dipublikasikan oleh Badan Pusat
Stastistika (BPS) Indonesia Indonesia tahun 1988 sampai 2017. Teknik analisis data menggunakan analisis
data time series dengan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
Variabel pengeluaran konsumsi pemerintah secara parsial menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1988-2017; (2) Variabel pengeluaran konsumsi rumah
tangga secara parsial menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia tahun 1988-2017; (3) Variabel pengeluaran konsumsi pemerintah dan pengeluaran konsumsi
rumah tangga secara bersama-sama ada pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia tahun 1988-2017.

Kata Kunci : pengeluaran konsumsi pemerintah, pengeluaran konsumsi rumah tangga, dan pertumbuhan
ekonomi.

Abstract
Economic growth is one measure of the success of a country's development. In Indonesia for the last 30
years, from 1988 to 2017, economic growth has fluctuated but tends to be stable. The rapid development in
Indonesia has an impact on increasing living standards and people's welfare. This research is quantitative
descriptive. The data in this study used secondary data published by the Indonesian Central Bureau of
Statistics (BPS) Indonesia in 1988 to 2017. Data analysis techniques used time series data analysis with
multiple linear regression analysis techniques. The results of the study show that: (1) Variables of
government consumption expenditure partially indicate a significant influence on economic growth in
Indonesia in 1988-2017; (2) Variables of household consumption expenditure partially indicate a
significant influence on economic growth in Indonesia in 1988-2017; (3) Variables of government
consumption expenditure and household consumption expenditure together have a significant influence on
economic growth in Indonesia in 1988-2017.

Keyword : government consumption expenditure, household consumption expenditure, and economic


development
12 DINAMIC : Directory Journal of Economic Volume 1 Nomor 2

PENDAHULUAN yang sangat tajam sebesar -13,13% karena adanya


Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh
krisis ekonomi. Dilansir dari Kompas.com, pada
mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan
tahun 1999 pemerintah menerapkan reformasi
tambahan pendapatan masyarakat pada suatu
kebijakan ekonomi di sejumlah sektor sehingga
periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi yang
laju pertumbuhan ekonomi mulai mengalami
tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan
peningkatan sebesar 0,79%. Secara perlahan laju
merupakan kondisi utama bagi kelangsungan
pertumbuhan ekonomi tumbuh menjadi 4,92%
pembangunan ekonomi (Tambunan, 2001:43).
pada tahun 2000. Pemerintah menerapkan
Perekonomian dikatakan mengalami
kebijakan desentralisasi fiskal dan otonomi
pertumbuhan apabila banyak sektor ekonomi
daerah dengan membagi dana secara berimbang
yang tumbuh. Hal ini tercermin dalam
antara pusat dan daerah namun meski demikian,
peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau
laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun
Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, PDB
2001 tumbuh melambat menjadi 3,64%.
juga dapat digunakan untuk mengukur
Tahun 2004 merupakan masa kebangkitan
pertumbuhan ekonomi. PDB merupakan salah
Indonesia pasca krisis ekonomi dan pertumbuhan
satu indikator penting untuk mengetahui kondisi
ekonomi berhasil mencapai 5,03%. Pada tahun
ekonomi suatu negara dalam suatu periode
2005 pertumbuhan ekonomi sebesar 5,69%
tertentu.
sedangkan tahun 2006 sedikit mengalami
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
perlambatan menjadi 5,5%. Di tahun berikutnya
Indonesia (2018), pertumbuhan ekonomi di
pertumbuhan ekonomi tumbuh di atas 6%,
Indonesia selama kurun waktu 30 tahun terakhir
tepatnya 6,35% dan turun tipis 6,01% pada tahun
dari tahun 1988-2017 mengalami fluktuatif. Hal
2008. Indonesia kemudian harus menghadapi
ini dikarenakan selama periode tersebut banyak
krisis keuangan sebagai dampak dari krisis
terjadi peristiwa ekonomi. Selama periode 1988-
finansial global pada akhir tahun 2008 dan
1996 rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar
berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang
7,11%, akan tetapi akibat adanya krisis ekonomi
tumbuh melambat pada tahun 2009 sebesar
yang terjadi laju pertumbuhan ekonomi di
4,63%. Pada tahun 2010 laju pertumbuhan
Indonesia mengalami penurunan yang sangat
ekonomi kembali tumbuh dengan capaian 6,22%,
drastis.
pemerintah juga mulai merancang rencana
Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 1988
percepatan pembangunan nasional jangka
sebesar 5,78% sedangkan pada tahun berikutnya
panjang. Tahun 2011 pertumbuhan ekonomi
mengalami peningkatan menjadi 7,46%. Selama
sebesar 6,49% sementara tahun 2012 mengalami
10 tahun awal penelitian terlihat bahwa laju
perlambatan menjadi 6,23%. Perlambatan
pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuatif
kembali terjadi pada tahun 2013 pertumbuhan
namun cenderung stabil, pada tahun 1998
ekonomi hanya sebesar 5,56% dan melambat lagi
pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan
pada tahun 2014 sebesar 5,01%.
13 DINAMIC : Directory Journal of Economic Volume 1 Nomor 2

Pada tahun 2014 pemerintah menetapkan 2016 88,939,826,974.75 1.06


proyek strategis nasional sebagai proyek prioritas 2017 92,435,609,337.28 1.04
yaitu pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan Berdasarkan tabel terlihat bahwa pengeluaran
kesehatan dengan tujuan mendorong konsumsi pemerintah di Indonesia dari tahun
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan 2013-2017 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2013
pemerataan pembangunan di seluruh wilayah pengeluaran pemerintah sebesar Rp
Indonesia. Namun, grafik pertumbuhan ekonomi 86.851.491.925,09 dan mengalami penurunan
tahun 2015 menunjukkan pertumbuhan ekonomi menjadi Rp 83.959.519.785,70 pada tahun 2014
mengalami perlambatan dan hanya tumbuh dengan presentase pertumbuhan sebesar 0,97%.
sebesar 4,88%. Sementara tahun 2016 Penurunan ini terjadi akibat daya serap belanja
pertumbuhan ekonomi mulai terdongkrak sebesar pemerintah yang rendah, sebagian dari konsumsi
5,01% dan tahun 2017 mengalami peningkatan pemerintah digunakan untuk membayar bunga
walaupun sedikit sebesar 5,17% (Kompas.com, hutang yang tidak termasuk dalam perhitungan
2018). PDB. Pada tahun 2015 pengeluaran konsumsi
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa pemerintah juga mengalami penurunan yang
kinerja pembangunan Indonesia cukup tinggi, dan sangat tipis sebesar Rp 83.928.241.330,18 karena
hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah, ada pengehematan anggaran belanja pemerintah
masyarakat, dan para pelaku ekonomi. Pesatnya khususnya untuk belanja operasional dan belanja
pembangunan ekonomi yang dialami Indonesia kurang produktif. Kebijakan penghematan ini
membawa dampak pada meningkatnya standar membuat pertumbuhan ekonomi tidak dapat
hidup dan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan dimaksimalkan, meski menunjukkan tren
standar hidup masyarakat ini tidak hanya perbaikan dari tahun sebelumnya. Sedangkan
peningkatan pendapatan tetapi juga peningkatan pada tahun 2016, pengeluaran konsumsi
permintaan terhadap barang dan jasa publik. pemerintah mengalami peningkatan sebesar Rp
Penyelenggaraan publik ini secara langsung 88.939.826.974,75 dengan tingkat pertumbuhan
merupakan tanggung jawab pemerintah karena sebesar 1,06%. Tahun 2017 pengeluaran
menyangkut kepentingan daripada masyarakat. konsumsi pemerintah kembali mengalami
Besarnya penyediaan fasilitas publik mempunyai peningkatan sebesar Rp 92.435.609.337,28 meski
korelasi terhadap besarnya pengeluaran yang mengalami penurunan pertumbuhan sebesar
dilakukan pemerintah. 1,04%.
Tabel Pengeluaran Konsumsi Pemerintah di Selain pengeluaran konsumsi pemerintah,
Indonesia Tahun 2013-2017 konsumsi rumah tangga memberikan pemasukan
Tahun Pengeluaran Pertumbu kepada pendapatan nasional. Di Indonesia,
Konsumsi Pemerintah han (%)
2013 86,851,491,925.09 -
2014 83,959,519,785.70 0.97
2015 83,928,241,330.18 1.00
14 DINAMIC : Directory Journal of Economic Volume 1 Nomor 2

pengeluaran konsumsi rumah tangga berkontribusi jalan serta mencari pengalaman dengan berwisata.
sekitar 60-75 persen dari pendapatan nasional. Jadi semakin banyak masyarakat yang mengurangi
Konsumsi rumah tangga juga mempunyai dampak konsumsinya (non-leisure) dan menyisihkan
dalam menentukan fluktuasi kegiatan ekonomi pendapatan, masyarakat memilih untuk menabung
dari satu waktu ke waktu lainnya. Sementara itu dan digunakan untuk berwisata atau mencari
dalam jangka panjang pola konsumsi masyarakat pengalaman.
sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan
ekonomi (Sukirno, 2013:173). METODE PENELITIAN
Tabel Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Jenis Penelitian
Indonesia Tahun 2013-2017 Penelitian ini menggunakan deskriptif analitis
Pengeluaran dengan pendekatan kuantitatif.
Pertumbu
Konsumsi Rumah
Tahun han (%)
Tangga Variabel Penelitian
2013 496,349,817,546.85 - Variabel dalam penelitian ini menggunakan
2014 522,575,578,796.42 4.71 pengeluaran konsumsi pemerintah atau X1 dan
2015 547,876,046,826.68 4.90 pengeluaran konsumsi rumah tangga atau X2
2016 575,483,082,915.91 4.34 sebagai variabel bebas, serta pertumbuhan
2017 604,169,943,995.80 4.61 ekonomi atau Y sebagai variabel terikat.
Berdasarkan tabel 1.2, pengeluaran konsumsi
rumah tangga di Indonesia selalu mengalami Jenis dan Sumber Data
peningkatan, tahun 2013 tercatat sebesar Rp Jenis data pada penelitian ini adalah data
496.349.817.546,85 dan berkontribusi pada sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak
pendapatan nasional sebesar 54,39%. Pada tahun langsung dengan cara membaca dan mempelajari
2014, pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar literatur serta dokumen yang terkait dengan
Rp 522.575.578.796,42 dan terus mengalami masalah yang diteliti. Data sekunder dalam
peningkatan sampai dengan tahun 2017 sebesar Rp penelitian ini adalah data pengeluaran konsumsi
604.169.943.995,80. Namun pada tahun 2016 pemerintah dan pengeluaran konsumsi rumah
pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga tangga, serta pertumbuhan ekonomi yang
mengalami perlambatan dari 4.90% menjadi dipublikasikan oleh BPS Indonesia,
4.34%. Hal ini disebabkan perilaku konsumsi di
masyarakat menengah atas perlahan juga Teknik Analisis Data
mengalami perubahan, salah satunya 1. Uji Asumsi Klasik
kecenderungan masyarakat mulai bergeser Sebelum melakukan uji linier berganda,
konsumsinya dari non-leisure ke leisure. metode mensyaratkan untuk melakukan uji asumsi
Pengeluaran masyarakat kini lebih banyak klasik guna mendapatkan hasil yang terbaik
digunakan untuk hiburan dan leisure atau jalan- (Ghozali, 2011: 105). Tujuannya, hasil estimasi
15 DINAMIC : Directory Journal of Economic Volume 1 Nomor 2

haruslah memenuhi syarat-syarat asumsi klasik pola bergelombang melebar kemudian menyempit
agar mendapatkan nilai penaksir yang tidak bias dan melebar kembali.
dan efisien dari suatu persamaan regresi linear d. Uji Autokorelasi
berganda. Uji autokolerasi bertujuan untuk mendeteksi
a. Uji Normalitas apakah variabel pengganggu pada suatu periode
Penelitian ini mengunakan pendekatan grafik berkorelasi atau tidak berkolerasi dengan variabel
Normal P-P of regression standardized residual pengganggu lainnya. Suatu model dikatakan tidak
untuk menguji normalitas data. Untuk pendekatan mengandung masalah autokolerasi apabila
grafik apabila data menyebar disekitar grafik pengaruh faktor pengganggu yang terjadi dalam
histogramnya atau garis diagonal menunjukan suatu periode waktu pegamatan tidak terpengaruh
bahwa pola berdistribusi normal, maka model oleh periode lainnya. Sebaliknya masalah
regresi memenuhi asumsi normalitas. autokolerasi muncul ketika terdapat saling
b. Uji Multikolinearitas ketergantungan antara faktor pengganggu yang
Tujuan dari penggunaan uji multikolinearitas berhubungan dengan periode pengamatan.
adalah untuk mengetahui ada tidaknya satu atau Beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya
lebih variabel bebas mempunyai hubungan dengan autokorelasi dapat diketahui dengan metode
variabel bebas lainnya. Pada model regresi yang grafik, metode Durbin-Watson, metode runttest,
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara dan uji statistik non parametrik (Wibowo,
variabel bebas. Metode untuk menguji adanya 2012:101).
multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value
2. Analisis Regresi Linier Berganda
atau variance inflation factor (VIF). Batas dari
Dalam penelitian ini analisis regresi linier
tolerance value >0.1 atau nilai VIF lebih kecil dari
berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
10 maka tidak terjadi multikolinieritas (Gudjarati,
variabel bebas yaitu pengeluaran pemerintah dan
2003:359).
pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap
c. Uji Heterokedastisitas
variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi di
Menurut Gudjarati dan Porter (2010:480-483),
Indonesia. Persamaan regresi linear berganda
uji heterokedastisitas bertujuan untuk melakukan
adalah sebagai berikut:
pengujian apakah pada model regresi terdapat
Y = α + ß1 X1 + ß2 X2 + µ
variabel pengganggu yang konstan atau tidak. Ada
Karena terdapat perbedaan satuan dan besaran
beberapa cara untuk mendeteksi adaya
variabel bebas yang menyebabkan persamaan
heterokedastisitas antara lain dengan
regresi harus diubah menggunakan model
menggunakan pola gambar scatterplot. Regresi
logaritma natural (ln). Agar dapat diestimasi maka
yang tidak terjadi heterokedastisitas
persamaan regresi ditransformasikan ke logaritma
jika titik-titik data menyebar diatas dan dibawah,
berganda dengan rumus:
penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk
� = � + 𝛽1𝑙𝑛� 1 + 𝛽2 𝑙𝑛� 2 +𝑒
16 DINAMIC : Directory Journal of Economic Volume 1 Nomor 2

Keterangan: Apabila 𝑡ℎ𝑖� � 𝑛𝑔 > 𝑡� � � 𝑒𝑙 maka 𝐻0 ditolak


Y = pertumbuhan ekonomi
α = konstanta dan 𝐻� diterima
ß 1, ß 2 = koefisien regresi b. Uji Statistik F (Uji Simultan)
lnX1 = Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan
lnX2 = Pengeluaran Konsumsi Rumah apakah semua variabel bebas yang dimasukkan
Tangga dalam model mempunyai pengaruh secara
µ = term error bersama-sama terhadap variabel terikat
(Mudrajad, 2007:82). Ketentuan uji F adalah
3. Uji Statistik sebagai berikut :
a. Uji Statistik t (Uji Parsial) Ho : b1 = 0 : Secara bersama-sama tidak terdapat
Uji statistik t merupakan uji signifikansi pengaruh yang signifikan dari
parameter individual. Nilai statistik t menunjukkan pengeluaran pemerintah dan
seberapa jauh pengaruh variabel independen pengeluaran konsumsi rumah
secara individual terhadap variabel dependennya tangga terhadap pertumbuhan
(Purwanto, 2017:193). Statistik t dihitung dengan ekonomi di Indonesia.
menggunakan formula sebagai berikut: Ha : b1 ≠ 0 : Secara bersama-sama terdapat
𝑡ℎ𝑖� � 𝑛𝑔 = (� 𝑖 - 0)/S pengaruh pengeluaran pemerintah
dimana S merupakan deviasi standar yang dihitung dan pengeluaran konsumsi rumah
dari akar varians. Adapaun hipotesis yang tangga terhadap pertumbuhan
digunakan untuk pengujian tersebut adalah: ekonomi di Indonesia.
𝐻0 : � 𝑖 = 0 ; Tidak ada pengaruh yang signifikan Kriteria Pengujian : (1) Tingkat siginifikan yang
dari variabel pengeluaran digunakan sebesar 5%. (2) Derajat kebebasan
pemerintah terhadap yaitu V1 = k-1 dan V2 = n-k, dengan ketentuan
pertumbuhan ekonomi (Y) bahwa n adalah jumlah tahun dan k adalah jumlah
𝐻1 : � 𝑖 ≠ 0 ; Ada pengaruh yang signifikan dari variabel.
variabel pengeluaran pemerintah c. Koefisien determinasi (R2)
terhadap pertumbuhan ekonomi (Y) Kofisien determinasi (R2) pada intinya
𝐻0 : � 𝑖 = 0 ; Tidak ada pengaruh yang signifikan mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
dari variabel pengeluaran menerangkan variasi variabel terikat. Nilai
konsumsi rumah tangga terhadap koefisien determiniasi adalah diantara nol dan satu
pertumbuhan ekonomi (Y) (0<R2<1). Apabila nilai R2 kecil (mendekati nol),
𝐻1 : � 𝑖 ≠ 0 ; Ada pengaruh yang signifikan dari berarti kemampuan variabel bebas dalam
variabel pengeluaran konsumsi menjelaskan variabel terikat sangat terbatas, maka
rumah tangga terhadap dapat disimpulkan antara variabel bebas dan
pertumbuhan ekonomi (Y) variabel terikat tidak ada keterkaitan. Apabila nilai
R2 mendekati 1 (satu), berarti variabel bebas
17 DINAMIC : Directory Journal of Economic Volume 1 Nomor 2

memberikan hampir semua informasi yang pemerintah dan X2 atau pengeluaran konsumsi
dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat, rumah tangga) perhitungan VIF kurang atau lebih
maka dapat disimpulkan antara variabel bebas dan kecil dari 10 yaitu 6,431, maka data tersebut tidak
variabel terikat terdapat keterkaitan. Setiap terdapat multikolinearitas.
tambahan satu variabel independen maka R 2 pasti  Uji Heterokedastisitas
meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut Hasil uji heterokedastisitas

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel


dependen. Maka dari itu, digunakan nilai Adjusted
R2 pada saat mengevaluasi model yang terbaik.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Karena adanya krisis ekonomi yang terjadi
tahun 1998, data pertumbuhan ekonomi memiliki Berdasarkan gambar diatas diperoleh titik-titik
nilai yang ekstrem sehingga peneliti data yang menyebar diatas dan dibawah atau
menghilangkan data tersebut dalam penelitian ini. disekitar angka 0. Titik-titik data menyebar dan
1. Hasil Analisis Data data tidak membentuk pola bergelombang
a. Uji Asumsi Klasik menyebar menyempit dan melebar kembali.
Dengan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa
 Uji Normalitas dalam penelitian ini tidak terjadi
heterokedastisitas.
 Uji Autokorelasi
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai Durbin-
Watson sebesar 1.613. Sedangkan dari tabel DW
dengan signifikansi 0.00 dan jumlah data (n) = 29,
diperoleh nilai dL = 1.269 dan dU = 1.563. Dengan
Sebagaimana terlihat pada grafik Normal ini didapat 4-dU = 2.434 dan 4-dL = 2.713. Karena
P-P Plot Of Regression Standadized Residual di nilai DW 1.613 lebih besar dari dL dan dU (dL <
atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar DW < dU), maka dapat disimpulkan bahwa tidak
garis diagonal dan mengikuti garis diagonal. Maka terdapat autokorelasi.
dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
b. Regresi Linear Berganda
normal dan model regresi memenuhi uji asumsi
Berdasar analisis regresi linier berganda,
normalitas.
didapatkan hubungan variabel bebas
 Uji Multikolinearitas
(Independent), yaitu pengeluaran konsumsi
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
pemerintah (X1) dan pengeluaran konsumsi rumah
variabel bebas (X1 atau pengeluaran konsumsi
tangga (X2) terhadap variabel terikat (Dependent),
yaitu pertumbuhan ekonomi (Y) maka dapat
diperoleh persamaan sebagai berikut:
18 DINAMIC : Directory Journal of Economic Volume 1 Nomor 2

Berdasarkan analisis data pengujian X1


Y = 62.247 + 2.846 LnX1 – 6.760 LnX2 + e
(Pengeluaran Konsumsi Pemerintah)
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka
menunjukkan dengan α =5%/2 (uji 2 sisi), df = 29
hasil koefisien regresi dapat diinterpretasikan
– 2 = 27, nilai t tabel = 0,683. Nilai t hitung = 5,265
sebagai berikut:
dan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
 Konstanta sebesar 62.247 artinya apabila
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa t
semua variabel independen sama dengan 0
hitung > t tabel yaitu 5,565 > 0,683 dan nilai
atau tidak memiliki pengaruh terhadap
signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 0,000 < 0,05
variabel dependen, maka pertumbuhan
maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada
ekonomi mengalami kenaikan sebesar 62.247
pengaruh yang signifikan dari pengeluaran
%.
konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan
 Nilai koefisien regresi pengeluaran konsumsi
ekonomi di Indonesia.
pemerintah (X1) sebesar sebesar 2.846 artinya
Pengaruh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
bahwa apabila terjadi peningkatan pengeluaran
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
konsumsi pemerintah sebesar 1 rupiah, maka
Berdasarkan analisis data pengujian X2
akan terjadi peningkatan sebesar 2.846 rupiah
(pengeluaran konsumsi rumah tangga)
terhadap pertumbuhan ekonomi dengan
menunjukkan dengan α =5%/2 (uji 2 sisi), df = 29
asumsi variabel independen yang lainnya tetap
– 2 = 27, nilai t tabel = -0,683. Nilai t hitung = -
(ceteris paribus).
5,934 dan nilai signifikansi sebesar 0,000.
 Nilai Koefisien regresi pengeluaran konsumsi
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dikatakan
rumah tangga (X2) sebesar – 6.760 artinya
bahwa t hitung > t tabel yaitu -5,934 > -0,683,
apabila terjadi peningkatan pengeluaran
sedangkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
konsumsi rumah tangga sebesar 1 Rupiah,
atau 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
maka akan terjadi penurunan pertumbuhan
artinya ada pengaruh yang signifikan dari
ekonomi (Y) sebesar 6.760 rupiah dengan
pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap
asumsi variabel independen yang lainnya tetap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
(ceteris paribus). Koefisien X2 bernilai negatif
 Uji statistik F
sehingga pengeluaran konsumsi rumah tangga
Berdasarkan hasil perhitungan, F tabel sebesar
berhubungan negatif terhadap pertumbuhan
3,35 dengan menggunakan α=5% dimana F hitung
ekonomi (Y).
adalah 17.719. Maka untuk F hitung > F tabel yaitu
c. Uji statistik 17.719 > 3.354. Maka Ho ditolak dan Ha diterima
 Uji Statistik t jadi secara simultan atau bersama-sama ada
Pengaruh pengeluaran konsumsi pemerintah pengaruh yang signifikan antara pengeluaran
terhadap pertumbuhan ekonomi konsumsi pemerintah dan pengeluaran konsumsi
rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
19 DINAMIC : Directory Journal of Economic Volume 1 Nomor 2

 Kofisien Determinasi pemerintah, maka akan mendorong pertumbuhan


Berdasarkan hasil analisis regresi linear ekonomi.
berganda dapat terlihat dari Koefisien Adjusted R Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Square dengan nilai 0.544 % yang artinya secara yang dilakukan oleh Rafiq (2016) dalam
bersama-sama pengeluaran konsumsi pemerintah analisisnya, hubungan antara pengeluaran
dan pengeluaran konsumsi rumah tangga mampu pemerintah dan pertumbuhan ekonomi
memberikan variasi penjelasan tingkat menunjukkan hasil signifikan. Hal ini
pertumbuhan ekonomi sebesar 54,4%, sedangkan menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi
45,6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak pemerintah mempunyai peran yang andil dalam
dimasukkan dalam estimasi model seperti perekonomian. Meskipun kontribusi pengeluaran
investasi, ekspor, dan impor. konsumsi pemerintah terhadap PDB tidak besar
tetapi jika konsumsi pemerintah dapat
2. Pembahasan dimaksimalkan, maka akan menggerakkan daya
a. Pengaruh Pengeluaran Konsumsi Pemerintah beli masyarakat sehingga mendorong
terhadap Pertumbuhan Ekonomi perekonomian.
Berdasarkan hasil pengujian diatas, Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi pengeluaran konsumsi pemerintah berpengaruh
pemerintah selama periode 1988-2017 memiliki yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
berpengaruh secara signifikan terhadap salah satu contohnya yaitu terlihat pada
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hasil estimasi peningkatan pengeluaran konsumsi pemerintah
menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β1) sektor infrastruktur dibuktikan dengan data
pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 2.846 berikut:
rupiah dengan signifikansi 0,000 artinya bahwa
apabila terjadi peningkatan pengeluaran konsumsi
Infrastruktur
pemerintah sebesar 1 Rupiah, maka akan terjadi
pertambahan 6.685 terhadap pertumbuhan
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
ekonomi.
Sumber: Kementrian Keuangan RI
Menurut Mankiw (2006:277), pengeluaran
Pengeluaran konsumsi pemerintah pada sektor
pemerintah merupakan salah satu komponen
infrastruktur mengalami peningkatan dari tahun
pengeluaran, apabila pengeluaran pemerintah
2010 sampai dengan 2017. Dengan meningkatnya
tinggi maka akan mengakibatkan pengeluaran
infrastruktur, maka akan menunjang investasi pada
yang direncanakan lebih tinggi untuk semua
sarana dan prasarana. Selain itu, ekspor impor
pendapatan. Ketika kenaikan pengeluaran
barang dan jasa akan membaik secara tidak
pemerintah meningkatkan pendapatan, hal ini juga
langsung akan berdampak pada meningkatnya
akan meningkatkan konsumsi. Dengan begitu
pertumbuhan ekonomi.
bertambahnya pendapatan yang diperoleh
20 DINAMIC : Directory Journal of Economic Volume 1 Nomor 2

b. Pengaruh Pengeluaran Konsumsi Rumah Tabel Rata-rata pengeluaran per kapita masyarakat
Tangga Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dari tahun 2013 sampai 2017
Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan menurut kelompok barang
Tahun Makanan Bukan Makanan
bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga 2013 356 435 347 126
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap 2014 388 350 387 682
pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1988- 2015 412 462 456 361
2017. Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai 2016 460 639 485 619
koefisien regresi (β2) pengeluaran konsumsi 2017 527 956 508 541
rumah tangga sebesar -13.796 artinya bahwa Hasil perhitungan menunjukkan pengeluaran
apabila terjadi peningkatan 1 Rupiah, maka akan konsumsi rumah tangga memiliki pengaruh yang
terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi (Y) signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini
sebesar -13.796 rupiah dengan anggapan variabel terlihat berdasarkan tabel rata-rata pengeluaran per
lain tetap. kapita masyarakat Indonesia dari tahun 2013
Hasil penelitian menunjukkan variabel sampai 2017 menurut kelompok barang baik
pengeluaran konsumsi masyarakat berpengaruh makanan dan bukan makanan selalu mengalami
secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. peningkatan. Tingginya konsumsi rumah tangga
Hal ini sesuai dengan teori Keynes dalam Sukirno disebabkan oleh tingginya pendapatan
(2013:105) yang menyatakan bahwa faktor masyarakat, sehingga secara tidak langsung
penting yang menentukan tingkat konsumsi dan perekonomian meningkat yang memberikan
tabungan adalah pendapatan. Pendapatan yang dampak multyplier effect terhadap pertumbuhan
diterima oleh rumah tangga akan digunakan untuk ekonomi.
membeli makanan, pakaian, biaya jasa c. Pengaruh Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
pengangkutan, membayar pendidikan anak, dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. secara bersama-sama Terhadap Pertumbuhan
Barang-barang tersebut dibeli rumah tangga untuk Ekonomi
memenuhi kebutuhannya. Hasil penelitian ini Berdasarkan analisis Uji F dapat dilihat bahwa
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh pengeluaran konsumsi pemerintah dan
Rusdiansyah (2014) dalam analisisnya juga pengeluaran konsumsi rumah tangga secara
menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan bersama-sama ada pengaruh yang signifikan
konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun
ekonomi Sulawesi Selatan periode 2000-2012. 1988-2017. Dari hasil pengujian statistik Uji F
menunjukan nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel
yaitu 17.719 > 3.354. Hasil ini menyatakan bahwa
secara simultan semua variabel bebas yaitu
variabel pengeluaran konsumsi pemerintah dan
21 DINAMIC : Directory Journal of Economic Volume 1 Nomor 2

pengeluaran konsumsi rumah tangga berpengaruh 1. Pengeluaran konsumsi pemerintah (X1)


signifikan secara simultan terhadap pertumbuhan berpengaruh yang signifikan terhadap
ekonomi di Indonesia periode 1988-2017. pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun
Selain itu, hasil Adjusted R square didapat 1988-2017. Apabila terjadi peningkatan pada
sebesar 0.544, angka ini menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi pemerintah maka
kontribusi semua variabel bebas yaitu variabel pertumbuhan ekonomi akan meningkat.
pengeluaran konsumsi pemerintah dan 2. Pengeluaran konsumsi rumah tangga (X2)
pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap berpengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi sebesar 54,4%, sisanya pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ada 1988-2017. Apabila terjadi peningkatan
dalam penelitian ini seperti investasi, ekspor dan pengeluaran konsumsi rumah tangga maka
impor. pertumbuhan ekonomi akan meningkat.
Teori Keynes menyatakan bahwa keputusan 3. Secara simultan Pengeluaran konsumsi
pengeluaran konsumsi pemerintah dan konsumsi pemerintah dan Pengeluaran konsumsi rumah
rumah tangga sangat mempengaruhi perilaku tangga memiliki pengaruh yang signifikan
perekonomian baik dalam jangka pendek maupun terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia
jangka panjang. Dalam jangka pendek konsumsi tahun 1988-2017.
mempunyai peran dalam menentukan permintaan
agregat, sedangkan dalam jangka panjang Saran
konsumsi mempunyai peranan yang besar 1. Pemerintah diharapkan dapat memaksimalkan
terhadap pertumbuhan ekonomi (Mankiw, anggaran dalam sektor yang memberikan
2006:447). dampak multyplier effect terhadap
Berdasarkan pendapat Keynes tersebut, maka pertumbuhan ekonomi, salah satunya dengan
dengan ini ditegaskan bahwa penelitian optimalisasi sektor infrastruktur.
mendukung teori sebelumnya yaitu ada pengaruh 2. Pemerintah harus mengimbangi pengeluaran
yang signifikan antara pengeluaran konsumsi konsumsinya dengan keberhasilan
pemerintah dan pengeluaran konsumsi rumah pembangunan pada berbagai sektor ekonomi
tangga terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti sektor infrastuktur, pendidikan, dan
periode 1988-2017. Hasil penelitian ini sejalan kesehatan. Hal tersebut dapat mendorong
dengan penelitian yang dilakukan Rusdiansyah konsumsi masyarakat karena penyediaan
(2012) yang menyatakan bahwa konsumsi rumah fasilitas yang memadai.
tangga dan pengeluaran pemerintah memiliki 3. Pemerintah perlu untuk menggerakkan sektor
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan produktif seperti memperluas lapangan kerja
ekonomi di Sulawesi Selatan tahun 2000-2012. dan menciptakan iklim usaha agar dapat
SIMPULAN DAN SARAN meningkatkan pendapatan masyarakat.
Simpulan Dengan meningkatnya pendapatan maka
22 DINAMIC : Directory Journal of Economic Volume 1 Nomor 2

masyarakat dapat memenuhi kebutuhan, yang Purwanto, Erwan Agus dkk. 2017. Metode
pada akhirnya akan meningkatkan daya Penelitian Kuantitatif. Gavamedia.
belinya sehingga konsumsi rumah tangga juga Yogyakarta.
akan ikut naik dengan begitu akan Rafiq, Muhammad. 2016. Pengaruh Pengeluaran
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Konsumsi Rumah Tangga, Investasi, dan
Indonesia. Pengeluaran Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun
DAFTAR PUSTAKA 2001:T1-2010:T4. Skripsi. Universitas
Badan Pusat Statistik. 1988-2017. Statistik Lampung
Indonesia (Statistical Year book of Soediyono. 2015. Pengantar Ekonomi Makro.
Indonesia). Jakarta : BPS. Edisi Keenam. BPFE : Yogyakarta. Sugiyono.
Dirjen Kementrian Keuangan Republik Indonesia. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif,
2018. APBN Sektor Infrastrukur 2010- Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Indonesia.
2017. Jakarta : Kementrian Keuangan Tabik. 2018. Jejak Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia. Indonesia dari Masa Ke Masa. Diakses
Fitri, Ditha Nur Elia. 2016. Analisis Faktor-Faktor pada tanggal 25 Februari 2018 melalui
Yang Mempengaruhi Pertumbuhan http: ekonomi.kompas.com
Ekonomi di Indonesia Tahun 1984-2013. Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Indonesia
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. : Teori dan Temuan Empiris. Jakarta :
Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Ghalia Indonesia
Multivariate Dengan Program SPSS”. Wibowo, A.E. 2012. Aplikasi Praktis SPSS Dalam
Semarang: Badan Penerbit Universitas Penelitian. Yogyakarta : Gava Media.
Diponegoro.
Gujarati, Damodar, 2003, Ekonometri Dasar.
Terjemahan: Sumarno Zain, Jakarta:
Erlangga.
Gujarati, Damodar N. Dawn C. Porter. (2010).
Basic Econometrica. Fifth Edition. New
York : Mc Graw Hill.
Jhingan, M.L. 2012. Ekonomi Pembangunan dan
Perencanaan. (Alih Bahasa: D. Guritno).
Jakarta: Rajawali Pers.
Mankiw, N. Gregory. 2006. Teori Makro
Ekonomi. Edisi keenam. Erlangga. Jakarta.

You might also like