Professional Documents
Culture Documents
Laporan Praktikum Kimia Kromatografi Lapis Tipis
Laporan Praktikum Kimia Kromatografi Lapis Tipis
net/publication/346474485
CITATIONS READS
0 123,051
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Indayana Ratna Sari on 30 November 2020.
Oleh:
NIM: 19728251019
Pendidikan Kimia C
2019
PERCOBAAN VII
I. Tujuan
V. Analisa Data
a. Plat 1
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝑲𝒐𝒎𝒑𝒐𝒏𝒆𝒏
Rf =
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝑬𝒍𝒖𝒆𝒏
𝟓,𝟏 𝒄𝒎
=
𝟓,𝟓 𝒄𝒎
= 0,9272
b. Plat 2
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝑲𝒐𝒎𝒑𝒐𝒏𝒆𝒏
Rf =
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝑬𝒍𝒖𝒆𝒏
𝟒,𝟖 𝒄𝒎
=
𝟓,𝟔 𝒄𝒎
= 0,8727
VI. Pembahasan
Praktikum ini dilakukan pada hari Jum’at, 18 Oktober 2019 tentang
penentuan tingkat kemurnian dan nilai Rf senyawa organik hasil ekstraksi
menggunakan Kromatografi lapis Tipis (KLT). Sampel yang digunakan adalah
kunyit karena kunyit mempunyai senyawa zat warna alami yaitu kurkumin.
Kurkumin inilah yang kemudian nanti akan dianalisis nilai Rf-nya.
Pertama, dilakukan preparasi sampel. Kunyit yang dipotong kecil-kecil
ditumbuk menggunakan lumpang alu, hal ini dilakukan untuk lebih memudahkan
proses ekstraksi sampel. Sebab semakin halus kunyit, luas permukaannya semakin
besar sehingga memudahkan proses ektraksi. Kunyit yang telah dihaluskan
ditambahkan dengan 1 mL etanol. Etanol berfungsi sebagai pelarut yang digunakan
pada proses ektraksi. Sesuai teori bahwa kurkumin dapat larut pada pelarut etanol.
Setelah proses ekstraksi, maka akan diperoleh ekstrak kurkumin berwarna
kuning. Sebelum proses pemisahan, dilakukan proses penjenuhan fase gerak 1 yang
berisi pelarut diklorometana 4,5 mL dan etanol 0,5 mL dalam chamber. Eluen yang
terdiri dari pelarut dengan titik didih rendah dan sangat mudah menguap dapat
menyebaban terjadinya efek tepi dan melengkungnya bentuk garis depan eluen. Hal
ini dikarenakan penguapan tidak hanya terjadi dari atas kebawah tapi juga dari
samping tepi chamber ke tengah chamber. Hal inilah yang menjadi penyebab
kenapa harus dilakukan penjenuhan terlebih dahulu sebeluk dimasukkannya plat
KLT yang berisi sampel. Penjenuhan dilakukan dengan menggunakan kertas sorben
(kertas saring). Penjenuhan dapat dilakukan selama 2-15 menit tergantung pelarut
yang digunakan. Penjenuhan ditandai dengan berhentinya fase gerak mengenai
kertas saring dan kertas saring mengering. Setelah proses penjenuhan maka
dilakukan proses pemisahan menggunakan KLT.
Ekstrak kurkumin ditotolkan pada garis batas bagian bawah plat KLT yang
telah disiapkan. Setelah itu dimasukkan ke dalam chamber 1 yang berisi fase gerak
1 (pelarut diklorometana 4,5 mL dan etanol 0,5 mL). Fenomena awal yang terjadi
dalam chamber adalah terjadinya keseimbangan antara fase eluen dan fase uap
eluen dalam chamber. Ketika lempeng dimasukkan ke dalam chamber, lempeng
langsung kontak dengan uap eluen, terjadi interaksi antara sorben lempeng KLT
dengan molekul uap pelarut. Interaksi yang terjadi tergantung dari kejenuhan
chamber. Secara bersamaan pelarut bergerak melewati sorben lempeng KLT
melalui gaya kapilaritas dan berinteraksi dengan uap eluen secara simultan.
Di dalam lempeng terjadi interaksi antara fase uap eluen, fase eluen,
kelembaban yang teradsorbsi dalam lempeng, dan sorben lempeng itu sendiri.
Adanya analit atau sampel yang ditotolkan dalam lempeng akan menambah jumlah
interaksi yang terjadi. Gambar 4. dan Gambar 5. adalah gambaran fenomena yang
terjadi dalam chamber.
Pada proses pemisahan, di bagian atas chamber terjadi adsorbsi uap eluen
oleh lempeng KLT kering (bagian lempeng yang tidak terbasahi eluen) sehingga
uap eluen semakin tak jenuh. Penguapan dari eluen yang ada dalam lempeng
menuju ruangan dalam chamber menyebabkan kecepatan alir eluen berkurang.
Setelah proses pemisahan selesai, plat KLT diangkat dan dikeringkan.
Kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui bentuk kromatogramnya. Analisis
dilakukan menggunakan lampu UV. Dari hasil kromatogram akan terlihat noda
senyawa kurkumin yang terpisahkan dari analit dan selanjutnya dihitung nilai Rf-
nya. Analit yang mendekati batas depan eluen akan mengalami perubahan bentuk
noda dari bulatan menjadi pita tipis. Pada percobaan ini terlihat dari hasil
kromatogram bahwa analit berbentuk pipa tipis.
Nilai Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan
kromatografi lapis tipis. Nilai Rf merupakan ukuran kecepatan pergerakan suatu
senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran
karakteristik dan reprodusibel. Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara
jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal. Rf = Jarak
titik tengah noda dari titik awal / Jarak tepi muka pelarut dari titik awal. Nilai Rf
yang diperoleh pada plat KLT 1 yaitu 0,9272.
Plat KLT 2 dilakukan dengan sampel sama dan perlakuan yang sama, namun
dengan perbandingan fase gerak berbeda yaitu 4 mL diklorometana dan 1 mL
etanol. Nilai Rf yang diperoleh pada plat KLT 2 adalah 0,8727.
Nilai Rf yang baik adalah sekitar 0,2. Namun dari hasil percobaan terlihat
nilai Rf nya jauh di atas 0,2. Hal ini bisa disebabkan karena pada proses penjenuhan
dilakukan terlalu cepat. Pelarut dalam chamber belum mengalami penjenuhan
secara sempurna, namun plat KLT dimasukkan ke dalam chamber. Sehingga ketika
belum mengalami penjenuhan secara sempurna, pergerakan pelarut terlalu cepat.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa nilai Rf sampel
senyawa hasil isolasi kunyit pada plat KLT 1 adalah 0,9272 dan pada plat KLT 2
adalah 0,8727. Serta dapat disimpulkan bahwa tingkat kemurnian sampel sangat
rendah atau terjadi pemisahan tidak sempurna.
Daftar Pustaka
Arajuo CAC, Leon LL. 2001. Biological activities of Curcuma longa L. Mem Inst
Oswaldo Cruz. 96 (5): 723-728.
Rohman, Abdul dan Ibnu Gholib G. 2006. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Wahyuni, dkk. 2004. Ekstraksi Kurkumin dari Kunyit. Prosiding Seminar Nasional
Rekayasa Kimia dan Proses. ISSN : 1411-4216.
Wulandari, Lestyo. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT. Taman Kampus
Presindo.
Lampiran- Lampiran