Professional Documents
Culture Documents
Script Anagata Eps 2
Script Anagata Eps 2
Production Team
Producer : Rexy Satria Alfanuha
Dirrector : Ni Putu Biyan Kartika
Ast. Director : Ni Kadek Asti Arini
Script Writer : Ni Putu Biyan Kartika
Editor & Cameraman : Putu Agus Sumerta Yasa
Talent Coordinator : Kadek Diastini
Art Director : Ni Luh Alia Wati
Prop Master : Jaiklyn Hwa
I Gede Rama Davarta Wirawan Dangin
I Gede Saputra yasa
Cast
Dias : Komang Damayasa
Rama : I Gede Rama Davarta Wirawan Dangin
Abdi : Ida Bagus Mas Abdi Puta
Frisca : Kadek Frisca Dwi Savitri
Dila : Ni Komang Dila Sudarmi
Fitri : Putu Fitri Dian Permatasari
Moktika : Ni Putu Moktika Mawardi Putri
Hwa : Jaiklyn Hwa
Sinopsis
Setelah 5 tahun berlalu, Dias kini menjadi penyiar di RRI. Waktu
berjalan cepat namun terasa lambat ketika berlalu tanpa seorang yang
kita sayangi. Sebuah pesan singkat sore hari di radio mengubah
segalanya. Mengingatkan Dias akan cinta masa lalunya yang belum sempat
terbalas.
DIAS
Dias berbicara sedang siaran dan diakhiri dengan request lagu penutup
siaran hari itu.
“Sudah 5 tahun berlalu sejak aku lulus dari SMA, dan kini aku sudah
bekerja sebagai penyiar. Kata orang, masa SMA adalah masa paling
indah. Namun menurutku, masa SMA lebih dari sekedar tawa, canda,
sedih, dan kadang tentang cinta bahkan aku selalu ingin mengulangnya”
Dias membaca pesan dari pendengar (Dila request lagu) dengan wajah
heran, senang, bingung membacakan requestnya.
Lagu request di putar dengan suara lirih sebagai backsound film.
Dias mengemasi barang-barang dan lanjut pulang kerja.
DIAS
“Aku pulang dulu ya”
Menyapa Abdi yang ada di meja sebelah.
ABDI
“hati-hati bro…”
Abdi melnajutkan telpon dengan seseorang
“sampe mana tadi? Oh iya..jadi kan malem minggu nanti ketemu? Di
tempat biasa ya?”
Menelpon seseorang sambil senyum-senyum bahagia.
DIAS
Dias terus berjalan namun tetap focus dengan HPnya.
Berhenti sejenak di penyebrangan, kemudiaan berjalan menyebrangi zebra
cross.
Di tengah penyebrangan Dias berpapasan dengan Dila namun belum sadar.
DILA
Menyebrang jalan, sambil sibuk dengan HPnya dan membawa gambar-gambar
desain.
DIAS
Melepas HP dan kemudian memandang ke depan, melihat Dila ada di
seberang jalan. Dengan tatapan terkejut, heran, penuh kagum dan
senang.
Perlahan melepas headset, kemudian berusaha menyebrang dan menuju ke
Dila
Namun saat akan menyebrang banyak kendaraan lalu lalang dan seketika
Dila sudah hilang dari hadapan.
Dias panic, bingung dan berusaha melihat sekitar kemana Dila pergi
namun tidak ada, kemudian Dias melihat jam. Dan menghembuskan nafas
panjang kekecewaan.
SC. 03. INT. RUMAH,KAMAR (Rumah dan Kamar Dila) 60 SEC
Scene menunjukan Dila pulang dari luar dan langsung masuk ke kamar.
Menaruh beberapa barang kemudian langsung menuju ke meja kerjanya, dan
melanjutkan mendesain pakaian.
Scene memperlihatkan suasana kamar Dila dengan beberapa barang dan
foto yang ada di meja. Ada foto Dila dan Dias yang masih di pajang di
meja.
DILA
“tepat hari ini, 60 purnama telah berlalu sejak pertemuan terakhir
kita. Meski tak pernah ku ucap, harap itu selalu ada untuk berbicara
denganmu lagi. Atau bahkan hanya sekedar menatap dalam matamu saja
sudah membuatku candu. Tapi….entah kau sekarang dimana dan sedang apa.
Semoga waktu itu akan tiba…. semoga”
DIAS
“Aku pulang dulu, jangan pulang malem terus nanti sakit”
ABDI
“berisik banget sih, tumben banget keliatan seneng gitu. Pasti ada
sesuatu ya??”
DIAS
“doain ya”
Senyum dan kemudian bergegas keluar kantor
ABDI
“apasih, udah mulai ga waras tuh anak”
HP mulai di taruh di telinga
FRISCA
“Siapa sayang yang ga waras? Kamu ngatain aku ga waras ya? Jahat kamu
sayang”
Dengan nada merajuk dengan manja frisca menjawab sedang ada di rumah.
ABDI
“eh maaf sayang, bukan kamu tapi si Dias tadi yang ga waras”
SC. 05. EXT. HALTE 60 SEC
Dias berjalan dengan terburu-buru kadang berlari kecil untuk menuju ke
halte tempat dimana dia bertemu kemarin degan Dila.
Sambil sesekali terus melihat kearah jam tangannya.
Menunggu beberapa waktu sampai 1 jam berlalu namun Dila tidak kunjung
datang akhirnya Dias pulang
Pergantian scene berkali-kali (5 kali) di halte yang sama dengan
harapan yang sama namun tidak pernah bertemu dengan Dila
RAMA
“Nunggu siapa? Kok sendirian”
Rama berjalan dengan Fitri bergandengan tangan
DIAS
“eh…ini…lagi nunggu temen”
Dias menjawab dengan sedikit gugup
RAMA
“Ya udah, kita duluan ya”
Rama berpamitan dgn tos tangan dengan Dias
“Yuk sayang”
Merangkul pundak Fitri
Hari terakhir dia mulai putus asa, saat akan bangun dari duduknya dia
langsung berhadapan dengan Dila yang baru saja datang.
Mereka tertegun dan saling menatap lama sekali dengan perasaan kaget,
senang, bingung.
Dila sesaat kemudian akan berlalu, kemudian Dias menarik tangannya.
DIAS
“Tunggu. Kamu Dila kan?”
Bertanya dengan penuh harap
DILA
Dila menjawab dengan mengangguk
DIAS
“lama ya kita ga ketemu, gimana kabar mu? Ga nyangka kita ketemu
ditempat ini”
DILA
“iya udah 5 tahun ya sejak lulus SMA, kabar baik. Kamu gimana? Baik
juga kan?”
DILA
“3 hal yang sampai detik ini tak bisa kupahami, waktu, takdir dan
perasaan. Disaat kita sudah mulai melepaskan perlahan sesorang, justru
kadang orang itu datang tak terduga tanpa permisi bahkan terkesan
mendadak. Bagai hujan di bulan Juni, hadirnya menyejukan rasa.
Dannn...dia datang tanpa ku minta dan sepertinya...”
DIAS
“Sepertinya aku sudah mematahkan perihal waktu, takdir dan perasaan
itu. Waktu yg berlalu sepertinya mempersiapkan kita untuk bertemu
dengan orang yang spesial, dan takdir akan datang untuk menyambut
perasaan yang sudah tersimpan lama. Padamu kuu menaruh hati, padamu ku
semaikan rasa ini”
DILA
“Rasa yang tak pernah pudar meski kala terus berputar. Pada senyummu
ku berharap bahagiaku, pada matamu kugantungkan teduh hatiku, dan
padamu kuserahkan seluruh masa depanku”
DIAS
“Masa depanku yang sebelumnya tak tentu, sekarang mulai terarah dan
telihat jelas saat kau di sisiku. Semula yg pudar, perlahan mulai
berbinar, semula yang ragu, perlahan mulai sesuai tuju, dan ini semua
awal dari perjalanan panjang kita”
Dias menggapai dan menggenggam tangan Dila dan disambut dengan senyum
keduanya