You are on page 1of 14

PERENCANAAN PEMBUATAN JALAN TAMBANG DI DAERAH KUTAI BARAT

1. PENDAHULUAN.
Kabupaten Kutai Barat dengan Ibukota Sendawar merupakan pemekaran dari
wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang telah ditetapkan berdasarkan UU. Nomor 47
Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau,
Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang. Secara simbolis
kabupaten ini telah diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri R.I. pada tanggal 12 Oktober
1999 di Jakarta dan secara operasional diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Timur
pada tanggal 05 November 1999 di Sendawar. Luas Kabupaten Kutai Barat sekitar
31.628,70 Km2 atau kurang lebih 15 persen dari luas Provinsi Kalimantan Timur.

Secara Geografis Kabupaten Kutai Barat terletak antara 1130 48’49’’ sampai dengan
1160 32’43’’ Bujur Timur serta diantara 10 31’05’’ Lintang Utara dan 10 09’33’’ Lintang
Selatan. Adapun wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat adalah
Kabupaten Mahakam Ulu di sebelah Utara, Kabupaten Kutai Kartanegara disebelah
Timur, Kabupaten Penajam Paser Utara di sebelah Selatan dan untuk sebelah Barat
berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah serta Provinsi Kalimantan Barat.
Kabupaten Kutai Barat terbagi menjadi 16 Kecamatan, 185 Kampung dan 4 Kelurahan.
Kedua enam belas Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Bongan, Jempang,
Penyinggahan, Muara Pahu, Muara Lawa, Damai, Barong Tongkok, Melak, Long Iram,
Bentian Besar, Linggang Bigung, Nyuatan, Siluq Ngurai, Mook Manaar Bulatn, Sekolaq
Darat, dan Tering

Standarisasi jalan tambang

1. Lebar jalan
Pada jalan dua arah tanpa media lebar Jalan minimal tiga setengah kali unit
terbesar.

2. Sistem drainase
drainase atau paritan pada sisi jalan sistem drainase untuk mematikan aliran air agar
tidak mengenai Jalan

3. Superelevasi
superelevasi mengurangi potensi resiko kendaraan tergelincir pada tikungan nilai
superelevasi maksimum tikungan adalah 6% pada radius tikungan 200 m

4. Crossfall
kemiringan melintang atau cross fall yang baik akan menjamin pengaliran air yang baik
sehingga umur Jalan semakin panjang Cross fall harus dijaga antara 2% sampai 4%

5. Grade
Grade atau kemiringan Jalan maksimum maksimum mematikan tanjakan aman dan unik
mampu melaluinya dengan aman umur terjaga serta hemat bahan bakar gereja
maksimum adalah 8% bila lebih dari 8% diperlukan kajian teknis pertambangan
6. persimpangan harus diusahakan persimpangan bentuk t atau tidak boleh bentuk sudut
pandang persimpangan minimal adalah 70 derajat 75 m mendekati persimpangan jalan
tinggi tanggul pengaman diturunkan hingga mencapai ketinggian 1 m dari permukaan
jalan sampai pada ujung persimpangan untuk meningkatkan jangkauan pandangan atau
daerah pandang persimpangan harus berada pada area yang rata dipasang rambu arah
dan rambu larangan masuk di setiap persimpangan

7. Jarak pandang
jarak pandang setiap tanjakan harus didesain agar lalu lintas yang berlawanan arah
dapat saling melihat dengan jarak pandang minimal 200 meter

8. Patok
patokan diatas tanggul setiap jarak 50 M atau pada jarak 25 m di tikungan patok harus
terlihat di malam hari atau cuaca gelap ukuran mata kucing 6 .15 cm dengan Posisi
tegak dipatok

9. perlu diperhatikan juga desain dan konstruksi tambahan jalan seperti tempat istirahat
pada beberapa Lokasi aman perlu dibuatkan tempat istirahat yang dapat dipakai untuk
berbagai kegunaan lain seperti penggunaan si pengecekan kendaraan oleh mekanik
p2h atau pembagian kotak makan, tanggul pengaman minimal tinggi 3/4 kali tinggi
badan unit terbesar yang melintas

10. Rambu-rambu jalan yang cukup dan standar SNI ada empat jenis rambu yaitu rambu
larangan berwarna putih dengan tulisan berwarna hitam atau merah rambu peringatan
berwarna kuning dengan tulisan berwarna hitam rambu petunjuk berwarna biru dengan
tulisan berwarna putih rambu perintah berwarna biru dengan tulisan berwarna putih
serta merah ukuran rambut tergantung pada ukuran unit angkot terbesar yang melintasi
Jalan
Pengolahan Data
Distribusi Beban dan Luas Bidang Kontak
Perhitungan luas bidang kontak dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Perhitungan distribusi beban dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Geometri Jalan Angkut Lebar Jalan Lurus


Perhitungan lebar jalan angkut pada jalan lurus dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

Keterangan:

L : Lebar jalan angkut minimum (m)


n : Jumlah jalur yang digunakan
Wt : Lebar alat angkut (m)

Lebar Jalan Pada Tikungan


Perhitungan lebar jalan angkut pada jalan tikungan dapat dihitung menggunakan rumus

Keterangan :

W : Lebar jalan pada tikungan minimum (m)

U : lebar jejak roda (m)

Fa : lebar juntai depan (m)

Fb : lebar juntai belakang (m)


C : jarak antara dua truk yang akan bersimpangan (m)

Z : jarak sisi luar truk ke tepi jalan (m)

Jari – Jari Tikungan

Perhitungan jari – jari tikungan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

keterangan :

R : Jari-jari belokan (m)


e : Superlevasi (mm/m)
f : Friction factor

Superelevasi

Perhitungan superelevasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

R : Jari-jari belokan (m)


e : Superlevasi (mm/m)
f : Koefisien gesekan melintang maksimum
V : Kecepatan kendaraan (km/jam)

Adapun nilai superelevasi yang diizinkan dapat dilihat pada Tabel 1. dibawah
ini.
Kemiringan Jalan Angkut (Grade)

Perhitungan kemiringan jalan angkut dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :
ΔH : Beda tinggi antara 2 titik yang diukur (m)
Δx : Jarak datar antara dua titik yang diukur (m)

Kemiringan Melintang (Cross Slope)


Perhitungan kemiringan melintang dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :
P : Kemiringan Melintang (m)
L : Lebar Jalan (mm/m)

Rimpull
Rimpull yang tersedia
Rimpull yang tersedia pada kendaraan dapat dihitung sebagai berikut:

Rimpull yang diperlukan


Rimpull untuk mengatasi tahana guling dapat dihitung sebagai berikut:

Keterangan :
Rp1 : Rimpull mengatasi tahanan guling (lb)
W : berat kendaraan bermuatan (ton)
RR : tahanan guling (lb/ton)

Rimpull untuk mengatasi tahana tanjakan dapat dihitung sebagai berikut:

Keterangan :
Rp2 : Rimpull untuk mengatasi tanjakan (lb)
W : berat kendaraan bermuatan (ton)
Rpt : 20 (lb/ton/%)
G : Kemiringan (%)

Tanggul
Persamaan untuk menghitung besarnya nilai Static Rolling Radius dapat digunakan persamaan
sebagai berikut:

Keterangan :
SRR : Static Rolling Radius (inch)
w : Tinggi Roda Kendaraan (inch)

Saluran Terbuka
Intensitas Curah Hujan
Perhitungan intensitas curah hujan dapat dihitung dengan menggunakan rumus Mononobe
yaitu :

Keterangan :
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
t : lama waktu hujan (jam)
R24 : Curah hujan rencana harian (mm)

Debit Air Limpasan Perhitungan debit air limpasan dapat dihitung menggunakan persamaan
rasional yaitu :

Keterangan:
Q : Debit air limpasan maksimum (m3 /s)
A : Luas daerah tangkapan hujan (km2 )
C :Koefisien limpasan
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)

Dimensi Saluran Terbuka Perhitungan dimensi dari saluran terbuka yang berbentuk trapesium
dapat dihitung menggunakan rumus Manning :

Keterangan :
Q : Debit pengaliran (m3 /s)
A : Luas penampang basah (m2 )
S : Kemiringan dasar saluran (%)
R : Jari-jari hidrolis (m)
n : Koefisien kekasaran dinding saluran menurut manning
Pembahasan

Berdasarkan pengamatan, kondisi jalan hanya sebatas jalan perintis yang ditimbun dengan
overburden atau tanah merah. Jalan angkut memiliki lebar yang bervariasi dari 2 – 10 m
dengan panjang jalan ± 4.845 m dengan kondisi jalan yang sudah tertutup semak, berlumpur
dan tidak rata dapat dilihat pada Gambar

Distribusi Beban dan Daerah Kontak


Distribusi beban dan daerah kontak dihitung berdasarkan spesifikasi alat angkut yang
digunakan oleh yaitu Dump Truck Hino FM 260 JD. Berdasarkan Spesifikasi dump truk Hino FM
260 JD didapatkan data sebagai berikut :
- Berat total kendaraan = 26.000 Kg (57.320 lb)
- Berat poros depan = 8.580 Kg (18.915 lb)
- Berat poros belakang = 17.420 Kg (38.404 lb)
- Tekanan udara ban = 100 psi
- Jumlah roda depan = 2 Buah
- Jumlah roda belakang = 8 buah (4 set roda ganda)

Roda depan
Berdasarkan diatas dapat dihitung beban yang diterima pada tiap roda sebagai berikut : Beban
tiap roda = 18.915 lb / 2 = 9.457 lb
Roda Belakang
Roda belakang terdiri dari 4 set roda ganda dimana dalam perhitungan akan dikalikan dengan
equivalensi beban roda tunggal sehingga dapat dihitung beban yang diterima pada tiap roda
sebagai berikut :

Rencana Geometri Jalan


Lebar Jalan Lurus
Pada rencana pembuatan jalan angkut ini akan menggunakan 2 lajur pada jalan lurus maupun
tikungan. Untuk jalan angkut pada jalan lurus dibutuhkan minimum lebar jalan sebagai berikut :

L = (2 x 2,49) + (2+1) x (0,5 x 2,49)


L = 4,98 + (3 x 1,245)
L = 8,715 m ≈ 9 m

Lebar Jalan pada Tikungan


Berdasarkan spesifikasi truk HINO FM 260 JD didapat data sebagai berikut :
- Jarak roda (U) = 1,495 m
- Panjang keseluruhan truck = 8,645 m
- Jarak as roda depan dengan bagian depan truck (Fa) = 1,28 m
- Jarak as roda belakang dengan bagian belakang truck (Fb) = 1,985 m
- Jarak sumbu roda depan dengan as roda belakang (Wb) = 5,38 m
- Radius putar minimal (Turning Radius) = 8,5 m
- Sudut penyimpangan roda (α) =

Dari data tersebut dapat dihitung lebar jalan pada tikungan, yaitu :
- Lebar juntai depan Fa = 1,28 m × sin 39,3°= 0,810 m
- Lebar Juntai belakang Fb= 1,985 m × sin 39,3°= 1,257 m
- Jarak sisi luar truk ke tepi jalan (Z) dan Jarak antara dua truk yang akan bersimpangan

C = Z = 0,5 x (U + Fa + Fb) m
= 0,5 x (2,05 + 0,81 + 1,257)
= 2,06 m

Sehingga lebar jalan angkut minimum (2 jalur) pada jalan tikungan adalah :
W = n x (U + Fa + Fb + Z) + C
W = 2 x (2,05 + 0,81 + 1,257 + 2,06 ) + 2,06 = 14,414 m
= 15 m

Jari-jari tikungan
Jari-jari tikungan (belokan) jalan angkut berhubungan dengan konstruksi kendaraan atau alat
yang digunakan. Untuk mendapatkan nilai superelevasi, kecepatan yang digunakan adalah
kecepatan maksimum dari alat angkut saat melewati tikungan yaitu sebesar 35 km/jam dengan
superelevasi maksimum sebesar 0,1. Sedangkan koefisien gesekan dapat menggunakan
perhitungan berikut:
- Untuk Vr < 80 km/jam, rumus yang digunakan adalah:
f = -0,00065 × V + 0,192
- Untuk Vr antara 80 – 112 km/jam , rumus yang di gunakan adalah : f = -0,00125 × V + 0,024

Karena kecepatan yang digunakan kurang dari 80 km/jam, maka digunakan rumus yang
pertama. Perhitungannya sebagai berikut:
f = -0,00065 × V + 0,192
= -0,00065 × 35 km/jam + 0,192
= 0,169

Besarnya jari-jari belokan minimum pada jalan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:

Superelevasi
Dalam perhitungan superelevasi maka diperlukan data kecepatan rencana yang akan
digunakan yaitu sebesaar 35 km/jam (21,748 mph) dan jari jari tikungan sebesar 36 m (117,65
ft). Dari data tersebut maka dapat diolah dengan tabel 1 sehingga didapatkan angka
superelevasi yang diizinkan yaitu sebesar 0,05 dan beda tinggi yang harus dibuat sebagai
berikut :
Tg = e
Tg = 0,05
= 2,86°
Beda tinggi = r x sin
= 15 m x sin 2,86°
= 0,75 m
= 75 cm
Berdasarkan perhitungan tersebut maka beda tinggi antara sisi dalam dan sisi luar jalan pada
tikungan yang harus dibuat adalah 75 cm atau 0,75 m.

Cross Slope
Angka Cross slope pada jalan angkut dinyatakan dalam perbandingan jarak vertikal dan
horisontal kebagian tengah atau pusat jalan dengan satuan mm/m. Jalan angkut yang baik
memiliki cross slope 40 mm/m. Hal ini berarti setiap 1 m jarak mendatar terdapat beda tinggi
sebesar 40 mm. Sehingga untuk jalan angkut dengan lebar 9 m mempunyai beda ketinggian
pada poros jalan sebesar :

P = ½ x lebar jalan
=½x9m
= 4,5 m

sehingga beda tinggi yang dibuat :


q = 4,5 m x 40 mm/m
= 180 mm
= 18 cm

Rimpull
Berdasarkan data spesifikasi alat angkut dump truk Hino FM 260 JD diketahui :
- berat total bermuatan = 26.000 kg = 26 ton
- berat kosong = 7.500 kg = 7.5 ton
- tenaga kuda = 256,44 HP

Untuk mengetahui kemampuan tanjak dump truk dapat dihitung sebagai berikut :
Rimpull yang diperlukan
- Rimpull untuk mengatasi tanjakan (misal grade = a%) 26 ton x 20 lb/ton/a%grade = (520 x a%
grade) lb
- Rimpull untuk mengatasi tahanan gulir 26 ton x 100 lb/ton = 2600 lb
- Rimpull untuk mengatasi percepatan : 26 ton x 20 lb/ton = 520 lb
- Total rimpull yang diperlukan = (520 x a%) lb + 3120 lb

Tanggul Pengaman (Safety Berm)


Untuk menghindari tergulingnya alat angkut pada tepi jalan dan juga untuk menghindari segala
bahaya yang dapat mengancam keselamatan pekerja dan peralatan, maka pada setiap tepi
jalan perlu dibuat safety berm. Dengan slope safety berm sebesar 1½ (alas) : 1 (tinggi) dan
berdasarkan nilai dari static rolling radius tersebut, maka dimensi dari safety berm adalah
sebagai berikut : Tinggi roda HINO FM 260 JD = 102 cm = 40,157 inch

Jadi nilai dari Static Rolling Radius (SRR) Dump Truck HINO FM 260 JD = 0.48 m. Maka,
didapatkan dimensi Safety Berm sebagai berikut :
Tinggi Safety Berm (B) = 0.48 m ̶> 0.50 m
Lebar bagian bawah Safety Bund (A)
= 3 x 0.48 = 1.44 m ̶> 1.50 m

Dimensi Saluran Terbuka Perhitungan untuk menentukan dimensi saluran terbuka


menggunakan rumus Manning. didapat harga koefisien kekasaran saluran (n) saluran terbuka
yaitu 0,020 dengan tipe dinding saluran adalah tanah. Sehingga didapatkan hasil dimensi
saluran terbuka yang dapat dilihat pada gambar dibawah
Pada rancangan jalan angkut sering dijumpai tinggi tanah permukaan yang belum sesuai
dengan kemiringan jalan yang diinginkan. Oleh karena itu perlu adanya penyesuaian, yaitu
dengan melakukan penggalian atau penimbunan tanah permukaan sehingga dihasilkan
kemiringan jalan yang diinginkan.

You might also like